Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1 Soal Kedua

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Soal Kedua

Tuliskan sebuah idiom yang memiliki arti mendekati kalimat berikut:

(1) Gagal dalam bidang keahlian.

(2) Sial melulu.


Jawaban Himeji Mizuki:

(1) "Seekor kera dapat jatuh dari pohon"

(2) "Atap bocor di hari hujan"

Komentar Guru:

Benar. Ada beberapa jawaban lain untuk pertanyaan bagian pertama, seperti, “Kuda hilang kuku kaki depannya”, dan “Bahkan ikan tenggelam”; Jawaban lain untuk bagian kedua misalnya, “Kejadian baik tidak pernah datang, kejadian buruk tidak pernah berakhir,” dan “Satu tahun penuh kesialan,” dan sebagainya.

Syokanju Yoshii Akihisa


Jawaban Tsuchiya Kouta

(1) "Bahkan kuda dapat jatuh dari atas pohon"

Komentar Guru:

Itu adalah pemandangan yang luar biasa.


Jawaban Yoshii Akihisa:

(2) "Atap bocor dan tanah longsor pada saat bersamaan"

Komentar Guru:

Bukankah itu terlalu tidak beruntung?





"Apa ... Bukankah ruangan ini terlalu besar untuk sebuah ruangan kelas?"

aku melangkah ke lantai tiga yang tidak sempat kukunjungi tahun lalu, melihat sebuah kelas lima kali lebih besar dari biasanya tepat di depan mataku.

Inikah Kelas A yang sering orang bicarakan? Coba kita lihat apa yang ada di dalam sana.

"Selamat! kalian berhasil melanjutkan ke kelas dua. Nama saya Takahashi Youko, dan saya adalah guru wali kelas untuk Kelas A. Senang bertemu anda."

Aku berhenti dan melihat ke dalam kelas melalui jendela besar, ada seorang wanita yang kelihatan cerdas dengan kacamata berdiri di depan kelas. Rambut diikat ke belakang dan berdandan rapi dalam setelan jas.

Ketika dia berhenti berbicara, namanya tidak ditulis di papan tulis. Malahan, muncul pada TV plasma yang besar hingga menutupi seluruh dinding. Betapa mewahnya! Berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk itu?

"Pertama-tama, periksalah barang-barang yang telah diberikan kepada anda. Setiap orang seharusnya memiliki laptop, AC pribadi, kulkas-mini, sofa, dan lain-lain. Apakah semua berfungsi dengan baik?"

Ada lebih dari sekadar ruangan, fasilitas, dan peralatan mewah yang cukup untuk 50 orang siswa.

Setiap kulkas dipenuhi dengan cemilan dan minuman ringan. Setiap siswa memiliki AC sendiri, yang bisa mereka atur suhunya berapapun yang mereka mau.

Jika melihat ke sekeliling kelas, kau akan memerhatikan bahwa langit-langitnya terbuat dari kaca. Lukisan-lukisan mahal digantung di dinding, dan ada tanaman hias di dalam ruangan. Desain interiornya tampak seperti lobi sebuah hotel bintang lima.

"Selain buku pelajaran dan buku tambahan, makanan dan minuman di kulkas disediakan oleh sekolah, gratis. Jika anda butuh fasilitas atau peralatan tambahan, silahkan jangan sungkan untuk memberitahu kami."

Aku bisa mencium wangi kōcha, tampaknya ada siswa yang telah membuat beberapa.

"Sekarang, perkenalkan ketua kelas kita. Kirishima Shouko, silakan maju ke depan."

"Ya."

Orang yang berdiri dan menjawab panggilan adalah seorang gadis dengan rambut hitam yang panjang. Penampilannya mirip boneka Jepang.

Dia adalah seorang gadis memiliki wajah cantik dan aura bermartabat yang membuatnya terlihat bebas dari urusan duniawi.

Semua orang di kelas itu melihatnya.

