Baka to Tesuto to Syokanju:Volume5 Soal Pertama

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

"...Yuuji."

"Apa, Shouko?"

"...Aku ingin lihat handphone-mu."

"Kenapa? Kenapa tiba tiba pingin lihat HP-ku?"

"...Karena kemarin, program di TV bilang."

"TV? Apa katanya?"

"...Banyak bukti perselingkuhan akan tetap di handphone."

"Hoho."

"...Jadi, tunjukkan padaku."

"Ditolak."

"...Kencangkan gigimu."

"Tunggu! Aku pikir kau telah melewatkan banyak langkah! Kau tiba tiba ingin menonjokku? Kau ingin menonjokku?"

"...Perlihatkan."

"Ah-...Tidak, tidak bisa, nggak sengaja ketinggalan dirum-AAHHHHHHH! M-MATAKU!"

"...Harusnya aku lakukan ini daritadi."

"Kau selalu menusuk mataku! Kenapa kau minta aku mengencangkan gigiku kalo begitu!? Itu boongan, dasar hewan!"

"...Yuuji, longgarkan tanganmu. Kalau begini aku tidak bisa mengambil handphonemu."

"Ngg-Nggak akan kukasih! Ini baru aku dapet balik abis dibenerin! Nggak akan kubiarin kamu curi!"

"...Kalau kamu menolak, Akan kuambil celana dan dalaman-mu."

"Da...!? Kalo celana mah terserah walaupun aku nggak rela, tapi kenapa dalemanku juga ikutan!? Maksudmu aku harus sekolah dengan bagian bawah telanjang!?"

"...Anak setengah-telanjang yang hanya memakai baju sangat disukai ibu-ibu, aku dengar dia bilang sekali."

"Salah! Ini nggak ada urusannya dengan 'suka'! Pentingnya lagi, aku nggak mau, jangan salah!"

"...Juga, aku juga mau lihat bagian sana-nya Yuuji."

"Kamu bokep ya!?"

"...Aku tidak cabul. Aku, teman masa kecil-mu, mempunyai kewajuban untuk mengecek pertumbuhan Yuuji."

"Beh, lepaskan gesperku! Jangan sentuh! Oke oke! Nih! Ambil handphoneku!"

"...........ya."

"Shouko. Kenapa kamu sangat kecewa..."

"...Perlihatkan handphone-mu."

"Serius... Tolong jangan dirusak, kau bodoh dalam mesin."

"...Akan kucoba."

"Tolong."

"........."

"Dan? Nggak ada apa apa kan? Kalau mengerti, kembalikan handphone-kuuu—UOH! Tanganmu ngapain deket deket celanaku? Kamu udah ambil handphone-ku kan!?"

"...SMS dari Yoshii lebih banyak dari SMS dariku."

"Heh? Apa salahnya?"

"...Singkatnya, kau akan selingkuh dengan Yoshii."

"Salah hesar."

"...Jadi, hukuman."

"Kenapa disekitarku banyak yang mikir perbedaan jenis kelamin itu spele...? Oke, Shouko, lihat isi SMS-nya. Cuma bercanda saja kan?

"...tapi,"


Pip, Pip, Pip, Pip, Pip


"Ah, SMS? Di HP-ku, kan? Biar aku cek!...tunggu, balikin dulu gesperku yang kau curi dengan jago-nya."

"...Tidak, tak akan kukembalikan."

"Ha? Kenap—aAAAAH!? Sekarang kau ingin mengambil celanaku lagi? Semua orang bisa lihat kita dari sini—NGGAK, NGGAK, OKE!! Aku sudah dewasa, nggak apa apa nyerah dan ngasih celana walaupun aku sangat sangat nggak rela, jadi seenggaknya dalemanku!"

"...tidak"

"Kau gila!? kau tahu kau sedang apa sekarang!?"

"...Aku tak akan, mengampunimu, selingkuh...!"

"Sialan! Apa kata SMS-nya!?"

【Message From: Yoshii Akihisa】

Bisa aku menginap dirumahmu? Malam ini aku...tidak ingin pulang.


Pertanyaan Pertama[edit]

Sebutkan nama alat disamping.

BTS vol 05 016.png


Jawaban Himeji Mizuki:

Tabung Pengukur.

Komentar Guru:

Benar. Mengetahui nama dan kegunaan peralatan lab itu yang palin gdasar. Bisa megingat nama peralatan peralatan ini pasti ada hasilnya. Juga, tolong ingat untuk melihat besaran yang ada di peralatan tersebut.

Jawaban Tsuchiya Kouta:

Mesu Shiri. [1]

Komentar Guru:

Kau hanya ingat bagian yang kau anggap menarik. Kuharap kau tak lupa dengan tiga huruf terakhir [ンダー] (ndaa).


Jawaban Yoshii Akihisa:

Tabung kaca dengan besaran

Komentar Guru:

Tidak ada harapan kalau kamu...



BTS5-Hideyoshi.jpg

Saat ini Minggu sore, dan tempat yang sangat jarang terpengaruh cuaca penghujan ini gerimis tadi pagi, tapi sekarang sudah berhenti maka diluar sekarang cerah. Namun aku tak kemana-mana melainkan ngetem dirumah bermain game.

“Yak! Ho... yak, Dan—!”

