Baka to Tesuto to Syokanju:Volume5 Soal Kedua

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pertanyaan Kedua[edit]

Terjemahkan kalimat bahasa inggris berikut ke bahasa jepang yang benar

“Die Musik gefällt Leuten und bereichert auch den Verstand.”

Jawaban Shimada Minami:

"Musik dapat membuat orang gembira dan memperkaya jiwa. #Ini seharusnya bahasa jerman, bukan inggris."

Jawaban Sakamoto Yuuji:

"Soalnya bahasa Jerman, bukan Inggris. Saya tidak bisa jawab."

Komentar Guru:

Tolong dimaafkan. Sensei membuat kesalahan dengan mengacak pertanyaannya. Terjemahan Shimada-san benar, tapi sejujurnya ini salah Sensei. Maka dengan itu, Sensei memutuskan untuk memberikan poin kepada semuanya, termasuk yang tidak menyawab—

Jawaban Tsuchiya Kouta:

“           <-Tinta tak terlihat”

Jawaban Yoshii Akihisa:

“           <-Hanya orang bodoh yang tak bisa lihat jawabannya.”

Komentar Guru:

—Saya benar benar ingin berikan kalian poin tapi kalian berdua adalah pengecualian.

BTS5-Muttsurini.jpg


"Bolehkah aku menginap dirumahmu? Malam ini, aku...nggak ingin pulang."

Saat aku berjalan ke sekolah, aku mengirim E-mail kepada Yuuji. Yuuji seharusnya mampir kerumahku hari ini untuk bermain game tinju, tapi sejak Nee-san datang, aku harus ganti rencana.

Normal untuk mencoba dan meyakinkan orang lain tak mengetahui tentang kakakku karena dia benar benar aneh. Pentingnya lagi aku tak mau kembali ke rumah itu. Aku bisa mengambil kembali poin yang dikurangi sebelum UAS. tapi kalau aku tetap dirumah, mungkin dia akan mengurangi poin lebih jauh untuk alasan lain. Jadi aku harus memita Yuuji untuk membiarkanku menginap dirumahnya untuk beberapa hari mau gimanapun, jadi aku bisa melindungi kehidupan bebasku tinggal sendiri.


Setelah mengecek E-mail yang kukirim, aku memasukkan HP-ku ke kantong.

Saat aku berjalan di tanjakan menuju sekolah, suara terkejut memanggilku dari belakang.

"Hmm? Akihisa?"

"Ah, Pagi, Hideyoshi."

"Selamat pagi."

Berjalan cepat disebelahku adalah temanku Kinoshita Hideyoshi. Dia,yang menggunakan pakaian laki laki adalah perempuan cantik seperti yang orang lihat. Dia menyebut dirinya pria tapi kudengar sekolah membuatkannya seragam perempuan.

Saat itu, Hideyoshi melihat wajahku seperti sedang memeriksaku. Ada yang salah?

"? Ada apa, Hideyoshi? Kenapa kau memelototi mukaku?"

"Tidak, ya... Akihisa, sepertinya kau terlihat berbeda?"

"Ueh? Ka-kau berpikir terlalu banyak? Aku biasa saja. Tidak ada yang berubah, kan?"

Aku mengalihkan pandanganku dan tak berani melihat pelototan Hideyoshi. Aku ketahuan terlalu cepat? Tapi aku harus sembunyikan kalau aku punya kakak super-gila walaupun aku harus berbohong pada Hideyoshi.

"Sepertinya, maksudku kamu terlihat lebih segar dari biasanya. Apa kamu dapat uang secara instan dan bisa makan sarapan?”

Ta, Tajem...!


Hideyoshi benar. Aku lebih bugar hari ini dan tentu saja, karena aku sarapan.


Ketika dalam pengawasan Nee-san aku harus berpura-pura bahwa aku menghidupi kehidupan normal. Karena itu aku harus sarapan. Aku harus menjual game dan buku kesayanganku untuk mendapatkan uang yang cukup jadi aku bisa tinggal sendiri dengan bebas. Aku harus membuat kesan palsu.

"Gi-gitudeh...aku juga sarapan kadang kadang.”

Aku tidak bisa mencari alasan sekarang. jadi aku hanya bisa mengganti topik.

"Dan pakaianmu kelihatannya telah disetrika."

"Ka-karena sekarang kan awal minggu. Nggak penting kan?"

"...sangat mencurigakan."

"Se-serius, nggak ada apa apa!"

Ada perbedaan tinggi antara aku dan Hideyoshi maka dia melihatku keatas. Aku tak tahan mata Hideyoshi yang sepertinya bisa melihat semua, dan aku hanya bisa menoleh menghindari pelototan Hideyoshi.

Hideyoshi meluncur kedepanku dan melanjutkan untuk memelototiku.

"Sudah kubilang nggak ada apa apa kan?"

Aku langsung menoleh lagi.

"Kalau begitu, kau bisa setidaknya bicara padaku kan?"

Hideyoshi mengikutiku.


"Hal menjijikkan apa yang kalian lakukan pagi pagi?"

"Yoshii-kun, senpai itu benar. Saya rasa kalian harus jaga jarak antara satu sama lain."


Argumenku dengan Hideyoshi dilihat oleh kakak kelas, salah satu dari pasangan Toko-Natsu (Tsunemura Yuusaku) dan Kubo Toshimitsu dari kelas 2-A yang beranking kedua dalam angkatanku.

"Bukan. Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh dengan Akihisa. Lagipula termasuk kalian berdua, bukankah semua orang disini laki-laki..."

Saat itu, perhatian Hideyoshi teralih.

"Maaf, Hideyoshi! Aku duluan!"

Kesempatan ini nggak bisa kulewatkan. Aku langsung meninggalkan Hideyoshi dan lari ke sekolah.

"Ugh, sial, Akihisa, apa kau mencoba lari!?"

Hideyoshi tidak bisa mengejar, tapi kita teman sekelas jadi dia mungkin bisa terus menanyaiku dikelas. Aku harus apa sekarang? Aku harus memikirkan alasan.

Aku menghela napas dan lari naik tanjakan didepan pagar sekolah, masuk sekolah, memakai sepatu indoor, dan meluncur ke kelas 2-F.

"Pagi-oi Yuuji? Kau kenapa? Kenapa kau make celana olahraga bukan celana biasa?

Saat aku masuk kelas, aku melihat teman kelasku, sekaligus teman super-parah-ku Sakamoto Yuuji, duduk di alas duduk dalam pakaian aneh.