Ketua kelas ---- adalah orang yang mendapat nilai tertinggi dalam ujian pembagian kelas.

Dengan kata lain, orang terpintar di Kelas A juga merupakan orang terpandai di seluruh kelas dua; ini menjelaskan mengapa dia menerima begitu banyak perhatian dari orang lain.

"Nama saya Kirishima Shouko, senang bertemu kalian."

Meskipun semua orang sedang menatapnya, dia masih memperkenalkan diri seperti biasa.

Tampak semua orang menatap matanya, tapi ketika aku melihat dengan cermat, mereka semua perempuan. Sepertinya rumor yang beredar itu benar!

Dia sangat terkenal begitu mendaftar ke sekolah ini. Semua orang tahu betapa cantiknya dia, dan banyak orang ingin memacarinya. Namun, tidak satupun dari mereka pernah berhasil.

Sejak saat itu, ada rumor mengatakan dia sebenarnya menyukai sesama gadis ----- Aku melihat ada asap karena api!

"Semua orang di Kelas A, bekerja samalah dengan Kirishima mulai sekarang hingga akhir tahun ajaran kedua dan belajar tekun bersama-sama! 'PERANG' sudah dimulai dari sekarang, jangan kalah dengan kelas lain!"

Guru wali kelas menyudahi pidato, Kirishima membungkuk dan kembali ke tempat duduknya.


Oh tidak, aku harus buru-buru ke kelasku.

Aku lekas berjalan menyusuri koridor dengan kecepatan yang sangat cepat.




Aku berdiri di bawah tanda dengan tulisan “Kelas 2-F” tertera di sana, dan ragu.

Apakah datang terlambat ke kelas akan memberikan teman sekelasku kesan pertama yang buruk?

Apakah ada orang di kelas yang jorok, menyeramkan, atau susah diatasi?

Teman-teman macam apa yang akan bersamaku selama satu tahun ke depan? Semakin kupikirkan, semakin gugup jadinya.

“oke deh, paling gue terlalu khawatir doang.”

Aku cuma terlambat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Lagian, kita teman sekelas; tidak ada perlu ditakutkan! Mungkin saja mereka yang khawatir padaku, jika aku tidak masuk karena sakit (sebenarnya, aku bangun kesiangan).

Tenang saja, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Aku harus percaya pada temanku, aku harus bekerja sama dengan mereka mulai dari sekarang.

Setelah memantapkan pikiran, kudorong pintu hingga terbuka dan kusapa teman-teman di kelas dengan suaraku yang paling halus.

"Maaf aku terlambat ♪."

“Cepat dan duduk, loe idiot!”

Imej sempurnaku hancur!


“loe ga denger apa yang gue bilang?”

Orang ini kasar sekali. Menjadi guru tidak memberikanmu hak untuk berbicara seperti itu.

Aku menatap tajam orang yang berdiri di atas podium itu.

Ternyata dia tinggi, mungkin hampir 180 cm. Tubuhnya atletis seperti petinju. Perlahan kuarahkan pandangan ke atas, aku melihat sepasang mata yang terisi semangat api membara, wajah yang liar dan tampan, dan rambut cepak di kepalanya yang kelihatan seperti rambut singa.

“Yuuji, ngapain loe?”

Orang ini bukan guru; dia adalah teman dekatku, Sakamoto Yuuji.


“Karena guru datengnya telat, gue mengambil tempatnya.”

“loe nggantiin guru? loe? Kenapa?”

“gatahu kenapa, nilai gue yang paling tinggi di kelas F.”

“Jadi itu yang bikin loe jadi ketua kelas?”

“Itu benar.”

Yuuji tersenyum licik. Setelah mendengarkan apa katanya, aku ikut tersenyum. Karena, jika aku bisa mengatasi Yuuji, tidak ada yang bisa menghentikanku melakukan apapun di kelas ini.

