Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 2 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

6 – Titik Buta dari 10.000 Orang

Keesokan paginya, setelah memastikan bahwa aku memiliki kaset video itu dalam tas bahuku, aku segera berangkat dari rumah.

Setelah membuat janji untuk melihat film kemarin di rumah teh Hifumi, Irisu menyerahkan kaset video yang ia siapkan sebelumnya dan berkata, "Kami tidak memiliki banyak waktu yang tersisa. Aku akan menemuimu di tempat yang kau tunjuk besok jam 1:00 dan mendengar kesimpulanmu tentang hal ini. "

Setelah mempertimbangkan antara rumahku sendiri atau kafe Pineapple Sandwich yang sering kukunjungi, akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengannya di ruang Geologi.

Sekarang, aku sedang menuju ke arah ruang Geologi. Itu hampir jam 10:00 ketika aku keluar jalan-jalan melewati perumahan dan pindah ke jalan utama. Dan lima belas menit berikutnya melewati berbagai mobil dan orang-orang, pikiranku kosong, mendengarkan lagu favoritku dan tanpa sadar aku menyenandungkannya saat menggerakkan lenganku. Aku sepertinya lebih atau kurang lupa tentang rincian film. Itu tidak efisien untuk berpikir dalam keadaan seperti itu.

Pada akhir jalan utama, sekilas SMA Kamiyama terlihat. Saat aku tiba di sana, sebuah suara memanggil di belakangku, "Hmm, Houtarou?"

Memang kota kecil. Aku berbalik dan menemukan Satoshi, memakai seragam standar musim panas SMA Kamiyama dan membawa tas serut, dia turun dari sepeda gunungnya sambil tersenyum. Aku melambaikan tanganku sebagai balasannya.

"Kau menuju ke sekolah juga hari ini?"

Dia mengangguk dan mengangkat alisnya.

"Langka sekali untuk Houtarou untuk datang ke sekolah dengan kemauannya sendiri selama liburan. Apa kau sedang ada urusan?"

"Apa aku tidak diperbolehkan untuk pergi ke sekolah kalau aku tidak punya urusan?”

"Tidak sama sekali. Hanya saja itu nggak seperti kau yang biasanya."

Aku menggigit lidah. Aku sama sekali tidak pernah berpikir tentang hal ini, tapi tampaknya perilaku hemat energiku itu sangat mudah dibaca sama seperti rasa ingin tahu Chitanda.

Aku tidak punya alasan untuk bersembunyi. Tidak, aku berpikir untuk memberitahu mereka, kalau aku memilih untuk bertemu di ruang Geologi dari awal. Jadi aku berkata, "Aku di urusan resmi dengan Irisu. Dia memerintahkanku untuk menunjuk seorang pembunuh kematian Kaitou ini."

Mau itu sengaja atau tidak, Satoshi terdiam selama tiga detik setelah mendengar itu. Untuk beberapa alasan, ia kemudian memperlihatkan wajah yang sangat ceria sambil mengatakan sesuatu dengan nada tinggi, "Wow! Siapa yang akan menduga? Kau orang terakhir dalam pikiranku yang akan menerima tugas tersebut."

"Kebenaran dan kasih sayang dari Oreki Houtarou ini tidak mengenal batas."

"Sindiran yang bagus, Houtarou."

"Aku sedang terburu-buru."

Satoshi mulai berjalan bersamaku sambil mendorong sepeda gunungnya. Karena jalannya tidak lebar, akhirnya aku condong ke arah sisi jalan.

"Kau berubah pikiran. Aku bertanya-tanya apakah itu bisa ada hubungannya dengan ‘itu’? Mau aku beritahu apa yang kumaksud ‘itu’?"

Dia mendesakku, tapi aku tetap diam.

"Ini demi Chitanda-san, bukan?"

Dia mengatakan sesuatu hal tanpa basa-basi. Untuk memulainya, itu adalah kesimpulan yang dibuat dengan singkat sebagai hasil dari beberapa bulan terakhir ini. Hampir semua insiden merepotkan di mana Klub Sastra Klasik terjerat, dimulai oleh Chitanda. Pola yang dikembangkan di mana dia akan memaksaku untuk terlibat. Meskipun ada satu pengecualian.

Ini adalah pengecualian kedua. Aku menggeleng dan berkata, "Tidak, tidak."

Meskipun memang Chitanda yang mulai membawa kasus ini, itu bukan karena permintaannya bahwa aku datang ke sekolah hari ini.

