Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1 Soal Ketiga

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Soal Ketiga

Terjemahkan kalimat berikut dalam bahasa Jepang:

“Ini adalah rak buku yang sering nenek saya gunakan.”


Jawaban Himeji Mizuki:

"これは私の祖母が愛用していた本棚です." (Ini adalah rak buku yang sering nenek saya gunakan)

Komentar Guru:

Benar. Kau pasti sudah belajar giat!

BTS vol 01 037.jpg


Jawaban Tsuchiya Kouta:

"これは" (Ini)

Komentar Guru:

Kau hanya tahu untuk menerjemahkan “Ini”?


Jawaban Yoshii Akihisa:

"☆●◆∇┐♪*×"

Komentar Guru:

Gunakan bahasa manusia untuk menjawab soalnya.




Mendeklarasikan perang melawan Kelas A.

Usulan ini kedengaran terlalu tidak nyata bagi Kelas F.

“Mustahil bagi kita untuk menang!”

“Aku tidak mau mendapat peralatan yang lebih buruk dari ini.”

“Selama ada Himeji di sini aku sudah puas.”

Teriakan seperti ini memenuhi seluruh kelas.

Bahkan orang buta bisa melihat perbedaan kemampuan bertarung antara Kelas A dan Kelas F.

Sudah empat tahun berlangsung semenjak Akademi Fumitsuki mengadopsi sistem ujian tanpa nilai tertinggi yang dibatasi hingga 100. Di bawah sistem ini, siswa bisa menjawab sebanyak-banyaknya pertanyaan yang bisa mereka jawab dalam waktu satu jam. Makanya, tidak ada batasan nilai yang seorang siswa dapat raih. Nilai bisa meningkat tanpa batasan, dibatasi hanya oleh kemampuan kecerdasan siswa.

Selain itu, ada "Sistem Panggil Syokanju"[1] yang diciptakan dengan menggabungkan teknologi sains dan kekuatan supernatural. Di bawah pengawasan guru, siswa dapat memanggil ‘Syokanju’ dengan nilai kekuatan setara dengan nilai ujian mereka dan bertarung satu sama lain.

Keseluruhan nilai rata-rata sekarang cukup rendah, dan ini adalah sistem terbaru yang diciptakan untuk mendorong siswa belajar. Dengan sistem ini sebagai intinya, siswa diperbolehkan untuk memiliki perang antar kelas, yang disebut "Perang Ujian Panggil," di mana syokanju siswa bertarung satu sama lain. Hasil ujian sangat penting dalam perang, dan ada perbedaan nilai antara Kelas A dan Kelas F yang sangat besar. Jika menyerang secara langsung, satu siswa dari Kelas A mungkin bisa mengalahkan tiga siswa dari Kelas F dalam satu waktu. Bahkan, jika siswa tersebut sangat pintar, mungkin dia bisa mengalahkan empat atau lima dari kami bersamaan.

"Kita akan menang. Pasti! Tidak hanya itu aku akan menunjukkan kepada kalian bahwa kita bisa menang."

Meski tahu ada perbedaan yang besar antara kemampuan bertarung kami, Yuuji masih dengan yakin mengatakan kita akan menang.

"Kau pasti bercanda."

"Itu tidak mungkin, kan?"

"Apa yang membuatmu begitu yakin?"

Protes datang dari setiap sudut ruangan.

Yah, tidak peduli bagaimana kau melihatnya, ini bukan perang yang dapat dimenangkan. Aku sendiri tidak menyangkalnya, meski aku sudah berjanji pada Yuuji untuk memulai perang bersama-sama. Tapi walaupun mustahil, aku tidak akan menyerah!

"Tentu saja aku punya teori. Kita memiliki beberapa faktor kuat yang akan membantu kita menang."

Seluruh kelas ribut setelah Yuuji mengatakan itu.

Apakah masih mungkin bagi kami untuk menang? Meskipun kami Kelas F, kelas terburuk?

