Boku Wa Tomodachi Ga Sukunai:Jilid1 Selamat Datang Di Dunia Galgame

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Selamat Datang di Dunia Galgame[edit]

Suatu hari ketika Yozora dan aku tiba di ruang klub, kami melihat ada TV layar datar 20 inch dan Playstation di sudut ruangan.

Sena sudah datang lebih awal.

“Apa itu?”

Tanyaku sederhana, dan Sena menatapku seakan-akan aku idiot.

“Tingkat kebodohanmu berbanding lurus dengan identitasmu sebagai berandalan. Ini adalah produk teknologi modern, namanya ‘televisi’ dan ‘Playstation’. Butuh listrik untuk menjalankannya. Oh, kamu tau listrik ga?”

“Kamu pikir aku manusia gua?! Maksudku buat apa ada barang-barang itu disini?”

“Pertanyaan bodoh. Ya supaya kita bisa main video game lah.”

“Jangan bawa barang-barang mu ke ruang klub ku.”

Celoteh Yozora sebal. Dia mengambil teko milik Sena, menuangkan kopi ke gelasnya dan menghirup kopinya. (Ngomong-ngomong, Sena membawa tekonya untuk membuat teh, tapi Yozora meminjamnya tanpa izin untuk membuat kopi.)

“Buat apa kita main video game disini?”

Memori tragis waktu bermain MonKari dengan dua orang ini masih membekas di benakku.

Sena membusungkan dadanya, yang sangat indah, dan menjawab-

“Bukan game cacat itu yang mau aku mainkan. Aku bawa ini semua soalnya aku nemu game bagus yang bisa membantu kita dengan kegiatan klub. Berterimakasihlah kalian orang-orang tak berguna!”

Dia sebut MonKari game cacat...

MonKari asyik dimainkan. Bahkan setelah kejadian itu aku masih memainkannya...sendirian.

“Diam, Daging. Kamu membuat kopinya jadi ga enak.”

Kata Yozora dengan santai sambil menghirup kopinya. Dia mengambil buku yang tergeletak di meja dan mulai membaca.

“Tunggu! Aku udah repot-repot membawanya ke sekolah, jadi dengerin aku sebentar!”

Protes Sena yang matanya mulai berair. Yozora mendesis dan mendongak.

“Aku udah repot-repot menyiapkan semuanya buat musang idiot, dungu, keras kepala dan buat berandal kelas-rendahan ga berguna- hei dengerin!”

Sena berteriak lagi ke Yozora, yang menutupi kepalanya dengan buku untuk membaca.

‘Berandal kelas-rendahan ga berguna’- maksudnya aku?

“Ini game yang sudah aku siapin!”

Dengan bangga Sena mengeluarkan kotak game dari dalam tasnya.

Sampul kotaknya dipenuhi gambar cewek bergaya anime.

"……'Tokimeite memoriideisu 7'?" [TL comment: Parodi dari Tokimeki Memorial ]

Yozora mengambil kotaknya dari Sena, dan membaca judulnya.

Dan dia membaliknya dan membaca sinopsis game dengan nada datar.

“......Game terbaru dari serial simulasi percintaan bishoujo yang sangat populer, ‘Toki Memo’, telah hadir tanda seru tanda seru. Kamu dan tujuh bishoujo akan bersama-sama menjalani kehidupan sekolah yang intim seindah bunga mawar tanda seru tanda seru tanda seru. ”

“Kamu ga mesti membaca ‘tanda seru’ nya!”

Kataku mengkoreksi Yozora.

Yah, aku bisa menebak game macam apa ini.

Meski belum pernah kumainkan langsung, tapi game dengan genre dimana kita harus berinteraksi dengan cewek dan memenangkan hari mereka...Ini pasti yang disebut-sebut sebagai ‘Galgame’.

“Ga sengaja aku ngelihat game ini waktu pergi ke toko game.”

Jelas Sena.

“Dibanding MonKari, game kaya gini lebih cocok dengan tujuan klub ini, ya kan?”

“......Betul juga. Ini bisa membantu kita supaya bisa ngobrol dengan orang lain.”

Dengan ekspresi serius, Yozora setuju dengan pendapat Sena.