Di layar TV adalah game tinju yang baru kubeli minggu lalu, dan aku mengontrol alat ditanganku ini seperti kesurupan. Yuuji waktu itu ikut main dan anehnya dia lebih hago dariku. Mengesalkan, namun orang itu memang selalu lebih baik dalam game yang berhubungan dengan refleks dan gerakan.

"Walau begitu, aku tak akan kalah dengan orang seperti itu!"

Tapi game apapun itu, Kalah kepada Yuuji saja membuatku mual, jadi aku janjian untuk tanding ulang besok pulang sekolah, dan aku akan berusaha latihan

--DING DONG.

Suara tajam dari bel tiba tiba berbunyi saat aku latihan.

"Ha? Surat ekspress-kah? Mengganggu saja..."

Mau gimana lagi? Aku hanya bisa menghela napas dan menekan tombol pause, bangun dari duduk dan berjalan ke koridor.

"Ya~ Siapa disana?"

Aku berkata sambil membuka kunci pintu dan mendorongnya.

Panas dan kelembaban musim panas masuk dari ruang kecil diantara pintu.

Aku sedikit manyun dengan rasa terganggu, tapi kudorong pintu lebih lebar sedikit lagi.

Dibalik pintu besi ini, langitnya cerah dan terang setelah hujan, ada cahaya sisa pelangi yang hampir bercampur dengan langit, dan wanita berambut pendek yang membawa tas koper.

“…Eh? Arre…?”

Aku tak bisa memercayai mataku dan mulai melihat orang itu lebih dekat. Apa ini? Mata lebar, muka lalai, orang ini...sepertinya aku tahu...

Perasaanku nggak enak. Aku kurang yakin, tapi mungkin...

“…Nee, nee…san…?”

Aku mencoba memanggil anggota keluargaku ini yang seharusnya ada diluar negeri dan harusnya tidak muncul disini.

Dan, orang itu langsung...

"Ya. Lama tak bertemu, Aki-kun."

Dia menjawabku. Rambut pendeknya berkibar lembut dengan hembusan angin, dan dengan senyum muncul di wajahnya.


—Dan untuk alasan tertentu, dia menggunakan mantel mandi.


BTS vol 05 017c-1-.jpg

"KENAPA KAU MEMAKAI MANTEL MANDI!?"

Aku kaget melihat kakakku, yang telah lama tak kutemui berpakaian seperti ini.

Pertanyaan mengenai Kenapa kau disini? Kalau ingin kembali kenapa tidak bilang padaku? Hilang seketika. Dandanannya itu membuatku benar benar pusing.

Nggak, mungkin saja untuk kakakku yang baru kembali dari luar negeri baru keluar dari suatu ruangan. Jarang di Jepang, tapi memang ada beberapa rang yang berpakaian seperti ini setelah mandi, tapi...

"BUKANNYA ANEH PAKE BEGINIAN BUAT MENGUNJUNGI SESEORANG!?"

Sejauh yang kutahu, mantel mandi tidak berevolusi untuk digunakan diluar, kan? Aku nggak pernah tahu.

"Aki-kun...Jepang benar-benar panas?"

"KENAPA KAU MULAI BICARA TENTANG CUACA KAYA NGGAK PERNAH DENGER KOMENTARKU!? HARUSNYA KAU BERINTERAKSI DENGAN NORMAL DENGAN ADIKMU YANG TIDAK KAMU TEMUI SATU TAHUN!!"

"Aki-kun, Bisa bisanya kau berdiri di koridor dan membuat kericuhan? Nee-san tidak ingat membesarkan anak yang kurang akal sehat."

"Uhh...Aku tidak percaya diomeli tentang akal sehat oleh orang yang memakai mantel mandi sambil jalan didepan semua orang..."

YANG BERAKAL SEHAT ITU AKU KAN!?

"Dan aku pasti sudah bilang sebelumnya. kau harus dengarkan yang lain sampai selesai, kan? Nee-san punya alasan kenapa aku berpakaian seperti ini."

Nee-san mulai mengomeliku.

"Eh? Ahh...iya."

Setelah mendengarnya bilang begitu, aku bernapas lega.

Benar, siapa yang mau jalan-jalandiluar dengan mantel mandi tanpa alasan?

"Tentu saja."

Setelah melihatku mengertim Nee-san mengangguk dan pelan pelan mulai menjelaskan padaku.

"Tadi benar benar panas, dan aku harus membawa barang barang berat, Nee-san jadi sangat berkeringat..."

"hmm."

"Walaupun aku akan bertemu adikku, Nee-san tetap wanita. Normal kan untuk memperhatikan bagaimana penampilanku."

"Benar, perempuan seharusnya memperhatikan ini."

"Jadi nee-san berganti ke mantel mandi ini untuk menyerap keringat."

"Nah itu salahnya."

"Karena mantel mandi ini adalah satu satunya pakaian yang bisa menyerap keringat lebih banyak. Keringat nee-san langsung kering"

"Kenapa otakmu tak berpikir 'ambil handuk dan keringkan diri'?"

"Jadi karena aku berganti memakai mantel mandi ini aku bisa menjaga harga diri sebagai kakak, dan bertemu kembali dengan adikku yang sudah setahun tak kutemui dengan keadaan bersih."

