Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4 『Aku Ingin Bersama Lebih Lama』[edit]

Bagian 1[edit]

Di atas laut 180 km sebelah tenggara dari Tokyo, di sebuah pulau yang tertutup dari publik------

Pagi kedua sekolah tepi pantai datang menyambut kami.

“Fuwah, Ah…………”

“Fufu. Kau terlihat kelelahan, Kokonoe”

“Itu karena kemarin sangat melelahkan”

Aku keluar dari tenda tanpa membangunkan Julie dan Tachibana tertawa saat aku berjalan menuju titik pertemuan sambil menguap. Berbeda denganku, sepertinya Tachibana sudah benar-benar bangun dan mengeluarkan aura anggunnya yang biasanya.

Aku meninggalkan aula yang dipenuhi tenda agar tidak membangunkan yang lainnya dan pergi ke arah jalan di hutan yang menghubungkan sekolah cabang dengan pelabuhan.

Mungkin sebagian besar hewan yang tinggal di pulau ini masih tertidur, tapi aku kadang bisa mendengar suara burung berkicau; pada dasarnya suasananya sangat sunyi. Udara di pulau tak terjamah ini terasa segar dan setelah aku menghirup dalam-dalam udara segar ini ke dalam dadaku, pagi seperti apa yang kualami di sekolah utama dimulai.

“Baiklah kalau begitu, ayo mulai dari yang pertama seperti biasanya. Mulai”

Tachibana mendesakku dan aku mulai berlatih seperti biasanya.

Aku memasang kuda-kuda terlebih dulu dan itu adalah gerakan dasar dimana aku hanya bisa menggerakkan kaki belakangku.

Kemudian aku berpindah ke gerakan dasar gaya kedelapan dan melaju ke depan sambil mengubah langkahku di poros kaki seperti apa yang Tachibana ajarkan padaku. Teknik yang kadang berputar penuh atau sebagian ditambah dengan teknik berputar ke arah lawan ini adalah kombinasi yang kugunakan untuk membanting Imari saat aku bertarung melawannya di hari pertama.

Yang terakhir adalah garis tengahnya--------aku memulai teknik Himonhi gaya Tachibana yang terdiri dari aku berputar di sekeliling Tachibana tanpa menunjukkan sebagian besar titik vital tubuhku.

Aku akan berterus terang dan bilang kalau latihan ini terasa sederhana, tapi karena aku tahu seberapa pentingnya gerakan dasar maka aku berkonsentrasi dan mengulanginya. Dan aku menemukan sesuatu karena aku sedang berkonsentrasi, dan itu adalah--------

“Hey Tachibana. Setelah kulihat-lihat, rambutmu benar-benar indah”

“Buuu!? Apa yang tiba-tiba kau katakan!?”

“Tidak tiba-tiba juga kali. Aku menyentuh rambut Julie dan Lilith kemarin malam. Mereka berdua memiliki tipe rambut yang berbeda tapi, rambut keduanya itu indah”

“Ja-jadi apa hubungannya dengan rambutku”

Mungkin dia pikir aku sedang menggodanya karena suara Tachibana terdengar marah sedangkan pipinya sedikit merona.

“Akhir-akhir ini, kau adalah orang yang paling sering kulihat bila dibandingkan dengan yang lain. Dan karena kemarin ada obrolan tentang rambut, mataku menatap ke rambutmu karena suatu alasan dan aku hanya berpikir kalau rambutmu terlihat indah”

“Lebih sering daripada yang lain!? Ta-tapi kalau begitu bukannya Julie lebih sering daripada aku kan!?”

“Tachibana bergabung denganku dalam latihan pagi setiap hari seperti ini dan aku harus berputar mengelilingimu sepanjang waktu saat aku melakukan Himonho kan. Dalam hal kebersamaan lebih lama, itu mungkin Julie, tapi, itu terasa seakan Julie dan bahuku sejajar dan kami akan melihat hal yang sama jadi……….seringnya kami akan menonton televisi”

“Be-begitu, lebih sering dari Julie juga ya………..”

Tanpa kusadari, obrolannya berubah dari rambut menjadi Julie. Mengapa begitu………..

“Pokoknya, aku hanya berpikir kalau rambut Tachibana itu indah saat aku melihatnya. Bukannya aku sedang mengejekmu, aku benar-benar serius mengenai hal itu”

“Eh, ah………Fu-fumu…….err, Te-terima kasih…………”

Sambil memainkan rambutnya dengan memutarkannya dengan jarinya, Tachibana berterima kasih.

Aku menjadi tenang setelah tahu dia mengerti kalau aku serius mengatakan hal tersebut dan tidak sedang mengejeknya.

“Ah, benar juga. Boleh aku menyentuh rambutmu mumpung topiknya seperti ini?”

“------!? Eh, uaa………….y-yah, aku tidak keberatan…………”

Setelah mendapat izin dari Tachibana, aku mencoba menyentuh tambut hitam panjangnya.

Rambut mengkilatnya terasa lembut dan benar-benar berbeda dari rambut Julie dan Lilith.

“Hou…….Houhou……..”

“Re-reaksi apaan itu”

Sepertinya perbuatanku ini membuatnya geli, dan Tachibana yang sedang menutup rapat matanya, membuka satu matanya dan bertanya padaku dengan ragu.

“Iyaaa---, aku hanya berpikir rambutmu terasa lembut dan enak. Rambut seorang gadis itu benar-benar lembut ya. Rambutku ini terasa kasar. Mau coba sentuh?”

“Fu-fumu. Kalau begitu permisi------“

Setelah bimbang selama beberapa saat, Tachibana menyentuh rambutku dengan malu-malu.

“Rambutku kasar kan?”

“Ku-kupikir rambutmu tidak sekasar itu……..”

*Sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh sentuh*

Dia terlalu lama.

“………..Tachibana. ini gelid an, seberapa lama kau mau menyentuhnya?”

“WaHyaa!? Ka-kau tidak mengatakan apa-apa jadi, aku kehilangan waktu yang tepat untuk berhenti”

Aku dimarahi.

Sepertinya itu adalah kesalahanku tapi, aku sepertinya tidak bisa sepakat dengan hal itu………..

“Ya-yang lebih penting, ayo mulai latihan lagi………..ah, iyah, berhenti sebentar. Kau bisa berhenti melakukan Himonho”

“Hn? Kalau begitu apa yang harus kulakukan? Yang kau ajarkan padaku hanya sampai sini”

“Umu. Karena itu aku berpikir untuk maju ke tahap selanjutnya”

“Apa tidak apa-apa? Aku kan bearu latihan selama 2 bulan”

Walaupun aku bisa melakukan langkah dan gerakan tubuh yan baru kupelajari pertama kali dengan lancar, aku tidak ada di tingkatan dimana aku bisa membusungkan dadaku dan bilang aku sudah benar-benar menguasainya.

Saat aku bertanya apa tidak apa-apa untuk maju ke tahap selanjutnya dengan pengetahuan yan tergesa-gesa ini------

“Tidak apa. Memang benar kalau mengerti dasarnya itu penting dan hal yang benar-benar diperlukan bukanlah mengerti teknik luarnya saja tapi mengerti sifat asli teknik tersebut. Untuk melakukannya, hal paing penting selanjutnya adalah untuk memperoleh pengalaman. Jika kau tidak mendapatkan pengalaman maka kau tidak akan bisa mengerti sifat aslinya, kan?”

Tentu saja, Tachibana mengakhirinya dengan memberitahuku untuk melanjutkan apa yang kupelajari sebelumnya saat aku punya waktu luang, sebelum tersenyum.

“Oke ayo mulai. Pertama, tolong ulurkan tanganmu ke depan. Selanjutnya buat sebuah putaran dengan tangan yang kau ulurkan tadi-----“

Seperti ini, dia mulai mengajariku sebuah gerakan baru dan aku menghela nafas lega secara diam-diam karena untungnya, tidak ada kontak tubuh yang dekat kali ini.


Latihan keras berlanjut sampai waktu istirahat di hari kedua sekolah tepi pantai.

Bukan hanya ada latihan bertarung yang biasanya kami lakukan di sekolah utama, tapi kami juga menerima latihan bertahan hidup dan memanjat teing menggunakan medan pulau yang dilengkapi dengan jebakan.

Dalam latihan berat ini kami tidak akan selesai hanya dengan luka-luka jika kami tidak berkonsentrasi, dan karena isi latihannya biasanya datang bersama dengan bahaya, kami berlatih setiap hari tanpa bersantai.



Hari keempat-----

Latihan yang dimulai hari ini berbeda dengan hari lainnya.

“Haaa…………..Haaa………!”

Aku bermandikan keringat saat berlari di dalam hutan gelap walau hari masih sore.