"Biar kujelaskan."

Teman burukku itu berdiri di podium dan menunjukkan senyum berani di wajahnya, menghadap kami dari atas tanah. <- Teman Buruk tidak terdengar benar! ->

“Kouta, berhenti tiduran di tatami dan mengintip celana dalam Himeji. Ayo sini sebentar."

"!” (Menggelengkan kepala)

"Apa!"

Tsuchiya Kouta menggelengkan kepala dan tangannya, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak melakukan kejahatan itu.

Himeji menekan ke bawah roknya; Tsuchiya Kouta menutupi tanda tatami yang tersisa di wajahnya, dan berjalan menuju podium.

Dia menakjubkan. Dia adalah satu-satunya orang yang berani setidak tahu malu itu, dan menggunakan pose yang tidak tepat untuk mengintip pakaian dalam seorang perempuan. Dia jauh lebih berani daripada orang sepertiku, yang menggunakan cermin kecil untuk mengintip.

"Tsuchiya Kouta. Orang ini adalah ‘Ninja Mesum’ yang terkenal itu."

"!” (Sengit menggelengkan kepala)

Nama Tsuchiya Kouta mungkin tidak dikenal, tapi julukan "Ninja Mesum" berbeda: julukan ini dihormati dan ditakuti oleh para siswa laki-laki; dibenci dan direndahkan oleh siswi perempuan.

"Dia adalah Ninja Mesum..."

"Bagaimana mungkin? Ninja Mesum terlihat seperti INI?"

"Tapi ada buktinya. Dia berani berbuat Mesum!"

"Ya, seperti namanya!"

Dengan tatapan sedih, dia menyembunyikan tanda tatami yang tersisa di wajahnya dengan tangan. Aku dengar dia tidak akan pernah mengakui apa yang dia lakukan dalam keadaan apapun. Nah, satu saksi mata lebih baik dari sepuluh seperti orang bilang.

"?"

Himeji tampak seperti dia punya banyak tanda tanya di atas kepalanya.

Mungkinkah dia tidak tahu dari mana julukan "Sang Pengintip" datangnya? Haruskah aku menjelaskannya padanya?

"Himeji tidak boleh dilupakan. Setiap orang tahu betapa hebatnya dia.."

"Ya? Apakah kau sedang membicarakan aku?"

"Benar, kau adalah pilar kekuatan utama; aku mengharapkan kinerja besar darimu!”

Jika kita benar-benar akan memulai Perang Ujian Panggil, aku pikir tak seorang pun yang lebih dapat dipercaya selain dia.

"Kau benar, Himeji ada di pihak kita!"

"Kalau dia di sini, kita tidak akan kalah dari orang-orang kutu buku dari kelas A."

"Tidak ada masalah selama dia di sini."

Siapa itu? Siapa orang yang terus-terusan mengirim pesan cinta ke Himeji?

"Kita juga memiliki Kinoshita Hideyoshi."

Kinoshita Hideyoshi, meskipun nilainya tidak menonjol, masih terkenal sebagai bintang dari klub drama, memiliki saudari kembar, dll

“Oooo ...."

“Dia saudaranya Kinoshita Yuuko ..."

"Tentu saja aku akan berusaha yang terbaik."

"Aku tahu kau seorang pria yang memegang kata-katanya."

"Bukankah Sakamoto disebut ‘Bocah Jenius’ ketika dia di sekolah dasar?"

"Apakah artinya dia sakit juga selama ujian pembagian kelas, seperti Himeji?"

"Artinya kita memiliki dua orang dengan kemampuan Kelas A di kelas kita."

Kita mungkin bisa menang! Terutama dengan atmosfer semacam ini! Itu benar; entah bagaimana semangat kelas meroket.

"Juga, kita punya Yoshii Akihisa."


Total diam.


Kemudian secara dramatis moral jatuh.

