Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 3 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 4[edit]

Menyaksikan Kirito bertarung, Lyfa dibuat setengah terpana dan setengah kagum.

Mereka berada di langit sepanjang wilayah Hutan kuno di wilayah timur laut Sylph; sedikit lebih jauh dan mereka akan melewati kawasan dataran tinggi. Sylvain sudah berada jauh di belakang mereka sehingga tak peduli sekuat apapun kalian membelalakkan matamu, menara giok itu takkan bisa terlihat.

Mereka tengah melaju ke bagian terdalam dari gua yang disebut zona netral, sehingga monster di area ini sangat kuat dan memiliki level cukup tinggi. Kirito saat ini tengah bertarung dengan tiga kadal bersayap bermata satu «Evil Glancer», secara sekaligus. Kekuatan mereka sebanding dengan monster boss dari dungeon level rendah di wilayah Sylph.

Disamping kekuatan dasar mereka, masalah sejatinya adalah mata besar dan ungu mereka bisa melepaskan serangan «Evil Eye» -- suatu tipe sihir kutukan yang dapat mengurangi kemampuan seorang pemain secara drastis untuk beberapa saat kalau sampai kena. Lyfa tengah mempertahankan jaraknya dan bertindak sebagai peran support. Kapanpun kutukan mengenai Kirito, Lyfa akan memberinya mantra pembalik, namun ia tak paham apa hal itu dibutuhkan atau tidak di atas udara.

Bagi Kirito yang memegang pedang yang sama panjang dengan tubuhnya, bertahan dan mengelak tidak ada dalam kamusnya; dan seolah untuk membuktikan gaya bertarung gila gilaannya, semua kadal berjatuhan satu demi satu. Kirito sama sekali tak peduli dengan yang namanya serangan jarak jauh dari kadal; karena dia mengayunkan pedang besarnya sambil terus maju, banyak kadal akan terkena oleh tebasan ganasnya, dan terpotong kecil kecil. Dengan kehendak kuat di setiap ayunannya, lima kadal pertama dihabisi dengan ganas. Kadal terakhir mencoba untuk kabur dengan sisa HP 20%. Ia melepaskan teriakan menyedihkan sambil mengungsi ke hutan, namun Lyfa mengangkat tangan kanannya, dan mengaktifkan sihir vakum tipe pengejar. Empat atau lima bilah seperti bumerang dengan cepat mengejar si kadal dan memotongnya kecil kecil. Tak lama kemudian, tubuh si reptil biru itu musnah menjadi poligon cahaya biru, menandakan akhir yang cepat dari pertarungan kelima hari ini.

Dengan suara metalik besar disertai suara sarungan pedang, Lyfa mengangkat tangannya saat ia melihat Kirito dengan ringan mendekatinya di udara.

“Kerja bagus—“

“Terima kasih untuk dukungannya—“

Mereka saling melambaikan tangan, dan keduanya bertukar senyum.

“Tapi bagaimana bilangnya ya........gaya bertarungmu itu terlalu nekat.”

Mendengar Lyfa mengatakan itu, Kirito menggaruk kepalanya.

“A-Apa iya?”

“Umumnya, akan lebih baik untuk memakai taktik serang dan lari untuk hindaran, tapi kamu hanya menyerang dan menyerang.”

“Tapi kita bisa selesai lebih cepat, bukan?”

“Itu mungkin bekerja dalam situasi dengan monster yang sama seperti hari ini, tapi tidak kalau kamu menemui kelompok monster dengan kombinasi tipe serangan jarak jauh dan jarak dekat. Kalau kita sampai menghadapi party pemain mereka pasti akan memakai sihir sehingga kamu harus hati hati.”

“Sihir—Tak bisakah aku tinggal menghindarinya?”

“Ada banyak tipe sihir jarak jauh;untuk sihir tipe-kekuatan yang bergerak lurus, kamu bisa membaca arahnya dan menghindarinya, tapi itu mustahil untuk sihir tipe pengejar dan tipe area. Seandainya ada Mage yang memakai tipe sihir semacam itu, kamu harus selalu mempertahankan kecepatan tinggi dan waktu pergerakanmu.”

“Hmmm.........sepertinya ada banyak hal untuk diingat.”

Kirito menggaruk kepalanya dengan wajah seperti anak anak yang melihat seperangkat masalah yang sulit dipecahkan.

“Tapi, kalau itu kamu maka kamu pasti bisa memahaminya dengan cepat.....menurutku. Kamu nampaknya memiliki intuisi bagus dan mata tajam. Apa kamu seorang atlet olahraga di dunia nyata?”

“Ng-Nggak, sama sekali tidak.”

“Hmmm.......baiklah, ayo kita terus bergerak.”

“Oke.”

Mereka mengangguk satu sama lain, kemudian mulai mengepakkan sayap mereka dan melanjutkan perjalanan. Di bawah matahari terbenam, padang rumput berwarna keemasan mulai muncul di balik hutan.


Tanpa menemui monster apapun setelah itu, keduanya akhirnya keluar dari Hutan kuno dan memasuki area pegunungan. Tepat saat mereka mencapai batas waktu penerbangan mereka, mereka turun ke sudut padang rumput di kaki gunung.

Saat sol sepatu mereka meluncur di rerumputan selagi mendarat, Lyfa mengangkat kedua tangannya dan meregangkan tubuhnya. Biarpun tubuh asli tak memiliki organ tubuh seperti itu, entah kenapa sayap bisa merasakan kelelahan setelah penerbangan jauh. Beberapa detik kemudian, Kirito juga mendarat dan sama sama meregangkan tubuhnya.

“Fufu, sudah capek?”

“Belum, masih belum.”

“Oke, mari terus berjuang......itulah yang ingin kukatakan, tapi kita harus menunda perjalanan udara untuk sementara.”

Kirito mengangkat alisnya oleh pernyataan Lyfa.

“Eh, kenapa?”

“Apa kamu melihat pegunungan?”

Lyfa menunjuk ke bagian paling ujung dari padang rumput, ke arah gunung yang menjulang dan diselimuti salju.

“Terbang dibatasi oleh ketinggian. Kita tak bisa terbang melebihi tinggi pegunungan, jadi kita harus lewat melalui lorong gua yang terletak di dalam pegunungan. Itu sepertinya adalah tempat paling berbahaya saat bepergian dari wilayah Sylph ke Aarun. Aku sendiri nggak yakin karena ini pertama kali aku disini.”

“Begitu.....lorong itu, apakah panjang?”

“Cukup panjang, tapi ada kota pertambangan netral di tengah tengahnya, dan kita pasti bisa beristirahat disana. Kirito-kun, sampai saat itu apa kamu masih tak apa apa?”

Kirito memanggil jendela menu dengan tangan kirinya, mengecek jam, dan mengangguk.

“Waktu di dunia nyata saat ini jam tujuh malam, aku tak apa apa untuk sekarang.”

“Begitu, maka mari kita coba sedikit lebih lama lagi. kita harus lakukan ‘Rotate Out’ sekali disini.”

“Ro-Rotate?”

“Ah, kita bergiliran untuk log out dan beristirahat. Karena ini adalah zona netral, kita tak bisa log out dalam sekejap. Sehingga, seorang akan log out dimana yang lain akan melindungi avatar saat ia jatuh dalam kondisi tak bernyawa.”

“Begitu, aku paham. Lyfa, tolong pergi lebih dulu.”

“Baiklah, aku menerima tawaran baikmu. Mohon bantuannya selama 20 menit!”

Selesai bicara, Lyfa mengeluarkan jendela menu dan menekan tombol Log Out. Saat dia menyentuh tombol pesan peringatan YES, daratan di sekelilingnya mengalir ke satu titik dan lenyap seketika.


Duduk bersila di atas ranjang setelah bangun, Suguha melepas Amusphere dan melompat dari ranjang. Dengan cepat berlari sepanjang tangga, Suguha mengkonfirmasi kalau lantai pertama kosong. Hari penyuntingan akhir majalah sudah semakin dekat jadi Midori belum pulang ke rumah, dan Kazuto mungkin berada di kamarnya, sehingga lantai pertama nampak sunyi.

Membuka lemari es, Suguha mengambil dua bagel, ham, krim keju, dan sayuran satu demi satu. dengan cepat mengiris roti menjadi dua, ia mengoleskan selapis tipis mustard, menambahkan ham, dan memasukkan sisanya, dan kemudian memindahkan sandwich bagel itu ke piring. Setelah ia menuangkan susu ke dalam panci susu kecil dan menumpangkannya di atas kompor, Suguha menaiki tangga, dan menghadap lantai kedua sambil berteriak:

“Onii-chan, apa kamu ingin makan sesuatu!?”

....Namun tak ada jawaban. Dia pasti tertidur, Lyfa mengangkat bahunya dan kembali ke dapur. Ia menuangkan susu yang sudah mendidih ke cangkir dan membawanya ke meja ruang tamu dengan piring. Setelah sekitar sembilan puluh menit, makan malamnya selesai. Menempatkan piring ke mesin cuci, dia berlari ke kamar mandi. Biarpun itu adalah dunia virtual, kalau kau melakukan pertarungan sengit, tubuh aslimu akan berkeringat karena ketegangannya. Setelah permainan panjang dia mulai merasa lengket kalau dia tak mencuci dan mengganti pakaian.

Sword Art Online Vol 03 - 207.jpg

Suguha melepas pakaiannya dan melompat ke shower dengan kecepatan supersonic, air hangat perlahan menetes melalui kepala shower.

Faktanya, kalau dia bermain VRMMO secara berlebihan sampai mengganggu makan atau mandi, atau kalau dia memesan makanan jadi, Ibunya akan memarahinya, jadi dia mencoba tak mengikuti party dalam jangka panjang. Namun, kali ini dia tak bisa melakukan itu. Dia mungkin akan bepergian dengan Kirito besok, atau besok lusa kalau situasi memburuk. Mungkin karena kepribadiannya, Suguha tak suka dengan party jangka panjang, saat hari berubah dia akan merasa tak nyaman, namun entah kenapa kali ini hal itu justru tidak terjadi. Dalam hal ini.......

.....Suguha justru merasa senang.

Pikir Suguha sambil menutup matanya dan merasakan sentuhan lembut air hangat di kulitnya.

Membuka matanya, pupil hitam gelapnya menatap balik dari cermin di hadapannya. Di dalamnya, terdapat campuran perasaan senang dan sedikit tak nyaman.

Fisik Suguha yang asli memang sangat besar untuk praktisi kendo, bahkan juga begitu saat dibandingkan dengan roh angin Sylph, Lyfa, dia jelas jelas bertulang besar. Bahu, perut, dan pahanya, kapanpun dia menggerakkan mereka, bentang ototnya sepertinya kelihatan jelas, selain itu dia juga merasa kalau dadanya sudah mulai tumbuh belakangan ini.

Tubuh ini merasakan semua itu, namun jauh di dalam hatiku tumbuh sebuah konflik. Suguha menutup matanya lagi.

.....Bukan berarti Suguha mulai menjadi menyukai dia. Itu juga bukan karena ingin mengajak seseorang berpetualang bersama........hanya saja, terbang di dunia baru sangatlah menyenangkan.

Hal itu digumamkan dalam hatinya, namun itu bukan demi membujuk dirinya sendiri, namun ada kebenaran di dalamnya.

Berpikir kembali, ia juga memiliki perasaan seperti itu setiap hari di masa lalu.

Seiring ia tumbuh makin kuat, sedikit demi sedikit bidang aktivitasnya melebar; hanya terbang di langit dunia yang tak diketahui akan membuat jantungnya berdegup senang. Namun, karena dia diangkat menjadi peran pemain senior utama di dalam wilayah Sylph, pengetahuan dan kewajibannya meningkat secara bersamaan juga. sebelum dia menyadarinya, dia terkubur oleh kebiasaan dari kehidupan sehari harinya. Tugas seperti bertarung demi seluruh ras telah mengekang sayapnya dengan rantai tak terlihat.

Para Pemain yang mengabaikan wilayah mereka dalam ALO disebut «Pembelot», makna Bahasa Inggrisnya yakni «Apostates». Yakni mereka yang membuang kewajiban mereka setelah mendapatkannya, mereka yang dibawah tekanan negara mereka sendiri, sampai sekarang memberi kesan kalau mereka adalah pengkhianat, mungkin memiliki semacam kehormatan di dalam hati mereka.

Dengan pikirannya masih memikirkan semua hal itu, dia dengan cepat membasuh rambut dan tubuhnya kemudian membilas busanya. Melepas handuk mandi dari kait di dinding, ia memakai panel kendali di sampingnya, dan hembusan udara hangat bertiup dari celah di langit langit. Saat rambutnya hampir kering, ia membalut tubuhnya dengan handuk dan menuju ke ruang tamu. Melihat jam, ada kurang dari tiga menit sebelum batas waktu yang disetujui.

Ia membungkus sandwich bagel yang tersisa di atas piring, mengambil secarik kertas dan menulis “Onii-chan, kalau kamu lapar tolong makanlah ini.”, dan meletakkannya di bawah piring.

Kembali ke lantai kedua, ia segera mengenakan piyama, berbaring ke ranjang, dan menaruh helm Amusphere di kepalanya.

Setelah menunggu sejumlah proses koneksi, melalui warna pelangi dari prosedur Log In, Suguha/Lyfa merasakan hembusan angin segar dan mencium aroma menyegarkan.


Dari posisi menunggunya, dan berlutut di atas satu lututnya, Lyfa berdiri dan bertanya.

“Maaf membuatmu menunggu, apa ada monster yang muncul?”

Kirito, yang berbaring di atas rumput dengan benda seperti jerami di mulutnya, melepasnya dan mengangguk.

“Selamat datang kembali. Disini sepi sekali.”

“Apa itu?”

“NPC dari toko grosir berkata kalau ini adalah produk khas di Sylvain.”

“Aku belum pernah dengar ada yang seperti itu.”

Kirito menyerahkan ‘sesuatu’ itu dan Lyfa menerimanya di tangannya. Dia nampak sedikit tegang dan menggigitnya. Dengan sekali nafas, aroma manis dan harum mint mulai muncul di mulutnya.

“Ini giliranku untuk Log Out. Tolong lindungi aku.”

“Ok, nikmati perjalananmu.”

Saat Kirito memanggil jendela menu dan menekan tombol Log Out, tubuhnya secara otomatis kembali ke posisi standby. Lyfa kemudian duduk di sampingnya dan mulai melihat dengan santai pada langit selagi mengisap jerami mint saat pixie dari saku dada Kirito terbang keluar dan mengejutkannya.

“Whoa! Kamu bisa bergerak meski majikanmu tidak dalam Game!?”

Yui memasang wajah ‘tentu saja’ dan meletakkan tangannya di pinggangnya seraya mengangguk.

“Tentu saja bisa. Aku adalah aku. Dan dia bukan ‘majikan’ku, dia adalah ‘Papa’ku.”

“Meskipun begitu, kenapa kamu memanggil Kirito Papamu? Apa mungkin dia memprogrammu seperti itu?”

“Papa menolongku, tapi dia juga berkata kalau aku anaknya. Jadi dia adalah Papaku.”

“Begitu....”

Sudah pasti, Lyfa tak paham sama sekali.

“Kamu mencintai Papamu?”

Lyfa bertanya dengan santai, dan Yui menatapnya dengan wajah serius.

“Lyfa, apa itu cinta?”

“A-Apa........”

Lyfa tak siap menghadapi pertanyaan tak terduga dan memikirkannya untuk beberapa saat sebelum menjawab dengan nada kering.

“......Itu perasaan ingin tetap bersama. Dan saat kalian bersama, jantungmu akan berdegup kencang, atau kira kira seperti itu.....”

Wajah tersenyum Kazuto mendadak muncul di pikirannya, namun kenapa wajah itu sama dengan wajah istirahat avatar di sampingnya? Lyfa tersedak. Tak yakin sejak kapan perasaannya pada Kirito mulai sama dengan perasaan tersembunyinya pada Kazuto. Lyfa menggeleng kepalanya tanpa berpikir. Yui melihat ia melakukan ini dan memiringkan kepalanya, sambil bertanya:

“Ada apa, Lyfa?”

“Bukan, bukan, bukan, itu bukan apa apa!”

Lyfa berteriak, dan pada saat itu—

“Apanya yang bukan apa apa?”

“Waaah!”

Kirito tiba tiba mengangkat kepalanya dan Lyfa melompat.

“Aku kembali. Apa yang terjadi?”

Kirito melihat wajah gugup Lyfa dan berdiri. Hinggap di bahunya, Yui berkata:

“Selamat datang kembali, Papa. Kami baru mengobrol tentang orang yang dia sukai dan—“

“Hei, itu nggak benar!”

Lyfa buru buru memotong ucapan Yui.

“Kamu cepat sekali kembali. Apa kamu makan sesuatu?”

Lyfa bertanya untuk menyembunyikan rasa malunya.

“Ah ya, keluargaku membuatkan sesuatu untukku.”

“Begitu, baiklah, kita harus lekas berangkat. Kalau kita nggak sampai di Kota pertambangan sebelum hari sudah larut, nanti akan jadi Log Out merepotkan. Ayo, segera terbang ke pintu masuk gua!”

Lyfa menyelesaikan ucapannya dengan cepat dan berdiri. Biarpun Yui dan Kirito tak cukup paham apa yang terjadi, Lyfa tak menunggu mereka untuk menyadari itu dan dengan lembut mengepakkan sayapnya.

“Ah, ya. Mari berangkat!”

Masih tak memahami alasan ekspresi Lyfa, Kirito juga membentangkan sayapnya. Namun tiba tiba, dia menoleh dan melihat ke arah hutan tempat mereka keluar.

“Ada apa?”

“Bukan apa apa.......”

Kirito membalas, meski ia masih menatap ke arah hutan.

“Rasanya ada seseorang yang mengawasi kita. Yui, bisa beritahu kami apa ada orang lain sepanjang area ini?”

“Tidak, tak ada siapapun di sekitar kita.”

Pixie itu menggeleng kepala kecilnya. Namun Kirito masih nampak ragu ragu.

“Perasaan seolah diawasi........apa ada semacam indera keenam dalam Game ini?”

Mendengar Lyfa menanyakan itu, Kirito menggosok dahinya dengan tangan kanannya dan berkata:

“Sulit untuk melakukan itu. kalau ada seseorang mengawasi kita, maka sistem akan memberi kita «Referensi», kamu mungkin hanya melihat aliran data yang tidak biasa kamu lihat, anggap saja begitu.”

“Apa iya?”

“Tapi Yui tak merasakan kehadiran siapa siapa jadi pasti tak ada siapapun.”

“Ah, bisa saja mereka menggunakan «Tracer»”

Lyfa berbisik pada Kirito, yang mengangkat alisnya.

“Apa itu?”

“Itu adalah sihir pelacakan. Biasanya dalam bentuk makhluk sihir kecil yang memberitahu pemain tentang posisi target.”

“Itu mantra yang bagus sekali. Bisakah kamu lepaskan mantra itu dari kita?”

“Kalau aku bisa melihat Tracer-nya maka aku bisa melepasnya, tapi kalau skill sihir si pemakai sihir itu tinggi, jarak yang bisa dia observasi meningkat, jadi menemukannya di daratan luas seperti ini sangat mustahil.”

“Begitu. Mungkin hanya imajinasiku, pokoknya ayo kita lekas berangkat.”

“OK.”

Setelah mengangguk, mereka terbang ke angkasa lagi. bukit putih dari sudut pegunungan tak terlalu jauh, dan di tengah tengah bukit terdapat gua hitam raksasa. Menuju ke lubang gua yang menghembuskan udara dingin sinis dari dalamnya, Lyfa mengepakkan sayapnya lebih cepat dan mempercepat lajunya.

Setelah beberapa menit terbang, keduanya memasuki pintu masuk gua.

Hampir tegak lurus pada batu batu besar, gua itu adalah bentuk persegi raksasa yang memotong wajah bukit. Tinggi dan lebarnya sekitar tiga atau empat kali melebihi Lyfa. Mereka tak tahu ada apa di dalam sana, namun diukir di sekitar pintu masuk gua adalah beberapa desain monster. Bagian teratas lubang terdapat kepala setan yang menjulang keluar, melihat dengan kebencian ke arah mata semua penyusup.