“Disini ditulis kalau ini game simulasi, mungkin ini bisa membantu...Tapi bukannya game ini didesain buat cowok? Seingatku ada game kaya gini tapi buat cewek, jadi target yang kita dekati itu bukan cewek tapi cowok.”

Mereka menyebutnya ‘Otomegame’.

Sesuai namanya, game ini sama dengan Galgame; tapi kata ‘otome’ mengacu pada pemainnya. Intinya game simulasi percintaan untuk cewek.

“Ha?”

Sena berbalik dan menatapku. Tampaknya dia terkejut.

“Buat apa aku harus belajar caranya mendekati cowok?”

“....Mulai lagi deh.”

Seperti yang sudah dibilang sebelumnya, diantara cowok-cowok Sena sangat populer.

“Yaah, game macam ini ga akan berdampak besar buat figur dewi sepertiku. Tapi untuk sampah seperti Musang dan Kodaka, ini bisa jadi latihan bagus buat berinteraksi dengan orang lain.”

“Seperti biasa, omonganmu sampah. Paling-paling kamu udah main game ini berjam-jam dirumahmu kan? Karena itu, Daging... oke, terserah lah. Kupatahin cd-nya.”

Buru-buru Sena mengambil gamenya dari Yozora yang berusaha mematahkan cd-nya.

“Aku, aku sama sekali belum main! Nih lihat, bungkus kotaknya masih ada!”

Seperti yang Sena bilang, bungkusan kotak nya masih ada.

Yozora mendengus sebal.

“Fu, kalau gitu cepet buka, dasar gumpalan daging ga guna. Jangan cuma berdiri kaya orang tolol kalau aku ga menyuruhmu ngapa-ngapain.”

“Guuu...”

Sena, dengan wajah kaku, membuka kotak game, mengambil cd, memasukkannya ke PS2 dan menyalakannya.

“Gapapa nih kita ga baca buku petunjuknya?” tanyaku.

“Nanti juga kita tau. Ini kan bukan game action; kontrolnya ga bakal terlalu ribet.”

Di TV, muncul logo pembuat game. Ketika melodi lembut mulai terdengar, video pembukaan mulai dimainkan- tadinya kupikir begitu tapi,

“Minggir sana.”

Sena menekan tombol Start dan melewati video pembukaan-nya.

Di menu utama dia memilih New Game dan sampai di layar dimana dia harus mengisikan nama.


Jadi pemain boleh memilih sendiri nama karakter utamanya.

“Coba kita lihat... Ka, Ka, Kashi......wazaki......”

“Hei Daging. Kayanya barusan kamu masukin namamu tanpa minta izinku.”

Yozora menginterupsi Sena yang masih berusaha mengisikan namanya.

“Udah jelas kan, dari kita bertiga cuma aku yang paling cocok jadi karakter utama.”

Balas Sena.

“Tidak. Harusnya namaku, sebagai representatif dari klub ini.”

“Sejak kapan kamu jadi representatif klub ini, musang bodoh.”

“......Karakter utamanya kan cowok, kenapa ga namaku aja?”

“”Tidak””

Mereka berdua berteriak membalas gumaman ku. Sudah kuduga bakal jadi begini sebenernya...

“......Pokoknya, karena Sena yang beli game nya, menurutku lebih adil kalau kamu membiarkan dia yang memilih nama, oke?”

Setelah Yozora mendengar saranku, dengan enggan dia berkata,


“...Oke kalo gitu. Karena aku sangat baik hati, kuberi kamu izin.”

“Fu, ternyata kamu bisa pengertian juga Kodaka.”

Sena memasukkan kata Se. Ketika kursornya berpindah ke Na-

“Aku berubah pikiran.”

Tiba-tiba Yozora mengambil controller nya dari Sena. Dia menggerakkan kursornya ke sembarang huruf, memilihnya secara acak, dan menekan tombol Start.

“Ngapain kamu idiot!”

Teriak Sena marah; tapi setelah namanya dikonfirmasi, permainan pun dimulai.

Di blok pesan, muncul monolog karakter utama.

"Namaku Semoponume Kashiwazaki. Agak sedih mengatakannya, tapi aku cuma siswa SMA yang sangat biasa."

“Siapa itu Semoponume!”

“Nama karakter utama nya. Diberikan langsung dari Tuhan.”

“Apa-apan nih!”

Kepada Sena yang murka, Yozora dengan tenang menjawab.

