Baka to Tesuto to Syokanju:Volume8 Soal Ketiga

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Soal Ketiga

BTS vol 08 102b.jpg

BTS vol 08 102a.jpg

Dari gambar disamping, tentukan identitas Sistem Kasta India dari nomor 1-4

Jawaban Himeji Mizuki

① Brahmana ② Ksatria ③ Vaisya ④ Sudra

Komentar Guru

Benar, jika di terjemahkan dari atas ke bawah, secara terpisah mereka bisa disebut 'pendeta', 'pejuang', 'penduduk' dan 'budak'. Ini lebih baik untuk diingat artinya.

Jawaban Tsuchiya Kouta

① Raja Brahmana ② Ksatria Brahmana ③ Orang-orang Brahmana ④ Brahmana

Komentar Guru

BTS vol 08 103.jpg

Bisakah kau mengingat sesuatu yang bukan Brahmana?

Jawaban Yoshii Akihisa

① Brahmana (Ibu) ② Brahmana (Kakak perempuan) ③ Brahmana (Lainnya) ④ Brahmana (Adik laki-laki) ⑤ Brahmana (Ayah)

Komentar Guru

Bagaimana sebenarnya ayahmu diperlakukan?





Tidak ada yang buruk setelah itu, dan hari itu berakhir begitu saja. Selanjutnya, Himeji dan aku berpura-pura untuk bertemu di jalan dan pergi ke sekolah.

Sepertinya Himeji yang bertugas untuk hari ini, dan harus pergi ke ruang staff. Jadi aku pergi sendiri ke kelas dan melihat Yuuji yang lemah terbaring di tempat duduknya.

"Pagi Yuuji-heh, apa yang terjadi dengan mukamu?"

Saat aku berjalan di dekatnya dan ingin menyapa dia, aku menemukan mukanya penuh dengan memar dari semua ukuran, yang sangat mengagetkanku. Benar. Seluruh wajahnya penuh luka dan memar. Apa yang terjadi?

"Ah, pagi Akihisa. Aku hanya jatuh dari tangga karena kurang tidur."

"Kurang tidur... kau bermain komputer game semalaman?"

"Ya... itu adalah permainan yang sangat realistis. Saat aku tertangkap, aku akan dikunci di sebuah ruangan yang tidak berbeda dengan penjara."

"Heh~ aku tidak tahu kalau ada game seperti itu."

Apakah game itu dijual di pasar?

Aku tidak ingat melihat game seperti itu. Mungkin karena aku susah bermain game sejak kakak tinggal bersamaku.

"Tapi untuk Yuuji yang kurang tidur seperti itu, mungkin itu game yang agak menarik, bukan?"

"Tidak, ini bukan tentang menarik atau enggaknya.Itu... lebih seperti game bertahan hidup dimana aku harus terus main bahkan jika aku ingin berhenti. "

"Um... oke. Aku akan coba game itu lain kali."

"Serahkan itu padaku. Bahkan jika kau tidak bersedia, aku akan membuatmu bermain sampai selesai. Kita akan mulai bermain nanti pulang sekolah!"

Nada Yuuji mempunyai tekad misterius di dalamnya. Jarang untuk Yuuji untuk merekomendasikan hal ini begitu kuat. Apa game ini benar-benar menarik? Bahkan aku tak sabar untuk itu.

"Ah, bicara tentang ini..."

"Hm? Ada apa?"

Mata Yuuji yang berkilau dengan anehnya, mungkin berpikir tentang isi game itu. Untuk jaga-jaga, aku sengaja berbicara dengan pelan untuk meminta sesuatu aku ingin tahu sepanjang waktu.

(Yuuji, kau belum memberitahu siapa-siapa, kan?)

Tentu saja, itu hal yang aku bicarakan adalah fakta bahwa aku tinggal dengan Himeji. Jika ini terungkap, aku akan dikejar oleh semua orang di kelas, jadi aku harus menjaga rahasia ini serahasia-rahasianya.

(Aku belum memberitahu siapa-siapa. Itu yang kau harapkan, bukan?)

Setelah berbicara itu, Yuuji yang terluka dan memar di wajah tersenyum berseri-seri.

Um, seperti yang diharapkan dari orang yang paling dipercaya ketika kita berada di perahu yang sama. Setelah orang ini dapat kugunakan, keselamatanku terjamin.

(Terima kasih, itu sangat membantu.)

Setelah berterimakasih padanya, aku kembali ke kursiku.

Aku tak bisa menahan diri untuk bertanya ke Yuuji sekarang hanya untuk berjaga-jaga, tapi tidak perlu khawatir, dia akan mengungkapkan rahasiaku pertama kali.

Kelas ini lebih tenang dari biasanya, hal ini tidak seperti sesuatu yang besar akan terjadi. Selain itu, setelah orang-orang ini tahu bahwa Himeji dan aku hidup bersama, sifat mereka tidak akan mengizinkan mereka untuk duduk kembali. Orang-orang ini akan langsung lompat padaku setelah mereka melihatku, dan mereka tidak melakukannya, yang akan menjadi bukti besar bahwa rahasiaku belum terungkap.

"Eh? Ada apa? Hari ini agak sepi daripada kemarin."

"Ah, pagi Hideyoshi."

"Ohh, Hideyoshi, ternyata kau datang."

"Pagi, Akihisa, Yuuji."

Mungkin karena praktek pagi itu Hideyoshi datang ke dalam kelas kemudian. Dia memandang sekeliling dan mengatakan itu. Memang benar kemarin benar-benar berisik...

"Jika ini terjadi setiap hari, ini akan menjadi buruk bagi kesehatan kita. Benarkan, Yuuji?"

"Ya, begitulah." "Umm…"

Mungkin Hideyoshi merasakan sesuatu yang aneh saat ia memberikan tatapan aneh.

"Apakah ini 'saat tenang sebelum badai'…"

Hideyoshi bergumam sendiri, dan untuk beberapa alasan, kata-katanya masih ada ditelingaku.

Pertanda itu tidak pernah terjadi, dan tidak ada yang spesial terjadi dan berjalan terus sampai pembubaran sekolah.

"Kelas selesai. Jangan berjalan-jalan. Lekas pulang ke rumah."

Dengan kata penyelesaian ini, kelas pendalaman bubar. Tetsujin (Ironman) tidak tinggal lama dan langsung meninggalkan kelas.

"Baiklah, aku akan ke aktifitas klub."

Seperti mengikuti Tetsujin, Hideyoshi nenbawa tasnya dan pergi ke ruang olahraga.

"Maaf, aku dipanggil untuk memberikan bantuan di ruang staff. Pulang duluanlah, semuanya."

Lalu, Himeji menyiapkan tasnya dan pergi keluar kelas. Aku pasti akan membuatnya tak enak jika aku menunggu dia disini, jadi aku memutuskan untuk pulang duluan seperti apa yang dikatakannya.

"Ayo kita pulang, Yuuji?"

"Hm? Ahh, tunggu sebentar."

Yuuji mengatakan 'tunggu' dan tidak mengambil tasnya. Apa yang terjadi?

"Apakah sekarang aman, Muttsurini?"

"…Tidak ada tanda-tanda orang sekitar yang akan menghentikan kita. Tidak masalah."

Yuuji menutup matanya dan mengangguk ke Muttsurini? Seseorang yang akan menghentikan kita? Apa yang mereka bicarakan?

"Semuanya, maaf membuatmu menunggu."

"Tidak, aku tidak menunggumu begitu lama…"

Hm? Mata Yuuji sepertinya melihat kearahku, dibelakangku-

"-Ayo kita mulai festivalnya."

"""YEAH! AYO BERPESTA!!!"""

Aura membunuh!

Sebelum aku berpikir terlalu banyak, tubuhku bereaksi dengan insting dan tiba-tiba meloncat. Sesaat kemudian, ada sebuah meja tambahan dimana aku sedang berdiri. Apa? Apa yang dimaksud dengan melempar meja ke tatami!

"Yuuji! Apa yang terjadi!?"

"Akihisa! Hari ini adalah hari dimana kau akan mati! Kembalilah diam-diam ke neraka dan menyesal terlahir di dunia ini!"

"Semenjak Sakamoto memberitahu tadi pagi, kami sudah menunggu momen ini sangat lama, Yoshii!"

"Kami menunggu sampai pulang sekolah agar tidak ada siapapun yang akan mengganggu kita. Kami akan membuatmu melihat neraka dengan jelas! MATI KAU! YOSHII AKIHISSSSSAAAAAA!!"

"KAU PUNYA KEBERANIAN UNTUK TINGGAL BERSAMA HIMEJI KAMI PASTI AKAN MENGHANCURKAN KESENANGANMU!!"

Tidak tahunya, teman kelasku membuat beberapa lapis tembok manusia di sekitarku.

Bagaimana ini bisa terjadi! Orang-orang yang berpikir sederhana juga cepat kaki ini bisa dapat bertahan sampai sekarang setelah mengetahui rahasiaku hanya untuk menghukumku!

