Baka to Tesuto to Syokanju:Volume2 Soal Pertama

From Baka-Tsuki
Revision as of 13:04, 6 July 2012 by Kejargantengin (talk | contribs) (→‎Soal Pertama)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

BTS vol 02 003.jpg

“.. Yuuji.”

“Apa?”

“Apa kau tahu tentang 'Kisaragi Highland'?”

“Ah, kau membicarakan tentang taman bermain besar yang sedang dibangun itu kan? Kelihatannya menarik.”

“...Kelihatannya ada rumah hantu yang sangat seram didalam”

“Oh, yang mereka bangun ulang dari rumah sakit tua? Kedengarannya menarik.”

“... Dan kicir-kicir terbaik di Jepang”

“Ooo, sepertinya cukup terkenal. Benar-benar terdengar mengagumkan.”

“... Dan roller coaster tercepat ketiga sedunia.”

“Sebuah fasilitas yang berakselerasi puluhan kali dan tetap berputar-putar. Walaupun aku tak tahu bagaimana bentuknya, aku jadi bersemangat.”

“...Dan banyak lagi hal-hal yang menarik.”

“Hebat, pasti tempat itu akan jadi sangat menyenangkan.”

“...Jadi, waktu tempat itu dibuka, kita harus...”

“Yeah, aku tahu apa yang ingin kau sampaikan. Kalau kau mau pergi ke sana--”

“...hm”

“Kesananya dengan teman saja.”

“Aku punya keyakinan dengan genggamanku.”

“GUAAAHHH!!! Jangan gunakan genggaman iblis itu padaku!”

“...Aku ingin pergi sama Yuuji, berdua saja.”

“Upacara pembukaan pasti terlalu ramai, aku gak mau—AAAAHH!!”

“... Kalau begitu, kalau aku punya tiket pra-pembukaan kamu akan pergi bersamaku?” “Ti... tiket pra-pembukaan? \*uhuk\*, bukannya itu susah didapat?”

“...Kamu akan pergi gak?”

“Hm-- baiklah, kalau kau bisa mendapatkannya--”

“...Benarkah?”

“Ya ya ya, itu benar.”

“Aku sudah bilang aku akan dapatkan itu, kan? Apa aku terlihat seperti orang yang akan berbohong?” “--Tolong stempel namamu diatas sertifikat pernikahan ini.”

“Aku gak akan bohong, meski nyawa taruhannya.”


Soal Pertama[edit]

Untuk memutuskan apa yang akan kelasmu lakukan selama festival sekolah, jawab pertanyaan berikut:

"Apa yang kau inginkan sekarang?"



Jawaban Himeji Mizuki:

“Menciptakan kenangan-kenangan indah bersama teman sekelasku.”

Komentar Guru:

Begitu. Menjadi bagian dari kenangan-kenangan tamu bukanlah hal yang buruk. Sensei akan ingat untuk membuat album photo sekedar jaga-jaga.



Jawaban Tsuchiya Kouta:

"Majalah Porno Majalah Dewasa"

Komentar Guru:

Jadi apa tujuannya itu kamu coret?

BTS vol 02 007.jpg



Jawaban Yoshii Akihisa:

"Kalori"

Komentar Guru:

Sensei merasa hidup kamu dalam bahaya saat kamu menjawab ini.





Bunga-bunga berwarna ceri sedikit demi sedikit menghilang dari jalanan, tergantikan oleh musim pertunasan.

Fumitsuki Gakuen sekarang sedang bersiap untuk event pertama di tahun baru, 'Seiryousai' ('Festival Musim Panas Keren').

Beberapa kelas merubah ruangan kelasnya menjadi rumah hantu, dan beberapa dari mereka mempersiapkan peralatan membangun kedai yakisoba. Ada juga kelas yang mempertontonkan 'Sistem Pemanggilan' yang hanya dimiliki sekolah ini. Untuk mempersiapkan festival sekolah ini, waktu sekolah diperpanjang, dan setiap kelas serasa penuh dengan energi.

