A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 File07

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Kami hidup di masa dimana suatu majalah sains terkemuka, "Planet", telah mengakui keberadaan bermacam-macam makhluk, mulai dari peri, zombie, hingga bigfoot. Jujur saja, hal ini membawa keuntungan tersendiri.

Misalnya, seorang pembuat peti mati sepertiku akan mendapatkan pelanggan selain orang yang sudah meninggal.

Jenis-jenis pelanggan seperti ini biasanya datang di tengah kegelapan malam, jadi aku harus mengatur jam kerjaku.

"Bagian luarnya harus terbuat dari kayu eboni. Kurasa aku tak perlu menjelaskannya padamu, tapi yang pasti tidak boleh ada retakan atau lubang."

Seorang gadis berambut pirang yang umurnya sekitar 10 tahun duduk di meja.

Namun, ukuran tubuhnya hanya sekitar sepersepuluh manusia normal.

Peri ini sepertinya sadar bahwa duduk di meja tidaklah sopan, tapi dia terlalu kecil untuk melihat desain yang kubentangkan dibatas meja jika dia duduk di kursi lipat berkarat itu. Selain itu, kantorku kecil dan sesak, dia tidak ingin berada dekat-dekat dengan kipas angin atau kucingku.

Omong-omong, aku sebenarnya tidak yakin dengan umur yang telah dia sebutkan.

"Buat seluruh bagiannya dari kayu yang pas. Tidak boleh ada paku logam. Dan jelas tidak boleh ada lem.

"Baik, baik. Jadi anda ingin ini dibuat dengan cara, semacam parket[1]."

"Ya, ya. Parket."

Peti matinya sendiri belum dibuat. Si pelanggan dan aku sedang mengamati desainnya, untuk memastikan hasilnya sempurna, dan membicarakan desainnya supaya ada kesesuaian diantara kami berdua terkait dengan produk akhirnya nanti.

...Tapi, membuat peti mati untuk peri seukurannya lebih mirip seperti membuat kotak makan. Kudengar, membuat yang bertumpuk-tumpuk seperti rantang cukup sulit juga, ternyata.

"Lapisi bagian dalamnya dengan material bertahanan rendah yang kupesan dari tempat lain."

Gadis itu merangkak di atas kertas desain untuk menunjuk tempat yang ia maksud.

"Hhh.. Anda bilang ingin peti mati sebagai tempat tidur, jadi saya kira anda ingin mengisinya dengan bunga mawar," kataku.

Matanya mendelik ke arahku.

Ya, walaupun dengan ukuran tubuhnya yang sekecil itu, delikannya tidak ada pengaruhnya untukku.

"Bagaimana aku bisa tidur dengan benda berduri itu dimana-mana? Tetanggaku si pembenci bawang itu memamerkan tempat tidurnya yang dibuat disini, jadi aku ingin mencobanya juga. Ngapain aku minta badanku tergores-gores?"

"Tetangga? Jadi anda mahasiswa pertukaran pelajar dari Rumania?"

"Oh, dan jangan lupa melapisi material yang kupesan tadi dengan kain sutra. Aku alergi produk petrokimia. Aku tak mau berakhir di rumah sakit hanya karena tidur di tempat ini."

"Emm, apakah anda ingin menambahkan salib di bagian depannya?"

Matanya kembali mendelik.

"Kau ada masalah denganku?"

"Tidak, hanya saja mawar dan salib sesuai dengan imej 'gothic'. Pakaian anda juga berenda-renda, jadi saya pikir..."

"Kau mencampuradukkan hal yang aku suka dan hal yang aku benci. Apa kau mau mengejekku?"

"Anda juga menginginkan perlengkapan audio, bukan?"

"Orang-orang menghabiskan setengah dari waktu mereka dan sekaligus setengah dari hidup mereka di dalam mimpi, jadi tidak mengherankan jika suasana kamar tidur harus disesuaikan. Kau telah mengukur badanku. Aku ingin speaker diletakkan tepat di depan telinga kiri dan kananku. Buat bagian luarnya dari kayu eboni dan diafragmanya dari kertas. Bagian dalamnya tidak aku pedulikan, tapi pokoknya untuk bagian yang menyentuh kulitku harus terbuat dari material alami."

Gadis itu berguling, dan berbaring di atas lembaran desain dan meletakkan telapak tangannya di kedua sisi kepalanya.

"Sepertinya saya akan mengisi dindingnya dengan kapas sebagai peredam suara."

"Jangan, nanti jadi terlalu panas di dalam."

"Saya dapat menambahkan AC kecil...tidak, sepertinya akan terlalu mencolok. Bagaimana jika ditambahkan pendingin? Seperti yang biasanya ditempelkan di kepala ketika demam."

"Aku alergi."

"Kalau begitu..bagaimana dengan penyemprot udara dingin? Tapi dengan perlengkapan audio, listrik yang dipakai akan terlalu banyak. Akan sangat sulit untuk menyalakannya selama 12 jam hanya dengan baterai laptop."

"Aku tak mau ada kabel listrik keluar dari peti matiku. Dan aku tidak mau ada memakai aki mobil juga. Sangat tidak elegan. Aneh sekali jika sumber tenaganya lebih besar daripada peti matinya sendiri."

Hanya mengeluh dan mengeluh, gadis itu kembali berdiri.

Kuanggap keluhannya sebagai tanda bahwa ia mempercayaiku untuk menyelesaikan keluhannya.

"Emm, bagaimana dengan panel surya?'

