Difference between revisions of "Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid2 Adik Perempuan"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
Line 607: Line 607:
 
Rika membawa Maria bersamanya ke sudut ruang klub, dan mulai membisikinya sesuatu.
 
Rika membawa Maria bersamanya ke sudut ruang klub, dan mulai membisikinya sesuatu.
   
<p style="font-size:80%">"Jadi seks itu begini...murmur murmur murmur... murmur murmur..." p>
+
<p style="font-size:80%">"Jadi seks itu begini...murmur murmur murmur... murmur murmur..." </p>
   
 
"Ehh!?"
 
"Ehh!?"

Revision as of 13:16, 17 February 2013

Adik Perempuan

Sehari setelah aku membuat Maria tertawa terbahak-bahak.

Aku bangun satu jam lebih awal dari biasanya, dan mulai membuat bekal makan siang kami untuk hari ini.

Paprika dan daging, gulungan asparagus dengan bacon, roti hamburger dengan keju, tamagoyaki, sosis, dan apel.

Aku memotong sosisnya menyerupai gurita, dan memotong apelnya supaya terlihat seperti kelinci.

"...Kukuku, fuahhh... Aku mencium aroma lezat yang dipenuhi dengan darah dan jeritan dari persembahanmu untukku..."

Kobato turun ke lantai bawah sambil menguap dan mengenakan daster hitam tembus pandang-nya.

"Hey, kamu bangun cepat hari ini. Aku ngebangunin kamu ya?"

"Fuahh... Kukuku... Setelah merasakan bahwa belahan diriku telah terbangun, aku pun terbangun dari tidur panjangku fuahhh..."

"Kamu memang tidur lumayan lama. Jam 9 malam kemarin kamu udah pergi tidur."

"...Kukuku... Ada kelas renang kemarin jadi mau gak mau aku bergerak terlalu banyak dan menghabiskan semua kekuatan sihirku..."

Boku wa Tomodachi ga Sukunai Vol2 Ch08 Img01.jpg

SMP di Akademi Saint Chronica memiliki kelas renang.

Kolamnya baru saja selesai dibangun tahun lalu, dan itulah kenapa Sena belum pernah berenang sebelumnya ketika dia masih berada di SMP itu dua tahun yang lalu.

Kobato suka sekali berenang sehingga setiap kali ada kelas renang dia selalu berenang sepuas-puasnya dan sebagai hasilnya dia selalu cepat tertidur pada hari tersebut.

"Jadi kamu suka berenang meskipun kamu itu vampir?"

"Kukuku... Aku adalah salah satu dari Leluhur Asli yang agung yang telah menaklukkan zat yang dikenal sebagai air... Bermain-main dengannya sama sekali tidak masalah bagiku, kukuku..."

"Ooh. Masih butuh beberapa saat lagi sebelum sarapan siap jadi tunggu sebentar ya."

Sambil menghiraukan lelucon Kobato yang biasanya, aku melanjutkan menyiapkan makanan kami.

"Hmm... Tampaknya persembahan untuk hari ini sangat mewah... *slurp*"

Kobato mengintip ke dapur.

"Hei, Kobato. Kamu ngiler tuh. Gak semuanya buat sarapan, sebagian buat bekal makan siang."

"Bekal makan siang!?"

Seru Kobato, matanya bersinar-sinar.

Dulu waktu kami tinggal dekat sekolah aku selalu membuatkan bekal makan siang untuk kami berdua, tapi setelah pindah ke sini kami harus mengalokasikan lebih banyak waktu untuk perjalanan ke sekolah dan sebagai hasilnya hari ini adalah hari pertama aku mau repot-repot membuatkan bekal makan siang kami.

Beberapa SMP gak punya kantin, namun ada juga yang punya, dan melihat bahwa Saint Chronica termasuk dalam kategori yang kedua, aku suruh aja Kobato makan siang di sekolah.

"Kukuku, Ada acara apa nih An-ch... Saudaraku... Apa akhirnya kau menyadari bahwa kau seharusnya menghormati keagungan seorang Leluhur Asli seperti diriku ini...?"

"Ah, kemarin aku belum bilang ya? Si Maria itu gak pernah makan apa-apa selain junk food dan dia gak pernah memakan makan malamnya jadi kupikir gak ada salahnya kalau aku ngebuatin makan siang buat dia. Ah, aku ngebuatin jatahmu juga kok."

Mungkin aku memasak terlalu banyak makanan buat Maria, tapi Yozora selalu memberi dia keripik kentang jadi kayaknya gak masalah.

Toh kalau ternyata memang kebanyakan, bisa kuberikan ke Yukimura.

Dia bilang kalau dia mau makan daging jadi aku memfokuskan menunya seputar daging, tapi kayaknya aku juga berhasil membuat menunya tetap seimbang.

Gak baik kalau kita gak mendapatkan nutrisi yang kita butuhkan.