Sementara, kelas F—

“Kutantang kau! Yoshii!”

“Ayo selesaikan ini, Sugawa-kun!”

“Aku akan terbangkan bola lemah lemparanmu itu sampai keluar pagar!”

Kita sama sekali tak bersiap-siap, malah bermain bisbol di sekolah.

“Apaan? Kayak aku akan biarkan itu terjadi!”

Aku mengatur gundukan pitcher dengan kakiku, menunggu Yuuji, si penangkap, untuk memberi sinyal. Sebagai teman burukku, yang juga disebut-sebut sebagai jenius di masa lalu, dia pasti bisa memberi instruksi bagaimana mengalahkan Sugawa-kun dengan mudah.

“bola selanjutnya--”

Ini dia, sinyal dari Yuuji. Bola pertama merupakan tipe bola yang dilempar. Jadi bola yang bagaimana?

“Curveball, targetnya...”

Hmmm. Selanjutnya adalah curveball, lokasinya--- “Kepalanya Sugawa.”

“ITU BUKANNYA PELANGGARAN?”

walaupun tak mungkin dapat homerun dari itu, bukankah ada sesuatu yang salah dengan itu?

Saat baru saja aku berniat tak melempar bola yang Yuuji perintahkan---

“OI, KALIAN SEMUA! BUKANNYA MEMPERSIAPKAN FESTIVAL SEKOLAH, NGAPAIN KALIAN!!”

“ARGH! ITU TETSUJIN!”

Wali kelas kami, Nishimura-sensei (a.k.a Tetsujin, Manusia Besi), berlari menuju kami dengan marah dan penuh paksaan. Kalau kami tertangkap, kami akan dipukuli sangat parah dengan tangan terlatih orang itu! Harus kabur!

“YOSHII! LAGI-LAGI KAMU YA!!”

“BU, BUKAN SAYA! KENAPA BAPAK NUDUH-NUDUH SAYA TERUS SIH!!”

Walaupun aku pakai semua kekuatanku untuk kabur, aku gak bisa kabur dari musuh. Bener-bener sesuatu yang hebat dari orang yang terfokus dengan Penjaskes dan tertarik dengan triatlon---OI! Sekarang bukan waktu terpesona!!

“YUUJI, PAK! KETUA KELAS YUUJI YANG MENYARANKAN KITA AGAR BERMAIN BISBOL!!”

Seseorang yang menyarankan untuk memakai waktu persiapan buat main bisbol adalah Yuuji, jadi harusnya dia yang bertanggung jawab.

Memikirkan ini, Aku berlari menuju Yuuji, dan orang ini memakai matanya untuk bilang “Forkball tepat di selangkangan Tetsujin.”

“ITU MALAH GA BENER!! AKU GAK MINTA TIPE LEMPARAN!! ITU BUKANNYA BIKIN GUA SASARAN UTAMA KEMARAH TETSUJIN, KAN!!”

Kalau dpikir-pikir, buat apa ngelempar bola break?

“Semuanya, balik ke kelas!! Cuma kelas kita saja yang belom tau harus ngapain di titik ini!!” Teriakan mengerikan Tetsujin menghantarkan kita kembali ke kelas yang hancur dan kotor ini.


“Jadi, sudah waktunya memutuskan apa yang mau kita lakuin buat 'Seiryousai' – Festival Musim Panas Keren' ini.”

Begitu pertandingan bisbol diinterupsi, Ketua Kelas F Yuuji mengumumkan hal ini sambil memandang kita, yang duduk di atas tikar.

“Oke, kita harus pilih seseorang untuk jadi panitia pemilihan. Aku akan biarkan panita yang mengatur.”

Yuuji... cuma karna dia tak tertarik, apa dia mau mindahin tanggung jawab ke orang lain dan tidur? Waktu tadi kita persiapan saja, dia malah mengusulkan kita untuk main bisbol. Bener-bener sikap yang berbeda dengan yang dia tunjukan selama perang pemanggilan.

