Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid2 Raja Komedi Kodaka

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Raja Komedi Kodaka (& Tanda Kobato Bergabung ③)[edit]

Suatu hari seusai sekolah, aku meminjam sebuah buku dari perpustakaan.

"Jalan untuk Menguasai Seni Menceritakan Lelucon ~ Sekarang Kamu Pun Bisa Menjadi Seorang Raja Komedi" adalah judul dari buku tersebut.

Entah kenapa buku tersebut diletakkan di bagian sejarah dunia, dan secara refleks aku mengambilnya ketika kebetulan melihatnya sepintas.

Reaksi Yozora dan Sena ketika mendengar lelucon yang kuceritakan beberapa hari yang lalu masih... hanya sedikit sekali, menggangguku.

Yah, bukannya aku perduli dengan perkataan dua orang yang nggak punya selera humor itu, tapi kan gak ada salahnya kalau aku bisa menceritakan lelucon dengan lebih baik.

Setelah meminjam buku tersebut dari perpustakaan, aku membawanya kembali bersamaku ke ruang klub.

Membaca buku tentang bagaimana-menceritakan-lelucon di tempat umum itu agak memalukan, dan bisa saja kesan orang lain terhadapku akan jadi lebih buruk.

Ketika aku tiba di ruang klub dan membuka pintunya, aku melihat Maria sedang duduk di dalam.

"Hah? Yang lain gak datang hari ini?"

"Yozora eek."

Kata Maria tiba-tiba sembari mengunyah keripik kentangnya.

"Kamu benar-benar benci sama Yozora ya..."

Cepat-cepat Maria menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan itu maksudku! Yozora benar-benar eek!"

"Anak perempuan gak boleh ngomong eek terus-terusan, gak sopan."

"A-ku Bi-lang Yozora lagi pergi eek!"

"Eh..."

Setelah kuperhatikan baik-baik, aku bisa melihat tas Yozora di atas meja.

"...Ah—...O-ohh, gitu toh, dia lagi ke toilet."

...Ah-hah, yah, ada saatnya semua orang harus pergi ke toilet. Kemudian tiba-tiba saja Maria tersentak dan wajahnya terlihat kaget.

"Sial! Mestinya aku gak boleh ngasih tahu siapa-siapa kalau dia pergi eek! Yozora bakal marah padaku..."

"Apa, dia maksa kamu supaya gak ngasih tahu siapa-siapa soal ini?"

"Iya... Kalau aku ngasih tahu, aku harus lari satu putaran keliling sekolah sambil telanjang. "

Yozora benar-benar kejam seperti biasanya.

"...Aku gak akan bilang siapa-siapa kalau kamu ngasih tahu aku, gak usah khawatir."

"Sungguh!?"

Saat itu juga wajah Maria langsung bersinar-sinar.

"Kamu orang yang baik Kodaka! Seenggaknya untuk ukuran jeruk busuk!"

"...Mungkin aku memang harus ngasih tahu Yozora."

"J-jangan! Akan kulakukan apapun perintahmu, tapi jangan bilang-bilang Yozora!"

"...Tenang, aku gak akan bilang ke dia. Dan juga, jangan suka mengatakan ke orang lain kalau kamu akan melakukan apapun untuk mereka."

Gadis kecil ini terlalu naif untuk hal-hal seperti ini, aku jadi khawatir.

"Tapi Yozora bilang padaku kalau aku mengatakan 'akan kulakukan apapun', Kodaka akan menuruti apapun yang kukatakan."

"A-apa sih yang dia ajarin ke kamu...!?"

"Kamu gak akan menuruti apapun yang kukatakan!?"

"Gak akan."

Maria mengerutkan bibirnya.

"Muu, aku membiarkan Yozora menipuku lagi..."

"...Memutarbalikkan fakta dengan mudahnya memang menjadi keahlian khusus Yozora, tapi Maria, kamu juga gak boleh gampang percaya sama omongan orang begitu aja."