Sudah agak lama sejak terakhir kali aku membuat bekal makan siang, tapi memasaknya masih sama menyenangkannya seperti yang bisa kuingat.

"...Jadi kau juga memberi sebagian dari persembahanmu padaku kepada gadis bernama Maria itu...?"

Aku tahu kalau Kobato mengatakan sesuatu, tapi aku kurang bisa mendengarnya karena terhalang suara roti hamburger yang sedang digoreng.

"Kamu bilang apa barusan?"

"Bukan apa-apa! Dasar An-chan bego!"

Teriak Kobato, sambil meninggalkan dapur.

Entah saat kami sedang makan atau saat sedang dalam perjalanan ke sekolah, Kobato tetap saja cemberut.

Hmmm... Tadinya kupikir dengan membuat makan siang yang enak kayak gini aku bisa membuat Kobato dan Maria senang, tapi kayaknya aku mesti meningkatkan lagi kualitas masakanku...



Setelah jam pelajaran ke dua berakhir, aku memanfaatkan waktu istirahat kami untuk membawa makan siang yang kubuat ke Ruang Pertemuan #4 di kapel yang saat ini kami gunakan sebagai ruang klub Klub Tetangga.

Maria adalah penanggung jawab ruangan tersebut, dan kayaknya dia selalu tidur di sana setiap kali dia punya waktu luang.

Aku sempat khawatir apakah Maria akan ada di sana atau enggak, tapi waktu aku sampai di sana aku melihat Maria sedang makan sebungkus keripik kentang miliknya.

Waktu aku memasuki ruangan Maria tampak terkejut.

"Ohh!? Kok jam segini kamu udah datang?"

"Aku ngebuatin kamu bekal buat makan siang. Kamu gak boleh makan keripik kentang melulu."

Aku memberikan Maria bekal makan siangnya, dan dia mengambilnya dengan ekspresi curiga.

"B-Bekal makan siang?"

"Yep."

"B-Boleh kulihat isinya!?"

"Hm? Boleh."

Aku mengangguk, dan perlahan-lahan Maria membuka bungkusannya dan kemudian membuka tutupnya.

Setengahnya merupakan hidangan rumput laut, dan sisanya adalah kumpulan lauk. Secara keseluruhan bekal ini benar-benar standar.

"Ohhhhh~!"

Mata Maria mulai bersinar-sinar setelah melihat makan siangnya.

"Kamu yang membuatnya Kodaka?"

"Yep."

"Dan kamu kasih ini ke aku!?"

"Yep."

"A-Apa yang kamu incar!? Status!? Kekuasaan!?"

"Bukan, aku bukan Yozora... kamu gak perlu ngasih imbalan apapun."

"I-Ini kamu kasih gratis!? Apakah kamu sang mesias!? Memberiku ini... dan tidak meminta imbalan... ohhh~..."

Maria memegang kotaknya di atas kepalanya dan mulai mengamatinya dari segala sisi.

"Itu bukan hal yang istimewa kok. Tapi kamu mesti kembaliin kotaknya nanti."

Aku menyeringai kecil. Maria mengamati sosisnya dengan mata lebar-lebar seakan-akan dia sedang memandangi harta karun yang tak ternilai.

"I-Ini gurita... B-Benarkah aku boleh memakannya Tuan Kodaka!?"

"Kenapa tiba-tiba manggil aku 'Tuan'? Yah, gapapa sih kalau kamu memang mau makan sebagian sekarang."

"Kamu mengizinkanku memakannya... meskipun sekarang belum jam makan siang! Apa kamu ini Tuhan!? "

Maria, penuh dengan kegembiraan, perlahan-lahan memasukkan sosis berbentuk gurita ke dalam mulutnya. Saat dia ber-"chomp" dan menaruh sosis ke dalam mulutnya, wajahnya dipenuhi dengan kebahagiaan yang amat sangat.

"Enak!"

Yang kulakukan cuma memotong dan menggorengnya, tapi melihat Maria sangat menikmatinya aku pun jadi ikut senang.

"Aku mau lagi... tapi aku akan menahan diri! Masih ada empat lagi jadi akan ku makan satu per hari!"

"Jangan, nanti keburu basi. Makan semuanya hari ini. Besok kubuatin lagi."

"Sungguh!?"

"Yep."

"Ohhh~! Kamu orang yang baik Kodaka!"

Melihat Maria menatapiku dengan wajah gembira membuatku sedikit malu-malu.

"Dan kamu adalah gadis yang baik, Maria."

Aku mengelus-elus kepalanya untuk menyembunyikan kegugupanku.

"Kok kamu baik banget sama aku Kodaka? Apa jangan-jangan kamu ini salah satu Rasul Tuhan?"

"Soalnya setiap kali ngeliat kamu, aku jadi ingat sama adik perempuanku waktu dia masih kecil dulu dan aku gak bisa menghiraukan kamu begitu aja."

