A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Intro

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Perkenalan dengan Peserta[edit]

“…ngun. Hei, bangun.”

“Gh…?”

Suara manis dari seorang gadis (tapi sedikit beraksen) menusuk telinga Anzai Kyousuke, jadi dia mengangkat kepalanya. Dia merasakan nyeri tumpul di dahinya yang tadi menempel meja.

(Di mana-…? Kenapa aku berada di dalam auditorium universitas?)

Saat pikirannya yang masih setengah sadar mulai berfungsi, akhirnya kesadarannya kembali fokus pada kenyataan.

“Oh, benar. Aku melakukan survei dan profesor itu ngomongnya kelamaan…”

“Jangan begitu. Kau harus mendengarkannya sampai akhir.”

“?”

“Hal itu seperti bertemu bayi kecil di loker koin dan tertidur sebelum kau dapat diberitahu “Itu kau!”.”

“Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan…”

Anzai melihat sekelilingnya sambil berbicara.

Profesor aneh itu sudah tidak ada di panggung besar auditorium. Faktanya, hampir semua dari 20-30 orang yang berkumpul untuk melakukan

survei sudah tidak ada. Yang ada hanyalah dia, gadis yang membangunkannya, dan tiga gadis lain yang berkumpul agak jauh dari mereka.

Anzai kira para gadis itu tetap tinggal untuk mengobrol setelah survei sudah berakhir.

“Sekarang pasti di luar sudah gelap,” seru gadis berambut pirang dan bermata biru yang membangunkan dia. “Kami mau pulang, tapi bagaimana denganmu?”

“…Siapa yang akan mengunci bangunan ini?”

“Aku tak tahu. Profesor yang menjalankan survei itu lah yang bertanggung jawab atas hal itu, kan? Dia berceramah dan kemudian pergi.

Apakah menurutmu kita harus berbicara dengan pria tua yang ada di kantor?”

“Menurutku kau benar.” Anzai berdiri dan menguap. Dia mengambil tas kecilnya yang berisi perlengkapan sekolah minimal. “Biarkan saja profesor itu yang melakukannya. Kuharap kedai kopi itu masih buka.”

“Oh, kami mau menuju tempat lain.”

Lalu tiga gadis yang sepertinya adalah teman gadis pirang itu memanggil mereka. Tentunya, mereka memanggil gadis itu, bukan Anzai.

Gadis yang memanggilnya adalah gadis tinggi dengan rambut hitam panjang yang berkilau. Sepertinya dia adalah senior dari Anzai karena dia membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk masuk ke universitas.

“Harumi, apa kau masih melakukannya?”

“Hotaru-san. Dia bilang dia akan pergi bersama kita ke kedai kopi.”

(Aku tak pernah bilang kalau aku akan pergi…)

Tentu saja mereka adalah orang asing, tapi Anzai telah menyadari kalau hal spontan seperti itu terjadi lebih sering setelah dia masuk universitas. Kau akan keluyuran dengan orang secara tak terduga dan dengan cepat kau takkan pernah melihat mereka lagi. Di SMP dan SMA, dia selalu makan siang dengan kelompok yang sama.

Mood dan suasana itu telah menyebabkan beberapa jenis perubahan kimia pada situasinya, tapi dia masih merasakan tekanan yang aneh karena dia ditempatkan begitu saja ke dalam kelompok para gadis. Hal itu berbeda dari bertemu dengan orang baru satu-satu.

Gadis yang lebih terlihat seperti gadis kabaret daripada mahasiswi sepertinya menangkap kebingungan Anzai dan tersenyum. Ketika dia berbicara, ternyata ucapannya lebih sopan daripada penampilannya.

“Lihat, Harumi? Kau selalu terlalu dekat dengan orang.”

“Eh? Apa yang kau bicarakan, Aisu. Mulutku tidak bau kok, jadi apa masalahnya?”

“Maaf. Harumi punya batas emosional yang sangat sedikit. Dia tidak punya pemahaman tentang jarak emosional yang tepat. Tapi jangan berpikir kalau dia jatuh cinta kepadamu. Dia memang seperti ini kepada semua orang, jadi kau akan terkejut nanti jika kau menganggap bahwa dia memperlakukanmu dengan spesial.”

“Kau tak perlu khawatir tentang hal itu.”