"Menurutku, walaupun kau bangga terhadap penyelesaianmu ini, kau akhirnya gagal karena terlalu banyak berpikir kan?"

Dalam pikiranku, harga dirinya sebagai kakak sudah hilang.

"Kau bicara apa? Walaupun keringat mengandung hal hal seperti sodium klorida, magnesium, kalium dan kalsium, kebanyakan isinya adalah air. Baan mantel mandi ini kan katun, jadi bisa menyerap dan sangat permeabel, dan berhasil menghisap keringat dari tubuh nee-san seperti yang kuingingkan."

"Nggak... kau memang berhasil menghilangkan keringat..."

Tapi bukannya nggak perduli tentang apa yang kau pakai cuma karena itu bisa menyerap keringat!

"Kalau kau mengerti, biarkan aku masuk. Nee-san harus melihat bagaimana keidupan Aki-kun dan laporkan ke ibu."

"Ah, benarkah?"

"Ya."

"Mengerti~ jadi kau ingin mengecek bagaimana aku hidup~"

"Benar."

"Oke oke.. Oh ya, Nee-san..."

"Ada apa?"

"Apa itu?"

"Apa maksudmu?"

Aku menunjuk jauh, dan nee-san melihat kearah yang aku tunjuk tanpa ragu.

—BLAM. CREK CKREK

Saat dia melihat kesana tadi, aku langsung menutup pintu dengan santai, dengan kecepatan yang paling cepat, dan bahkan ingat menguncinya.


DING DONG

"Aki-kun, cepat buka pintu. Nee-san belum masuk!"

Aku menutup telingaku sambil mulai berjongkok, nggak ingin mendengarkan suara yang datang dari luar.

"Kau benar benar melakukannya, ibu!!"

Kenapa dia harus melakukan hal ini!? Mengirim nee-san untuk mengecek kehidupanku tanpa pemberitahuan kan licik!


DING DONG

"Aki-kun, kau dengar? Kau tahu kakakmu masih berdiri diluar?"


Gimana nih? Kalau ini berlanjut kehidupanku selama ini akan ketahuan. Kalau dia laporkan ke ibu tentang situasi disini, aku tak akan tahu apa lagi yang akan terjadi terhadap kehidupan bahagiaku tinggal sendiri. Aku bisa saja menyembunyikan manga dan console game-ku kalau mereka sudah menghubungiku dulu!


DING DONG.

"Aki-kun, apakah kau membully kakak? Apa kau benci melihat kakak dalam mantel mandi?"


Dan dia datang sebelum Ulangan Akhir Semester! Ibu pasti akan tahu hasilku bagaimana. Dia pasti menunggu waktu yang tepat untuk mengirim pembunuh ini kemari. Aku hanya bisa pikir kemungkinan itu. Bagaimana ini!?


"Kenapa kamu tidak mau membiarkan nee-san masuk? Adakah alasan kenapa kau tidak mau nee-san masuk? Alasannya...apa?"


Saat aku sedang memegang kepala dan berpikir, nee-san diluar tampaknya sedang berpikir juga. Dia mikir apa sekarang?


"Aah, aku mengerti. Jadi Aki-kun sedang memikirkan itu."


Aku nggak melihat apa apa, tapi tampaknya nee-san sadar. Apa dia ingin memberikan aku waktu untuk beres beres? Kita saudara jadi pikiran mungkin sama.]


"Maksudmu kalau aku ingin masuk aku harus pakai seragam pelayan, dan bukan mantel mandi, kan?"


AKU NGGAK NGOMONG ITU!!!!


"Nggak, jangan! Ini jebakan dari Nee-san! Kalau aku buka pintu ini dan mengomel balk dia akan menggeledah rumah seperti detektif tanpa ragu!"

Jangan jawab, Akihisa! Jangan!-- Aku terus menerus memperingati diriku dalam hati. Ini masalah hidup mati.


"...serius deh, kalau begitu aku akan mampir ke tetangga untuk pinjam seragam pelayan."


"JANGAN! JANGAN TIBA TIBA MINTA TETANGGA UNTUK PINJAM BAJU PELAYAN DENGAN MANTEL MANDI! DAN JUGA KENAPA RUMAH TANGGA ORANG JEPANG PUNYA SERAGAM PELAYAN!? KAU MIKIR APA!?”

Aku terpaksa membuka pintu dan berteriak.

Aku sudah tidak tahan! Aku benar benar tidak bisa meninggalkan orang ini sendiri di koridor!

"Benarkah? Tapi temanku bulan lalu bilang 'Fujiya-ma, Tempo-ra dan seragam pelayan adalah bagian dari kebudayaan jepang."

"Nee-san, orang itu benar benar tidak normal! Lagian juga kenapa dia nggak bisa bilang 'Gunung Fuji' dan 'Tempura' dengan benar tapi bisa nyebut seragam pelayan jelas jelas?"

Teman macam apa yang dia punya? Orang aneh menarik perhatian orang aneh. Ini bukannya seperti sekupulan bulu saling nempel?

"Dia suka bermain. Dia bahkan menyebut dirinya A-Boy."

"Kau sadar nggak sih!? Harusnya kan B-Boy!"

Akiba-Boy dan Bad-Boy pertamanya nggak terlalu beda, tapi ada banyak perbedaan disana.