"Berarti aku gak boleh percaya sama ucapanmu juga?"

"Eh... Yah, kalau ucapanku sih bisa kamu percaya."

"Oke! Aku akan percaya sama kamu!"

Senyum kecil nan lugu yang manis menghiasi wajah Maria.

Kadang dia bisa menjadi sedikit terlalu blak-blakan, tapi sebenarnya dia anak yang baik ya...

Aku memutuskan untuk memberikan kepala Maria sedikit elusan.

"Fuah..."

Dengan senang Maria memberiku senyum yang cerah dan menghembuskan napas panjang.

Setelah mengelus-elus kepala Maria sebentar, aku duduk di sofa dan mengeluarkan dari dalam tasku buku yang barusan kupinjam dari perpustakaan.

"Itu buku apa? Romansa Tiga Kerajaan?"

Maria duduk di sampingku dan mendongak melihat buku yang kupegang.

"Bukan, ini buku tentang komedi."

"Komedi?"

"Kayak lelucon dan semacamnya."

"Ohhh, buku tentang lelucon, lucu gak?"

"Isi bukunya sih bukan lelucon, tapi tentang cara menceritakan lelucon jadi aku gak yakin kalau isinya benar-benar lucu..."

"Jadi buku ini gak lucu...?"

Cepat-cepat aku berusaha mengatakan sesuatu untuk menghibur kekecewaan Maria.

"Kalau gitu gimana kalau aku menceritakan leluconku?"

"Leluconmu?"

Mata Maria kembali bersinar, dan aku berdeham sambil merasa sedikit malu-malu.

"Iya. Aku gak tau kenapa Yozora dan Sena bisa sampai gak ngerti dengan leluconnya, tapi ini benar-benar lucu. Judulnya adalah ‘Manjuu itu Menakutkan’."

"Hah!? Kok manjuu bisa menakutkan!?"

"Kamu mesti dengerin ceritanya dulu baru bisa tahu. Pada suatu ketika, di era Heian..."

Aku menceritakan kisah "Manjuu itu Menakutkan (versiku)" pada Maria.

"Ahahahahahahaha! Kopi! Kenapa mereka bisa punya kopi di era Heian, hyahyahyahya! A-Aku gak bisa napas, d-dan Tuan A! Tuan A hyahaha kok Tuan A bisa ngomong Bahasa Inggris padahal dia ada di era Heian!? Ahyahyahyahya! Dan semua orang-orang itu dikibulin sama Tuan A! Ahaha dasar orang-orang idiot! S-Sebenarnya dia suka manjuu, ahahahahaha! Mereka semua ditipu habis-habisan!!"

Maria meledak tertawa sambil menahan perutnya.

Reaksi inilah yang aku cari-cari!

"Oke, berikutnya aku punya cerita yang lebih lucu lagi. Judulnya adalah 'Siomay yang Mengerikan'."

"Siomay yang mengerikan!? Ahahaha, goblok banget, gimana caranya siomay bisa mengerikan!? Apa sekarang Tuan A bakal bilang kalau dia takut sama siomay!? Ahaha, mereka bakal ketipu lagi! Orang-orang idiot itu bakalan ketipu!"

Aku mulai menceritakan kisah "Siomay yang Mengerikan (versiku)" pada Maria, yang sudah meledak tertawa bahkan sebelum aku mulai bercerita.

"Ahahahahaha- s-s-siomaynya nempel di tutup kotaknya! Siomaynya nempel di tutup kotaknya! Ahahahyahyahya! Dan dia juga mati! Dia mati shock gara-gara siomay! Ahahahahahaha!"

Kali ini dia nggak menertawai bagian yang semestinya, meski begitu Maria tetap meledak tertawa.

Senang rasanya bisa membuat orang lain tertawa dengan lelucon kita!

"Oke, yang berikutnya adalah—"

Boku wa tomodachi ga sukunaiVol2 Ch07 Img01.jpg

Aku menceritakan kisah "Sup Miso yang Mengerikan (versiku)".