"Jika kita menyerang kau dari awal, masih akan ada pelajaran di tengah jalan, dan eksekusinya akan disuruh berhenti untuk sementara waktu. Tapi aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Akihisa, nikmati waktu kesenangan setelah sekolah dengan semua!"

Mata Yuuji memberikan kilatan jahat yang tidak aman. Dia tidak mengambil tindakan kepadaku kemarin saat dia tahu rahasianya, bahkan mengatakan dia akan coba untuk merahasiakan ini untukku. Apa itu semua bohong!?

"Yuuji! Kenapa kau menghianatiku!? Kau sudah berjanji."

"Sayang sekali, itu hanya berguna untukku saat itu efektif. Kalau tidak berguna bagiku bahkan membuat masalah untukku, yang hanya tersisa adalah amarahku! Aku tidak bisa mengembalikan sesuatu dengan membunuhmu, tapi aku tidak bisa menghilangkan amarahku jika aku tidak melakukan ini…"

Aku tidak tahu apa yang Yuuji bicarakan sama sekali, tapi aura membunuh yang dia tunjukkan jelas-dan aku benar-benar yakin tentang hal ini. Orang ini ... benar-benar berniat untuk mengirimku ke neraka!

“Semua! Tenang! Yuuji sudah pasti bohong! Bagaimana bisa Himeji tinggal di rumahku? Itu perangkap yang dibuat Yuuji!”

Untuk kabur dari krisis di depanku ini, aku pasrah menyebutkan kata tanpa dasar.

Pada saat ini—

“Yeah. semua, tunggu sebentar.”

Pada saat ini, satu-satunya perempuan yang tetap tinggal di kelas—Minami tiba-tiba berbicara.

“Mi, Minami, apa kau akan menyelamatkanku?”

"Bukankah kau menolongku menjaga Hazuki kemarin? aku harus berterima kasih padamu untuk itu.”

Minami berkata dan tersenyum padaku. Itu bagus! Aku akhirnya selamat! Setelah kupikir-pikir, aku sering dalam bahaya, tapi ini mungkin pertama kalinya seseorang membelaku.

“Aki, Terima kasih untuk kemarin. Karena kau, Hazuki tidak mengalami demam karena hujan.”

Melihat ini aku gembira, Minami mengibaskan kunciran rambutnya sedikit dan menunduk sedikit kepadaku.

“Tidak tidak, tidak masalah.”

Kenyataannya, tidak ada masalah sama sekali. Hazuki hanya adik perempuan Minami dan temanku, jadi kita harus menolong satu sama lain.

“Tidak, kau sangat menolong kita. Karena ini, aku…”

“Karena ini…jadi?”

“—Jadi aku dapat mengetahui kalau Mizuki memang tinggal di rumahmu!”

“SEMUA ORANG TOLONG AKU! BOLA MATA MINAMI TELAH HILANG CAHAYANYA!”

“TUNGGU…! JANGAN KEMARI, YOSHII! KAMI JUGA AKAN TERLUKA!”

“SHI, SHIMADA! KAU HANYA INGIN MENYEMBELIH YOSHII, BUKAN? KAMI TIDAK MELAKUKAN APA-APA!”

Aura membunuh Minami membuat seluruh orang yang mengelilingiku menjauh. Apakah ini bagaimana kita harus berterima kasih dan dihukum saat diperlukan? Apa Minami ingin berterima kasih padaku dan mengeksekusiku saat dia berkata 'tunggu sebentar' ketika aku masih sadar?

“Aku pikir Hazuki tertukar Akira dengan Mizuki, tapi setelah apa yang Sakamoto katakan, sepertinya Hazuki tidak salah. Aki, kau benar-benar mengetahui bagaimana membuatku marah.”

Dasar Yuuji…kenapa dia memberitahu rahasiaku! Jika dia tidak berbicara terlalu banyak, Minami harusnya berpikir bahwa Hazuki itu salah, dan kejadian ini tidak akan memburuk…ah, aku tidak bisa membiarkan kejadian ini terus seperti ini! Harus mencari cara untuk kabur! Ketika semuanya mundur karena ketakutan pada Minami, ini bisa menjadi kesempatan terbaik buatku untuk kabur!

“Aku tidak bisa mati disini!”

“Ah! Yoshii! Tunggu sebentar!”

“Dasar kau! Kau berani untuk kabur!? Sakamoto, apa yang harus kita lakukan?”

“Jangan panik. Kirim 5 orang untuk mengejar dia. Yang lainnya harus berjaga-jaga di pintu gerbang sekolah, dan perkecilkan garis pertahanannya. Kita punya banyak waktu untuk menangkapnya. Jangan panik!”

“““MENGERTI!”””

Pembicaraan itu bisa terdengar dibelakangku. Aku mungkin bisa kabur jika mereka mencariku dengan cara panik. Dasar si Yuuji…mungkin ini karena dia harus kabur beberapa kali karena dia mengetahui semua skenario tersangka yang sangat tidak ingin ditemui olehnya! Aku merasa kalau dia adalah seseorang yang sangat menjijikan saat kita berada disisi yang sama, tapi dia sangat menjengkelkan saat aku musuhnya.

“Yuuji…Aku akan membalasmu atas kejadian hari ini!”

Kemarahan karena diburu…AKU AKAN MEMBALASMU DENGAN NYAWAMU!

Aku bukan pria jika tidak balas dendam. Aku sungguh berjanji pada diriku sendiri dan dengan cepat aku lari ke sekolah baru untuk menghindari garis pertahanan Yuuji.

“Sial! Seseorang menjaga bagian sini juga…?”

Setelah berhasil kabur dari 5 orang, aku pergi menuju lantai satu dan melihat sekitar, tapi aku bisa melihat anggota kelas F dimana-mana.

“Sial…aku tidak bisa kabur kalau begini jadinya.”

Aku sangat gelisah karena aku merasa menggigit kuku jariku.

Yuuji biasanya idiot, tapi tidak peduli seberapa busuk dirinya, aku tidak bisa meremehkan faktanya bahwa dia pernah disebut 'Jenius'. Taktik yang Yuuji perintahkan sangat tepat dan itu sangat menjengkelkan, semua pintu keluar yang bisa memimpin orang lain (juga jendela) dijaga. Tidak hanya dijaga saja, tapi menunjukkan tanda-tanda garis pertahanannya menciut. Bahkan jika aku sengaja menunjukkan diriku sendiri untuk memberantakan gerak gerik mereka, orang-orang ini tidak hanya mengikuti saja, dan kontak dengan sesama lain tidak runtuh saat mereka menutupiku, sedikit tapi pasti. Mereka mempunyai gerakan yang efisien saat menutup, dan aku tidak bisa menyembunyikan keberadaanku sama sekali dan menerobos garis pertahanan mereka. Ini buruk, ini sangat buruk!

“Kalau begini, aku hanya bisa memikirkan cara untuk ke jendela lantai dua dan loncat…”

Aku tidak ingin melakukan ini, tapi apa boleh buat. Sebaiknya pergi ke kelas anak-anak junior dan loncat keluar jendela…

Sekalinya aku mempunyai pemikiran ini, aku melihat sekitar untuk mengecek situasi dan pergi ke lantai dua. Pada saat ini—

“Bagaimana dengan sisimu? Kau melihatnya?”

“Ya, aku baru saja melihat dia. Kita sudah pasti mengepungnya.”

“Oke, lanjutkan dengan rencana Sakamoto.”

Aku bisa melihat orang-orang kelas F mengejarku sampai lantai dua. jadi mereka sudah menciutkan garis pertahanannya sekecil itu…untuk berpikir tentang keraguanku untuk keluar jendela dan mengecilkan garis pertahanan sedikit demi sedikit seperti ini…dasar Yuuji!

Sekarang berbahaya untuk kabur dari lantai dua. Sekarang, aku hanya bisa menuju ke lantai tiga atau empat, atau bisa saja ke atap. Tanpa persiapan sama sekali, tidak mungkin melompat dari jendela dan berharap selamat.

“Sial. tindakanku sedang dikontrol oleh dia.”

Ada perasaan lemah seperti aku sedang dipaksa ke jalan bunu. Jika ini berjalan terus, aku pasti akan terjebak total. Jika aku harus melakukan sesuatu sebelum aku mati, cara terbaik adalah membunuh Yuuji…tetapi sayangnya, tidak ada kesempatan seperti itu.

Jadi, aku hanya bisa mengertakkan gigi dan pergi ke lantai tiga. Aku sama sekali tidak kembali.

“Kalau begitu, aku hanya bisa memakai alat untuk kabur dari api—tidak, jika aku memakai barang yang pelan itu untuk menangkap mereka, mereka akan menungguku sampai aku turun, dan ini semua aka berakhir.”

Ngomong-ngomong, aku lebih baik untuk ke lantai tiga dan mencari cara untuk kabur. Mungkin ada sesuatu yang bisa kupakai…

“Yoshii, apa yang kau lakukan?”

Tiba-tiba ada suara yang datang dari belakangku dan hampir membuatku teriak.

Sial! Apakah aku sudah ditemukan?