“Yoshii-kun, Sakamoto-kun kelihatannya ga suka festival sekolah, ya?”

Teman sekelasku, Himeji Mizuki bertanya dengan suara lembut yang sama sekali gak akan mengganggu rapat. Senyum indah dan dada besarnya memesonaku.

“Aku gak pernah bertanya sebelumnya, jadi aku gak yakin, tapi kelihatannya dia gak bergairah soal ini. Kalau dia tertarik, Yuuji pasti langsung mengambil tindakan.”

“begitu... sayang banget ya...”

Himeji-san, yang biasanya memberikan expresi ceria, terlihat murung.

“Apa Yoshii-kun juga tak tertarik?”

Wajah Himeji-san mendekati mukaku, matanya melihat mataku. Sa, sangat imut...

“Erm-- bagaimana bilangnya ya? Aku tak menginginkan apapun dari ini.”

Ini adalah pendapatku sejujur-jujurnya. Walaupun aku senang pelajarannya berkurang sekarang, aku tak punya tujuan jelas untuk dilakukan selama festial sekolah.

“Aku... Aku ingin membuat kenangan festival sekolah bersama Yoshii-kun”

“Eh?”

Kalimat penuh arti itu membuatku terlihat konyol.

BTS vol 02 013.jpg

“Kalau begitu, Yoshii-kun tahu kan..? Katanya selalu ada pasangan beruntung yang jadian selama festival sekolah -- *uhuk uhuk uhuk*!”

Sebelum dia selesai bicara, Himeji tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangan dan batuk. Mukanya sedikit memerah, mungkin dia terkena flu?

“Kamu gak apa-apa?”

“Ah, iya, maaf....”

Dia terlihat tak nyaman dan matanya masih berkaca-kaca. Kalau diingat-ingat, Hieji-san memang jadi sering batuk belakangan ini.

Saat ini, perlengkapan kelas kita diturun-pangkatkan dari tatami kumuh dan meja teh menjadi tikar anyaman dan kardus jeruk. Dibandingkan dengan bangku dan meja normal, belajar dengan benda-benda itu tidak hanya melelahkan, tapi juga tak higienis. Bagi Himeji-san, yang badannya sangat lemah, tak aneh baginya untuk jatuh sakit dengan mudah. Tidak, itu hal yang pasti, malah.

Kalau kita tak melakukan sesuatu...

Lingkungan yang bersih, dan fasilitas yang tidak meletihkan tubuh manusia. Kalau kita tidak menyiapkan dua benda ini, aku merasa Himeji-san akan pingsan suatu hari. Masih ada dua bulan menuju perang pemanggilan selanjutnya, tapi kalau kita bisa menaikkan peringkat kelas kita lebih dulu...

“Jadi, Shimada-san yang akan jadi ketua panitia festival kita, apa ada yang keberatan?”

Kata-kata Yuuji terdengar masuk tanpa kusadari. Pada saat ini, kita sedang mendiskusikan tentang festival.

“Eh? Kau mau aku yang lakukan? Hn--- Tapi aku harus ikut dalam turnamen pemanggilan, mungkin gak akan terlalu praktis.”

Orang yang tiba-tiba membelalakkan matanya karena terkejut adalah Shimada Minami-san yang selama ini menetap di Jerman sejak muda sebelum dia kembali ke Jepang bersama orang tuanya. Dilihat dari penampilannya, dia punya mata yang menakutkan dan rambutnya dikuncir kuda.

“Yuuji, kalau soal anggota panitia, aku rasa Himeji-san lebih tepat dibanding Minami.”

“Eh? Aku?”

Sekarang saat namanya masuk dalam pembicaraan, Himeji-san jadi terlihat sedikit bingung. Dibandingkan dengan Minami yang galak, aku merasa tak akan banyak argumen jika Himeji-san dilibatkan.

“Himeji mungkin gak bisa, karna dia akan keseringan mendengar pendapat, nanti malah waktunya habis.”