"Ngomong ngomong ya, walaupun kau tinggal diluar negeri, kesalahpahamanmu terhadap budaya Jepang itu parah...Bukannya kau sering pulang, nee-san?"

Dan dia sebenarnya sudah tinggal di Jepang sampai beberapa tahun yang lalu. Kesalahpahamannya kok bisa jadi parah begini? Tapi sebenarnya benar juga, kakakku nggak akan melihat apapun yang dia nggak tertarik. Tapi beberapa tahun tinggal diluar negeri tampaknya hanya memperparah keadaan.

"Sudahlah, nanti saja. Lebih baik aku masuk dulu."

“Ahh.”

Sebelum aku bisa berhenti, nee-san masuk koridor.

"Setidaknya aku masih tahu kalau aku harus meletakan sepatuku dengan rapi saat masuk rumah orang jepang, Aki-kun."

Setelah ngomong itu, dia langsung melepas sepatunya dan menempatkannya di koridor. Dan akhirnya mulai sadar sambil menepok tangannya.

"Ooh, jadi begitu. Kau mengunci nee-san diluar untuk merapihkan ruanganmu 'kan, Aki-kun?"

“Uuhh…”

Setidaknya dia sudah berpikir alasan 'beres beres ruangan' setelah melihat koridor yang terisi dengan sepatu berserakan. Biasanya orang akan berpikir masalah rumah tangga sebelum seragam pelayan, tapi...lupakanlah. Lagipula dia kakakku ini.

"Jadi, Aki-kun..."

"Bukan, ehhh...aku..."

Uuh...mata orang penceramah itu mulai melihatku.

"Nee-san sekarang sudah dewasa. Kalau Aki-kun pakai lebih dari 2000 buku-H memenuhi ruang tamu nee-san tidak akan kaget."

Ehh...Kalau mungkin, aku harap kau bisa kaget.

"Aku nggak punya uang untuk beli 2000 buku-H"

Bisa gitu aku punya uang sisa kalau aku hidup miskin dan keras...yah, tapi sebearnya aku juga punya sih...

"Kudengar ginjal anak laki laki harganya lumayan."

"KAU PIKIR AKU AKAN JUAL GINJALKU UNTUK BELI BUKU-H!? KAU PIKIR ADEKMU ITU ORANG MACAM APA,NEE-SAN!?"

"Yah... adik dengan keinginan hubungan seksual yang sampai kalau ada kesempatan saat study tour sekolah, kau akan mengorbankan semua tanpa perduli integritas ataupun kehormatan untuk mengintip kamar mandi perempuan."

"Ahaha, kau bicara apa? Gimana mungkin?"

Aku jelas jelas merasa keringat dingin keluar dari segala sisi tubuh ini. Ke-kemampuan observasi kakak terlalu tajam...

"Jadi, aku harus mengecek apakah kamu menjalani hidup dengan sesuai."

Koridor yang agak berantakan, tapi ruang tamu yang rapi. Yuuji mampir untuk main game kemarin. Lagian kalau ruangan ini kotor kan aku nggak bisa memainkan joystick-nya dengan benar.

“Arree…? Nggak terduga, bersih."

Setelah melihat sekeliling ruang tamu, nee-san meletakkan kopernya, mematikan console game yang aku sedang mainkan, dan perlahan duduk disofa.

"KENAPA KAU MATIKAN CONSOLE GAME-NYA!? AKU BARU AJA SAMPE SITU! TEGA BANGET SIH!"

Aku baru saja menemukan karakter yang bisa kupakai, dan dia mematikannya tanpa kata. Seenggaknya biar ku-save dulu dong!

"Diam."

Aku terpaksa protes kepada perlakuan tidak berperikemanusiaan ini, tapi kakakku dengan tegas menyuruhku diam.

"Aki-kun, nee-san memberikan 2 syarat untukmu kalau mau tinggal sendiri. Kau belum lupa kan?"

"Aku sudah lama lupa-kalau aku bilang itu apa nee-san akan marah?"

Alisnya kelihatan bergerak saat aku billang 'lupa', maka dengan cepat aku tambahkan bagian terakhir-nya.

Tapi, nee-san malahan kelihatan tenang.

"Tidak, aku tidak akan marah."

"Eh? Serius?"

"Ya, aku tak akan marah."

"Baguslah~ Sebenarnya aku sudah lama lupa—"

"Tapi kau kucium saja."

"—Nggak! Tentu saja aku ingat jelas!"

"Ciumannya akan sangat kuat sampai akan menjadi tak mungkin untuk jadi istri."

"Kau ingin apa!? Mikir apa kau kepada adikmu sendiri!? Dan aku cowok, jadi dari awal juga aku nggak akan jadi istri!"

"Jangan khawatir, Nee-san yang tidak akan bisa jadi istri."

"ITU MALAH TAMBAH SEREM KALAU KAU BILANG BEGITU! KALO GITU JANGAN BUAT HUKUMAN KAYA BEGINI!"

"Kalau begitu, hidup Aki-kun akan selalu terpenuhi rasa bersalah karena membuat nee-san tidak bisa menikah."

"TERLALU SEREM!!!"

Lagipula tidak ada yang bisa kau nikahi. Jangan salahkan orang lain dong!

"Aku mengerti, Nee-san. Jangan hukum aku..."