Aku secara berkala melihat kesana kemri untuk melihat orang yang berbicara—yang memanggil namaku. Seorang perempuan dengan rambut pendek rapi dan mata tajam.

☆☆☆

Eh? Kalo nggak salah kau… ketua kelas C, Koyama-san?”

“Yep. Tumben inget.”

Koyama-san menjawab dengan ekspresinya yang malas-malasan. Entah kenapa? Aku merasa seperti ya dia sudah tahu kalau akan aku panggil, tapi kenapa dia malah memanggilku terlebih dahulu?

Tunggu, sekarang bukan saatnya berpikiran hal lain. Sekarang, yang paling penting adalah bagaimana cara kabur dari krisis ini.

“Aku sedang lari menyelamatkan nyawa karena beberapa hal yang telah terjadi. Kalo nggak ada perlu, aku mau lanjut lari!”

Disaat aku sudah siap dengan ancang-ancang dan berlari—

“Tunggu dulu. Apa kau sedang dikejar-kejar sama anak-anak kelas F?”

“Iye.”

Koyama-san mulai bertanya hal-hal aneh.

“Kenapa?”

Kenapa… karena fakta bahwa aku dan Himeji-san tinggal bersama sudah ketahuan, jadi—

“Eh…singkatnys, karena mereka semua sedang iri padaku.”

"Iri? Un…Begitu ya....”

Mata Koyama-san pun langsung terlihat seperti memancarkan cahaya.

“Bahkan lebih cepat dari yang aku rencanakan. Dasar kelas F....”

Koyama-san mulai menggerutu. Kenala ya dia?

“Baiklah. Kalau begitu, akan kubantu kau melarikan diri.”

“Eh?”

Nggak disangka ia akan bicara seperti itu, aku jafi curiga. Dia mau membantuku melarikan diri? Seorang Koyama-san? Mau membantuku?

“Kau jangan salah paham. Aku bantu karena, kalau kelas F membuat kekacauan lagi, reputasi kita sebagai kelas 2 yang sudah dicap buruk ini akan makin terpuruk. Aku melakukan ini bukannya mau menolongmu.”

Koyama-san menjawab pertanyaanku dengan sikap dingin.

Ahh, begitukah, jadi itu alasannya. Memang benar akhir-akhir ini kakak-kakak kelas 3 melihat kita dengan tatapan kurang menyenangkan. Sebagai sesama kelas 2, dia tidak bisa hanya duduk diam.

Baiklah, apapun alasannya,

“Koyama-san, apa benar kau mau membantuku?”

“Yep, anggap hari ini pengecualian.”


Baguslah! Nggak disangka akan ada orang yang mau mambantuku! Apalagi yang membantu Koyama-san! Hal ini pasti nggak akan terpikirkan oleh Yuuji, mungkin aku akan benar-benar bisa lolos dari semua ini dan bertahan hidup!

“Singkat cerita, kau sedang diburu oleh teman-teman sekelasmu, kan?”

“Iya begitulah. Dan mereka sedang memburuku secara perlahan. Saat ini aku hanya bisa lari ke lantai keempat atau atap sekolah.”

“Fuun…kalau begitu…”

Goso goso, Koyama-san mengeluarkan sesuatu.

“Pakai baju ini, pake juga wig dan berpura-puralah jadi cewek. Kurasa cukup. Dengan begini seharusnya kau bisa nggak akan dikejar-kejar lagi.”

Koyama-san mengeluarkan seragam perempuan dan sebuah wig, atau bisa dibilang perlengkapan pakaian wanita. Eh… kenapa Koyama-san mempunyai barang-barang seperti ini?

“Koyama-san, jangan-jangan kau…”

“Kenapa? Apa ada yang membuatmu kurang suka?”

“Jangan-jangan kau…itu adalah seorang pria?”

“Jangan berpikir macam-macam deh!?”

Diapun marah.

“Keadaanku nggak ada urusannya sama sekali dengan kau, kan? Mau pake apa nggak nih?”

Koyama-san menjawab dengan wajah tidak senang. Uu... lagi-lagi pakaian perempuan... sebenarnya, aku nggak rela. Aku nggak mau memakai pakaian perempuan sama sekali.

Tapi,


“Dasar, si Aki, kemana sih dia lari? Aku baru akan memaafkannya jika dia sudah kudorong jatuh dari atap gedung. Dan kalo dia masih bisa bergelantungan, langsung akan kudorong lagi tanpa basa-basi!”


Tetapi, suara angin yang terdengar barusan membisikkanku hal mengerikan. Kalo membandingkan antara harga diri dan nyawa, nyawa lah yang lebih penting! Saat ini, aku nggak punya pilihan walau harus memakainya sekali ataupun dua kali.”

“Koyama-san, aku pinjam deh. Makasih.”

“Bilang kek daritadi? Dasar merepotkan. Cepat ini ambil.”

Walau sedikit jengkel, Koyama-san pun memberikan pakaiannya padaku . Saat ini, aku sudah nggak punya hak buat komplain.

“Ngomong-ngomong, apa nggak apa-apa kau meminjamkan baju ini padaku?”

“Nggak apa-apa. Lagipula baju itu memang spesial untukmu.”

“Eh? Untukku?”

“Ah! Nggak, nggak apa-apa! Gausah khawatir.”

Koyama-san pun melambaikan tangannya dan terlihat sedikit panik. Un…Aku nggak begitu mengerti…

“Okelah, makasih ya, Koyama-san.”

“Kurasa pemburu-pemburu kelas F belum melewati lorong kelas kosong yang ada di gedung sekolah tua. Kau bisa ganti baju disana.”

“Un! Kalo begitu aku pergi ganti baju dulu.”

Setelah mengambil seragam dan rambut palsu dari Koyama-san, aku berputar ke arah lorong kelas kosong. Area tempat untuk mereka menangkapku semakin sempit dan makin menyempit, sekarang aku nggak ada waktu untuk ragu.

“Kalau begitu selamat berjuang... untukku....”

Koyama-san berkata dengan meninggalkan arti tersembunyi.

“Seragam 'cewek'… biasanya cowok nggak akan pernah sedikitpun berasosiasi dengan barang ini...”

Aku berlari melewati lorong koridor yang menghubungkan antara gedung kampus lama sambil menggerutu pada diri-sendiri. Untungnya, seperti yang Koyama-san bilang, pengejarku masih belum melewati kelas ini.

“Saa... bukan saatnya untuk bernafas lega. Lebih baik cepat-cepat ganti…”

Aku terburu-buru masuk ke dalam kelas kosong, menutup pintunya dan langsung melepas pakaian.

“Eerm…cara pakenya gimana nih?”

Memakai seragam cewek ternyata sangatlah rumit. Dan aku benar-benar nggak tau caranya, tapi kalo aku kelamaan memakai dan mereka menyergap kelas ini, pasti bakalan gawat. Seenggaknya, lebih baik aku pakai wignya terlebih dahulu.

Setelah berpikir sejenak, aku langsung strip tease sampai aku hanya mengenakan boxer dan memakaikan wig yang ada di tanganku.

“Ah, Aki-cha—Yoshii-kun!”

“Apa!”


Suara seorang murid cewek yang tidak ku kenal pun tiha-tiba masuk ke kelas. Tidak mungkin! Para pengejarku!

"Tepat apa yang Koyama-san bilang! Aki-cha…Yoshii-kun benar disini!”

Seorang cewek yang terlihat pendiam dan juga sopan dengan 3 tali kepang tersipu seraya sambil menatap tajam ke arahku. Apa ia itu pembunuh yang diutus oleh Yuuji... bukan, cewek ini nggak mungkin salah seorang pengejarku. Bagaimana mungkin seorang cewek biasa bergabung dengan grup mengerikan macam FFF?

Tapi… kalo begitu, mau apa cewek ini mengikutiku dan masuk ke kelas ini? Mendengar dari kata-katanya barusan, aku bisa tahu kalau dia sedang mencariku.

“Sudah kuduga…manis sekali…”

“Ha?”

Ada apa ini? Tatapan cewek ini membuatku terasa panas.

“Umm…Aku Tamamo Miki dari kelas D.”

“Ah, iya. Aku Yoshii Akihisa dari kelas F.”

Kami memperkenalkan diri dan menundukkan kepala satu sama lain. Nyawa dan hidupku saat ini sedang terancam. Tapi apa yang sedang aku lakukan…

“Umm…bisa aku bicara padamu sebentar?”

“Maaf, saat ini aku sedang dikejar, dan aku hanya mengenakan boxer. Kalo boleh, bisa kita bicara lain kali saja?”

“Iya, sebenarnya aku—”

“Halo, apa kau tadi mendengarkanku? Aku tadi bilang kalo 'aku sedang dikejar-kejar' dan 'aku hanya memakai boxer'. Situasi ini bukan waktu yang tepat untuk bicara dengan santai! Kenapa kau malah lanjut berbicara?”

Dia memang terlihat sangat sopan, tapi ternyata dia tipe seseorang yang bertindak semaunya sendiri. Tipe yang susah untuk bisa akrab...

“Sebenarnya, aku mempunyai seseorang yang aku suka.”