Ketua Kelas kita berkata dengan malas.

Kalau dipikir-pikir, Yuuji benar. Himeji-san pasti tak akan bisa menolak beberapa keputusan karna kelembutannya. Normalnya, kelembutan ini akan berdampak positif, tapi di saat seperti ini, akan menjadi kerugian yang fatal.

“Lagipula, Aki. Mizuki harus ikut dalam pertarungan pemanggilan juga loh.”

“Eh? Benarkah?”

“Ya, aku berniat ikut dalam pertarungan pemanggilan bareng Minami.”

Himeji-san mengepalkan tangannya kencang.

“Seharusnya ini cuma event publikasi sekolah, kalian berdua senang banget terlibat ya.”

Di Fumitsuki Gakuen, terdapat 'Sistem Pemanggilan Nilai Test” yang sedang diperhatikan oleh seluruh dunia. Dan untuk tahun ini, sepertinya mereka ingin mengadakan 'perang pemanggilan test' selama Seiryousai untuk menampilkan sistem yang diantisipasi tinggi di dunia ini. Namun, aku tak tertarik sama ini.

“Mizuki yang mengajak aku ikut turnamen ini. Dia ingin merubah pandangan ayahnya yang keras kepala dan mengagetkannya.”

“Merubah cara pandang ayahnya?”

“Hn, dia bilang ayahnya sewot akan banyak hal, jadi dia banyak mengatakan banyak hal yang membuatnya marah, seperti 'Aku tak akan memaafkanmu karna memperlakukan kelas F sebagai kelas idiot!'.”

“Oh, jarang Himeji-san jadi bersemangat begini.”

“Karna otou-san tak mengerti apa-apa, memperlakukan semua seperti idiot hanya karna aku masuk kelas F? Aku tak akan memaafkan ini.”

“..”

Maaf, bahkan Aku, yang mengerti semua orang di kelas ini dengan baik saja merasa kalau kelas F adalah kumpulan orang idiot.

“Jadi, Himeji ingin membentuk tim kelas F, memenangkan turnamen, dan mengagetkan ayahnya.”

Jadi begitu, untuk Himeji-san, yang adalah terbaik kedua di tahun kita, kalau dia setim dengan Minami, yang bisa mendapat nilai bagus kalau dia bisa baca pertanyaannya, bukan tak mungkin mereka bisa memenangkan turnamen ini.

“Bisa kalian bertiga kembali ke topik awal?”

“Ah, maaf Yuuji. Tentang membiarkan Minami jadi ketua panitia, kan? “

“Aku sudah bilang aku akan ikut turnamen.”

“Maka kita cuma harus memilih asisten panitia. Bagaimana?”

Yuuji melirikku. Jangan bilang dia mau memakai aku sebagai tumbal hidup? Tapi bukannya Minami akan menerima pekerjaan yang ribet ini kalau ada bantuan?

“Hm... benar juga. Kalau aku bisa bekerja sama dengan asisten panitia, aku bisa melakukannya.”

“Benarkah? Kalau begitu semua tolong pilih satu orang yang akan jadi pengganti panitia ya? Shimada, tolong pilih dua orang.”

Semuanya setuju? Yuuji bertanya ke satu kelas. Saat ini, berbagai nama mulai bermunculan dari seluruh penjuru kelas.

“Aku rasa Yoshii cocok.”

“Bukannya Sakamoto yang lebih cocok?”

“Aku ingin menikah dengan Himeji-san.”

“Rasanya kita bisa limpahkan ke Sugawa.”

Mungkin sudah saatnya membereskan orang-orang yang menunjukkan hasrtanya pada Himeji-san secara terang-terangan.

“Aku rasa Akihisa bisa melakukannya.”

Orang yang mengatakan kalimat itu adalah si cantik yang selalu berbicara dengan dialek kuno, Hideyoshi. Walaupun sebenarnya dia lelaki.