"Serius? Kau mengerti? Ayo dengar apa isinya."

“Hm. Eh—ehhhmm…”

Yang masih bisa kuingat...aku pernah janji pada ibu sebelumnya, tapi ingatanku sedang ngacak sekarang, jadi aku tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Kalau nggak salah, janji yang kubuat dengan kakak...

"Aki-kun...waktunya menutup mata..."

"AKU INGAT! Serius! Jangan ngebuat situasi nggak enak dan jangan deket deket!"

Orang ini bukan seseorang yang suka bercanda. Kalau dia bilang dia ingin lakukan sesuatu, pasti dilakukan tanpa ragu. Walaupun kekerasan langsung oleh Minami dan teman sekelas lain, ancaman macam ini bukanlah yang ingin aku hadapi.

"Janji yang aku buat dengan nee-san itu satu: 'boleh main game cuma 30 menit sehri' dan dua: 'nggak boleh ada hubungan seksual yang dilarang'. Ya, aku ingat jelas!"

"Benar...begitulah."

Nee-san tampak kurang senang sambil duduk kembali. Ahh, nyaris. Aku hampir mencium bibir kakak sendiri. Serius.

"Walaupun kau ingat, sepertinya kau tidak melaksanakannya."

"uhh...maaf..."

Game ini adalah game yang memberitahu jumlah waktu dimainkan-nya. Sayangnya dia sudah lihat. Nggak mungkin ngeles lagi kalau aku bilang aku nggak main lebih dari setengah jam sehari.

"Kalau begitu aku harus mengurangi poin."

Nee-san mengeluarkan catatan dari kantongnya dan mulai menulis. Dia menulis apa?

"Mengurangi poin, maksudnya?"

"Aku menghitung poin untuk mengukur apakah Aki-kun bisa tinggal sendiri. Aku akan menambah dan menguran point dari sikapmu sampai kehidupan sehari hari dan nilaimu sebagai standarnya. Kalau nilaimu tidak cukup, aku akan lapor ke ibu dan menjelaskan bahwa kau tak bisa tinggal sendiri."

"EEEHHH!? KENAPA JADINYA BEGINI!?"

"Ngomong-ngomong, aku baru mengurangi 20 poin darimu."

20 poin. Itu termasuk banyak atau sedikit?

"Nee-san, saat kau bilang mengurangi poin, pada poin berapa aku termasuk tidak lulus?"

"Saat nilaimu di UAS ada, kalau totalnya kurang dari 0, kau gugur."

Jadi...dengan kata lain, kalau hasil UAS keluar dan sisa poin-nya negatif, kehidupanku tinggal sendiri akan selesai.

"Kalau mau menambah poin aku harus apa?"

"Hiduplah dengan teratur dan perlihatkan hasil yang bagus. Kalau sudah kunilai, aku yang atur apakah aku bisa tambahkan poin."

Geh... Makananku sehari hari cuma air tambah garam, dan nilaiku jelek jelek... Bakal parah kalau nee-san tahu tentang ini.

"Kamu tidak usah kelihatan putus asa begitu, Aki-kun. Kemampuan belajarmu lebih parah dari rata-rata. Neesan dan ibu tahu, Yang paling penting adalah apakah kamu punya hati untuk menjadi lebih baik."

"Eh? dengan kata lain kau akan melepaskanku kalau aku lebih giat?"

"Ya. Aku akan pakai nilai ulangan terakhir-nilai ulangan streaming,kan? Aku akan bandingkan apakah kamu lebih baik atau tambah buruk dan pakai itu sebagai standar-nya."

Dengan kata lain, total nilai ulangan terakhirku adalah 800 poin. Kalau aku bisa dapat 820 poin di UAS, ekstra 20 poin itu bisa dipakau untuk menetralkan poin yang baru dikurangi. Dengan kata lain, kalau aku giat sekarang, mungkin ada gunanya.

"Benar. Bagaimana dengan janji satunya? Kau ikuti tidak?"

"Tentang tidak boleh ada hubungan seksual yang dilarang?"

"Iya. Tapi perempuan yang ingin melihatmu yang bego yang tak ada harapan, tidak ada kemampuan hidup, sangat bodoh dan jelek di dunia ini, hanya antara nee-san atau ibu."

Kenapa nilai nilai burukku kau bicarakan dengan kejam begitu? Tapi dari awal ingatanku, aku sudah sering dibilang seperti ini, jadi aku sudah mulai tahan dengan kalimat ini, walaupun tetap sakit kalau mendengarnya.

"Tapi sebagai pencegahan, aku harus periksa. Kau tidak mengalami hubungan yang dilarang, kan?"

Pelototan tajam langsung diarahkan kepadaku.

Hubungan yang dilarang, hubungan yang dilarang...masalah kalau aku melakukan tindakan cabul kepada perempuan atau Hideyoshi? Pada dasarnya...hal hal seperti apa? Apa misalnya (walaupun cuma salahpaham) kejadian dengan Minami dihitung? Lebih baik tanya secara nggak langsung.

"Nee-san, berapa poin yang diambil kalau aku melakukan sesuatu?"

"Pegangan tangan dengan perempuan, 100 poin."

—Matilah aku kalau dia tahu.

"…"

"Kenapa, Aki-kun? Kenapa kelihatan pucat?"