Meskipun sebenarnya sampai sekarang pun aku masih mengurusi Kobato.

"Kamu punya adik perempuan Kodaka?"

"Yep."

"Oh gitu... Kodaka seorang Onii-chan ya~? Di mataku kamu memang selalu kelihatan kayak Onii-chan."

"Gimana caranya seseorang bisa ‘kelihatan’ kayak Onii-chan?"

Kataku sambil tersenyum kecil.

"Kalo gitu aku balik ke kelas dulu. Jangan banyak-banyak makan keripik kentang, oke?"

"Oke, Onii-chan!"

...O-Onii-chan?

Sambil merasa gelisah, aku berjalan kembali ke kelasku.

Kemudian, rumor tentang Kodaka Hasegawa kabur dari kelas untuk makan bekal makan siangnya lebih awal menyebar ke satu sekolah, tapi entah ini kabar baik atau buruk, setelah semua yang terjadi kayaknya semua orang sudah gak perduli lagi.



Seusai sekolah aku pergi ke ruang klub.

Di jalan menuju ke sana, secara kebetulan aku berpapasan dengan Yozora, Sena, dan Rika jadi kami semua pergi ke kapel bersama-sama.

Di dalam kapel, kami bertemu dengan Yukimura yang sedang berjalan menghampiri kami dari arah ruang klub.

"Aniki. Ada seorang tamu yang datang untuk mengunjungi Anda."

"Tamu?"

Tanyaku, penasaran siapa tamu ini. Yukimura menjawab dengan wajah serius khasnya.

"Dengan tidak sopan dia bersikeras mengatakan kalau dia adalah majikan Anda dan hal-hal semacamnya. Haruskah saya memancung kepalanya?"

"Jangan!"

Cepat-cepat aku berteriak pada ucapan berbahaya Yukimura.

"Majikannya Kodaka? Kamu punya majikan selain aku?"

"Akulah pemilik Kodaka, tapi... tampaknya ada orang lain selain Daging yang gak paham dengan aturan di masyarakat."

"Rika akan senang kalau bisa melihat pemandangan Kodaka-senpai yang sedang dianiaya secara terus menerus oleh ketiga majikannya."

Sena, Yozora, dan Rika masing-masing menambahkan komentar kecil mereka, yang langsung aku abaikan.

Majikan... Aku kan gak kerja sebagai pelayan paruh waktu untuk siapapun, jadi gak mungkin siswa SMA normal sepertiku punya bayangan siapa identitas "majikan" ku ini sebenarnya.

"...Siapa sih dia...?"

"Ah, kita dikacangin sama dia. Jangan sok ya Kodaka."

"Sepertinya harus kutunjukkan pada kalian semua siapa pemilik Kodaka sebenarnya..."

"Rika gak tahu kenapa, tapi waktu Kodaka-senpai sepenuhnya mengabaikan Rika, Rika merasa bergairah."

Aku membuka pintu menuju ruang klub sambil berpura-pura kalau aku gak bisa mendengar mereka.

Kobato ada di sana menungguku.

"K-Kobato!?"

Orang yang duduk di sana dengan wajah cemberut, tak lain dan tak bukan, adalah adik perempuanku Kobato Hasegawa.

Dia mengenakan baju gothic loli yang biasanya dan sedang memegang boneka kelinci yang terlihat agak menyeramkan.

SMP St. Chronica memperbolehkan murid-muridnya mengenakan baju bebas, makanya Kobato selalu pergi ke sekolah dengan berpakaian seperti itu.

"N-ngapain kamu di sini!?"

"Kukuku... Tidak ada peraturan yang melarang murid SMP untuk masuk ke gedung murid SMA... Selain itu, kalaupun ada, hukum yang dibuat manusia belaka tidak ada artinya bagiku..."

Memang benar sih kalau semua orang boleh keluar masuk area sekolah sesukanya, dan karena ada jalan setapak kecil yang dipenuhi pepohonan, ada banyak wanita tua dari kawasan sekitar sini yang datang di sore hari untuk berjalan-jalan.

Dan juga, aku kurang tahu kalau tentang jalan masuk utama ke gedung sekolah, tapi setahuku Kapel juga dibuka untuk siapa saja dan orang-orang bahkan mengadakan pesta pernikahan di sana dari waktu ke waktu.

"Enggak kamu bener kok, memang gak ada yang melarang, tapi kenapa?..."

"Hei hei, siapa cewek super imut yang mirip banget sama Iris ini, kamu kenal dia Kodaka!?"

Tanya Sena, matanya berbinar-binar.

"...Iris siapa?"

Meski sudah bisa kutebak jawabannya, aku tetap bertanya.

"Ya jelaslah kalau yang kumaksud itu Iris dari 'Shinku no Element Master'!!"

"...dan itu adalah eroge?"