“Hanya untuk memastikan saja. Dia berhasil mendapatkan empat orang penguntit saat SMP dan SMA. Dan salah satunya adalah kepala sekolahnya. Hal itu adalah skor tinggi yang menakjubkan, kan?”

(Kenapa kau harus membandingkanku dengan para penguntit dari masa lalunya…?)

Anzai tidak tau apa yang harus dia pikirkan mengenai hal itu, tapi dia bukanlah orang yang cukup blak-blakan untuk mengatakannya keras-keras.

Dia tidak akan pergi terlalu jauh dengan mengatakan bahwa dunia diciptakan bersama dengan kebohongan, tetapi dia melihat suatu kebenaran sebagai sesuatu yang terasa seperti obat yang pahit. Siapapun yang tidak membungkus kebenaran di dalam suatu kemanisan akan berakhir dijauhi oleh orang lain karena kepahitan itu.

“Kenapa Kozue bersembunyi di belakangmu, Hotaru-san?” tanya gadis yang bernama Harumi.

“Dia bersekolah di SMP dan SMA khusus perempuan, kau ingat? Mungkin dia takut pada laki-laki.”

“Sebenarnya agak sebaliknya. Kozue adalah tipe orang yang menyerang lalu kabur ketika dia melihat sesuatu yang menakutinya. Karena dia membuat area aman dan melihat dia (Anzai) dengan hati-hati, Kupikir dia agak tertarik kepadanya.”

Setelah semua hal tentang dia itu dikatakan, gadis yang bernama Kozue memberi balasan yang singkat namun jelas.

“Hal itu tidak benar.”

“Kau harus berhati-hati. Kozue itu kebalikan dari Harumi. Dia adalah tipe orang yang mulai berpikir bahwa seseorang sedang jatuh cinta kepadanya jika orang itu mengambil penghapus yang dia jatuhkan.”

“Hal itu tidak benar.”

“Faktanya, meskipun kami semua adalah perempuan, dia mempunyai kesalahpahaman yang cukup menakjubkan semasa semester pertama.”

“Hal itu tidak benar.”

“Hei,” seru Anzai ke Kozue. “kenapa kau memakai headphone raksasa itu? Bagaimana bisa kau mendengar kami saat memakainya?”

“Itu adalah gaya fashion dia,” potong gadis berambut hitam yang sepertinya bernama Hotaru. “Kabelnya tidak terhubung dengan apapun. Perban yang membalut pergelangan tangannya dan stocking robek yang dia pakai di kaki kanannya adalah hal yang sama. Mereka terlihat mempunyai suatu arti, tapi memikirkan hal itu hanya membuang-buang waktu.”

“Hei, kuberitahu padamu kalau dia itu berbahaya! Lihat, dia menginspeksi semuanya dengan mata melotot karena beberapa laki-laki bodoh tertarik pada pakaiannya!! Jika kau juga tidak kabur, Hotaru, kau akan menjadi korban pisau cukurnya juga!!”

“H-hal itu tidak benar.”

“Hei, sudahlah ayo kita pergi ke kedai kopi!”

Karena desakan dari Harumi yang terlihat tidak bisa diandalkan, mereka meninggalkan auditorium. Pada beberapa titik, Anzai telah dikelilingi, jadi hal yang lebih mudah untuk dilakukan hanyalah ikut pergi bersama mereka.

Hal itu terjadi dengan perasaan sewenang-wenang.

Hal itu terjadi dengan perasaan “Yah, terserah”.

Anzai mengingat fakta bahwa dia jarang merasakan perasaan seperti itu pada saat SMP ataupun SMA. Dulu, dia pernah berpikir bahwa harus mengulang setahun akan menempatkan ratusan retakan dalam hidupnya, jadi hal ini adalah perubahan yang besar.

Di luar gelap gulita dan udara dipenuhi oleh rasa dingin yang belum datang pada saat pelajaran sore.

Lampu luar dipasang di sini dan di sana, tapi jumlahnya tidak cukup untuk menerangi kegelapan di luar. Meskipun berada di tempat institusi pendidikan nasional, area itu mempunyai tingkat kejahatan yang cukup rendah.

“Jam berapa sekarang?”

“7:30. Ada apa dengan ponselmu, Harumi?”

“Baterainya habis.”