“I, Iya. Baguslah. Ngomong-ngomong, bisa kamu membalikkan badan sebentar?”

“Orang itu sangat, sangatlah manis~”

“Seseorang yang manis. Baguslah. Ngomong-ngomong, That’s great. Anyway, bisa kamu membalikkan badan sebentar?”

“Dan dia sedikit bego.”

“Baiklah! Aku sudah tahu kamu punya seseorang yang kamu suka! Tapi bisa kamu membiarkanku ganti baju sebentar?”

Saat ini aku merasa malu sekali, tapi dia nggak ada niatan sama sekali untuk berpaling menatapku. Be... becanda macam apa ini!

“Tapi, orang itu terlihat sangat bahagia setiap hari~”

“Ahh, Iya. Oke.”

Apa boleh buat. Aku nggak begitu mengerti apa yang ia bicarakan, tapi sepertinya dia sedang tidak berkonsentrasi padaku, jadi aku akan menggunakan pakaianku sebagai penutup dan diam-diam berganti pakaian.

“Aku merasa bahagia bila dekat dengannya. Itulah kesan yang anak itu berikan padaku.”

Anak itu? Panggilannya sedikit aneh, tapi hal yang barus diutamakan adalah cepat ganti pakaian dahulu. Sangat memalukan sekali rasanya harus memakai baju perempuan di depan perempuan, saking malunya sampai-sampai aku mau mati aja... tapi, kalo aku nggak pake, bisa-bisa aku akan mati beneran...

“Oh, begitu ya.”

Aku menjawab dengan asal, dan mulai mengambil kemejanya, lalu aku pun kepikiran, kalo cuma kemeja, cewek ama cowok nggak ada bedanya kan? Kalo begitu, aku pakai yang punyaku saja.

Disaat aku mengambil kembali kemejaku yang baru saja aku lepas,

“Iya bener! Dia itu sangat sangat manis! Pokoknya manis banget deh!”

Tanganku yang hampir saja menjangkau pakaian tiba-tiba diserobot. Ehhh!? Apa ia tadi dengar tanggapanku barusan!?

“Tu, tunggu dulu, Tamano-san! Tenangkan dirimu dan lepaskan tangan—”

“Dia manis sekali, dia sangat ma is! Saking manisnya bahkan mau aku telen dia bulat-bulat!”

Iya daritadi juga aku sudah tahu kalau dia manis! Jadi cepat kembalikan kemejaku!

Mungkin dia terlalu gembira karena ia sedang terus-terusan menggenggam tangan serta kemejaku. Tunggu… situasi macam apa ini? Aku hanya mengenakan boxer sedang merebut baju dengan seorang wani lakukan dengan perempuan what’s the situation now? Why am I wearing boxers and tussling over a shirt with a girl in an empty classroom?

“Dia sangat manis sampai-sampai aku lupa kalo dia laki-laki!”

Dibanding dengan teriakannya, tarikan tangan Tamano-san jauh lebih keras, dan pakaianku pun pindah tangan tanpa ada perlawanan. A... aku kalah adu tenaga dengan seorang cewek.

BTS vol 08 123.jpg

Sebagai cowokpun, aku sangat terpukul atas hal ini, tapi melihat situasi yang sekarang, sangatlah sulit untuk mendapatkan kembali pakaianku dari tangannya , terpaksa aku hanya bisa meraih baju pinjaman dari Koyama-san. Sial... Aku nggak pernah bermaksud untuk menodai baju pinjaman ini!!!

“Dan di sekolah, anak itu punya banyak penggemar cowok ataupun cewek!!”

“TUTUTUTUNGGU DULU! KENAPA KAU LAGI LAGI MERAMPAS BAJUKU !!! KOMOHON, TOLONG CEPAT KEMBALIKAN BAJUNYA PADAKU!! AKU AKAN PUNYA MASALAH BESAR KALO NGGAK PAKE BAJU INI!”

Cewek didepanku satu ini merampas baju yang dipinjamkan Koyama-san dengan kekuatan yang luar biasa. Cewek ini kelihatannya sedang mengigau, tapi matanya selalu menatap kearahku! Kalo begini, jangankan anak-anak kelas F, bahkan aku nggak akan berani tampil di depan semua orang!

“Kalo aku terus-terusan ragu, aku akan didahului oleh orang lain... jadi, A, aku bertekad untuk memberanika diri dan menyatakannya!”

“Ahh! Bahkan jaketnya pun diambil...Tamano-san, kumohon padamu! Seenggaknya kembalika celananya padaku!”

Tamano-san menculik pakaianku satu persatu dan menaruh semua di tangannya.

Aku nggak tahu lagi apa yang harus aku lakukan jika cuma ditinggalkan dengan sebuah rok, tapi kalo aku bisa memakai celana, seenggaknya aku nggak bakalan ditangkep polisi. Sekarang aku harus berpegang teguh pada garis pertahanan terakhir ini...

“Ini pengalaman pertamaku, tapi aku akan berusaha!”

“Baiklah! Aku akan menolongmu! Aku nggak tahu apa maksudmu, tapi aku akan benar-benar menolongmu, jadi tolong jangan kejam padaku. Kau hampir merobek karet celananya! Bisa tolong lepaskan celanaku!?”

Semakin lama semakin tak berarti, dan tanpa disadari, baju dan celanaku semua ada di tangannya. Apa mungkin dia itu benar-benar pembunuh yang diutus oleh Yuuji? Yuuji sudah memperkirakan aku akan berujung pada situasi seperti ini, dan berencana merampas semua pakaianku. Dasar licik!

“Tenang, tenang… aku sudah berlatih berkali-kali dirumah…”

Tamano-san terus-terusan bernafas dihadapanku. Semua seragam yang dia rampas dariku sudah dibuang ke tempat yang tidak dapat aku raih. Sepertinya aku sudah nggak bisa mendapatkannya kembali.

Kalau sudah begini, sebaiknya aku ikuti dan dengarkan saja apa yang ia mau. Kalau dia sudah puas, pasti dia akan mengembalikan seragamnya padaku.

Walau sekarang cuma memakai boxer, sebaiknya aku nggak usah ambil pusing dan dengar apa yang ingin ia katakan terlebih dahulu.

“Kalo begitu…apa kamu mau…mendengarkan aku?”

“Un, ceritakan padaku.”

Melihat cewek seserius ini, aku langsung mengangguk sambil menggenggam rambut palsu yang tadi aku lepas. Jangan khawatirkan hal kecil! Saat ini, aku harus berpikir bagaimana cara lolos dari situasi genting ini!

“Baguslah…kalau begitu, Aki-—Yoshii-kun!”

“Tamano-san, pertama aku harus bilang. Kau pasti diam-diam selama ini memanggilku dengan nama 'Aki-chan', kan?"

“Aku, aku menyukai seseorang!”

“Iya iya, aku sudah tahu. Ngomong-ngomong, bisa kau memanggilku dengan nama yang benar—”

“Jadi... Aki-cha…Akiko-chan!”

“Tidaaak! Aku nggak mau nama yang lebih parah! Namaku itu Akihisa!”

Apa yang cewek ini inginkan dariku? Mungkinkah aku sedang dikerjai? Atau aku lagi berada di acara komedi tivi? Apa saat ini semua orang sekarang sedang bersembunyi dan menertawaiku?

Aku benar-benar nggak tahu apa tujuan dia yang sebenarnya, tapi Tamano-san berkata dengan suara yang penuh nafsu.

“Setialah denganku!”

“…………Hah?”

The conversation just now went into a vague direction, on hearing those words from her, my mind was left blank.

Setia? Setia apaan?

“Erm…maksud kamu itu... aku…dengan kamu?”

“I... iya, a…aku…dan Aki—Aki-chan…”

Aki-chan yang ia maksud itu adalah aku kan? Aku, Tamano-san—berpacaran? Bukankah ini yang dinamakan dengan pernyataan cinta!?

“Ehhh!? Ke... Kenapa!? Kenapa Tamano-san bisa suka denganku…”

“Jangan bilang begitu! Mungkin Yoshii-kun nggak tahu, tapi Aki-chan itu orangnya sangat menarik!”

Dia berkata dengan nada memaksa. Baru sekali ini dalam seumur hidup aku dinyatakan cinta oleh perempuan. Uhh…

“Soalnya Aki-chan itu orangnya ganteng dan juga lucu! Mulai dari kulitnya yang halus dan juga lembut, matanya yang besar dan sifatya yang malu-malu saat dipaksa menggunakan baju perempuan, semuanya lucu! Yoshii-kun harus tahu itu!”

Tamano-san yang sedang kegirangan pun mendekatiku dengan sangat tiba-tiba.

“Ah…ma, maaf.”

Mungkin dia sadar karena sikapnya yang berlebihan dan berjalan mundur sambil menundukkan kepalanya.

“Ja, jadi…”

Setelah berpikir sejenak, kemudian Tamano-san melanjutkan perkataannya.

“Maukah Aki-chan... menjadi milikku dan hanya satu-satunya untukku seorang!”