Apa! Apakah namaku begitu merusak? Mengapa dia menyebut namaku sekarang!

"Tunggu, Yuuji. Mengapa kau menyebutkan namaku sekarang! Kau melakukan hal yang tidak perlu, kan?”

"Yoshii Akihisa? Siapa itu?"

"Belum pernah dengar, tuh."

"Kau lihat! Semangat tiba-tiba hilang. Aku tidak seperti Yuuji dan yang lainnya, aku hanya orang biasa. Perlakukan aku biasa saja --- Tunggu, mengapa menatapku? Bukan salahku semangat kelas turun!"

(Mendesah)

Bahkan jika seseorang di kelas pernah mendengar tentang aku, itu bukan suatu hal yang baik. Karena memang tidak ada yang tahu tentang aku, aku tidak sengaja membuat sesuatu semakin kacau.

"Jika kalian tidak tahu, maka biarkan aku memberitahu kalian! Julukannya adalah 'Kansatsu Shobunsha'."

Oh tidak, dia telah mengatakannya.

"Bukankah itu istilah lain untuk idiot?"

Seseorang di kelas, memberikan pendapat yang fatal.

"N. .. Tidak! Itu hanya julukan kecil untuk seorang remaja 16 tahun yang payah."

"Ya, dengan kata lain idiot."

"Tolong jangan percaya itu. Yuuji, idiot!"

"Kansatsu Shobunsha" adalah hukuman yang diberikan kepada siswa yang memiliki masalah belajar. Aku adalah salah satu dari mereka."

"Maaf, bisa kau ceritakan apa artinya tepatnya?"

Himeji menyandarkan kepalanya ke satu sisi, dan dia tampak bingung. Karena dia adalah seorang siswi yang selalu berada di puncak piramida, wajar saja dia asing dengan julukan itu.

"Sederhananya, siswa yang melakukan pekerjaan sambilan untuk guru. Syokanju mereka memiliki kemampuan istimewa untuk dapat menyentuh benda fisik, dan dapat membantu pekerjaan."

Itu benar; biasanya syokanju tidak bisa menyentuh benda yang normal. Yang bisa mereka menyentuh atau berinteraksi dengannya adalah syokanju lainnya. Mereka seperti hantu. Lantai di sekolah dibuat khusus sehingga syokanju bisa berdiri di atasnya.

Tapi syokanjuku berbeda. Sama seperti yang Yuuji katakan, punyaku adalah salah satu syokanju khusus yang bisa menyentuh benda-benda fisik.

"Oh aku mengerti, itu luar biasa! Aku dengar bahwa syokanjus tidak hanya lucu, namun juga memiliki kekuatan yang luar biasa. Mampu menyentuh benda yang normal itu cukup praktis." Himeji menatapku dengan mata berbinar penuh dengan kekaguman dan rasa hormat; kuberitahu saja, itu membuatku gatal dan tidak nyaman.

"Ha ha, tidak seistimewa itu!"

Aku hanya melambaikannya..

Sebenarnya, tidak ada yang istimewa tentang ini. Jika aku bisa memesan syokanju secara bebas, itu akan sangat berguna. Syokanju bahkan yang lemah, jika dipanggil oleh seseorang dengan nilai rendah seperti aku, akan memiliki kekuatan yang lebih besar daripada manusia. Menghancurkan batu sesederhana ABC.

Sayangnya, aku tidak pernah dapat manfaat dari itu; jika ada, hal ini menyebabkan efek yang berlawanan.

Para syokanju hanya bisa digunakan di bawah pengawasan guru. Guru hanya akan membolehkan aku untuk memanggil ketika mereka butuh untuk pekerjaan berat. Itulah faktanya. Dan bagiku, tidak ada manfaat sama sekali. Karena hanya di bawah pengawasan seorang guru, aku hampir tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menggunakannya untuk tujuan sendiri.