Satoshi mengangkat alisnya setelah mendengar respon tak terduga dariku.

"Itu bukan untuk Chitanda-san? Lalu apakah itu kemauanmu sendiri? Atau kau melakukannya sebagai amal ... nah, tidak mungkin. Meskipun kau tidak mengatakan itu, ini juga sejalan dengan mottomu, 'Jika aku tidak harus melakukannya, aku tidak akan melakukannya. Jika aku harus melakukannya, aku akan melakukannya dengan cepat, " benar kan?"

Tentu saja, itu adalah niatku dari awal. Sebagai hasil dari Satoshi yang benar-benar jujur tentang hal itu, aku bahkan lebih senang. Aku berkata terus terang, "Haruskah aku menjelaskannya untukmu?”

Dia mengangkat bahu.

"Tidak juga. Tapi aku tidak mau berpura-pura kalau aku tidak tertarik untuk mengetahuinya. Haruskah aku meminta maaf?"

Aku tersenyum dan membiarkan masalah ini.

Kami berjalan dengan tenang bersama-sama untuk sementara. Seperti tidak ada hal yang lain untuk dibicarakan, Satoshi bergerak untuk menaiki sepedanya untuk berjalan lebih dulu. Merasa aku tidak perlu menghentikannya, namun aku masih memanggilnya.

"Satoshi,"

"Hmm?"

Meskipun aku memanggilnya, aku sedang tidak punya hal untuk dibicarakan. Menyadari hal ini, aku mencoba untuk jujur tentang keadaanku sebenarnya.

"... Apa kau pikir, apa kau pikir ada beberapa hal yang hanya dapat kau lakukan?"

Itu sebuah pertanyaan yang ambigu. Dia memiringkan kepalanya dan menjawab dengan hati-hati, "Aku tidak yakin mengapa kau bertanya tentang itu, tapi ... di antara setiap orang yang pernah hidup di masa lalu, masa sekarang ini, dan masa depan, aku berpikir bahwa ada satu hal yang hanya aku yang bisa melakukannya."

Bisakah ia, bahkan dalam kondisi seperti itu?

"Dan itu adalah..?"

"Bukankah sudah jelas? Ini ‘Menyampaikan Gen Fukube Satoshi'," katanya dan tersenyum. Dia tidak terdengar seperti sedang bercanda. Ini adalah caranya mengolok-olok sendiri kekurangan Average Joe-nya.

"Salahku. Izinkan aku untuk mengulangnya,"

Aku berpikir untuk sementara waktu.

"Di SMA Kamiyama, apa ada bakatmu yang hanya kau yang memilikinya dan tidak ada duanya?"

Dia menjawabnya langsung, "Tidak."

Aku kehilangan kata-kata setelah mendengar jawabannya yang cepat dan tepat itu.

Satoshi mengatakannya dengan nada riang, "Aku pernah bilang sebelumnya, Fukube Satoshi tidak memiliki bakat apapun. Ambil saja semangatku untuk menjadi Holmesian, misalnya.. tidak ada cara agar aku bisa menjadi salah satunya. Aku tidak memiliki hal-hal yang diperlukan untuk memasuki labirin tak berujung itu hanya dengan pengetahuanku. Jika Mayaka tertarik dengan Sherlock Holmes, aku bisa menjaminmu bahwa dia akan menyalip pengetahuan yang kumiliki hanya dalam waktu tiga bulan. Aku adalah jenis orang yang hanya mengintip di pintu masuk dan mengambil satu atau dua pamflet untuk dibaca. Aku tidak akan menyebut diriku tidak ada duanya atau apapun. "

Aku tidak pernah berpikir akan mendengar Satoshi mengatakan hal itu. Namun Satoshi mengatakannya dengan tenang seolah-olah ia sedang membicarakan tentang cuaca. Sementara aku terdiam beribu kata, ia tersenyum nakal.

"Sekarang aku tahu, alasan mengapa Houtarou ingin mencoba memecahkan misteri film."

"......"

"Irisu-sempai telah mengakui kemampuanmu sebagai 'detektif', benar kan? Dia pasti bilang kau satu-satunya yang bisa memecahkan masalah ini, dan akhirnya kau setuju, kan?"

Sial, itu dia telepatis atau apa? Jadi aku hanya mengangguk saja.

"Tapi ini pastilah beberapa urusan yang berisiko, untuk meminjamkan kemampuanmu berdasarkan kata-kata ‘Sang Ratu’ tentang pengetahuanmu."

"Tapi kau tidak mencurigainya."