Suhu hari ini adalah yang paling tinggi diantara beberapa hari sebelumnya dan ini menjadi cukup berat.

(Tsk, tak kusangka latihan ini dipikirkan dengan baik…………!!)

Isi latihan sore kali ini adalah-------permainan label[1].

Aku meragukan telingaku dan berpikir kalau itu adalah lelucon saat Tsukimi mengumumkan hal itu tapi, sekarang setelah acaranya dimulai aku menyadari isi latihan ini sama kerasnya seperti latihan sampai saat ini. Aku tidak bisa terus-terusan berlari ceepat karena aku harus tetap berkonsentrasi di medan yang dipenuhi rintangan seperti akar pohon dan batang pohon di tanah.

Ditambah lagi, aku disuruh membawa sebuah boneka berisi pasir sejauh 7 kilometer. Mengikuti konteksnya, sepertinya konsepnya adalah membawa VIP yang kami amankan dan kabur dari tempat itu.

Orang yang kabur adalah kelompok sekolah utama; sedangkan yang bertugas sebagai penangkap sebagian besarnya adalah kelompok sekolah cabang. Namun, kami merasa kami sedang dikejar anjing pemburu karena kelompok sekolah cabang sudah tinggal di pulau terpenci ini dan sudah mengulang-ulang latihan ini.

Selama permainannya adalah permainan label, kami diikat peraturan agar tidak menyerang si penangkap, jadi kami harus bersembunyi dan menyebar. Kondisi meenangnya adalah untuk sampai ke salah satu titik tujuan yang disiapkan di beberapa titik di punggung pegunungan.

Tapi-----

“Ketemu, Tooru!”

Penangkap itu adalah Imari dan dia muncul di depanku.

“Kuh, kau datang kesini sebelum aku ya”

“Kau benar. Aku dihubungi kalau Tooru sedang menuju tempat ini”

Dia menggunakan kekuatan ponsel nirkabel yang dibatasi untuk para penangkap saja dengan gemilang.

“Yang benar saja……………aku senang dalam hal kalau kau selalu mengincarku sampai sejauh ini”

“------uh!? Ka-kau salah! Bukannya aku sengaja datang mengejar Tooru, hanya saja kau ada di dekatku!!”

*Wa**Wa* Imari menggelengkan kepalanya dan kuncir kudanya berayun.

“Po-pokoknya! Ini adalah akhir permainan bagimu, Tooru!”

Setelah mengatakan hal itu, Imari menendang batang pohon.

Dia menendang tanah, batu, batang dan cabang pohon dengan penuh pesona; ini adalah gerakan yang dia tunjukkan waktu hari pertama.

Karena aku akan kalah saat penangkap menyentuhku, pola serangan ini adalah yang paling menyebalkan.

Tapi-----

“Jangan kira metode yang sama akan selalu bekerja, Imari!!”

Aku menggenggam tumbuhan menjalar dan berkonsentrasi pada dimana Imari akan melompat.

Sebelum dengan cepat-----

“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”

Teriakan Imari bergema ke seluruh area.



“………Tooru kau mesum. Tooru kau bejat. Tooru kau binatang”

Setelah permaian label berakhir dan aku sedang menuju gedung barat-----

Beberapa kata-kata kasar keluar dari Imari yang sedang memelototiku.

“Seperti yang kubilang, aku tidak sengaja…………”

“Walaupun kau tidak sengaja, kenyataannya kau melihat celana dalamku”

Saat itu, aku membuat laso dengan tanaman merabat dan melemparkannya ke arah Imari di saat yang sama dengan aku menghindari serangannya dan saat dia mendarat, aku mengincar saat dia mendarat dan menggantungnya secara terbalik saat aku menarik tanaman merambat itu; jebakan yang aku pelajari kemarin telah sukses.

Tapi, memang benar kalau aku menyebabkan Imari mengalami hal yang memalukan.

“Ka-karena hanya aku saja yang melihatnya, jadi bisa dianggap aman kan? Selain itu, aku lari secepatnya setelah aku mengecek apa jebakannya berhasil jadi aku tidak melihat banyak…………..”

“Siapa orang yang bilang [Hahaha, naïf sekali Imari. Aku sudah mengerti serangan itu dari terakhir kali-----Towaaah!?] sebelum kabur dengan wajah merah?”

Dia menyodok pipiku.

“Maaf………….”

“Fuuun? Aku bertanya-tanya apa aku harus menambah hutangmu saat kau menyesali hal ini…………….ah, setelah kupikir-pikir, kau memang menyentuh payudaraku di hari pertama jadi kau punya 3 hutang. Selain itu, bukan hanya kau punya <<Duo>> yang super manis bernama Julie, kau juga bisa tidur bersama dengannya di tenda kecil saat malam jadi kau punya 4 hutang. Selanjutnya, karena kau sangat mesra dengan tunanganmu yang cantik dan berambut pirang itu, jadi totalnya kau punya 5 hutang”

“Tunggu tunggu. Aku tahu aku memang salah sampai yang ketiga tapi, yang keempat dan kelima tidak ada hubungannya sama sekali dengan hutangku pada Imari”

“Kau menyadarinya ya♪”

Aku menghela nafas sambil memasang muka masam ke arah Imari yang mengulurkan lidahnya.

“Yah, lupakan saja untuk saat ini, aku mungkin sudah mengatakan hal ini saat hari pertama tapi sepertinya aku tidak melihatnya dengan benar. Pergerakanmu benar-benar berbeda dibandingkan dengan saat upacara penerimaan 3 bulan lalu. Latihan seperti apa yang kau lakukan sampai kau bisa melakukan pergerakan seperti itu?”

“Ahaha, terima kasih. Aku sudah berlatih sangat keras setiap hari, sejak aku datang ke sekolah cabang. Aku akan disuruh memanjat tebing curam hanya dengan tanganku, atau dilempar dari tebing-tebing itu………….fufu, kehidupan di sekolah utama terdengar menyenangkan……………”

Mata Imari terlihat seperti mata ikan mati dari pertengahan kata-katanya.

“Sejujurnya, latihannya sangat berat sampai-sampai membuatku ingin kabur, tahu? Tapi, kupikir tidak apa-apa karena aku bisa mengejutkan Tooru seperti ini. Fufuu♪”

Dia berbalik sekali sebelum tersenyum riang.

Jika dia bisa memasang ekspresi ini, maka dia mungkin bisa menyelesaikan cobaan apapun di masa depan.

---Di momen itulah aku memikirkan hal itu.

“Aaah, akan terasa menyenangkan jika aku bisa bersama dengan Tooru-------uun, de-dengan semuanya di sekolah utama selamanya”

Imari menunjukkan wajah kesepian walaupun hanya sedikit.

Aku sangat mengerti perasaannya.

Kami akan berpisah lagi saat sekolah tepi pantai ini berakhir.

Kelompok sekolah utama akan kembali ke akademi Kouryou sedangkan Imari dan yang lainnya akan tetap di pulau ini.

Ini tidak berarti kami tidak akan bertemu lagi, tapi tetap saja akan terasa sedikit sepi.

“…………..Aku juga berpikir begitu. Aku sangat ingin bersama dengan Imari lebih lama juga”

“-------uh!! Me-mengapa hanya terbatas padaku saja!?”

“Hn? Hanya Imari yang ada disini saat ini”

“…………….Benar juga. Tooru punya kepribadian seperti itu. Haa………….”

Imari menghela nafas yang dilebih-lebihkan karena suau hal.



Saat matahari terbenam dan langit berubah menjadi gelap, sudah waktunya untuk mulai menyiapkan makan malam kami.

Sejak hari kedua, para siswa disuruh untuk memasak sendiri sebagai bagian dari latihan. Tentu saja, kami diharuskan untuk membuat makanan sampingan sendiri bersama dengan makanan utama.

Hal ini memakan waktu cukup lama karena kami benar-benar kelelahan setelah latihan sore, tapi terasa sangat menyenangkan memasak saat semuanya sedang bersemangat.

Di saat yang sama, aku melihat kemampuan yang tak terduga yang belum kuketahui sebelumnya.

Sambil mengupas kentang, aku melirik ke arah gadis dengan celemek yang berdiri di depan dapur.

Di sebelah sana, *ton**ton**ton*………….Tachibana sedang menggerakkan pisau dapur dengan irama yang bagus.

Namun, bukan hanya Tachibana yang menunjukkan sifat yang tak terduga.

“Apa ini sudah cukup, Miyabi?”

Seperti itu, Tachibana memanggil Miyabi yang sedang menyiapkan hal lain.

“Errr…………kupikir akan lebih baik jika kau melakukannya sedikit lebih halus”

“Begitu, dimengerti”

Tachibana mulai menggerakkan tangannya yang sedang memegang pisau.