Selain itu, nyawa syokanju dan energinya secara langsung terhubung kepadaku. Misalnya, jika syokanjuku membawa beban berat dan berlari di sekitar sekolah, aku akan merasa lelah. Jika benda berat jatuh ke kaki syokanjuku saat bekerja, aku akan merasakan sakit. Bukan hanya tidak diperbolehkan menggunakannya untuk keuntungan pribadi, rasa sakit dari pekerjaannya juga dipindahkan ke saya. Itu hukuman namanya. Oleh karena itu, menjadi "Kansatsu Shobunsha" bukan hal yang bisa dibanggakan, dan membuat tidak nyaman. Itu hanya hukuman bagi siswa yang memiliki prestasi buruk dan tidak memiliki kemauan untuk belajar. Makanya identik dengan "bodoh"

"Tunggu sebentar, karena ia adalah 'Kansatsu Shobunsha,' kalau syokanjunya dipukuli dalam perang, dia akan menderita juga, kan?"

"Itu benar. Kita akan segera kehilangan seorang prajurit!"

Mereka akhirnya tahu. Ini adalah mengapa aku ingin menghindari pertempuran. Jika syokanju milikku dipukuli, aku akan merasa sakit!

"Jangan khawatir tentang hal itu. Seorang prajurit rendahan seperti dia tidak lebih dari aset saja."

"Yuuji, kau tidak membantu sama sekali."

"Pokoknya, untuk menunjukkan kekuatan kita, aku berencana untuk menaklukkan Kelas D dulu."

“Apa! Kau tidak bisa mengacuhkanku begitu saja!"

Kami berdiri begitu berdekatan, tapi kebencianku tidak bisa tembus!

"Semua orang tidak puas dengan situasi saat ini, kan?"

"Apa yang kami inginkan adalah meja dan kursi dari Kelas A, bukan meja gaya Jepang!"

"Tentu saja!"

"Kalau begitu semuanya ambil pena di tangan kalian, kita akan bersiap untuk berperang!"

"Ooo ----"

"Oo, oo ..."

Dipengaruhi oleh momentum menakjubkan di kelas, Himeji juga mengangkat kepalan kecilnya. Aku merasa perlu untuk melindunginya, tetapi pada akhirnya mungkin dia yang akan melindungiku.

"Akihisa, nyatakan perang terhadap Kelas D. Kau harus berhasil, bahkan jika nyawa taruhannya."

Ketabahan hati seperti itu! Jika memang itu begitu penting, kenapa dia tidak melakukannya sendiri?

"Apakah mereka tidak akan memukuli utusan kelas yang lebih rendah?"

"Jangan khawatir, mereka tidak akan menyakitimu sama sekali. Bertingkah saja seperti kau dipaksa untuk pergi."

"Sungguh?"

"Tentu saja! Kau pikir siapa aku?"

Sebuah respon definitif tanpa ada kesempatan untuk sanggahan.

Itu pasti benar. Meski Yuuji suka bercanda, dia bukan pembohong.

"Jangan khawatir. Percayalah, aku tidak akan pernah berbohong kepada seorang teman."

Pernyataan yang menggembirakan.

Aku berpikir dia masih merencanakan sesuatu, tapi aku harus melakukannya. Aku tidak punya pilihan lain.

"Oke, serahkan padaku."

"Aku mengandalkanmu."

Kelas mengirimku dengan bersorak-sorai dan tepuk tangan. Aku meninggalkan kelas dan menuju Kelas D dengan suasana khusyuk dan beraduk.



"Aku kena tipu!"

Aku melarikan diri ke koridor dan berlari untuk bertahan hidup. Aku akhirnya melompat, berguling, dan merangkak kembali ke dalam kelas. Aku, aku hampir tewas! Bajingan-bajingan di Kelas D! Jika mereka menangkapku, mereka akan membunuhku! Aku ambruk di lantai kehabisan napas dan memelototi Yuuji.