“Gua ini......apa memiliki nama?”

Oleh pertanyaan Kirito, Lyfa menganggukkan kepalanya dan membalas.

“Namanya adalah «Koridor Ruger». Ruger juga menjadi nama dari Kota Pertambangan itu.”

“Whoa, itu seperti cerita yang kutonton di film fantasy.”

Lyfa menatap Kirito dengan pandangan perifernya dan melihatnya tersenyum. Mungkin maksud Kirito adalah buku buku klasik, yang menjadi inspirasi produksi film. Dalam kamar Kazuto, terdapat kotak dengan buku edisi koleksi semacam itu, dan Lyfa sering meminjamnya untuk dibaca tanpa meminta ijin lebih dulu.

“Aku tahu apa yang kamu bicarakan. Untuk melintasi pegunungan, mereka melalui pertambangan bawah tanah, dan diserang oleh setan raksasa. Namun, sayangnya monster tipe-setan tak akan muncul disini.”

“Sayang sekali ya.”

“Ah, tapi gua ini dihuni banyak Orcs. Kalau kamu menganggapnya menarik, kamu bisa mengurus semua makhluk itu.”

Kemudian, keduanya mulai bergerak ke depan ke arah gua.

Terasa sejuk di dalam gua, cahaya dari luar juga sangat tipis, dan perlahan menyelimuti segalanya ke dalam kegelapan. Lebih baik memakai sihir tipe cahaya; pikir Lyfa dan menoleh pada Kirito yang berjalan di sampingnya.

“Oh iya, Kirito-kun, apa kamu melatih skill sihirmu?”

“Ah, hanya sihir dasar ras, tapi aku tak sering memakainya.”

“Menjelajahi gua adalah spesialisasi Spriggan dengan pemakaian cahaya, bahkan lebih efektif dari sihir Mage angin.”

“Hmm, Yui, apa kamu tahu?”

Kirito menggaruk kepalanya dan Yui keluar dari sakunya dan berkata dengan nada menguliahi;

“Papa, aku minta kamu sedikit membaca buku panduan manual. Memakai sihir cahaya itu....”

Yui perlahan melafalkan mantra, dan Kirito mengangkat tangan kanannya dan mengulangi ucapannya. Tangan kanannya memancarkan cahaya abu abu pucat, dan terus menyebar. Saat itu mengenai Lyfa, dia mampu melihat area yang luas disekitar mereka. Mantra itu nampaknya tak memancarkan cahaya; namun memberi penggunanya pandangan-malam.

“Wow, ini sangat praktis sekali. Menjadi Spriggan mungkin ada gunanya juga.”

“Ah, mendengar kamu mengatakan itu membuatku terluka.”

“Hahaha. Tapi serius, kamu setidaknya harus mengingat beberapa mantra sihir yang berguna. Kalau kamu bahkan nggak bisa memakai mantra spesialitas Spriggan dalam situasi hidup dan mati, itu akan memalukan.”

“Woo, ucapan itu bahkan lebih melukaiku.”

Sambil mengobrol dengan santai, mereka terus bergerak lebih jauh ke dalam banyak belokan dan kelokan di dalam gua. Tak lama kemudian, mereka tak bisa melihat cahaya putih dari pintu masuk lagi.


“Kupikir itu adalah ‘ARLU-DENA-RERE.....’”

Kirito menatap referensi manual ungu berkilauan dan mencoba membisikkan kalimat mantra yang tak familiar.

“Tidak, tidak, membacanya seperti itu tak akan mengaktifkan mantra. Mantra itu bukan hanya pelafalan mekanik, kamu harus memahami tiap tiap «Kekuatan kata» dan mengasosasikannya dengan efek sihir sembari mengingatnya.”

Mendengar pernyataan ini, si pendekar pedang hitam menghela nafas panjang dan menjatuhkan kepalanya.

“Aku tak menyangka akan mempelajari kata kata yang kelihatan seperti bahasa Inggris dalam Game.”

“Akan kuperingatkan kamu, mantra level tinggi setidaknya memiliki dua puluh kata.”

“Aw ayolah, aku lebih suka jadi petarung murni......”

“Sia sia saja menangis! Ayo cepat mulai dari awal lagi!”

Sekitar dua jam mereka berjalan setelah memasuki gua, mereka bertarung dengan orcs lebih dari sepuluh kali dan menang tanpa masalah. Berkat peta yang dibeli di Sylvain, mereka berjalan mengikuti jalan lurus dan bepergian dengan cepat. Menurut peta, seharusnya terdapat danau besar bawah tanah di depan sana, melintasi jembatan di atasnya akan menuntun ke arah kota tambang, Ruger.

Ruger tidak sebesar ibukota bawah tanah Gnome, namun ia memiliki fasilitas yang menghasilkan bijih berkualitas tinggi dan banyak pemain tipe pebisnis serta pandai besi tinggal disana. Mereka tak menemui pemain lain sepanjang jalan. Gua ini bukan tempat perburuan yang bagus. Gua ini cukup besar, namun seperti ketiadaan cahaya matahari atau cahaya bulan, sumber ketahanan penerbangan juga tak mencapai area ini, sehingga sayap mereka tak bisa digunakan.

Pemain Sylph yang ingin menuju ke Aarun untuk berdagang dan piknik biasanya mengambil rute yang lebih jauh dari bagian utara Sylvian, melintasi wilayah Cait Sith di dekat pegunungan. Hidup disana terdapat ras Cait Sith dengan telinga dan ekor kucing mereka. Mereka bisa memakai skill «Taming» dengan memberi makan monster atau binatang, dan selalu menyediakan hewan tunggangan yang sudah dijinakkan ke ibukota Sylph demi menjalin persahabatan, jadi kedua ras itu sudah lama sangat akur. Hubungan diantara Raja dari kedua ras juga sangat bagus, bahkan dikatakan kalau tak lama lagi mereka akan membentuk aliansi.

Karena Lyfa memiliki sejumlah teman Cait Sith, dia berniat untuk memilih rute melalui lintasan utara, namun melewati pegunungan karena Kirito kelihatan buru buru. Jujur saja, masuk ke bagian dalam tanah membuat Lyfa tak nyaman, namun dalam situasi saat ini bergerak sepanjang pegunungan sepertinya tak membawa masalah berarti.

Yang jelas, alasan kenapa Kirito begitu buru buru menuju ke Aarun, dan World Tree, masih misteri bagi Lyfa. Sikap Kirito membuat Lyfa bertanya tanya dengan ketidakpastian di hatinya, namun postur bertarungnya sepertinya sangat cemas.

Ia ingat Kirito menyebutkan kalau ia tengah mencari seseorang. Orang orang yang hilang kontak di dunia nyata dan datang mencari di Game tidaklah aneh. Di papan buletin di depan toko grosir, di sudut pertanyaan, kata ‘mencari seseorang’ tidak ada habisnya. Biasanya itu dilakukan demi balas dendam atau karena ketertarikan cinta, namun tak ada yang pas untuk Kirito. Dan, mencari di Aarun cukup bisa dipahami, tapi kenapa World Tree? Saat ini tempat itu seperti area tak terjamah, biarpun bisa mencapai bagian bawahnya, menuju ke puncak pohon itu nyaris mustahil.

Lyfa berjalan di samping Kirito yang terus berlatih keras dengan kalimat mantra, dan terus berpikir sendiri. Biasanya tak memperhatikan di zona netral sama halnya bunuh diri, namun dalam perjalanan ini karena indera menakutkan Yui, ia akan memperingatkan mereka adanya monster yang mendekat sehingga tak perlu khawatir akan ada serbuan.

Kemudian, setelah beberapa menit, mereka hampir mencapai danau bawah tanah saat Lyfa mendengar suara, itu bukan peringatan Yui, namun lebih seperti suara dering telepon.

Lyfa mengangkat tangannya, menoleh pada Kirito, dan berkata:

“Ah, aku mendapat pesan. Maaf, tolong tunggu sebentar.”

“Oke.”

Lyfa berhenti, di bagian depan tubuhnya di bawah dadanya, ia menekan icon yang ditampilkan. Sebuah jendela muncul dan menunjukkan Pesan Teman. Daftar Teman Lyfa hanya ada satu orang, Recon, ia sudah bisa menebak, jadi bahkan sebelum membaca dia sudah tahu siapa pengirimnya. Itu mungkin isi yang tidak perlu, pikir Lyfa sambil melirik pesan itu, namun—

‘Seperti yang kuduga! Hati hati, S’

Itulah satu satunya hal yang ditulis.

“Apa apaan ini?”

Ujarnya tanpa berpikir. Sama sekali tak masuk akal. Apa yang dia duga? Hati hati dengan apa? Dan apa maksud ‘S’ di bagian akhir? Kalau Recon mengiriminya pesan, bukankah harus dengan ‘R’, apa ada semacam makna tersembunyi dibaliknya?

“Esu...sa....shi....su......hmmm.”

“Ada apa?”

Lyfa menjelaskannya pada Kirito yang bingung. Kemudian, Yui memunculkan kepalanya dari dalam saku dan berkata:

“Papa, aku mendeteksi respon dari jarak dekat.”

“Monster?”

Tangan Kirito menyentuh gagang pedangnya, namun Yui menggeleng kepalanya.

“Bukan—ada pemain, jumlahnya dua belas.”

“Dua belas?”

Lyfa dibuat diam membisu. Bagi kelompok pemain yang membentuk party bertarung, itu terlalu banyak. Mungkin itu adalah kelompok Sylph yang bergerak dari Sylvian ke Ruger, atau bahkan ke Aarun sebagai karavan dagang.

Memang, sekali dalam sebulan biasanya ada party beranggotakan besar yang berkumpul di ibukota Sylph untuk bepergian dari dan ke area sentral. Biasanya beberapa hari sebelum hari keberangkatan mereka akan memberitahu semua pemain untuk merekrut peserta, namun di pagi ini saat dia melihat papan buletin tak ada apapun yang menulis tentang hal itu.

Berarti itu adalah kelompok tak dikenal, kalau mereka Sylph maka tak akan berbahaya, namun kesempatan kalau mereka adalah kelompok PK dari ras berbeda itu sulit untuk dibayangkan. Lyfa mendapat firasat buruk tentang hal itu, dan menoleh pada Kirito.

“Aku merasakan firasat buruk. Kita harus bersembunyi dan biarkan mereka lewat.”

“Tapi bersembunyi dimana?”

Kirito kebingungan dan melihat ke sekelilingnya. Mereka berada di tengah jalan lebar, tanpa cabang apapun untuk bersembunyi.

“Itu, serahkan padaku.”

Lyfa memegang pergelangan tangan Kirito dan bersembunyi di area berlubang terdekat. Menekan rasa malu oleh kontak fisik yang terlalu dekat, Lyfa mengangkat tangan kirinya untuk pelafalan mantra.

Kemudian cahaya hijau memancar dari kaki ke atas, menyelimuti kedua tubuh. Pandangan mereka sedikit berwarna hijau, namun dari luar mereka akan sama sekali tersembunyi. Lyfa menatap Kirito di sampingnya dan berbisik:

“Bicaralah dengan tenang, kalau kita terlalu berisik maka sihir ini takkan berfungsi.”

“Aku paham. Sihir ini benar benar berguna.”

Kirito mengawasi area mereka bersembunyi, dan terus menerus memindai area. Yui memunculkan kepalanya dan berujar dengan nada rendah:

“Dalam sekitar dua menit kalian akan bisa menemui mereka.”

Mereka berdua membuat diri mereka lebih kecil dan bergerak mendekat ke dinding gua. Setelah detik detik menegangkan, Lyfa mendengar suara langkah kaki mendekat. Bercampur dengan suara armor berat yang berdentingan, yang membuatnya penasaran dan melihat.

Kirito menjulurkan lehernya, menatap ke arah kelompok tak dikenal.

“Apa itu?”

“Apa? Aku tak melihat siapa siapa.”

“Aku tak melihat pemain, tapi mungkin monster? Ada Kelelawar merah kecil.”

“!?”

Lyfa menahan nafasnya sambil melihat ke depan. Di kegelapan di dalam gua, terdapat benda merah beterbangan ke arah mereka. Ini adalah—

“Sial!”

Lyfa tanpa sadar mengutuk keras keras, dan melompat dari tempat persembunyian ke tanah di tengah tengah jalan. Sihir Persembunyian terlepas di saat yang sama dan Kirito juga berdiri dengan kebingungan.

“Hei, hei, apa yang terjadi?”

“Itu sihir Pelacak Jejak Level tinggi! Kita harus menghancurkannya dengan cepat!”

Sambil berteriak keras, Lyfa merentangkan tangannya dan mulai merapal mantra. Setelah mantra yang cukup panjang, ujung jarinya melepaskan sejumlah jarum emerald berkilauan. Viii, bersuara di udara seiring jarum jarum itu menyerbu ke arah targetnya.

Kelelawar yang beterbangan di udara dengan perlahan mencoba menghindari serangan, namun karena ada begitu banyak jarum, ia tertusuk oleh banyak jarum. Ia jatuh ke tanah, terselimuti api merah, dan lenyap. Mengkonfirmasi serangannya, Lyfa menoleh ke arah Kirito dan berteriak:

“Lekas berlari ke arah kota, Kirito-kun!”

“Oh, tak lagi bersembunyi?”

“Musuh akan segera tahu kalau pelacak mereka dihancurkan. Mereka mungkin akan mengirim banyak pelacak, jadi hampir mustahil untuk bersembunyi. Pet sihir itu memiliki banyak properti. Ini artinya party yang mendekat adalah.......”

“Salamander!”

Kirito mengernyit setelah menunjukkan pengetahuannya. Sembari mereka berbicara, suara berderak derak bercampur langkah kaki semakin mendekat. Lyfa berbalik dan melihat cahaya merah dari kejauhan.

“Ayo pergi!”

Mengangguk, keduanya mulai berlari.

Sembari mengecek peta saat berlari, jalan lurus ini akan segera berakhir, dan di depan akan terdapat danau bawah tanah raksasa. Cara untuk melintasi danau adalah melalui jembatan, dan di seberang merupakan pintu masuk ke kota pertambangan, Ruger. Itu adalah kota netral sehingga serangan tak diperbolehkan di dalamnya, tak peduli berapa banyak orang yang mereka miliki, mereka takkan bisa melakukan apa apa.

Namun kenapa ada kelompok besar Salamander disini?

Lyfa menggigit bibirnya. Memakai Pelacak artinya sejak awal bermaksud memburu kita. Setelah meninggalkan Sylvian, karena kekuatan pencari dari Yui, seharusnya mereka tak mungkin punya kesempatan untuk memasang sihir itu. Satu satunya kemungkinan adalah mereka memakai sihir itu selagi kita berada di jalanan Sylvian.

Jumlah Sylph yang bisa menggunakan sihir api itu bukan nol. Tiap tiap ras memiliki bakat atribut sihir tersendiri, angin untuk Sylph, tanah untuk Gnome, dll. Dan atribut mantra yang lain bisa dipelajari melalui latihan keras dan peningkatan skill.

Namun, kelelawar merah yang mereka bunuh bisa mengikuti dan melacak target, dan mencari target yang bersembunyi, adalah sihir level sangat tinggi yang memerlukan skill sihir api yang hampir mustahil untuk diperoleh ras lain selain Salamander. Dengan kata lain—

‘Ada Salamander di Sylvain?’

Lyfa memikirkan itu selagi berlari. Kalau ini benar, tak mudah melakukannya. Meski Sylvian terbuka bagi pengembara dari ras lain, namun karena hubungan sengit dengan Salamander, bea masuk mereka sangat ketat dan dibatasi. Kalau Penjaga NPC yang kuat menemukan Salamander, mereka akan segera menyerang. Melewati semua itu tidaklah mudah.

“Oh, danau!”

Berlari ke kanan di depannya, suara Kirito menginterupsi pikiran Lyfa. Lyfa mengangkat kepalanya dan melihat jalan pegunungan berbatu berubah menjadi jalan batu yang rata di depan sana, ruang menjadi lebih terbuka, dan air hijau gelap danau bersinar dengan cahaya pucat.

Jembatan batu membentang di tengah tengah danau, di seberangnya terdapat gerbang besar yang mencapai atap. Itu adalah kota tambang, pintu Ruger. Sekali melewati pintu itu, kamilah yang menang dalam permainan petak umpet ini.

Ini memberi sedikit ketenangan pikiran bagi Lyfa dan ia melirik dari bahunya. Dari belakang cahaya merah masih ada sejumlah jarak. Karena sudah begini – keduanya berlari pada kecepatan tinggi menuju lintasan batu.

Saat mereka melalui jembatan, temperatur di sekitar mulai jatuh drastis. Mereka menembus udara beraroma air, dan mempercepat lari di atas jembatan.

“Sepertinya kita lolos.”

“Jangan cepat lengah. Ada monster raksasa di dalam air.”

Selagi berbicara dengan Kirito, mereka sampai di tengah jembatan yang merupakan area observasi bundar, dan pada saat itu.

Melewati kepala mereka dalam kegelapan, dari belakang muncul dua titik cahaya berkecepatan tinggi. Itu adalah efek cahaya dan suara yang menunjukkan kalau itu serangan sihir. Itu pasti dari Salamander yang mengejar mereka, namun akurasinya sangat buruk.

Karena itu akan mengenai di depan mereka, mereka hanya perlu melambat. Setelah melambat, cahaya mendarat sekitar sepuluh meter di depan.

Ia meledak seperti yang diduga, Lyfa mengangkat tangannya untuk menutup wajahnya, namun yang terjadi berikutnya sama sekali tak diduga. berguncang! Dinding batu besar naik dari jembatan dan memblokir seluruh jalan. Lyfa merengut oleh masalah tak terduga dan bersumpah;

“Ini gawat......”

“Apa?”

Mata Kirito melebar, namun terus berlari maju dan mencabut pedangnya untuk menebas dinding.

“Ah, Kirito-kun!”

‘Sia sia saja’ tak punya waktu untuk keluar dari mulutnya. Pedang Kirito mengenai dinding batu, GOUN! Suara keras datang dari serangan itu dan kekuatan pantulannya membuat Kirito jatuh terduduk di atas jembatan. Dinding batu cokelat itu tak menampakkan goresan sama sekali.

“.....Ternyata percuma.”

Lyfa terbang ke sisi Kirito dan berhenti, sambil mengatakan itu. si pemuda Spriggan berdiri dengan tatapan mencela.

“Seharusnya kamu katakan itu sejak tadi.”

“Kamu terlalu ceroboh. Ini perisai sihir tanah, serangan fisik takkan bisa merusaknya. Hanya sihir dalam jumlah besar yang bisa menghancurkannya........”

“Kita tak punya waktu untuk itu.......”

Mereka berbalik bersamaan, kelompok yang mengenakan armor, bersinar dengan warna darah, tengah mendekat di depan jembatan.

“Terbang mengitarinya......takkan mungkin. Bagaimana kalau menyelam ke dalam danau?”

Lyfa menggeleng kepalanya oleh saran Kirito.

“Tidak bisa. Sudah kukatakan tadi, sepertinya ada monster Naga air berlevel sangat tinggi tinggal di dalam danau. Tanpa bantuan Undine, bertarung di dalam air sama saja bunuh diri.”

“Jadi, tak ada pilihan selain bertarung kan?”

Menoleh pada Kirito yang memegang pedangnya dalam postur anggun, Lyfa menggigit bibirnya dan mengangguk.

“Kita tak punya pilihan.......tapi ini mungkin buruk......sampai Salamander memakai sihir elemen tanah sekuat itu, pasti ada Mage handal dalam kelompok itu.”

Jembatan itu tidak lebar, jadi kondisi terburuk mengalami pengepungan bisa dihindari. Bahkan dengan ini, dua belas lawan dua sama sekali tidak adil, dan penerbangan tidak dimungkinkan di dalam dungeon ini. Keahlian Lyfa dalam pertarungan udara tak bisa dipakai disini.

Itu semua bergantung pada keefektifan bertarung musuh.

.....Tapi kita tak boleh terlalu mengharapkan itu.