“Namanya bagus kok. Kenapa kamu ga ganti namamu jadi Semoponume aja? Agak capek setiap kali ngucapin Sena .”

“Capek darimana?! Cuma ada 2 suku kata! Semoponume jauh lebih berbelit-belit!”

“Aku ngerasa jijik setiap kali ngucapin kata ‘Sena’. Dan setiap kali kata itu muncul di pikiranku, aku jadi mual.”

“Ini pertama kalinya ada orang yang menghina namaku!”

“Terlalu repot kalau harus me-restart gamenya. Kita pakai nama ini aja, Semoponume.”

“Namaku Sena! Semoponume itu nama karakter utamanya!”

Yozora tersenyum perlahan.

“Bagus, jadi kamu juga udah mengakui nama Semoponume. Lanjutkan kalo gitu.”

“Ah?!....Sial.....”

Sena menggerutu, kecewa dan tidak puas, dengan sedih memulai permainan.

Karakter utama Semoponume mulai mengenalkan kondisinya saat ini.

Dia baru saja masuk SMA. Sebagai anak normal tanpa ciri khas yang menonjol, Semoponume Kashiwazaki akan memulai kehidupan sekolah yang sempurna.

“......Namanya Semoponume, menurutku sih itu sudah sangat menonjol.” Kataku.

"Itu nama yang menjamin ejekan. Namanya sudah diatas level DQN[1]. Orangtua Semoponume pasti benar-benar benci dengan anaknya. Kasihan.” Ejek Yozora.

“Kamu- Kan kamu yang ngasih dia nama itu.....!”

Anak keluarga Kashiwazaki yang asli, Sena, dengan mata berair melanjutkan permainan.

Setelah perayaan penerimaan murid baru selesai, Semoponume berjalan ke kelasnya.

Di dalam, siswa bergaya santai dengan rambut warna-teh menyapanya.

“Oi, Semoponume.”

“Oi”, balas Semoponume, dia tidak bilang apa-apa lagi. Cuma itu aja?

Menurut buku petunjuk, orang ini adalah teman sekelas Semoponume dan merupakan teman baiknya sejak SMP.

“Cacat.....Dia udah punya teman......?!”

Aku terkejut.

Dari awal dia udah ga perlu lagi mencari teman, dan sekarang dia mau menikmati kemewahan menjalani kehidupan sekolah yang sempurna? Anak ini.....

“Dia ga tau seberapa beruntungnya dia! Aku yakin dia tipe orang yang bakal bilang ‘Biarkan mereka makan kue’.....!”

Aku mulai membenci karakter utamanya.

“Muka Kodaka jadi agak menakutkan, atau harus kubilang, menjijikan.”

Kata Yozora dingin.

Nama teman baik Semoponume ini adalah Masaru Suzuki.

Masaru juga ingin menjalani kehidupan sekolah yang sempurna, jadi dia menanamkan ide kalau 'kamu harus mendapat pacar yang cantik’ ke karater utama kita.

Masaru berkata [TL note: bayangkan Confusius berkata:] Berteman dekat dengan gadis-gadis, akan menuntun kita kepada kesenangan waktu berbelanja, karyawisata, dan festival.

“Ucapannya masuk akal juga untuk ukuran orang tolol. Teman yang dia cari pas dengan kriteria ku. Ga salah aku beli game ini.”

Sena mengangguk puas.

Masaru menjelaskan kalau ada banyak cewek cantik di sekolah ini, dan kalau Semoponume ingin kenal lebih dekat cewek tertentu, dia bisa bertanya padanya. Akhirnya Masaru menyarankan Semoponume membiasakan diri dengan tren fashion dan bahasa gaul.

“......Kenapa Masaru nawarin banyak bantuan buat Semoponume? Apa dia diancam gara-gara Semoponume tahu rahasianya?”

Tanya Yozora keheranan.

“Bukannya itu yang namanya persahabatan? Persahabatan itu kamu melakukan sesuatu tanpa minta balasan. Masaru benar-benar orang yang hebat.... bisa ga karakter utamanya fokus menjalin persahabatan dengan Masaru aja?”

“Aku ga perduli sama si tolol Masaru.”

Sena melanjutkan permainan.

Seorang cewek mulai berbincang dengan karakter utama dengan gaya bersahabat.