"Seperti yang kuduga."

Bagaimana kau bisa berkata begitu tenang? Kau bajingan, aku akan merobekmu menjadi potongan!

"Apa maksudmu ‘seperti yang kuduga?! Kau tahu bahwa ini akan terjadi?"

"Tentu saja. Bagaimana lagi aku menjadi pemimpin kelas?"

"Setidaknya merasalah bersalah tentang hal itu!"

Meskipun aku sudah mengenalnya sejak musim semi lalu, ada beberapa hal tentang dirinya yang tidak aku mengerti.

"Yoshii, kau baik-baik saja?"

Himeji berlari ke arahku ketika melihat bajuku compang-camping.

"Ya, hanya beberapa goresan dan memar."

Shimada datang juga. Perhatian teman sekelas membantuku mengatasi rasa sakit yang lebih besar.

"Jadi begitu, baguslah… Masih ada tempat yang bisa kupukul."

"Ahh! Beri aku istirahat! Aku sekarat!"

Aku mengangkat tangan ke dada dan berguling-guling kesakitan. Bahkan jika dia adalah seorang perempuan, Shimada tidak bisa dianggap enteng.

"Jangan repot-repot dengan dia, kita rapat sekarang."

Yuuji membuka pintu dan berjalan keluar dari ruangan, dia pasti telah mencari ruangan untuk rapat. Bukankah sebaiknya kau menunjukkan sedikit simpati untuk temanmu sendiri? Dipikir-pikir, apakah Yuuji benar temanku? Ini bukan pertama kalinya aku bertanya-tanya itu, mungkin aku memikirkannya sehari sekali.

"Beritahu aku bila besok masih sakit."

Kata Himeji dan segera mengikuti di belakang Yuuji.

"Masih sakit?"

Seorang cowok dengan tubuh mungil, seperti seorang gadis muda ---- Hideyoshi, menyentuh bahuku dan berjalan keluar.

".....” ( Suara berjalan)

Ninja Mesum mengusap wajahnya dan berjalan ke arahku.

"Hei, Ninja Mesum, tanda tatami dari tadi pagi sudah hilang?"

"....” ( Menggelengkan kepala)

"Jangan repot-repot menyangkal, aku tahu itu kau."

"....” ( Menggeleng lagi)

"Di satu sisi, cukup mengesankan kau masih bisa menyangkal itu."

"....” ( Menggeleng lagi)

"Apa warnanya?"

"....” ( Menggeleng lagi)

"Biru muda."

Dia menjawab langsung.

" Ninja Mesum, kau memang menghidupkan namamu."

"....” ( Menggeleng lagi)

Tepat ketika aku sedang mengobrol dengan Ninja Pengintip ---

"Yoshii, kau harus datang juga."

Shimada dengan tegas menangkap pergelangan tanganku dan menyeretku keluar. Dan di sini aku berpikir akan punya kesempatan untuk bermalas-malasan...

"Ya, ya, ya." "Sekali saja sudah cukup."

"Ya, Bu."

"Suatu hari nanti akan ku-Das Brechen kau, hmm, bagaimana mengatakannya dalam bahasa Jepang?"

Mulut Shimada tiba-tiba melambat.

Das Brechen? Bahasa Jerman, ya?

"...'Patahkan’."

BTS vol 01 051.jpg

Suara Ninja Mesum datang dari dekat.

“Itu benar. Akan ku patahkan kau.”

"Mematahkan ku? Bukankah seharusnya kau menggunakan kata seperti “mengajar” dan “melatih? '"

“Kalau begitu akan mengambil tengahnya saja, dan menggunakan kata Züchtigung.

“… aku tidak tahu artinya.”

“Dalam bahasa Jepang, seharusnya berarti… ‘penyiksaan’?”

“Bahkan itu lebih buruk.”

“Benarkah?”

