High School DxD (Bahasa Indonesia):Jilid 5 Waltz

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Waltz[edit]

Sudah beberapa menit sejak Game sudah dimulai. Aku –Kiba, dan Xenovia memasuki tempat parkir multi-lantai.

Kami terus maju ke depan sambil dengan waspada melihat lihat sepanjang tempat parkir yang sunyi senyap. Karena kami sudah menemui banyak mata mata sepanjang misi kami, bergerak maju seperti ini adalah poin kuat kami.

Aku berjalan ke depan, dan kemudian, setelah aku mengkonfirmasi kalau tak ada seorangpun yang bersembunyi di lokasi di depan sana, aku memanggil Xenovia di belakangku agar dia juga terus bergerak maju. Kami mengulangi ini berkali kali dan perlahan berhasil mencapai tempat parkir.

Rencana kami adalah turun sepanjang lorong mobil di lantai kedua dan turun ke lantai pertama. Elevator disini juga berfungsi, tapi kami takut diserang selagi menaikinya.

Kami tak punya pilihan selain terus bergerak dengan metode yang paling bisa diandalkan.

Kami bergerak turun sepanjang lorong dari lantai kedua dan turun ke lantai pertama dari tempat parkir.

--Ada sebuah sosok di hadapan kami.

Melihat dengan seksama, itu adalah gadis berkacamata dengan rambut hitam panjang—

Aku mengenalnya. [Ratu] Kaichou, “Wakil Presiden dari OSIS”, Shinra Tsubaki-senpai. Dia memegang naginata[1] di tangannya.

Itu benar, kudengar dia adalah pengguna naginata. Dan dia memiliki peringkat tinggi dalam penggunaannya juga.

“Apa kabar, Kiba Yuuto-kun, Xenovia-san. Aku tahu kalau kalian akan datang kemari.”

Shinra-senpai berbicara dengan kalem. Ada dua gadis di sisinya—seorang gadis dengan tubuh tinggi dan seorang gadis langsing yang membawa pedang Jepang.

Gadis tinggi itu bernama Yura-san, seorang [Benteng]. Si gadis yang membawa pedang Jepang bernama Meguri-san, seorang [Kuda].

Yura-san handal dalam teknik bertarung tangan kosong, dimana Meguri-san adalah anggota klan yang menjalani hidup mereka dengan melenyapkan roh jahat.

Begitu, jadi anda menempatkan orang orang di tempat parkir ini, Sona-kaichou. Dia berhasil membaca kami. Dia sudah mengamankan tempat ini.......dia memprediksi kalau kemungkinan kamilah yang akan menyerang.

Xenovia mencabut pedang yang dia bawa di punggungnya dan aku juga menciptakan Pedang Suci Iblis di tanganku.

Xenovia tak menggunakan Durandal. Dengan aturan spesial itu, dia takkan bisa bertarung baik dengan Durandal. Karena kekuatannya tak bisa dikendalikan, nanti bisa menghancurkan seluruh bangunan ini.

[“Peluncur” pertama Rias Gremory-sama kalah.]

--! Kekalahan salah satu rekan kami terdengar dari pengumuman. Sulit membayangkan kalau itu adalah Asia-san. Aku tak paham bagaimana itu terjadi, tapi kemungkinan Gasper lah yang sudah dikalahkan.

“Kalem sekali kamu.”

Shinra-senpai mengatakan itu.

“Ya, karena aku takkan bisa bertahan kalau aku tak terbiasa dengan hal seperti ini.”

Aku merespon dengan sangat kalem. Meski di dalam hatiku, aku merasa miris. Karena aku bahkan meraskana frustasi dan penyesalan karena kehilangan seorang teman.

Gasper-kun. kemungkinan, dia dijatuhkan sebelum bisa menggunakan kekuatannya. Aku akan mengayunkan pedangku untuk membalaskan kekalahanmu.

“Astaga, itu karena dia tak cukup melatih tubuhnya.”

Disampingku, Xenovia mendesah. Dia juga sangat kalem—Itulah menurutku, namun matanya tidak.

“Tapi meskipun begitu, mereka mengalahkan kouhai imutku. Aku harus membalaskannya.”