"Kau ingin meninggalkan peti matiku di bawah sinar matahari? Kurasa kau benar-benar ingin mencari masalah denganku. Orang bodoh macam apa yang meletakkan tempat tidurnya di luar?"

"Ya, sepertinya anda akan diserang burung gagak kalau di luar begitu."

"Satu kali lagi dan kuanggap kau telah melakukan penghinaan kepadaku."

Di telapak tangannya muncul bola kecil yang bersinar, tapi aku tak tahu bagaimana rasanya jika ia melemparnya kepadaku.

"Sepertinya saya akan memasang sistem transmisi listrik nirkabel kalau begitu. Anda tidak ada masalah dengan gelombang elektromagnetik, kan?"

"Kau membuatnya seperti peti mati ini akan dapat berfungsi meski di planet Mars,"

"Untuk masalah keamanan, apa yang anda inginkan?"

"Itu bukan masalah selama aku masih bisa mengunci pintu rumahku. Yang lebih penting, kau bilang ada roda di bawah peti matiku. Untuk apa?"

"Roda-roda itu akan sangat berguna jika anda ingin bersih-bersih atau memindahkan peti mati itu, kan?

Untuk manusia sepertiku, peti mati seukuran kotak makan sepertinya bukan apa-apa, tapi akan sangat sulit bagi seseorang yang tingginya hanya 15 cm untuk memindahkannya. ...Itu yang sebenarnya kupikirkan.

"Jika kita berbicara soal keamanan, justru roda-roda itu yang membuatku khawatir. Seseorang bisa saja menggunakan roda itu untuk memindahkan petinya ketika aku sedang tidur di dalamnya."

"Saya pikir keamanan bukan masalah selama anda dapat mengunci pintu rumah?"

"Apapun yang membuatku khawatir, akan membuatku tidak bisa tidur dengan nyaman."

"Yah, sudah tugas saya untuk membuat peti mati sesuai keinginan pelanggan, jadi saya akan membuatnya sesuai keinginan anda."

Karena ukurannya hanya sebesar kotak makan, kupikir tidak ada bedanya ada roda atau tidak untuk "penyusup yang berukuran besar".

Mungkin dia berencana untuk menahannya dengan magnet.

"Satu lagi, mungkin ini permintaanku yang paling sulit. Aku butuh ventilasi. Tapi, tidak boleh ada cahaya yang masuk. Cahaya dari luar akan mengganggu tidurku."

"Saya bisa menanganinya. Mudah saja. Anda tahu pipa berbentuk U yang digunakan untuk saluran air di rumah? Dengan pipa seperti itu, udara dapat masuk, tapi cahaya tidak, jadi tidak ada masalah."

"Kalau begitu tolong buat seperti itu."

Hmm.

Tapi dengan ukuran sekecil itu, akan sulit sekali untuk membuat peti mati ini dari nol. Jadi kuputuskan untuk menggunakan beberapa barang yang ada di pasaran, lalu memodifikasinya. Misalnya, aku bisa membuat speaker dengan mempreteli headphone kecil, lalu membuat bagian luarnya dari bahan lainnya.

Selain itu, aku juga perlu menambahkan kipas untuk pipa ventilasi, jadi aku perlu mesin penggerak yang ukurannya benar-benar kecil. Kalau saja aku bisa menemukan penggantinya yang cocok...

"Pokoknya, lakukan apa yang kau bisa untuk membuat aku, Titania, bisa tidur dengan tenang. Perlu kau ingat juga bahwa dengan membuatku bisa tidur nyenyak, kau bisa menghindarkan seluruh umat manusia yang lemah ini dari kehancuran."

"Tiba-tiba anda terdengar seperti semacam raja setan jahanam."

"Sayang sekali, aku tidak hanya terdengar seperti itu," kata gadis itu sembari berkacak pinggang.


Delapan hari sudah berlalu sejak aku menyelesaikan semua permintaan aneh dari gadis kaya itu dan juga menyelesaikan peti mati pesanannya.

Aku biasanya memakai karya-karyaku yang sukses di iklanku, jadi aku sedang mengedit foto-foto dari peti mati yang kuselesaikan delapan hari lalu itu untuk membuat sebuah katalog. Tiba-tiba, muka yang familiar nampak dari balik mejaku.

"Berani-beraninya kau menjual barang cacat itu padaku?!"

"Maaf Nona, itu pintu untuk kucing. Pintu masuk untuk pelanggan ada di atasnya."

"Aku tak bisa membukanya, jadi aku tak punya pilihan. Yang lebih penting! Peti mati buatanmu cacat!"

Gadis itu sepertinya malu, sampai-sampai mukanya memerah ketika berteriak kepadaku.

Tapi, aku tak paham apa yang cacat dari peti mati itu.

"Tapi ini sudah lewat masa garansinya," kuperingatkan dia.

"Apa kau mempermasalahkan uang? Aku tak peduli dengan lembaran kertas-kertas itu!"

"Saya cemburu pada anda."

"Kau bilang aku tak perlu khawatir mengenai ventilasi"."

"Saya kira ventilasi sudah dibuat supaya cahaya tidak dapat masuk."

"Bukan itu masalahnya. Kau menambahkan kipas angin ke pipa ventilasinya, kan?"

"Kalau tidak begitu, udara segar tidak dapat masuk"

."Tapi kenapa kau menggunakan mesin dari bor yang dipakai oleh dokter gigi? Bunyinya sangat menusuk tulangku, dan aku tak bisa tidur!!



Catatan Penerjemah

  1. Parket : Susunan potongan-potongan kayu yang digunakan sebagai penutup lantai.