Kenapa dia hanya tahu kata-kata seperti itu, dan tidak tahu kata-kata normal?

“Omong-omong, Ninja Mesum. Bagaimana kau tahu frase ‘menembus’ dalam bahasa Jerman?”

“… belajar dari hidup normal dan prinsip moral.”

Prinsip moral macam apa yang kau jalani? Prinsip mana yang membuatmu mempelajari kata-kata seperti “penyiksaan”?

“Ninja Mesum, kau tidak pernah berubah! Otakmu kaya akan pengetahuan seks, tapi miskin dalam hal lainnya.”

"....” (tetap menggelengkan kepala)

Kami melanjutkan diskusi tidak berguna kami selagi berjalan mengitari sekolah. Yuuji, yang berjalan di depan tim, sudah mencapai atap sekolah. Dia membuka pintu dan keluar di bawah sinar matahari.

Matahari menyilaukan mata, bersinar cerah di langit tanpa awan.

Sinar matahari yang membutakan dan angin musim semi membuat semua orang (kecuali Ninja Mesum) menutup mata. Dia tidak melakukannya karena dia sibuk memandangi rok Himeji yang sedang ditiup angin.

“Akihisa, kau sudah mendeklarasikan perang, kan?”

Yuuji duduk di tangga di depan pagar besi.

“Intinya sudah ku katakan pada mereka bahwa kita akan menyerang siang ini.”

“Jadi, bukankah kita harus makan siang dulu?”

“Itu benar. Akihisa, bisakah kau makan sesuatu yang normal siang ini?

“Kalau kau memang begitu peduli, traktir aku roti.”

Aku adalah seseorang yang tidak pernah bisa mengisi apapun di perutku. Tidak ada kecuali perasaan, tentu saja.

“Hah? Yoshii tidak pernah makan siang?”

Himeji melihatku seperti tidak bisa percaya. Hidupnya pasti normal dan teratur. Dan sepertinya dia tumbuh dengan baik karena itu.

“Tentu saja aku makan siang!”

“Apakah itu terhitung makan sesuatu?”

Yuuji memotong pembicaraan.

“Apa yang kau coba katakan?”

“Nah, maksudku, bukankah makananmu… cuma garam dan air?”

Yuuji kedengaran begitu sedih dan simpatik.

Itu kasar sekali. Aku tidak akan diam saja menerima celaan ini!

“Aku juga makan gula!!"

“Yoshii. ‘Makan’ tidak bisa dikaitkan dengan air dan gula.”

“Itu benar. Kau seharusnya mengatakan ‘menjilat’.”

Semua orang melihatku dengan kebaikan yang aneh, tapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.

“Kau seharusnya melakukan perencanaan dan menabung sejumlah uang untuk makanan. Dasar!”

“Itu karena aku, aku tidak punya uang yang cukup untuk tinggal.”

Sebenarnya, orangtuaku bekerja di luar negeri, jadi aku tinggal sendiri. Tentu saja mereka mengirimkan uang setiap bulannya… Tapi aku justru menghabiskannya untuk game dan manga. Hobi itu memang mahal!

“Nah, kalau kau tidak keberatan, biarkan aku membuatkan bekal untukmu.”

"Eh?"

Suara yang lembut datang tiba-tiba dan aku tidak bisa berpikir kecuali aku mendengar sesuatu yang salah.

“Bekal? Dari seorang anak perempuan? Buatan tangan?"

“Benarkah? Aku tidak pernah makan seuatu kecuali garam dan gula selama ini.”

"Tentu. Bila kau tidak keberatan, akan ku buatkan besok”

"Itu hebat Akihisa. Bekal makan siang yang dibuat dengan cinta, ya?”

"Ya!"

Dalam situasi seperti ini, aku perlu menunjukkan padanya betapa bahagianya aku. Sekalipun cemoohan Yuuji tidak menyenangkan.