"nah karena itu, semua orang di kelas ini jadi bawahan gue." Yuuji dengan bahagia mengabaikan teman sekelas yang duduk di lantai.


Ya, semua orang duduk di lantai. Mengapa? Jawabannya sederhana, tidak ada kursi.


"ngomong-ngomong, kelas ini bener-bener pas disebut kelas F."

Aku seharusnya mencari tempat dulu dan duduk.

"Maaf, permisi." Tiba-tiba, suara lemah terdengar dari belakangku. Seorang pria tua tidak tampak intelek, mengenakan kemeja kusut dengan rambut berantakan berdiri di sana.

“Sekarang jadwalnya pertemuan wali kelas; apa bisa saya menaruh kursi di situ?”

Karena dia tidak mengenakan seragam, dan jelas bukan remaja, mungkin dia adalah guru wali kelas kami.

"Roger."

"Oke."

Yuuji dan aku menjawab masing-masing dan kembali ke tempat duduk kami.

Guru tersebut menunggu hingga kami duduk, kemudian berdiri di podium dan berbicara perlahan.

“Selamat pagi semuanya, nama saya adalah Fujihara Shin; Saya akan menjadi guru wali kelas untuk Kelas 2-F. Senang bertemu kalian.”

Semula Fujihara-sensei ingin menulis namanya di papan tulis kotor, tapi dia tidak bisa karena alat tulisnya tidak ada. Oh! Sekolah tidak menyediakan kapur tulis?!

“Apakah semuanya memiliki meja Jepang dan satu bantal? Tolong angkat tangan bila tidak ada.”

Ada sekitar lima puluh murid di kelas kecil ini tanpa meja tulis yang layak. Hanya ada tatami, meja Jepang(meja yang sangat kecil dan biasanya dipakai untuk meja tamu) dan bantal untuk duduk. Fasilitas parah sekali. Aku sudah mendengar tentang ini semenjak tahun pertamaku, tapi mengalaminya sendiri sungguh mengejutkanku.

“Sensei, bantal gue nggak ada kapasnya.”

Ada banyak murid yang mengeluh tentang peralatan rusak.

“Aku mengerti. Pasrah saja.”

“Sensei, kaki mejaku rusak.”

“Bukannya tadi mereka memberi lem? Lem sendiri nanti.”

“Sensei, udara dingin masuk dari jendela yang pecah.”

“Aku mengerti. Nanti akan kulaporkan ke sekolah dan meminta kantung plastik dan lakban untuk memperbaikinya.”

Di ujung ruangan ada laba-laba yang dengan bebas membuat sarang, dan tidak ada satu titik pun di dinding yang bersih atau tanpa coretan. Ini parah; apakah ini bangunan tak berpenghuni?

“Jika ada perlu yang lain, urus sendiri…”

Ada bau jamur semerbak di kelas; pasti datangnya dari bawah tatami-tatami tua ini.

“Mari kita mulai perkenalan diri. Kita akan mulai dari orang yang duduknya di samping koridor.”

Ketika Fujihara-sensei selesai bicara, salah satu murid berdiri dan memperkenalkan diri.

“Nama saya adalah Kinoshita Hideyoshi, anggota klub drama.”

Itu Hideyoshi yang berbicara.

Dia memiliki gaya yang unik saat berbicara. Dengan tubuh langsing dan rambut yang diikat longgar sebahu, sekilas ---- Tidak, bahkan ketika aku melihatnya dengan cermat, kemanisannya bisa dengan mudah membuatku, seseorang yang sudah mengenalnya, berpikir bahwa dia adalah perempuan. Benar, itu adalah Kinoshita Hideyoshi, teman sekelasku tahun lalu.

Di samping itu, jika dia berpakaian dalam seragam wanita dan mengubah cara bicaranya, dia jelas akan diperlakukan sebagai perempuan. Ini bisa dengan mudah terjadi di kelas yang dipenuhi cowok bau seperti ini.