Tekanan mengerikan terpancar dari tubuhnya. Tekanan itu bahkan sampai padaku, rekannya. Dia ternyata memiliki sisi lembut bagi temannya juga. Disamping penampilannya, dia juga merasa kalau Gasper-kun sangat imut. Menyadari kekalahannya adalah hal tak termaafkan baginya.

Bersama, kami mempersiapkan senjata spesial kami dan sambil memperpendek jarak diantara kami dan lawan kami – kami menyerbu maju!

Giiiiiiiiiiiin!

Aku dan Shinra-senpai, serta Xenovia dan Meguri-san bersilang pedang. Percikan percikan muncul dari hantaman pedang, dan suara denting keras menggema.

Dalam sekejap itu, Meguri-san menyadari apa yang Xenovia pegang di tangannya dan mengambil langkah mundur.

“.....Pedang Suci!?”

Dia mengeluarkan suara kekagetan.

Ya, Xenovia tengah memegang pedang suci. Lebih jauh lagi, itu pedang Suci Legendaris.

“Ya, ini namanya Ascalon. Ise meminjamkannya untukku.”

[!?]

Azazel-sensei telah menyadari Ascalon, yang terasimilasi ke dalam Boosted Gear.

“Ise, tak bisakah kamu mencabut itu?”

Karena kata kata ini, fakta kalau Ascalon bisa dilepaskan dari Sacred Gear akhirnya terungkap. Sensei kemudian buru buru memberi Xenovia rencana latihan untuk lebih terbiasa dengan Ascalon.

Sepertinya dia telah berlatih menggunakan Ascalon ketika berlatih diluar. Karena kekuatan Pembunuh Naga dan kekuatan Sekiryuutei tertanam di dalam Ascalon, ia telah berubah menjadi senjata spesial yang memiliki kekuatan luar biasa.

Mungkin tidak sebanding kekuatan destruktif Durandal, namun dari segi kemudahan pemakaian, pedang itu lebih mudah ditangani daripada Durandal.

Namun, itu artinya Ise-kun tak memiliki Ascalon pada saat ini. Tapi kelihatannya Ise-kun takkan memerlukan Ascalon kali ini......

Setelah itu, aku dan Xenovia memasuki pertarungan pedang berkecepatan tinggi dengan lawan kami.

Kami memastikan untuk menghindari satu sama lain, namun ada seseorang di pihak lawan, yakni si [Benteng] Yura-san, yang membuatku agak cemas.

Bergantung pada gerakannya, kami akan tahu apakah dia akan menganggap salah satu dari kami berbahaya dan akan mengincar entah aku atau Xenovia.

Sambil tetap waspada pada Yura-san, aku terus menembakkan Pedang Suci Iblisku pada wakil presiden! Pedangku dan Pedang Xenovia memancarkan aura suci! kalau kami berhasil mendaratkan serangan ke tubuh lawan, kerusakan besar akan tercipta. Kalau itu terjadi, mereka akan segera kalah, karena teknik penyembuh tidak ada disini.

Hanya satu serangan pedang. Kalau mereka terkena satu serangan pedang kami, itu akan menjadi kemenangan kami!

Saat ia berganti diantara serangan dan pertahanan, Xenovia tiba tiba membuat lubang di ruang. Normalnya, siapapun akan berpikir kalau dia akan mewujudkan Durandal disini.—Namun ternyata tidak.

Aura suci mengalir dari robekan di ruang dan menyelimuti dirinya disekitar Ascalon yang Xenovia pegang.

“—Sambil terus mengunci Durandal di dalam ruang!? Kamu hanya mengeluarkan aura sucinya!?”

Shinra-senpai nampak kaget saat dia menyadari itu. Xenovia tersenyum.

“Ya. Aku disarankan cara yang menarik untuk memakai Durandal. Aku entah bagaimana bisa memakainya dalam latihanku. Sekarang, aku bisa memakainya lebih efisien.”

Buchou dan Azazel-sensei juga sangat memandang tinggi Durandal Xenovia. Di saat yang sama, mereka merasa kalau sangat disayangkan jika dia tak bisa mengendalikan pedang itu.

Durandal adalah Pedang Suci yang memiliki ketajaman sangat besar. Sehingga, kalau pemiliknya tak bisa mengendalikannya, ia akan menjadi pedang assasin. Kenyataannya, Xenovia memakai Durandal, namun itu juga fakta kalau dia juga dibuat kesusahan dalam mengontrol kekuatan destruktifnya.