“Tapi Hideyoshi, aku tak mau melakukan hal merepotkan seperti--”

“Tentang ini, semuanya mungkin punya pandangan yang sama. Kenapa tidak kita pilih satu orang yang tepat?”

“Uu.. kau benar..”

Walaupun aku tak tahu apa aku pantas untuk ini, tapi dia benar, aku tak bisa menolaknya.

Namun, tak ada banyak perbedaan. Tidak berarti semuanya selesai saat aku terpilih. Minami harus memilih dua calon, dan saat itu sudah ada, semua harus memilih.

“Calon ①... Yoshii.”

Ah, itu aku.

“Calon ②... Akihisa.”

Ah, masih aku.

“Nah semuanya, tolong pilih calonnya?”

“Oi, Yuuji, ngerasa gak sih kalau ada sesuatu yang salah banget dalam cara Minami memilih?”

“Jadi gimana? Siapa yang menurutmu lebih baik?”

“Gini ya... dua-duanya sama-sama sampah, gak ada banyak bedanya.”

“OI! Gak usah bertingkah terganggu begitu! Ditambah mereka adalah orang yang mematok teman sekelas mereka sampah, kalian semua sampah masyarakat sejati!”

Benar-benar, salah apa sih pengalasan kelas ini?

“Oi oi, Aki. Dibandingkan hal sepele begini, karna aku bekerja dengan kamu, kamu harus bantu diskusi kesini.”

“Kenapa aku ngerasa selalu ga dapet hoki...”

Dipaksa oleh Minami, aku bangun dengan malas dan maju ke depan kelas.

“Jadi aku serahkan pada kalian yah, hoaahm...”

Yuuji menggantikanku dan turun ke kursinya. Dia bahkan gak berusaha menahan kuapnya dan menunjukkan ekspresi malas.

“Aku akan pimpin rapat ini. Aki, kau yang menulis ide-ide di papan.” “Un, okay.”

Sambil berdiri didepan papan lusuh, aku mengambil kapur yang udah pendek banget. Bener-bener, fasilitas ini buruk banget, apa tak ada cara lain untuk kita belajar?

“Nah, tolong sampaikan ide-ide kalian. Kalau punya saran tentang kegiatan kelas, tolong angkat tanganmu, oke?”

Setelah minami selesai bicara, beberapa orang menganggat tangannya. Sepertinya tak semua orang tak berminat akan acara ini.

“Tsuchiya.”

“.. (Berdiri).”

Yang tadi dipanggil dan sekarang sedang berdiri, adalah salah seorang temanku, Tsuchiya Kouta. Dibandingkan nama aslinya, panggilan yang dia dapat karna mesum dan pendiam – Muttsuriini, malah lebih terkenal.

“... Galeri Foto.”

“... Tsuchiya, aku merasakan suasana buruk dari ide galeri fotomu.”

Minami mengatakannya tanpa menyembunyikan ekspresi jijiknya.

Dari sudut pandang gadis, foto-foto Muttsuriini terbilang menjijikkan. Namun, bagi para pria, foto galeri itu bisa dibilang gunung yang terbuat dari emas. Mungkin kita bisa bilang Rumah Pengintip.

“Gapapa deh, Aki, ini bisa dibilang saran. Bisa ditulis di papan tulis?”

“Oke.”

Eh, ajuan Muttsuriini adalah--


'Opsi ①: Galeri Foto: 'Rumah Mengintip Rahasia.'


“Selanjutnya, Yokomizo.”

“Kafe Maid-- tadinya ingin bila itu. Aku rasa itu tak orisinal, jadi bagaimana kalau Kafe Pengantin”

“Kafe Pengantin? Apaan tuh?”

“Kayak kafe biasa, tapi para gadis akan pakai gaun pernikahan.” Sebetulnya, itu masih kafe, hanya berbeda pakaian saja. Atmosfirnya harus mirip dengan acara pernikahan, begitu? Ini mungkin menarik.

“Itu pastinya original.”

“Banyak juga gadis yang menginginkannya.”

“Bukannya susah bergerak dengan gaun itu?”