Aneh. Seharusnya aku itu senang setelah seseorang menyatakan cintanya padaku, tapi kenapa aku malah kebingungan menjawabnya?

Sebenarnya nggak ada masalah apa-apa. Karena dia berniat serius untuk aku setia dengannya, jadi aku harus berhati-hati dan memikirkan jawabanku matang-matang.

Di dalam pikiranku pun, aku mulai membayangkan situasi jikalau aku benar-benar pacaran dengannya.


“Yo, dah lama nunggu?”

“Ah nggak, aku juga baru saja datang kok—eeehhh, pakaian macam apa itu?”

“Eh? Cuma T-shirt dan celana jeans yang biasanya.”

“Nggak pakai wig dan rok? Kamu jahat! Padahal mau aku ajak ke toko aksesoris yang terlihat bagus dan cocok dipakai untuk Aki-chan!”

“Nggak gak gak, Tamano-san, Aku nggak punya ketertarikan sama hal yang seperti itu—AKH! Nafsu membunuh!?”

“Yoshii Akihisa… berani-beraninya kau mendapatkan pacar. Apa kau sudah lupa dengan sumpah FFF…”

“Tunggu dulu! Hubungan kami berdua masih belum pasttiiiiiii!!!”

“Kubur!”

“““Siap!”””


Sangat disayangkan sekali, adegan yang satu ini bukan adegan yang menyentuh.

Masalah utamanya bukannya aku nggak suka sama Tamano-san, tapi kita berdua memang nggak ditakdirkan untuk bersama.

Setelah itu, aku menatap Tamano-san dan berkata,

“Maaf, Tamano-san. Aku benar-benar minta maaf, aku—”

Belum sudah aku bicara, Tamano-san berkata dengan tergesa-gesa padaku,

“A, aku janji! Aku akan terus berusaha keras membuatkan banyak baju yang lucu-lucu buat kamu! Setiap minggu—eh nggak, setiap hari! Aku akan buatkan baju yang pasti Aki-chan akan suka!”

Mungkin Tamano-san salah paham dengan kata maafku dan mulai menunjukkan sifat baiknya. Duh, bagaimana ya. Jika seseorang menjawab 'Baiklah aku akan berpacaran denganmu' setelah mendengar kata-katanya tadi... Apa Tamano-san akan benar-benar senang punya pacar yang seperti itu?

“Bukan begitu, ma... maksudku. Maaf. Aku nggak bisa jadian sama kamu.”

Aku nggak mau ikut bergabung ke dalam dunianya.

Nggak lama setelah mendengar jawaban dariku, ia bertanya kepadaku,

"Kamu nggak bisa jadian sama aku, jangan bilang… kalo kamu punya seseorang yang kamu suka...”

Walaupun aku punya seseorang yang aku sukai ataupun nggak, sepertinya itu juga nggak akan merubah jawabanku.

Walaupun begitu, saat ini ia bertanya padaku dengan menggunakan ekspresi yang sangat serius, Aku menjadi bingung bagaimana harus menjawabnya. Ugh... bagaimana cara menjelaskannya ya? Aku benar-benar nggak punya pengalaman sama sekali di bidang ini.…

“Ummm… kalo aku harus jujur, tentu saja aku punya…”

Sulit sekali aku mengatakannya. Sebenarnya bukan sulit mengatakannya tapi lebih ke bagaimana aku harus menjawab. Lagipula, aku belum benar-benar memikirkan ini dengan serius.

“Kalo begitu, orang yang Aki-chan suka itu—”

“i, itu…”

Suaraku terhenti di tenggorokan. Ini benar-benar sulit. Aku sudah nggak tahu lagi harus ngomong apa.

Ngomong-ngomong, kenapa aku harus dipaksa untuk mengalami kejadian bodoh dan menyulitkan seperti ini?

Mungkin seumur hidupku, nggak akan ada kedua kalinya aku dinyatakan cinta oleh seseorang, apalagi saat aku hanya mengenakan boxer dan sedang ketakutan dengan bahaya yang sebentar lagi terjadi. Dan juga, yang dinyatakan cintanya itu bukan kepadaku tapi kepada aku yang sedang memakai baju perempuan. Bagaimana lagi aku mau dipermainkan oleh takdir?

Untuk lolos dari semua masalah yang sekarang ada dihadapanku, dan untuk lolos dari kenyataan yang pahit ini, aku pun berpikir keras untuk mencari dalang dari semua kejadian ini.

Dimana sebenarnya kesalahanku? Sejak kapan dan bagaimana bisa kesialan yang bertubi-tubi ini bisa terjadi?

“Ini semua karena…”

Setelah berpikir sejenak, sesosok manusia muncul dikepalaku. Ya benar. Ini semua bermula karena aku dikhianati oleh orang itu!

Amarahku perlahan naik dari ujung kaki ke ujung kepala. Ini semua karena ulah dia! Lain kali aku melihatnya, dia takkan bisa lolos dariku!

Aku mulai memikirkan segala cara untuk balas dendam ke musuhku yang satu ini.

Dan pada saat yang sama, otak dan dalang dari semua ini pun muncul dengan sendirinya di koridor, mungkin karena ia sedang memeriksa sesuatu. Itu dia! Berani juga dia menampakkan dirinya padaku. Tamat sudah riwayatmu! Aku akan membunuhmu dengan cara mengenaskan dan lepaskan semua amarahku padamu!

“YYUUUUUUUJJJJJIIIIIIII!!!!”

“EH…EEEHHHH!!!???”


Aku pun langsung berteriak mengutuknya keras-keras. Saat aku berteriak, para pengejarku sudah pasti akan menemukan persembunyianku. Tapi disaat begini~, siapa juga yang peduli!?”

“Ka, kamu bilang Yuuji…Sakamoto Yuuji!? Yoshii-kun suka sama Sakamoto-kun?”

Tamano-san terlihat sangat terkejut oleh sesuatu, kenapa? Tanya kenapanya nanti saja. Aku harus tangkap si bajingan itu dan hajar dia sampe babak belur!

Aku pun langsung berubah super saiya dan melompat keluar ke arah koridor. Yuuji... hari ini adalah hari kematianmu!!

Aku mengerahkah seluruh tenaga untuk berlari mengejar, dan di tengah jalan, aku seperti mendengar ada seseorang yang menggerutu dengan suara bergetar dan perlahan,


“…A, aku baru saja mendengar sesuatu yang luar biasa…!” ☆

Aku pergi ke kelas kosong itu tadi maksudnya cuma mau mengambil beberapa perlengkapan kostum, tapi nggak disangka ada kejadian menghebohkan... karena sudah terlanjur mendengar, aku jadi kebingungan...

“…Hideyoshi, kau kenapa?”

“Muu, un…Muttsurini…sebenarnya, A...Aku tadi pergi ke kelas kosong mengambil perlengkapan kostum untuk ekskul drama, terus aku mendengarkan sesuatu yang luar biasa.”

“…luar biasa?”

“Sebenarnya ini bukan sesuatu yang harus dibicarakan ke orang lain, tapi aku benar-benar terkejut…Muttsurini, apa kau mau mendengarkanku?”

“...Percayakan padaku. Semua rahasia aman tersimpan rapat-rapat di dalam brankas Muttsurini.”

“Thanks. Sebenarnya…”

“…ya?”

Cewek itu—kalo nggak salah, namanya Tamano, anak kelas D.

Cewek bernama Tamano,

“Suka!”

“…Siapa?”

“Akihisa!”

“…”

Nggak disangka bukan cuma Shimada dan Himeji saja. Si Kacung itu bahkan ditembak sama cewek lain... aku jadi sangat terkejut…


“…A, aku baru saja mendengar sesuatu yang luar biasa…” ☆

Disaat aku sedang pergi untuk ekskul, aku melewati salah satu kelas, lalu mendengar Muttsurini dan seorang murid lagi berbicara hal yang menghebohkan… dan aku benar-nenar sangat terkejut…

“Aiko? Kamu kenapa?”

“Ah…Yuuko. Sebenarnya…A…Aku tadi pergi lewat gedung sekolah lama untuk berangkat ekskul dan mendengar sesuatu yang luar biasa.”

“Luar biasa?”

Gayanya berbicara, pasti dia itu tadi adiknya Yuuko—Kinoshita Hideyoshi.

Kinoshita Hideyoshi itu—

“Suka!”

“Siapa?”

“Yoshii-kun!”

“…”


“…Mi, Miharu baru saja mendengar sesuatu yang luar biasa…” ☆

Aku pun mengejar dan mencari-cari Yuuji, tapi aku langsung kehilangan jejaknya. Sialan, lagi diburu tapi aku malah memberitahu posisiku sendiri. Disamping itu, walaupun dia sedikit aneh orangnya, aku jadi merasa nggak enak hati harus meninggalkan seorang cewek yang menyatakan cintanya padaku sendirian di kelas yang kosong.

“Lebih baik aku kembali ke kelas itu dan menjelaskan semuanya...”

Ah, setelah aku menggerutu pada diri sendiri, aku baru sadar kalo aku hanya sedang menggunakan boxer! Sebelum memikirkan masalah Tamano-san, lebih baik aku memakai baju terlebih dahulu!