Dia mungkin bisa mengontrolnya suatu saat nanti. Namun, sampai saat itu akan berbahaya untuk mengayunkan pedang assasin itu secara sembrono. Sehingga, sensei mendapat sebuah ide.

“Tak bisakah kamu melepaskan hanya aura Durandal saja dari ruang terpisah? Kamu lakukan itu lalu balutkan pada Ascalon atau Pedang Suci yang Kiba ciptakan.”

Aku juga dibuat tercengang oleh ide menakjubkan untuk memakai Ascalon dan pedangku seperti ini.

Durandal hanya perlu dikunci di ruang itu dan ia akan terus menyalurkan aura suci kuatnya. Hanya auranya yang dikeluarkan dari ruang terpisah dan kekuatannya disalurkan ke pedang kami.

Itu bukan Durandal sendiri, namun kekuatan yang sebanding dengan itu sendiri tengah disalurkan tanpa batas ke pedang berbeda. Itu – adalah kekuatan baru Ascalon yang Xenovia pegang di tangannya.

Gubernur Malaikat Jatuh Azazel. Dia telah menunjukkan segala kemungkinan ini pada kami. Malaikat Jatuh seperti itu pernah menjadi musuh kami. Aku bersyukur karena sekarang dia ada di pihak kami.

Xenovia menyerang lawannya dengan aura Ascalon + Durandal!

Giin! Giiiiin!

Cahaya dan percikan perak berkilat dalam kegelapan di tempat parkir. Keahlian dan pedang yang dimiliki oleh [Kuda] Meguri-san memang spesial, namun dia secara perlahan disudutkan oleh kecepatan dan kekuatan Xenovia!

“Rasakan ini!”

Tak melewatkan celah untuk sesaat, Xenovia dengan sekejap menyudutkan lawannya! Kena dia!

Namun, ada seseorang yang melangkah ke dalam ruang diantara mereka—si [Benteng] Yura-san!

Saat dia mengacungkan tangannya di depan Xenovia—

“Reverse!”

Xenovia melepaskan serangannya, namun aura suci telah menghilang dan berubah menjadi aura Iblis!

Tebasan Xenovia menjadi serangan yang terjebak oleh momentum, dan pada momen itu pedangnya ditangkap oleh Yura-san dan ditangkis. Yura-san mencoba mengejarnya dalam kondisi itu, namun Xenovia memulihkan keseimbangannya dan menghindari tendangannya.

Gashaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!

Tendangan itu menghempaskan sejumlah mobil dengan kekuatannya. Serangan langsung akan sangat berbahaya!

Aku menjadi terdiam membisu oleh fenomena barusan itu. Aura suci berubah menjadi aura Iblis?

Yura-san tadi meneriakkan “reverse”. Dengan kata lain, dia mengubah aura suci menjadi aura Iblis? Apa itu kemampuan Yura-san? Atau Sacred Gearnya? Aku tak memahami alasan untuk itu, tapi ini sangat merepotkan.

Mungkin itulah yang disebut tipe-serangan balik. Itu kasus spesial, namun akan gawat kalau serangan balik itu digunakan ketika Yura-san dan Meguri-san bekerja bersama.

Kekuatan suci Ascalon dibalik dan diubah menjadi kekuatan Iblis. Hanya luka biasa yang akan diterima Iblis dari kekuatan Iblis. Karena asal muasal Iblis adalah dari sihir Iblis. Itu hanya akan menjadi tebasan biasa.

Xenovia juga memiliki keahlian luar biasa, namun pertarungannya akan terganggu karena dia telah berlatih dan bertarung berbasis Pedang Suci. kalau dia menerima serangan balik, bahkan Xenovia akan jatuh.

......Baiklah, kelompok Sitri. Kalau sudah begini—

“Xenovia! Tukar posisi denganku!”

Oleh teriakanku, aku dan Xenovia bertukar tempat dan mengganti lawan kami masing masing.

Ini tak apa apa. Dengan Pedang Suci Iblisku, efek dari “reverse” mereka tak akan ada artinya karena tak ada yang bisa dibalikkan ketika kekuatan suci dan Iblis tergabung bersama.