“Begitulah, senang bertemu kalian.”

Hideyoshi tersenyum halus, dan mengakhiri perkenalan dirinya. Sangat ... sangat MANIS! Tunggu sebentar, Yoshii Akihisa, jangan jatuh hati padanya! Dia seorang pria!

"Tsuchiya Kouta..."

Ketika aku masih menggumamkan peringatan yang telah kuberikan pada diriku sendiri beberapa kali tahun lalu, siswa berikutnya sudah mulai memperkenalkan diri.

Siapa barusan? Ah, aku kenal orang ini juga.

Tsuchiya masih pendiam seperti biasa. Dia tidak memiliki tubuh besar, tapi dari ototnya kau bisa tahu bahwa dia bagus di bidang olahraga. Walau begitu aku tidak tahu kenapa dia pemalu. Apa mungkin karena dia tidak ingin mencolok dan terlibat masalah? Nah, ada segala macam orang di dunia.

Tetapi, aku hanya melihat cowok di dalam kelas. Apakah murid perempuan selalu sedikit di kelas terburuk?

"...adalah namaku. Aku besar di luar negeri. Walau bisa berbicara bahasa Jepang, tapi membaca huruf kanji masih susah buatku."

Selagi aku termenung, perkenalan lain dimulai.

“Kemampuan bahasa Inggrisku jelek karena aku besar di Jerman. Hobiku ---“

OH! Seorang gadis kali ini; dia adalah harta berharga bagi seluruh kelas. Akhirnya, setidaknya ada satu perempuan di kelas ini.

"Hobiku adalah menghabisi Yoshii Akihisa☆."

Siapa itu?! Yang punya hobi ekstrem dan berbahaya ini?

"Hai---"

Orang yang sedang tersenyum dan melambai padaku adalah...

"Shi-Shimada, loe!"

"Yoshii, kita sekelas lagi tahun ini."

Orang lain lagi yang kukenal, serta musuh alamiku dari tahun lalu... Shimada Minami.


Kenapa? Kenapa ada begitu banyak orang yang kukenal berada di kelas yang sama denganku?

Bukankah itu aneh? Apakah ini contoh dari, “Kawanan burung tidak akan lepas dari kawanannya?” Aku tidak percaya bahwa aku sebenarnya di kelas yang sama dengan mereka!

"Salam kenal."

Oke, kelihatannya orang di depanku baru saja selesai dan sekarang adalah giliranku.

Aku mengambil napas dan bangkit dari lantai.

Mari kita mulai perkenalan diriku! Kesan pertama sangatlah penting. Agar dapat membuat banyak teman baik, aku akan menekankan bahwa aku adalah orang positif dan optimis.

Tiba-tiba ada ide yang melintas di benakku. Aku memutuskan untuk menggunakan lelucon segar sebagai awal perkenalanku. Aku berusaha yang terbaik untuk bicara dalam gaya yang lucu, dan memulai perkenalan diri.

"Nama gue adalah Yoshii Akihisa; silahkan panggil gue 'Sayang.'"


"SA--YAAAANG!"


Paduan dari suara-suara cowok menjijikkan jauh melebihi dari apa yang pernah kubayangkan.

“Maaf, gue gajadi ngomong gitu! Senang bertemu kalian.”

Walau harus tersenyum palsu dan kembali ke tempat duduk, aku masih merasa aku akan muntah. Aku tidak pernah membayangkan kalau mereka benar-benar akan memanggilku demikian. Kelas F memang parah!

Karena perasaanku berkecamuk, rasanya perkenalan diri tidak kunjung berakhir.

Tepat ketika aku hampir jatuh terlelap karena perkenalan nama yang monoton, seseorang membuka pintu. Seorang perempuan berdiri di pintu masuk, meletakkan tangannya di dada sambil mencoba menarik napas.

