Chronicle Legion (Indonesia):Volume 1 Chapter 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Chapter 1 - Penyerbuan Legion (1)

Bagian 1

Murid kelas dua SMA. Laki-laki yang tinggal di Kota Suruga dari daerah Shizuoka di wilayah Tōkaidō.

Jika seseorang harus menjelaskan identitasnya, kalimat sebelumnya cukup untuk melukiskan Tachibana Masatsugu, yang bukan artis maupun olahragawan terkemuka.

Menyatakan dengan terus terang, di samping keanehan tertentu, Tachibana Masatsugu tidak lain dan tidak bukan adalah seorang murid SMA biasa.

Namun, Masatsugu masih mempunyai ambisinya sendiri.

"Katanya lomba terakhir diadakan sebelum semester kedua berakhir, Taisei, apa kau tahu itu?"

"Tentu saja ujian akhir, Masatsugu-kun."

"Salah, ini kontes kecantikan di bulan Desember, perlombaan tepat di hari terakhir festival sekolah."

"......"

Teman Masatsugu, Okonogi Taisei, bereaksi dengan diam dan sedikit mirip untuk ketakutan.

Mereka sekarang berada di kantin SMA Swasta Rinzai. Masatsugu meminum kotak jus teh hijau sedangkan Taisei memegang kopi kalengan. Kantin selalu penuh selama waktu makan siang, tapi benar-benar kosong saat ini karena sekolah telah usai.

Sebagai catatan, Taisei memiliki kepala berambut coklat, yang disemir, dan bentuk wajah yang bisa dianggap tampan.

Sayangnya, mungkin karena karakter dan sifat didikan bawaannya, digabungkan dengan kepintaran yang populer, dia bukanlah orang yang paling menonjol. Dan sekarang, Taisei berbicara dengan pelan seperti biasa, "Omong-omong, Masatsugu-kun, aku dengar kau menjabat sebagai bagian panitia pelaksanaan festival sekolah?"

"Yah. Aku menggantikan Takeda yang pindah di akhir semester pertama."

Dibandingkan sikap dan nada lembut temannya, Masatsugu nampak agak kaku dalam perbandingan.

Adakalanya, Masatsugu akan memberikan kesan seperti semacam samurai. Ini sebenarnya tepat sejak keluarga Tachibana melayani sebagai jikisan hatamoto di masa lalu, samurai dengan pengabdian langsung Shogunate.

Meskipun wataknya tidak terbendung dari garis keturunan, jika seseorang harus menggolongkan Masatsugu sebagai keras atau lembut di dalam sebuah persamaan, dia pastinya seorang mantan.

Masatsugu berbicara dengan nada sungguh-sungguh dan sikapnya benar-benar kaku dan jujur. Dia tidak pernah emosi dengan keresahan, jarang mengatakan candaan dan melanggar aturan sekolah. Sebagai konsekuensinya, dia tidak mempunyai banyak teman di kelas.

Termasuk Taisei, dia hanya memiliki tiga atau empat teman dekat.

Jika dia menatap dalam kaca ini setiap saat, ia pastinya akan terlihat seperti laki-laki suram dengan alis yang sedikit berkerut.

...Secara tak terduga, berlawanan pada watak keras seperti itu, Masatsugu mengambil sesuatu dari tas sekolahnya yaitu daftar kontestan kecantikan.

"Sejujurnya, ketika aku pertama mulai menjabat di panitia pelaksanaan dan ditugaskan menjadi pengurus pertunjukan kecantikan, aku menemukan perkelahian dan memikirkan tidak cocok untuk itu. Namun, setelah melihat pada kontestan yang bersuka rela atau disarankan oleh teman-teman..."

Masatsugu menelusuri catatannya.

Terdapat setidaknya dua puluh gadis yang berencana untuk berpartisipasi. Masing-masing raut wajah termasuk nama gadis-gadis itu, foto potret, perkenalan diri dan foto baju renang. Ada banyak gadis manis di antara kandidat yang bersaing menjadi Ratu SMA Rinzai.

Menyatakan senyum tegas yang biasa, Masatsugu memecahkan gambar seorang samurai pembunuh yang jahat.

"Aku mengetahui kalau ini tidak setengahnya buruk... Tidak, aku harus mengatakan menikmatinya. Aku tidak menyadari hal itu selama dua tahun terakhir—Aku mungkin sebenarnya menjadi laki-laki yang sedikit menyukai gadis-gadis sungguhan."

"Aku kira begitu. Aku tidak pernah menyadarinya."

"Aku mau memeriahkan kontes kecantikan ini, tapi sayangnya, tidak ada seseorang yang cukup bagus untuk memberikan kandidat kemenangan yang mudah menjadi ratu, Matsuki-san, kabur demi uangnya..."

"Oh, kau membicarakan tentang gadis yang diawasi oleh agen petugas."

"Aku ingin menemukan satu atau dua pesaing untuk tempat utama."