Aku pun langsung ngibrit kembali ke kelas kosong tadi dengan maksud mau mengenakan baju milikku.Tamano-san kelihatannya sudah pergi, dan di kelas hanya tersisa dua seragam yang tadi. Sepertinya aku sudah melakukan hal yang keterlaluan pada Tamano-san...

Setelah aku baru saja dinyatakan cinta, aku pun menjadi kehilangan motivasi untuk memakai seragam perempuan, jadi aku pun mengambil seragam laki-laki milikku dan memakainya kembali. Akan kukembalikan seragam perempuan ini pada Koyama-san...

“Ampun DJ... layaknya hari kemarin, musibah datang silih berganti...”

Aku menghela nafas dan mengepit seragam yang aku pinjam. Kira-kira Koyama-san masih di sekolah nggak ya?

Sambil berhati-hati dengan keadaan sekitar, aku mengendap-endap pergi ke kelas C—


“““BUNUH YOSSSSSHHHHHIIIIIIIIIIIIII!!!”””


Terdengar gonggongan orang yang sedang ngamuk datang dari lantai bawah. Apa yang sebenarnya sedang terjadi!?

“GUE UDAH NGGAK TAHAN LAGI KALO DISURUH MENGECILKAN RUANG GERAK ITU MONYET DAN MENANGKAPNYA PELAN-PELAN! GUE MAU LANGSUNG MUTILASI ITU ORANG KALO KETEMU! GUE MAU KASIH DIA SEMUA SIKSAAN DAN KESAKITAN YANG ADA DI DUNIA!!”

“DASAR KEPARAT... HIDUP SERUMAH DENGAN HIMEJI PUN DIA BELUM PUAS!! BAHKAN TAMANO, KINOSHITA, DAN JUGA KUDOU JUGA JATUH HATI SAMA DIA... JANGAN BERCANDA DEH! INI SEMUA KARENA ADA ORANG SEPERTI DIALAH MAKANYA SAMPAI SAAT INI GUE BELOM PUNYA PACAR!”

“HARUS DIBUNUH! BUNUH YOSHII AKIHISA DENGAN SEGALA MACAM METODE SIKSAAN YANG MANUSIA SAMPAI SAAT INI BISA TEMUKAN!”

Kalau saja badai hawa nafsu membunuh ini bisa dirasakan dan dilihat dengan nyata, mungkin SMA Fumitzuki langsung ambruk jadi puing-puing.

Suasana menakutkan datang dari tangga yang menuju ke lantai bawah, dan aku nggak cukup berani kalau harus melihat ke bawah... bukan karena takut ketinggian. Tapi karena dendam dan hawa nafsu membunuh mengerikan yang semakin lama semakin dekat!

“Yoshii-kun. Akhirnya ketemu juga~gue mau bunuh elo~nggak apa-apa kan loe gue bunuh? Gue bisa terbang, kan?”

“■■■■■■■...■■■■■■■■■,■■■■■■■■■■!!!”

“IRIS-IRIS, KASIH KECAP, INJEK-INJEK, TONJOKIN, BACOKIN, GANTUNG, GEBOKIN, CEKEK!!”

Teman-teman sekelasku bergerak bersama secara perlahan seperti hantu menampakkan diri di hadapanku. Mereka sudah nggak mempedulikan semua instruksi dari Yuuji, sekarang mereka hanyalah sekumpulan amukan massa.

“Ke, kenapa mereka ini??”

Sepertinya kemarahan mereka sudah mencapai batas maksimal, dan saking berbahayanya bahkan mereka sudah nggak bisa dikontrol lagi. Teman-teman sekelasku perlahan mendekatiku sudah seperti hantu yang nongol di mimpi buruk. Kepala mereka terlihat menggantung-gantung seperti lehernya sudah nggak bisa menopang kepala mereka. Mengerikan dan menjijikkan.

"Ba... bahaya nih! Aku harus segera kabur.”

Sudah nggak ada waktu lagi untuk memperkirakan pergerakan mereka. Aku hanya bisa membalikkan badanku dan lari sekuat tenaga untuk lolos dari mimpi ini!

“KETEMU! ITU DIA SI YOSHII!

“TANGKAP DIA DAN LANGSUNG EKSEKUSI! JANGAN SAMPE DIA LOLOS!”

“KALIAN YANG BISA LARI 100M DALAM 11 DETIK CEPAT KEJAR DIA! DAN YANG LAIN PIKIRKAN KEMANA IA AKAN LARI LALU SERGAP DIA! KITA INI UDAH NGGAK BISA TAHAN AMARAH LAGI! KALO PERLU HAJAR SEMUA ORANG YANG NGALANGIN JALAN!”

Sebuah teriakan perintah yang sedikit normal datang dari arah belakangku.

Waw? Mereka semua saling berteriak untuk bunuh, tangkap dan eksekusi, tapi setelah mendengar kata-kata teman sekelasku yang barusan, aku jadi sedikit lega. Ternyata, nggak semua temanku yang berubah jadi amukan massa nggak waras. Syukur deh...

“OI, YOSHII, TUNGGU LOE! JANGAN LARI!”

“JELASIN SEMUA RUMORNYA PADAKU!”

“BAGAIMANA MUNGKIN LOE BISA DITEMBAK SAMA CEWEEEEKKKKKKKKK!!!”

“SSIALAAAANNN!! KENAPA AKU HARUS SELALU MENGALAMI KEJADIAN BODOH SEPERTI INI!”

Aku mati-matian mencoba melarikan diri dari teman sekelasku yang bangga akan kemampuan berlari dari kakinya.

Disaat yang sama—


“SSIALAAAANNN!! KENAPA AKU HARUS SELALU MENGALAMI KEJADIAN BODOH SEPERTI INI!”


Tanpa sepengetahuanku, teman paling kubenci satu ini terlihat seperti ia sedang kabur dari sesuatu dan berlari berdampingan di sebelahku.

“...Yuuji, sedang apa kau disini?”

“Nggak bisa lihat? Gue lagi lari!”

“Eh? Lari dikejar apaan?”

“Setan!”

“...Yuuji, aku nggak akan memaafkanmu, berani selingkuh di hari pertama kita akan menjalani hidup serumah.”

Melihat lebih dekat, diantara lelaki yang larinya sangat cepat, ada sesosok perempuan dengan rambutnya yang hitam panjang ikut berlari sama cepatnya. Sejak kapan si Kirishima-san...

“Selingkuh? Apa yang kau lakukan kali ini?”

“Mana ku tahu?”

" Dan apa maksudnya tadi ada kata tinggal serumah?”

“ITU SEMUA KARENA ULAH LOE SAMPAI GUE HARUS DIPAKSA HIDUP SERUMAH DENGAN ITU ORANG!”

“MATI LOE!”

“SAMA! GUE BEGINI JUGA SEMUA GARA-GARA ULAH LOE! MATI AJA LOE!”

“SIAPA JUGA YANG MAU MATI! DEMI KIRISHIMA-SAN, GUE NGGAK BAKALAN MATI SEBELUM GUE BERHASIL BUNUH ELO!”

Kami pun menyerang satu sama lain sambil berlari, dan pada saat yang sama, beberapa orang muncul dihadapanku. Mereka yang bewajah tak berperasaan. Yang tak lain dan tak bukan adalah...

“Kalian gak akan bisa lari~dasar merepotkan~bagaimana kalo kita bunuh mereka bersama-sama? Pasti kesepian kalo harus mati seorang diri~”

“■■■■■■■...■■■■■■■■■,■■■■■■■■■■!!!”

“IRIS-IRIS, KASIH KECAP, INJEK-INJEK, TONJOKIN, BACOKIN, GANTUNG, GEBOKIN, CEKEK!!”

“Akihisa, aku bantu kau lari. Orang-orang ini benar-benar sudah nggak waras.”

“Oke, Yuuji! Yang penting sekarang adalah bagaimana cara melindungi nyawaku!”

Untuk bisa melarikan diri dari amukan massa, kami pun langsung berlari turun ke lantai pertama.

Mereka memegang pipa baja dan tongkat kasti berhias banyak paku yang entah asalnya mereka dapat darimana. Kalo aku nggak salah mengira... hanya dengan ayunan pelan saja maka tembok yang ada di samping mereka bisa retak-retak!

“...Yuuji, apa Yoshii benar-benar baik untukmu? Jadi rumor itu benar...”

“Tunggu, Yuuji! Apa rumor yang Kirishima-san tadi katakan? Kenapa namaku tiba-tiba ikut muncul?”

“Aku juga kurang tahu! Yang kudengar setelah anak kelas D Tamano Miki menyatakan cintanya padamu, kau menggunakan hal yang berkaitan denganku untuk menolaknya, dan menyebabkan rumor menggelikan ini beredar!”

“...”

Aku berusaha mengingat kembali apa yang telah aku lakukan sampai saat ini.

Coba kuingat-ingat... percakapanku dengan Tamano-san sewaktu itu seperti—


“Lalu, orang yang Aki-chan suka itu—”

“I, itu…”

“Itu…”

“YYUUUUUUUJJJJJIIIIIIII!!!!”