"Sa, saya minta maaf… Saya terlambat.”

"Apa!?"

Semua orang berteriak, tapi ini sudah terduga. Jika sesuatu seperti ini terjadi, siapapun akan terkejut.

“Sebenarnya kau datang di saat yang tepat. Kita sedang memperkenalkan diri sekarang. Silahkan perkenalkan dirimu ke kelas, Himeji.”

“O-OK! Nama Saya Himeji Mizuki, senang bertemu kalian.”

Himeji Mizuki, murid tercantik dan terpintar di Kelas F

Himeji mengeluarkan suara yang lebih kecil dari tubuh mungilnya. Kulitnya seputih salju baru. Rambut panjang dan lembut sepunggungnya menunjukkan sifat lembut pemiliknya. Dengan kemanisan wajahnya, dia sungguh menonjol di kelas yang dipenuhi cowok.

Tetapi, bukan karena dia cantik semua orang terkejut.

“gue mo nanya!”

Seorang cowok yang telah memperkenalkan diri mengangkat tangan kanannya.

“Ah, ada apa?”

Dihujani pertanyaan segera setelah masuk ke dalam kelas, Himeji tidak bisa menyembunyikan kekagetan dan kegugupannya, tapi tindakannya ini mengingatkanku pada hewan mungil yang lugu. Itu sangat lucu.

"Kenapa loe di sini?"

Itu pertanyaan pertama yang tidak sopan.

Tapi aku yakin, semua orang di sini memiliki pertanyaan yang sama.

Kecantikannya memang menarik perhatian, tapi yang menjadi masalah dia seharusnya memiliki nilai sangat tinggi. Dia merupakan murid dengan nilai tertinggi kedua ketika ujian masuk pertama, dan selalu berada di peringkat sepuluh besar.

Siswi sebaik dia seharusnya tidak berada di kelas F. Tidak masalah kepada siapa pun kau bertanya, jawabannya sudah pasti: dia harusnya di kelas A.

"Anu..."

Dengan wajah gugup terlihat di wajahnya, badannya menegang, dan dia bilang:

“saya sakit demam saat ujian pembagian kelas…”

Setelah mendengar itu, seluruh kelas mengangguk seakan berkata “Jadi begitu.”

Meninggalkan di tengah-tengah ujian akan berakhir dengan kegagalan. Dengan kata lain, dia tidak menyelesaikan ujian pembagian kelas tahun lalu, makanya dia ditempatkan di kelas F.

Mendengar jawaban Himeji, banyak orang di kelas mulai mengatakan alasan mereka sendiri.

“Setelah kupikir-pikir, aku ditempatkan di kelas F karena demam juga.”

“Ya, karena kimia, kan? Itu memang susah.”

“gue nggak ngerjain dengan baik gara-gara gue denger kakak gue kecelakaan.”

“Diamlah, dasar penipu.”

“Pacar gue bikin gue nggak bisa tidur semalaman sebelum ujian.”

“Itu adalah kebohongan terbesar yang pernah gue dengar.”

Orang-orang ini lebih idiot dari yang bisa kubayangkan.

“Senang… senang bertemu kalian.”

Selama murid-murid diskusi dan berisik, Himeji berjalan ke tempat kosong di antara Yuuji dan aku. Aku tidak pernah bermimpi akan berada di kelas yang sama dengannya, lebih-lebih duduk di sebelahnya. Jujur saja, jantungku berdegup sangat kencang. Dia benar-benar cantik, dan itu membuatku berpikir bahwa menerimanya di kelas seberisik ini sebenarnya merupakan sebuah kejahatan.

“saya takut…”

Himeji mendesah dan tiuran di atas meja ketika mencapai tempat duduknya.

Hebat! Karena kami duduk begitu dekat bersama-sama, ini adalah kesempatan besar untuk berbicara! Cinta kami akan bermula dari kejadian ini, dan akhirnya kami akan menjadi sepasang kekasih yang ditakdirkan. Itu benar, kalimat pertama akan menjadi kunci untuk pintu kebahagiaan dan masa depan kami bersama.