“…Kedai kopinya masih buka kalau belum jam 8 kan?”

“Ini tidak masuk akal. Perusahaan itu mempunyai toko di 30 negara, jadi mereka harus punya jam operasional standar. Mereka tidak akan bisa menutup tokonya hanya karena ketenangan sementara setelah jam 8.”

“Tempat ini adalah kampus universitas, jadi mereka tidak mendapat pelanggan dari manapun lagi. Kupikir mereka tetap buka sampai 5 jam ke depan tanpa ada pengunjung, sehingga mereka mengubah jam mereka untuk mencocokkannya dengan kegiatan sekolah.”

“Ada apa? Dari tadi kau belum mengatakan apapun.”

Suara Kozue yang jelas namun aneh itu mengubah fokus mereka ke Anzai, tapi dia hanya tidak punya apapun yang cocok dibicarakan untuk masuk ke percakapan mereka. Bagaimana dia harus masuk ke dalam lingkaran pertemanan yang telah lengkap?

Pada sebuah kelompok di mana setengah lingkaran bertemu dengan setengah lingkaran, setidaknya dia mempunyai celah.

“Aku senang kau ada di sini,” seru gadis kabaret (kulit kecokelatan) dengan nama Aisu yang terdengar modern.

“Kenapa?” balas Anzai.

“Aku ingin menanyakan pendapatmu tentang survei aneh itu. membicarakan hal ini hanya dengan sesama kelompok kami saja sebenarnya tidak apa-apa, tapi orang-orang dalam kelompok yang sama tidak memiliki banyak keragaman ide. Aku ingin mendapatkan pendapat seseorang yang berasal dari luar kelompok kami.”

“Survei itu benar-benar aneh,” kata Harumi.

“Hal itu memberikanku perasaan aneh yang sulit dijelaskan. Aku berharap untuk mendiskusikannya sebelum perasaan itu hilang sehingga kami dapat mencoba untuk mendapatkan pemahaman lebih mengenai hal-hal itu. Meskipun diskusi yang kami lakukan di dalam auditorium hanya membuat segalanya menjadi semakin membingungkan sih.”

“Itulah alasan lain mengapa sudut pandang baru itu penting.”

“Kozue mulai memujimu lagi tuh, jadi berjaga-jagalah.”

“Ngomong-ngomong,” seru Harumi sambil menatap wajah Anzai. “Apa urutan yang kau berikan terhadap film-film pendek itu di dalam surveimu”

(Sudah waktunya untuk menentukan siapa yang paling cocok denganmu. Pada grafik berikut, tolong gunakan peringkat yang kau berikan terhadap setiap cerita dengan jujur.)


← = Tidak ↓ = Ya Mulai
Aisu Apakah Anda lebih menyukai File 15 daripada File 12? Apakah Anda lebih menyukai File 05 daripada File 17? Apakah Anda lebih menyukai File 11 daripada File 09? Apakah Anda lebih menyukai File 24 daripada File 06?
Harumi Apakah Anda lebih menyukai File 01 daripada File 03? Apakah Anda lebih menyukai File 04 daripada File 02? Apakah Anda lebih menyukai File 20 daripada File 13? Apakah Anda lebih menyukai File 07 daripada File 18?
Hotaru Apakah Anda lebih menyukai File 22 daripada File 15? Apakah Anda lebih menyukai File 21 daripada File 07? Apakah Anda lebih menyukai File 08 daripada File 01? Apakah Anda lebih menyukai File 10 daripada File 20?
Kozue Apakah Anda lebih menyukai File 23 daripada File 19? Apakah Anda lebih menyukai File 14 daripada File 16? Apakah Anda lebih menyukai File 02 daripada File 23? Apakah Anda lebih menyukai File 13 daripada File 04?
Aisu Harumi Hotaru Kozue

Lanjutkan ke tempat yang tempat berdasarkan grafik yang ada di atas.

Kasus Harumi (Mengejar misteri keanehan lain yang mendukung keanehan ini!)

Kasus Hotaru (Bagaimana profesor itu membuat film-film pendek tersebut?)

Kasus Kozue (Apakah keanehan-keanehan yang datang satu per satu itu? Dapatkah kau menerima jawabannya?)

Kasus Aisu (Pertanyaan profesor itu belum selesai. Kira-kira apa pertanyaan selanjutnya!?)