Menggumamkan itu dalam hatinya, Lyfa berdiri di samping Kirito dan mencabut katananya. Dengan suara logam berat, musuh yang mendekat mulai terlihat jelas. Di depan terdapat tiga Salamander besar, berdandan dalam armor yang lebih berat dari Salamander yang dia lawan kemarin, tangan kiri memegang tongkat besar atau senjata satu tangan lain, dan tangan kanan dilengkapi perisai logam yang besar.

Melihat ini, Lyfa untuk sesaat hampir kehabisan akal. Didalam ALO tangan yang dominan sama dengan di dunia nyata, jadi pemain bertangan kidal pasti sangat sedikit.

Sebelum Lyfa bisa menyuarakan keraguan itu, Kirito menatapnya dan berkata:

“Tolong jangan salah paham, tapi bisakah kamu menjadi supportku?”

“Eh?”

“Kuharap kamu bisa menyembuhkanku dari belakang. Maka aku bisa bertarung tanpa mempedulikan tubuhku.”

Lyfa menatap pedang bermata dua Kirito. Memang di jembatan sempit ini, tembakan teman akan dimungkinkan dan menghindarinya akan sulit. Menyembuhkan bukan keahliannya, namun Lyfa menganggukkan kepalanya dan mundur tepat di depan dinding batu. Tak ada waktu untuk berdebat.

Kirito membungkuk dan menarik pedangnya dari belakang. Ia mengirim gelombang tekanan ke arah tiga Salamander. Tubuh Kirito tidak besar, jadi dia nyaris tak membuat suara saat bergerak. Matanya bersinar oleh akumulasi energi. Jarak diantara kedua sisi semakin mengecil seiring Lyfa melihatnya—

“—Ha!”

Dalam satu tarikan nafas, kaki kiri Kirito melangkah ke depan, cahaya efek spesial biru muncul seiring ia mengayunkan pedangnya secara horizontal ke arah tentara besar merah. Dengan suara keras udara yang terpotong, jembatan berguncang; itu adalah ayunan pedang terkuat yang Lyfa pernah lihat, namun—

“Eh!?”

Mata Lyfa terbuka lebar karena terkejut. Ketiga Salamander menarik mundur senjata mereka, dan mengarahkan perisai mereka ke depan, menyembunyikan tubuh mereka dibalik dinding perisai.

GANG! Disertai suara keras, pedang Kirito menghantam dinding perisai dalam sekali ayunan dan menyisakan goresan horizontal. Udara berguncang dan gelombang besar menyebar sepanjang danau. Namun para petarung berat itu hanya terdorong mundur, sembari memblokir serangan Kirito.

Lyfa buru buru mengamati HP mereka. Mungkin lebih dari sepuluh persen berkurang, namun itu hanya untuk sesaat, karena tak lama kemudian lafal mantra terdengar dari belakang mereka, dan cahaya biru pucat menutupi ketiga penjaga depan. Itu adalah sihir pemulihan, karena HP mereka pulih dalam sekejap. Kemudian, dari belakang.....

Dari belakang dinding perisai baja yang kuat, banyak bola api merah jingga kemerahan ditembakkan, mengikuti jalur parabola sepanjang udara, dan meledak di posisi Kirito.

Ledakan itu cukup kuat hingga membuat permukaan danau memantulkan pria berbaju hitam yang terselimuti warna merah.

“Kirito-kun!”

Lyfa berteriak dengan keras, hampir dalam keputusasaan. Bar HP Kirito menurun drastis, dan mendekati area kuning peringatan. Tidak, dalam sistem ALO yang seluruhnya berbasis skill, HP meningkat sangat pelan, sehingga cukup ajaib kalau Kirito tak tewas dalam sekejap. Ini semua adalah rangkaian serangan sihir yang intensif. Lyfa segera menyadari hasrat membunuh dari musuh.

Kelompok musuh ini jelas memahami tentang Kirito dan kekuatan serangan fisiknya, jadi mereka memakai cara penanganan semacam ini.

Tiga pelindung dengan armor penuh akan memblokir serangan Kirito, memakai perisai berat untuk pertahanan. Tak peduli sekuat apapun serangan Kirito, kalau ia tak bisa mengenai tubuh mereka secara langsung, mereka takkan bisa dilukai. Sembilan orang yang lain mungkin adalah Mage. Beberapa akan menyembuhkan pelindung garis depan, dan yang lain memakai sihir api untuk menyerang. Ini adalah formasi yang dipakai untuk melawan monster boss dengan serangan fisik yang kuat.

Tapi kenapa ada begitu banyak orang digerakkan untuk menyerang Kirito dan Lyfa?

Meninggalkan keraguannya, Lyfa memulai pelafalan sihir penyembuhannya. Akhirnya api menipis, dan saat tubuh Kirito mulai terlihat, Lyfa memakai mantra penyembuhan level tinggi yang dia miliki. Kemudian bar HP Kirito mulai terisi, namun Lyfa tahu kalau itu takkan bertahan lama.

Kirito juga menyadari taktik musuh. Karena pertarungan jangka panjang itu tidak menguntungkan, ia mengangkat pedangnya dan menyerbu ke arah barisan prajurit berperisai.

“Woo oh!”

Pedang hitamnya membentur perisai, dan percikan cerah berkilapan.

Namun—disini pertarungan berubah menjadi permainan angka.

Serangan yang diberikan oleh Kirito akan disembuhkan oleh para Mage di belakang. Setelah itu, Mage yang lain akan melafalkan sihir serangan dan Kirito dihantam oleh ledakan lagi.

Tak ada ruang untuk skill individual; Lyfa paling membenci gaya bertarung semacam ini. Sekarang pertarungan ditentukan oleh MP Mage dan HP Kirito, yang mana yang habis lebih dulu. Namun hasilnya sudah sangat jelas.

Tak terhitung bola api mulai meluncur dan menghujani Kirito. Ledakan bertubi tubi menghantam Kirito dan tubuh babak belurnya terlempar dan menghajar tanah.

Karena ini adalah Game, tubuh dalam ALO takkan merasakan «sakit», namun menahan ledakan sihir secara langsung bisa memberi dampak buruk. Suara ledakan mengguncang otak, rasa panas membakar kulit, dan dampak itu akan merusak keseimbangan. Efek efek ini akan ditransfer ke realita pada daging si pemain, setelah Log Out semua efek ini masih akan tersisa selama beberapa jam dalam bentuk mual dan pusing.

“Uuu......oooh!”

Namun tak peduli berapa kalipun Kirito dihajar oleh api dia terus berdiri dan mengayunkan pedangnya. Sambil melafalkan mantra penyembuhan, Lyfa tak ingin terus melihatnya kesakitan. Ini adalah Game. Dalam situasi ini, hampir semua orang akan menyerah. Meski kegagalan sangat disesalkan, dibawah aturan yang ditetapkan Game, ini adalah perbedaan kekuatan bertarung yang tak bisa diganggu gugat. Meskipun begitu, mengapa—

Lyfa tak lagi tahan melihat Kirito terus seperti itu, sehingga dia berlari beberapa langkah di belakang Kirito dan berteriak:

“Cukup Kirito-kun! kita hanya perlu terbang beberapa jam dari Sylvain lagi! item yang tercuri dari kita bisa kita beli kembali, tolong menyerahlah!”

Namun Kirito menggeleng kepalanya dan berkata dalam nada tegas.

“Tidak!”

Matanya mencerminkan api merah brilian yang mengelilingi mereka.

“Selagi aku hidup, takkan kubiarkan anggota partyku mati. Aku pasti takkan membiarkan itu!”

Lyfa, kehabisan kata kata, hanya bisa berdiri membisu.

Pada waktu keputusasaan itu, pemain berbeda akan bereaksi dengan beragam cara. Ada orang orang yang akan mentertawakan «Momen ini», ada orang orang yang matanya akan terbuka lebar dan jatuh dalam ketakutan, dan ada juga orang orang yang terus melawan sampai akhir. Namun dalam kasus ini, mereka semua memakai simulasi «kematian». Pengalaman ini tak bisa dihindari dalam memainkan Game VRMMO, dan harus diterima. Kalau tidak takkan bisa «menikmati» permainan «Game» ini.

Namun cahaya di mata tajam Kirito adalah sesuatu yang Lyfa belum pernah lihat sebelumnya. Berusaha keras melawan situasi mustahil, mati matian mencoba mencari cara untuk bertahan hidup, Lyfa merasa terpana. Pada momen ini, Lyfa lupa kalau ini hanyalah Game, sebuah dunia ilusi.

“Woo-ah-ah-ah-ah-ah-ah-ah!!”

Kirito yang berdiri dan berteriak, mengguncang udara dengan suaranya. Saat tembakan api berhenti untuk sesaat, ia tiba tiba menyerbu ke depan, mengabaikan dinding perisai di depannya. Merendahkan pedangnya di tangan kanannya, tangan kiri kosongnya memegang sudut perisai dan mencoba mendorongnya terbuka. Tindakan tak terduga ini mengacaukan garis pertahanan Salamander. Saat dinding pertahanan mereka retak, Kirito memaksakan pedangnya masuk.

Untuk mematahkan dinding pertahanan dengan para Mage di belakangnya adalah sesuatu yang bahkan pemain veteran seperti Lyfa belum pernah lihat sebelumnya. Juga, tindakan itu bahkan bukan serangan, jadi takkan bisa melukai musuh. Namun, karena tindakan edan Kirito, pria yang memegang perisai berteriak dalam kebingungan;

“Sial, apa yang salah dengan orang ini!?”

Pada saat ini, suara kecil mencapai telinga Lyfa.

“Sekarang satu satunya kesempatan!”

Melihat sekelilingnya, entah sejak kapan, Yui menggantung di bahu kanannya.

“Kesempatan?”

“Satu satunya ketidakpastian adalah kondisi mental pemain. Gunakan semua MP-mu yang tersisa, tolong blokir serangan sihir berikutnya!”

“Ta...tapi, bahkan dengan melakukan itu.....”

Seperti menuangkan air di atas batu panas, Lyfa menahan apa yang hendak dia ucapkan. Ia melihat dengan serius pada AI yang seharusnya simpel, Yui, dan melihat keteguhan yang sebanding dengan Kirito.

Lyfa menganggukkan kepalanya, dan mengacungkan kedua tangannya ke depan. Mage kelompok musuh sudah melafalkan mantra bola api, namun demi mencocokkan waktu peluncuran, itu terjadi dalam kecepatan cukup lambat. Lyfa melafalkan kalimat mantranya dengan kecepatan tinggi seperti biasa. Kesalahan dalam pelafalan sama artinya kegagalan, ia melafalkan mantranya secepat mungkin, hanya malu pada garis bahaya.

Lyfa menyelesaikan mantranya sedikit lebih cepat dari mereka. Dari tangannya muncul tak terhitung kupu kupu kecil yang beterbangan, mengelilingi tubuh Kirito.

Setelah itu, musuh menyelesaikan mantra mereka juga. Dengan suara melengking, bola api para Mage tertembak ke langit. Api demi api menghantam Kirito, yang mencoba menembus dinding pertahanan.

“Ha!”

Tangan Lyfa yang merentang mengalami tekanan balik dari ledakan, dan ia menggertakkan giginya. Bidang sihir pertahanan di sekitar Kirito hancur oleh ledakan, dan MP-nya jatuh dengan efek suara buk-buk. Potion pemulih MP bahkan takkan bisa memulihkannya dengan cepat. Apa artinya bertahan dari serangan seperti itu, pikir Lyfa, kemudian.

Berdiri di bahu Lyfa, Yui berteriak dengan keras:

“Papa, lakukan sekarang!”

Kirito berkedip kedip dengan agak bingung. Dalam api merah seperti teratai, ia mengangkat pedangnya dan berdiri. Lyfa bisa mendengar suara mantra yang halus. Lyfa mencocokkan fragmen kata kata mantra itu dengan indeks dalam memorinya.

‘Mantra ini.......atribut ilusi!?’

Lyfa menahan nafasnya untuk sesaat – kemudian menggertakkan giginya. Mantra yang Kirito ucapkan adalah sihir ilusi yang membuat pemain nampak seperti monster. Namun sihir itu tak berguna dalam pertarungan sungguhan. Karena bentuknya bergantung pada skill bertarung pemain, biasanya hasilnya adalah monster lemah, tanpa perubahan kemampuan, karena kebanyakan orang menyadari ini hal itu takkan membuat mereka takut.

Lyfa mulai kehilangan MP dengan cepat, hingga hanya 10% tersisa. Ia memutuskan bertaruh pada ide Yui, namun nampaknya dadu telah mengkhianati mereka.

Namun, apa boleh buat. Mengetahui «Kekuatan» Game diperlukan untuk mendukung kekayaan pengetahuan. Bagi Kirito yang baru mulai bermain beberapa hari yang lalu, memaintanya memahami tiap tiap kalimat mantra itu terlalu kejam.

Selagi memikirkan ini, Lyfa memusatkan kekuatan terakhirnya untuk melindungi Kirito. Gelombang serangan akhir musuh akhirnya berhenti, tepat saat perisai pertahanan Lyfa menghilang. Pusaran api berputar, dan perlahan musnah—

“Eh!?”

Di dalam dinding api, bergerak sebuah bayangan. Untuk sesaat, Lyfa merasa kalau ia hanya salah lihat. Karena benda itu terlalu besar.

Berdiri di hadapan Salamander adalah raksasa dua kali ukuran mereka. Meragukan pandangannya, itu terlihat seperti raksasa yang membungkuk.

“Kirito-kun, apa itu kamu?”

Dia bertanya dengan tak percaya. Ia tak bisa memikirkan hal hal yang lain. Ini adalah perubahan bentuk Kirito memakai mantra ilusi, namun ukurannya kelewat besar.

Di depan mata Lyfa, bayangan itu melotot. Sosok itu tidak seperti raksasa. Kepalanya seperti kambing, dengan tanduk melengkung memanjang ke belakang kepalanya. Mata bundar bersinarnya berkilau, dan gigi diluar mulutnya menghembuskan api ke udara.

Sword Art Online Vol 03 - 239.jpg

Tubuh bagian atasnya sangat berotot dengan kulit berwarna gelap, lengan panjangnya hampir mencapai tanah. Punggungnya memiliki ekor seperti cambuk. Untuk mendekripsikan sosok tak dikenal itu dalam satu kata, hanya «Iblis» yang cocok.

Semua Salamander membeku di tempat. Melihat mereka seolah olah roh mereka dibawa pergi, si Iblis hitam mengangkat kepalanya tinggi tinggi.

“Roarrrrrrr-----------!!”

Raungan seperti halilintar menggema, dan mengguncang seluruh gua. Dari bagian terdalam tubuh, rasa takut muncul secara instingtif.

“Omong kosong! Itu hanya tipuan!”

Salamander di garis depan berteriak sambil mundur beberapa langkah. Dalam sekejap, si Iblis bergerak dengan kecepatan mengerikan. Cakar tangan kanannya merobek dinding perisai yang terbuka, dan jarinya mengoyak tubuh prajurit yang tertutup armor – momen selanjutnya, muncul End Frame, dan si Salamander lenyap.

“Woo ah ah ah!”

Melihat partnernya dibunuh dalam satu hantaman, dua pelindung yang tersisa berteriak bersamaan. Mereka menjatuhkan perisainya, tangan kiri mereka membuang senjata, dan mundur ketakutan.

Dari kelompok Mage, seseorang yang menjadi pemimpin mereka berteriak dalam kemarahan:

“Bodoh, jangan kacaukan formasi! Dia hanya bisa mencapai apa yang dia lihat, kalau kalian menjadi kura kura kalian takkan terluka!”

Namun kata kata itu tak mencapai telinga para prajurit. Si Iblis hitam mengaum dan melompat maju, ia membuka mulut besarnya dan menggigit kepala prajurit di sebelah kanan dan mencengkeram prajurit di sebelah kiri dengan cakar besinya. Ia dengan kejam mengguncang dan merobek robek avatar! Warna merah terus menerus terpercik, hampir sama dengan pertumpahan darah.

Tiga pelindung depan dihancurkan dalam sepuluh detik. Pemimpin mereka pulih dan memerintahkan kelompok Mage, dan mereka mulai merapal mantra. Namun tanpa armor dan hanya mengenakan jubah, kelompok Mage terlalu rapuh dibandingkan para penjaga depan. Dengan nafas memburu, si Iblis yang berdiri jauh lebih mengerikan dari efek sihir ilusi. Kecepatan pelafalan mantra mereka menjadi lebih lamban dari sebelumnya.

Sebelum pelafalan selesai, si Iblis mengangkat tangan kanannya ke arah para Mage dan mengayun secara horizontal. Dua Mage di depan terpukul dan terlempar jauh, mereka berubah menjadi api merah di udara, dan melebur kemudian lenyap. Teriakan dan suara kaca dipecahkan, efek suara bergeretak mengisi udara. Itu diakibatkan oleh lengan raksasa seperti batang pohon yang menghantam dua Salamander lain, yang kemudian lenyap.

Mage level tinggi yang mengenakan jubah armor kualitas tinggi menjadi kebingungan dan salah melafalkan mantranya. Mantra sihirnya menjadi senjata makan tuan dan membakar tangannya dan boom, ia lenyap dalam kabut gelap.

Kirito, dalam wujud Iblisnya, berjalan ke depan dan mengaum lagi. si pemimpin Salamander berteriak ‘Hiii!’ dan mengayunkan tangannya ke samping.

“Mundur! Segera mundur! Semuanya mundur.....”

Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya—

Si Iblis dalam sekejap berjongkok, kemudian melompat ke depan secara signifikan. Mendarat di tengah tengah musuh, mengirimkan gelombang kejut ke seluruh jembatan. Setelah apa yang terjadi, itu tak bisa disebut pertarungan lagi.

Seiring cakar si Iblis mengayun, beberapa End Frame tercipta. Beberapa yang berani mencoba untuk melawan balik dengan tongkat mereka, selagi mengayunkan senjata mereka, gigi si Iblis menggigit kepala mereka, dan mereka kehilangan nyawa dalam sekejap.

Kabur dari badai, si pemimpin mencapai sisi terjauh jembatan. Dengan suara percikan air dia melompat ke danau, dan berenang dengan kecepatan tinggi ke seberang.

Dalam ALO saat jatuh ke air, kalau bobot perlengkapan tak melebihi jumlah tertentu kau tidak akan tenggelam. Beruntungnya Mage memiliki perlengkapan yang sangat ringan, dan tak lama kemudian dia sudah jauh dari jembatan – saat tiba tiba, bayangan besar muncul dari bawahnya.

Tak lama kemudian, pemimpin itu diseret ke dalam air dengan suara percikan. Menyisakan gelembung gelembung kecil, dia tenggelam ke dalam danau, dan sebelum dia menghilang, sejumlah titik cahaya merah buram bisa terlihat.

Si Iblis yang merupakan Kirito sepertinya tak peduli pada kematian pemimpin musuh, ia mencengkeram Mage terakhir yang tak beruntung. Pada tubuh yang berteriak, ia memusatkan kekuatan di tangannya untuk meremas......

Kesadisan adegan ini membuat Lyfa berguncang, pada saat itu dia akhirnya kembali ke akal sehatnya dan berteriak:

“Ah, Kirito-kun! biarkan orang itu hidup!”

‘Itu sangat mengesankan’, selagi Yui mengatakan ucapan tak berdasar itu dari bahunya, Lyfa berjalan mendekat. Si Iblis berhenti dan menoleh, dan dengan suara tak senang melepaskan si Salamander ke udara.

Pria itu jatuh di atas tanah dengan suara berdebum, tubuhnya yang sudah lepas bernafas tersengal sengal. Lyfa datang di depannya, dan mengacungkan pedang panjang di tangan kanannya diantara kaki pria itu. dengan suara logam saat pucuk pedangnya mengenai jembatan, pria itu menggigil.

“Sekarang, beritahu kami siapa yang mengirim kalian!”

Lyfa mencoba menakutinya, namun itu membangkitkan si pria dari shocknya, dengan wajah pucat, dia menggeleng kepalanya.

“Kalau kau mau membunuhku, lakukan saja!”