"Hei, Masatsugu-kun, kalau kau akan berbicara dengan wajah serius seperti itu, apa kau bisa setidaknya membicarakan topik yang berhubungan dengan masa depan negara? Seperti kenaikan berbagai pajak atau jumlah penghormatan besar yang Jepang bayar pada Roma untuk tanpa memberitahu tujuan."

Melihat Masatsugu dengan lengan yang terlipat dan ekspresi sungguh-sungguh, temannya menggodanya.

Ayah Okonogi Taisei bekerja di cabang Shizuoka dari Perwakilan Berita Tōkaidō. Mungkin karena lingkungan keluarganya, Taisei akan sering membawa persoalan sosial ke dalam pembicaraan meski menjadi anak muda. Ini mungkin alasan kenapa dia selalu bersama dengan Masatsugu yang sangat serius.

Kebetulan, 1 Oktober hari ini, masih ada waktu sebelum kontes kecantikan di bulan Desember.

"Omong-omong, Masatsugu-kun, apa kau kembali ke asrama sekarang?"

"Tidak, aku berencana pergi ke rumahku untuk bersih-bersih."

"Di sana sangat cepat kotor dan berdebu di rumah ketika tidak ada siapapun yang tinggal di dalamnya, aku kira. Jika kau tak apa, aku akan pergi dan ikut membantu? Semenjak tidak ada anggota OSIS yang bekerja hari ini, aku kebetulan luang."

"Aku senang kau menawarkan bantuan. Terima kasih sekali."

Taisei mengemban pekerjaan dan nama Wakil Ketua OSIS.

Perilaku adalah hal-hal yang diperlukan ketika berhadapan dengan teman dekat. Setelah Masatsugu membungkukkan kepalanya dalam berterima kasih, mereka berdua meninggalkan kantin bersama.

SMA Rinzai yang berlokasi di pinggiran timur dekat pegunungan Kota Suruga, agak dekat dari alun-alun kota.

Kenyataannya, karena sekolah mereka dikenal sebagai tempat di mana keluarga-keluarga terkemuka berdatangan, terdapat banyak murid yang datang mendaftar dari jauh.

Sebagian besar murid-murid itu tinggal di asrama dan Masatsugu adalah salah satu dari mereka. Kediaman keluarganya bertempat di Kota Suruga, seperti sekolahnya, tapi dia tidak memiliki keluarga. Keluarga serta kakek dan neneknya telah meninggal dan dia tidak mempunyai saudara satupun.

Berkat warisan dan tunjangan menjadi anak yatim yang ditinggalkan dari ayahnya yang menjadi tentara, Masatsugu masih bisa hidup tanpa kekhawatiran keuangan.

Dia dapat tinggal sendiri di dalam rumahnya, tapi lebih memilih kehidupan asrama yang termasuk bantuan pelayan.

"Setelah menjauh dari sekolah, aku akhirnya mendapatkan perasaan kuat 'mengunjungi kota'."

"Karena sekolah sangat dekat menuju pegunungan, ada juga beberapa tempat tinggal di sana."

Kota Suruga berada di atas daratan pantai yang menghadap Teluk Suruga.

Di atas daratan pantai ini adalah daerah perkotaan yang tenang. Tetapi di sepanjang jalan, terdapat dua pegunungan kecil yang menonjol dengan berderet sedikit terjal dan berdiri di ketinggian tiga ratus meter—Gunung Udo dan Gunung Uno—yang membentuk wilayah pegunungan dengan tumbuh-tumbuhan.

Sekolah Masatsugu dan Taisei bertempat di sebelah barat Gunung Kunou.

Mereka berdua menaiki bis menuju alun-alun kota.

Rute ini mengarah ke daerah perdagangan di depan Stasiun Suruga. Di dalam perjalan, truk militer dilewati oleh mereka, melintasi dalam arah sekolah, kemungkinan pembuatan jalannya untuk pelantikan militer yang dikenal sebagai markas pengamatan.

"Apa kau tahu? Tokugawa Ieyasu pernah mengatakan kalau 'Istana Kunou adalah benteng pusat dari Istana Sunpu'."

"Istana Sunpu... Apa kau menunjuk pada benteng yang dahulu berdiri di atas Gunung Kunou?"

"Yah, ini sekarang sebuah kumpulan reruntuhan istana yang hampir tidak memiliki apapun yang tersisa. Tapi mengambil tempatnya adalah markas pengamatan—sesuatu seperti sebuah istana—yang dibangun dekat, jadi itu berarti kalau Raja Ieyasu benar."

Setelah Tokugawa Ieyasu mundur dari posisinya sebagai shogun pertama dari Edo bakufu, dia kembali ke kampung halamannya dari Suruga dan membangun Istana Sunpu sebagai tempat tinggalnya.

Kota Suruga di sini adalah pulau yang amat dikenal untuk "Raja Suci" Tokugawa Ieyasu.

Sementara mereka berdua saling berbicara, bis ini mengantar mereka melintasi Kota Suruga. Terdapat banyak daerah perdagangan dan kantor di dekat stasiun tapi tidak sepadat di Tokyo. Ini adalah sebuah kota yang sangat indah. Masatsugu dan Taisei belum keluar di dekat stasiun.