"Hime-"

"Himeji."

Yuuji, yang duduk di sampingku, berbicara dan mengeraskan suaranya di atasku. Sialan kau Yuuji! Rencana masa depanku "Dari teman sekelas ke karpet merah pernikahan---pertemuan musim semi kami--- Enam ratus lima puluh empat episode" berakhir tanpa bermain selama lebih dari dua menit! Apa yang harus kutunjukkan kepada penonton untuk 653 jam lima puluh delapan menit selanjutnya!?

“Y-ya? Ada apa?”

Himeji melihat Yuuji, panik, dan berhati-hati meluruskan roknya. Apakah karena duduk di bantal membuatnya gampang kusut?

“Nama gue Sakamoto, Sakamoto Yuuji, senang berkenalan denganmu.”

“Ah, saya Himeji, senang bertemu denganmu.”

Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam dan memberikan salam hormat. Pendidikan keluarganya pasti sangat baik.

"loe masih merasa sakit?"

"gue juga pengen tahu." Aku sengaja memotong ke dalam percakapan. Aku duduk di sampingnya selama pemeriksaan pembagian kelas, dia tidak terlihat terlalu baik waktu itu. Aku bertanya-tanya apakah ia merasa lebih baik sekarang.

"Yo-Yoshii?" Himeji terkejut ketika dia melihat wajahku. Apakah kau harus sangat terkejut seperti itu? Apakah wajahku yang jelek? Ini...

"Himeji, maaf wajah jelek Akihisa menakutkan buat loe."

Apa? Apa yang terjadi di sini? Mungkin Yuuji berusaha untuk menyelamatkan posisiku, tapi ia hanya membuatnya lebih buruk.

"Itu ... Itu nggak bener. Loe liat, mata gue penuh dengan energi, wajah gue ramping dan indah! gue nggak jelek sama sekali! cuman gue.."

“gara-gara inget itu, wajah loe nggak keliatan buruk sama sekali. Sebenarnya, gue tahu ada orang yang tertarik sama loe!"

Apa? Aku tidak pernah membayangkan bahwa Yuuji memiliki informasi bagus seperti itu. Aku perlu mengkonfirmasi hal ini.

"Eh? Siapa..."

"Siapa ... Siapa?"

Suara Himeji menutupi suaraku. Yah, itu tidak jadi masalah karena kami mengajukan pertanyaan yang sama. Sepertinya gadis di usia ini tertarik pada topik seperti ini.

"gue inget. Namanya Kubo ---"

Kubo? Siapa gadis dengan nama Kubo?

"Toshimitsu, kalau nggak salah!"

Kubo Toshimitsu -> ♂ (Jenis Kelamin/ PRIA)

"......"

"Akihisa, loe nangis diam-diam?"

Aku ternoda sekarang, tidak bisa lagi menjadi mempelai pria.

"Jangan khawatir, setengah dari itu lelucon."

"Apa? Bagaimana dengan separuh lainnya?"

"Oh, Himeji, loe udah ngerasa sehat sekarang?"

"Ya, saya sehat sekarang."

“Yuuji, bagaimana dengan setengah lainnya?"

Karena Yuuji mengabaikan aku, aku mengeraskan suaraku untuk mendapatkan perhatiannya.

"Kalian yang di sana, diamlah."

Guru mengetuk meja beberapa kali, sebagai peringatan.

"Maaf ---"


(Suara Hancur)


Tiba-tiba, meja guru runtuh ke dalam pecahan kayu. Mejanya bahkan tidak bisa menahan beberapa ketukan, seberapa buruk keadaan kita di kelas ini?

"... Saya akan mengambil meja baru untuk menggantinya. Harap bersabar.."

Sang guru merasa malu dan cepat melangkah keluar dari kelas.