“Kenapa kau......”

Pada saat itu, si Iblis memandang ke bawah dari atas, kabut hitam mengelilinginya, dan tubuh raksasanya mulai lenyap. Lyfa melihat ke atas, dari pusat kabut, sosok kecil melompat keluar dan mendarat di atas jembatan.

“Oh, amukan bagus.”

Kirito mengguncang kepalanya dan berujar dengan nada santai, sambil menaruh kembali pedang ke punggungnya. Dia berjalan ke arah si pria yang dengan membuka mulutnya dan berjongkok di sampingnya, sambil menepuk bahunya.

“Yo, pertarungan bagus.”

“Apa.....?”

Kirito menatap si pria yang masih tercengang, dan dengan nada cerah nan jelas melanjutkan:

“Itu taktik bertarung bagus. Kalau itu hanya aku, aku pasti sudah kalah dengan cepat!”

“Tu.....Tunggu, Kirito-kun......”

“Tak apa, santai saja.”

Oleh ucapan tak senang Lyfa, Kirito berbicara sambil berkedip.

“Baiklah, mari mengobrol tentang item denganmu.”

Kirito membuka jendela trade dan kemudian menunjukkan dan menunjukkan daftar itemnya pada pria itu.

“Ini semua item dan uang yang kudapat dari menghabisi kelompokmu. Aku hanya berpikir, kalau kau mau menjawab pertanyaan kami, mungkin semua ini akan kuberikan buatmu.....”

Mulut si pria itu terbuka lebar dan menutup beberapa kali, kemudian menatap Kirito dengan senyum licik. Dia melihat ke sekelilingnya, mungkin mengkonfirmasi kalau waktu telah habis bagi Salamander yang sudah mati, dan mereka sudah dipindah balik ke «Save Point», lalu dia kembali menatap Kirito.

“Sungguh?”

“Sungguh, sungguh.”

Melihat keduanya tersenyum, Lyfa menghela nafas panjang.

“Laki laki benar benar—“

“Ya, mereka sudah tak tertolong lagi—“

Yui yang duduk di bahunya melontarkan komentar. Kedua wanita itu melontarkan kalimat ketidakpuasan, dimana kedua laki laki saling mengangguk untuk menandai kesuksesan negosiasi.


Si Salamander, sekali mulai berbicara, mengujarkan banyak hal;

“Sore ini, Jitakusu-san, ah, dia adalah pemimpin dari kelompok Mage yang tadi, dia mengontakku dengan e-mail ponsel, aku lagi makan malam jadi aku ingin menolak tapi dia memaksaku berkumpul. Saat aku sampai disana ternyata ada sepuluh orang ingin memburu dua orang, kupikir mereka ingin menindas seseorang, tapi mereka bilang itu adalah orang yang Kagamune-san hadapi kemarin, jadi aku paham.....”

“Siapa itu Kagemune-san?”

“Dia adalah kapten kelompok tombak. Dia adalah pemburu Sylph terkenal, tapi kemarin dia mengalami kekalahan total yang langka dan mundur. Kalian yang menghabisinya kan!?”

Mendengar tentang perburuan Sylph membuat Lyfa merengut, dia dan Kirito saling bertukar tatap. Dia pasti pemimpin kelompok Salamander yang mereka tendang tadi malam.

“Jadi, kenapa Jitakusu-san itu ingin memburu kami?”

“Perintah sepertinya datang dari pemain berperingkat lebih tinggi dari Jitakusu-san. Katanya kalian sudah ikut campur dalam «Strategi» mereka atau apalah itu.”

“Strategi apa?”

“Para petinggi Salamander nampaknya merencanakan sesuatu. Mereka takkan memberitahu tentara junior sepertiku, tapi aku tahu kalau mereka mengejar hal besar. Hari ini, saat aku pertama Log In, aku melihat beberapa dari mereka terbang ke utara.”

“Utara.......”

Lyfa meletakkan jari di bibirnya, dan berpikir. Ibukota Salamander «Gadan» adalah bagian paling selatan dari Alfheim, kalau terbang lurus ke utara, mereka akan melalui jalur pegunungan yang saat ini tengah kita lintasi. Sedikit ke barat terdapat koridor Ruger, dan di sebelah timur di kaki pegunungan adalah «Lembah Naga». Jalur manapun yang mereka ambil, setelah itu adalah kota pusat Aarun, dan kemudian World Tree.

“Apa mereka ingin menyerbu World Tree?”

Mendengar pertanyaan Lyfa, si pria hanya menggeleng kepalanya.

“Tak mungkin. Kami masih memulihkan diri dari kekalahan total sebelumnya, paling banter kami hanya bisa melengkapi pasukan dengan peralatan berperingkat senjata kuno sehingga kami bisa menyimpan uang. Untuk alasan itu rutinitas normal kami sangat keras. Meskipun begitu kami hanya bisa memperoleh setengah dari jumlah uang yang ditargetkan.”

“Oh?”

“Yah, itu saja yang bisa kukatakan. Apa perjanjian kita tadi masih berlaku?”

Kemudian dia bertanya pada Kirito.

“Aku tak pernah bohong soal perjanjian.”

Si pemuda Spriggan mengoperasikan jendela pertukaran. Si Salamander melihat daftar item yang ditransfer padanya dan menjadi senang sambil menggerakkan jarinya kemana mana.

Lyfa menatap pria itu dengan ekspresi tak percaya dan bertanya;

“Hei kamu, ini semua barang barang kawan kawanmu kan? Apa kamu nggak merasa bersalah?”

Setelah mendengar ini, si pria mengangkat suaranya;

“Kau tak paham apa apa. Orang orang itu suka seenaknya memamerkan item langka mereka, yang membuatku ingin balas dendam pada mereka. Tentu saja aku merasa tak enak kalau merampas semua jatah mereka, mungkin akan kujual semua ini dan membeli rumah.”

‘Aku bisa bersantai selama beberapa hari sebelum kembali ke wilayah Salamander’. Dengan meninggalkan kata kata itu, si Salamander berjalan ke arah ia datang dan kemudian mulai menghilang dari pandangan.

Rasanya situasi hidup dan mati sepuluh menit yang lalu terasa seperti bohongan, Lyfa menatap wajah Kirito yang sudah kembali normal.

“Eh? Apa?”

“Ah, anu......Setan yang membabi buta tadi, itu Kirito-kun kan?”

Mendengar ini, Kirito menengadah sambil menggaruk pipinya.

“Ya, mungkin saja.”

“Mungkin saja? Bukankah itu taktik untuk mengelabui para Salamander dan mengacaukan mereka dengan monster?”

“Nggak, aku nggak berpikir sejauh itu.......kadang kadang itu terjadi padaku. Saat bertarung aku kehilangan kendali, dan tak ingat apa apa.......”

“Woo ah, seram.”

“Yah, tapi aku masih ingat pertarungan tadi. Aku memakai sihir yang Yui sarankan, dan menjadi raksasa. Karena pedangku menghilang, aku harus memakai tanganku.......”

“Juga dengan gigitan yo ~”

Di atas bahunya, Yui menambahkan dengan senang.

“Ah, bicara soal itu. pengalaman menjadi monster itu menyenangkan.”

Melihat Kirito tersenyum dan tertawa, Lyfa tiba tiba ingin mengetahui sesuatu, ia kemudian dengan mantap membuka mulutnya.

“Apa kamu.....mencicipinya? Salamander itu......”

“.....Rasanya seperti rasa BBQ gosong dan tekstur......”

“Waa, cukup, jangan diteruskan!”

Ia mengibaskan tangannya pada Kirito. Tiba tiba tangannya ditangkap.....

“Gaoou!”

Meneriakkan itu, Kirito membuka mulutnya dan menutupnya di jari Lyfa.

“Kyaaaaaa------------!”

Lyfa berteriak, setelah itu suara hantaman menggema hingga menggetarkan permukaan danau.


“Ouch, itu sakit.”

Sambil menyeka wajahnya yang baru ditampar oleh Lyfa, Kirito berjalan perlahan.

“Itu salah Papa!”

“Itu benar. Kamu benar benar nggak sopan.”

Mendengar Lyfa dan Yui di bahunya mengatakan itu, Kirito terlihat seperti anak rewel dan menimpali.

“Aku mencoba menurunkan ketegangan bertarung dan menambah energi, dengan sedikit gurauan.....”

“Lain kali kamu melakukan itu, aku akan mencincangmu.”

Lyfa menutup matanya dan membuang wajahnya, sambil mempercepat langkahnya.

Di depannya terdapat gerbang batu raksasa yang menjangkau langit langit. Ini adalah gerbang dari kota pertambangan Ruger.......

Untuk mensuplai ulang dan mengumpulkan informasi, lebih baik bermalam di kota. Pertarungan tak terduga telah banyak membuang waktu mereka, jadi di dunia nyata saat ini mungkin sudah larut malam.

Pada waktu ini Alfheim Online akan mulai sibuk, namun Lyfa masih seorang siswa, jadi dia tak boleh tidur lebih larut dari jam 1 pagi. Dia memberitahu Kirito tentang ini, Kirito mempertimbangkan sejenak kemudian mengangguk paham.

Melewati gerbang berdampingan, bukannya BGM, namun orkestra NPC yang memainkan drum dengan riang gembira menyapa kedatangan mereka berdua.

Skala jalanan disini tidak besar, namun di wilayah tengah, toko untuk senjata dan armor, semua macam material, wine, makanan, dan semua jenis toko yang lain, berdesakan bersama di tempat itu. jumlah pemain disini lebih banyak dari yang dibayangkan. Dibawah situasi normal akan jarang bisa menemui peri musik (Pucas), goblin blacksmith (Leprechaun), dan ras lain berkumpul disini, sambil bercakap cakap dengan akrab.

“Oh.....jadi ini Ruger.”

Lyfa baru pertama kali ini melihat kota bawah tanah yang begitu sibuk, dan hanya bisa melepaskan nada gembira. Dia menuju ke toko terdekat, dan mengecek tampilan pedang disana. Bahkan di toko sederhana seperti ini, membeli barang barang adalah hal yang menyenangkan baginya.

“Ngomong ngomong.......”

Selagi Lyfa mulai memainkan pedang perak panjang, Kirito di belakangnya dengan nada santai mengatakan itu.

“Apa?”

“Sebelum serangan Salamander, bukannya kamu mendapat pesan? Apa isi pesan itu?”

“...Ah.”

Lyfa membuka mulutnya lebar lebar, dan berbalik.

“Aku lupa.”

Ia buru buru membuka jendela, dan mengecek daftar pesan masuk. Membaca pesan Recon lagi, isinya masih tak bisa ia pahami. Mungkin pesannya terpotong karena masalah koneksi, namun sepertinya tak ada kelanjutan dari pesan itu.

Kalau memang begini, dia hanya perlu membalas pesannya, namun nama Recon di daftar temannya nampak abu abu. Itu berarti dia sedang offline.

“Apa? Apa dia sudah tidur?”

“Bagaimana kalau mengontaknya di sisi lain?”

Lyfa merenungkan saran dari Kirito.

Jujur saja, Lyfa tak suka membawa bawa event di dunia ALO ke dunia nyata. Dia tak pernah mengikuti situs komunitas ALO, dan jarang mengobrol dengan Recon – yakni, dengan Shinichi Nagata tentang hal hal yang berkaitan dengan Game di dunia nyata.

Namun isi pesan yang membingungkan itu membuatnya semakin penasaran.

“Kalau begitu, aku mau log off dan mengeceknya, Kirito-kun, tunggu aku. Tolong urus tubuhku......Yui-chan.”

Lyfa kemudian menatap Yui di bahunya dan menambahkan.

“Ya?”

“Kamu harus mengawasi Papamu. Jangan biarkan dia mengambil keuntungan dari tubuhku.”

“Paham!”

“Hei!”

Kirito menggeleng kepalanya dengan bergurau dan tersenyum, Lyfa duduk di bangku terdekat, dan melambaikan tangan kanannya.

Ia menekan tombol log out, dan membawa seluruh jiwanya ke dunia nyata. Dengan perasaan vertigo, inderanya kembali ke dunia nyata yang sangat jauh.


“Fuu....”

Dia belum pernah log in selama itu baru baru ini, sehingga hal itu membuatnya sedikit kelelahan. Ia mengambil nafas panjang.

Selagi mengenakan Amusphere, ia bergulung di ranjang dan melihat ke jam alarm. Tak lama lagi Midori akan pulang ke rumah. Setidaknya lebih baik menemuinya......

Sembari memikirkan itu, ia mengambil ponselnya di atas laci lemari. Panel EL di bagian luar ponsel menampilkan panggilan yang diterima selagi dia masih log in.

“Apa ini?”

Mata Suguha melebar. Dua belas missed call, dan semuanya dari Nagata Shinichi. Kalau anggota keluarga, polisi, rumah sakit, atau panggilan darurat memanggil, program koneksi di Amusphere akan log out secara otomatis, namun nomor Nagata tidak ada dalam daftar itu, jadi panggilannya diabaikan. Kenapa dia menelepon selarut ini?

Ia membuka ponselnya, bersiap membalas panggilan, namun panggilan masuk ke tiga belas menyala nyala di layar ponselnya dengan warna biru sapphire. Suguha menekan tombol penjawab, dan menaruh ponsel ke telinganya.

“Hello, Nagata-kun? Ada apa?”

“Ah! Akhirnya kamu membalas juga! Saat ini sudah terlambat, Suguha-chan!”

“Apa maksudmu sudah terlambat? Aku lagi sibuk di dalam sana!”

“Masalah besar! Sigurd si brengsek itu menjual kita semua. Bukan cuma kita, tapi Sang Raja, Sakuya, juga dijual. Dia menjual kita semua!”

“Menjual kita semua!? Apa maksudmu? Jelaskan dari awal.”

“Hmm, nggak ada waktu......begini, saat kita diserang di Hutan kuno kemarin oleh para Salamander, Suguha-chan tidakkah kamu merasa kalau ada yang mencurigakan?”

Nagata kembali ke kebiasaannya dalam memanggil Suguha. Saat berbicara secara langsung, kalau ia memanggilnya dengan nama terlalu familiar Suguha-chan, Suguha akan segera menghajarnya secara fisik, karena dia tak bisa melakukan itu melalui telepon, ia harus menerimanya dengan kesal.

Mengatakan itu, Suguha kaget kalau itu baru terjadi sehari sebelumnya. Rasanya sudah seperti dahulu sekali sejak dia menemui Kirito.

“Eh? Mencurigakan? Apa yang terjadi?”

Jujur saja, kesannya tentang Kirito adalah terlalu kuat, sampai dia tak bisa mengingat pertempuran udara sebelumnya.

“Sejak awal, saat kita diserang oleh delapan Salamander, Sigurd bermaksud menjadi umpan dan mengalihkan perhatian tiga dari mereka kan?”

“Ah, itu mengingatkanku. Tapi dia juga nggak berhasil lolos kan?”

“Itu benar. Tapi pikirlah baik baik sekarang, itu sama sekali bukan cara Sigurd. Kapanpun party harus berpencar, dia selalu berposisi sebagai pemimpin, dan membuat anggota yang lain sebagai umpan.”

“Ah. Itu memang benar.......”

Sigurd adalah pemimpin bertarung yang handal, namun dia kelewat percaya diri, dan takkan puas kecuali dia berada di posisi tertinggi. Memang, kalau dia menjadi umpan untuk membiarkan anggota yang lain kabur, gaya pengorbanan diri ini sama sekali bukan caranya.

“Tapi, sebentar sebentar, apa maksudnya itu?”

“Seperti yang kukatakan.”

Nagata berujar seolah baru menelan makanan tidak enak.

“Pria itu, berkomplot dengan para Salamander. Mungkin sejak dulu sekali.”

“Apa!?”

Hal ini membuatnya kaget setengah mati, dan dia meremas ponselnya sembari berteriak.

Dalam ALO, adu kekuasaan diantara ras berbeda adalah perkara umum, bahkan memakai segala macam cara sampai memata matai adalah hal yang diwajibkan. Suguha takut kalau kampung halamannya, Sylvian, banyak ras ras lain, khususnya Salamander terkamuflasi didalam kota sebagai Sylph.

Pada dasarnya, para pemain dengan skill rendah, kontribusi kecil, dan aktivitas sedikit difungsikan sebagai mata mata. Orang orang ini tak diizinkan mendekati departemen para pemain kuat. Lyfa bukan perkecualian, belum terlalu lama sejak dia diizinkan memasuki Mansion Raja dibalik Tower of Wind.

Namun Sigurd sudah aktif ikut serta dalam politik sejak permulaan ALO. Dalam pemilu baru baru ini untuk memilih Raja, dia dicalonkan sebagai kandidat, yang membuktikan permainan panjangnya. Meski popularitas tinggi dari Raja saat ini menjadikannya berposisi kedua, Sigurd nampaknya tak kesal dengan hal itu dan mau menjadi asisten. Jadi dia memiliki pengaruh besar dalam perpolitikan para Sylph.

Kalau dia sampai menjadi pemain mata mata, hal itu sangat sulit untuk dipercaya.

“Hei kamu, apa kamu punya bukti?”

Suguha bertanya dengan kaget.

“Kupikir ada sesuatu yang aneh, jadi sejak pagi ini aku memakai «Hollow» untuk menguntit Sigurd.”

“Kamu benar benar punya banyak waktu.”

«Hollow Body» adalah mantra penyamaran yang menjadi keahlian Recon. Hal itu memerlukan sihir penyembunyian dan tindakan penutupan agar bisa digunakan.

Recon memakai nama dari kalimat Inggris «Recon» yang mengacu pada tim penyusupan militer Amerika Serikat – pelafalan yang benar seharusnya adalah RIIKON. Karena perannya sebagai pelacak utama dalam berburu, ia adalah pemain terbaik dalam melacak. Dulu, Recon pernah memakai sihirnya untuk memasuki kamar tempat Lyfa beristirahat, ia mengklaim kalau ia hanya ingin menempatkan hadiah ulang tahun diam diam ke kamar Lyfa, namun pada akhirnya Lyfa membuatnya mengaku dan menghajarnya habis habisan sampai setengah mati.

Nagata mengabaikan kata kata keraguan Suguha dan melanjutkan.

“Setelah mendengar hal hal buruk yang dia katakan padamu di Tower of Wind, aku mengikutinya untuk mencari kesempatan membunuhnya dengan racun. Kemudian.......”

“Wow, sungguh orang berbahaya!”

“.....Di depan sekutu, dia memasang jubah tak terlihat dan menghilang. Jadi dia pasti merencanakan sesuatu sesuai dugaanku. Tapi, hanya memakai item takkan bisa menyembunyikannya dari mataku.”

“Cukup menyombongnya, lekas dan beritahu apa yang terjadi setelah itu!”

“Setelah masuk ke dalam saluran air, dan berjalan sekitar lima menit, ada dua orang sedang menunggunya. Mereka juga berdandan dalam jubah tak terlihat, dan saat mereka melepas jubah itu aku sangat kaget kalau mereka adalah Salamander.”

“Eh? Tapi bahkan memakai jubah itu takkan bisa menyembunyikan mereka dari penjaga. Mereka akan diserang saat memasuki jalan.......jangan jangan.....”

“Tepat sekali. Mereka mengenakan «Pass Medallion».”

Pass Medallion ditujukan bagi pedagang dan anggota ras lain yang datang ke wilayah kami, dan diberi item itu sebagai tanda masuk setelah ujian yang ketat. Hanya kementrian pemerintah yang bisa menerbitkan item itu, dan tak bisa dipindah tangankan ke orang lain. Tentu saja Sigurd memiliki hak untuk menerbitkannya.

“Kupikir itu berita besar jadi aku menguping mereka. Dia memberitahu para Salamander untuk memasang Pelacak padamu. Tapi bukan itu saja. Hari ini, Raja Sakuya dan Cait Sith akan membentuk perjanjian aliansi, jadi dia pergi dengan penuh kerahasiaan ke kota netral.”

“Ah aku paham, pantas saja nggak ada bendera yang berkibar di atas Mansion Raja.”

Teriakan keras Nagata menutupi gumaman Suguha.