"Sialan Akihisa. Ini semua salahmu jadi aku berakhir berpakaian super Cool Biz di bagian bawah saat aku berangkat! Bayar dengan kematianmu, bangsat!!"

"EEHH!? Kenapa kau tiba tiba gila? Apa apaan ini!?"

"Diem! Mati lo! Siniin seragam lo!"

Aku nggak ngerti dia ngomong apa. Yuuji pagi ini kenapa?


"Oi, kau dengar tentang Sakamoto?"

"Ahh... kudengar dia berangkat sekolah cuma pake Y-shirt."

"Serius dia kenapa...mungkin dia lihat terlalu banyak crossdressing, tapi itu serem..."


Bisikan temanku bisa tedengar.

“…”

“…”

Aku harus bilang apa sekarang?

"Yuuji...aku akan bicara denganmu kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu..."

"Bu...bukan itu! Aku nggak menggunakannya dengan rela! Juga aku bisa menyelamatkan sedikit harga diriku dengan melindungi boxerku!"

"hm hm. Benar. Jadi karena sesuatu yang tragis terjadi yang menyebabkan kondisi mental Yuuji menjadi seperti ini..."


“KAN UDAH DIBILANGIN BUKAN GITU! KARENA SHOUKO LIAT E-MAIL YANG LU KIRIM CELANA GUE DI AMBIL DIA BEGO!”

Yuuji terlihat sangat kesal. Kenapa sekarang jadi salahku? Dia ngomong apa?

“Yuuji, kau ini ngomong apa? Walaupun itu Kirishima-san, dia nggak mungkin mengacak-acak hidupmu karena E-Mail dari cowok kan?”

Bisa dimengerti kalau cewek yang mengirim E-mail itu tapi gimana ceritanya E-mailku membuatnya marah? Ini benar benar nggak jelas.

“Nggak, aku jujur. E-mailmu terlalu cabul.”

“Cabul? E-mail macam apa itu?”

Yang muncul di depanku adalah Himeji-san, oasis langka di kelas 2-F yang penuh cowok bau. Tindakan imut dan dadanya yang sangar itu sangat memukau hari ini.

“Itu cuma E-mail untuk menanyakanmu sesuatu.”

“Hoho, kalau begitu baca E-mail itu dengan keras dan jelas!”

“? Terserah, akan kubaca.”

Yuuji kelihatannya dia khawatir tentang E-mailnya. Aku mengeluarkan HP-ku dan melihat daftar E-mail.

“Erm, akan kubaca—Akhem!”

Aku membersihkan tenggorokanku dan membaca E-mail yang kukirim kepada Yuuji dengan keras.

"Bolehkah aku menginap dirumahmu? Malam ini, aku...nggak ingin pulang."

GARAKK!!

Setelah kubaca, pintu kelas tiba tiba dibuka secara kasar.


“…”


Berdiri diluar kelas adalah temanku; Shimada Minami-san.

“AKU NGGAK NGERTI LAGI AKI MIKIR APA‼!”

“Eh? Kenapa? Kenapa kau kabur pas baru muncul, Minami!?”

Temanku yang berciri khas kunciran, kaki yang langsing dan pettanko melemparkan tasnya kepadaku tanpa alasan dan lari pergi.

“Ka-kau bilang apa, Akihisa-kun!? Bu-bukakah...itu...Kau harusnya bilang itu saat kau sudah dewasa‼

Kalimat Himeji-san sama parahnya. Yuuji juga sering kerumahku untuk main. Kalau kau minta aku agar menjadi dewasa dulu kan...

“Kalian seperti biasa sudah ribut dari pagi. Akihisa lari meninggalkanku, dan Shimada lari dari kelas. Apa yang terjadi?”

Hideyoshi lebih telat daripada aku beberapa menit dan masuk kelas.

“Nggak, nggak apa apa.”

“Apa yang terjadi? Kau lari meninggalkanku. Apakah ada yang kau sembunyikan dariku? Aku merasa tertinggal...”

Hideyoshi menurunkan pandangannya dengan sedih. Apa apaan ini, aku merasa bersalah!

“Hideyoshi, dengarkan aku. Orang bodoh ini yang membuat pernyataan yang merusak moralitas.”

“Akihisa...Hal cabul apa yang kau bicarakan pagi pagi?”

“Bukan! Aku nggak akan melakukan sesuatu seperti itu seperti yang dilakukan Muttsurini.”

“...Nggak sopan.”

Bisikan nggak senang datang dari belakangku. Aku menoleh, dan melihat temanku Tsuchiya Kouta (dipanggil Muttsurini) telah berdiri di tempat dimana aku pun nggak bisa mendeteksi kebereadaannya.

“Pagi, Muttsurini. Ada apa? Sepertinya kau bawa banyak bawaan hari ini.”

Dia membawa tas sekolah dan tas carrier besar. Tidak ada pelajaran olahraga hari ini jadi tas itu nggak mungkin berisi pakaian olahraga.

“...Cuma sarung bantal.”

“Sarung bantal? Tasmu kelihatan besar tuh.”

“...boong.”

Muttsurini menggeleng untuk membantah perkataanku. Caranya membantah memperlihatkan bahwa dia ada sesuatu yang disembunyikan...ini terlalu mencurigakan.

“Maaf, Muttsurini. Biarkan aku lihat apa yang didalam.”

“...Ah.”

Aku menyambar salah satu tas dari Muttsurini, yang agak lambat karena tasnya. Isinya apa? Apa dia punya barang bagus dan ingin menyimpannya sendiri?

“Biar kulihat. Apa isinya...hmm?”

Yang kutemukan dalam tas adalan— kain putih dengan fotoku (dengan seragam pelaut)

“........Muttsurini...apa ini?”

“...Cuma sarung alas duduk biasa.”

“Sarung alas—YAKALI DAH! BEDANYA SARUNG ALAS DUDUK DAN SARUNG BANTAL 'KAN JAUH! DAN KENAPA ADA FOTOKU!?“

“...Ada sesuatu yang disebut maniak di dunia ini.”

“Kau bicara apa? Gimana ada orang pingin alas duduk—“

TOK TOK‼

BTS vol 05 057.jpg

“Maaf, apakah Tsuchiya-kun ada? Sarung alas duduk yang kupesan sebelumnya...”

Kubo-kun dari kelas A muncul.

“Arre? Kau jarang muncul disini Kubo-kun. Kenapa kau mencari Muttsurini?”

“—tidak. Aku ingat ada sesuatu yang penting yang harus kulakukan. Maaf, saya harus permisi.”

Saat aku berpikir tentang itu, dia pergi tanpa melihatku. Ada apa ini?