Tanpa jeda, Julie memanggil Miyabi kali ini.

“Miyabi. Aku selesai memotong terungnya. Apa yang harus kulakukan selanjutnya?”

“Oke, errr, bisakah kau memotong wortelnya sampai ukuran yang bisa digigit kali ini?”

“Ja---“

Julie melempar sayuran itu ke udara dan memotongnya menjadi kecil-kecil dalam sesaat seperti adegan dalam manga.

Di sisi lain, Miyabi masih dipanggil untuk------

“Miyabi-chan. Apa rasa ini sudah cukup? Sepertinya rasanya sedikit hambar---“

“Hnn…….*Zu**zu*…………Mari kita lihat. Kupikir kita harus menambah sesendok teh garam karena rasanya sedikit hambar. Kalau rasanya masih hambar setelah ditambah sesendok teh, tolong tambah setengah sendok teh lagi”

*Aku mengerti* Kibitsu mengatakannya sebelum kembali ke posisinya.

“Wajahmu menunjukkan kalau kau tetap terkejut berapa kalipun kau melihatnya”

Sambil mengupas kentang bersama denganku, Tora mengangkat wajahnya dan bicara.

“Aah. Aku merasa kasihan pada Miyabi, tapi aku merasa dia bukanlah tipe orang yang berdiri memimpin semuanya”

“Fuun, aku setuju dalam hal ini”

Peristiwa yang menyebabkan posisi Miyabi menjadi seperti sekarang terjadi kemarin.

Awalnya, posisi pemimpin untuk menyiapkan makanan ditempati oleh Tachibana dan Imari, masing-masing untuk sekolah utama dan sekolah cabang, tapi kemarin malam, satu kelompok tertentu gagal menyiapkan bumbu mereka, menyebabkan suasana menjadi suram. Karena mereka sudah benar-benar kelelahan dan makanan yang mereka buat------kesenangan besar mereka setelah latihan, telah gagal. Wajar kalau suasananya menjadi suram sejak saat itu.

Miyabi adalah orang yang mengubah suasana itu sekaligus.

“Mu-mungkin kita bisa mengubah rasanya sedikit………..mungkin……….”

Setelah menggumamkan hal itu, aku mendorong punggung Miyabi dan membawanya ke makanan yang sudah gagal tadi.

Miyabi memastikan rasa makanan gagal itu sebelum, mulai menambahkan bumbu ke dalamnya.

Dia kemudian menghilangkan baunya dengan rempah-rempah dan dalam beberapa menit dia mengubah rasa makanan gagal itu menjadi------tentunya rasanya tidak menjadi sangat enak, tapi rasanya lumayan.

Situasi hari ini dikarenakan hasil itu.

(Aku tidak punya talenta ya………….)

Si gadis yang menyalahkan dirinya seperti itu pada hari penerimaan.

Namun, itu tidak benar. Itu karena, tidak peduli apa yang Miyabi pikirkan tentang dirinya sendiri, saat ini dia sedang diandalkan oleh semuanya.

Saat aku melihatnya bekerja keras dalam posisi dimana dia sedang kebingungan, secara alami aku tersenyum.

“…………..Tooru. Menyeringai sambil menatap sorang gadis itu sedikit menjijikan tahu”

“----!? A-aku bukannya sedang menyeringai……….tunggu, Ouwahh!?”

Berkat ketenangan yang hilang karena komentar Tora, aku menjatuhkan kentang yang sedang kupegang.

Walaupun aku berjalan untuk memungutnya, aku tidak sengaja menendangnya seperti bola (karena aku sedang panik) dan sang kentang terbang menjauh.

“Tu-tunggu aku---!”

“Apa yang kau lakukan idiot…………”

I chased after the potato while hearing a tired voice behind me.

Aku memungutnya di jalur kecil yang gelap sedikit jauh dari aula----dan aku berhenti bergerak di momen aku mengangkat wajahku.

Itu karena seorang gadis dengan rambut gelap yang diikat menjadi dua dan berpakaian gothic sedang berdiri disana.

“Se-selamat malam, direktur”

“……………Kau terlihat sedang bersenang-senang, Kokonoe Tooru”

“Ya, yah……….”

“Itu hal yang bagus”

Direktur tertawa kecil.

“Besok adalah hari terakhir kalian akan menerima latihan di pulau ini. Tolong berhati-hatilah jangan sampai terluka”

Dia kemudian mulai berjalan bersama asistennya Mikuni-sensei yang sedang mengikutinya seperti sebuah bayangan.

“Ah………..”

Aku harus berlaku sopan dan mengucapkan terima kasihku sebelum menundukkan kepalaku dan kembali ke Tora.

Namun, aku menyadari sesuatu saat aku mendengar kata-kata direktur.

“Apa ada yang salah?”

“Ti-tidak, bukan hal besar-------tidak mungkin ya…………errr. Aku salah menilai direktur sebelumnya. Jadi aku sangat menyesal”

Aku menundukkan badanku dalam-dalam.

“Ahra, kesalahpahaman seperti apa yang kau buat?”

“Apa kau ingat percakapan yang kita lakukan saat <<Upacara kualifikasi>>?”

Ya, direktur mengangguk dan aku melanjutkan kata-kataku.

“Saat itu kukira direktur adalah orang yang tidak punya hati. Kukira kau adalah orang……..yang bisa melaksanakan ujian kejam itu dan bermain-main dengan masa depan seseorang dengan tenang tanpa rasa bersalah di hatimu. Tapi saat aku datang ke pulau ini dan mengetahui kalau Imari-----orang-orang yang telah gagal dalam ujian diterima disini, aku tahu kalau aku salah. Aku merasa begitu saat direktur meminta maaf pada kami saat waktu itu”

Direktur menggelengkan kepalanya dan tersenyum lembut.

“Kokonoe Tooru. Itu adalah hakmu untuk mengomentari tentang manusia seperti apa aku ini. Namun, aku memang menerima menjadi orang yang tidak memiliki hati. Itu karena, kupikir wajar untuk mengeliminasi kalian semua dengan cobaan berat yang akan aku siapkan mulai sekarang”

Itu adalah hal yang normal bagi pemimpin akademi yang bertujuan untuk mendidik orang-orang cakap yang dibutuhkan organisasi Dawn.

Tapi aku tidak berpikir pikirannya itu kejam karena hal itu.

Itu adalah keinginan kami untuk ada di Kouryou, jadi sangat wajar untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak bisa membawa hasil disana.

“Direktur. Pada direktur, aku-----“

“Ya ampun, Tooru. Apa kau akan mengakui cintamu disini? Itu hal yang harusnya kau lakukan padaku, kan? Kupikir ini tidak mungkin, tapi apa Tooru menyukai loli?”

Lilith adalah orang yang memotong kata-kataku.

Untuk sesaat, aku mengira kalau Topas kuningrambut pirangnya bersinar karena cahaya yang datang dari aula mencapai jalan kecil ini tapi, sekarang bukan saatnya untuk itu.

“Jangan membuat kesalahpahaman yang aneh. Aku hanya------“

“Orangnya sendiri menyebut dirinya tidak memiliki hati, bukannya sudah cukup? wajar kalau pendapat orang berbeda-beda”

“Itu benar sekali, Lilith=Bristol…………..seperti itulah, Kokonoe Tooru. Apa kau mengerti sekarang?”

Kupikir itu memang benar.

Aku memang berpikir begitu tapi aku punya dorongan kuat untuk memberitahu direktur kalau itu tidak benar dan hampir membuka mulutku------

“Kau harus berhenti sekarang. Gadis ini mungkin bicara seperti ini tapi; dia sebenarnya pemalu. Yang benar saja, dia tidak terus terang sama sekali”

Lilith berbisik ke dalam telingaku.

Namun suaranya tidak lembut dan karena suasananya sunyi jadi, bisikan itu terdengar oleh telinga direktur juga.

“…………..Mikuni, ayo pergi”

Tidak bisa menyembunyikan ketidakpuasannya, direktur sedikit cemberut sebelum pergi.

“Semoga harimu menyenangkan, Kokonoe Tooru. Aku akan berharap banyak padamu, mulai sekarang”

Direktur meninggalkan kata-kata itu sebagai penutup dan meninggalkan gedung barat bersama Mikuni-sensei.

Aku ditinggalkan sendiri bersama Lilith disana, dan-------

“*Giggle*. Bagian dari dirinya yang kabur karena dia tidak bisa membalas; The part of her running away is because she is unable to retort; kata-kata tepat sasaran itu membuatnya seperti anak kecil”

“…………….Hey. walaupun kau adalah <<Exception>>, kupikir tidak baik untuk membuat marah direktur”

“Oh, bukannya tadi itu manis”

Lilith tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan mendengar jawabanku.