“Akan makan waktu buat persiapannya.”

“Nanti anak cowok benci tak? Disamping itu, pernikahan sering disebut 'kuburan kehidupan manusia'.”

Sugesti tadi membuat sedikit keributan di kelas.

“Haiz, Aki, tulis juga pendapat tadi di papan.”

“Ah, ngh.”

Setelah diingatkan oleh Minami, aku menghadap papan tulis lagi.


'Opsi ②: Kafe Maid 'Kuburan Kehidupan Manusia.'


Benar-benar gak tahan dengan kapur ini, susah sekali dipakai. Sepertinya kita benar-benar perlu fasilitas kelas yang memadai.

“Nah, adalagi-- Sugawa.”

“Aku mengusulkan Kafe Cina.”

Sugawa mengatakannya sambil berdiri.

“Kafe China? Kau akan menyuruh para gadis memakai cheongsam?[1]

“Enggak, bukan itu. Aku mengusulkan kedai teh kita menjual teh oolong asli atau teh-teh sederhana. Ini bukan bisnis yang mempergunakan baju-baju seksi untuk menghasilkan uang. Ditambah lagi, mereka bilang istilah 'makanan' berasal dari china[2]. Ditinjau dari budaya 'makanan', tidak ada satupun yang sekukuh makanan China. Walaupun dalam beberapa tahun belakangan, kenaikan budaya eropa memaksa makanan China ke titik batas kemusnahan, dilihat dari makanannya--”

A,apa? Walaupun aku tak yakin apa yang sedang terjadi, sekarang saat Sugawa-san berkata-kata sampai ludahnya menyembur-nyembur, sepertinya dia punya wawasan akan hal ini, ya? Apa mungkin hanya aku yang tak mengerti apa yang terjadi?

“Aki, bisa kau tulis pendapat Sugawa di papan tulis?”

“Ah, un.”

... ini buruk, sugawa tadi ngomong apaan? Aku tak mendengarkan sama sekali karna semua istilah rumit itu dan karena dia bertele-tele. Aku bahkan tak tahu apa yang harus ditulis di papan tulis.

“Apa lagi? Cepetan tulis.”

“Oke, oke, aku ngerti.”

Yaudah deh, tulis saja apa yang bersisa di otak.


'Opsi ③: Kedai Teh China 'Budaya Eropa'.'


Setelah aku selesai menulis, pintu kelas didorong terbuka dengan suara 'krek krek'. Yang muncul adalah muka seorang lelaki yang otot tebalnya menyamai mukanya.

“Apakah semua sudah memutuskan kegiatan selama Seiryousai?”

Ini adalah wali kelas F, orang yang memaksa kita buru-buru, Nishimura-sensei, dikenal juga sebagai Tetsujin (manusia besi).

“Kita punya tiga proposal, semuanya ada di papan.”

Mendengar kata-kata minami, Tetsujin berputar melihat papan tulis yang dipenuhi tulisanku.


'Opsi ①: Galeri Foto: 'Rumah Mengintip Rahasia.'

'Opsi ②: Kafe Maid 'Kuburan Kehidupan Manusia.'

'Opsi ③: Kedai Teh China 'Budaya Eropa'.'


“... Mungkin tambahan jam pelajaran remedial akan bagus untuk kalian.”

Tidak! Kita diperlakukan sebagai idiot!

“Sen, sensei, ini bukan ide kita!”

“Benar! Yoshii yang menulis semuanya!”

“Kita bukan idiot!” Masyarakat mulai berargumen, tentunya agar tidak ada penambahan jam pelajaran remedial. Tapi, kenapa aku merasa semuanya memperlakukanku sebagai idiot hanya untuk menghindari pelajaran tambahan....

“IDIOT!! BERHENTI PAKAI ALASAN-ALASAN ANEH ITU!”

Teriakan Tetsujin mengheningkan suasana.