"Aku agak gugup masuk ke sekolah baru, untungnya aku duduk di samping orang yang baik. Kuharap kita bisa jadi teman baik Kashiwazaki-kun."

Kata cewek itu, tersenyum (Kali ini ‘Kashiwazaki-kun’ ga langsung menjawab seperti biasanya.)

Kemudian, menu pilihan muncul di layar. Kelihatannya kita harus memilih balasan untuk cewek tadi.

Berdasarkan pilihan kita, kesan cewek tadi ke karakter utama bakal berubah. Game ini mulai terasa seperti simulasi.

Ada 3 pilihan yang tersedia.

  1. [Senang bertemu denganmu juga! Akari-chan]
  2. [Aah, senang bertemu denganmu Fujibayashi-san]
  3. [……Dasar cewek sok akrab. Pergi sana]

“3 kalo gitu” “Pilih 3”

Tegas Sena dan Yozora serempak.

“Kenapa 3?! Itu piliihan yang paling ga masuk akal?!”

Aku benar-benar kaget.

“Ha? Ini baru hari pertama sekolah, tapi cewek ini udah sok akrab sama orang yang belum dia kenal. Jangan percaya sama orang kaya gitu.”

“Iya. Cewek ini pasti ngomong kaya gini juga ke semua cowok di kelas.”

Kata Sena dan Yozora.

“Ga mungkin, coba lihat, dia bener-bener tulus.”

Yozora mendengus 'f~un' dan mulai tertawa terbahak-bahak.

"Semua pelacur memang kaya gitu! Coba pikir, ada orang yang kaya gitu juga di kelas kita. Dari luar cewek-cewek ini kelihatan suci dan tak berdosa, tapi di dalam, mereka semua ingin menggerogoti cowok.” [TL comment: Saya tidak berusaha melebih-lebihkan, penulis memang memakai kata 'bitch' (ビッチ) disini.]

“Cara ngomongmu meyakinkan banget, seakan-akan betulan! Emangnya ada orang kaya gitu?”

"Entah, tapi pasti ada. Ada banyak website yang bilang kalau semua JK [TL note: 'Joshikousei', istilah untuk siswi SMA Jepang] di jaman modern ini cuma pelacur yang ga punya otak."

... ... Bukannya kamu juga siswi SMA jaman modern?

“Kalo gitu aku piliih 3.”

Kata Sena sambil memilih 3.

Fujibayashi-san berkata muram,

“Ma- maaf, Kashiwazaki-kun.....Mungkin aku bersikap terlalu akrab dengan orang yang baru kukenal.....Aku akan lebih hati-hati lain kali. Jangan marah ya.”

Dengan ekspresi menyedihkan, dia pergi perlahan-lahan.

“Kamu pikir kamu bakal dimaafin cuma gara-gara kamu bilang ‘aku bakal lebih hati-hati, jangan marah ya?’ Tingkahmu barusan nunjukin kalau kamu minta maaf tapi ga merasa bersalah. Kamu bener-bener ga tau kesalahanmu dimana. ”

“Fu~n, kamu memang agak cantik, tapi ga berguna untuk ukuran pelacur! Pergi main sama cowok tolol di sana, dasar idiot!”

Yozora dan Sena terus memaki-maki Fujibayashi-san yang sekarang sudah menghilang dari layar. Cewek-cewek ini menyedihkan.

Aku menghela napas dan melihat buku petunjuknya.

Di bawah bagian perkenalan, tertera keterangan tentang Fujibayashi-san. Di sini dia digambarkan ‘Benci perdebatan, baik hati, dan ramah ke semua orang.’

Aku benar-benar minta maaf Fujibayashi –san......Semoponume memang brengsek. Kamu kurang beruntung duduk disebelahnya, abaikan saja dia......


Setelah percakapan dengan Fujibayashi selesai, karakter utama pulang ke rumah.

Selain jendela status karakter utama, muncul pula beberapa pilihan.

Berdasarkan buku petunjuk, pemain harus memilih bidang mana yang akan ditekuni untuk minggu ini. Pilihannya adalah ‘belajar’, ‘olahraga’, ‘kerja paruh waktu’, dan ‘fashion’.