“Muttsurini, kau punya kontak bisnis dengan Kubo-kun?”

“(Ngangguk)…Dia jadi klien utamaku sejak study camp.”

“Orang itu sudah memperlihatkan jati dirinya.”

Sepertinya aku mulai merinding saat aku melihat Kubo-kun akhir akhir ini.

“Haa...Jadi, Muttsurini, aku akan menyita sarung sarung itu. Akan kusita semua yang lain dan ganti ke foto Hideyoshi...”

“Akihisa, jangan berpikir untuk membuat sarung bantal aku dalam kekacauan ini!”

“Benar, Akihisa-kun. Bagaimana kau bisa mengambil barang orang lain dan mengubahnya? …dan salahsatunya kan punyaku…

Serius, aku mulai berpikir bagaimana murid miskin seperti Muttsurini bisa membeli materialberharga-tinggi. Jadi dia bisa dapat pendapatan dari ini.

“Ngomong ngomong, tadi kau bicara apa?”

“Emm...kita tadi ngomongin apa?”

Banyak hal terjadi sekaligus sampai aku nggak ingat apa yang kubilang. Haa, kenapa kita harus sibuk dari pagi...

“Kita lagi bicara tentang gimana Akihisa maksa aku make celana pendek ke sekolah.”

“Akihisa, kau...”

“YUUJI! JANGAN SENGAJA NGOMONG SESUATU YANG BIKIN SALAH PAHAM!”

Bagaimanapun juga, aku merasa banyak bagian yang terlewat untuk dijelaskan!

“Yah, itu tadi bercanda...jadi E-mail yang dikirim Akihisa disalahpahami Shouko, makanya takdirku jadi tragis begini.”

“E-mail? Apa ada hubungannya dengan bagaimana Akihisa terlihat abnormal pagi ini?”

Kalimat sembrono Hideyoshi membuatku merasa hatiku telah dihancurkan sampai aku tak bisa bernapas. Sialan, aku lupa Hideyoshi sudah sadar ada yang berbeda denganku!

“Sesuatu yang berbeda dengan Akihisa-kun? Kalau dilihat lihat sih, dia kelihatan lebih segar dari biasanya, dan seragamnya telah disetrika dengan rapi, dan rambutnya tidak berantakan...”

“Ini benar benar mencurigakan. Dia kelihatan sehat, tapi bahkan seragamnya rapi. Benar benar aneh.”

“...Ini bukan Akihisa sama sekali.”

Mereka benar benar mulai menyelidikiku. Kalau ini berlanjut akan jadi buruk.

“Se-setidaknya aku ingin pergi sekolah dengan rapi sekali-kali! Jangan omongi itu. Sebentar lagi bel kan? Harus kembali ke tempat dudukku sebelum Ironman datang! Aku harus lakukan itu!”

Aku dengan maksa mengakhiri topik dan lari.

“““...sangat mencurigakan...”””

Aku mengabaikan pelototan yang tajam dibelakangku dan kembali ke tempat dudukku untuk bersiap untuk pelajaran.



“Yoshii, pergi ke UKS.”

Kalimat itu dikatakan 7 kali kepadaku dari jam pelajaran pagi. Emangnya aneh kalau aku mencatat dengan serius?

“Serius, kalian terlalu nggak sopan...”

Aku harus mendapatkan 20 poin lebih pada UAS, atau akan menjadi buruk (bukankah itu ceritanya kalau kakakku dirumah?) Aku punya ide dan belajar lebih serius dari biasanya...kalian tak perlu segitu kagumnya.

Aku menyesal karena guruku merasa begini sambil menyimpan buku dan catatan dari jam pelajaran keempat. Saat aku baru ingin makan siang, Minami tiba tiba datang ke tempat dudukku.

“Aki, apa yang terjadi? Kamu dari pagi sudah nggak normal.”

Suara Minami tiba tiba menunjukkan kekhawatiran. Kupikir dia akan membenciku setelah apa yang terjadi saat itu. Tapi jika seperti apa yang Yuuji dan yang lain bilang, Minami kembali ke sikap lamanya.

“Tidak ada yang terjadi. Aku hanya merasa aku harus belajar lebih giat.”

“Aki, angkat kepalamu. Aku harus cek kamu panas atau nggak...”

“Kenapa semuanya mikir aku sakit kalau aku Cuma ingin belajar?”

Minami mengulurkan tangannya saat aku merasa sangat tersinggung. Dia pasti ingin menyentuh dahiku dan mengecek apa aku sakit. Mereka ini terlalu khawatir—

“Ugh! Nggak boleh!”

“WAH!”

Saat aku tiba tiba melompat, Minami berteriak.

“Oi, apa apaan dengan reaksi itu?! Aku jarang mengecek apa kamu sakit panas kan!”

“Ma-maaf. Banyak alasannya...”

Kalau adiknya, Hazuki-chan yang melakukannya, kupikir nggak akan ada masalah, tapi kalau Nee-san lihat Minami menyentuh kepalaku untuk mengecek apa aku sakit panas, kupikir itu akan masuk dalam definisi ‘hubungan intim yang tidak sesuai’ kan? Kalau begitu poinku akan dikurangi 150. Kalau nee-ssan tahu tentang ini, kehidupan bahagiaku tinggal sendiri akan semakin jauh dariku. Itu karena aku tidak tahu dimana seseorang tertentu ini mungkin bersembunyi yang membuatku harus mengeliminasi semua kemungkinan bahaya

“Alasan? Apa maksudmu?”

Minami tidak mengerti frustasiku sekarang sementara dia melihatku dengan kebingungan.

Nggak bagus. Kalau kujelaskan semuanya kepada dia, aku nggak akan bisa menyembunyikan fakta bahwa ada kakakku. Aku harus ganti topik.

“Ehh...erm...o-oh ya, ayo makan siang daripada ngomong nggak jelas. Istirahat makan siang akan segera selesai!”

Aku dengan terburu buru mengeluarkan kotak bekal yang kusiapkan dari tasku dan meletakannya di meja. Bagaimana aku mengubah topik mungkin agak maksa, tapi Minami akan mulai mengambil bekalnya mungkin?

Itu yang kuharapkan, tapi...


“EH!? Aki, kamu bawa bekal yang kau buat sendiri? Apa yang terjadi?”

Sepertinya Minami malah tambah curiga.

“Ehh!? Akihisa-kun bawa bekal?”

Untuk alasan tertentu, Himeji-san datang sambil berlari dan terlihat kaget.

“Eh? Kalian tak perlu segitu kaget...Aku kan juga manusia, dan aku bakal mati kalau aku nggak dapat nutrisi sekali-kali.”