Yura-san juga tak menggunakan posisi “reverse”nya, dan dia mulai menyerangku bersama dengan Meguri-san.

Di samping kami, Xenovia dan Shinra-senpai mulai menebas satu sama lain. Serangan ganas Xenovia begitu kencang dan akhirnya dia berhasil menyudutkan Shinra-senpai di depan dinding!

--Dia pasti menang!

Xenovia, lekaslah selesaikan dia!

Seolah pikiranku dikirimkan padanya, Xenovia mengangkat Ascalon dan memasuki postur untuk serangan penghabisan! Dia bisa melakukannya! Kalau kita bisa menjatuhkan [Ratu], maka seluruh situasi kita akan jadi lebih mudah!

“Dengan ini—pertarungan sudah ditentukan!”

Saat Xenovia mengayunkan Ascalon pada Shinra-senpai dan memberikan serangan kritis—dalam sekejap itu.

“—Sacred Gear, Mirror Alice[2].”

Cermin besar dengan ornamen muncul di depan Shinra-senpai!

Tebasan Xenovia berlanjut tanpa berhenti dan menghancurkan cermin itu!

Zuooooooooooooooooon!

“--!?”

Sebuah gelombang dilepaskan dari cermin yang rusak dan menyerang Xenovia!

Dengan ekspresi kebingungan di wajahnya, Xenovia memuncratkan darah dari sekujur tubuhnya!

“Saat cermin ini dihancurkan, dampak darinya digandakan dan kembali pada lawan.—Aku adalah pengguna serangan balik. Kiba Yuuto-kun, salah besar untuk mengirim tipe-Kekuatan Xenovia-san untuk melawanku.”

Shinra-senpai mendengus.

“Gahah!”

Tergeletak di permukaan jalan, Xenovia batuk batuk darah dari mulutnya dengan kesakitan.

--Mereka mendapat kita! Kemampuannya berbeda dari yang aku sudah dengar. Mungkinkah dia mengalami pertumbuhan berbeda dan memperoleh kemampuan baru!?

“Satu satunya yang tersisa adalah Kiba Yuuto. Hanya kamu yang masih ada.”

Mereka bertiga mendekatiku. Aku memungut Xenovia dan kemudian dengan cepat menyembunyikan diriku di dalam bayangan terdekat.

Aku menempatkan Xenovia di bawah bayangan mobil dan mengeluarkan obat obatan medis yang tadi kuambil dari toko obat sebelum pertandingan.

Kami benar benar kalah barusan. Sampai dia menempatkan dua pengguna serangan-balik disini......sepertinya Sona-Kaichou berniat menghancurkan kami lebih dulu. Jadi dia sudah memprediksi kalau kamilah penyerang utama disini.

Memang, mereka adalah ancaman bagi kami yang memiliki kaki cepat dan pengguna Pedang Suci. Kaichou telah menutup kelemahan mereka masing masing dengan membuat mereka mengeroyok kami dan memaksa kami menggunakan kekuatan suci.

--Mungkinkah dia sudah memprediksi segalanya sampai poin ini!?

Xenovia......berada dalam kondisi serius. Dia telah menerima kekuatan Durandal dan Ascalon yang digandakan!

Kalau Sacred Gear Shinra-senpai adalah tipe yang membalik serangan suci dengan sempurna, maka akan jadi kekalahan seketika bagi kami. Kalau ditangani dengan sembrono, Xenovia bisa saja mati.

Dengan luka luka ini, kemundurannya dari medan tempur sudah takkan lama lagi. Dia akan benar benar kalah dengan serangan berikutnya.

Buchou adalah satu satunya yang membawa “Air Mata Phoenix”. Kami juga tak bisa memakai teknik penyembuh disini.

Xenovia memegang tanganku saat aku mengobatinya dan berbicara.

“......Abaikan aku, Kiba. Aku akan segera lenyap dari tempat ini saat aku mundur tak lama lagi karena luka luka ini.”

Namun aku menjauhkan tanganku darinya dan terus mengobatinya.

“Ya, aku tahu itu. Tapi, tahukah kamu, aku berjanji kalau aku takkan dengan mudah mengabaikan rekanku sendiri.”

“.....Lunak sekali. Kamu jadi seperti Ise.”

Aku tersenyum oleh kata kata itu.