“Ah, ahaha…kau kebanyakan mikir.”

"Mencurigakan. Kau tidak menyembunyikan apa apa dari nee-san, 'kan?"

Dasar kakak. Dia kelihatannnya sadar kalau ada yang mencurigakan. Biarpun itu Hideyoshi, Yuuji atau bahkan kakakku, kenapa semua bisa membongkar kebohonganku?

"N-nggak kok, aku tidak menyembunyikan apa-apa darimu. Dan aku tidak pernah mencium perempuan sebelumnya!"

"Oh, jadi ada kejadian seperti itu. Silahkan jelaskan."

"Sudah kubilang tidak, kan!?"

Aku mencoba untuk ngeles tapi nee-san tetap memelototiku. Sial, nggak tahan...

"Aki-kun, kalau kau tidak mau beritahu...aku akan lakukan sesuatu yang kejam."

Nee-san mengatupkan tinjunya kencang seperti sedang mengancamku, dan bahkan menghela napas.

Eh, jadi sekarang serangan biasa?"

“Hm~melakukan sesuatu yang kejam..."

"Ya, aku akan lakukan sesuatu yang kejam padamu."

Memang terdengar nggak terhormat, tapi daripada ancaman nggak jelas kaya tadi, ancaman seperti ini nggak akan sakit.

Menggunakan tinju untuk memukul anak SMA biasa nggak akan banyak ber-efek. Lagian, aku yang selalu bertarung untuk kehidupanku setiaphari, serangan tingkat ini hanya ecek ecek. Walaupun aku seharusnya takut,aku malah berpikir kakakku kelihatan lucu kalau mengatup tangannya seperti itu.

“Hal kejam apa yang kau maksud?:

Aku menanyakan nee-san dengan santai.

Dia pasti marah dan mulai pakai fisik untuk mengancam, tapi kurang meyakinkan.

Mungkin karena aku tidak memperlihatkan reaksi, nee-san merasa ragu, kelihatan agak bingung saat dia memelototiiku sebelum tiba tiba menggerutu,

“Yah...ini kejam. Dengan kata lain...aku akan melakukan sesuatu yang kejam kepada Aki-kun.”

Tapi dia nggak bilang detail apa apa. Oi oi, nggak banyak ancaman, kan?

“Ahaha. Coba saja.”

Aku jadi mengejek kakak saat melihatnya kalah

Serius, gimana kakak bisa jadi kasar—


DUK‼ (Suara kakiku disengkat)


GABRUKK‼ (suaraku jatuh)


BRUK DAK DOK JDIG (suara nee-san membanting tonjokannya kepadaku)

“Sudah kulakukan.”

“SADIS! KAU BENAR BENAR KEJAM!”

Aku mengangkat diriku penuh air mata.

Ngomong-ngomong, dia benar benar orang seperti ini, makanya aku tidak berani membiarkannya masuk rumah. Aku benar benar bodoh untuk melupakan ini!

“Dengar baik-baik, Aki-kun. Sudah kubilang lama sebelumnya. Kau tidak punya karakteristik yang bisa menarik perhatian lawan jenis. Sebagai wanita, kakak berikan nasihat ini. Jadi kalau ada perempuan yang ingin mendekatimu, pasti itu perempuan jahat yang ingin memperdayamu. Nee-san tak mau melihat adiknya yang berharga diperdaya seperti itu, jadi kakak melarang hubungan intim. Itu saja, karena kakak khawatir padamu. Mengerti?”

“Ah, ya. Terima kasih untuk telah memperdulikanku.”

Aku nggak tahu apakan ini hal baik atau bukan, tapi aku entah kenapa senang seseorang khawatir tentangku. Kalau begitu kakak dan ibuku sangat berbeda.

“Tapi bukankah kau terlalu khawatir? Kalau aku bahkan nggak bisa pegangan tangan, aku nggak bisa ikut bagian dalam tarian rakyat kan?”

Lebih baik jangan sebut tentang ciuman itu. Aku bisa meyakinkan keselamatanku seperti ini.

“Benar. Aki-kun sudah berumur 16 tahun. Nee-san jelas mengerti kalau kamu terganggu dengan tubuh muda-mu dan banyak emosi aneh itu.”

“Nggak, kenapa jadinya itu?”

“Karena itu nee-san bernat untuk mengizinkannya sebisa mungkin.”

“Eh? Meyakinkan?”

“Ya. Walaupun aku masih akan melarangmu dari hubungan intim dengan perempuan...”

“Ya.”

“Tapi nee-san akan menutup mata dan menerima hubungan seksual intim dengan laki-laki.”

“APA APAAN!? KENAPA PENILAIANMU BERUBAH DRASTIS SEJAK TINGGAL DILUAR NEGERI!?”

Setidaknya sebelum ini dia masih normal.

“Baik, Aki-kun. Kita sudah berbicara lama. Kau pasti lelah ‘kan? Bagaimana kalau kau mandi agar merasa lebih baik?”

“Bukannya perubahan topik ini aneh ya? Kau ingin menggeledah rumah saat aku mandi, ‘kan?”

“Tidak. Kenapa nee-san ingin melakukan itu?”

Nee-san kelihatan serius saat dia membantah, tapi aku sama sekali nggak percaya dia.