"Fuahyahyahyahya, g-gak bisa napas, k-k-kok Augustine, kok dia, pfffft, fyahyahyahya! K-K-K-Kok ada ibunya di dalamnya!? Kok ada ibu Augustine di dalam lukisannya!? Ahyahyahyahya! Apa dia memegang ibunya lalu memasukkannya ke sana!? Ahyahahahaha, haha, g-gak bisa napas, ueh, uhehyehya!"

Setelah itu aku menceritakan beberapa cerita yang lebih lucu lagi seperti "Si Mackerel Pike Bermata Hitam (versiku)" dan "Si Cherry Anthias (versiku)" pada Maria yang tertawa terbahak-bahak sampai hampir gak bisa bernapas.

"Haa, Ha.... Haa... Ngah... Ahaa... Haa... Fuahaa..."

Pipi Maria benar-benar merah karena gelak tawanya tadi dan sekarang dia berbaring di sofa karena kecapekan.

Kayaknya aku sedikit kelewatan dan membuatnya terlalu banyak ketawa.

"Nih, minum ini sembari istirahat sebentar."

Aku memberi Maria botol berisi teh punyaku, yang sudah kuminum setengahnya seusai kelas Olahraga di jam pelajaran ke 6.

Maria meneguk teh dengan mulut kecilnya.

"Pwaaa!"

"Udah mendingan sekarang?"

Maria tersenyum, masih terlihat sedikit merah.

"Ini pertama kalinya aku ketawa sebanyak ini. Kamu cowok yang lucu Kodaka!"

Kata Maria, yang kemudian bangkit dari sofa dan membuka lemari ruang klub.

Ada banyak sekali keripik kentang di dalamnya. Dengan riang Maria mengambil satu, kembali duduk di sofa denganku dan dengan senang membuka bungkusnya.

"Sejak kapan kamu punya keripik kentang sebanyak itu di dalam lemari?"

"Yozora ngasih aku satu setiap kali aku melakukan pekerjaan untuknya!"

"Pekerjaan?"

"Kayak mengelap sepatunya, mengepel lantai, membelikan dia jus, dan mengerjakan PR-nya!"

...Dia melatihmu dengan baik ya...

"Sebentar, kamu bilang PR? Kamu bisa ngerjain PR anak SMA?"

"Kamu lupa ya kalau aku ini guru? Aku jauh lebih bijak dibanding kalian semua!"

Aku sama sekali gak menganggap kalau dia sebijak itu, tapi kurasa dia memang punya kemampuan akademik yang unggul.

"Nih Kodaka! Ini kubagi sebagai tanda terima kasih karena udah menceritakan cerita lucu ke aku!"

Sambil mengatakan itu dan menikmati keripik kentangnya, Maria menyodorkan bungkusnya padaku.

Yah, aku gak anti sama keripik kentang kok, jadi kuambil aja beberapa.

Ketika kami lagi makan keripik kentang bareng, aku bertanya

"Bukannya kamu baru aja makan keripik kentang waktu aku datang tadi?"

Dengan riang Maria mengangguk menjawab pertanyaanku.

"Iya, soalnya keripik kentang itu enak!"

"Bukan, meskipun keripik kentang itu enak... kalau kamu makan semua snack ini ntar perutmu gak muat lagi buat makan malam, kamu tahu?"

"Aku gak butuh makan malam jadi gak masalah!"

"Enggak, itu masalah!"

"Tapi makanan di sini rasanya gak enak banget."

Kata Maria dengan nada ketidaksenangan yang jelas pada suaranya.

"Kalo menurutku sih makanan kantin dan ala carte di sekolah ini lumayan enak, ya kan?"

"Suster gereja gak dibolehin makan makanan dari sana. Kami semua makan tiga kali sehari di dapur kapel, tapi setiap harinya yang mereka masak cuma salad kentang dan sayuran dengan sedikit bacon di dalamnya yang rasanya kaya eek. Aku mau makan daging, bukan eek itu! Keripik kentang jauh lebih enak ketimbang makan malam!"