“Terlepas dari hal itu, aku terkejut saat aku tahu kalau Tooru menyukai loli”

“Kau tahu kalau itu semua salah setelah mendengar situasinya, jadi mulut yang mana yang bilang kalau kau itu terkejut?”

“Tentu saja, dengan mulut ini”

Lilith mengaitkan lengannya dengan lenganku sebelum menatapku dan menyentuh bibir merahnya dengan jarinya.

Aku mengingat kembali momen saat bibir merah berkilau itu mencium pipiku dan *doki**doki* hatiku mulai berdetak kencang-----,tapi dengan cepat aku melepaskan kaitan lengan kami sebelum dia mengetahui hal itu.

“Ba-baiklah kalau begitu. Aku harus kembali ke Tora kalau tidak aku akan dimarahi”

“Hnn mouu. Oh Tooru! Tunggu aku!!”

Saat aku kembali ke Tora dengan suara menyalahkanku terdengar dari belakangku, sepertinya dia melihatku kabur dari dirinya dan sekali lagi [Apa yang kau lakukan, idiot………] sebuah sambutan hangat sedang menungguku.



Karena sudah diketahui kalau hari ini adalah hari terpanas di musim panas ini, tidur di malam hari menjadi sulit.

Tetap saja sebagian besar siswa sudah tertidur sebelum tanggal berganti, karena kami kelelahan berlatih; aku adalah salah astu dari siswa itu, tapi……….

“………….Kau punya aku, dan kau masih tidur bersama gadis ini di tempat kecil ini setiap hari, oh Tooru-----Hn moouu”

Aku merasa namaku dipanggil dan kesadaranku menjadi sedikit lebih jelas.

“Kalau begitu. Aku harus siap-siap untuk tidur”

(Apa………ini……..? Igauan Julie………? Yah, lupakan saja……)

Walaupun aku bisa mendengar suara gemerisik itu, suara itu tidak mengalahkan rasa kantukku dan kesadaranku mulai tenggelam kembali.

“Hn, ini sedikit memalukan. Tapi aku tidak bisa tidur kalau tidak seperti ini………….aku tahu, jika aku melakukannya seerti ini maka………………un, masalah terpecahkan. Selamat malam, Tooru………….*Chuu*”

Saat kesadaranku hampir terputus, aku bisa merasakan sesuatu menyentuh pipiku.



Siapa tahu sudah berama lama sejak hal itu------

“Hnn……panas……….”

Aku bisa mendengar gumaman Julie dalam kegelapan.

Suara generisik yang bisa kudengar selanjutnya mungkin karena dia melepaskan seprai kantung tidurnya.

Walaupun aku bisa merasakan Julie menggeliat, suasananya menjadi sunyi tak lama kemudian dan sekali lagi aku menyerahkan tubuhku dalam rasa kantuk.



Aku tahu kalau di luar masih gelap walaupun kelopak mataku masih tertutup, dan aku bisa mendegar suara kicauan burung.

Bercampur dengan kicauan itu------

“Tooru……….”

Tiba-tiba saja, namaku dibisikkan ke telingaku.

“Tooru, aku mencintaimu………”

Aku langsung terjaga saat aku mendengar bisikan manis itu.

(Wha……!? Ju-Julie!?)

Bukan hanya kata-kata manis itu. Julie sedang memegang erat lenganku seakan menunjukkan perilakunya.

Tonjolan lembut dan bahenolnya sitekankan padaku.

(Uwah, tunggu, eh, lembut, tunggu, jika dia menempel padaku, payudaranya akan………….Ah-re?)

Besar.

Apa yang kau tanyakan? Tentu saja itu adalah benda lembut yang menyentuh sikuku.

“Hnn……….sekarang waktunya teh Tooru………”

“-----!?”

Tepat saat aku menyadari kalau itu bukan suara Julie, aku mengangkat bagian atas tubuhku.

“Ah, ah-re?”

Aku berbalik dan mencoba mengkonfirmasi pemilik suara itu tapi, masalah lain ditambahkan dalam kekacauan ini.

Pandanganku gelap. Kegelapan yang aku alami adalah kegelapan yang murni dan sebetulnya, aku tidak bisa membuka mataku sejak awal.

(Apa ini? Sebuah penutup mata…….?)

Setelah aku menyentuh wajahku dalam panik, ada sebuah kain yang diikatkan di sekeliling kepalaku untuk menutupi pandanganku.

Sambil memiliki sejumlah besar tanda tanya muncul di kepalaku, aku melepaskan penutup mata itu dan mengetahui kalau di luar sudah terang.

(Apa sih ini?...............tunggu, yang lebih penting, suara siapa itu------“

Aku tidak bisa berkata-kata saat aku menoleh.

Tidak peduli berapa kalipun aku melihat situasi ini, bagaimanapun aku akan tetap tidak bisa berkata-kata.

Itu karena ada 2 gadis cantik sedang tidur di tenda ini.

Ditambah lagi mereka telanjang bulat.

“uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh!?”

Aku sama persisi dengan definisi tidak bisa berkata-kata saat aku melihat keduanya, si gadis cantik perak dan emas tidak mengenakan pakaian apapun.

Aku mengerti kalau itu si gadis blonde perak----Julie.

Dia mungkin melepaskan pakaiannya karena kemarin malam sangat gerah.

Tapi aku tidak tahu sama sekali mengapa si gadis Topas kuningrambut pirang------Lilith ada disini.

Aku bisa menebak kalau dia menyelinap masuk tapi, aku tidak bisa menebak mengapa dia telanjang.

“Nuu………….Tooru……….selamat pagi………..”

Mungkin dia menyadari kalau aku bangun; Lilith menggosok matanya sambil mengangkat tubuhnya.

Saat dia melakukannya, *tayun**puru**puru*…………..2 tonjolannya berguncang hebat dan mungkin sudah kodratnya pria menyedihkan untuk menatap tonjolan itu secara otomatis.

(Tidak tidak tidak tidak tidak tidak, jangan jangan jangan jangan jangan, jangan sampai melihat------!!)

Walaupun aku menutupi mataku dengan tanganku dalam panik, penampilan penuh daging yang luar biasa itu sudah terlihat jelas di belakang kelopak mataku.

Penampilan itu adalah kebangkitan dewi cinta dan kecantikan yang diceritakan dalam legenda-----

Aku menerima serangan yang bisa membuatku berhalusinasi seprti itu selamanya dari si gadis emas.

“Li-Li-Lilith!! Mengapa kau telanjang!?”

Aku akan membiarkan fakta kalau dia menyelinap masuk.

“Apa yang kau maksud dengan mengapa………….aku tidak bisa tidur kecuali aku menanggalkan pakaianku……….”

Dia mungkin belum cukup tidur. Dia menjawab pertanyaanku sambil terkantuk-kantuk.

“Ah…………..tidak boleh, Tooru…….kau tidak boleh melepaskan penutup matamu………….ini akan memalukan………”

Kalau begitu pakailah pakaian dan tidur, adalah apa yang kupikirkan tapi, itu mungkin bukanlah hal yang bisa dia tinggalkan.

“Aku mengerti. Aku sudah mengerti jadi pakailah pakaianmu……..!!”

“Mou, aku tidak punya pilihan……….”

*Bafuu*. Setelah mengangguk, Lilith sekali lagi berbaring di kasur dan mulai tidur kembali.

(Siapa yang tidak punya pilihan………..)

Julie berangsur-angsur terbangun saat ini tepat saat aku benar-benar lelah karena terbangun.

“Selamat pagi, Tooru……….”

“Aah, selamat pagi, Juli------“

(Tunggu, aku tidak boleh melihat ke arah sana juga------!!)

Berbeda dari bagian tertentu Lilith yang berdaging; punyanya tidak berguncang sama sekaliiiiii.

Namun, Blonde perakRambut perak, Putih saljukulit putih dan penanmpilan mirip peri magis yang diceritakan dalam dongengnya itu sudah tercetak di dalam mataku.

“Tooru………..?”

Julie benar-benar tidak menyadari masalah membingungkanku------mungkin ini ada di tingkatan dimana tidak akan berlebihan jika ini disebut sebagai perang dan sedang memasang ekspresi bingung sambil memiringkan kepala kecilnya.

“Ke-kemarin malam itu panas. Aku mengerti hal itu. Tapi sekarang sudah pagi. Karena itu pakailah pakaianmu!!”

“Ja---……………”

*Bofuu*. Sambil mengangguk, Julie berbaring kembali di tikar sebelum mulai tidur dengan nyaman.

(Yang benar saja, mengapa kalian kembali tidur………)

Aku menghela nafas lebih dalam dari lautan melihat 2 gadis cantik tidur dengan nyaman.