Sebagai contoh, kalau kamu pilih ‘belajar’, maka intelegensi Semoponume akan meningkat. Kalau kamu pilih ‘olahraga’, maka kemampuan atletiknya yang akan meningkat. Kalau status nya terus meningkat, Semoponume bisa bertemu banyak cewek lain.

“......Kalau dia ga punya kemampuan yang menonjol, dia ga bakal bisa ketemu cewek yang lebih baik. Inilah kejamnya dunia. Game ini benar-benar game simulasi. Persis kaya aslinya. ”

Komentar Yozora agak sentimental. Sena menambahkan,

“Berbeda banget sama si tolol ga guna Fujibayashi yang ngedeketin orang lain tanpa alasan jelas, aku heran kenapa cowok-cowok suka sama dia. Ini butuh pemikiran serius.”

Semua ejekan ini, cuma gara-gara dia ngobrol sama teman yang duduk di sebelahnya.

“Fujibayashi cuma mau bersikap ramah. Buku petunjuknya juga bilang gitu...”

Sena berkata, dengan nada mengejek,

“Jangan langsung percaya sama dekripsi karakter begitu aja. Mungkin mereka menyebutnya pengaturan ‘resmi’ karakter, tapi sampai sekarang aja masih diperdebatkan apa kita bisa percaya sama informasi ukuran tubuh, apalagi deskripsi sifat karakter.”

“Memangnya pembuat game bisa dapet apa kalau mereka bohong di buku petunjuk?!”

“Astaga. Bocah idiot ini benar-benar percaya sama informasi semacam ukuran tubuh.”

... ... Kok aku jadi dipandang rendah gara-gara hal kaya gini.....?


Status awal Semoponume benar-benar rendah. Karena Yozora dan Sena setuju kalau mereka ‘Benci dengan orang bodoh’, kami memutuskan untuk fokus menaikkan tingkat intelegensi Semoponume.

Setelah memilih ikon dengan gambar pensil dan buku, muncul animasi yang menunjukkan karakter utama duduk di meja dan membaca buku pelajaran. Hasilnya, grafik ‘batang’ yang menunjukkan tingkat intelegensi bertambah panjang. Ini masih hari pertama sekolah, dan dia sudah belajar dengan tekun; luar biasa sekali anak ini, si Semoponume.

“......Intelegensinya cuma bertambah kalau lagi belajar, berarti awalnya anak ini bener-bener ga berguna.”

Komentar Yozora dingin. Baru setelah dia bilang begitu, aku pun merasakan hal yang sama.

Setelah belajar non-stop siang dan malam selama sebulan, intelegensi Semoponume naik dari awalnya 20 menjadi 100.

“......Awalnya dia cuma sampah, tapi cuma butuh sebulan untuk naikin intelegensinya jadi bintang-5. Luar biasa ya dia?”

“Kalau kita mencatat cara dia belajar dan menuangkannya ke buku, mungkin bisa jadi best seller.” Tambah Yozora.

Dan kemudian, layarnya tiba-tiba berganti.

Dilihat dari latarnya, sekarang kami ada di perpustakaan.

Semoponume mulai bosan dengan buku yang dibacanya, dan dia ingin mencari buku lain, jadi dia berdiri dari kursinya.

Sepertinya Semoponume menemukan buku menarik. Tepat saat dia mengulurkan tangan ingin mengambilnya, ada seorang perempuan yang juga berusaha mengambil buku yang sama.

Dengan kuncir dua dan kacamata, gadis lemah lembut ini kelihatan sangat imut.

Gadis ini juga salah satu kandidat pacar untuk karakter utama. Aku bisa bilang begitu soalnya di buku petunjuknya, di bagian deskripsi karakter cewek ini, ada tulisan ‘bisa dijadikan pacar’.

"Ah, maaf."

Gadis berkacamata tadi buru-buru menarik tangannya.

Dan menu pilihan pun muncul.


1 "Ah, maaf" dan biarkan dia mengambil bukunya

2 "Aku yang lihat buku ini duluan!" dan ambil paksa bukunya


Kukira dua orang ini bakal memilih 2 tanpa ragu-ragu; Aku kaget waktu melihat Yozora dan Sena ternyata memilih 1.

“Kalau kamu punya waktu luang buat baca buku, pergi belajar sana!”