Sekali lagi aku menyadari betapa buruknya peralatan kami.

"Ahaha..."

Himeji memiliki senyum yang dipaksakan di wajahnya.

Melihatnya seperti ini mengingatkanku bahwa orang-orang seperti Yuuji dan aku memang pantas untuk belajar di kelas seperti ini, tetapi pasti sulit sekali bagi siswi seperti dirinya.

Yah, adalah kesalahan kami sendiri karena tidak berhasil dengan baik dalam ujian. Mampu menjaga kesehatan sendiri adalah semacam kekuatan juga. Tapi ditempatkan di Kelas F hanya karena meninggalkan ujian karena sakit itu konyol. Seharusnya mereka memberinya kesempatan lain.

Kemarahan terhadap ketidakadilan pembagian kelas pemeriksaan berputar-putar di dalam pikiranku. Jika memang itu masalahnya, kita harus berusaha yang terbaik dalam mendapatkan peralatan yang lebih baik untuk Himeji.

Aku berbicara dengan ketua kelas yang sedang menguap saat ini, "Yuuji, sini."

"mau apa loe?"

"Kita nggak bisa nggak bisa ngobrol di sini, ayo ke koridor."

"Oke."

Aku berdiri dan berjalan menuju koridor. Pada saat itu, Himeji dan aku entah bagaimana membuat kontak mata.

"Nah, ada apa?"

Saat itu sedang pertemuan wali kelas dan tidak ada seorang pun di koridor, jadi kami bisa berbicara dengan bebas.

"Tentang kelas ini ..."

Tentu saja maksudku kelas yang ini, yang mana lagi?.

“Ruangan kelas F? ternyata lebih ancur dari yang gue bayangin."

"loe juga mikir gitu, kan?"

"tentu aja."

"loe udah liat peralatan Kelas A?"

"Ya. beda banget dari kita. gue belom pernah liat kelas kayak gitu sebelumnya..."

Di satu sisi adalah ruang kelas dengan papan tulis penuh retakan, bahkan tanpa ada kapur. Di sisi lain ruang kelas dengan TV plasma mahal. Tidak ada yang bisa menerima diskriminasi perlakuan seperti ini, kan?

"gue punya ide. Karena kita udah kelas dua , kita bisa ngajuin 'Perang Tes Syokanju!'"

"Perang?"

"Ya, dan musuhnya kelas A."

"Kenapa?"

Tiba-tiba, Yuuji menatapku dengan sikap serius.

"nggak ada alasan khusus, cuman kelas kita benar-benar buruk."

"Jangan bohong ke gue. orang kayak loe, yang bahkan nggak pengen belajar, sekarang pengen perang demi fasilitas? Kalo kelas kita menang undian, itu masih lebih mungkin."

Sial! Indra keenamnya masih sebagus dulu.

”nggak, nggak, bukan gitu! kalo gue nggak pengen belajar, gue gabakal masuk sekolah ini ---"

"loe milih sekolah ini karena bayarannya murah dan reputasinya bagus di perguruan tinggi, kan?"

Tidak! Aku telah menjelaskan alasanku sebelumnya.

"Ah... Itu... Itu soalnya...."

Apa yang harus aku katakan? Aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik.

"Ini karena Himeji, kan?"

Astaga!

Karena alasanku yang sebenarnya telah dia ketahui, aku tak sengaja panik dan menegangkan punggung.

"gimana ... gimana loe tahu?"

"loe itu simpel banget. gue cuma nebak dikit, trus loe sendiri yang bilang."

Mata yang tampak waspada itu menghilang, digantikan oleh senyuman Yuuji. Aku telah ditipu!

"bukan itu satu-satunya alasan gue..."

"Ya, ya, loe nggak usah ngomong apa-apa lagi, gue udah ngerti."

"gue bilang ini nggak kayak yang loe pikirin!"