"Itu adalah visual novel untuk dewasa yang sudah diadaptasi menjadi anime!"

Jadi itu eroge.

Pundak Kobato bergetar sedikit mendengar perkataan Sena.

"Hmph, 'Shinku no Element Master'...? Disamakan dengan plagiat dari 'Kurogane no Necromancer' itu adalah sebuah penghinaan paling besar... Namaku adalah Leysis Vi Felicity Sumeragi... Aku telah hidup selama sepuluh ribu tahun dan darah kegelapan mengalir di dalamku... Sebaiknya kau ukir namaku di dalam jiwamu..."

"Oh my god dia imut banget! Dia persis kayak BokuAne's** Dark Cat!"

Sena menjadi tambah bersemangat.

"...H-Hmph... Jadi ternyata mata orang awam tidak sanggup melihat kekuatanku yang sebenarnya..."

"Jadi, Kodaka. Makhluk apa ini sebenarnya?"

Yozora bertanya dengan nada yang menunjukkan ketidaksenangannya terhadap situasi ini.

Aku menghela napas dan menjawabnya.

"...Adik perempuanku. Dia adalah adik perempuanku Kobato Hasegawa."

Setelah aku menjawabnya, Sena meledak tertawa.

"Ahahaha- Gak mungkin adik perempuanmu bisa seimut ini!"

"Kau pandai melawak, Kodaka-senpai." kata Rika, tertawa.

"Itu kenyataannya, kalian mau aku ngapain!?"

Aku tahu kalau kami berdua sama sekali gak mirip, dan aku akui kalau Kobato itu sangat manis, tapi melihat mereka dengan yakinnya mengira bahwa aku berbohong membuatku syok.

"...Kukuku...Memang benar, di dalam tubuh pria ini mengalir darah yang sama denganku..."

Kata Kobato.

"Eh... jadi kamu beneran adik perempuannya Kodaka?"

"Barusan aku bilang begitu kan?"

"...Apa yang terjadi dengan gen keluarga Hasegawa? Rika sangat penasaran. Senpai, boleh aku membawa gadis kecil ini pulang denganku? Tentu saja Senpai juga boleh ikut."

Kepada Rika yang menanyakan hal itu padaku, dengan wajah datar aku menjawab "Kami gak bakal pulang denganmu."

"Jadi, Kobato. Kamu ngapain ke sini?"

"Sudah jelas kan..."

Kata Kobato dan kemudian dia memandangi sekilas semua orang yang ada di ruang klub kecuali aku.

"...Bukan di sini..."

"...?"

"...Bukan apa-apa. Kau, saudaraku, telah membiarkan kualitas persembahan untukku menurun akhir-akhir ini karena bermain-main dengan para manusia ini. Aku datang untuk memperingatkanmu tentang hal tersebut."

"Jadi gitu. Intinya kamu gak suka melihat Kodaka -senpai mementingkan klubnya dibanding kamu makanya kamu datang ke sini mau melihat apa yang dia lakukan di sini, begitukah?"

"B-Bukan begitu!"

Wajah Kobato berubah merah padam setelah mendengar terjemahan dari Rika.

Dan kemudian, menyadari kalau dia menyimpang dari karakternya, Kobato cepat-cepat menenangkan dirinya dan berkata

"...A-astaga... Kalian makhluk rendahan mudah sekali menggunakan cara bicara yang vulgar begitu saja... Tampaknya tak seorang pun dari kalian yang dapat mengerti dashyatnya kehebatanku..."

"Oh my god, apa dia ini, brocon...!? Apa yang harus kulakukan, dia sama imutnya dengan Rikka-chan dari 'Mofu? MOFU!'!"

"Caramu membandingkan segala hal dengan istilah eroge itu menjijikan..."

"Hmph, kamu gak terlalu pintar ya Yozora! 'Mofu? MOFU!' itu adalah galge dari PS untuk semua umur!"

"Terus kenapa...?"

Kata Yozora yang merasa jijik dari lubuk hatinya yang terdalam pada Sena yang sekarang gembira.

Yah, mengesampingkan soal brocon tadi, fakta bahwa Kobato akhir-akhir ini merasa gak senang karena kualitas masakanku lebih rendah dari biasanya memang kenyataan...

Tapi aku gak pernah menduga kalau dia bakal sekesal ini hingga mau datang ke ruang klub.

Apa yang bisa kulakukan untuk menyenangkannya?

"...Memang aku yang salah gara-gara sering pulang telat akhir-akhir ini, tapi maklumi aja ya. Oiya, gimana kalau mulai sekarang aku buatin kamu pork ramen setiap hari Minggu?"

"Pork ramen!? Setiap minggu!?"

Seketika itu juga wajah Kobato langsung bersinar.

Oke, ini mungkin bisa berhasil!

Kobato sangat suka makan pork ramen sejak kami tinggal di Kyuushuu.