"Mungkin ... Pokoknya, aku akan pergi duluan dan menyiapkan beberapa alat pemutar video."

Satoshi menaiki sepeda gunungnya dan bersiap untuk mengayuhnya. Saat ia hendak menginjak pedalnya, aku menyadari aku punya suatu hal yang ingin kukatakan. Akan jadi lebih buruk jika akhirnya aku tidak mengatakan apa-apa.

"Satoshi,"

"Ya?"

"Aku tidak tahu apa yang akan kau pikirkan, tapi aku pikir kau lebih baik dari itu. Aku pikir akan datang hari ketika kau akan menjadi salah satu Holmesians terbaik di Jepang."

Satoshi mengedipkan matanya, tapi segera kembali ke ekspresi biasanya, tersenyum.

Dia mengangkat bahu dan berbalik mengatakan padaku, "Daripada Holmesian, aku cuma sangat terpesona oleh Sherlock Holmes, itu saja. Lagi pula ..."

"?"

"... Lagi pula, aku rasa akan sia-sia untuk memberikan jawabannya padamu sekarang."


Film ini datang dekat dengan klimaksnya.

Enam anggota masing-masing mengambil salah satu kunci dan pergi berpisah. Kami menunggu tragedi yang akan datang, di mana tubuh Kaitou yang termutilasi ditemukan.

Menggunakan televisi yang penuh debu di Ruang Geologi, aku menonton film yang masih tak bernama. Layar kini menunjukkan tubuh Kaitou ditemukan.

Duduk agak jauh dari saya, Ibara menunjukkan kekagumannya, "Mereka telah melakukan pekerjaan yang cukup besar dengan lengan Kaito-senpai. Mereka membuat baik penggunaan pencahayaan redup untuk meyakinkan penonton bahwa itu lengan nyata."

Ketika dia tahu aku datang ke sekolah tanpa alasan tertentu, reaksinya adalah salah satu kejutan. Ketika ia mendengar deklarasiku untuk menantang misteri yang ditinggalkan oleh Hongou, matanya melebar. Omong-omong, dia datang karena dia tidak bisa tahan membayangkan cerita yang sedang dibiarkan menggantung oleh Irisu-sempai dan memutuskan untuk mencoba untuk mencari kebenaran sesekali. Dia juga bisa menjadi orang yang cukup tangguh untuk menangani hal semacam ini.

Satoshi menambahkan dengan senyum, "Nah, kalau saja mereka berakting sedikit lebih baik. Pada akhirnya, itu adalah divisi alat peraga yang dibuat dengan baik."

Dan akhirnya aku juga ikut menonton video, untuk kedua kalinya. Ketika aku mendengar bahwa TKP harus dikunjungi setidaknya seratus kali, aku tidak akan sudi menontong benda ini berkali-kali. Bahkan jika itu adalah Satoshi dan Ibara, yang hanya datang hanya untuk menonton film. Dan bersyukurlah untuk itu.

Saat Katsuta berlari menuju bangunan di sebelah kiri, hanya untuk menemukan bahwa jalan benar-benar diblokir, dia terkejut dan berkata,

"Tidak mungkin..."

Adegan memudar menjadi hitam.

Dan video berakhir.

Tidak pernah lelah dengan tugas yang merepotkan, Ibara segera berdiri untuk memundurkan video serta mematikan TV.

Sejujurnya, kupikir Chitanda akan datang juga sebelum aku selesai menonton video, karena dia memang memiliki kemampuan yang luar biasa untuk observasi dan memori yang baik. Meskipun memang dia tidak dapat menggunakan observasi dan ingatannya untuk penggunaan analisa yang baik, aku berpikir untuk meminjam bakatnya untuk hari ini.

Namun, dia tidak datang, jadi aku bertanya Ibara, "Ibara, apa yang terjadi Chitanda?"

Setelah diminta, dia memberi ekspresi yang sulit. Itu senyum dicampur dengan beberapa penyesalan.

"Chi-chan masih tidur."

"Bagaimana bisa? Dia kena demam musim panas lagi?"

"Tidak,"

Dia berhenti sebentar,

"... Dia mabuk.."

......

"Yah, kejadian yang ... langka ..."

Aku mengangguk setuju dengan pernyataan Satoshi.

"Bagaimanapun juga..,"

Mencoba untuk kembali ke topik, Satoshi menggeser sedikit kursinya.