Disaat itu-----

“Kokonoe, apa kau sudah bangun?”

“uuuuuuh!?”

Jantungku hampir berhenti saat namaku dipanggil dari luar tenda.

Aku tidak perlu memeriksa siapa itu----itu pasti Tachibana. Latihan pagiku masih dilanjutkan di tepi pantai ini juga, dan dia akan datang membangunkanku jika aku terlambat datang di waktu yang sudah disepakati.

“Apa kau masih tidur?”

“Aku sudah bangun! Aku sudah bangun jadi!! Aku akan keluar secepatnya jadi tunggu disana!!”

Saat aku memanggil keluar dengan suara lembut agar Julie dan Lilith tidak terbangun, dan [Aku mengerti] terdengar sebagai jawabannya.

(Ta-tadi itu berbahaya……)

Aku meletakkan tanganku di dadaku yang sedang berdebar kencang sambil mengingat kalau Tachibana mengguncang bahuku saat dia datang ke tendaku kemarin pagi untuk membangunkanku karena aku kesiangan.

Jika aku masih tidur tadi, dan dia masuk ke dalam-------

(Aku tidak mau memikirkannyaaaaaa…………!!)

Aku merasakan hawa dingin di punggungku.

“Julie, Lilith. Pakailah pakaian kalian saat kalian bangun”

[Ja--……….][Aku mengerti, mouu……..]

Aku menggunakan kantung tidur dan meletakkannya di atas mereka sebagai ganti selimut kasur sebelum keluar dengan hati-hati untuk mencegah Tachibana mengetahui situasi di dalam tenda.

“Selamat pagi, Kokonoe. Hari ini pagi yang segar”

“Itu benar………pagi ini sangat nyaman……..”

“…………….Ekspresimu tidak cocok dengan kata-katamu sih”

“Jangan pikirkan itu………….”




Sekitar waktu sarapan mulai disiapkan, kami mengakhiri latihan dan aku kembali ke aula bersama Tachibana.

Di tengah jalan-------perutku keroncongan dan suaranya bercampur dengan kicauan burung yang bisa didengar dari hutan.

“Fufuu, tubuhmu jauh dari rasa kenyang”

“Jika kau mengerti itu, biarkan aku makan daging lebih banyak-------“

“Tidak”

Dia menjawab dengan segera bersama sebuah senyuman.

Saat aku menurunkan bahuku dalam rasa kecewa, perutku meraung keras sekali lagi seakan berkomplot dengan perbuatanku.

Karena perutku mulai *Guu**guu* keroncongan seakan menunjukkan ketidakpuasanku, aku tersenyum pahit dan-----

“Puu…………hahaha. Kokonoe, timingmu terlalu bagus; harusnya ada batasannya, Fufu,hahahaha”

Tachibana mungkin mencapai sudah mencapai batasnya karena dia memegang perutnya sambil meletakkan tangannya di mulutnya seraya tertawa keras.

“Ini tidak lucu. Selain itu, lihat ke depan saat kau berjalan atau kau akan menabrak cabang pohon”

Tempat kami berjalan saat ini adalah jalur yang digunakan sebagai jalan pintas dari hutan menuju aula.

Jalur ini seperti jejak hewan kecil dan karena ada cabang pohon yang melebar hingga wajah kami dimana-mana, kami bisa mendapat pengalaman menyakitkan jika kami tidak melihat ke depan dengan benar.

“Aku tidak akan melakukan sesuatu sebodoh-----Puwahh!?”

Ada seorang gadis bodoh yang menerima pengalaman menyakitkan di depanku.

Tachibana tidak hanya menabrak cabang pohon, dia panik karena sarang laba-laba jadi menempel ke tubuhnya.

“Hyaaaaaa, Koko-Kokonoe. Le-lepaskan benda ini, tolong………..!”

“Aku mengerti. Aku akan melepaskannya dengan segera jadi tetaplah diam”

Aku mengangguk dan tersenyum masam melihat Tachibana yang sedang memohon bantuan sambil bergerak gelisah untuk membuang jarring laba-laba di wajahnya.

“Ma-maaf………err……benda utamanya tidak ada di tubuhku kan?”

“Benda utama? Aah, laba-labanya ya, nggak laba-laba itu tidak ada di tubuhmu”

Tachibana mengeluarkan nafas lega saat dia mendengar jawabanku.

“Kau buruk dengan laba-laba?”

“……………Ya-yah, itu memalukan tapi, iya”

“Itu tidak memalukan tahu? Semua orang memiliki hal yang mereka tidak sukai”

(…………….seperti Tachibana saat waktu makan)

Tidak tahu apa-apa mengenai kalimat yang kutelan sebelum keluar, Tachibana menjadi canggung.

“A-akan sangat membantu kalau kau mengatakan hal itu------tapi, tolong rahasiakan ini dari yang lain oke? .............yah, Miyabi mengetahuinya dari hari pertama sih”

“Aku mengerti………..oke, semuanya sudah lepas-----ah”

“Ah?”

Tepat saat aku menghentikan kata-kataku di tengah-tengah, Tachibana membelalakkan matanya.

*Kasa*……….

Tachibana menyadari benda itu menaiki bahunya dan wajahnya berubah kaku.

“Hiiiiyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!?”

“O-oi Tachibana!? Kemana kau per------Oi, tunggu! Aku akan melepaskannya untukmu!!”

Tachibana berteriak dan mulai berlari, sebelum aku mengejar dia dalam panik.

“Fyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa jangan dataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang!!”

Mungkin kata-kata itu untuk sang laba-laba tapi, agak membingungkan bagi orang yang sedang mengejarnya.

“------!! Bahaya!”

Momen saat Tachibana hampir menubruk ke pohon, aku menangkap tangannya dan menariknya dengan kuat.

--Tapi, tarikannya terlalu kuat dan *Bofuu* wajah Tachibana terbenam dalam dadaku.

“Puwah!?”

“Maaf. Apa kau baik-baik saja?”

“A-aah, maaf……………La-laba-laba!!”

Walaupun dia memperoleh ketenangannya kembali selama sesaat setelah guncangan yang terasa saat dia membenamkan wajahnya di dadaku, dia hampir panik kembali.

“Tunggu, tenanglah!”

Tachibana memelukku erat dan aku mengambil sang laba-laba dan melemparkannya.

“AKu sudah melepaskannya jadi tenanglah”

“Be-benarkah…………?”

Dengan aura anggunnya yang hilang entah kemana, Tachibana menatapku dengan air mata di matanya.

Sambil mengangguk, aku menunjukkan sang laba-laba yang sedang berjalan di rumput dan Tachibana menghela nafas yang besar.

“Uuu………Aku menunjukkan hal yang menyedihkan padamu………”

“Tidak apa-apa. Seperti yang baru kukatakan tadi, semua orang punya hal yang mereka tidak sukai. Selain itu, untunglah kau tidak terluka”

“Kokonoe……………*giggle*, benar juga. Aku harus berterima kasih padamu”

Saat aku tersenyum ke arahnya sambil mengatakan kalau tidak perlu merasa malu, Tachibana mengendurkan ekspresinya.

Jantungku sedikit berdebar kencang di momen saat aku melihat senyum lembut itu yang berbeda dari biasanya.

(Uh, wajahmu terlalu dekat………..)

Sejak situasi yang tejadi beberapa saat yang lalu, sepertinya Tachibana tidak menyadari kalau dia sedang dipeluk, jika dia menyadari ini, akan ada kesalahpahaman dimana dia akan memanggilku tidak tahu malu atau mesum.

Saat aku hampir melepaskannya sebelum itu terjadi; hal ini terjadi saat aku hampir memisahkan tubuh kami-----

“Ah…………”

Sebuah suara gemerisik yang mengusik muncul bersamaan dengan suara lembut orang ketiga.

Orang yang sedang berdiri di depan kami saat kami memalingkan pandangan kami adalah-----Miyabi.




“Ja-jadi begitu. Laba-laba ya…………kalian berdua sedang berpelukan, jadi aku hampir salah paham karena terkejut, ahaha…………..”

Setelah menjelaskan mengapa kami berpelukan pada Miyabi, dia mempercayai cerita kami dengan cepat karena sepertinya dia tahu Tachibana tidak menyukai laba-laba.

“Aku merasa malu………”

Tachibana bilang begitu dengan pipi sedikit merona.

“………..Enaknya”

“Apanya?”

“Fuee!? Errrrr, yah, seekor laba-laba juga muncul di bahuku tadi jadi, errr, neh”

Itu berarti dia sudah lari sekuat tenaga seperti Tachibana dan laba-labanya jatuh entah dimana tanpa sepengetahuannya.