“Itu membuatku senang. Karena bagian dariku juga berpikir kalau aku ingin menjadi seperti dia.”

Itu benar, aku menginginkan semangat yang takkan pernah menyerah seperti Ise-kun. Dia sungguh hebat.

Biarpun dia tahu kalau dia lemah, dia masih tetap maju ke arah lawan. Dia mengecilkan dirinya sendiri, namun faktanya, dia memahami dirinya lebih dari siapapun dan terus berusaha keras.

Lebih tepatnya, aku sudah bukan tandingannya lagi dari segi kekuatan fisik biasa. Usaha dan keberaniannya dalam memasuki teritori musuh layak dikagumi. Maju selangkah demi selangkah dengan usaha keras, perkembangannya lebih terhormat dari siapapun juga.

“Menjadi seperti Ise? Maksudmu menjadi seorang mesum?”

“Itu sifat alaminya Ise-kun – aku ingin memiliki keberanian dan semangatnya.”

Oleh kata kata itu, Xenovia tertawa kering.

“.....Itu sama sekali tak cocok untukmu lho.”

Aku juga berpikir seperti itu.

“Benar. Namun, selama aku bisa menggerakkan meski hanya satu jari, aku takkan jatuh!”

“.....Begitu. Apa kamu menyuruh orang sepertiku untuk bergerak karena aku masih bisa menggerakkan jariku? Kamu lelaki kejam.”

“Kalau aku jatuh, akan kulakukan yang bisa kulakukan, biarpun aku hanya bisa menggerakkan satu milimeter atau inchi. Karena kalau tidak—penyesalan karena tak melakukan apa apa akan lebih menyakitkan sampai aku mau mati!”

[“Pion” pertama Sona Sitri-sama telah kalah.]

Ada pengumuman. Sepertinya seseorang telah menjatuhkan seorang lawan. Kami juga harus bertahan.

Suara langkah kaki musuh semakin mendekat.

--Xenovia.

Kamu akan segera mundur dari sini. Tapi sebelum itu, kupikir akan kutunjukkan ini padamu. Aku kemudian muncul di depan tiga lawan.

“Sudahkah kamu menyiapkan dirimu?”

Bersiap memakai naginatanya, Shinra-senpai mendekat.

Robekan kecil di ruang muncul di belakangku. Xenovia membuatnya terbentuk. Kalau begini takkan terlihat musuh, karena ini adalah titik buta. Kemudian, aura Durandal mengalir padaku.

Baiklah, Xenovia, akan kutunjukkan padamu.

Teknik ini yang diciptakan oleh kau dan aku, dua [Kuda] Rias Gremory!

Zazazazan!

Pedang Pedang Suci Iblis menyembul dimana mana di dalam tempat parkir ini. Aura Suci Iblis yang menyelimuti mereka mungkin sedikit. Tapi, kalau aura Durandal ditambahkan di dalamnya, maka lain lagi ceritanya.

“—Durandal Birth!”

Serangan itu menusuk tubuh Yura-san dan Meguri-san. Tepat saat tubuh mereka mulai bersinar, mereka menghilang dari tempat ini.

Dua sudah jatuh. Shinra-senpai -- Nampaknya sudah kabur dan meninggalkan tempat parkir.

Di lenganku, tubuh Xenovia mulai bersinar.

“Kiba. Itu serangan yang bagus.”

Ekspresinya diselimuti oleh senyum seiring tubuhnya semakin memudar. Lalu aku juga tersenyum dan melihat kepergiannya.

“Ya, saat kamu dan aku bekerja bersama lagi, kita bisa membuat lebih banyak pedang suci bersemi.”

Bobot tubuhnya semakin menghilang dan kemudian dia sendiri juga menghilang.

Pariiiiiiiiin.

Setelah membuat suara berjeda pendek, pedang pedang suci yang menyembul dimana mana sepanjang tempat ini hancur dan lenyap menjadi ketiadaan.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Naginata adalah pedang Jepang tradisional dalam bentuk tongkat dengan pisau melengkung di bagian ujungnya. [Link]
  2. Kanji disini tertulis sebagai “Mirror of Recollection”. Kemungkinan, nama Inggrisnya adalah referensi dari Cerita Alice “Through The Looking Glass” oleh Lewis Caroll.