"Menonton ini lagi, aku masih tidak bisa melihat semuanya sudah sempurna tentang ini. Dan itu lebih atau kurang menurunkan potongan ide yang tersisa dari teori ketiga orang."

Aku setuju. Setelah tiga hari revisi, saya menyadari bahwa misteri ditinggalkan oleh Hongou itu tidak mudah untuk dipecahkan, namun setelah menonton video ini, aku hanya memiliki kesan singkat tentang itu.

"Sulit untuk menemukan sesuatu yang mudah dalam sesuatu yang sulit." gumamku sendiri.

Setelah mendengarku, Ibara menatapku seolah-olah melihat orang bodoh, membusungkan dadanya dan berkata, "Kau salah, misteri ini difilmkan dengan cara yang mudah."

"Benar? Lalu bagaimana bisa begitu?"

"Ini yang kupikirkan. Sebagai film, itu difilmkan dengan cara yang sangat membosankan yang sulit untuk membuat penonton bersemangat, yang membuat misterinya menjadi tidak menarik. Kupikir jika mereka menaruh beberapa usaha ke dalam akting dan kameranya, mungkin akan membuatnya menjadi misteri ruang tertutup lebih menarik. "

Benarkah begitu? Aku tidak berpikir kesan seseorang dari karya sastra akan berubah tergantung pada isu-isu teknis. Sama sepertiku yang tidak setuju, Satoshi tiba-tiba tersenyum seolah-olah dia telah menemukan belahan jiwanya.

"Pengamatan bijaksana. Memang benar bahwa ketika aku pertama kali melihat dan menemukan ini adalah misteri ruang tertutup, itu tidak terasa seperti itu. Kalau saja mereka bisa lebih berupaya akting mereka ... Tapi apa juru kameranya benar-benar seburuk itu?"

Ibara mengangguk.

"Itu buruk."

"Jadi bagaimana kau akan memfilmkannya?"

"Aku? Mari kita lihat ... Ambil adegan pertama yang menunjukkan daerah Narakubo, misalnya. Jika juru kamera telah berdiri lebih jauh, maka ia akan bisa memfilmkan pelaku bersama dengan reruntuhan untuk efek yang lebih baik. Selain itu, hmm, meskipun aku tidak berpikir begini pada awalnya, di bagian di mana sisa anggota berkumpul setelah berpisah, wajah Sugimura-senpai bisa dilihat dari ruang peralatan, kan? saya pikir itu akan lebih mudah bagi penonton untuk memahami jika adegan yang disorot dari sudut pandang Sugimura-senpai melihat ke bawah ke arah lobi. Oh ya, dan jika itu dilakukan, kita akan dapat melihat jam Sugimura-senpai di mana dua anggota di lantai pergi, dan kemudian beralih ke sudut pandang untuk salah satu dari dua itu. Selain itu... "

Dia terus-menerus berbicara. Ibara benar-benar senang menonton film detektif, jadi itu yang dimaksud Satoshi isyarat untuk menghentikannya dengan senyum. Jika dia tidak melakukan itu, kita mungkin tidak akan mendengarnya sampai akhir.

Aku menghela napas dan berkata, "Kami tidak akan mendapatkan apapun jika semua yang kita lakukan adalah mengeluh tentang bagaimana film itu dibuat,"

"Benar. Pada akhirnya, masalah terletak dengan metode. Bagaimana kalau kita melihatnya? Mungkin tidak semua kemungkinan sudah gagal. Meskipun kita mungkin memiliki batas waktu, ini pasti akan menyenangkan."

Setelah Satoshi selesai, penyusup telah tiba.

Pintu ke Ruang Geologi dibuka keras oleh seseorang yang tidak kukenal. Tanda pada kerahnya menunjukkan dia adalah anak kelas satu.

Mengalihkan pandangannya dariku, ia menemukan orang yang ia cari dan berteriak, "Disitu kau rupanya, Fukube!"

Setelah melihatnya, ekspresi pahit muncul di wajah Satoshi. Meskipun aku bisa mendengarnya mendecakkan lidahnya, ia dengan cepat kembali ke wajahnya tersenyum.

"Wah, bukannya itu Yamauchi-kun? Kamu di sini untuk bergabung dengan Klub Sastra Klasik?"

Orang yang disebut Yamauchi tersebut mengabaikan cara bicara Satoshi yang sok bijaksana dan bergerak ke arahnya, menyambar kerahnya.

"H-hei! Kau tidak perlu menjadi sekasar itu!"