"Kau akan tambahkan banyak bawang putih ke dalamnya?"

"Tentu."

"Yay~!"

Seru Kobato dengan senyum lebar di wajahnya.

"...Eh, gak apa-apa tuh?"

"...Bawang putih... bukannya dia bilang kalau dia itu vampir...?"

Sena, Yozora, dan yang lainnya memasang ekspresi keraguan di wajah mereka.

Sebenarnya ide tentang ramen itu baru aja kepikiran tadi, tapi syukurlah ide itu bisa berhasil.

Lagipula, aku juga suka pork ramen.

"Dan kalau ada waktu luang aku akan memasak makanan yang lebih enak dari pork ramen, dan aku juga akan membuat bekal makan siang untukmu mulai sekarang, oke?"

"Bekal makan siang...!"

Aku gak tahu kenapa, tapi ekspresi Kobato menjadi muram.

Dan, saat itu juga

"Onii-chan!"

Maria membanting pintu dan masuk ke ruang klub.

Dia berlari dan meraih tanganku, dan mulai bercerita padaku dengan senyum di wajahnya.

"Hei Hei, kau tahu! Bekal makan siangmu enak banget Onii-chan! Itu pertama kalinya aku makan makanan seenak itu! Dibandingin sama masakanmu, keripik kentang dari Yozora cuma kayak eek! Dasar Yozora tolo~l, kamu cuma ngasih aku eek dasar tolo~l!"

"Kamu bilang apa barusan bocah tengik?"

"Hiii!"

"Maria bersembunyi dari tatapan Yozora di belakangku."

"Oke! Aku bohong! Keripik kentangmu juga enak kok!"

"Hmph..."

Dengan kesal Yozora ber-"hmph".

"Hei, Kodaka... apa maksudnya ini?"

Entah kenapa Sena bertanya padaku dengan ekspresi kengerian di wajahnya.

"Ahh, aku bilang ke Maria kalau mulai sekarang aku bakal buatin dia bekal makan siang. Soalnya dia lebih suka makan keripik kentang ketimbang makan malamnya."

"Maksudku bukan itu! Maksudku itu cara dia memanggilmu O... Onii-chan..."

"Membuat gadis kecil memanggilmu "Onii-chan"... Kodaka-senpai apa kau suka imouto moe? Apa kau lebih suka kalau aku juga memanggilmu Onii-chan mulai sekarang?"

"Aku gak nyuruh dia memanggilku begitu kok."

Aku menatap Sena dan Rika, yang jelas-jelas salah paham tentang hal ini. Kemudian Maria membuka mulutnya.

"Kodaka memang seorang Onii-chan makanya aku memanggil dia Onii-chan!"

"Dan itulah alasannya."

"Tapi itu sama sekali gak masuk akal!"

"DASAR IDIOTTTT!!"

Tiba-tiba saja Kobato berteriak.

Matanya berair, tubuhnya bergetar dan dia melotot pada Maria.

"Idiot!! Idiot!! Idiot!! Idiot Idiot Idiot Idiot Idiot Idiot IdiotI Idiotttttt!!! "

Wajah Maria terlihat kesal setelah berulang kali dipanggil idiot oleh Kobato.

"S-Siapa yang kamu panggil idiot!? Justru yang memanggil orang lain idiot adalah idiot yang sebenarnya!"

"...Kalau begitu yang memanggil orang lain eek adalah eek yang sebenarnya, ya kan Maria."

Kata Yozora, berusaha menggoda Maria.

"A-Aku bukan eek! Umm.. kalau gitu, uhh, malaikat! Yozora si malaikat! Aku memanggilmu malaikat jadi itu membuatku malaikat yang sesungguhnya."

"Diam kau dasar idiot!!"

Kobato berteriak pada Maria lagi.

"A-Apa sih masalahmu!?"

"Ini adik perempuanku Kobato."

"Oh, jadi gitu! Dia adik perempuannya Onii-chan!"

"Uuuu~ Kau memanggilnya Onii-chan lagi...!"

Gerutu Kobato.

"...A-Aku... bukan adik perempuannya..."

"Eh!? Kamu bukan adiknya!?"

Tampak kaget, Maria berpaling padaku untuk meminta konfirmasi.

"Dia adikku." Aku berkata padanya.

"Dia bilang kamu adiknya!"

Maria berpaling kembali ke Kobato.

"Aku telah hidup selama sepuluh ribu tahun dan darah kegelapan yang agung mengalir di dalamku... Aku telah bertarung melawan kalian para anjing gereja selama berabad-abad, dan aku adalah keberadaan yang ditakuti yang dikenal sebagai Vampir oleh kalian para manusia rendahan..."

"Vampir!?"

Teriak Maria, benar-benar tercengang.

"Aku tahu yang namanya vampir. Mereka itu mengerikan!"