Dia mungkin berpikir kalau aku akan melepaskan laba-labanya jika aku ada di dekatnya.

“Namun, benar-benar melegakan kau langsung percaya cerita kami”

Aku mengangguk di sebelah Tachibana saat dia menarik nafas lega.

“Ada-ada saja. Jika tadi itu sebaliknya, kau akan berteriak tak tahu malu sebelum kabur”

[Sebaliknya………?][Apa yang kau maksud?]

Keduanya bertanya bersamaaan.

Sepertinya kata-kataku kurang sempurna dan arti sebenarnya tidak dimengerti oleh keduanya.

“Aku mengacu pada asumsi kalau aku sedang memeluk Miyabi, dan kami dilihat oleh Tachibana”

“”------------!!””

“A-a-aku, se-se-sesuatu seperti itu, errrr, laba-laba, mana laba-labanya………….!?”

“Kokonoe! Ha-hal mesum seperti apa yang kau pikirkan……!!”

“………….Itu hanya asumsi saja”

Aku menghela nafas melihat keduanya menjadi panik walaupun aku sudah bilang kalau itu hanya asumsi saja.

“Oh iya, mengapa kau ada disini sepagi ini Miyabi?”

“Aku habis lari pagi”

“Begitu. Kau masih melanjutkannya walaupun saat ini sedang waktunya sekolah tepi pantai”

“U-un………..Itu karena aku akan ditinggal sejauh satu putaran oleh Tooru-kun jika aku tidak bekerja keras”

“Haha, kau tidak bermalas-malasan sama sekali”

“Ahahaha……………….”

“-------?”

Tachibana memasang wajah penasaran mendengar percakapan kami. Reaksinya mungkin wajar karena dia tidak tahu kalau aku memberitahu Miyabi kalau aku tidak bisa lari pagi bersamanya untuk sementara waktu.

“Ngo-ngomong-ngomong, apa Tooru-kun punya rencana untuk besok karena besok kan hari istirahat?”

Miyabi mengubah topik pembicaraannya; dia mungkin merasa kasihan pada Tachibana yang tidak bisa ikut dalam percakapan tadi.

Tidak ada latihan besok, hari keenam, dan hari itu kami diperbolehkan bergerak bebas.

Tetap saja, aku tidak punya rencana apapun jadi aku bilang padanya kalau aku berencana untuk beristirahat.

“Kalau itu memang benar, mengapa kau tidak ikut dengan kami? Aku mengajak Imari dan yang lainnya kemarin malam tapi, kupikir akan lebih menyenangkan jika ada lebih banyak orang yang ikut karena toh kita akan bermain”

“Aah, oke. Tapi kemana kita akan pergi?”

Tidak ada fasilitas game di pulau ini dan tempat yang ada disini hanyalah sekolah cabang dan pelabuhan.

Kemana persisnya kami akan pergi di lingkungan seperti itu.

“Apa yang kau katakan………..sekarang musim panas. Ditambah lagi laut mengelilingi pulau ini. Yang berarti, sudah jelas kita akan bermain di laut”

“………….Setelah kupikir-pikir, laut adalah tempat yang bagus untuk bermain”

Kami disuruh berenang dengan pakaian penuh di hari pertama, berlari di atas batang kayu yang mengapung di laut, dan disuruh melakukan <<Latihan Blaze>> dengan tubuh bagian bawah di dalam air, jadi laut sudah benar-benar berubah menjadi tempat latihan yang berat bagiku.

“Yah pokoknya, aku mengerti. Boleh aku mengajak Tora dan yang lainnya?”

“Aah, aku tidak keberatan”

Seperti ini, kami melewati jalan setapak tepat saat aku selesai menyusun jadwal untuk besok.

Saat kami kembali ke aula, ada beberapa siswa yang sudah bangun sedang membereskan tenda mereka.

“Baiklah, aku harus membangunkan orang-orang yang masih tidur”

Itu adalah pengumuman ala Tachibana. Seperti yang kuharapkan dari direktur-----sebutan rahasiaku baginya-----dia masih pergi membangunkan semuanya, bukan hanya di asrama tapi juga saat sekolah tepi pantai.

“Aku harus membangunkan Julie juga”

Tendaku dan Julie masih berdiri disana dan si gadis Blonde perakRambut perak tidak terihat di aula. Dia mungkin masih tertidur karena dia tidak bisa tidur semalam.

“Kokonoe. Walaupun kau biasa tinggal bersamanya, kupikir melihat wajah tertidur seorang gadis itu masalah. Aku saja yang membangunkannya”

“Aku mengerti. Silakan”

Sejujurnya, aku sedikit menentang hal itu tapi, aku mengikuti keinginan Tachibana.

“Aku akan membereskan tendanya”

“Begitu. Aku akan menyerahkannya padamu, Miyabi”

Meninggalkan kata-kata itu, Miyabi kembali ke tendanya dan kami kembali ke tendaku.

“Tapi walaupun begitu, sangat jarang Julie kesiangan”

“Kemarin malam itu panas. Dia tidak bisa tidur sampai larut malam karena malamnya sepanas itu”

“Begitu. Aku sdikit merasa sedikit enggan melakukannya tapi, sudah waktunya untuk bangun”

Menjawab dengan Aku tidak punya pilihan, dia berhenti di depan tenda.

(Ah-re? Apa aku lupa sesuatu………………………………………..)

“------uuuh!! Tac-Tachibana tungguuuuuu!!”

Teriakanku tidak berguna dan Tachibana membuka pintu masuk tenda.

Apa yang bisa terlihat di seberang bahu Tachibana adalah warna perak, emas dan juga-----warna kulit.

“Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!?”

Tachibana membeku.

Absolute Duo Volume 3 Non-Colour 4.jpg

“……………………………………………………………………”

Dia tetap diam.

[Nuu……..apa sudah pagi, Tooru……..?][Fuwah, ah…………ada apa, kau benar-benar berisik…….]

Keduanya bangun saat cahaya mentari pagi masuk ke dalam tenda dan mereka menatap kami dengan mata kelelahan.

Tachibana memeperoleh kembali kesadarannya dan----berteriak.

“Koko-Kokonoe kau, me-me-mesuuuuuuuuuuuuuuuum--------------!!”

Bagian 2[edit]

Hari kelima latihan sudah berakhir.

Kamp latihan dengan nama lain sekolah tepi pantai berakhir hari ini.

Hari keenam benar-benar hari bebas (besok) dan walaupun mereka masih belum bisa meninggalkan pulau, para siswa diperbolehkan melakukan wapapun yang mereka inginkan disini.

Kembali ke akademi mungkin sudah cukup untuk membiarkan mereka bersantai, tapi alasan mengapa mereka diberi hari istirahat di pulau memiliki makna sederhana seperti memberi permen pada anak kecil. Terutama bagi sekolah utama, ada banyak siswa yang gembira saat mereka dengar kalau mereka pergi ke sekolah tepi pantai di pulau selatan.

Saat malam sebelum hari terakhir yang dinanti-nati semuanya-----

Ada beberapa gadis yang berkumpul di kafetaria.

Julie, Tomoe, Miyabi, Kibitsu dan satu orang lagi dari sekolah utama.

Imari dan tiga gadis lain dari sekolah cabang.

Totalnya ada 9 gadis disana yang sedang mengemil permen sambil mengobrol.

Mereka adalah kelompok yang menjadi akrab selama 5 hari latihan.

Obrolannya dimulai dengan apa yang harus mereka lakukan besok, tapi obrolan itu berubah menjadi topik paling biasa.

Hari menjadi semakin larut dan------

“Neh neh, apa yang kalian pikirkan tentang para pemuda di sekolah utama?”

Momen saat si gadis sekolah cabang------si pengguna <<Kunai>> Miwa berkata begitu, para siswa dari sekolah utama menjadi heboh.

---itulah yang dia pikirkan tapi, hanya satu orang yang merespons.

Orang yang tidak merespons-----Julie, Tomoe, dan Kibitsu memasang ekspresi seakan mereka tidak mengerti apa yang dia maksud. Bahu Miyabi tersentak selama sesaat, tapi untungnya tidak ada yang menyadari hal itu.

“Apa yang kau maksud?”

“Mengenai, apa ada pemuda yang kau pikirkan, Tomoe”

Gadis sekolah utama lainnya memandu obrolannya ke arah itu dan Tomoe mengangguk seakan dia mengerti.

“……………Fumu. Jika kau bilang hanya yang dipikirkan, kalau begitu kupikir itu adalah Tora atau Kokonoe”

6 gadis kecuali Julie dan Kibitsu bereaksi mendengar kata-kata Tomoe.

“Keduanya kuat. Bagiku------mu? Ada apa, semuanya?”