“Si brengsek itu, Sigurd, dia menginginkan pasukan besar Salamander untuk menyerang upacara aliansi!”

“Apa......”

Untuk sekejap, nafas Suguha terhenti. Dia sudah memutuskan untuk tak kembali setelah dia pergi, namun wilayah Sylph tetap saja kampung halamannya dan Sakuya adalah Raja tercintanya. Pemikiran cemas yang membubung membuatnya berteriak di mikrofon telepon.

“Ini, hal yang baru saja kamu katakan! Itu masalah besar!”

“Karena itu sejak awal aku bilang ada masalah.....”

Merespon argumen sedih Nagata, Suguha segera menginterupsinya.

“Itu, apa Sakuya tahu? Apa masih ada waktu!?”

“Aku juga sudah mengacau, waktu aku meninggalkan saluran air, tanpa sengaja kakiku menendang batu.....”

“Dasar bego! Kenapa membuat kesalahan di saat itu!”

“.....Nampaknya, belakangan aku mulai menikmati kemarahan Suguha-chan.......”

“Dasar mesum! Jadi!? Apa kamu sudah mengontaknya!?”

“Sihir pencarian para Salamander melihat penyamaranku. Kupikir kalau mereka membunuhku aku akan dihidupkan lagi di menara, maka aku bisa pergi ke Mansion Raja. Namun mereka justru menyerangku dengan panah beracun, benar benar kejam.”

Memikirkan kembali pernyataannya yang sebelumnya, Suguha menekan kemarahannya.

“Jadi, apa yang terjadi pada Recon?”

“Para Salamander menangkapku saat aku sedang lumpuh......jadi aku tak punya pilihan selain log out, Suguha-chan tak juga menjawab teleponku, dan aku tak punya kontak lain di dunia nyata. Hmm, konferensi dengan Raja Cait Sith akan berlangsung jam satu. Oh tidak, hanya ada empat puluh menit tersisa! Kita harus apa, Suguha-chan!?”

Suguha menarik nafas panjang, dan bertanya dengan cepat.

“Apa kamu tahu dimana negosiasi itu akan berlangsung?”

“Aku tak tahu lokasi tepatnya.......namun ada di dalam perlintasan pegunungan, area «Lembah Kupu Kupu».”

“Aku paham.......aku akan segera pergi dan memperingatkan mereka. Tak boleh membuang waktu, aku pergi dulu!”

“Ah, Suguha-chan!”

Saat aku bermaksud menekan tombol penutup panggilan, suara kelu Nagata muncul.

“Ada apa!?”

“Ah, soal orang bernama Kirito itu, apa hubunganmu dengannya?”

‘Klik’.

Suguha segera mengakhiri panggilan, melempar ponselnya ke atas meja, kemudian berbaring di atas bantal dan menutup matanya. Ia menggumamkan kalimat sihir yang hanya bekerja di dunia nyata, kemudian kesadarannya perlahan berpindah ke dunia lain, dunia penuh konspirasi.


Lyfa membuka matanya dan berdiri.

“Woah, kamu membuatku kaget!”

Si pria Spriggan yang kaget hampir menjatuhkan makanan misterius yang baru dia beli – sesuatu di atas nampan yang mirip reptil kecil – namun dia berhasil menahannya agar tidak jatuh.

“Kamu kembali, Lyfa.”

“Selamat datang kembali........”

Menghadap Kirito dan Yui yang menyambutnya kembali, Lyfa tak punya waktu membalas “Aku kembali.”

“Kirito-kun......maaf.”

“Eh, eh, eh?”

“Aku sekarang harus pergi ke tempat tertentu. Aku tak punya waktu menjelaskan, tapi aku mungkin tak bisa kembali kemari lagi.”

“...”

Kirito menatap Lyfa untuk sesaat dan kemudian mengangguk.

“Begitukah? Baiklah, mari berbicara selagi kita bergerak.”

“Eh?”

“Tak masalah kemana kita pergi; kita harus memakai kaki kita untuk segera pergi kesana kan?”

“Begitu. Kalau begitu mari berlari dan berbicara.”

Keduanya mulai berlari ke arah gerbang yang menuju ke Aarun, melewati jalanan Ruger.

Mereka menerobos sepanjang kerumunan, melalui pintu batu, terdapat danau lain dengan jembatan melintasinya. Sembari berlari dengan kecepatan penuh, Lyfa menjelaskan semua situasi pada Kirito. Beruntungnya, tak peduli secepat apapun kau berlari di dunia ini, kau takkan kehabisan nafas untuk berbicara.

“—Aku paham.”

Setelah Lyfa menyelesaikan ceritanya, Kirito menoleh kembali ke depan sambil mempertimbangkan.

“Boleh aku mengajukan pertanyaan?”

“Silahkan.”

“Kenapa Salamander harus menyerang Sylph dan Cait Sith? Apa untungnya buat mereka?”

“Itu, pertama tama, hal itu bisa mencegah aliansi. Karena ada anggota Sylph yang membocorkan informasi pada Salamander, pihak Cait Sith tentu takkan tinggal diam kalau hal itu digunakan untuk melawan mereka. Dalam kasus terburuk, mungkin akan berdampak pada peperangan diantara ras Sylph dan Cait Sith. Salamander saat ini memiliki tentara terkuat, namun kalau kedua ras membentuk aliansi maka mereka bisa mengimbangi kekuatannya. Kupikir Salamander ingin mencegah hal itu apapun yang terjadi.”

Seiring mereka melintasi jembatan ke dalam gua, Lyfa mengeluarkan peta dan terus berlari sambil mengecek rute.

“Juga, kalau mereka berhasil membunuh Raja, mereka akan mendapat bonus tinggi. Mereka akan menerima 30% dana Kerajaan yang disimpan di Mansion, dan selama sepuluh hari, teritori dari Raja yang menguasai akan diambil alih, sehingga mereka bebas menentukan pajak dan mengambil uang itu. Itu jumlah uang yang tidak main main. Alasan kenapa Salamander menjadi ras terkuat dalam Game ini adalah karena di masa lalu, mereka memasang jebakan pada Raja Sylph dan membunuhnya. Normalnya Raja takkan memasuki zona netral. Dalam sejarah ALO, baru satu Raja yang pernah terbunuh.”

“Begitukah......”

“Karena itu.....Kirito-kun......”

Masih berlari Lyfa menatap wajah Kirito dan melanjutkan;

“Ini adalah masalah ras Sylph, jadi kamu tak punya alasan untuk melibatkan diri. Setelah keluar gua ini kamu tinggal berjalan lurus untuk mencapai kota Aarun. Kalau kamu pergi ke wilayah konferensi, akan sulit bagimu bertahan hidup. Kamu akan dibangkitkan kembali di wilayah Sylph dan semua usaha keras untuk mencapai tempat ini akan hilang percuma. Jadi, maka dari itu......”

Lyfa tak punya waktu memuji betapa kompleksnya pikirannya saat ini, dan sebelum dia bisa menghentikan dirinya, dia berkata:

“Kalau tujuanmu adalah mencapai puncak World Tree, lebih baik bekerjasama dengan para Salamander. Kalau strategi Salamander berhasil, maka mereka akan mendapat banyak uang. Sudah bisa dijamin kalau mereka akan memakai dana itu untuk menantang World Tree. Spriggan bisa disewa sebagai tentara bayaran.......aku takkan protes kalau kamu membunuhku disini.”

Kalau itu terjadi, aku takkan melawan, pikir Lyfa. Itu bukan sesuatu yang bisa dia pikirkan dengan serius, namun kali ini dia yakin kalau dia takkan punya peluang menang. Dia juga merasa kalau harus bertarung dengan lelaki yang sudah berkenalan dengannya beberapa hari ini akan tak menyenangkan.

Kalau itu memang terjadi, mungkin aku takkan memainkan ALO lagi. sembari semua itu meluncur dalam pikirannya, Lyfa menoleh wajah Kirito lagi, namun ekspresinya tidak berubah; justru, dia terus berlari ke depan dan berkata.

“Ini tetaplah sebuah Game, jadi apa saja bisa terjadi. Kalau kamu mau membunuh, maka kamu bisa membunuh; kalau ada sesuatu yang kamu mau, maka kamu bisa mencurinya.”

Kirito mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan.

“....Orang orang yang mengatakan itu, belum banyak yang sudah kutemui. Di satu sisi, itu benar, dan aku juga pernah berpikir seperti itu. tapi itu tidak benar. Khususnya di dunia virtual, ada hal hal yang harus kamu lindungi, tak peduli sebodoh apapun penampilanmu. Aku diajari hal itu oleh orang yang sangat penting bagiku.......”

Kemudian, suara Kirito menjadi sangat lembut, disertai perasaan hangat.

“VRMMO disebut Game, tapi ini adalah kontradiksi; membelah pemain dan perannya bukanlah ide yang bagus. Kalau kamu mengambil ciri di dunia ini, kepribadianmu di dunia nyata akan mencerminkan perubahan ini. Pemain dan karakter adalah satu. aku menyukai Lyfa, dan aku ingin menjadi temanmu. Tak peduli apapun alasannya, aku takkan membunuhmu demi kesenanganku sendiri, pokoknya tidak.”

“Kirito-kun......” Lyfa tiba tiba merasa tak mampu bernafas sehingga dia berhenti berlari. Menyadari ia berhenti, Kirito juga ikut berhenti.

Lyfa berhenti sejenak untuk berpikir, namun kata kata tak bisa mengungkapkan perasaan yang mengalir dalam hatinya; ia terus menatap lelaki gelap di hadapannya.

Begitu......jadi begitu rupanya........Lyfa bergumam di dalam hatinya. Itulah alasan kenapa Lyfa tak bisa menjadi dekat dengan siapapun di dunia ini. Ia tak merasa yakin kalau yang ia lihat adalah karakter sejati mereka, atau itu hanya kepribadian yang diasumsikan oleh avatar. Ia tak bisa mengetahui kalau apa yang mereka katakan adalah niat dan ide yang tulus. Ia tak tahu bagaimana harus mendekati mereka, dan untuk kabur dari bobot tawaran tangan mereka, ia ingin terbang menjauh.

Namun, dia tak perlu mencemaskan itu. ia hanya mengikuti apa yang dia rasakan, dan itu saja sudah cukup, karena itu adalah nyata baginya.

“.....Terima kasih!”

Lyfa mengujarkan kata kata yang mengalir lembut dari kedalaman hatinya, mengetahui kalau dia berbicara lebih banyak lagi dia akan mulai menangis.

Mendengarkan itu, Kirito tertawa dengan malu.

“Maaf, aku sedikit berlebihan. Itu kebiasaan burukku.”

“Tidak, itu membuatku senang – maka kita akan ucapkan perpisahan sekali kita keluar dari gua.”

Setelah mendengar itu, Kirito mengangkat alisnya dengan terkejut.

“Aku akan ikut denganmu.”

“Tunggu, apa!?”

“Oh tidak, kita sudah membuang banyak waktu. Yui, tolong navigasi selagi kami berlari.”

“Paham!”

Melihat Pixie yang duduk di bahunya mengangguk setuju, ia menoleh pada Lyfa.

“Pinjamkan aku tanganmu sebentar.”

“Oh, eh.......”

Kirito mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Lyfa. Situasi ini pernah terjadi sebelumnya, tapi ini pertamakalinya mereka benar benar bergandengan tangan; jantung Lyfa mendadak mulai berdegup kencang. Momen selanjutnya, Kirito melaju kedepan dengan kecepatan tinggi, dengan kencang menembus dinding udara dan menciptakan lorong angin. Barusan mereka sudah berlari dengan cukup cepat, namun sekarang mereka bahkan lebih cepat lagi. kecepatan luar biasa mereka membuat struktur batu nampak meleleh seiring mereka melintas. Dengan tangan kanan dipegang Kirito, tubuh Lyfa mengapung dibalik garis horizontal. Kirito memindai sekitarnya sambil membelok di sudut dan belokan gua. Tak ada sedikitpun romantisme di dalamnya.

“Waaah!?”

Lyfa berteriak dengan suara bernada tinggi ketika, melihat jauh ke depan, ia melihat kurson kuning yang berkedip kedip mendekat. Sekelompok orcs nampaknya sudah membuat sarang di dalam gua.

“Itu – para monster itu.”

Sebelum Lyfa menyelesaikan ucapannya, Kirito berlari ke arah kelompok orcs tanpa menunjukkan tanda tanda melambat.

“Waaaah!”

Teriakan Lyfa bercampur dengan raungan para monster. Namun satu demi satu, hujan senjata berat lolos. Kirito melihat celah diantara para monster dan terus menyerbu dengan laju gila gilaan. Para orcs menoleh, menyuarakan kemarahan mereka, dan mulai mengejar, namun Kirito sudah hampir sampai ke jalur selanjutnya. Setelah itu, mereka menemui para orcs dan monster lain beberapa kali, namun Kirito hanya menghindar dan menyerbu diantara mereka semua. Pada poin tertentu, gelombang besar monster mengikuti di belakang Lyfa dan Kirito, gerakan mereka menciptakan guncangan tanah, dan gempa seperti longsor. Di sisi lain, tindakan «Mengganggu» mereka bisa dianggap cara buruk, karena tak ada tim yang melaju ke arah kumpulan monster akan bisa lolos dari kelenyapan. Beruntungnya, titik cahaya muncul di depan tragedi tersebut terjadi.

“Oh, itu mungkin pintu keluar.”

Setelah mendengar Kirito mengatakan itu, pandangan Lyfa mendadak menjadi putih, dan dengan satu langkah, tanah menghilang.

“Hieeee!?”

Lyfa secara insting menutup matanya dan berteriak saat kakinya kehilangan pijakan, namun dia segera menyadari kalau suara auman disekitarnya telah menghilang.

Perlahan membuka matanya, Lyfa mendapati dirinya mengapung di langit luas dan tanpa batas. Nampaknya Kirito tak melambatkan lajunya sama sekali, justru bertolak dari celah gua yang mengarah ke bagian atas pegunungan. Melihat balik, ia melihat tebing abu abu curam yang sepertinya berlanjut tiada batas ke segala arah. Tak lama setelah keluar, gravitasi dengan cepat kembali, dan posisi jatuh mereka membentuk busur di langit.

Buru buru membentangkan sayapnya dan meluncur, Lyfa menghembuskan nafas.

“Fuu haa!”

Bernafas dengan keras, Lyfa melihat ke belakang mereka; agak jauh di pintu keluar gua, dan mengelilinginya adalah para monster yang tadi mengejar mereka. Ia menoleh pada Kirito.

“Kupikir nyawaku baru berkurang beberapa tahun!”

“Haha, yang penting bisa menghemat waktu.”

“....Untuk dungeon, seharusnya tidak......selagi mencari musuh, pastikan kamu tak mengumpulkan monster dalam jumlah besar......yang kamu lakukan sama sekali nggak masuk akal......”

Lyfa memprotes sambil mencoba menenangkan dirinya, dan dia mulai mengecek sekelilingnya. Warna polos yang luas membentang di bawah, warna biru air memercik disini dan disana, serta air terhubung ke sungai yang berliku, dan setelah itu—

“Ah....”

Lyfa tanpa sadar tersentak. Di posisi terjauh dari lautan awan mengapung sebuah bayangan besar. Batang raksasa nampak menembus bumi dan surga seperti pilar yang menyokong angkasa, dengan cabang dan dedaunan tumbuh sebesar makhluk dewata.

“Jadi, itu......World Tree.”

Disampingnya, Kirito berbisik dengan nada kagum. Bahkan dari posisi mereka, hanya beberapa jauh dari pintu keluar dari pegunungan, World Tree memiliki kehadiran yang mencengangkan meski jaraknya mungkin melebihi dua puluh kilometer jauhnya. Sulit membayangkan bagaimana rasanya berdiri di dasarnya. Mereka berdua tetap terdiam sembari mengamati World Tree, namun tak lama kemudian, Kirito pulih dan berkata:

“Ah, kenapa malah melamun. Lyfa, dimana tempat konferensi para Raja?”

“Ah, benar. World Tree terletak di pusat dunia, dalam mangkuk raksasa yang diciptakan oleh pegunungan di sekelilingnya. Ada tiga jalur yang menuju ke World Tree; dari wilayah Salamander adalah «Lembah Naga»; dari wilayah Undine adalah «Lembah Pelangi»; dan dari wilayah Cait Sith adalah «Lembah Kupu Kupu». Konferensi akan diselenggarakan di «Lembah Kupu Kupu», dan di dekat jalan keluar wilayah pedalaman.

Lyfa melihat ke sekelilingnya dan menunjuk ke arah barat laut.

“Kupikir kita harus terbang menuju ke arah itu.”

“Oke, berapa banyak waktu yang tersisa?”

“....Dua puluh menit.”

“Kalau mereka mau menyerbu konferensi, para Salamander akan datang dari arah itu.”

Jari Kirito berpindah dari tenggara ke barat daya.

“Kalau mereka datang lebih awal dari kita, kita akan kena masalah. Mari buru buru. Yui, lakukan pencarian, dan beritahu aku kalau ada sejumlah besar pemain yang mendekat.”

“Ya!”

Yui mengangguk, dan Lyfa dan Kirito mulai melaju kencang.


“Ngomong ngomong, apa ada monster di sekitar area ini?”

“Dataran tinggi Aarun adalah wilayah tanpa monster. Jadi konferensi umumnya diselenggarakan di tempat ini.”

“Dengan kata lain, kalau ada monster menyerang di tengah tengah diskusi, maka akan jadi masalah. Namun, dalam hal ini, mungkin akan sangat beruntung.”

“Apa maksudmu?”

Kirito hanya tertawa dengan senyum licik.

“Seperti yang terjadi tadi, aku berniat membawa sejumlah besar monster ke arah para pasukan Salamander.”

“.....Kamu punya waktu untuk memikirkan itu? kelompok Salamander pasti lebih besar dari para monster yang menyerang kita di gua, kalau kita bisa memperingatkan mereka tepat waktu, kita semua akan menuju ke wilayah Cait Sith; kalau kita mengumpulkan sejumlah besar monster, menurutmu siapa yang akan mati?”

“...”

Kirito menggosok dagunya dengan ekspresi berpikir di wajahnya. Pada saat itu........

“Ada, ada respon pemain!”

Yui mendadak berteriak.

“Kelompok di depan memiliki 68 pemain, ini semua mungkin pasukan tempur Salamander. Untuk tambahan, ada empat belas orang lagi yang bergerak di tanah, aku menduga kalau mereka adalah delegasi Sylph dan Cait Sith. Kedua pihak akan bertemu dalam lima puluh detik.”

Yui selesai berbicara tepat saat mereka menembus awan yang pekat. Lyfa melihat ke bawah ke arah dataran tinggi yang rata dan hijau dari jarak sangat tinggi di udara.

Di suatu tempat di ketinggian yang lebih rendah terdapat banyak bayangan menakutkan. Terbang dalam unit lima orang, mereka nampak seperti sekumpulan sosok sinis yang mengintai target mereka tanpa membuat suara.

Tatapannya kemudian tertuju pada tujuan mereka. Ia bisa melihat serambi bundar kecil. Disana terdapat meja putih panjang dengan tujuh kursi di setiap sisinya, itu adalah aula konferensi dadakan.

Orang orang yang duduk di kursi, masih tengah berdiskusi, tak sadar akan ancaman yang mendekat.

“....Kita terlambat.”

Ujar Lyfa dari samping Kirito.

Tak ada waktu untuk memperingatkan para Raja sebelum Salamander sampai – tak cukup waktu untuk kabur. Sehingga, yang lain harus bersiap siap menjadi tameng, bahkan meski mempertaruhkan nyawa mereka, setidaknya agar para Raja bisa kabur.

Lyfa mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Kirito.

“Terima kasih, Kirito-kun, karena membawaku kemari. Kamu segeralah ke World Tree, dan meski perjalanan kita bersama sangat singkat, aku merasa senang.”

Ujar Lyfa sambil tersenyum, namun saat dia melipat sayapnya untuk meluncur ke bawah, Kirito menangkap tangan kanannya. Lyfa menoleh ke arahnya, dan wajah Kirito menampakkan senyum tanpa takut.

“Mana bisa aku melarikan diri!”