"Kukuku... Tepat sekali... Budak gereja yang menjijikan... Sebaiknya kau takut padaku..."

"A-Aku gak takut sama kamu! Aku punya ini!"

Kata Maria, yang kemudian mengambil salib yang menggantung di lehernya dan mengarahkannya ke Kobato.

"Aku ini pintar makanya aku tahu! Vampir itu lemah sama salib! Kamu cuma seonggok kotoran yang yang gak ada apa-apanya dibandingin sama kekuatan suci Tuhan!"

"Kukuku... Aku adalah leluhur asli yang sudah jauh melampaui kekuatan vampir yang kau maksud... Sudah sejak lama aku bisa mengatasi kekuatan kecil yang dimiliki salib..."

Perlahan Kobato berdiri, dan berjalan mendekati Maria.

"Ehh!? Kamu curang! Rasain nih! Dan ini! Dan ini!"

Maria mengayunkan salibnya ke segala arah dalam kebingungan.

Thwack!

Salah satu ujung salib mengenai Kobato tepat di kepalanya.

"Ouc-"

Kobato mengeluarkan suara yang sangat pelan.

Dia kelihatan mau menangis, tapi dia menahan air matanya dan berkata

"Ku... Kukuku... Sudah kubilang salib itu tidak mempan padaku... Hentikan perlawananmu yang sia-sia ini... Berhenti mengayunkan potongan besi yang menyedihkan itu dan terimalah takdirmu... Benda itu sama sekali tidak ada pengaruhnya bagiku jadi sebaiknya kamu..."

"SUDAH KUBILANG ITU GAK MEMPAN PADAKU!"

"Wa!?"

Kobato berteriak penuh amarah dan mengambil salib dari tangan Maria dan membantingnya ke lantai.

"...Kukuku... Akan kubuat kau menyesal sudah menunjukkan taringmu di hadapan sang penguasa malam. Akan ku annex[1] kau kau ke dalam kegelapan abadi..."

"Annex!? Annex itu kan artiya suatu negara menempatkan negara lain dibawah kekuasaannya!"

Maria memberi tahu kesalahan Kobato, dan Kobato ber-"Uu-" pelan.

...Ini akibatnya kalau kamu pakai kata-kata sulit yang kamu gak tahu artinya...

"...A-Aku telah hidup selama seribu tahun sehingga sudah menjadi tradisi bagiku untuk melihat segala sesuatu dalam skala internasional... Aku tidak perlu memperhatikan detail sepele pada bahasa manusia kalian..."

"!? Itu gak masuk akal! Justru gara-gara kita hidup di dunia dimana orang-orang dengan berbagai bahasa harus berkomunikasi makanya kita harus menjelaskan maksud dari ucapan kita dengan cermat! Dan juga, barusan kamu bilang kalau kamu sudah hidup selama seribu tahun, tapi sebelumnya kamu bilang sepuluh ribu tahun! Mana yang benar!? Oh oh, dan, kata ‘tradisi’ itu hampir selalu digunakan untuk merujuk ke budaya jadi bukankah lebih baik kalau kamu mengatakan ‘kebiasaan’!?"

"Eh... Ah, uu..."

Kobato mulai kehabisan kata-kata setelah dibanjiri pertanyaan oleh Maria.

Kelihatannya Maria bertanya cuma karena rasa ingin tahu, tapi sulit rasanya melihat Kobato yang sangat mendalami karakternya untuk memberi jawaban.

"Hei~ Hei~! Ayo dong, jawab!!"

"Uu, Uuuu... A-An-chan! Dia nyebelin!"

Tidak bisa menemukan jawaban, Kobato kembali ke dirinya yang biasa dan marah pada Maria.

"Anak ‘cil ‘yak kamu ga ‘kalan ngerti!"

"Kamu bilang apa barusan!? Bahasa apaan tuh!?"

Mata Maria melebar.

"...M-Maksudnya, berusaha bicara dengan anak kecil sepertimu hanya membuang-buang waktuku..."

"Aku bukan anak kecil! Aku orang dewasa yang hebat!"

"H...Hmph, kau hanya tampak seperti seorang anak kecil di mataku... malah kau bisa dibilang bayi."

"Kamu juga sama! Kamu kelihatan kayak masih anak SD!"

"Aku kelas 2 SMP!!"

"Eh?" "Eh..." "...Tadinya aku benar-benar mengira dia masih kelas 4 atau 5 SD. "

Yozora, Sena, dan Rika sama-sama memasang ekspresi terkejut di wajah mereka.

Memang sih Kobato itu jauh lebih kecil dibanding anak perempuan seumurnya...

"...J-Jadi kamu udah SMP. Kamu cuma sedikit lebih tua dariku...tapi tapi, aku masih lebih dewasa daripada kamu! Aku tahu segala macam hal-hal dewasa!"

"Hal-hal dewasa?"