Sial! Aku bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan orang ini.

"Jangan kuatir, bahkan kalo loe nggak nyaranin ini, gue udah punya rencana buat perang lawan kelas A."

"Hah? Kenapa? Yuuji, loe juga nggak suka belajar kayak gue, kan?"

Itu sebabnya dia tidak peduli tentang peralatan kelas.

"gue cuma pengen mbuktiin kalo nilai bukan segalanya."

"?"

"gue bahkan udah punya rencana buat ngalahin Kelas A ---- Oh, gurunya balik! Ayo masuk ke kelas."

Yuuji mendesakku ke dalam kelas.

"Mari kita lanjutkan dengan perkenalan diri."

Setelah membawa pada meja baru (yang satu ini tampak sangat buruk juga), pertemuan wali kelas berlanjut.

"Nama gue Sugawa Ryou, hobi gue adalah ---."

Pengenalan monoton seperti biasa.

"Sakamoto, kau yang terakhir."

"Roger."

Yuuji menjawab panggilan guru dan bangkit dari tempat duduknya.

Dia terus menjaga sikap bercanda biasanya dan berjalan perlahan menuju podium, dengan martabat seorang pemimpin kelas.

"Sakamoto adalah ketua kelas F, kan?"

Menghadapi pertanyaan Fukuhara-sensei, Yuuji menjawab dengan anggukan.

Itu adalah pasangan yang sempurna, ketua kelas terburuk untuk kelas terburuk. Alih-alih mengatakan itu suatu kehormatan, sebenarnya mungkin itu sesuatu yang memalukan.

Tapi Yuuji tidak berpikir seperti itu. Dia berdiri penuh percaya diri di podium dan menatap kami.

"gue ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji. loe semua bisa manggil gue Sakamoto, atau ketua kelas.."

Sebagian besar siswa di kelas tidak benar-benar peduli siapa dia, karena dia hanya salah satu dari banyak idiot di Kelas F. Kebanyakan berpikir seperti maling teriak ketel hitam.

"Sekarang, gue punya pertanyaan buat loe semua."

Dia menatap mata semua orang, dan berbicara perlahan.

Mungkin karena dia mendapatkan waktu yang tepat, semua orang menatapnya sekarang.

Ketika dia memastikan sudah mendapat perhatian semua orang, matanya pindah ke setiap sudut kelas.


Sebuah kelas dengan bau jamur.


Bantal tua dan kotor.


Meja kayu kecil gaya Jepang dengan kotoran yang tersisa dari keringat.


Kami mengikuti pandangannya, melihatnya satu per satu.

"Kelas A nggak cuman punya AC, tapi juga punya kursi empuk."

Dia mengambil napas dalam-dalam, dan berkata:

"apa loe puas?"

"ya nggaklah!"


Tangisan dari jiwa-jiwa setiap anggota di Kelas F terdengar melalui koridor.

"Bener, kan? bahkan gue nggak puas sama situasi ini. Sebagai ketua kelas, gue ngeliat masalah besar di sini."

"Itu benar!"

"nggak peduli semurah apa bayarannya, nggak bener ngebiarin kita make fasilits kayak gini! Kita harus ngomong sekolah buat memperbaikinya!"

"kita bayar jumlah yang sama kayak kelas A, tapi kita diperlakukan terlalu berbeda!"

Komplain datang dari setiap sudut kelas.

"Kalian bener. Karena itu ...."

Puas dengan reaksi dari teman sekelas, Yuuji menunjukkan senyum tanpa takut di wajahnya.

"... Sebagai ketua kelas, gue punya usul."

Sambil menampilkan taring harimaunya pada teman-teman, dia menyatakan:

"gue punya rencana buat ngajuin 'Perang Tes Syokanju' lawan kelas A."


Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji, telah menyulut api perang.


Previous Page Soal Pertama Back to Halaman Utama Next Page Soal Ketiga