Oh, jadi begitu...

"I, Itu sih cuma rumor belaka! Orang-orang salah paham itu pasti karena sifat jelekmu!”

“aku merasa kau udah tahu apa sebabnya!”

“Tentu saja nggak! Kalo orang-orang tanya padaku apakah aku suka atau benci sama Yuuji, aku pasti langsung jawab ' aku sangat benci dia sampai-sampai mau kuhajar dia sampai babak belur'!”

“Sama dah! Kalo orang tanya apakah benci ataukah suka sama Akihisa, Aku pasti langsung jawab ' Aku rasanya mau injek-injek itu orang ampe jadi makanan ternak'!"”

“Benarkah? Hati kita berdua memang serasi.”


“Oi, lihat mereka berdua, udah tinggal serumah sama cewek dan dinyatakan cintanya, tapi malah mereka tampak serasi dan saling menyukai...”

“Ini berbahaya sekali! Demi semua umat manusia yang ada di dunia, sepertinya kita harus kubur dia dalam-dalam dipuncak gunung.”

“...Yuuji, takkan kumaafkan.”

Aku sama sekali nggak bermaksud seperti itu saat aku bilang kalo hati kami memang serasi! Tapi bagaimanapun aku mau menjelaskan, mereka pasti nggak mau dengar.

“Yuuji, sebaiknya kita gerak cepat dan kabur. Belok kanan!”

“Oke!”

Kami berlari dari amukan massa dengan mata yang penuh akan putus asa. Menakutkan sekali! Teman sekelasku sangat menakutkan!

“Jangan kabur~jangan lari~Kau takkan bisa lari~”

Melihat tongkat kasti metal yang mereka genggam sedang terbang kearahku,

“Kemari!”

Kami dengan cepat menghindar dengan masuk ke delam kelas. Mungkin cuma sebentar, tapi sepertinya mereka tadi sempat kehilangan jejak kami berdua.

“Baiklah, sekarang ayo cepat kita cari sesuatu yang bisa dijadikan senjata...”

Mereka bukan sekedar amukan massa yang menakutkan, tapi mereka juga membawa senjata, jadi kita juga harus punya senjata untuk bisa melawan mereka!

Aku dan Yuuji pun mati-matian mencari senjata terdekat yang bisa kami berdua gunakan.

Tetapi, nggak lama kemudian, sesosok tubuh berotot kawat dan bertulang besi dengan kemampuan bertarung luar biasa muncul di hadapanku.

“...”

Benar. Dia adalah guru yang sedang memperhatikan ke arah kami dengan tampang malas, guru itu dipanggil dengan nama 'Tangan Besi'.

...Tangan Besi?

Melihat sekeliling kelas tersebut, apa yang muncul di depan mataku adalah buku-buku berjejeran rapi dengan judul 'Garis Dasar Bimbingan Konseling'.

““Maaf! Kami salah masuk!””

Aku dan Yuuji bulu kuduknya langsung berdiri seraya menundukkan kepala kepada Tangan Besi dan langsung berbalik badan.

Tapi sayangnya,

“Hmm, kalian berdua sudah masuk ke kelas ini berkali-kali, jadi bapak rasa kalian aeharusnya sudah tahu kalau...”

Terdengar suara keras dan kasar di belakang kami.

“—pintu ruang konseling nggak bisa dibuka dari dalam tanpa menggunakan kunci.”

Bagaimanapun cara kami untuk memutar gagang pintu, besi baja ini nggak bergeming sama sekali.

“Buka! Cepat terbukalah! Keluarkan aku dari neraka ini!”

“Si, sialan! Dasar brengsek! Terbukalah!”

Krak krak krak. Kami berusaha sekuat tenaga memutar gagang, tapi yang kami dapat cuma sensasi dingin dan kokoh dari gagang baja tersebut.

“Baiklah, kalian berdua. Aku nggak tahu ulah apa yang lagi-lagi kalian perbuat, tapi, nggak bapak sangka kalian berdua mau datang kesini dengan sendirinya untuk mengakui dan mendapat bimbingan, bapak merasa terharu sekali.”

“Nggak nggak nggak, bapak salah paham... Itu sih Yuuji—si Idiot Sakamoto ini bilang kalo dia mau bimbingan dari bapak, jadi aku datang kemari mengantarnya!”

“Tunggu dulu, dasar brengsek! Berani-beraninya kau berkhianat dan kabur sendirian! Tangan Besi, jangan salah paham! Ini orang—”

“Cukup basa-basinya. Kalian berdua cepat kemari, walaupun bapak sedang sibuk, bapak masih bisa menolongmu untuk mendapatkan pelajaran tambahan extra.”

““NGGAK MAU!””

Leherku dan Yuuji pun langsung dicengkram oleh sepasang tangan yang kuat dan berotot. Tidak! Lepaskan aku! Seseorang tolong selamatkan aku!

Entah apakah harapanku didengar Tuhan tiba-tiba pintu yang tadinya tidak bisa bergeming sama sekali saat ini sedang terdorong dari luar. Ja... jangan-jangan, ... keajaiban telah terjadi!

“...Pak guru, aku juga mau ikut pelajaran tambahan.”

Setelah Kirishima-san berkata demikian, Pintu yang berada di belakangnya dengan perlahan tertutup kembali. Pintu yang sudah seperti pintu penghubung ke masa depan kami,

“Oh Kirishima. Kamu nggak butuh pelajaran tambahan, kan?”

“...Kalau begitu, Ijinkan aku mengajari Yuuji pelajaran tentang pengetahuan jasmani dan juga pengetahuan umum.”

“Benarkah? Kamu baik sekali mau membantu. Kalo begitu pak guru bisa fokus untuk mengajari Yoshii.”

Pintu yang menghubungkan ke masa depan kami telah tertutup dengan gayanya yang dingin dan tanpa ampun.

“Tunggu dulu, Shouko! Aku nggak butuh kamu buat mengajariku! Apalagi tentang pengetahuan umum!”

“Pak guru, ini tidak adil! Kenapa Yuuji mendapatkan pelajaran privat dari Kirishima-san, sedangkan aku harus berhadapan satu lawan satu dengan sang Tangan Besi? Aku mengajukan keberatan!”

“Ngomong apa kamu ini? Kirishima adalah murid nomor satu. Kalian berdua harus banyak belajar darinya.”

“...Pak guru, kami akan pindah ke sofa sebelah sana. Aku mau mengajari Yuuji tentang ujian praktek dalam hal kesehatan jasmani.”

“Kau dengar tadi, tangan besi? Bukankah dia baru saja bilang hal yang bisa membuat orang beranggapan kalo dia itu sakit jiwa? Aku nggak butuh pelajaran tambahan untuk hal semacam itu! Sekarang cepat lepaskan aku!”

Siapa yang tadi kamu sebut Tangan Besi?”

“Oi! Kenapa bapak malah cuma mendengarkan kata-kataku? Bukannya kata-kata Shouko sebelumku jauh lebih penting!!?”

“Bener tuh, pak! Yang paling penting itu si Yuuji telah menipu Kirishima-san! Sebagai guru, bukankah seharusnya bapak membimbingnya ke arah yang benar!?”

“Berisik! Kalian jangan banyak bacot dan cepat duduk!”

““NGGGAK MAU!””


“““...”””

“...Kayaknya itu dua orang udah nggak bakalan bisa keluar.”

“Terpaksa kita hanya bisa membunuh mereka besok.”

“Sangat disayangkan sekali. Gue bener-bener mau bunuh mereka hari ini juga~!”


Dan pada akhirnya, kami berdua dipaksa untuk mengikuti pelajaran spesial dari tangan besi sampai waktu gerbang sekolah ditutup. ☆

“Yah lagi-lagi hujan…”

Setelah pelajaran tambahan spesial selesai, akupun berjalan keluar gerbang sekolah, dan langit mulai gerimis.

Aku lagi-lagi nggak bawa payung, tapi setelah pengalaman di hari kemarin, aku memutuskan untuk tidak usah berteduh, dan lari secepatnya sampai ke rumah. Tapi ternyata, nggak seperti hari kemarin, hujannya langsung reda sebelum aku sampai di rumah. Ampun deh... entah kenapa aku merasa harus banyak belajar dari kesialan kecil seperti ini...

“Aku pulang…”

Aku membuka pintu depan sambil mengibas air basah yang berada di tubuhku dengan tangan.

“U...Ummm... selamat datang, Akihisa-kun!”

“Ah, Aku pulang. Himeji-sa—NNNNNNN!?”

Himeji-san, yang pulang lebih awal dariku, dengan cepat datang ke pintu depan untuk menyapaku. Sopan sekali... seharusnya ini sopan...

“Umm, Himeji-san…”

“I, iya!”

“Pakaian yang kamu kenakan?”

“I, ini pakaian yang ku kenakan sehari-hari! Ini yang biasa kukenakan kalo di rumah!”