“Terlalu cepat, jadi aku nggak harus mandi sekarang. Lagipula aku mandi sebelum tidur malam ini.”

Ngomong ngomong, tagihan gas yang aku ngutang sudah kubayar minggu lalu, jadi aku bisa dapat air panas dari keran. Aku bisa bilang timing-nya tepat karena nee-san baru datang.

“Benarkah? Jadi kamu tidak mau mandi.”

“Ya. Lagian masih sore. Kau tetap terlihat sedang merencanakan sesuatu, nee-san.”

“Aku mengerti. Juga...”

“hm?”

“Aku beli produk lokal untuk Aki-kun. Ini, kopi.”

Nee-san mengeluarkan kaleng-kaling kopi dari tasnya. Kelihatannya dibeli dari mesin penjual. Memangnya itu benar benar lokal...?

“Ini, silakan.”

“Hm. Terimakasih.”

Aku mengulurkan tangan dan bersiap mengambil kopi yang dia serahkan. Saat ini nee-san melakukan sesuatu yang sudah kuduga akan dilakukan. Pada dasarnya, dia sengaja ingin menumpahkan kopi padaku.

“Ah, maaf tanganku terpeleset—“

“Lihat ini!”

Aku langsung ngeles. Ini bukan apa-apa. Bukan apa-apa—


DUK! (suara kakiku disengkat)


BLUGH (Suara Nee-san tiba dipa mendudukiku)


CRRRRRRRRRRR~~ (Suara nee-san menumpahkan kopi ke badanku)


“Tanganku terpeleset.”

“KALAU KAU SAMPE MELAKUKAN INI JANGAN CARI ALASAN‼!”

Sia-sia gimanapun aku melawan. Sekarang aku basah karena kopi. Aku tidak mengerti nee-san ingin melakukan apa, tapi dia sudah memukuliku sampai mengotoriku sekarang...

“Maaf, nee-san kurang perhatian.”

“MASIH NYARI ALESAN!?”

“Ngomong-ngomong, bukankah kamu seharusnya mandi?”

“Aku sudah merasa masalah besar dari sikap dan nada bicaramu yang menganggap ini bukan urusanmu, tapi aku Cuma bisa mandi dari perlakuanmu. Satu hal yang harus kubilang padamu. Kau nggak boleh—masuk ruanganku dan mengacaukannya.”

“Tentu saja. Itu hanya ruangan Aki-kun. Nee-san tidak akan sentuh barang didalam rumah sebelum Aki-kun selesai mandi.”

“Eh? Ah, eh...kalau kau benar-benar nggak akan menyentuh apa-apa, baguslah.”

Aneh. Kenapa reaksinya sangat beda dengan yang kubayangkan? Reaksi ini membuatku nggak bisa merespon. Dia sampai menumpahiku dengan kopi tapi nggak mau menggeledah rumah ini. Apa-apaan ini? Nee-san nggak kelihatan lagi bohong.

Jangan bilang...Aku memang sudah berkeringat walaupun aku nggak sadar? Aku tadi bergerak naik turun saat main, dan hari ini panas banget. Mungkin memang ada kemungkinannya.

Kalau begitu, mungkin itu kebaikan dari nee-san untuk nggak bilang langsung kalau aku bau dan harus mandi.

“Oke, aku mengerti. Terimakasih untuk sudah perhatian, nee-san.”

“Tidak apa-apa. Sebagai kakak aku senang untuk membiarkan adikku jadi bersih.”

“Kalau begitu aku mandi.“I’ll go take a bath then…”

Aku berjalan menuju ruang gant, hati-hatiuntuk tidak menyentuh kopi yang masih berceceran di lantai. Setelah masuk ruang ganti, aku melepas baju yang menempel tubuhku dan menyiramkan dengan air sebelum memasukkannya dalam mesin cuci. Nggak akan ada bekas kopi kalau aku bisa mencuci bajuku sampai kering.

“Akhirnya aku bisa mandi air panas...”

Aku berjalan masuk kamar mandi dengan perasaan senang. Aku memutar keran bertanda merah, dan air hangat langsung mengalir dari keran.

“♪♪♪”

Aku nyanyi sedikit sambil membiarkan air hangat membasahi tubuhku. Saat aku ingin mengambil shampoo, aku menyadari sesuatu.

“Ah...aku lupa ambil baju ganti.”

Ada handuk di ruang ganti, tapi aku harus ke kamar untuk mengambil baju. Biasanya aku nggak perduli kalau aku tinggal sendiri, tapi sekarang nee-san sudah pulang. Kakakku selalu meributkan hal ini. Kalau aku jalan-jalan dirumah cuma pakai handuk, dia pasti langsung mengomeliku.

Saat aku baru kepikiran—

“Aki-kun, aku bawakan bajumu disini.”

Suara nee-san terdengar dari ruang ganti. Kelihatannya dia juga tahu aku nggak bawa baju ganti.

“Thanks, nee-san.”

Aku berterima kasih pada kakak yang sedang berdiri diluar kamar mandi. Memang mudah tinggal sendiri tapi boleh juga ada seseorang yang perhatian.

“Aku tidak tahu mana yang pas jadi aku bawa beberapa jenis. Pilih saja.”

Setelah meninggalkan kalimat itu, nee-san keluar dari ruang ganti.