“…Haha, Mizuki, kau terlalu baik, membuatkan bekal HANYA untuk Akihisa.”

Aku tidak terlalu mengerti kenapa Shimada menggunakan suara bosan dan mengatakan sesuatu sesuatu yang menusuk seperti itu. Bagaimana kalau Himeji berkata, “Aku tidak akan melakukannya kalau begitu,” atau sesuatu seperti itu. Bagaimana kau akan bertanggung jawab?

“Ah, tidak! Sebenarnya aku bisa membuat untuk semuanya…”

“Benarkah itu? Benar?"

“Ya, jika kalian tidak keberatan.”

Ooo, bahkan Yuuji juga mendapatkannya. Himeji terlalu baik. Bagaimanapun, aku merasa sedikit kecewa karena tidak bisa menikmatinya sendirian.

"..." (mengangguk)

“…Mari kita lihat seberapa bagus kau dalam memasak!”

Sekarang, termasuk Himeji sendiri, Dia harus membuatkan bekal untuk enam orang. Pasti akan melelahkan.

“Baiklah, kalau begitu aku akan membawa bekal semua orang ke sekolah.”

Dalam situasi begini, dia tidak pernah menunjukkan setitik pun keberatan di wajahnya.

“Himeji, kau begitu baik.”

Ini datangnya dari dasar hatiku. Benar-benar tidak mudah untuk membawa enam bekal ke sekolah; aku benar-benar tidak bisa mengerti.

Dia adalah orang yang tidak memikirkan diri sendiri dan menarik!

“Tidak, tidak ada sesuatu seperti…”

“Aku mengatakan ini agak telat, tapi ketika aku pertama kali melihatmu di kelas, aku merasa-“

“-Oi, Akihisa, jika kau ditolak sekarang, kau tidak akan dapat bekal besok.”

“-pernah mengenalmu sebelumnya.”

Aku sukses menghindari penolakan. Untungnya aku mengubah “jatuh cinta padamu” sebelum menyelesaikan kalimat itu. Penilaianku benar-benar mengagumkan.

“Akihisa, menyatakan isi hati secara terang terangan adalah adalah kebiasaan orang mesum”

Aku benci penilaianku sekarang.

“Akihisa, kadang-kadang kau melakukan hal yang hanya bisa kuimpikan.”

“Tapi… bekal makan siang dengan cinta…”

Tapi itu hanya untuk menyelamatkanku dari mati kelaparan. Semuanya karena kemiskinan!

“Cukup mengobrolnya, mari kita lanjutkan diskusi Perang Ujian Panggil!”

Oh, itu benar. Aku nyaris lupa kenapa kita di sini.

“Yuuji, aku punya pertanyaan. Kenapa kita melawan Kelas D? Jiika kita berperang sesuai urutan, target pertama kita seharusnya Kelas E. Dan jika kita mau bertarung sekali dan mati-matian, bukannya seharusnya kita memilih Kelas A?”

“Sekarang kau bilang begitu, kau benar sekali!”

“Memang benar, tapi aku punya rencana berbeda.”

Yuuji dengan percaya diri menganggukkan kepala.

“Rencana apa?”

“Walau rencanaku sebenarnya lebih dalam, alasan kita tidak menyerang Kelas E simpel. Mereka tidak berharga untuk kita ladeni.”

“Hah? Tapi peringkat mereka lebih tinggi dari kita, bukannya?”

Karena pembagian kelas berdasarkan jasil ujian, maka seharusnya Kelas E lebih baik dari Kelas F, kan? Kenapa dia bilang mereka tidak berharga untuk diladeni berperang?

“Ha, itu benar jika menurut hasil ujian pembagian kelas, tapi situasi sebenarnya berbeda. Coba lihat, siapa yang kau punya di samping kalian?”

"Er...."

Aku melakukan yang Yuuji suruh, melihat orangdi sekitarku. Hmm, siapa yang kita punya…

“Dua gadis cantik, dua idiot, dan pengintip sunyi.”