"Oh, jangan berikan padaku kata-kata itu! Aku melakukan ini demi dirimu! Omichi ini serius! Apa yang akan kau lakukan jika kau akhirnya harus mengulang setahun?"

Nama Omichi membunyikan lonceng dalam pikiran saya. Dia adalah guru matematika yang ketat. Sekarang aku melihatnya. Aku menyilangkan tanganku dan tersenyum pada Satoshi.

"Satoshi, kau benar-benar harus pergi ke jam pelajaran tambahanmu, kau tahu? Bukannya kau bilang kau akan sibuk belajar untuk ujian?"

Yamauchi, yang kuanggap menjadi salah satu teman Satoshi, langsung menyambarnya dari kursinya.

Meski begitu, Satoshi tidak kehilangan ketenangannya saat ia memohon, "Itu semangat, Houtarou! Jaga itu dan kau akan memecahkan misteri Hongou-senpai dalam waktu singkat!"

Menyadari ia tidak ada hubungannya dengan situasi ini, "Kelas tambahan akan segera dimulai, idiot! Cepat dan bergerak!"

"Noooooo ~~ !!! Bagaimana dengan misteri ruang tertutup? Ruang tertutup~~ !!!"

Satoshi menghilang, meninggalkan jejak jeritan belakang.

Mendesah. Sekarang bagaimana aku harus mengomentari ini? Jika aku harus memasukkannya ke dalam satu kalimat: Apa dia seorang idiot? ... Sementara aku memikirkan itu, ia berlari kembali ke sini. Mengambil buku catatannya keluar dari tas serut, ia menyerahkannya padaku.

"Sayang sekali, hal-hal yang terjadi diluar kendaliku. Kalau sudah begini, aku tinggalkan sisanya di tanganmu ... Sampai jumpa!"

Dia lari lagi. Nah, semoga beruntung. Tentang ini aku berharap Satoshi akan naik kelas untuk tahun kedua.

Begitu acara seperti badai telah berlalu, Ibara juga berdiri.

"Yah, aku harus pergi juga."

"Benarkah?"

"Ada apa dengan pandangan matamu itu? Irisu-senpai tidak memintaku untuk membantumu, dan lagi ... aku bertugas pustakawan jam sebelas. Jika aku tahu apa yang akan kau lakukan hari ini, aku akan merubah jadwalku dari awal, jadi itu semua salahmu untuk memutuskannya dalam waktu sesingkat itu," katanya kasar sambil mengangkat tasnya dan mulai meninggalkan Ruang Geologi.

Berdiri di dekat pintu, ia berbalik dan berkata dengan menyesal biasa, "Tapi ... Maafkan aku, Oreki."

Aku melambaikan tanganku untuk sembari ia meninggalkanku.

Aku sekarang ditinggalkan sendirian di dalam kelas. Aku mendesah, merengangkan tangan, menggaruk kepala, menyilangkan lengan, dan menutup mataku dan mulai berpikir.

Jika aku perlahan-lahan ingat film yang baru saja aku tonton ulang, dan faktanya aku menyimpulkan ini tiga hari terakhir ... Aku berusaha untuk menghubungkan mereka bersama-sama. Kalau ini aku, aku akan ...


... Dan akhirnya aku menyimpulkannya.

Sepertinya susah untuk sekadar mempercayai kesimpulan itu, jadi aku meninjaunya sendiri berkali-kali. Namun aku tidak menemukan kekurangan tentang hal itu. Jadi harusnya yang satu ini." gumamku, "Ini, adalah niat awal Hongou."

Aku melirik arlojiku. Waktu sudah melewati pukul dua belas dan cepat mendekati satu tanpa aku menyadarinya. Aku segera mengambil onigiri dari tasku untuk mengisi perutku yang kosong.

Setelah memakannya sampai habis, aku meneguk sekaleng teh hijau, yang kebetulan terlihat di dekat segelas es teh aku kemarin, ketika seseorang mengetuk pintu.

"Silahkan masuk."

Orang yang masuk tak lain "Ratu", Irisu Fuyumi, yang mengenakan seragam sekolah hari ini. Apa dia di pakaian kasual dia atau seragam, dia tidak pernah meninggalkan celah. Aku berdiri dengan sopan dan memberi isyarat untuknya duduk di kursi di depanku. Setelah dia mengambil tempat duduknya, aku juga duduk.

Irisu melewatkan formalitas dan langsung pergi untuk topik utama.

"Pertama, aku ingin mendengar apakah kau telah sampai pada suatu kesimpulan atau tidak."