Walau aku bilang begitu, aku akan menghabiskan uang yang kupunya saat aku dapat biaya hidup.

“Benar sih...tapi hari ini berbeda dari sebelumnya.”

“Ya. Aki juga akan makan siang sebelumnya, tapi dia akan bawa bekal yang dia beli, tapi sepertinya dia bawa buatan sendiri hari ini.”

Keduanya membelalak dan melototi makansiangku di meja.

Parah. Aku nggak nyangka mereka bakal sampai mengamati hal minor seperti ini.

Benar kalau aku nggak punya uang untuk beli makan siang, aku biasanya beli bekal dari toko atau supermarket. Lebih ekonomis untuk beli bekaldaripada buat, tapi nggak kulakukan hari ini.

“Akihisa-kun, kenapa kamu makan bekal yang dibuat-secara-spesial?”

Himeji-san memiringkan kepalanya dan bertanya.

Alasannya simpel. Cuma aku harus berpura-pura aku menjalani hidup sehat. Tapi kalau aku jelaskan kepada mereka, aku harus bilang kalau ada kakakku. Ini adalah sesuatu yang harus kucegah bagaimanapun juga. Aku harus apa sekarang...

“Jangan bilang, ada yang buatkan ini buatmu?”

Minami menyipitkan matanya. Parah, dia bersiap siap menyerang...

“Aku beneran buat sendiri!”

Untuk meyakinkan keamanan personalku, aku menjawab dengan jujur. Lagian ini nggak perlu disembunyikan.

Tapi respon yang kudapat malah,


“Bohong.”

“Kamu bohong.”


KENAPA KALIAN BERDUA NGGAK PERCAYA AKU!?

“Aki kan nggak bisa masak. Kusarankan kamu jawab jujur. Siapa yang buatkan bekal ini untukmu?”

“Dan kelihatannya enak...orang yang bisa membuatkan bekal sebagus ini adalah—“

“Kalau nggak Sakamoto atau Tsuchiya?”

Aku nggak ngomong apa apa tapi topiknya malah kabur ke arah yang nggak jelas.

Nggak masalah, kalau mereka bisa terimaaku biarkan saja mereka menebak dengan acak.

“Yasudah...pikirlah semau kalian.”

Aku memperlihatkan ekpresi bodo amat sambil menaikkan pundakku.

“Sudah kutebak—Aki, sejak kapan kamu sejijik ini?”

“EH!? TUNGGU, MINAMI! IMAJINASI TAK TERBAYANGKAN APA YANG KAU PIKIRKAN!? DAN KENAPA WAJAH HIMEJI-SAN MERAH SEMUA SEKARANG!?.”

Maksudnya jijik apa coba? Aku benar benar memikirkannya, tapi aku merasa kalau aku dengar langsung dari mulutnya aku akan kagok tanpa bisa sadarkan diri.

“Ngomong-ngomong, Aki mengirimkan E-mail ke Sakamoto kalau ‘malam ini aku nggak mau pulang’.”

“Kalau begitu, berarti, Akihisa-kun dan Sakamoto-kun benar benar...”

Hooh? Kamu ingin ngomong apa?”

“...Jadi Yuuji benar benar selingkuh dengan Yoshii.”

Heh? Selingkuh? Topik kita sekarang apa?

“Ugh Kirishima-san!? Kapan kau muncul?”

“...barusan.”

This pretty and cool girl with such a quiet temperament is the class rep of A class and the valedictorian, Kirishima Shouko-san. Jago dalam pelajaran dan atletik, dan wajah dan latar belakang keluarganya kelas atas. Satu-satunya hal menyedihkan-nya adalah dia hanya sayang Yuuji, dan disayangkan sekali.

“Kirishima-san, kau mencari Sakamoto-kun?”

Himeji-san menanyakan Kirishima-san.

“(ngangguk)…aku ingin mengembalikan celana Yuuji.”

Menggantung di tangannya adalah celana yang kelihatannya nggak lain dari celana cowok. Yuuji mungkin datang ke sekolah dengan celana pendek gara-gara celananya disita Kirishima-san.

Kelihatannya dia sengaja datang untuk mengembalikan celana Yuuji...tapi sekarang kelihatannya Kirishima-san mengeluarkan hawa pembunuh yang kuat, dan kelihataannya tidak santai seperti bagaimana seharusnya dia saat mengembalikan celana.

“Hm? Shouko? Aku ngerti. Jadi kamu akhirnya sadar diri dan memutuskan ngembaliin celanaku.”

Suara yang tak asing terdengar disekitar sini.

Saat aku menoleh ke arah tempat suara itu, Yuuji sedang melihat celana di tangan Kirishima-san sambil berjalan.

“...mereka yang selingkuh harus dihukum.”

Gumaman itu dingin seperti es yang hampir membekukan bulu kudukku. Parah, Yuuji! Cepat pergi...!

Yuuji sudah berdiri didepan Kirishima-san, nggak mengetahui peringatanku saat aku sengaja diam.

“Akhirnya aku bisa pake baju dengan bener—hm? Kenapa nggak dibalikin, Shouko?”

“…Yuuji.”

“Ape?”

“...Aku tidak ingin melakukan sesuatu yang kejam kepada Yuuji.”

“Kau nggak mau melakukan sesuatu yang kejam ke aku? Aku nggak ngerti maksudmu tapi baguslah kamu nggak berniat gitu.”

“...Karena itu aku peringatkan kamu.”

“Memperingatkan?”

“...serahkan celanamu.”


DA!! (Yuuji tiba-tiba kabur)


“Ahaha. Yuuji benar benar idiot.”

“Erm, Akihisa-kun.”

“Hm? Ada apa, Himeji-san?”

“Kamu ingin memakan bekal itu?”

“Un. Pasti akan kumakan. Sudah disiapkan ini.”

“Benarkah...aku mengerti. Kalau begitu, tolong bandingkan rasanya.”

“Rasa?”

“Iya. Sebenarnya—aku membuat biskuit spesial semalam...”


DA!! (Aku tiba-tiba kabur)


“Ahh!Oi, Aki! Jelaskan hubunganmu sama Sakamoto!”

“Akihisa-kun!Kenapa kamu lari tanpa mencoba? Biskuit yang kubuat pasti lebih bernutrisi dari bekal Sakamoto-kun. Tolong dicoba!”

“…Yuuji, kalian benar benar mencoba melarikan diri. Tidak bisa dimaafkan.”


Dibelakang kami, suara derap kaki dan nafsu pembunuh terus mengejar kami.