“Yasudah, aku harus cepat, bilas dan keluar. Nee-san kelihatannya sudah berkeringat saat kembali. Dia mungkin ingin mandi juga.”

Aku mempercepat proses, bilas rambut dan badanku lalu keluar kamar mandi dan berdiri di ruang ganti.

Seperti yang nee-san bilang, ada 3 macam pakaian yang aku bisa pilih. Mungkin maksudnya aku disuruh pilih mana yang kusuka.

“Terlalu cepat untuk pakai baju tidur jadi kalau nee-san bawa T-shirt dan celana pendek sih nggak apa-apa.”

Aku mengambil handuk dari lemari, mengeringkan rambutku dan melihat di keranjang baju. Apa yang sebaiknya kupakau...?


→Seragam perawat..

→Apron.

→Topi Baseball.


Sekarang aku harus apa? Nggak ada pilihan yang normal!


Yayaya...tenang dulu, Yoshii Akihisa. Ini kelihatan aneh tapi mungkin ada maksud lain dibelakang ini. Pikirkan saja dan pilih yang kau pikir benar.


Pilihan 1:Baju Perawat

Pakaian yang dipakai orang orang baik yang menyelamatkan orang sakit. Ini akan memberikan perasaan bersih dan meyakinkan, tapi bukan pakaian yang akan dipakai anak SMA normal setelah mandi.


Pilihan 2: Apron.

Sesuatu yang sering dilihat dirumah. Berapapun umur pemakainya, nggak akan terasa aneh. Tapi kalau dipakai sendiri, yang seharusnya dapur normal akan berasa seperti dunia lain. Ini bukan pakaian yang cocok untuk cowok SMA. Ini lebih kaya pakaian kelas-atas


Pilihan 3: Topi Baseball.

INI BUKAN PAKAIAN‼!


“Maaf, Aki-kun. Ukurannya mungkin tidak pas, jadi tunggu ya.”

“Ahh, nggak... masalahnya bukan ukuran...”

Parah. Gimanapun yang kupikirkan, nggak ada pakaian normal di keranjang.

Ngomong-ngomong, datang dari mana pakaian ini? Aneh untuk nee-san mempersiapkan apron padahal dia nggak masak, tapi pilihan lainnya nggak kelihatan normal. Apalagi seragam perawat! Apa yang terjadi pada kakak diluar negeri!?

“Serius...harusnya ada batas dalam ke-nggak-masuk-akal-nya nee-san...”

Aku menyisir rambutku kebelankang sambil menggerutu..

Pasti aku nggak akan pakai barang barang itu, jadi aku hanya bisa mengeringkan badan, memakai handuk di pinggangku dan membuka pintu ruang ganti.


CEKREK.

“Hey, Aki-kun, bukankah sudah kusiapkan pakaian untukmu? Jangan jalan jalan dengan handuk seperti itu, pakai pakaiannya dan keluarlah.”

CEKREK

Gue dikunciin.

“Nggak, bahkan kalau kau minta aku pakai...gimana bisa kupakai kalo cuma antara pakaian perempuan dan topi!?”

“Jangan khawatir, pakaian itu akan cocok untukmu.”

“Nee-san, itu nggak bisa dianggap pujian.”

Dia sengaja menumpahhkan kopi padaku agar aku ganti pakaian jadi ini? Aku benar benar nggak ngerti dia.

“Kalau begitu...sori, bisa masuk kamarku dan ambilkan baju?”

“Nggak bisa. Aku janji tidak akan masuk kamarmu. Menyerahlah. Jadilah cantik dan perlihatkan pada nee-san.”

“JADI MAKSUDMU AGAR ADIKMU BERSIH ITU INI!? BOKEP KAU‼!”

“Nee-san tidak mengerti kau berbicara apa.”

“Terserah! Aku akan keliling rumah dengan pakai handuk aja!”

“Nee-san tidak akan membiarkanmu keliling rumah dengan hanya handuk. Bersikaplah sesuai umurmu.”

“KAU BERANI BILANG BEGITU, NEE-SAN!?”

ORANG YANG PAKAI MANTEL MANDI DAN JALAN JALAN DILUAR PUNYA HAK APA UNTUK MELARANGKU JALAN DIDALAM RUMAH DENGAN HANYA HANDUK!?

“GAH, sialan! Kalo gitu ambilkan bajuku di kamarku!”

“Nggak, aku tidak bisa.”

“Kenapa enggak?”

“Nee-san sudah janji pada Aki-kun barusan. Bagaimana nee-san nggak menaati janjinya?”

“JANJI APA BODO AMAT LAH! CEPAT AMBILKAN BAJUKU SEKARANG!”

“...mengerti. Kalau begitu aku akan melakukan yang kau minta dan masuk kamarmu.”

Dia akhirnya setuju. Ca...capek...

“Tapi mandi dan baju ganti aja udah susah gini...”

Kehidupanku mulai besok jadinya gimana?

Skor sekarang [-20 Poin]

BTS5-Akihisa.jpg


Notes[edit]

  1. Jawaban disini mengarah ke bahasa inggris, yaitu Measuring Cylinder, dalam bahasa Jepang: メスシリンダー (Mesushirindā), namun yang ditulisnya adalah Mesu [メス](Perempuan) Shiri [シリ] (Pantat)