Aku menelan ludah sedikit, dan mengangguk sebagai pengganti penjawab.

Irisu mengangkat alisnya hanya sedikit.

"... Begitu," katanya tidak terlalu mengungkapkan banyak emosi, seperti yang diharapkan dari dirinya.

"Kemudian, mari kita mendengarnya."

"Baik."

Bibirku yang masih basah dari kaleng teh hijau yang sekarang terletak berdiri di atas meja.

Aku sudah memutuskan di mana untuk memulai, jadi aku langsung untuk jawaban di akhir.

"Kunci untuk misteri ini tidak perlu dikatakan lagi adalah ruang tertutup, ruangan tempat Kaitou ... maaf, Kaitou-senpai meninggal. Tidak ada yang bisa masuk atau meninggalkan ruangan itu."

Mungkin itu hanya imajinasiku, karena aku hanya melihat Irisu melonggarkan mulutnya. Menyadari itu sendiri, katanya seakan mencoba untuk memudahkan berbagai hal, "Oh, kau dapat berbicara seperti biasa dan tidak terlalu memikirkan sebutan hormat itu."

Sebuah izin yang patut kuberi terima kasih. Itu cukup mengganggu harus sadar berbicara secara formal dan menambahkan sebutan hormat untuk semuanya.

Aku mengangguk dan langsung pergi untuk inti dari topik.

"... Seperti yang telah kubahas komposisi ruangan tertutup ini kemarin, aku dapat mengulangi sebagian dari apa yang telah kukatakan, jadi bersabarlah denganku. "

Sebagai ruang disegel dalam TKP bagian kanan, dan mengingat bahwa jendela tidak difilmkan dibuka dari luar tanpa merusak itu, satu-satunya cara si pembunuh bisa masuk adalah melalui pintu. Tapi bagaimana caranya? Film ini tidak mengungkapkan apakah ada trik fisik yang digunakan untuk membuka pintu itu. Maka kita harus menduga bahwa si pembunuh hanya menggunakan kunci master yang diperoleh dari kantor utama. Kupikir Satoshi akan menyebutnya cara berpikir pisau cukur Occam. [1]

"Namun, si pembunuh tidak bisa masuk ke koridor yang tepat, yang merupakan satu-satunya cara untuk sampai ke TKP bagian kanan. Itu karena Sugimura terus-menerus mengawasi dari atas. Jika salah satu kemungkinannya adalah untuk mendapatkan kunci master dan masuk melalui koridor yang tepat , maka tidak mungkin pelakunya adalah salah satu dari enam orang di sana. "

"Jika begitu, apa artinya semua ini?"

Aku berhenti di sana. Aku tidak akan mengatakan bahwa berikutnya tidak menarik, seperti aku tidak memikirkannya sendiri. Itu hanya sia-sia bila hal itu jadi begitu polos tentang seperti itu, itu saja.

"Jika si pembunuh itu tidak di antara enam, maka hanya ada satu penjelasan ... Ada orang ketujuh ini."

Itu kesimpulanku.

Irisu menatapku dengan mata tegas, seolah-olah aku baru saja mengucapkan beberapa gosip.

"Orang ketujuh? Seperti apa Sawakiguchi sarankan?"

"Dalam beberapa alasan tertentu, benar. Itu terdengar cukup konyol ketika aku pertama kali berpikir tentang hal itu, karena itu Sawakiguchi yang mengatakan Hongou sedang mencari aktor ketujuh. Ketika aku berpikir tentang itu, kuyakin bahwa ada orang yang ketujuh yang hadir. "

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Irisu mendesakku untuk melanjutkannya. Bahkan jika ia keberatan, dia mungkin menungguku untuk menyelesaikannya terlebih dahulu. Yang membuat segalanya lebih mudah bagiku.

"Namun Senpai mengatakan kepada saya Hongou bermaksud untuk memberikan penonton kesempatan yang adil untuk memecahkan misteri. Jadi aku tidak akan mengatakan bahwa ada beberapa kejanggalan yang tiba-tiba muncul. Ngomong-ngomong, aku baru saja melihat ini ketika kembali menonton kembali video ini, tapi banyak hal-hal aneh yang muncul. Untungnya, Satoshi menulis semuanya dalam buku catatan ini; biarkan aku membacakannya untukmu.

"... Kounosu melihat peta, lampu dinyalakan. Mungkin obor di tangan ...

"Mereka pergi ke ruang yang tersisa untuk mencari Kaitou.

"... Koridor gelap dan buruk diterangi. Obor dinyalakan ...