6 gadis kecuali Julie dan Kibitsu bereaksi lagi mendengar kata-kata Tomoe------sebetulnya, mereka ambruk.

“Ahaha……….Inilah yang disebut-sebut obrolan gadis dan obrolan standarnya adalah obrolan cinta………..”

Tomoe memerah saat dia menyadari kesalahpahamannya setelah mendengar penjelasan Imari mengenai topiknya sambil tersenyum kecut.

“Maaf, aku hanya berpikir………”

Setelah sebagian dari mereka tertawa melihat reaksi Tomoe, seorang gadis dari sekolah cabang kemudian membuka mulutnya.

[Ada banyak pria keren di sekolah utama kan? Seperti Izumi-kun. Dinilai dari orang gagal yang kami punya di sekolah cabang, itu cukup membuat iri] [Sebaiknya kalian berhati-hati di sekitarnya karena dia menyukai gadis-gadis]

[Ah, kupikir aku akan memilih Tora-kun. Dia mungil dan manis] [Tapi bukannya dia sedikit menakutkan?] [Aku pasti akan memilih Tatsu-kun! Pria berotot itu mengagumkan] [[[Tidak mungkin]]]

Saat siapa saja menyebutkan nama seorang pemuda maka, seseorang akan *kya**kya* bereaksi ribut.

“Mari kita lihat…………kupikir bagiku----itu adalah Tooru”

“----!!”

Beberapa orang bereaksi saat Imari menyebut nama Tooru.

[Sudah kuduga. Aku terus berpikir entah kenapa kau itu mencurigakan. Tapi aku sedikit mengerti, Kokonoe-kun cukup tampan] [Setuju] [Dia kurang berotot sih] [Abaikan]

“Kalian salah. Bukan karena wajahnya tapi, aku bisa akrab dengannya. Bicara dengannya itu mudah, dan yang kumaksud itu sangat mudah "

Miyabi merasa khawatir saat dia melihat Imari tersenyum sambil berbicara.

Dia mendengarkan obrolan itu diam-diam sedangkan denyut jantungnya meningkat.

“Yah, kami siswa sekolah cabang sama sekali tidak tahu kapan kami akan bertemu dengan siswa sekolah utama lagi saat sekolah tepi pantai ini berakhir, jadi aku akan menghindari hubungan serius. Yang lebih penting, aku punya hal yang harus kulakukan”

“Ah, itu kejam sekali. Imari punya sesuatu yang lebih penting dari diriku………..”

“Ahaha, jangan khawatir, dalam dunia ini, kau adalah yang paling kucintai♪”

Miyabi menjadi tenang setelah melihat Imari menjawab Miwa yang sedang bercanda.

Memiliki penampilan yang bisa membuat matanya terbelalak walaupun jenis kelaminnya sama, para gadis cantik Julie dan Lilith biasanya ada di sekitar Tooru. Ditambah lagi, Tomoe yang merupakan gadis cantik dengan aura dewasa sudah semakin mendekat memanfaatkan latihan pagi akhir-akhir ini.

Miyabi berpikir dia tidak punya jalan untuk melawan jika Imari, selain punya penampilan yang tidak patut dikritik, juga punya kepribadian riang dan menyegarkan mengikuti jejak mereka.

Karena itu wajar baginya untuk merasa tenang.

Benar-benar tidak punya rasa percaya diri, Miyabi tidak tahu kalau dia itu cukup populer di kalangan pemuda. [Gadis nomor 1 yang ingin kulindungi] [Payudara gadis yang ingin kubenamkan wajahku didalamnya peringkat 1], dia punya 2 titel agung.

“Bicara mengenai Kokonoe-kun. Miyabi-chan menyukainya juga, kan?”

“uuuh!?”

Kibitsu adalah orang yang mengatakan dahsyat dengan nada linglung.

Secara alami, Miyabi menjadi pusat perhatian.

“Mo-Mo-Momo-chan!? A-a-aku-----“

“Itu karena, kau sering bicara mengenai Kokonoe-kun. Dan kau sangat dekat dengannya kan”

Kibitsu tidak punya maksud jahat. Itu mungkin karena kepribadian linglungnya sehingga dia mengatakan apa yang dia pikirkan; ada waktu dimana hal bagus terjadi karena hal itu tapi; kata-kata yang dia katakan saat ini tidak membuat iyabi senang sama sekali.

“Dia itu te-teman. Me-me-memang benar kalau aku berikir dia lebih mudah diajak bicara dibanding yang lain sih……….!”

“Benarkah?”

“Un, un……….!”

*Puun**puun* Miyabi membuat anggukan yang besar tapi-----

“……….Iyah, semuanya sudah menyadari itu Hotaka. Sebetulnya, sikapmu itu jelas sekali”

Pandangan semuanya kembali lagi ke arah Miyabi dengan segera saat si gadis sekolah utama menggumamkan hal itu.

“Fuuee……….!?”

“Be-benarkah, Miyabi……?”

Orang yang paling dekat dengan Miyabi di tempat ini tapi di saat yang sama juga benar-benar tidak menyadari perasaan Miyabi pada Tooru------Tomoe bertanya kembali dengan ekspresi terkejut.

“Ah………..ah, uu………..err……… …………….”

Akhirnya wajah Miyabi menjadi merah, sebelum mengangguk tanpa suara.

Reaksi itu sama seperti mengakui kebenarannya dan bahkan Tomoe pun menyadari hal itu.

“Begitu, Miyabi menyukai Kokonoe……”

“Ahaha. Ternyata aku benar”

“U,uu…….errr, Momo-chan. Tolong rahasiakan ini dari Tooru-kun…….”

“Uun, tentu saja”

“<<Duo>> dan teman sekamarnya Kokonoe tidak boleh dilupakan dalam hal ini. Apa ada yang ingin kau katakan saat kau mendengar kata-kata tadi, Julie?”

Pandangan semuanya terfokus pada Julie saat si gadis sekolah utama berkata begitu.

Julie yang menjadi pusat perhatian-----

“………..*suu*………*suu*……..”

Dia tertidur.

Sebagian besar dari mereka hampir terjatuh dari kursinya saat mereka melihat dia tertidur.

“Ahaha…….hampir waktunya untuk pergi tidur”

Imari tersenyum kecut. Setelah dia melanjutkan kalimatnya dengan memberitahu semuanya untuk kembali ke tenda masing-masing karena masih ada hari esok, beberapa dari mereka memasang wajah tidak puas dan enggan tapi mereka masih mengangguk.

Tomoe keluar dari kafetaria sambil menarik Julie yang masih dalam keadaan setengah sadar.

Setelah itu, Kibitsu, Miwa dan yang lainnya keluar. Miyabi dan Imari berjalan di belakang mereka semua.

“Entah kenapa aku merasa kalau itu memang benar, tapi ternyata memang sama seperti yang sudah kuduga”

“U-unn………..”

“Fufu. Aku sangat mengerti perasaan itu. Jika aku berhasil pergi ke sekolah utama, kemungkinan besar aku akan………..uun, mungkin aku akan jatuh cinta padanya "

Miyabi memasang wajah terkejut saat Imari menyatakan hal itu.

“Aku baru saja mengatakannya tadi tapi, aku bisa akrab dengannya dan dia mudah diajak bicara, aku juga berpikir kalau kepribadiannya itu bagus……………dan, kupikir ini tidak berhubungan tapi, memang benar dia cukup keren”

“E-err………….”

“Tidak apa; kau tidak perlu terlihat gelisah begitu. Ini juga yang baru saja kukatakan, tapi aku punya hal yang harus kulakukan, dibandingkan dengan cinta”

Imari merasa dadanya sedikit sakit setelah menyelesaikan kalimatnya dan bilang pada dirinya sendiri kalau itu tidak bisa dihindarkan dan menyepakati hal ini.

Mungkin ada hari dimana dia akan menyesali pilihan ini.

Namun, Imari memutuskan untuk diam-diam mengakhiri perasaannya pada Tooru karena dia tidak punya waktu untuk bermesraan agar bisa mengabulkan keinginannya.

“E-err……Bolehkah aku bertanya apa yang harus Imari lakukan……..?”

“Ahh………Hnnn……….yah, aku tidak keberatan sih. Balasannya, tolong rahasiakan ini dari Tooru oke?”

Sambil bertanya-tanya mengapa nama Tooru disebut, Miyyabi mengangguk.

“Aku butuh uang. Sangat banyak, neh”

Miyabi terkejut mendengar kata-kata vulgar yang tidak bisa dilebihi kata-kata lainnya lagi.

Walaupun dia terkejut, dia menunggu kalimat selanjutnya. Walaupun dia baru mengenalnya selama beberapa hari, dia pikir pasti ada alasannya seseorang seperti Imari berkata seperti itu.