Walaupun begitu, separah apapun dia, dia masih seorang guru. Kejadian Tetsujin marah pada mereka karna mengkhianati teman sekelasnya hanya untuk menghindari jam tambahan, membuatku berpikir lebih baik tentangnya. Yaa, sedikit saja sih.

“Sensei bilang fakta kalian memilih Yoshii sendiri itu keputusan bodoh.”

Kalau kita seumuran, ini adalah waktunya aku mencekiknya.

“Kalian semua.... bisa serius sedikit tidak? Apa kalian tak berpikir untuk menggunakan uang yang kalian hasilkan untuk memperbaiki fasilitas atau sesuatu?”

Tetsujin mengeluh sambil berbicara. Mendengar ini, sontak semuanya semangat.

“Oh iya! Ide kaya gitu gak kepikiran!”

“Kita gak perlu nunggu perang pemanggilan untuk memperbaiki fasilitas!”

“Aku muak sama fasilitas payah ini!”

Suasana di kelas menegang. Buat kami, yang memulai perang pemanggilan karna kita kecewa dengan fasilitas kelas, kita gak tahan dengan fasilitas yang justru lebih buruk dari yang awalnya kita punya.

“Se...semuanya, ayo berjuang!”

Itu suara Himeji-san. Di belakang kelas, dia berdiri, mengepalkan tangannya didepan dada, antusias dengan ide ini.

Apa yang terjadi? Walaupun aku yakin Himeji-san tak puas dengan fasilitas ini, aku yakin antusias dan proaktif tak cocok dengan sifatnya.

“Kegiatan apa yang kita lakukan? Bukannya kafe akan lebih menguntungkan?”

“Tidak, galeri foto modalnya lebih dikit, itu lebih baik.”

“Tapi, bukannya kita akan dipaksa tutup kalau ketahuan anggota panitia?”

Kelas ini menjadi sangat aktif, berbagai macam saran terlempar dari sana-sini.

“Kita gak akan ketahuan kalau kita bikin Kedai Teh China.”

“Tapi itu gak kreatif. Ditambah kampus tua ini kotor banget, ga bakal ada yang mau dateng. Bukannya kita bakal dihukum karna kekurangan fitur unggulan?”

“Bagaimana kalo Kafe Pengantin?”

“Modalnya terlalu besar, kita mungkin gak akan dapet cukup uang selama 2 hari ini.”

Sekarang kelas ini jadi berisik. Semuanya antusias itu bagus, tapi ini gak akan bikin keputusan pasti.

“Oke, oke, bisa semuanya diam dulu sebentar?”

“Aku rasa rumah hantu akan lebih populer.”

“Bikin aja kasino sederhana.”

“Kalo enggak jual jagung bakar saja.”

Saran-sarannya mulai meluas, ini buruk.

Apa kelas kita bener-bener ga kompak? Kenapa aku merasa lebih mudah ketika kita sedang perang pemanggilan...

“Haah.... cukup ah. Aki, apa kita gak bisa buat Sakamoto ikut? Kita gak bisa bikin pekutusan kalau begini terus.”

Minami berkata padaku perlahan.

Namanya juga kelas F. Apa ini karena semuanya punya kepribadian kuat? Aku gak bisa ngerasain adanya 'Kerjasama'. Yuuji bisa mengatur kelas ini saja udah kerja yang bagus. Tapi--

“Hm... kayaknya gak mungkin deh. Yuuji kalau sudah gak tertarik sama sesuatu sikap dinginnya menyeramkan.”

Yuuji tak tertarik dengan festival sekolah atau fasilitas kelas. Walaupun aku berpikir Yuuji bisa menyatukan pandangan semuanya jika dia yang memimpin seperti saat perang pemanggilan, Yuuji mungkin gak mau sekarang. “Begitu... CUKUP WOI! DIEM DULU SEKARANG! KARNA LU PADA GAK BISA NENTUIN, PILIH AJA DARI PILIHAN YANG ADA NAPAH!!”

Minami, yang sekarang marah dan kesel, mengakhiri pembicaraan ini dengan paksa. Ini keputusan yang benar.