“Kamu masih punya ujian, Semoponume. Kamu harus menaikkan intelegensi sampai 200 dan sekarang bukan waktunya leha-leha, dasar sampah. Kamu harus ada di peringkat 1, selain itu ga akan kuterima.”

... ... Kemungkinan besar dua orang ini akan jadi ibu yang kelewat studi-oriented.

Semoponume memberikan bukunya ke cewek tadi. Cewek itu agak ketakutan, tapi kemudian senyum ceria menghiasi wajahnya. Dia langsung berterima kasih ke Semoponume. Kayanya dia udah lama ingin baca buku ini, tapi saking populernya, buku ini selalu dipinjam lebih dulu. Kalau gitu kenapa dia ga beli aja? pikirku.

”Eh, kalau boleh tau, nama kamu siapa?”

”Oh ya. Aku Semoponume Kashiwazaki dari kelas D.”

”Semoponume Kashiwazaki san...Nama yang bagus.”

“......Selera yang mengerikan...Anak ini...”

“Ini gara-gara kamu ngasih nama aneh kaya Semoponume, adegannya jadi terasa canggung kan! Coba kita pakai nama Sena dari awal...”

Komplain Sena ke Yozora sambil menatapnya.

Nama cewek tadi Yukiko Nagata. Setelah itu mereka ngobrol soal hobinya membaca dan buku-buku yang dia rekomendasikan, kemudian layarnya berganti kembali ke rumah karakter utama.

Kalimat ‘Pilihan untuk Mengajak Yukiko Nagata Kencan sekarang tersedia’ muncul di layar. Dan muncul juga pilihan ‘Tanya Masaru tentang Apa Yang Yukiko Nagata Suka Lakukan dan Tempat Favorit Yukiko Nagata’.

“Hmm, ayo kita coba berteman sama dia dulu, oke?”

Kata Sena.

... ... Ini bukan game tentang mencari teman; ini game tentang mencari pacar.

“Jauh lebih baik daripada si pelacur Fujibayashi. Oke kalo gitu.”

Yozora juga setuju. Dengan ini, target pertama kami adalah si ‘cewek literatur’ (buku petunjuk nya yang bilang begitu) Yukiko Nagata.

Menurut informasi Masaru, kami bisa tahu cewek macam apa Yukiko Nagata cukup dari melihat penampilannya. Hobinya membaca, dia suka pergi perpustakaan, aquarium, museum, dan planetarium. Dengan kata lain, dia suka tempat-tempat yang tenang.

“Kalau Masaru tahu banyak tentang dia, kenapa dia ga deketin Nagata? Awalnya kukira dia ga tau apa-apa.”

“Masaru mungkin kelihatannya ga tau apa-apa, tapi dia laki-laki yang menilai persahabatan jauh lebih penting daripada gadis-gadis! Aku ingin punya teman kaya dia......”

Yozora memandangku ngeri, berkata ‘Menjijikan’, sambil pergi dari hadapanku.

Pokoknya, sesuai saran Masaru, Semoponume mengajak Yukiko Nagata pergi ke perpustakaan di akhir pekan.

Kencan di pepustakaan berjalan mulus. Begitu juga kencan di aquarium, dan di museum setelahnya. Kencan mereka ga ada habisnya.

“Ha, asyik banget. Bermain dan belanja sama teman perempuan.”

Sena benar-benar menikmati ‘kencan’ nya.

... ... Tapi Semoponume, secara teknis, adalah cowok.

Selain itu, tampaknya Semoponume dan Yukiko Nagata benar-benar mesra. Setiap kali Yukiko bicara, wajahnya pasti merona merah.

"Hahahaha~~~~~~~*heart* Cewek ini imut, imut banget…….Asyik banget punya cewek yang mengagumi kita!"

Kayanya Sena bener-bener suka sama Yukiko Nagata. Dia kelihatan bahagia banget.

Di lain pihak, Yozora masih terlihat sebal. “......Fu, yaah, anak ini memang oke.”

Boku wa tomodachi ga sukunaiVol1 chp5.jpg

Kupikir kita akan menjalani rute Yukiko Nagata dengan mulus.

Tapi suatu hari, waktu Semoponume mengajak Yukiko Nagata pulang bareng, dia malah marah dan lari begitu aja.

“Apa......?!”

“Tunggu, ke- kenapa?! Ada ada Nagata?!”

Yozora dan Sena tampak kebingungan.