"Apakah Senpai melihat sesuatu?"

Irisu menjawab langsung, "Obor?"

"Benar sekali."

Aku menjilat bibir saya, karena ini adalah yang paling penting.

"Akibatnya, hal itu tidak pernah terungkap siapa yang menggunakan obor itu. Seseorang harusnya dapat mencari tahu siapa itu dalam adegan tepat setelah obor dinyalakan;.. Misalnya, ketika TKP ditemukan meskipun terdapat kemungkinan dan waktu bagi orang itu untuk menyembunyikan obornya, akan terlalu masuk akal untuk itu terjadi. "

Irisu memberikan tampilan yang mencurigakan. Seperti yang kutahu dia tidak puas setelah berpikir keras, jadi aku menyebutkan keberatannya.

"Aku mengerti bahwa Senpai berpikir itu hanya efek pengerangan saja. Tapi pertama-tama, mari kita menyampingkan hal itu untuk saat ini,"

Aku tidak tahu apakah dia yakin atau tidak. Aku pun melanjutkan.

"Satu hal lagi, tidak ada pelanggaran untuk mereka yang suka membuat film, tapi film ini cukup membosankan, apakah itu akting atau juru kamera tersebut. Namun di sini adalah petunjuk. Aku tidak menonton banyak film, tapi bahkan aku bisa mengatakan itu sebuah film yang membosankan. Terutama juru kamera tersebut;. kau mungkin tidak menyadarinya, tetapi itu seolah-olah tidak banyak usaha yang dimasukkan ke dalamnya, tapi bagaimana jika ada benar-benar alasan untuk itu?

"Apa yang kumaksud ketika mengatakan tidak ada upaya dimasukkan ke dalam juru kamera tersebut? Untuk memasukkannya ke dalam istilah sederhana, apakah Senpai tidak menemukan posisi juru kamera canggung untuk sebagian besar adegan? Bagi sebagian besar film, juru kamera pada dasarnya mengikuti enam anggota ... Sekarang Senpai melihat apa yang kumaksudkan? "

Meskipun sikapnya masih tenang, aku melihat mata Irisu perlahan melebar. Seperti yang diharapkan untuk "Ratu" untuk mewujudkan begitu cepat. Namun bahkan Irisu Fuyumi tidak akan mampu meramalkan pemotongan ini. Orang ketujuh yang kusarankan adalah ...

"... Apakah kau mengatakan bahwa orang ketujuh itu sebenarnya adalah si juru kamera?"

Aku mengangguk. Aku menyadari bahwa aku menjadi kurang ajar tentang hal itu.

"Ada total tujuh orang. Tujuh orang itu yang memutuskan dan pergi ke Narakubo. Namun layarnya hanya menunjukkan enam orang, sementara ketujuh adalah orang yang memegang kamera. Enam lainnya hanya berbicara tepat pada diberitahu untuk melihat ke dalam kamera untuk memberikan pikiran mereka, berarti mereka sadar akan kehadiran seorang juru kamera. Daripada memanggilnya 'kamera', kita harus memanggilnya 'orang ketujuh'.

"Orang yang ketujuh ini juga merupakan orang yang menyalakan obor dan mematikan. Tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya, cara obor dinyalakan dan dimatikan hanya tampak terlalu disengaja. Tapi jika kau berpikir dari sudut seseorang membawa obor, lalu itu tidak wajar sama sekali sang juru kamera buruk dalam hal itu adalah karena dia mengikuti orang lain di sekitarnya;. itu akan lebih masuk akal jika kau mempertimbangkan juru kamera sebagai karakter ".

Saat aku melanjutkannya, aku menyadari bahwa Irisu menjadi lebih dan lebih tertarik.

"Dan kemudian, ini adalah bagian yang paling penting, setelah semua orang telah berpisah, juru kamera yang tersisa di lobi tetap berjalan tanpa ada yang memegangnya. Adegan itu kemudian memudar menjadi hitam; Dengan kata lain, kamera dimatikan untuk sesaat, sebelum diserahkan lagi oleh salah satu anggota yang kembali ke lobi.

"Jadi itu mudah untuk menebak bagaimana kejahatan itu dilakukan. Orang ketujuh menunggu sampai semua orang yang tersebar di seluruh teater, meletakkan kameranya, dan mengambil kunci master dari kantor teater. Setelah membunuh Kaitou, ia mengunci pintu di belakangnya dan kembali ke lobi untuk menunggu orang lain untuk kembali.