“Siapa gadis cantik yang kau maksud?”

“Apa? Yuuji, kau bereaksi ketika kusebutkan gadis cantik?”

“…"(wajah menjadi merah)

“Ninja Mesum, kau juga? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa berpikir untuk kita semua.”

“Semuanya, diamlah! Biarkan Ninja Mesum menerimanya.”

“I-Itu benar.”

“Tunggu sebentar. Sebelum kita melanjutkan rapatnya, aku ingin komplain tentang perempuan cantik tadi yang megganggu pikiran kita semua.”

“Sudahlah.”

Yuuji berdehem, dan melanjutkan penjelasannya. Apakah dia berusaha mengacuhkan keberadaanku?

“Jika Himeji bisa bertarung dengan kita, Kelas E bukan tandingan kita, sekalipun kita langsung lawan dengan modal kekuatan saja. Karena target final kita adalah Kelas A, tidak ada gunanya mengahabiskan waktu dengan kelas E.”

“Bagaimana jika langsung melawan Kelas D"

“Persentase kemenangan kita tidak sampai 100%”

“Kalau begitu, seharusnya kita mengincar Kelas A dari awal.”

Targetku adalah Kelas A, bukan Kelas D. Alasanku untuk Perang Ujian Panggil berbeda dengan Yuuji.

“Ini di karenakan debut perang pertama kita. Kalian ingin pertarungan hebat yang menarik perhatian semua orang bukan?, Di tambah lagi, kita juga harus mengalahkan kelas A.”

Ini adalah rencana untuk menang melawan Kelas A? Tapi Yuuji masih menyimpan detilnya untuk diri sendiri.

“Ma-maaf!”

Tidak biasanya Himeji berbicara keras. Apa yang sedang terjadi?

“Himeji? Kenapa?”

“Err, itu… apa yang kau bicarakan sekarang adalah tentang Perang Ujian Panggil yang Yoshii dan Sakamoto diskusikan sebelumnya, kan?

“Oh, kau bicara tentang itu. Baru saja, Akihisa datang untuk mengobrol denganku tentang betapa kau…”

“Jadi itu maksudnya!”

Untuk menghentikan Yuuji melanjutkan pembicaraan tidak perlunya, aku dengan sengaja menaikkan suaraku.

“Jika kita tidak bisa mengalahkan Kelas D, semua yang kita bicarakan tadi tidak akan berarti.”

Menghadapi keraguanku, Yuuji tertawa keras.

“Dengan bantuan kalian semua, kita jelas bisa mengalahkan mereka.”

Menang melawan Kelas D? Dengan bantuan kami? Dalam Perang Ujian Panggil?

Ada perasaan aneh.

Kata-kata itu memberi kami semangat untuk mendapatkan kembali momentum berjalan. Walaupun situasinya kelihatan tanpa harapan, kami merasa dipulihkan dan percaya diri.

Kata-kata Yuuji sepertinya memiliki semacam kekuatan sihir.

“Hebat. Kelihatannya ini akan menjadi sangat menarik!”

“Ayo tarik kembali kutu buku Kelas A ke tanah!”

"...” (memuji)

“A-aku akan berusaha yang terbaik.”

Kalahkan Kelas A.

Kedengarannya gila; ini mungkin hanya mimpi yang tidak akan menjadi nyata.

Tapi, kalau kita tidak melakukan apapun, mimpi apapun tidak akan terwujud.

Semenjak kita semua terjebak di kelas yang sama, tidaklah terlalu buruk untuk berusaha dan bekerja untuk tujuan yang sama.

“Baiklah, biar kujelaskan strategi perangnya!”

Kami tetap di lantai atap, menikmati hembusan angin, dan mendengarkan strategi yang akan membawa kami pada kemenangan.


Previous Page Soal Kedua Back to Halaman Utama Next Page Soal Keempat