Layar berganti ke kamar karakter utama.

Dan kemudian Masaru menelepon Semoponume.

Menurutnya, rumor kalau ‘Semoponume menyakiti perasaan Fujibayashi’ mulai beredar di antara murid perempuan.

“Jadi itu alasannya kenapa Yukiko Nagata tiba-tiba jadi dingin ke Semoponume.”

“Ha? Kodaka, sebenernya ada apa sih?”

“Kalau ada cewek yang benci sama kita, bakalan ada rumor jelek beredar tentang kita. Lama-lama cewek lain bakal punya kesan buruk ke kita. Ini kata buku petunjuknya.”

Waktu kita fokus total di rute Yukiko Nagata, kadang Fujibayashi juga berusaha ngobrol sama karakter utama.

Dan setiap kali itu terjadi, Sena dan Yozora, seperti waktu bertemu Fujibayashi pertama kali, memilih pilihan yang paling kejam kaya ‘Pergi jauh-jauh’ atau ‘Ga ada yang perlu dibicarakan denganmu.’ Bahkan orang tolol pun pasti tau kalau mereka ga bakal berteman kalo kaya gitu.

“......Jadi intinya, alasan Nagata benci sama aku itu gara-gara Fujibayashi diam-diam nyebarin rumor tentang aku......Dasar pelacur........! ”

Sena menggumam marah.

“Eh enggak, kayanya bukan itu intinya......”

“Ga akan kumaafin.......ga akan pernah kumaafin........pengecut......kubunuh kamu kalo kita ketemu.......”

Dia udah ga mau dengerin pendapat lagi.

“......Ngomong-ngomong, buku petunjuk nya bilang ‘kalau kesan mu jadi buruk, cepat-cepat minta maaf dan berdamai.’”

“Ha?! Ngapain aku minta maaf ke cewek sialan itu?! Dan berdamai? Aku ga inget pernah berteman baik sama babi itu!”

“Memang enggak, tapi kalo kamu ga ngapa-ngapain dan ngebiarin reputasimu jatuh......”

“Aku belum melakukan hal yang salah, siapa suruh dia tiba-tiba sok akrab, dan sekarang dia masih berani komplain kalau perasaannya disakiti. Ngapain aku membungkuk minta maaf ke cewek goblok itu.”

Balas Yozora kesal.

“Pendapat kita sama. Aku ga akan pernah minta maaf. Nagata harus tahu kalau ini semua cuma salah paham besar. Aku percaya pada Nagata.”

Kata Sena tegar. Dia melanjutkan permainan tanpa minta maaf ke Fujibayashi.

... ... Percaya pada Nagata ga akan mengubah apa-apa.

Rumornya lama-lama menjadi liar, sampai suatu hari, Yukiko Nagata menolak menjawab telepon dariku.

Dan kemudian, tak disangka-sangka, bahkan Masaru bilang ”Gara-gara aku main denganmu, sekarang cewek-cewek juga benci denganku...” dan pergi meninggalkanku juga.

Setahun berlalu, dan layarnya berganti menjadi warna hitam pekat.


”Sejak saat itu hidupku menjadi kelabu.”

”Aku berhenti bersosialisasi dengan teman-temanku, dan tak perduli seberapa keras usahaku, nilai pelajaran dan olahraga ku buruk.”

”Aku langsung bekerja setelah lulus. Dengan gaji ku yang kecil, aku menjalani hidup dengan tenggelam dalam kemabukan. Aku tidak pernah punya teman, tidak pernah menikah. Sendirian, aku hidup sampai ke akhir hayatku yang pahit.”

“Kalau aku bisa mengulang hidupku, aku harap lain kali aku bisa menjalani kehidupan sekolah yang sempurna......”

... ... Monolog Semoponume perlahan-lahan muncul di layar. Ditemani BGM yang melankolis, kata ‘GAME OVER’ muncul.

“......”

Kami menatap layar dalam kesunyian.

“.....................hi-kku”

Aku mendengar suara tangis pelan.

“Gu-suu.........Yukiko...........aku percaya padamu.........”

Sena, satu tangan masih memegang controller, mulai menangis.

Kamu bercanda ya?....Berapa banyak emosi yang dia limpahkan cuma buat game ini...

“.......Akari Fujibayashi.......kubunuh kamu........”