Kirito melepaskan tangannya, memindahkan Yui di bahunya ke saku dadanya, dan dengan mengepakkan sayapnya keras keras, tiba tiba berakselerasi. BANG! Lyfa menutup matanya oleh kekuatan dari ledakan sonik, dan saat dia membuka matanya kembali, Kirito tengah meluncur ke arah serambi.

“Apa!? Apa yang kamu lakukan!?”

Momen perpisahan dan kata kata selamat tinggal menyedihkannya ternyata sia sia, Lyfa memprotes, namun Kirito sudah jauh meninggalkannya. Tercengang, dia buru buru mengejarnya.

Pada tujuan mereka, para Cait Sith dan Sylph akhirnya menyadari sekelompok besar. Satu demi satu, mereka melompat dari kursi mereka dan mencabut pedang berkilau mereka, namun, dibandingkan para Salamander dan persenjataan mereka, mereka nampak sangat rapuh.

Terbang ke arah dataran berumput, para pasukan depan Salamander memegang tombak mereka seperti burung pemangsa yang siap menyerbu kelinci tak berdaya. Para pasukan di belakang mereka menyebar ke kiri dan kanan, setengah mengepung area serambi. Momen sebelum pembantaian, dunia tercekam dalam kesunyian.

Satu Salamander mengangkat tangannya, dan saat ia hendak menjatuhkannya.......

Kabut debu raksasa mengepul dari pusat serambi diantara kedua kelompok. Kemudian tak lama kemudian KA-BOOM! Ledakan keras sepertinya membuat atmosfir menjadi berguncang keras, dan Kirito mendarat seperti meteor hitam tanpa melambat.

Semua pemain di tanah membeku di tempat mereka berdiri. Seiring kabut debu menipis, Kirito perlahan bangkit, dengan tatapan tak senang pada pasukan Salamander. Ia berdiri tegak, menarik nafas panjang, dan berteriak:


“Untuk kedua pihak! Letakkan senjata kalian!”


“Woo ah!”

Lyfa, masih meluncur, secara insting menjatuhkan kepalanya. Sungguh suara sangat keras, meski tidak sekeras ledakan yang tadi. itu bahkan menyebabkan Lyfa, yang masih sekitar sepuluh meter di udara, gemetaran. Sedangkan pada Salamander, entah karena tekanan fisik atau hanya kaget, mereka sedikit gemetar dan bergerak mundur sedikit demi sedikit.

Itu bukan suara yang mengagetkan semua orang; itu berisi keberanian tanpa takut di dalamnya. Apa yang sebenarnya orang ini lakukan? Tak seorangpun bisa menebaknya.

Lyfa menatap adegan dengan keringat dingin menetes di punggungnya. Di belakang Kirito, Lyfa mendarat di dekat kelompok berpakaian hijau yang merupakan Sylph. Melihat sekeliling, Lyfa akhirnya melihat sosok familiar.

“Sakuya!”

Mendengar seseorang memanggil namanya, Sylph itu melihat ke sekeliling dengan ekspresi bingung dan membuka matanya lebar lebar saat dia melihat Lyfa.

“Lyfa!? Kenapa kamu disini!? Bukan, apa yang terjadi disini......”

Lyfa membuka mulutnya sambil berpikir, ini pertama kali dia melihat Sakuya nampak begitu bingung, dan berkata:

“Susah dijelaskan, namun saat ini, takdir kita berada di tangan pria itu!”

“Apa yang terjadi!?”

Sang Raja Sylph melihat punggung kecil dari sosok yang berpakaian hitam. Meski bersimpati pada pikirannya, Lyfa memandang Raja Sylph saat ini, Sakuya.

Wanita itu memiliki postur langsing yang sangat cantik, dengan rambut hijau panjang sepinggang yang gelap sampai nyaris hitam. Ia memiliki kulit putih pucat, mata sedikit sipit, hidung mancung, dan bibir tipis. Kalau kalian mau mendeskripsikan kecantikannya, ia seperti kecantikan dari pedang yang diasah sempurna.

Mengenakan pakaian panjang bergaya Jepang yang membungkus tubuhnya, dari obi-nya menggantung katana yang hampir dua inci lebih panjang dari Lyfa. Kaki putih lembut dalam bakiak panjang nampak dari balik hem pakaiannya. Melihat sosok tak terlupakan itu, tak mengherankan kalau dia memenangkan pemilu untuk Raja dengan suara mengesankan 80%.

Tentu saja, suara tak datang hanya dari kecantikannya. Karena tekanan dari menjadi Raja, ia jarang berpartisipasi dalam perburuan, jadi stats numeriknya tak bisa disebut tinggi. Namun, skill pedangnya sangat tinggi hingga dia sering muncul di ronde terakhir sepanjang duel turnamen, dan kepribadian adilnya juga yang mempertahankan popularitas tingginya.

Menggerakkan matanya, tatapan Lyfa jatuh pada pemain bertubuh mungil di samping Sakuya.

Rambut pirang bergelombang yang mengelilingi telinga segitiga lebar di kedua sisi kepalanya menandakan kalau ia adalah Cait Sith. Ia mengenakan armor yang mirip dengan baju renang one-piece, dengan berani mengekspos banyak kulitnya. Dari kedua sisi pinggangnya menggantung senjata tipe cakar dengan tiga kuku besar yang menonjol. Setrip berwarna warni di dekat pahanya menampakkan ekornya, yang bergoyang dan bergetar karena ketegangan.

Melihat sosoknya, kalian bisa melihat bulu mata panjang yang menutupi mata besar dan hidung kecil sedikit bundar. Avatarnya dalam ALO nampak tak biasa, namun bisa dideskripsikan sebagai gadis kecil mempesona. Meski ini pertama kali Lyfa melihatnya, mungkin tak salah mengatakan kalau dia adalah Raja Cait Sith, Alicia Rue. Seperti Sakuya, dia mempertahankan posisinya sebagai Raja melalui popularitas luar biasanya.

Di belakang kedua Raja yang berdiri bersama, enam Cait Sith dan enam Sylph berdiri sepanjang meja putih panjang, semuanya menampakkan ekspresi tidak tenang. Dia tak tahu siapa saja diantara Cait Sith itu, namun semua Sylph adalah anggota kelompok dewan para pemain terkuat. Melihat lebih dekat pada kelompok orang orang ini, Lyfa mengkonfirmasi kalau Sigurd tidak hadir.

Saat Lyfa menoleh pada pasukan Salamander di bagian selatan dataran tinggi, Kirito berteriak sekali lagi:

“Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada Komandan!”

Sikap tanpa takut ini sepertinya membuat kaget para tentara Salamander, hingga kelompok tombak mereka membukakan jalan. Dari jalur itu dari udara datang seorang tentara besar.

Rambut merah seperti api membara membingkai wajah yang mirip burung pemangsa berkulit gelap. Tubuh kuatnya ditutupi oleh Blood Armor ultra-langka, dan dia membawa pedang yang jauh lebih besar dari Kirito.

Melihat matanya berkilau kemerahan untuk sekejap, Lyfa merasakan keringat dingin menetes di punggungnya. Meski dia tak menghadapnya secara langsung, ini pertama kali Lyfa merasakan aura yang sangat mengintimidasi dari lawan.

Dengan suara ‘gasha’ dia mendarat di depan Kirito, tanpa ekspresi dia menatap Kirito dengan rasa jijik. Pada akhirnya, Salamander itu membuka mulutnya dan, dengan suara besar dan menusuk, bertanya:

“....Apa yang Spriggan lakukan di tempat seperti ini? Bukannya itu akan menghentikan kami dari membunuhmu, tapi aku akan dengarkan ceritamu untuk memastikan keberanian yang kau tunjukkan.”

Kirito, tanpa ragu ragu, berbicara dengan keras:

“Namaku adalah Kirito, dan aku adalah perwakilan dari aliansi Spriggan-Undine. Apa kalian paham kalau dengan menyerang tempat ini, kau berharap untuk memulai perang berskala besar dengan keempat ras kami?”

Uwaaa........

Lyfa dibuat membisu. Ide itu sama sekali tak masuk akal. Kali ini keringat dingin sudah membanjir di punggungnya oleh cerita menghebohkan yang Kirito ucapkan. Pada poin ini, Sakuya dan Alicia Rue menoleh pada Lyfa dengan kaget, hanya untuk melihat kedipan putus asanya.

Namun sang Komandan Salamander juga kelihatan sangat terkejut.

“Aliansi Spriggan-Undine....?”

Ekspresinya segera kembali menjadi normal.

“Kau bilang kau adalah perwakilan, lantas dimana pengawalmu?”

“Ah, ya. Aku datang kemari untuk mengadakan negosiasi dagang dengan Sylph dan Cait Sith. Namun, kalau kalian menyerang kami di konferensi ini, lain lagi ceritanya. Singkat kata itu sama saja memaksa keempat ras kami membentuk aliansi melawan Salamander.”

Tiba tiba, dunia sekali lagi jatuh dalam kesunyian, hanya untuk dipatahkan oleh balasan sang Komandan Salamander.

“Hmm, biarpun kau sudah memberitahu jati dirimu, bagaimana bisa aku mempercayai seseorang yang datang seorang diri dan membawa perlengkapan sejelek itu!?”

Si Salamander menaruh tangannya di punggungnya dan dengan keras mencabut pedang besar bermata dua. Ia memiliki kilauan merah-gelap dan dua Naga yang saling bertautan tercermin di permukaannya.

“Kalau kau bisa menahan seranganku selama tiga puluh detik, aku akan mempercayai kata katamu!”

“Kau sungguh baik hati, bukan begitu?”

Kirito mencabut pedang bermata duanya sambil mengatakan itu. Tak seperti si Salamander, pedangnya berwarna hitam kemerahan polos tanpa dekorasi apa apa.

Sayap Kirito mulai bergetar dan dia mengapung ke udara, melayang layang di ketinggian yang sama dengan si Salamander. Lyfa berpikir seolah olah ada semangat bertarung yang begitu menekan dari keduanya, dan itu akan segera meledak dalam percikan putih.

....Tiga puluh detik.....

Lyfa menelan ludahnya dengan suara keras.

Dengan kekuatan dan kecakapan Kirito, ini sudah sangat dermawan. Namun dari hasrat membunuh yang memancar dengan dahsyat dari sang Komandan Salamander, Lyfa berpikir kalau dia juga bukan orang biasa.

Sword Art Online Vol 03 - 275.jpg

Dalam suasana setegang itu, Sakuya, yang berdiri di samping Lyfa, berbisik:

“Ini gawat........”

“Apanya......?”

“Salamander itu, pedang bermata dua yang dia pegang, aku pernah melihatnya di website yang mengulas senjata legendaris. Itu adalah «Pedang Iblis Gram», yang berarti pria itu adalah «Jenderal Eugene». Apa kamu tahu itu?”

“....Hanya namanya.....”

Lyfa menahan nafasnya dan menganggukkan kepalanya, dan Sakuya melanjutkan.

“Ia adalah saudara laki laki dari Raja Salamander «Mortimer», mungkin juga di dunia nyata. Ia memiliki kekuatan murni yang menandingi kebijaksanaan saudara laki lakinya. Ia dikatakan sebagai prajurit terkuat Salamander.......itu artinya dia......”

“....Pemain terkuat!?”

“Itu benar.......kondisi nampaknya semakin buruk.”

“...Kirito-kun....”

Lyfa menekan tangannya dengan erat ke dadanya.

Kedua orang yang melayang di udara tengah saling berhadapan dengan menjaga jarak satu sama lain, sepertinya mengukur kekuatan lawan mereka. Awan berketinggian rendah menutupi matahari, dan pilar pilar cahaya bersinar sepanjang celahnya. Salah satu balok cahaya itu mencerminkan pedang Salamander yang brilian, dan, pada saat itu.

Eugene meluncurkan serangannya tanpa pergerakan yang bisa diprediksi.

Phew! Dengan melingkar, Eugene bergerak pada kecepatan super-tinggi, membuat udara berguncang. Pedangnya bergerak membentuk busur seiring ia mengayun ke arah Spriggan lawannya.

Kecepatan reaksi Kirito juga tak kalah cepatnya. Dia bertindak tanpa gerakan berlebihan, membentangkan sayapnya dan memblokir serangan langsung Eugene. Setelah memblokir serangan lawannya, Kirito akan segera menyerang balik – mudah untuk diprediksi, pikir Lyfa, namun.....

“--?”

Pada momen pedang hitam dan pedang merah tua saling bersilangan, pedang merah tua terlihat berubah menjadi uap. Ia menembus pedang Kirito, dan kembali menjadi normal.

Dagaaan! Dengan ledakan suara yang bisa mengguncang dunia, Kirito dihantam di dadanya oleh sebuah ledakan kekuatan yang luar biasa. Ia terlihat seperti daun hitam yang tertiup badai seiring ia terlempar ke tanah. Terjadi suara gemuruh besar, dan kabut debu mengepul saat dia menghantam bumi.

“Apa yang.......?”

Pertanyaan Lyfa yang tengah tercengang dijawab oleh Alicia Rue.

“«Pedang Iblis Gram» memiliki kemampuan spesial bernama «Ethereal Shift». Saat ia melakukan kontak dengan perisai pertahanan, pedang, atau objek lain, ia akan tembus. Dengan kata lain, ia memiliki efek ekstra ‘Menembus’.”

“Kenapa, kenapa bisa......”

Lyfa buru buru mengecek HP Kirito. Namun tiba tiba, sebuah bayangan melompat dari kabut debu, menyerbu lurus ke arah Eugene yang masih melayang di udara.

“Oh, dia masih hidup!”

Seolah tak ada apapun terjadi, Kirito berhenti dan bertanya.

“Serangan macam apa tadi itu!?”

Kirito bertanya sambil mengayunkan pedangnya.

KLANG KLANG! Suara logam berlanjut. Kirito sepertinya tetap tak mau menyerah meski memiliki senjata yang lebih inferior. Biarpun mata Lyfa tak bisa melihat serangan bertubi tubi Kirito, Eugene bisa menangkis semua serangannya dengan pedang dua tangannya.”

Untuk beberapa saat yang menegangkan, serangan Kirito berhenti sejenak, namun itu sudah cukup.

Gram sekali lagi mengeluarkan cahaya menyilaukan. Saat Kirito hendak memblokir serangan yang diarahkan ke sisinya, pedang itu melebur, hanya untuk muncul kembali diluar pertahanannya dan menghantam keras ke perutnya.

“Guhaaa!”

Kirito berteriak dengan terbatuk batuk di paru parunya, kali ini dia berputar putar di udara. Dengan sayap membentang lebar, ia berhasil berhenti dan mengembalikan posisinya.

“Itu memang efektif.....hei, bukannya tiga puluh detik sudah berlalu?”

Mendengar pernyataan Kirito, Eugene hanya tertawa dengan arogan.

“Maaf, sekarang aku hanya ingin mencincangmu. Aku ubah rencanaku, kali ini aku akan cabut kepalamu!”

“Orang ini.....akan kubuat kau menyesalinya!”

Kirito sekali lagi bersiap menyerang, meski sayangnya, sepertinya tak ada keraguan siapa yang akan muncul sebagai pemenangnya.

Untuk mencegah serangan spesial dari «Pedang Iblis Gram», Kirito hanya bisa bertahan. Padahal, dia ingin menghindari semua serangan. Namun itu nyaris mustahil dalam pertarungan jarak dekat berkecepatan tinggi ini.

Tiba pada kesimpulan yang sama, Sakuya berbisik:

“Situasi terlalu gawat. Meski kedua pemain itu bisa dikatakan seimbang, kemampuan senjata mereka terlalu jauh berbeda. Bagi satu dan satu satunya «Pedang Iblis Gram», hanya senjata legendaris, «Pedang Suci Excalibur» yang bisa menandinginya, namun tak ada yang tahu bagaimana cara mendapatkannya......”

“...”

Meskipun begitu, kalau itu adalah Kirito......meski dia kelihatan seperti pemula, ia telah menunjukkan kekuatan sangat besar......Spriggan ini memang petarung handal. Selagi memikirkan ini, Lyfa menekan tangannya ke dadanya seolah berdoa.

Sayap merah Eugene mengabur menjadi kumparan cahaya saat dia menikamkan pedangnya ke depan. Kirito menghindari serangannya dengan terbang acak yang berbahaya.

Selagi bertarung, mereka berdua terbang dalam pola yang kompleks, dari waktu dan ke waktu terdapat efek serangan terpercik sebelum mereka berpisah. HP Kirito sudah berkurang sampai setengah oleh serangan yang dia telah terima. Eugene juga bukan lawan normal, dengan mudah menembus pertahanan Kirito yang telah bertahan dari sejumlah serangan sihir sebelumnya.

Kirito tiba tiba berbalik dan mengulurkan tangan kanannya. Ia melafalkan kalimat mantra, dan debu hitam menyebar dari rentangan tangannya.......

Bang, bang, bang, bang! Aliran asap hitam mengepul disekitar kedua lawan. Sihir tipe jarak jauh itu dengan cepat menyebar dan menutupi seluruh wilayah udara.

Kegelapan mulai turun ke atas kepala Lyfa dan sekeliling menjadi sangat gelap. Pandangan Lyfa terhalang oleh kegelapan, dan dia berusaha keras mencari dimana Kirito.

“Lyfa, pinjam ini sebentar.”

“Eh!?”

Sebuah suara tiba tiba berbisik di telinganya, dan dia merasa kalau katananya dicabut dari sarung pedang di pinggangnya.

“Ki.....Kirito-kun!?”

Lyfa buru buru menoleh. Tak ada siapapun disana, namun sarung pedangnya ternyata sudah kosong.

“Apa kau mencoba mengulur waktu!?”

Eugene berteriak dari tengah asap tebal. Tak lama kemudian mulai terdengar sebuah pelafalan mantra.

WHACK! Sebuah ledakan merah besar menyebar ke sekelilingnya, dan membersihkan seluruh asap. Asap lenyap dengan cepat, sekali lagi memulihkan cahaya di dunia.

Lyfa buru buru melihat ke langit biru, disana.......

Tak ada tanda tanda Kirito.

Satu satunya yang melayang di udara adalah sang Jenderal Salamander. Si Spriggan kecil tak kelihatan dimana mana.

“Tak mungkin.....dia kabur....”

Di belakang, seorang Cait Sith berteriak dengan terkejut. Namun sebelum ia menyelesaikan ucapannya, Lyfa berteriak:

“Tentu saja tidak mungkin.”

Itu sama sekali tidak mungkin. Biarpun pemain lain akan segera kabur, dia tak akan melarikan diri.

Pria muda ini, Kirito, tak «bermain» VRMMO,; dia «hidup» di dalamnya. Ia percaya kalau dunia ini adalah realita yang lain, dan bahwa semua kepercayaan bersemi, semua ikatan terbentuk, dan semua cinta yang terbentuk disini adalah kebenaran.

Sehingga, hei.....aku bisa mendengarnya.....

Suara itu datang dari atas, suara terbang yang begitu kuat dan indah hingga menyerupai suara dari flute. Mendekat lebih dekat dan lebih dekat, makin keras dan makin keras.

“...!!”

Momen Lyfa akhirnya melihat sosoknya, ia nampak seperti pelangi oleh air mata yang muncul di mata Lyfa.

Dari tengah tengah matahari, objek yang menciptakan efek cahaya terkuat dalam Alfheim, jatuh dari langit melalui cahaya putih surga, sebuah bayangan kecil meluncur turun dengan cepat.

Eugene menyadari beberapa detik kemudian dan Lyfa menengadah. Mengernyit oleh efek sangat kuat itu, ia mengangkat tangan kirinya untuk melindungi matanya dari cahaya kuat matahari. Seorang pemain rata rata pasti akan bergerak secara horizontal untuk menghindari cahaya matahari dan untuk mengikuti ruang dimana bayangan itu tengah jatuh.

Namun, Jenderal Eugene, sesuai reputasinya, ia menutup mulutnya, kemudian membukanya lebar lebar.

“Waaaaaaaahhhhh!!”

Dengan teriakan yang sepertinya membuat bumi dan surga berguncang, ia menghadap ke arah matahari seperti Salamander sejati. Dengan garis cahaya merah, dia meluncur seperti roket.