“Akihisa, anjrit lo! Apa yang kau bilang ke Shouko? Ngapa tau-tau dia nyerang aku!?”

“Gimana aku tau!? Aku baru mau nanya kau bilang apa ke Himeji-san sama Minami! Mereka keliatannya punya pikiran macem-macem tentang aku!”

“Gimana gue tau, bego!? Imajinasi mereka itu semua gara-gara perilaku burukmu!”

“Kau bilang apa!? Anying lo! Gue balikin kalimat itu ke elu‼”

Yuuji dan aku terus berteriak kepada satu sama lain sambil terus lari menyusuri koridor. Aku nggak terlalu pede dengan kemampuan fisikku, tapi kecepatan lari aku dan Yuuji jauh lebih cepat daripada orang biasa. Jangankan Himeji-san yang memang sudah lemah, Minami dan Kirishima-san yang atletik pun nggak mungkin bisa menyusul—


“Kalian berdua lagi! Yoshii, Sakamoto! Kalian bertengkar tentang apa!”

“ “GAHH‼‼ IRONMAN‼!””

Musuh bebuyutan kami munculdidepan kami. Dia adalah setan dengan otot melilitnya, tinggal di masyarakat modern—Nishimura-sensei, alias Ironman.

““…””

Saat itu aku dan Yuuji melirik satu sama lain. Dari matanya aku tahu dia berpikir apa yang kupikirkan.

((Kalau aku bisa mengorbankan orang ini kepada Ironman aku bisa kabur kan...?))

Pemikiran yang menyentuh, tapi Ironman bukanlah satu-satunya musuh sekarang. Para cewek yang mengikuti dari belakang juga ancaman berat.

Dengan kata lain, walaupun patut disesali, kalau aku mau menggunakan metode itu untuk hidup damai, tumbalnya kurang.

“Mau gimana lagi! Kerja sama yok Akihisa!”

“Oke! Taruh nyawa sebagai prioritas~!”

Saat itu, kami membuat keputusan terbaik dan bersiap untuk beraksi. Ayo mulai—


“—Activate!”

“—Summon!”


Saat Yuuji menyalakan Summoning Field, Shoukanjuu-ku muncul.

Lalu kami bersiap untuk menyerang Ironman yang menghalangiku.

“Makan ini, Iron—man...?”

Tiba tiba Shoukanjuu-ku menghilang dengan anehnyaseperti kabut.

“Aneh? Apayang terjadi?”

Shoukanjuu-nya nggak bersembunyi. Lebih seperti...nggak ada respon sama sekali. Aku agak kebiasa mengontrol shoukanjuu tapi hal ini nggak pernah terjadi sebelumnya. Bukan seperti ‘gangguan’ seperti sebelumnya. Apa apaan?

“Oi, Akihisa! Ngapain bengong!?

“Heh—UOWAAAAHHH!!!”

Hembusan angin kencang memberdirikan rambutku datang dari sebelah. Ini tinju Ironman? Kupikir ini bola besi yang dilempar kearahku!

“Kalian berdua...! Saya tidak tahu apa yang kalian ributkan,tapi kalian menggunakan Summoning System untuk melakukan sesuatu yang buruk! Bukankah sudah saya peringatkan untuk tidak menggunakan Shoukanjuu semau kalian selain pertarungan Summoning!? Sepertinya saya harus betulkan sikap busuk kalian itu!”

AAHH!! Ironman marah! Sepertinya kami membuatnya marah total dengan menggunakan Shoukanjuu untuk menerobos.


“Tunggu, Aki! Makan kue Mizuki dan beritahu kami semuanya!”

“...Yuuji, kalau kau tetap mencoba menentang, aku akan ambil semua pakaianmu.”


Suara para assassin itu terdengar dari belakang. Kenapa istirahat makan siang normal jadi seperti ini!?

“Akihisa!”

“Oke!”

While Ironman’s falling forward with the attack, I used my fastest speed to escape the scene.

Kami terhenti dari depan dan belakang, tapi untungnya ada tangga disebelah kami. Karena ini bukan buntu, kita masih bisa lari!=

Yuuji dan aku lari turun tangga berbarengan.

“Bagus, Akihisa! Kita akan memisah dibawah tangga! Aku akan jadi umpan dan menjauhkan mereka sembunyi dibelakang pillar dan kabur saat mereka pergi!”

“Nggak mau, kenapa aku harus mengorbankan kamu untuk menyelamatkan diriku sendiri, Yuuji! Aku yang harusnya jadi umpan dan menjauhkan mereka. Sembunyilah terus lari, Yuuji!”

“Bukan waktunya untuk mikir! Cuma satu dari kita yang bisa hidup!”

“Makanya aku kasih kesempatannya ke kamu Yuuji!”

“Nggagaga, Akihisa! Kau saja yang sembunyi!”

Kami memperhitungkan keselamatan sebagai prioritas, dan alamiahnya, kami nggak akan menyerah. Baru saja kami meneruskan bacotan, kami sampai di lantai satu.

“Dasar kau..kalau gitu aku paksa kau sembunyi!(BLUK)”

“Ah! Yuuji, kau ngapain!?”

Saat masih kagok Yuuji mendorongku kebelakang pillar dan kabur ke arah lainnya.

“Yu, Yuuji! Dasar bego!”

Aku jongkok dan menyembunyikan tubuhku dibelakang pilar dan mau nggak mau memikirkan temanku yang kabur. Si bego itu pasti—


“IRONMAN, SHIMADA! AKIHISA SEMBUNYI DISONO‼”


UDAH GUE TEBAK DIA BERKHIANAT, BABI!

“SIALAN, YUUJI! GUE GAAKAN LUPAIN PENGHIANATAN LO‼”

Aku lompat keluar persembunyian dan lari kabur dari arah Yuuji kabur. Sialan! Niatku sudah dilakukannya! Kesel!

“Yoshii! Berhenti dan ikut saya minum teh di ruang remedial!”

“OGAH! RASANYA BAKAL KAYA MINUM TEH CAMPUR AIR MATA KALAU MINUM TEH DENGANMU‼”

Dorongan Yuuji membuat kakiku agak nggak stabil, dan Ironman langsung menyusul.

Guuu...! Aku nggak bisa kabur sekarang!

Ironman pelan pelan mengurangi jarak kami, dan aku akan tertangkap jeratan setannya sedikit lagi.

“Menyerahlah Yo—OOOH‼?”

Ironman tiba-tiba kaget dan kelihatannya tersandung, saat tubuhku saat itu merasakan rasa sakit misterius...ini feedback dari Shoukanjuu?