Tanya Sena, penuh curiga.

Senyum yang menantang menghiasi wajah Maria saat dia dengan gembira berseru

"SEKS!"

"M-Maria!?"

Mendengar gadis kecil seperti Maria mengatakan hal itu membuatku terguncang.

Maria memasang wajah penuh kemenangan dan berkata

"Aku pernah mendengar para suster membicarakannya! Orang yang tahu tentang seks adalah orang dewasa!"

"...M-Memangnya kamu tahu seks itu apa?"

Sena bertanya dengan sedikit rona merah di pipinya.

"Tentu saja aku tahu! Seks itu waktu kamu tidur berdua di ranjang kan?"

"Sebenarnya gak terbatas di ranjang doang sih... Eh bentar, siapa juga yang perduli..."

Kobato mengerang.

"K... K-k-k-k-kalo itu... aku juga tahu... Hmph, l-lagian kamu pasti cuma sekedar tahu doang dan gak pernah kamu lakuin."

"Mu... M-Memang belum pernah aku lakuin, tapi itu bisa kulakukan kapanpun aku mau! Aku bahkan gak masalah melakukan seks dengan Onii-chan sekarang juga!"

"Ap...!?"

Tidak mengherankan melihat kami semua terpana dengan pernyataan Maria.

"Hah, yang perlu kulakukan cuma tidur satu ranjang dengan pria yang aku suka dan menghitung bercak di langit-langit kan? Aku siap melakukan seks kapan saja asalkan sama Onii-chan!"

"U-umm, Maria..."

Gimana cara jelasinnya nih?

Cara Yozora, Sena dan bahkan Yukimura menatapku benar-benar menyakitkan...

"Maria, coba ke sini sebentar."

"Hm"?

Rika membawa Maria bersamanya ke sudut ruang klub, dan mulai membisikinya sesuatu.

"Jadi seks itu begini...murmur murmur murmur... murmur murmur..."

"Ehh!?"

"Dan selain itu, murmur murmur..."

"!? Kontol itu apa!?"

Aku gak percaya barusan dia mengatakannya keras-keras!

"Murmur murmur..."

"Ahaha, bohong ah! Gak mungkin Onii-chan punya benda kayak gitu tumbuh di badannya!"

"Tapi itu benar."

Rika mengambil laptop dari dalam tasnya dan mulai mengutak-atiknya dan menunjukkan layarnya ke Maria.

Wajah Maria menjadi merah padam.

"Eh... G-Gak mungkin! O-Onii-chan punya benda kayak begini nempel di badannya!? ...Eh, b-bisa bertambah besar!? Kenapa kenapa kenapa!?"

"Murmur murmur... Kodaka -senpai akan memasukkan miliknya ke dalam murmur murmur murmur murmur..."

"Hiiiiiiiiiiiii! A-aku gak bisa! Seks itu serem~!"

Maria berlari ke arahku sambil terlihat seperti mau menangis.

Mengikuti di belakangnya, Rika juga kembali dari sudut ruangan.

"...Kamu bilang apa ke dia? Ya maksudku, aku bisa nebak, cuma..."

"Tadi itu hanyalah Ceramah Edukasi Seks Beritahu-Semuanya dari Rika-chan. Kau mau kuajari juga Kodaka-senpai? Akan kupastikan aku mengajarimu dengan berbagai macam hal yang menyenangkan."

"Kamu tahu gak kalau kamu kamu bener-bener kayak om-om mesum...!?"

Sambil membuat ekspresi takut bercampur jijik yang sudah sewajarnya pada Rika, aku mengusap-usap kepala Maria yang masih berpegangan di lenganku untuk membantunya berhenti gemetar.

"...Berhenti nempel-nempel sama An-cha... saudaraku..."

Aku merasa kalau aku juga harus menenangkan Kobato yang masih cemberut.

"Kamu itu kan lebih seperti kakak perempuan dibanding Maria, jadi untuk kali ini maklumi aja, oke?"

"Kakak perempuan..."

"...H-hmph... Aku juga bersikap tidak dewasa dalam menghadapi gadis muda seperti dia... Aku sudah kehilangan ketertarikanku... Aku akan pergi untuk sore ini."

Kata Kobato, keluar dari ruang klub.



Ketika aku sampai di rumah Kobato sudah ada disana dan kami makan malam bersama seperti biasanya.

Aku mengerjakan PR dan membaca sedikit untuk menghabiskan waktu, menyiapkan bekal makan siang kami untuk besok, mandi dan pergi tidur seperti biasa.

Waktu aku sudah di tempat tidur, pintu di kamarku terbuka dan, yang mengejutkanku, Kobato masuk ke dalam.

"...Kukuku... Belahan diriku... Malam ini aku mengijinkan kita untuk saling berbagi ruang tidur kita..."

"...Hmm? Kamu mau tidur bareng?"