Kirito datang dari atas dengan membawa pedang besarnya, yang normalnya dia gunakan dengan kedua tangannya, kali ini hanya di tangan kanannya. Tangan kirinya tersembunyi di balik punggungnya sehingga tak bisa terlihat.

Dalam cahaya kuat, benda yang ia pegang di tangan kirinya berkilau, dan diangkat tinggi tinggi.

Apa yang menyebabkan kilau keperakan itu? itu adalah katana yang Kirito baru ambil dari sarung pedang di pinggangnya, kalau Lyfa tidak salah. Sehingga, sekarang Kirito memegang pedang di tiap tiap tangannya.

Gaya dua pedang – konsep ini bukanlah hal baru. Meski ada banyak orang yang mencoba memakai teknik itu, Lyfa belum tahu ada yang berhasil melakukannya. Sangatlah sulit untuk memanipulasi pedang di kedua tangan dan membuat mereka bekerja dengan sinkron.

Sepanjang kompetisi kendo di dunia nyata, memang tak melanggar aturan untuk memakai dua pedang bambu, satu besar dan satu lebih kecil. Namun, hal itu dilarang di kompetisi tingkat SMP atau SMA, dan jumlah mahasiswa universitas yang bisa memakai dua pedang sangat sedikit. Selain itu, dia juga belum pernah memakai dua pedang, meski mungkin memiliki keuntungan, namun secara praktikal itu sangat sulit. Dikatakan kalau hal yang sama juga berlaku di dunia virtual.

Namun, Kirito dipersenjatai dengan dua pedang. Eugene mungkin berpikir kalau itu adalah tindakan keputus asaan dan memasang senyum mengasihani di wajahnya.

Lyfa membuka matanya yang basah oleh air mata dan percaya sepenuh hati pada Kirito.

Si Salamander mengangkat pedang iblisnya dan, dengan ayunan kuat, mengayunkannya pada Kirito. Pedang di tangan kiri si Spriggan mengayun dalam orbit sempit untuk menghadangnya.

Bang! Pedang merah gelap mulai bergetar. «Ethereal Shift» diaktifkan, menembus pertahanan Kirito dan terus melaju ke lehernya.

KLANG! Dengan suara logam yang keras, Gram ditangkis. Yang menghentikannya adalah tikaman di saat yang tepat memakai pedang besar di tangan kanannya. Seperti memasukkan benang ke dalam lubang jarum, waktu yang sempurna.

Kirito menghadap Eugene yang nampak tak percaya, dan mengaum dengan keras.

Sword Art Online Vol 03 - 285.jpg

“O.....Oaaaaaaaa!”

Dengan pedang di kedua tangannya, ia menyerang dengan kecepatan yang begitu luar biasa sampai pedangnya seolah berubah menjadi kabut.

Katana di tangan kirinya menebas maju, diikuti oleh tikaman dengan pedang besar dalam pergerakan yang terhubung sempurna. Saat pedang besar ditarik mundur, katana menebas sekali lagi, dari kiri bawah, dan setelah kembali ke jalur yang sama, pedang besar diayunkan dengan keras dari atas.

Perak dan hitam menyatu bersama seiring serbuan gencar serangan jatuh seperti meteor sepanjang langit malam. Berapa banyak latihan yang diperlukan untuk mencapai kecepatan sehebat itu dengan gaya dua pedang? Lyfa tak bisa membayangkan. Eugene mundur dan mencoba memakai Ethereal Shift untuk melawan balik, namun pedangnya tak bisa menembus dua kali, karena diblokir oleh perisai ganda Kirito.

“Nuoooh!”

Saat Jenderal Eugene dengan cepat ditekan ke arah tanah, ia berteriak dengan keras. Efek spesial dari armornya membentuk dinding api tipis seperti lapisan anti peluru, dan sedikit memukul mundur Kirito. Dalam momen itu, pedang Iblis kembali diayunkan—

KONG! Dengan suara keras, Eugene memasuki mode ofensif.

Kirito juga tak ragu ragu dalam melancarkan serangan, dan katana di tangan kirinya berkilau cerah saat ia diayunkan dengan kecepatan yang hanya bisa ditandingi oleh halilintar.

JANG! Suara berderik dari logam membahana. Percikan percikan api menyebar membentuk busur panjang sepanjang udara.

Sebelum Ethereal Shift bahkan bisa diaktifkan, pedang Kirito menghantam sisi Gram dan menangkisnya. Serangan Eugene diarahkan ke bahu kiri Kirito dan bergerak ke punggungnya. Tak lama kemudian......

“Ra....aaaaaaaa....!”

Dengan kelincahan menakjubkan, pedang di tangan kanan Kirito menikam lurus ke depan.

THUNK! Suara tusukan keras membahana, dan pedang hitam menembus tubuh si Salamander.

“Guahhhh!”

Kecepatan Kirito yang seperti dewa digabung dengan kecepatan tikaman berdampak pada luka yang tiada tanding. Bar HP Eugene jatuh ke zona kuning dalam sekejap.

Serangan Kirito tak berhenti disitu saja. Saat Eugene mencoba memulihkan diri, Kirito dengan cepat menarik mundur pedang besar, melanjutkan serangan bertubi tubinya dan memakai katana di tangan kirinya untuk memulai serangan combo yang mata Lyfa tak bisa ikuti. Dalam sekali nafas, empat tebasan pedangnya membentuk lintasan indah di udara, membentuk persegi yang menyelimuti tubuh besar si Salamander.

“....!!”

Jenderal Eugene menampakkan ekspresi tak percaya saat tubuh bagian atasnya, dari bahu kanan ke pinggang kiri, ditebas tanpa suara. Cahaya yang membentuk persegi terdispersi ke segala arah.

Tak lama kemudian, tubuh Jenderal Eugene mulai terbakar, dan dia jatuh menjadi End Frame besar.

Tak seorangpun bergerak.

Dari para Sylph dan para Cait Sith sampai kelima puluh tentara serbuan Salamander, semua orang hanya bisa membeku di tempatnya.

Itu adalah pertarungan dengan level sangat tinggi dimana tiada seorangpun yang pernah melihatnya.

Secara umum, pertarungan dalam ALO adalah pemakaian senjata jarak dekat tanpa keahlian, atau ketergantungan pada sihir bahkan tanpa tanda tanda skill dalam pertarungan jarak jauh. Pertahanan dan hindaran adalah teknik yang hanya bisa ditampilkan oleh pemain yang sudah lama berpengalaman, hal seperti skill pertarungan jarak dekat berkecepatan tinggi hanya bisa dilihat di turnamen pertandingan tahap final.

Namun kali ini, pertarungan diantara Kirito dan Eugene jauh melebihi semua itu.

Tarian pedang mengagumkan yang merobek udara, penerbangan berkecepatan tinggi, Eugene dan pedang penghancur buminya, dan gaya dua pedang berkecepatan supersonik Kirito yang mengalahkannya........

Sakuya adalah orang pertama yang mematahkan kesunyian.

“Menakjubkan! Menakjubkan!”

Ujarnya dalam suara kekaguman sambil menepuk nepukkan tangannya.

“Hebat! Nice Fight!”

Alicia Rue mengatakan itu dengan segera, diikuti oleh dua belas orang di belakangnya. Tepuk tangan meriah, bercampur dengan siulan dan ‘BRAVO’ keras menggema dari segala penjuru.

Lyfa mengamati para tentara Salamander dengan nafas tertahan. Tentu, kalau Komandan mereka sudah dikalahkan, mereka takkan tinggal diam—

Secara mengejutkan, gelombang tepuk tangan juga memancar dari para pasukan Salamander disana. Sorak sorai membahana, dan mereka mengangkat tombak mereka dan mengibas ngibaskannya seperti papan spanduk.

“Ooh....!”

Lyfa tanpa sadar tersenyum.

Sampai saat ini, dia terus menganggap Salamander sebagai musuh – sekelompok perampok tanpa aturan, namun mereka tetaplah pemain ALO sebelum semua itu. Duel mengagumkan diantara Eugene dan Kirito sudah cukup untuk mengguncang hati mereka.

Terjebak dalam sorak sorai riuh, Lyfa juga ikut bertepuk tangan dengan sepenuh hatinya.

Di tengah tengah badai tepuk tangan, wajah Kirito merekah oleh senyum, ia menyarungkan pedangnya kembali dan mengangkat tangan kanannya.

“Ah, terima kasih, terima kasih.”

Kirito membungkukkan kepalanya ke segala arah, menoleh ke arah Lyfa, dan berteriak:

“Apa ada yang bisa memakai Sihir Pembangkit?”

“Paham.”

Mengangguk, Sakuya melayang ke udara dan berhenti di samping Remain Light Eugene. Dengan hem kimono berayun, ia mulai melafalkan mantra untuk Sihir Pembangkit.

Cahaya biru memancar dari kedua tangan Sakuya dan menyelimuti api merah. Lingkaran sihir rumit mulai memadat dan api menyebar, pada akhirnya membentuk sosok manusia.

Kemudian dengan kilatan terakhir, lingkaran sihir menghilang. Kirito, Sakuya, dan Eugene yang sudah dibangkitkan mendarat dengan sunyi di atas sudut serambi. Kesunyian sekali lagi muncul dari mereka.

“....Itu skill yang mengesankan. Brengsek kau, kau adalah pemain terkuat yang pernah aku lihat.”

Ujar Eugene dengan nada tenang.

“Terima kasih.”

Adalah respon singkat Kirito.

“Sampai Spriggan sepertimu ada, dunia ini sungguh luas.”

“Ceritaku, apa kau mempercayainya sekarang?”

“...”

Eugene menyipitkan matanya, tiba tiba terdiam.

Pada saat ini, dari pasukan depan Salamander, seorang pemain berlari ke arah Eugene. Pemain dalam armor itu berdiri sejenak, kemudian memakai tangan kirinya untuk membuka visornya.

Ia memiliki wajah brangasan, Lyfa bisa tahu itu saat dia membungkuk pada Eugene sebelum berbicara.

“Gene-san, apa anda punya waktu?”

“Ah, Kagemune, ada apa?”

Dimana aku pernah dengar nama itu sebelumnya? – pikir Lyfa untuk sesaat, sebelum mengingat. Itu adalah nama Salamander yang masih bertahan hidup dari danau sebutkan. Kagemune adalah kapten dari pasukan Salamander yang sudah Kirito habisi di Hutan Kuno kemarin.

“Kupikir anda sudah tahu, tapi kemarin seluruh party-ku dimusnahkan.”

Mendengar dia membicarakan soal itu, Lyfa menelan ludahnya dan memasang telinga kuat kuat untuk mendengar.

“Ya.”

“Itu adalah Spriggan ini, aku yakin, tapi dia juga punya sekutu Undine.”

“....!?”

Terkejut, Lyfa melihat sosok Kagemune. Alis Kirito berkedut untuk beberapa saat sebelum wajah santainya kembali ke posisi semula. Kagemune melanjutkan:

“Untuk tambahan, menurut informasi dari ‘S’, sebuah tim dikirim untuk memburu pria ini, namun mereka semua dihabisi.”

‘S’ mungkin adalah kode untuk Spy (mata mata). Namun ‘S’ mungkin singkatan untuk Sigurd......

Eugene menatap wajah Kagemune sejenak. Hampir semua orang disekitar mereka mulai saling bisik bisik, dan telapak tangan Lyfa mulai berkeringat, menunggu respon pihak yang lain.

Akhirnya, Eugene mengangguk dan berkata:

“Begitukah?”

Ia tersenyum kecut.

“Kuanggap saja begitu.......”

Kemudian dia menoleh pada Kirito.

“Aku atau Raja sama sekali tak punya niat untuk memprovokasi Spriggan dan Undine dibawah kondisi saat ini. Kami akan angkat kaki dari tempat ini, tapi suatu hari, aku ingin bertarung denganmu sekali lagi.”

“Akan kutunggu hari itu.”

Kirito mengulurkan tinjunya ke hadapannya. Eugene memukulkan tinjunya ke tinju Kirito dan berbalik. Membentangkan sayapnya, dia menendang tanah dan terbang menjauh.

Ketika dia terbang, Kagemune menatap balik pada Lyfa, dan dengan tawa di matanya, dengan canggung mengedipkan mata kanannya. Sudah kubayar kembali utangku padamu – mungkin itulah maksudnya, pikir Lyfa dengan sedikit senyum di wajahnya.

Melihat kedua Salamander pergi menjauh, Lyfa melepaskan nafas yang sejak tadi dia tahan.

Dengan orang orang di tanah menyaksikan, para pasukan Salamander mulai berbaris dengan rapi dan dengan sedikit kebingungan. Saat hendak pergi, sayap mereka mengeluarkan getaran kecil dengan sayap Eugene memimpin. Kehadiran mereka segera pudar, dan saat mereka memasuki awan, mereka tertelan ke dalamnya dan menghilang.

Kesunyian berlangsung sekali lagi, kali ini dipecahkan oleh suara tawa Kirito.

“......Jadi ada Salamander yang paham bahasa manusia ya?”

Lyfa merasa bingung untuk sesaat, kemudian kata kata yang meluap luap di dalam perutnya sejak tadi akhirnya mengalir keluar.

“....Kamu, itu terlalu berlebihan.”

“Aku sudah sering dengar itu.”

“....Ha ha ha.”

Tawa mereka akhirnya dihentikan dengan suara terbatuk dari Sakuya, sebelum dia berkata:

“Maaf......tapi akan sangat membantu kalau kalian bisa menjelaskan situasinya.”


Saat ketenangan kembali pulih di serambi, Lyfa menceritakan semua yang terjadi, meski beberapa isinya terdengar spekulatif. Sakuya, Alicia Rue, dan para dewan serta kedua komunitas mendengarkan dengan tenang sampai Lyfa selesai, kemudian mereka semua menghela nafas dalam dalam.

“.....Jadi itu yang terjadi.”

Sakuya, dengan tangan dilipat di depan dada, dan alis panjang melengkung kebawah, menganggukkan kepalanya.

“Selama beberapa bulan ini, sikap Sigurd menjadi agak mencurigakan, aku merasa dia merencanakan sesuatu, tapi aku tak bisa mencabutnya dari dewan karena takut dianggap sebagai diktator.”

“Sakuya-chan, sepertinya popularitasmu meletakkanmu dalam posisi sulit.”

Alicia Rue, yang sudah berkuasa lebih lama dari Sakuya, juga ikut mengangguk.

“Mencurigakan......dari apa?”

Lyfa bertanya karena dia masih tak memahami jalan pikiran Sigurd, Sakuya menjawab:

“Mungkin karena hatinya tak bisa memaafkan situasi saat ini. Dia tak bisa mentoleransi menjadi tempat kedua pada para Salamander.”

“....”

“Sigurd adalah pria yang digerakkan oleh kekuatan, baik stats numeriknya dan dalam kekuasaan politiknya sebagai pemain.......sehingga pemikiran tentang Salamander menaklukkan World Tree dan menguasai langit Alfheim, gagasan tentang melihat mereka dari tanah......itu sesuatu yang tak bisa dia maafkan.”

“.....Tapi biarpun begitu, kenapa dia harus menjadi mata mata para Salamander?”

“Apa kamu dengar tentang «UPDATE 5.0», akan segera diluncurkan? Rumor mengatakan kalau di dalamnya juga termasuk «Rebirth System».”

“Ah......lalu........”

“Dia mungkin membuat kesepakatan dengan Mortimer karena selama Raja dari ras setuju, maka dia akan bisa menjadi Salamander. Namun Rebirth pasti memerlukan banyak sekali Yurudo. Aku ragu Mortimer yang berdarah dingin akan sudi untuk melakukan pertukaran semacam itu.”

“....”

Lyfa mendapat perasaan rumit, jadi dia mencoba mengosongkan pikirannya dengan menatap langit berwarna keemasan dan kabut yang jauh disana yang menyelimuti World Tree.

Reinkarnasi sebagai ALF dan terbebas dari batasan penerbangan.....ini sudah menjadi impian utama Lyfa semenjak ia pertama kali mengalami terbang. Itulah alasan ia bergabung dalam tim Sigurd, itulah kenapa dia sangat bersemangat dalam berburu, menyumbangkan hampir semua uangnya demi dewan Sylph.

Kalau aku tak menemui Kirito dan keluar dari tim, Sigurd mungkin akan mencoba membujukku kedalam rencana reinkarnasi Salamandernya. Kalau itu terjadi, lantas untuk apa semua usahaku selama ini?

“ALO benar benar Game sinis yang menguji hasrat para pemainnya.”

Ujar Kirito tiba tiba, suaranya bercampur dengan senyum masam.

“Pendesain Game ini pasti punya karakter buruk.”

“Fufu, mungkin benar.”

Sakuya merespon dengan senyum.

Lyfa memutuskan untuk sedikit mengikuti hatinya, ia telah memegang tangan kiri Kirito dengan tangan kanannya dan terus kepikiran dengan itu. bergerak mendekati Kirito, yang sepertinya tetap berwajah santai tak peduli situasinya, hati Lyfa perlahan mulai lebih tenang.

“Jadi......apa yang akan kamu lakukan, Sakuya?”

Usai mendengar ini, senyum cantiknya pudar dan berganti menjadi tatapan penuh perhitungan ala penguasa, dan matanya terpejam. Mereka segera membuka, kali ini mata hijau gelapnya memancar dengan cahaya yang sangat cerah.

“Rue, kamu terus melatih skill dark magic-mu, kan?”

Usai mendengar ucapan Sakuya, telinga Alicia bergerak maju dan mundur mengekspresikan pengertiannya.

“Kalau begitu, tolong gunakan «Moonlight Mirror» pada Sigurd.”

“Bisa saja sih, tapi sekarang belum malam hari, jadi takkan bertahan lama.”

“Tak masalah, karena itu akan segera berakhir.”

Menggerakkan telinganya lagi, Alicia Rue mengangkat tangannya, mengambil selangkah mundur, dan mulai merapal mantra.

Suara komat kamit Alicia meningkat dalam ritme pelafalan dark magic yang jarang terdengar. Sekeliling mendadak menjadi gelap, dan cahaya bulan mendadak muncul entah dari mana.

Cahaya bulan segera mulai mengumpul di depan Alicia, dan seperti cairan emas, ia membentuk cermin bundar. Semua orang menyaksikan dalam kesunyian, dan cermin itu memiliki permukaan sedikit bergelombang, mencerminkan pandangan agak kabur dari suatu tempat.

“Ah.....”

Lyfa melepaskan suara kecil. Terpantul pada cermin, adalah tempat yang sudah dia kunjungi entah berapa kali; ruang dewan dari mansion Raja.

Lyfa bisa melihat meja hijau emerald besar. Di balik meja, di atas kursi singgasana Raja, duduk seorang pria. Kedua kakinya disilangkan dan disandarkan di atas meja sembari bersandar ke belakang di kursinya. Matanya terpejam dan kepalanya tengah disangga oleh kedua tangannya; pria itu adalah Sigurd.

Sakuya melangkah ke depan cermin dan memanggil dengan suara seperti harpa yang disentak kuat kuat;

“Sigurd!”

Di cermin, Sigurd mendadak membuka matanya dan melompat seperti pancuran. Dia mungkin melihat keberadaan cermin, datang berhadap hadapan dengan Sakuya, mulutnya terbuka dan tubuhnya berguncang dengan hebat.

“Sa-Sakuya!?”

“Ya, sayangnya, aku masih hidup.”

Sakuya membalas dengan enteng.

“Kenapa......bukan.....konferensi.....?”

“Ternyata berjalan dengan sukses. Namun tanda tanda kesepakatan baru saja akan dimulai. Oh iya, kita mendapat tamu tak diduga.”

“T....tamu...?”

“Jenderal Eugene memberitahu kami untuk berkata halo padamu.”

“Apa!?”

Kali ini, Sigurd nampaknya tengah mengalami kekagetan luar biasa. Wajah tampannya menjadi pucat, dan matanya bergerak gerak dengan liar seolah mencoba mencari kata kata. Matanya terkunci pada Lyfa dan Kirito di belakang Sakuya.