Aku menoleh, tapi tidak menurunkan kecepatan.

“Eh? Kenapa...”

Kulihat dengan seksama dan kulihat 3m dibelakangku, Shoukanjuu-ku tiduran disana, menyandung Ironman.

“Bagus! Bodo amat apa yang terjadi, tapi aku lebih baik lari!”

Untungnya kesempatan besar muncul. Aku pastinya harus mempergunakannya. Aku pakai saja kemampuan melewati rintangan dan keluar jendela. Aku bahkan lari sedikit lagi untuk menghindari orang orang yang mengikutiku.

“Ngomong ngomong, kenapa Shoukanjuu-nya muncul? Kan nggak ku-summon.”

Aku berhasil menyelamatkan diri sendiri, tapi aku masih bingung. Shoukanjuu yang ku-summon di lantai atas hilang tanpa melakukan apa-apa…

Aku terus mikir sambil lari keliling sekolah, dan nemu jendela kebuka.

“Huu…Kayaknya mereka nggak akan bisa menemukanku kalo aku lari sebanyak itu.”

Aku mulai memperlambat dan berhenti lari demi kehidupanku, jalan ke dekat jendela, memiringkan badan ke pinggiran jendela dan lompat masuk.

Ruangan apaan nih? Kenapa kok kayaknya pernah liat…

Ada sofa dan meja untuk tamu, dan rak buku dipenuhi judul spesial yang bisa memberiku migraine. Dan—

“Bocah sialan, apa maumu?”

“Ada patung pria tua jelek!”

“Dan kau mengejekku saat melihatky!? Dasar bocah sialan tidak sopan!”

—nggak, dia kepala sekolah.

“Serius, kamu bocah sialan yang mengkhawatirkan. Kalian berdua masuk tanpa menyapa dan bahkan mengejek. Kalian mau diskors lagi?”

“Ma, maaf…”

Aku hanya mengatakan apa yang kupikirkan.

Tapi bukannya ini aneh? Dia bilang… ‘berdua’?

“Apa apaan, Akihisa! Kau sembunyi disini juga.”

“Ah, Yuuji. Jadi kau sembunyi disini.”

Suara yang kukenal terdengar disebelahku.

Aku tidak menyadari keberadaannya karena dia tertutup rak buku. Yuuji yang terpisah denganku, sembunyi di ruang kepala sekolah juga.

“Karena mereka nggak akan menemukan kita kalo kita sembunyi disini.”

“Memang benar mereka nggak akan pikir kita akan sembunyi disini.”

Tapi benar-benar kebetulan aku kesini.

“Saya nggak tahu kalian ngoceh apa, tapi ini bukan tempat dimana kalian bisa masuk semau kalian. Udara disini sudah terasa terkontaminasi saat kalian bocah jelek sialan masuk kemari. Mengganggu.”

Dipikir-pikir, kita yang sering kesini. Tapi kata-kata kasar dan memalukan itu bukan sesuatu yang boleh dikatakan seorang edukator. Bu Kepala sekolah benar-benar terlihat nggak senang. Apa yang terjadi?

“Yuuji, kau bilang sesuatu yang bikin kepala sekolah marah?”

“Bego. Jangan membandingkanku dengan orang yang memperlakukan kepala sekolah seperti orang aneh dan jelek yang nggak tahan diliatnya. Aku cuma kaget tiba tiba ada setan di ruang kepala sekolah.”

“Yuuji, kata katamu kayaknya terlalu kasar. Kepala sekolah sendiri juga nggak mau kelihatan kaya setan.”

“…Kalian sepertinya harus sadar siapa yang punya otoritas tertinggi di sekolah ini.”

Aku kebanyakan mikir kali ya? Kayaknya mood kepala sekolah malah tambah parah.

“Heh, saya nggak mau kalian bocah bocah sialan mengomentari tampang saya. Kalian berdua cuma versi kelas dua dari pasangan Toko-Natsu, dan bahkan kalian punya hak untuk membicarakan saya.”

““KAU BILANG APA MBAH MBAH SIALAN!!!””

Saat mendengar deskripsi terburuk pada kami, Yuuji dan aku langsung ngamuk. Tapi aku malah kaget kepala sekolah tahu tentang panggilan Toko-Natsu.

“Oke oke. Lalu, apa yang ingin kalian berdua bicarakan? Kalian lihat saya sibuk sekarang.”

Kepala sekolah bilang sambil melihat ke arah tumpukan dokumen disebelahnya. Aku sebenarnya nggak ada yang ingin dibicarakan…

“Oh ya. Ada yang ingin saya tanyakan.”

Tapi Yuuji kelihatannya ada yang ingin dibicarakan. But Yuuji looked like he had something to say. What can he talk about with the principal?

“Kami memanggil shoukanjuu barusan, tapi ilang tanpa alasan padahal kita nggak ngapa-ngapain. Ada sesuatu?”

Oh iya. Aku juga heran kenapa shoukanjuu-nya ilang tanpa alasan. Untungnya aku masih bisa kabur, tapi kalo hal ini terjadi pas turnamen Summoning bakal repot. Lebih baik cek sama kepala sekolah.

“Kalian tahu cara bicara? Ya sudahlah, honorifik mungkin terlalu sulit untuk orang bodoh seperti kalian, mau apa lagi.[1]

Setelah penghinaan di kedua sisi—

"Itu hanya satu dari masalah yang ada."

Kepala sekolah menjawab pertanyaan Yuuji dengan dinginnya.

"Masalah...Apa kau bicara tentang Gelang Platinum-ku?"

Aku hampir lupa kalau Gelang Platinum bisa rusak kadang -kadang. Aku nggak begitu ngerti apa yang terjadi, tapi kalau murid dengan nilai bagus memakai ini, bisa membuatnya liar dan tak terkendali. Ngomong-ngomong tentang nilai Yuuji, bukan tidak mungkin kalau gelangnya hancur. Kalau begitu, mungkin karena itulah mengapa Shoukanjuu-nya jadi aneh?

Saat aku berpikir seperti itu,

"Tidak, saya bicara tentang Sistem Summoning Test."

Kepala sekolah menjawab dengan muka kesal. Jadi ini bukan seperti yang aku pikirkan.

"Ngomong-ngomong, sepertinya sedang ada perbaikan. Sistem Summoning-nya benar-benar nggak apa-apa nih?"

"Ada sedikit masalah sekarang, tapi bukan yang kalian bocah sialan perlu khawatirkan. Saat ini kami sedang menyesuaikan kembali, tapi kita bisa menggunakannya lagi sebelum liburan musim panas."