Yozora, seakan-akan diselimuti aura kebencian, pelan-pelan berdiri. Dia pakai sepatunya sambil gemetar dan pergi keluar ruangan. Entah dia pergi kemana.

Sementara itu, tangisan Sena bergema di dalam ruangan. Rasanya ga nyaman, jadi aku berdiri dan pergi keluar juga. Habis itu aku pulang ke rumah.


Kemudian, esoknya-

“Nih, ambil.”

Baru saja aku masuk ke ruang klub, dan Sena, yang sudah datang lebih awal, menyodorkan sesuatu padaku.

Kulihat sekilas, dan aku baru sadar kalau itu 'Tokimeite Memoriddeizu 7'.

“Kupinjamkan ke kamu. Pulang dan mainkan sampai selesai.”

Aku cuma terdiam, dan Sena bilang.

“Game-nya fantastis. Bakal jadi tragedi besar dalam hidupmu kalo kamu ga pernah main game ini. Apalagi event di tahun ketiga di rute Akari Fujibayashi, bener-bener menyentuh.”

Aku memandangi Sena, yang benar-benar berbeda dibanding kemarin. Aku jadi makin bingung.

“.....Bukannya kemarin kamu manggil Akari Fujibayashi ‘babi’ ato semacamnya?”

“Jangan pernah ngejek Akari!”

Dia marah. Bukan aku yang pertama kali memanggil dia begitu.

“Oke? Orangtua Akari meninggal waktu dia masih kecil. Sepanjang hidupnya dia selalu sendiri, tapi dia berjuang dengan apa yang dia punya! Dan dia ga pernah membenci dunia ini, dia malah selalu tersenyum dan menyemangati orang-orang di sekitarnya!”

“Benar-benar kebalikan dirimu kalo gitu.”

“Aah?”

“.....Bukan apa-apa.”

Terlalu menakutkan, jadi kutarik kata-kataku.

“Dan Yukiko juga baik banget. Sebenarnya identitas aslinya......Ah, ini bocoran.......Kamu mesti main rute Yukiko juga! Paham? Oh ya, Aina, dan Miho dan Natsumi dan Mizuki dan Karen semuanya orang baik! Jadi kamu harus ngedapetin good end mereka semua, oke?”

Ekspresi bahagia terlihat di wajah Sena.

Setelah mendapat Game Over kemarin, dia main lagi dari awal sendirian. Dan dalam satu malam, dia menjalani semua rute cewek yang ada. Waktu kulihat dari dekat, aku bahkan bisa melihat kantung matanya agak hitam.

“......Yaah, kucoba kalau sempat.”

Jawabku.

“Tidak. ‘kalau sempat’ aja ga cukup- harusnya ’Aku harus main game ini’. Ini tugasmu. ‘Tokimeki’ adalah game yang harus dimainkan semua penduduk negara ini! Ini bukan sekedar game.....Kalau harus kugambarakan, ini adalah...... ini adalah hidup.......”

Sena mengatakan hal tragis ini dengan wajah yang terlalu serius. Yang bisa kulakukan cuma menahan diri dari ledakan tawa.


Hari itu, setelah aku sampai di rumah.

Sesuai permintaan Sena, ogah-ogahan aku mulai memainkan ‘Tokimemo’. Ketika event seperti festival budaya dan karyawisata, setiap kali aku harus memilih akan menghabiskan waktu dengan siapa, aku selalu memilih Masaru. Tanpa membangun relasi dengan murid perempuan, aku sampai di perayaan kelulusan. Di akhir acara, Masaru muncul. Dengan sedikit bercanda, dia tersenyum muram dan berkata ”Meski kita menjalani kehidupan sekolah yang tragis tanpa pernah mendapat pacar, Aku senang bisa jadi temanmu. Kayanya aku bakal ngerepotin kamu lagi setelah kita lulus.”

Ini adalah Bad End, tapi aku merasa puas.


Translation Notes[edit]

  1. Dari kata 'dokyun' yang atinya mirip dengan retard/idiot. Nama DQN adalah nama-nama yang terdengar idiot. Contohnya memberi nama anakmu Pikachu, Anal, dll. Lebih banyak bisa dilihat di dqnames.jp


Mundur ke Perburuan Kembali ke Halaman Utama Maju ke Anak Buah