"Itu kesimpulan dariku. Jika Hongou belum menemukan aktor ketujuh, kusarankan Senpai bergegas dan melakukannya."

Aku selesai semuanya dengan sekejap dan melanjutkan untuk minum sekaleng teh hijau.

Itu adalah kesimpulanku.

Irisu diam-diam mengevaluasi kasus yang kusebutkan sebelum bertanya, "Dua pertanyaan."

"Pertama, jika apa yang kau katakan adalah benar, apakah itu tidak akan menjadi terlalu tidak wajar untuk seorang pun untuk berinteraksi dan berbicara dengan dia?"

Aku sudah menyiapkan jawaban untuk itu.

"Mungkin Hongou berniat untuk itu. Dengan kata lain, sebagai orang ketujuh benar-benar diabaikan oleh enam lainnya, tidak ada ruang baginya untuk berbicara."

"Kedua, jika itu benar, maka karakter sendiri akan menyimpulkan sendiri, untuk orang yang paling mencurigakan akan menjadi orang yang meninggalkan lobi lalu dan kembali pertama. Selanjutnya, orang ketujuh ini tidak menghindari 'ruang tersegel kedua' yang kau sebutkan, karena gerakannya juga harus diperhatikan oleh orang lain. Dalam hal ini, tidak akan ada satupun misteri untuk dibicarakan. "

Aku sengaja tersenyum.

"Nah, mengutip dari Sawakiguchi ... Apa itu benar-benar dipedulikan apa itu misteri atau bukan?"

"......"

"Tujuan utama dari film ini adalah untuk memenuhi pembuat film sendiri daripada penonton. Hal ini bukan sesuatu yang harus para karakter khawatirkan. Nakajou juga telah berkomentar sebelumnya, itu baik-baik saja asalkan penonton menganggap itu sebuah misteri;.. Itu tidak peduli apakah karakternya sendiri berpikir sebaliknya ... Pikirkan tentang hal ini, mengapa tidak ada yang ditunjuk sebagai detektif untuk film ini? Karena karakter sudah menduga siapa pembunuh itu tanpa menyusun kesimpulan. "

Keheningan satu menit pun terjadi. Irisu tetap tenang dan melihat ke bawah tanpa melirikku. Apa ada masalah dengan sugestiku tadi?

Namun aku tidak panik, kesimpulannya baik-baik saja seperti itu. Tidak peduli berapa lama Irisu memikirkannya, hasilnya sudah tak terelakkan.

Dan akhirnya, Irisu berbisik, "Selamat,"

"Hah?"

Dia mengangkat kepalanya, dan tidak seperti ekspresinya yang biasa, dia tersenyum sangat ceria saat ia berkata, "Selamat, Oreki Houtarou. Kau telah memecahkan misteri Hongou ini. Itu adalah teori yang mengejutkan dan berani, tapi semua fakta berbaris, sehingga harus menjadi kebenaran. Terima kasih juga, karena kita sekarang dapat menyelesaikan film. "

Dia mengulurkan tangan kanannya.

Saya tersipu.

Dan menjabat tangannya.

Itu adalah jabat tangan erat. Irisu kemudian menepuk bahuku dengan tangan kirinya.

"Aku memang benar dengan penilaianku. Kau memiliki kemampuan, yang tidak dimiliki orang lain dan tidak ada duanya."

...Begitu.

Irisu melanjutkannya dengan ekspresi ceria, "Bagaimana? Untuk membalas pekerjaanmu, aku akan membiarkanmu untuk mengatur judul film itu,"

Judul, huh? Aku tidak pernah terpikir tentang hall itu.

Namun, itu tidak buruk untuk meninggalkan nama untuk memperingati kesempatan langka untukku agar percaya pada kemampuanku. Aku berpikir sejenak dan mengucapkan hal yang terlintas di pikiranku.

"Baiklah, melihat isinya ... Bagaimana kalau 'Titik Buta dari 10.000 Orang'?"

"Hmm,"

Irisu mengangguk berkali-kali.

"Judul yang bagus. Baiklah, sudah diputuskan."

Ketika judul dari film tanpa nama ini sudah diputuskan, urusan mengganggu yang telah mengambil empat hari penuh dari liburan musim panasku akhirnya telah berhasil diselesaikan. Bahkan bila aku tidak mendapat materi apapun dari hasil kerjaku, aku tidak merasa sedikit lebih buruk.

Fakta bahwa aku bermain sebagai peran "detektif" memberiku sebuah rasa yang memehuninya.