Serius? Kita bisa pakai sebelum liburan musim panas...berarti,

"Dengan kata lain, kita bisa mulai perang summoning langsung,"

"Tunggu sampe semester depan."

"Kita harus apa dong, bakalan ribet nih!"

'Larangan menyatakan perang selama 3 bulan' kami setelah kalah perang summoning waktu itu sudah hampir habis, dan sekarang kita hanya bisa menunggu!

"Nggak bisakah kau lakukan sesuatu?"

"Bukannya kita tidak bisa pakai sepenuhnya...tapi saya tidak mau kalian berdua memakainya. Dan saya memerintahkan guru-guru lain untuk menolak permintaan murid untuk menyatakan perang."

Kepala sekolah menjawab dengan dinginnya.

"Kalau bukan kita nggak bisa pakai sepenuhnya kenapa dilarang! Jangan ngelawak deh!"

"Bukan begitu. Saya juga ngelawak karena ribet sendiri."

Sekali lagi dia ngomong sesuatu yang seharusnya nggak dikatakan seorang pengajar.

"Kenapa kau harus begini? Nggak ada hubungannya sama membiarkan kita memakainya kan?!"

Melihatku gelisah, sang kepala sekolah menjawab dengan dinginnya.

"Kenapa? Oh jangan bilang kau tidak mengerti kalau saya tidak menjelaskannya dengan jelas?"

"Iyalah aku nggak ngerti! Apa-apaan ini!"

"Hal ini butuh banyak wawasan untuk kamu agar mengerti. Memangnya kepalamu itu hanya hiasan? Dari kelihatannya sih memang butut."

D...Dasar si mbah ini...

"Kalau begitu saya beri tahu langsung. Alasannya simpel. Kalian berdua biasanya jelek, dan saya tidak hanya bicara tentang muka dan nilai."

Nggak bisa apa ini orang bicara dengan orang lain tanpa mengejek?

Saat aku baru mau nyeletuk, Yuuji, yang berada dibelakangku, tiba-tiba meraih sikuku. Kenapa?

(Santai, Akihisa)

Yuuji berbisik dengan pelan.

(Kenapa?! Kau nggak kesel dikatain kaya gitu?!)

(Yakali aku nggak marah? Tapi mau nyeletuk juga bisa apa? Kita gak bisa ubah kenyataan kalo kita nggak bisa mengadakan perang summoning sekarang.)

(Uu..."

Yuuji benar. Kalo kepala sekolah marah sekarang, nggak ada untungnya buat kita.

(Kalau begitu, ayo coba modusin si mbah ini biar menghapus larangan perang summoning ini? Tahan aja sebentar.)

Nggak pernah nyangka aku bisa dengar kata 'tahan' dari Yuuji, tapi untuk orang ini, situasi sekarang adalah situasi dimana kita nggak bisa bergerak sendiri. Lagipula, masalah kita bisa dapat perpanjangan perang summoning sekarang adalah masalah hidup dan mati.

(Oke deh, Yuuji. Sekarang kita tahan aja seberapapun dia mempermalukan kita.)

(Iya. Demi tujuan kita.)

Benar. Seberapa ganasnya mulut kepala sekolah ini, kuta hanya harus tahan. Tahan, tahan, tahan...

"Benar deh, seberapapun kalian sayang sama saya, nggak perlu kalian kumpulkan anak laki-laki kelas dua untuk melihatku mandi..."

““DIAM LO MBAH-MBAH EGOIS SIALAN!!!!””

Kami cuma bisa meneriakkan pikiran kami.

"Kapan, kapan saya egois? Kalian seru-serunya membuat kerusuhan hanya untuk mengintipi saya. Itu kenyataan!"

"KAU BISA BILANG APAPUN TENTANG AKIHISA BEGO, COWOK JELEK KLIMAKS ATAU HOMO, BODO AMAT GARA-GARA ITU KENYATAAN. YANG SAYA GAK TERIMA ADALAH KAU BENER-BENER PIKIR SAYA BAKAL SENENG DAN BERPIKIR MACEM-MACEM TERHADAP SEORANG NENEK TUA! SIALAN MBAH, BENERIN TUH!"

"NOH! BENERIN SONO! CUMA YUUJI YANG BEGO JELEK DAN SENENG NGELIATIN MBAH-MBAH"

"Ahh, kalian berisik banget! Kalian mau minta bagaimanapun, saya nggak akan mau punya hubungan cinta dengan murid!"

""SAYA JUGA NGGAK MAU SAMA ANDA!!!""


Sekian obrolan sembarangan-nya

"Jadi kenapa kau harus melarang perang summoning? Kalau cuma masalah kecil, seharusnya bisa diperbaiki kan?"

Saat sudah santai lagi, Yuuji duduk di sofa dan bertanya.

"Haruskah saya bilang? Jelas-jelas karena kalian tidak mengerti tentang sifat sistem summoning ini."

"Sifat sistem Summoning?"

"Iya. Saya tidak tahu kalian salah paham tentang apa, tapi sistem Summoning di sekolah ini pada awalnya diniatkan untuk 'menaikkan keinginan murid untuk belajar secara akademis'. Tapi coba, kalian sudah melakukan apa? Mulai dari menghancurkan tembok sekolah, meledakkan ruang staf, memimpin seluruh murid laki-laki kelas 2 untuk mengintip kamar mandi perempuan, dan memulai keributan perang summoning—Kalian bukan cuma menjadi murid bermasalah, kalian malah kelewatan. Kalian memang sudah belajar keras dengan serius?"

"Uu..."

Aku nggak bisa ngelawan.

"Tapi setelah keributan itu nilai kami naik kok. Kami memang nggak masuk kelas dengan benar, tapi kami sudah mengerjakan remedial sehari-hari."

"Y, ya. Kami lakukan apa yang kami harus bisa lakukan!"

"Ini bukan masalah nilai kalian naik atau tidak, tapi bagaimana publik berpikir tentang ini."

Si kepala sekolah kelihatan lelah saat mengatakannya.

Fumitzuki Gakuen sedang diawasi berbagai macam orang karena sistem Test Summoning. Dengan ini, akan ada banyak sponsor dan biaya SPP turun secara drastis, tapi ada masalah dengan perdepatan dan dikritik. Bahkan kalau orang-orang di sekolah ini bisa merasakan efek dari sistem test summoning, sekolah mungkin tidak bisa terus menjalankannya kalau masyarakat tidak bisa setuju dan menerima ini. Si kepala sekolah mungkin terganggu dengan ini.