Dia mengenakan kaos yang memperlihatkan bahunya, lalu rok pendek yang akan memperlihatkan gambar berbahaya kalo dia menunduk! Bagaimanapun aku melihatnya, ini sih terlalu vulgar! Penampilannya yang sekarang membuat Himeji-san terlihat sedikit nakal... Ukuran dada Himeji-san sangatlah besar, dan pakaian vulgar ini sangat memperlihatkan bahunya, sangat-sangat memperlihatkan sampai orang biasa pasti tidak akan bisa menahan nafsu. Dan jangan kaget kalau nanti tiba-tiba bajunya akan merosot dari bahu…

“Benarkah kamu biasa memakai ini kalau dirumah? Kelihatannya kamu kemarin-kemarin nggak pernah menggunakannya…”

Sampai saat ini, Himeji-san selalu mengenakan pakaian yang tidak menunjukkan banyak aurat, dan roknya pun lumayan panjang. Melihat dia mendadak berganti dengan gayanya yang berani, sebenarnya apa penyebab dia bisa berujung seperti ini?

“Kemarin…i, iya, beberapa hari kemarin cuacanya sangat dingin! Dan hari ini cuacanya sudah mulai kembali hangat, jadi aku juga kembali mengenakan apa yang biasa aku kenakan.!”

Memang benar hari ini lebih panas dari hari kemarin, tapi nggak perlu sampai dia harus mengganti apa yang biasa ia kenakan, apalagi hari ini hujan. Walau sedikit lebih hangat, tapi aku masih merasa kedinginan.

“Kamu kenapa, Himeji-san?”

“Nggak kenapa-kenapa kok! Aku biasa-biasa aja!”

Himeji-san terlihat panik dan menaikkan nada suaranya. Melihat situasinya, pasti ada sesuatu yang nggak beres.

Sebenarnya, aku ini laki-laki tulen, tentu saja aku senang melihat Himeji-san mengenakan pakaian yang sensual dan buka-bukaan. Tetapi itu kalo aku nggak memikirkan keselamatan diri-sendiri. Kalo saja kakak menemukan aku sedang tinggal bersama Himeji-san yang saat ini sedang memakai baju yang buka-bukaan. Dia pasti langsung mematahkan dua atau tiga jariku sekaligus. Dan lagi... melihat Himeji-san yang seperti ini, mungkin saja aku akan kehilangan akal sehat dan berujung berbuat hal yang dilarang agama secara tidak sengaja!

“Ngomong-ngomong. Apa kamu mau makan dahulu? Apa kita makan malam dahulu? Atau... kamu mau makan malam?”

Ini kedengaran seperti kalimat mesra yang sering digunakan pengantin baru, tapi kayaknya sedikit berbeda dari yang Himeji-san tadi katakan. Tadi kedengarannya sangat mirip seperti seseorang berkata padaku dengan kalimat 'Pilih mana? kuburan apa rumah sakit.'

“Kalo begitu, Aku sarankan kamu pilih—”

“Aku pilih mandi dulu.”

“Ma, mandi, ya?”

Setelah mendengar jawabanku, Himeji-san terlihat seperti mau mulai memberanikan dirinya dan sejenak berhenti berbicara.

“Ka, kakakalau begitu—aku akan membantu menggosokkan punggung kamu!”

Bicara apa cewek ini barusan?

“…Ha?”

Aku pun hanya bisa bereaksi mengeluarkan nada kebingungan. Eh… tadi Himeji-san ngomong apa?

“Jangan jangan jangan! Himeji-san, aku akan menggosokkannya sendiri!”

“Maaf. Aku tahu kalo masuk ke kamar mandi dengan masih menggunakan handuk itu nggak adil. Tapi aku masih belum berani kalo harus sama-sama telanjang...”

“KAU TADI NGGAK DENGERIN AKU NGOMONG YA?! DAN LAGI, KAMU MAU MASUK KAMAR MANDI DENGANKU?”

Apa dia berpikir bencana nggak bakalan terjadi saat dia menggosokkan punggungku…?

“Ka, kamu nggak usah memaksakan dirimu!”

“Nggak, aku nggak memaksakan diri!”

“Ja, jangan memandangku seperti itu. Se... sebenarnya, aku…”

Himeji-san berbicara terbata-bata, tapi dia kelihatan sangat berusaha keras untuk berkata sesuatu padaku dengan memaksakan keluar suaranya yang tertekan.

“Pa... payudaraku…lumayan…besar, tau…”

Setelah berkata seperti itu, mungkin karena terlalu malu, wajah Himeji-san tersipu malu dan langsung menundukkan kepalanya kebawah. A... apa? Apa yang membuatnya bisa mendadak berubah seperti ini? Dan nggak usah dibilang juga, aku itu sudah tahu seberapa besar payudaranya!

“Tutututunggu dulu, tenangkan dirimu, Himeji-san! Sebenarnya ada apa?”

“Nggak ada apa-apa kok! Kalo cowok dan cewek melakukan hal seperti ini sih normal! Dan jauh lebih sehat daripada cowok melakukannya dengan cowok!”

Himeji-san meneruskan perkataannya. Huh? Cowok dengan cowok? Sehat? Jangan-jangan…

“Himeji-san. Apa kau tadi mendengar rumor aneh di sekola—”

“U, udara disini sedikit panas ya, Akihisa-kun?”

Aku belum selesai bicara, Himeji-san langsung memotong pembicaraan.

Ia mengibas-ngibaskan tangannya ke arah dada dan terlihat sangat gugup, mungkin dia bermaksud untuk menarik perhatianku dengan menunjukkan daerah payudaranya. Tapi Himeji-san benar-benar nggak tau caranya merayu dan hanya mengibaskan tangannya dengan cara asal-asalan.

BTS vol 08 151.jpg

“Umm, Himeji-san…kamu pasti merasa malu, kan? Sebaiknya jangan paksakan dirimu.”

“Malu? Malu kenapa? Aku nggak ngerti!”

Tapi dia dengan kekanak-kanakkan menyenderkan badannya padaku. WAH! Kalo ia menyandarkan badan ,kerah bajunya akan terbuka sangat lebar, dan bisa-bisa aku akan melihat apa yang gak seharusnya kulihat!

“Kosong... Kosong adalah berisi, dan berisi adalah kosong… isi kepala cepatlah pergi, jangan sampai diisi dengan pikiran kotor!”

“?”

Melihatku yang sedang berusaha menyingkirkan nafsu jahat, Himeji-san hanya bisa membelalakkan matanya. Sebenarnya cewek ini nggak perlu merayuku dengan metode seperti ini! Efeknya malah akan jadi lebih besar!

“Uhu…Akihisa-kun masih belum juga tertarik denganku…apa aku harus meniru hal-hal yang tertulis dibuku ini…”

Himeji-san membalikkan badannya dan menggerutu seraya ia mengeluarkan buku referensi rahasia yang kakak sita dariku—OI, TUNGGU DULU!

“Himeji-san, apa yang lagi kamu baca? Itu bukanlah bacaan untuk anak perempuan! Bisa segera kamu kembalikan padaku?

“Ah…tapi, kalau dia menyimpan buku ini, bukannya itu berarti Akihisa-kun tertarik pada perempuan? Tapi Akihisa-kun nggak bereaksi apa-apa terhadapku, jadi Akihisa-kun tidak mempedulikan aku sama sekali...uuu…”

“Kenapa kamu menangis? Seharusnya aku yang saat ini harusnya menangis!”

“Kamu keterlaluan…Akihisa-kun... kamu keterlaluan…”

Himeji-san menutup wajah dengan kedua tangannya dan mulai menangis di hadapanku.


“Aku pulang.”


Saat ini, suara kakak terdengar dari koridor depan rumah.

“Ahhh! Kakak sudah pulang! Himeji-san, tolong berhenti menangis dan ganti bajumu dengan sesuatu yang nggak buka-bukaan!”

“Menyuruhku mengganti baju yang nggak buka-bukaan. Akihisa-kun nggak tertarik sama sekali denganku... kamu jahat...”

“Si, sialan! Kalo begitu, seenggaknya kembalikan buku porno—”

“Nggak! Aku akan kesulitan kalo buku ini diambil! Ini adalah panduan untuk membuat Akihisa-kun tertarik pada perempuan!”

“Jangan berkata yang aneh-aneh deh—Himeji-san, cepat menyerahlah dan berhenti melawan!”

“NGGAK!”

Himeji-san terus-terusan memeluk buku porno erat-erat di dadanya. Apa boleh buat, kalo begitu aku harus pake cara yang sedikit memaksa..

Disaat aku sedang menggenggam lengan Himeji-san,

“…kakak sepertinya bisa mengerti apa yang sedang terjadi disini?”

Mirisnya, aku pun kehabisan waktu.

“Ah, kakak, selamat datang.”

“Selamat datang, Akira-san”

“Ya, kakak pulang.”

Kakak menjawab dengan senyum yang misterius.

“Aki-kun, silahkan pilih jari mana yang kamu suka.”

Disaat seperti ini, sebenarnya sudah cukup bagus kalo jari yang terkilir bisa menyelesaikan keributan ini... haruskah hal ini kuungkapkan demikian?