Aku sudah capek, jadi aku cuma bergeser sedikit supaya ada cukup ruang untuk satu orang lagi.

Kobato perlahan naik ke tempat tidurku.

Aku sudah ngantuk jadi...

Waktu aku sudah tak lagi terjaga mulai tertidur, aku merasa Kobato mengatakan sesuatu.

"...An-chan adalah An-chanku..."



Keesokan harinya, seusai sekolah.

Aku pergi ke ruang klub, dan entah kenapa Kobato lagi-lagi ada di sana.

"Kobato!? Kamu ngapain ke sini lagi...?"

"Kukuku... Untuk mencegah belahan diriku diracuni oleh taring milik budak gereja itu, aku memutuskan untuk mengawasimu dari dekat... Aku akan bergabung dengan klubmu ini, mungkin saja klub ini bisa menghiburku..."

Dia baru saja mengatakan hal yang kelewat konyol.

"Gak bisa, meskipun kamu mau gabung, kamu bukan murid SMA ini kan?"

"Aku gak ingat ada peraturan yang bilang kalau murid dari SMP St. Chronica gak boleh gabung dengan klub kita. Toh klub kita juga gak ikut bagian dalam turnamen atau semacamnya."

Sena, yang tampaknya ingin Kobato bergabung, berusaha mendukungnya.

Yozora juga melakukan hal yang sama.

"...Karena dia adikmu, kurasa gak ada masalah..."

"Yozora?"

"Gak kenapa-napa. Aku cuma gak punya cukup alasan buat menolaknya... Dan kelihatannya dia juga gak punya banyak teman..."

"Kukuku... Kegelapan malam adalah satu-satunya temanku..."

Kata Kobato dengan senyum kecil di wajahnya.

Jadi begitu. Ternyata dugaanku benar, kamu juga gak punya banyak teman ya...

Saat aku berpikir begitu.

"Onii-chan!"

Maria terbang masuk ke dalam ruang klub dan mulai meloncat padaku.

"Hey hey kau tahu! Bekal hari ini juga enak banget! Tadi itu apa? Rasanya kayak, sedikit manis dan sedikit pedas dan ada tulang di dalamnya!"

"Ahh, chicken wing?"

"Iya chicken wing! Itu enak banget, aku mau makan itu lagi!"

"Oke. Nanti kubuatin lagi."

"Yahoo! Aku cinta kamu Onii-chan!"

"Idiot!!"

Teriak Kobato, dan dia melepaskan Maria dariku.

"Owah!? Kok si vampir ada di sini lagi!?"

"...Aku di sini untuk mengawasi saudaraku untuk memastikan dia tidak dikelabui oleh orang semacam kau..."

"Kamu bilang apa!? Onii-chan dan aku akan berjalan di jalan Tuhan! Onii-chan punya hati yang adil dan dia adalah salah satu rasul Tuhan!"

"Kodaka, kamu ini salah satu dari rasul Tuhan atau keluarga vampir?"

Tanya Sena, tampak gembira.

"Bukan dua-duanya."

Aku menghela napas.

"Ugaa! Mati sana! Kuhakimi kau di dalam nama Tuhan!"

Boku wa Tomodachi ga Sukunai Vol2 Ch08 Img02.jpg

"Kukuku... Tunduklah di hadapan kekuatan kegelapanku... Lihatlah teknik kegelapan ini yang dapat mengguncang seluruh kelasku dalam ketakutan... Hasegawa Cooties Touch!"[2]

"Eh? Ku... Ku tangkis! Cross Barrier!"

"Percuma saja! Aku telah menguasai hyper barrier jadi itu tak akan ada pengaruhnya!"

"Kamu curang!"

"Rasakan ini!"

Perkelahian kecil Maria dan Kobato pun dimulai.

Lebih baik kuhentikan sebelum salah satu dari mereka terluka...

Tapi tetap aja, kuharap Kobato berhenti dengan cootie-nya... Itu mengingatkanku pada kenangan buruk. (Ngomong-ngomong, Yozora dan Sena juga mengernyit. Aku bertaruh mereka juga punya kenangan yang mirip denganku.)

...Dan itulah bagaimana Klub Tetangga mendapatkan anggota baru lagi.

Kobato Hasegawa, adik perempuanku yang lucu tapi menyedihkan.


Referensi

  1. Saya tidak tahu apakah kata ini memang dipakai di teks aslinya, dan saya juga tidak tahu apakah ada padanan katanya dalam Bahasa Indonesia.
  2. Cara anak kecil saling menggodai/mengganggu satu sama lain. Biasanya dilakukan cowok ke cewek. Tonton anime Haganai season 1 episode 5.


Mundur ke Raja Komedi Kodaka (& Tanda Kobato bergabung ③) Kembali ke Halaman Utama Maju ke Cerita Pendek Bergilir "Saint☆Aniki" (35% Complete)