“Ly....!?”

Tiba tiba, matanya terbuka lebar, dan dia akhirnya bisa memahami situasi. Sigurd menggertakkan giginya dalam senyum predator.

“....Para kadal pecundang itu. Jadi.....Sakuya, apa maumu? Mengembalikan uang? Atau mengusirku dari Kementrian kekuasaan? Tapi kalau kau kehilangan aku sebagai komandan pasukan, apa yang akan terjadi pada kekuasaan politikmu......”

“Tidak, kalau kau tak lagi ingin menjadi Sylph, akan kukabulkan permohonanmu.”

“Ap, apa.....?”

Sakuya dengan elegan mengibaskan lengan kirinya, dan menu besar yang eksklusif bagi Raja muncul. Sejumlah jendela tak terlihat berdesakan, namun membentuk kolom cahaya hexagonal. Sakuya menemukan satu jendela yang dicarinya dan menekannya dengan jarinya.

Dalam cermin, Sigurd menatap jendela pesan biru yang muncul di hadapannya. Melihat pesan itu, wajahnya segera menjadi gugup, dan dia berdiri.

“Kenapa, kau....! Apa kau gila? Kau.....padaku......kau akan membuangku!?”

“Ya, kau akan menjadi Pembelot dan berkeliaran di zona netral, kuharap kau bisa segera menemukan kesenangan baru dalam Game ini.”

“Kalau begitu......aku akan menentangmu! Aku akan lapor pada GM tentang pemakaian kekuasaan sewenang wenang ini!”

“Sesukamu saja......sampai jumpa, Sigurd!”

Sigurd mengangkat tinjunya dan mulai melanjutkan protesnya. Sakuya menyentuh tombol di menunya, dan Sigurd mulai menghilang dalam cermin. Karena dia sudah dibuang dari wilayah Sylph, dia akan dipindahkan secara acak ke kota netral selain Aarun.

Cermin emas saat ini memantulkan ruang dewan yang kosong, namun, tak lama kemudian, permukaan mulai terdistorsi. Dengan suara dentingan logam, ia terpecah pecah, dan bayangan yang menutupi matahari telah menghilang.

“.....Sakuya.....”

Kesunyian sekali lagi kembali, alis Sakuya mengernyit, dan Lyfa merasakan perasaannya memanggil dengan lembut.

Sang Raja cantik mengibaskan tangannya sekali lagi, menghilangkan jendela menu, dan menghela nafas sambil tersenyum.

“Entah keputusanku benar atau tidak akan diputuskan pada pemilu Raja selanjutnya. Yang jelas, terima kasih Lyfa. Aku senang kamu, yang selalu menolak untuk bergabung kedalam dewan para dewan, datang kesini untuk menolong. Alicia juga, maaf aku sudah membuatmu terlibat dalam kekacauan sipil Sylph dan membawamu dalam bahaya.”

“Kami masih selamat, jadi itu bukan masalah.”

Mengikuti balasan santai dari sang Raja Cait Sith, Lyfa menggeleng kepalanya.

“Aku tak melakukan apa apa. Kalau kalian ingin berterima kasih, kalian harus berterima kasih pada Kirito.”

“Ya, karena kamu menyebutkannya.....apa yang kamu......”

Berdiri berdampingan, Sakuya dan Alicia Rue menatap Kirito dengan pertanyaan tergambar di wajah mereka.

“Apa kamu benar benar perwakilan dari aliansi Spriggan-Undine?”

Karena penasaran, Alicia bertanya, dengan ekor berayun ayun. Dengan tangan di pinggangnya, Kirito menjawab penuh percaya diri;

“Itu semua tentu saja bohongan. Sekedar menggertak, tapi diperlukan untuk negosiasi.”

“Appa....!”

Mulut mereka terbuka lebar, dan sampai kehabisan kata kata.

“.....Sungguh pria tak masuk akal. Dan menyombong dalam situasi semacam itu......”

“Saat kalian mengurus orang menyusahkan, kalian harus berani menaikkan taruhan.”

Kirito mengatakan itu dengan nada tak peduli. Tiba tiba, Alicia tersenyum, dan dengan senyum licik seekor kucing, maju beberapa langkah mendekati Kirito, dan dia menatap wajahnya dari jarak dekat.

“Kamu pembohong besar, kamu sebenarnya sangat kuat, tahu! Apa kamu tahu? Eugene mungkin adalah pemain terkuat dalam ALO. Dan kamu berhasil mengalahkannya secara telak, jadi kamu adalah senjata rahasia Spriggan kan?”

“Mana mungkin begitu? Aku hanya prajurit biasa yang tak punya tujuan.”

“Pfft, yahahaha!”

Jawaban arogan ini membuat Alicia tertawa, dan dia mengambil lengan kanan Kirito dan memeluknya ke dadanya. Memiringkan kepalanya, ia memberi Kirito tatapan seksi.

“Kamu bebas untuk datang ke wilayah Cait Sith sebagai pasukan bayaran. Aku bisa menawarimu makan tiga kali sehari dan tidur siang.”

“Apa.......”

Sword Art Online Vol 03 - 301.jpg

Lyfa merasa bibirnya tercekat. Namun, sebelum dia mendapat kesempatan berbicara, suara lain seenaknya menginterupsi.

“Hei, Rue, jangan curang.”

Datanglah Sakuya, dengan suara lebih menggoda dari biasanya. Saat ini ia berdandan dalam pakaian tanpa lengan dan merebut lengan kiri Kirito.

“Dia sejak awal datang untuk menyelamatkan Sylph, itu artinya kami yang memiliki hak negosiasi. Kirito-kun, mari kita minum minum di Sylvian, sekedar untuk keramah tamahan, dan kita bisa mengurus hal hal pribadi setelah itu......”

Pili Pili. Wajah Lyfa mulai memerah karena amarah dan mulai berkedut tanpa kendali.

“Aah, jangan licik, Sakuya-chan. Aku menentang sikap godaanmu.”

“Kamu punya hak mengatakan itu? kamu terlalu dekat dengannya!”

Dua Raja yang sangat cantik tengah memeluk Kirito erat erat, dan wajah tak nyamannya berubah menjadi ekspresi merah karena rasa malu......

Selagi memikirkan itu, Lyfa menggenggam kerah baju Kirito dari belakang dan berteriak:

“Tidak! Kirito-kun adalah......”

Ketiganya menoleh untuk melihat Lyfa. Di saat yang sama, dia menyadari apa yang hendak dia katakan dan kembali pada realita.

“Itu, a...aku......”

Tak mampu mencari kata kata, Lyfa berada dalam kesunyian canggung, dan menyaksikan itu semua, Kirito tersenyum dan berkata:

“Kuhargai kebaikan hati kalian – maaf, aku berjanji untuk pergi dengannya ke wilayah pusat.”

“Oh.....ternyata begitu, sayang sekali ya.”

Sakuya yang biasanya tenang menyuarakan penyesalannya dengan jujur, dan mengalihkan tatapannya pada Lyfa.

“Kamu akan pergi ke Aarun, Lyfa? Apa itu piknik untuk hiburan, atau.....?”

“Aku sedang meninggalkan wilayah kita – menurutku begitu. Tapi, meski aku tak tahu kapan, aku pasti akan kembali ke Sylvain.”

“Begitu, maka syukurlah. Kamu harus kembali, tentu saja dengan dia.”

“Pastikan untuk mampir ke rumahku kalau sempat, dan aku akan bentangkan karpet merah.”

Kedua Raja meninggalkan Kirito, dan ekspresi mereka menjadi tenang. Sakuya meletakkan tangan kanannya di dadanya dan memiringkan tubuhnya dengan anggun, Alicia membungkukkan kepalanya dan telinganya jatuh sedikit, keduanya berterima kasih pada Kirito dan Lyfa. Sakuya mengangkat kepalanya dan berkata:

“Aku ingin berterima kasih, Lyfa dan Kirito. Kalau kami dikalahkan, perbedaan diantara kami dan Salamander akan menjadi lepas kendali. Aku ingin mengungkapkan terima kasihku.......”

“Tidak, hal seperti itu......”

Melihat Kirito menggaruk kepalanya dengan wajah tak nyaman, Lyfa tiba tiba memikirkan sesuatu. Ia melangkah ke depan dan berkata:

“Jadi, Sakuya, Alicia. Alasan untuk aliansi ini, apa untuk menyerang World Tree?”

“Tentu, pasti, karena itulah tujuan utama kita. Kita akan menantang World Tree bersama; kalau kedua ras terlahir kembali sebagai ALF maka akan sangat bagus, tapi kalau tidak, ras yang berhasil akan bertanggung jawab memandu ras yang lain sepanjang Grand Quest selanjutnya. Itulah kerangka dari aliansi.”

“Mohon izinkan kami ambil bagian dalam penyerangan juga, sesegera mungkin.”

Alicia Rue dan Sakuya saling bertukar tatap.

“Aku tak keberatan kalau kalian menyertai kami, lebih tepatnya aku ingin kalian bergabung dengan kami. Tapi kami belum tahu tentang waktunya, tapi kenapa?”

“...”

Lyfa melirik Kirito. Pria Spriggan penuh teka teki itu menurunkan pandangannya untuk sesaat dan berkata:

“Alasan aku datang ke dunia ini adalah untuk mencapai puncak World Tree. Ada orang tertentu yang harus aku temui, dan ada kemungkinan kalau orang itu mungkin ada disana......”

“Seseorang? Apa maksud kamu Raja Peri Oberon?”

“Bukan, kupikir itu seseorang yang berbeda. Itu adalah seseorang yang tak bisa kuhubungi di dunia nyata, seorang yang harus kutemui apapun yang terjadi.”

“Oh, di puncak World Tree maksudnya seseorang di pihak manajemen? Sungguh cerita yang misterius, bukan begitu?”

Topik itu nampaknya sudah membuat Alicia Rue tertarik, karena ia mengatakan itu dengan mata berbinar, namun telinga dan ekornya segera jatuh.

“Namun.....untuk persiapan dan melengkapi perlengkapan seluruh anggota party akan memerlukan waktu.......tak bisa dilakukan dalam satu atau dua hari........”

“Begitu, itu benar.......bukan, tujuanku adalah mencapai dasar pohon untuk saat ini.......setelah itu aku akan memikirkan sesuatu.”

Kirito tertawa kecil dan, ‘Oh iya’ seolah teringat akan sesuatu, Kirito mengibaskan tangan kirinya. Dia dengan cepat memanipulasi jendela menu, dan mewujudkan sekantong tas kulit besar.

“Ini mungkin bisa membantu pendanaan.”

Mengatakan itu, Kirito menyerahkan tas itu, menilai dari suaranya, sepertinya itu penuh berisi Yurudo. Alicia yang menerima tas sempat terhuyung sejenak sebelum buru buru memeluknya dengan kedua tangannya, ia melihat ke dalam tas dan matanya dalam sekejap terbelalak seolah tak percaya.

“Sa.....Sakuya-chan, ini.....”

“Hmm....?”

Sakuya membungkukkan kepalanya dengan tangannya memasuki tas. Dari dalam dia mengeluarkan sebuah koin besar dengan kemilau hijau putih.

“Waaahhh!”

Melihat ini, Lyfa juga berteriak dengan nada tak percaya. Kedua Raja terus menatap isi di dalam tas, sepertinya membeku di tempat mereka. Dua belas orang di belakang mereka mulai gaduh.

“......seratus ribu koin Yurudo Mithril......semua ini!?”

Bahkan bagi Sakuya, dia berbicara dengan nada kabur selagi menatap koin dengan keraguan. Masih tercengang dan menggeleng kepalanya, ia mengembalikan koin ke dalam tas.

“Uang sebanyak ini, hampir mustahil untuk mendapatkan semua ini tanpa melawan monster sekelas Dewa-Jahat di Jötunheimr.....Apa kamu yakin? Dengan uang sebanyak ini kamu bisa membangun istana di lokasi utama.”

“Aku tak keberatan. Itu sudah tak lagi penting untukku.”

Kirito sepertinya sama sekali tak peduli dengan uang itu dan mengangguk.

Sakuya dan Alicia sekali lagi menatap isi tas, melepaskan desahan, dan mengangkat kepala mereka.

“......Dengan sebanyak ini, kupikir kita sudah mendekati jumlah yang ditargetkan.”

“Kita akan segera siapkan perlengkapan dan akan menghubungimu saat kami sudah siap.”

“Akan kuserahkan padamu.”

Sakuya membuka jendela menu, dan Alicia menaruh tas di dalamnya.

“Hanya berpikir tentang berkeliaran di daratan ini dengan uang sebanyak ini membuatku bergidik.......mari kembali ke wilayah Cait Sith secepat mungkin sebelum para Salamander berubah pikiran.”

“Itu benar. Kita akan lanjutkan konferensi saat kita kembali.”

Kedua Raja mengangguk satu sama lain dan memberi tanda pada para pengikut mereka. Meja panjang dan sejumlah kursi dibersihkan dengan cepat.

“Kami berhutang banyak pada kalian. Kami berjanji akan berjuang yang terbaik untuk mewujudkan impian kalian, Kirito dan Lyfa.”

“Aku senang bisa ikut membantu.”

“Kami akan menunggu kontak dari kalian.”

Sakuya dan Alicia menjabat tangan mereka masing masing dengan Kirito dan Lyfa.

“Terima kasih! Kita akan bertemu lagi!”

Alicia sekali lagi menampakkan senyuman nakal, mengayunkan ekornya di dekat Kirito dan mengecup pipinya. Ia meninggalkan Kirito yang gugup dan berbalik ke arah Lyfa – Apa yang dia lakukan? – dan memberinya kedipan cepat. Ia kemudian membentangkan sayap kuning pucatnya lebar lebar.

Kedua Raja melambaikan tangan mereka dan terbang lurus ke atas, dengan garis cahaya mereka bergerak ke arah langit merah barat. Enam orang dari tiap tiap ras mulai berbaris dalam V yang indah, formasi seperti angsa liar, dan mengikuti.

Lyfa dan Kirito menyaksikan mereka sampai sosok mereka lenyap kedalam cahaya mentari senja.

Suara bisikan angin dan daun yang melambai lambai adalah pengingat bahwa pertarungan sengit telah terjadi di tempat itu. Pertarungan dengan mempertaruhkan takdir ketiga ras sepertinya tak lebih dari ilusi. Lyfa merasa agak dingin, dan bersandar pada Kirito.

“......semua orang sudah pergi sekarang.”

“Ya, akhirnya berakhir sudah.....”

Perpecahan dengan Sigurd dan serangkaian peristiwa yang mengikutinya, Lyfa merasa seolah waktu berjalan sangat lama. Bukan hanya tujuh atau delapan jam yang sudah berlalu.

“Entah kenapa.....”

Bersama dengan Kirito, ini adalah dunia nyata sejati, dia merasa kalau dirinya yang bersayap adalah dirinya sebenarnya – pikir Lyfa/Suguha, namun tak bisa mengungkapkannya dalam kata kata. Justru, ia menekan tubuhnya ke dada Kirito, dan mencoba merasakan detak jantungnya, kemudian.......

“Kenapa kamu, kubilang jangan selingkuh, Papa!”

“Waa.”

Yui melompat keluar dari saku dada Kirito dan berbicara dengan suara tak senang. Lyfa buru buru mengambil jarak diantara dia dan Kirito.

“Kenapa begitu tiba tiba......”

Yui beterbangan disekitar Kirito yang gugup beberapa kali setelah dia mengatakan itu, kemudian duduk di bahunya dan wajah imutnya cemberut.

“Kedua Raja yang lengket padamu tadi sepertinya membuat jantungmu berdegup kencang!”

“Aku-.....aku kan laki laki, jadi apa boleh buat!”

Lyfa merasa lega karena Yui tak membicarakan tentang dia, namun dia merasakan keraguan jadi dia bertanya pada Yui.

“Hei, Yui-chan, apa aku tak apa apa?”

“Lyfa-san sepertinya tak apa apa.”

“Ke, kenapa......”

“Soalnya, Lyfa sepertinya nggak memberikan perasaan seorang wanita....”

Tanggapan cuek ini, datang dari Kirito.

“Tung.....ap.....Apa maksudmu dengan itu!?”

Dia tak bisa mengabaikan kata kata itu, tangan Lyfa tanpa sadar berpindah ke gagang katananya.

“B...bukan, maksudku.....seperti lebih mudah didekati......itu arti yang bagus, ya.”

Senyuman merekah di wajah Kirito dengan sedikit tergelak.

“Daripada mencemaskan soal itu, lebih baik segera terbang ke Aarun! Matahari mau terbenam!”

“Ah, hei, tunggu!”

Lyfa membentangkan sayapnya dan menendang tanah.

Kirito berakselerasi menuju ke World Tree, dan Lyfa mengejarnya dengan mengepakkan sayapnya pada kekuatan penuh dan melirik sebentar ke belakang. Melewati pegunungan besar itu, adalah bentang luas hutan kuno dan wilayah Sylph yang familiar. Namun, dia tak bisa berlama lama karena bintang mulai bermunculan di langit senja biru tua.


* * *


Matahari yang sepertinya akan masih terus menggantung di puncak langit, perlahan mulai turun, mewarnai cakrawala menjadi merah cerah dari matahari terbenam.

Sekarang, karena terakhir kali Oberon mengunjungi Asuna, setidaknya sudah lima jam yang lalu, sehingga dia berdiri. Saat ini mungkin sudah tengah malam di dunia nyata. Dia berdoa memohon agar tidak dipantau dan berdiri di atas keramik.

Sepuluh langkah ke depan dan dia tiba di gerbang emas. Ia hanya bisa merasa terkejut karena dia sudah dikekang dalam tempat kecil ini selama lebih dari dua bulan.

‘Namun – itu semua berakhir hari ini’

Sembari memikirkan itu, Asuna merentangkan tangan kanannya ke papan input password disamping pintu. Lima jam lalu, dia telah menggunakan cermin untuk melihat urutan angka angka yang diperlukan untuk membuka pintu saat Oberon pergi, dan mengingatnya. Sekarang, satu demi satu dia mengucapkannya dan mengingat ulang urutannya. Kapanpun dia menekan satu tombol kecil, sentuhan itu menciptakan bunyi klik, dan gelombang kecemasan melewati tubuhnya yang terus menerus gemetar.

“....3...2...9...”

Dengan berdoa, ia memasukkan angka terakhir, dengan suara logam yang keras, pintu terbelah membuka. Asuna tanpa sadar membengkokkan lengan kanannya dan meremas tinjunya erat erat. Saat dia menyadari kalau dia memasang salah satu postur favorit Kirito, gelak tawa muncul dari mulutnya.

“Kirito-kun! Aku juga akan berjuang!”

Asuna membisikkan itu sambil mendorong pintu terbuka. Dibalik itu, cabang lain, yang lebih meliuk dari yang menyokong sangkar, membentuk jalan kecil yang terhubung ke batang pohon raksasa. Ia meninggalkan sangkar, satu langkah, dua langkah, pintu secara otomatis menutup di belakangnya, membuat suara klik tenang. Asuna menyibakkan rambutnya, mengangkat dadanya dengan kepastian, dan berjalan ke arah dunia berbeda yang ia yakini akan temukan di depan sana.

Beberapa menit kemudian, dia melirik balik untuk mendapati sangkar emas itu sudah tertutup oleh dedaunan hijau yang saling bertumpukan, dan tak lagi terlihat.

Asuna berhenti di tengah cabang pohon panjang dari World Tree, dan menghela nafas. Ia merasa sudah berjalan beberapa ratus meter. Pohon itu memang luar biasa besar.

Bagi Oberon yang tak sabaran, terminal sistem log out seharusnya tak terlalu jauh dari sangkar; namun sepertinya ia salah menduga. Kalau Oberon memakai jendela tipe SAO atau kendali aktivasi suara, maka akan cukup sulit untuk mengakses sistem.

Meskipun demikian, aku tak bisa kembali ke tempat itu. aku harus pergi sejauh yang kubisa.

Aku pasti akan bertahan hidup dan kembali ke dunia nyata. Untuk menemui dia sekali lagi.

Asuna mengukir harapan ini di hatinya dan terus melangkah maju.