"Meski begitu, makan keripik kentang ketimbang makan makanan betulan itu kan gak baik buat kamu..."

"Gak-apa-apa!"

Maria mengakhiri obrolan kami disitu dan kembali memakan keripik kentangnya.

Setelah menghabiskan satu bungkus penuh dia pasti kekenyangan, karena dia langsung berbaring di sofa dan tertidur.

"Habis makan jangan langsung tidur dong..."

Menghela napas, aku berdiri dan mencari selimut atau semacamnya untuk Maria.

Namun, aku melihat pintu ruang klub sedikit terbuka dan aku bisa melihat seseorang sedang mengintip ruangan ini.

"...Siapa disana?"

Tanyaku sambil melotot ke arah pintu, dan kemudian pintu itu pun perlahan-lahan terbuka.

Yang masuk melalui pintu tersebut adalah Yozora, Sena, Rika, dan Yukimura. Anggota lain dari Klub Tetangga.

"Eh...? Kok kalian berdiri di luar sana?"

"K-Kami mau masuk gak enak soalnya kamu lagi ngegodain Maria!"

Kata Sena, yang entah kenapa malu-malu.

"...Aku gak pernah menyangka kalau kamu itu lolicon, Kodaka-senpai." kata Rika.

"Yozora-anego menyuruh saya agar tidak menganggu waktu memerkosa[1] Anda, Aniki." tambah Yukimura.

"Yozora... omong kosong macam apa yang kamu buat... "

Setelah aku berkata begitu, entah kenapa Yozora memberiku pandangan penuh iba.

"...Bahkan aku pun tahu caranya menunjukkan belas kasih ke orang lain."

"...Belas kasih?"

"Bahkan aku pun bakal ngerasa gak enak kalau mengganggumu waktu kamu lagi berusaha menghibur dirimu sendiri dengan menceritakan cerita yang saking cacatnya cuma orang seperti Maria yang bisa menertawainya... Rasanya sama seperti ketika kamu memergoki seseorang yang sedang berbicara dengan ‘NiNTeNDogs’ atau ‘LoVePlus’ karena mereka pikir gak ada siapa-siapa di dekat mereka... "

"Aku gak mau mendengarnya dari orang yang ngobrol sama teman udaranya!"

Lagipula, lelucon yang kuceritakan tadi memang benar-benar lucu kok... iya kan?

Malamnya ketika makan malam.

Aku mencoba menceritakan Kobato lelucon yang sama yang membuat Maria tertawa terbahak-bahak.

Ketika aku menceritakannya, Kobato membuat beberapa wajah aneh. Yang satu dia kelihatan seperti mau menangis, yang satu dia kelihatan seperti habis minum sebotol cuka, yang satu dia kelihatan seperti kasihan padaku, dan sebagai tambahannya dia juga terus berkata

"Kukuku... Kurasa turut serta dalam kegiatan hiburan keluarga juga merupakan salah satu tugasku sebagai Ratu dari Sang Malam Agung..."

Dan hal-hal lainnya sementara pada dasarnya dia menghiraukan semua leluconku.

"...Aneh... Padahal Maria ketawa tapi kenapa yang lainnya enggak..."

"Mu..."

Mendengarku menyebut nama Maria, wajah Kobato langsung terlihat marah.

"...Aku sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi dalam dirimu mengalir darah yang sama dengan darah dalam diriku Sang Malam Agung... Bermain-main dengan pion milik gereja yang menjijikan itu hanya akan mendatangkan malapetaka ke atasmu..."

"Ya ya."

"Mumumu..."

Kobato meneguk habis jus tomatnya dengan wajah sewot.

Referensi[edit]

  1. Rape time. Mirip dengan istilah ‘waktu makan’ atau ‘waktu tidur’.


Mundur ke Romancing Saga Kembali ke Halaman Utama Maju ke Adik Perempuan