Dengan matanya Minami mendiamkan semua orang sambil memaksa mereka memungut suara. Ini sesuatu yang bahkan aku atau Himeji-san tak bisa lakukan. Kayaknya Yuuji gak sembarangan waktu memilih Minami.

“Jadi, yang mau galeri foto!-- Oke, selanjutnya kafe pengantin! ---- terakhir, kafe China!”

Suara minami bergema sepanjang koridor. Namun, bahkan ini sepertinya tak mampu mengendalikan keberisikan ini.

Ditengah-tengah keributan, Minami mulai menghitung suara. Keputusan akhirnya adalah---

Walaupun hanya ada beberapa suara, Kedai Teh Cina menang dengan keunggulan beberapa suara. Aku rasa ini hasil yang wajar.

“Kalau begitu aku akan siapkan teh hijau dan cemilan.”

Kata Sugawa-san sambil berdiri.

“...(Berdiri diam-diam)”

Lalu, untuk beberapa alasan, Muttsuriini berdiri juga.

“Muttsuriini, bisa masak?”

“...Ini keharusan bagi seorang pria.”

Makanan China adalah keharusan seorang pria--- aku gak pernah denger itu. Mungkin dia mempelajarinya setelah pergi ke Restoran China melihat gadis pelayan yang memakai cheongsam beberapa kali. Tangan Muttsuriini lincah, dan dia belajar dengan cepat, kita bisa serahkan ini padanya.

“Jadi kita akan pisah kelas jadi dapur dan ruang utama. Yang mau kerja di dapur, kumpul sama Sugawa dan Tsuchiya. Yang mau kerja di ruang utama, kumpul sama Aki!”

Entah kenapa, aku jadi ditugaskan di ruang utama.

“Oke, aku kerja di dapur---”

“JANGAN HIMEJI-SAN! AKAN BURUK KALAU KAMU GAK DI LUAR!”

Aku langsung menghentikan Himeji-san, yang terlihat sangat ingin kerja di dapur. Sekarang dengan taruhan fasilitas, kita ga mau toko ditutup karna semuanya keracunan makanan!

“Akihisa, GOOD JOB!”

“...(Angguk-angguk!)”

Hideyoshi dan Muttsuriini mengerti kekuatan penghancurnya dan langsung bertukar pandangan denganku. Korban terbesar, Yuuji mungkin tak menyadarinya karna dia tidur--- seharusnya cuma itu, tapi kalao diliat-liat dia juga merengut sedikit. Apa dia memimpikan masakan Himeji-san juga?

“Eh? Yoshii-kun, kenapa aku harus di ruang utama?”

Orang yang tak sadar dengan bahaya masakannya sendiri malah pasang muka bingung.

Gampang saja kalau mau jujur, tapi itu akan menyakiti hatinya.

“Ah,eh--- begini deh, karna Himeji-san imut banget, kita akan bisa menarik pelanggan kalau kau di luar--- SAKIT, SAKIT!! MI, MINAMI!! PUNGGUNGKU BUKAN SANDBAG!”

“Kau... kau bilang aku imut... karna Yoshii-kun yang bilang, aku akan berusaha keras diluar deh ;)”

Kalau bisa, aku harap kamu semangat diluar saja.

“Aki, aku bantu-bantu di dapur, ya?”

“Hm, aku rasa kamu pantas disana.”

“...”

“Kalau begitu aku akan bantu-bantu di dapur juga.”

“Hideyoshi, ngomong apa kamu. Kamu imut banget, tentu aja kamu harus di ruang uta--- GYAAAAHHHH!!!! MI, MINAMI-SAMA! PATAH, PATAH!! RUSUKKUUU!! ITU TULANG PENTING PENYAMBUNG KEHIDUPANKU!!”

“...aku akan bantu.”

“yaa, kurasa itu bagus..”

Dalam kerusuhan ini, festival sekolah yang memungkinkan kita kembali ke kehidupan normal dimulai.