"Maka dengan itu saya mengeluarkan larangan ini, dan bukannya kalian tidak bisa pakau selamanya. Dalam seminggu, akan masuk masa UAS, dan liburan musim panas setelahnya, 'kan? Semester dua sudah sebentar lagi."

Waktu sampai semester dua masih lumayan lama, tapi untuk sekolah, ini hanyalah sekedar 3 minggu. Setelah disebut lagi, memang terasa nggak lama.

"Dengan kata lain maksudmu begini; sistem summoning ini bermasalah, tapi gencatan senjata ini hanya disebutkan ke publik. Anda melarang kami mengadakan perang agar murid-murid lain bisa fokus kepada UAS. Iya 'kan?"

"Kemampuan observasi-mu benar-benar tajam. Benar, maksud saya begitu."

Pembicaraan ini berlanjut, tapi aku sudah nggak nangkep.

Ummmmm berarti...?

"Jadi pada dasarnya, maksudnya 'perang summoning' ini dilarang untuk sekarang biar kita bisa fokus buat UAS dan naikin hasil nilai."

Yuuji menjelaskannya kepadaku di saat yang tepat. Hmm hmm, jadi begitu.

"Walau begitu juga, kalau saya melarang perang summoning ini, paling kalian juga nggak akan belajar."

Si kepala sekolah bertopang dagu sesaat dia terlihat seperti sedang berpikir.

"Kalau nilai kalian tidak meningkat dengan UAS yang akan datang ini, kami akan mengadakan remedial musim panas spesial."

KALIMAT APA YANG BARUSAN DIOMONGIN MBAH SIALAN INI?!

"J...jangan gitu dong bu! Anda sudah ngelarang perang summoning, dan sekarang mau merusak liburan musim panas kami! Kurang kejam apa coba!?"

Kami nggak bisa mengadakan perang yang kami benar-benar harapakan, dan sekarang kami diperintahkan untuk belajar untuk UAS,. Ini mungkin normal untuk murid biasa, tapi nggak ada murid yang bakal senang dengan ini.

"Dasar bocah, kalian banyak omong! Saya bisa saja sekalian selesaikan remedial liburan musim panas dan menunda perang summoning ke semester tiga agar kalian bisa fokus belajar."

"Ukh..."

Apapun masalahnya, tolong beri ampun. Aku merinding sesaat aku membayangkan kalau aku harus terus melihat Ironman di kelas setengah tahun ini. Lagipula...jika Himeji-san harus mendapat fasilitas seperti itu, akan terlalu...

"Bukannya saya tidak mengerti perasaan kalian sih. Saya berniat untuk mengumumkannya besok. Bukan kalian saja sih, karena tidak sulit membayangkan murid murid lain protes dengan keras tentang ini.

Tapi yang protes pasti kebanyakan murid kelas F.

"Jadi saya memutuskan untuk memberi untung kepada kalian dan mengulang sistemnya."

"Mengulang sistemnya?"

Untung macam apa itu?

"Karena sebelumnya ada perbaikan, saya berniat mengulang data yang sudah ada kembali ke nol. Kalian akan termotivasi 'kan?"

"Hoo...ide yang lumayan bagus."

Sepertinya Yuuji ngerti apa yang dimaksud kepala sekolah, tapi aku masih nggak ngerti sama sekali. Proposal bagus apa ini?

"Sepertinya kau masih tidak mengerti. Pengulangan sistem berarti peralatan para Shoukanjuu akan dikembalikan ke nol."

"Dengan kata lain, nilai yang kita dapet di UAS ini bakal menentukan peralatan Shoukanjuu kita, dan bahkan bisa lebih bagus dari sebelumnya."

"Eh! Gitu ya?"

Jadi peralatan Shoukanjuu-ku bisa berubah dari pedang kayu jadi pedang beneran? Keren dong!

"Awalnya, peralatan Shoukanjuu hanya bisa dirubah di saat Ujian Kenaikan Kelas. Jadi saya berikan ini kepada kalian untuk keuntungan spesial."

Peralatan shoukanjuu yang kami dapat ditukar dari nilai sebelum 'steaming', yaitu Ujian Kenaikan Kelas kelas sati. Setelah itu, sebanyak apapun yang kudapat, pedang kayuku tetap berupa pedang kayu, dan seragam sekolahku tidak berubah menjadi baju pelindung. Ini sudah menghalangiku berkali-kali, kalau aku bisa menjadi lebih baik, berarti bagus buatku.

"Belajar bukanlah untuk siapa-siapa, tapi untuk kerja keras kalian sendiri. Saya tahu ini mungkin tidak bagus...tapi kami akan menjalankannya satu-satu. Situasi sekarang sedikit spesial."

Jarang banget kepala sekolah ini mengatakan sesuatu yang seharusnya dikatakan seorang pengajar.

Belajar adalah untuk kita sendiri, dan sang kepala sekolah tidak ada hubungannya dengan ini. Tapi dorongan tambahan ini akan membuat kita bekerja lebih giat, yang nggak bisa aku sangkal. Juga—

"Oke! Aku akan berjuang buat UAS!"

"Akihisa, kau kenapa deh? Tiba-tiba bermotivasi gitu..."

Dan juga, ngomong-ngomong keuntungan spesial, mungkin akan jadi kebetulan. Sampai sekarang aku lupa nee-san kembali jadi inspektur. Kalau aku nggak giat untuk UAS, kehidupan sendiri-ku yang bahagia akan hilang. Tapi dengan ganjaran, aku bisa belajar keras. Begitu aku dapat hasilnya, aku pasti akan...

"Okeh! Ayo berjuang, Yuuji! Kalo hasil UAS kita bagus, kita bisa ngalahin kelas A di perang summoning semester depan!"

"Ooh, iya."

Aku benar-benar harus berjuang sekarang! Demi mengusir kakakku, dan demi mendapat fasilitas kelas-atas milik kelas A di semester depan!

"Bagus kalau otak bodohmu bisa mengerti. Yasudah, bocah, kalau sudah tidak ada kerjaan lagi pergi sana."

"Ya! Kita akan mulai bergerak sekarang!"

"Ah, woi, Akihisa, kalo kita lari di koridor sekarang, mereka bakalan..."

Aku menarik tangan Yuuji dan keluar kantor kepala sekolah. Kalo gitu, ayo kerja keras


KACHANK


““““Selamat datang””””

—Tapi sekarang, sepertinya aku harus mengurus empat orang ini dulu.


Skor sekarang [-20 poin]


Notes[edit]

  1. Diingat bahwa Yuuji tidak pernah pakai honorifik (kecuali "sensei")