“Keluargaku bekerja di pabrik kecil tapi, bagaimana mengatakannya, mengurusnya sedikit sulit. Kami sering diberitahu kalau pabriknya lebih baik ditutp, tapi ayahku dan pekerja disina berkerja keras karena mereka tidak ingin menutup pabrik yang sulit dibangun oleh almarhum kakekku. Saudaraku dan aku sangat mencintai kakek, jadi kami sepakat untuk tidak menutup pabrik dan sering memikirkan cara untuk menolong mereka”

“Ah…… jadi kau menjadi seorang <<Exceed>> untuk hal itu……?”

“Bingo♪ Awalnya aku berpikir untuk mencari kerja saat aku lulus SMP. Orangtuaku menentang hal itu tapi aku ingin melakukan sesuatu------dan tiba-tiba di suatu hari. Seorang anggota organisasi Dawn datang dan memberitahuku tentang akademi Kouryou”

Karena keadaan itu, Imari memutuskan untuk pergi ke akademi Kouryou.

Jika dia bergabung dengan organisasi dawn setelah lulus nanti, ada kemungkinan untuk mendapat penghasilan yang cukup besar untuk merombak pabrik keluarganya. Selain itu, setelah bernegosiasi dengan pihak akademi, sebagian besar uang saku bulanannya dari akademi akan dikirim ke rumahnya.

“Jadi karena itu………. Sekarang aku mengerti mengapa kau bilang padaku untuk tidak memberitahu Tooru-kun……….”

“Melihat kepribadian Tooru, dia mungkin akan sangat khawatir mengenai hal itu walaupun dia tahu hal itu bukanlah masalah karena aku ada di sekolah cabang. Jadi, tolong rahasiakan hal ini”

Imari meletakkan telunjuknya di bibirnya dan tersenyum.

Miyabi menirunya dan tersenyum juga.

Dia tersenyum sambil menyembunyikan rasa kagum pada gadis sebaya dengan kepercayaan kuat di hatinya.

“Dengan demikian, menjadi lebih kuat itu lebih penting dari cinta, yang membuatku wanita berotak otot yang menyedihkan………..karena itulah Miyabi, ada orang lain yang harusnya lebih kau khawatirkan daripada aku”

Walaupun 3 wajah muncul di pikiran Miyabi, Imari sebenarnya merujuk pada Lilith. Itu karena dia sudah menunjukkan rasa tertariknya pada Tooru beberapa kali tanpa mempedulikan pandangan publik.

Tomoe bisa dibilang punya hubungan yang bagus dnengan Tooru tapi dia terlihat seperti seorang teman dan walaupun Imari pada awalnya terkejut mengenai Julie yang punya hubungan <<Duo>> dengannya,dia bisa sedikit mengerti hubungan mereka yang sebenarnya hanya dalam beberapa hari.

Mereka saling percaya satu sama lain dan walaupun jarak diantara mereka itu dekat, perasaannya tidak berbeda dari sebuah keluarga.

Begitulah; selain Tomoe, perkiraan Imari saat ini bisa dibilang cukup tepat.

--Tentu saja, dia tidak tahu perubahan seperti apa yang bisa terjadi di masa depan.

“Yah, Tooru mungkin musuh yang paling kuat. Bagaimana mengatakannya ya, dia sedikit bodoh atau kurang peka………….”

Setelah melihat Imari menghela nafas, Miyabi tersenyum kecut saat dia mengingat beberapa peristiwa dulu.

“Semoga beruntung, Miyabi. Dia tidak akan menyadarinya kalau kau tidak menunjukkannya”

Miyabi mengangguk, saat Imari mengedipkan matanya.

“A-aku akan berusaha lebih keras………….errr, Imari-chan…..Terima kasih”

“Sama-sama. Miyabi, Berjuang♪”

“U-un……..!”




Setengah jam berlalu sejak para gadis kembali ke tenda masing-masing setelah obrolan cinta.

Sebagian besar siswa sudah mematikan lampu dan mulai tidur.

Tenda Tomoe dan Miyabi juga diselimuti kegelapan tapi------

“……..Miyabi. Kau masih bangun?”

“………….Uun, ya”

“Tidak err……….me-mengenai obrolan tadi. Err………..mengenai Mi-miyabi menyukai Kokonoe……..”

“U-un….kurasa itu memang benar…….”

Anggukan Miyabi dapat terasa dalam kegelapan.

“Begitu……….”

Tomoe mengakui kalau dia tidak peka terhadap perasaan yang berhubungan dengan cinta.

Walaupun begitu dia hanya bisa terkejut saat dia tahu kalau temannya, yang makan dan tidur bersamanya selama 3 bulan, punya rasa sayang pada teman laki-laki yang paling dekat dengannya.

Namun, sekarang setelah dia sedikit lebih tenang karena beberapa waktu telah berlalu, Tomoe ingin memastikan lagi.

“Berjuanglah, Miyabi. Aku akan mendukungmu”

“Eh…………? Ah…………U-un…….aku akan melakukannya, tapi………”

Setelah mendengar kata-kata Tomoe, Miyabi menjawab tajam-----

“Benar tidak apa-apa……?”

Dia bertanya dalam ambang kebingungan.

“Tentang apa?”

“U-uun, tidak ada sama sekali. Ahaha………”

Menjawab dengan nada penasaran, Miyai menggelengkan kepalanya meski dalam gelap.

“------? Yah lupakan saja. Pokoknya, kau bisa bilang padaku kalau ada hal yang bisa kubantu. Walaupun itu harus ada dalm kemampuanku oke”

“Unn………terima kasih, Tomoe-chan”

“Umu……….tapi, jangan mengharapkan strategi bagus dariku oke? Sepertinya aku juga lamban dalam hal cinta”

Miyabi tertawa kecil mendengar pengakuan Tomoe. Tomoe juga tertawa bersamanya.

Tak lama kemudian, keduanya mengakhiri obrolan mereka setelah mengucapkan selamat malam sampai besok.

Dalam kegelapan, Miyabi mengingat dengan jelas obrolan yang baru saja dia alami.

(Apa itu hanya kesalahpahamanku saja……..?)

Menurut penilaian Miyabi, dia kira Tomoe seharusnya punya ketertarikan yang cukup terhadap Tooru.

Tapi dinilai dari nada bicara Tomoe, dia tidak bisa merasakan sedikitpun perasaan itu.

Itu membuat Myabi meraasa lega.

Itu karena dia jelas mengerti pesona yang dimiliki si gadis, Tachibana Tomoe, karena dia dekat dengannya.

(Aku tidak boleh lega dulu. Masih ada Lilith-san dan Julie-chan…….aku harus maju lebih jauh, seperti yang dikatakan Imari-chan……..Berjuanglah, diriku……..!)

Miyabi mengepalkan erat tinjunya dan berikrar untuk berusaha sedikit lebih keras mulai besok.

Walaupun matanya terpejam, Tomoe memunggungi Miyabi dan masih belum bisa tidur.

(…………..Miyabi menyukai Kokonoe ya. Mengapa aku tidak menyadarinya………..)

Dia bisa setuju setelah mengingat beberapa kejadian.

Nama Tooru sering keluar dari mulut Miyabi, dan seingatnya Miyabi jarang bicara dengan pemuda lain selain Tooru. Walaupun dia sedikit berbasa-basi dengan Tora dan Tatsu, Tooru pasti ada di sekitar area itu saat hal itu terjadi.

(Kokonoe dan Miyabi ya……….)

Pendiam dan pemalu. Tomoe berdoa agar cinta si gadis yang berusaha keras itu terbalas.

Periang dan baik hati, walaupun si pemuda sedikit tidak peka, dia sering memikirkan rekannya; dia berharap mereka saling mencintai. Sampai wajah Tooru muncul di pikirannya.

*Tokun*…….

(-----apa ini?)

Detak jantungnya menjadi sedikit lebih cepat.

Dia juga merasa nafasnya menjadi sedikit tidak teratur.

Tomoe mencapai suatu kesimpulan setelah memikirkan kondisi tubuhnya.

(Aku mungkin mengkhawatirkan Miyabi melebihi apa yang kupikirkan………)

Tapi, memikirkan hal seperti itu tidak ada gunanya saat ini.

Setelah Tomoe menyerah untuk memikirkan hal itu dan memutuskan pergi tidur, dia menyerahkan tubuhnya dalam rasa kantuk yang secara bertahap semakin kuat.

*Tokun**Tokun**Tokun*…….

Tomoe tidak menyadari alasan jantungnya berdetak kencang.



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Permainan dimana peserta mengejar peserta, semacam permainan polisi mengejar penjahat.


Sebelumnya Bab 3 Kembali ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 5