Bis ini tetap berjalan selama sepuluh menit ketika mereka akhirnya turun di pemberhentian sekitar sungai Abe.

Setelah berjalan melewati lingkungan perumahan selama lima menit, mereka tiba di kediaman Masatsugu.

Sebuah rumah kuno yang dibangun dengan gaya Jepang. Tempat utama memiliki ruang tamu dan setidaknya lima luas ruangan bergaya Jepang. Selain itu, ada area lantai yang terbuat dari tanah. Terdapat gerbang megah dengan atap jerami.

Tempat ini bahkan terlalu besar untuk seorang anak laki-laki SMA bersihkan.

Membuka gerbang kayu tua, Masatsugu mendongak pada pintu masuk, tidak begitu jauh. Dia mengkerut.

"...Hmm?"

Dia menyadari kalau pintu masuk itu terbuka.

Dia pastinya mengunci pintu dengan baik ketika dia mampir bulan lalu untuk membersihkan.

"Apa ada pencuri yang membiarkan pintu terbuka?"

"Aku akan masuk melihatnya. Tunggulah di luar."

Langsung terkejut Taisei kemudian pergi keluar, Masatsugu pergi ke dalam pintu masuk sendiri.

Memperkirakan pelaku meninggalkan pintu terbuka, pencurian sangat mungkin terjadi. Masatsugu tidak ingin melibatkan temannya ke dalam bahaya. Taisei dengan segera mengangguk dan menunggu di luar gerbang sendiri.

Menyadari dengan baik kemampuan khusus-nya, teman Masatsugu tidak membantah.

Daripada memanggil polisi, akan lebih efisien untuk membiarkan Masatsugu melawan kriminal itu.

"Sepatu bot?"

Segera dia memasuki pintu masuk, Masatsugu bergumam sendiri.

Diatur secara rapi terdapat sepasang sepatu bot wanita, yang tingginya sekitar pergelangan kaki tanpa tumit.

Ini bukan hanya bagian yang mencurigakan. Masatsugu hanya akan membersihkan rumah ini sekali sebulan. Namun, koridornya sekarang bersih mengkilap, sudah jelas dari sekali tatap kalau itu telah dengan hati-hati dihilangkan dengan kain basah.

Lagipula, dia bisa mencium bau harum dari dupa di dalam rumah—

Masatsugu melepas sepatunya dan pergi ke altar di mana bau itu berasal. Menghampiri lebih dekat, dia menemukan seorang gadis di depan altar dengan melekatkan kedua telapak tangannya secara bersamaan dalam berdoa.

Dia berpakaian seperti murid dalam gaya Jepang dengan hakama. Pemandangan ini seperti hal yang biasa di ibu kota.

Rambut hitam menawan gadis itu terikat dengan pita merah tua. Dia melihat pada foto mendiang keluarga Masatsugu— yaitu, ibunya yang meninggal selama masa kecil Masatsugu dan ayahnya yang gugur dalam pertempuran tiga tahun lalu.

Gadis ini sekitar lima atau enam belas tahun. Meski hawa kekanakannya tersisa, wajahnya sangat cantik dan manis.

Sebelum Masatsugu dapat berbicara, murid perempuan itu berbalik, yang agaknya merasakan kehadiran Masatsugu.

"Selamat Datang, Onii-sama. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Dua belas tahun, ya?"

Gadis itu tersenyum dengan lemah lembut dan menyambut Masatsugu. Namun, Masatsugu tidak mengenalnya. Omong-omong— Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dan mengatakan, "Aku mengerti sekarang. Aku memiliki seorang adik yang lama menghilang, betul?"

"Tidak, itu salah."

"Lalu siapa kamu?"

Setelah dengan tenang menolak spekulasi Masatsugu, dia memikirkan, "Hubungan Hatsune dengan Onii-sama... aku ingin tahu bagaimana cara menjelaskannya?"

"Apa kamu teman masa kecil yang dulu tinggal dekat denganku, jadi kamu memanggilku kakakmu karena perbedaan umur?"

"Salah lagi. Teman masa kecil atau saudara dekat akan jauh lebih mudah, tapi kebenaran yang terjadi lebih rumit dari itu, yang membuatnya sulit dijelaskan. Biar aku beritahu, hubungan kita sedikit lebih jauh dari sepupu."

ChronicleLegion 01 BW02.jpg

"Berarti separuh sepupu atau semacam saudara jauh, ya?"

"Ya, itu benar, sangat benar. Aku yakin kau bisa menemukan penghubung jika kau mengamati pohon keluarga dengan seksama, tapi itu memakan banyak usaha, jadi aku hanya akan langsung memanggilmu 'Onii-sama'."

"Pastinya, memanggilmu sebagai 'saudara jauh' akan jadi perdebatan juga."

"Aku tahu, benar? Jadi ini adalah apa yang kita berdua putuskan sejak dulu, fufufufu."

Masatsugu berbicara dengan seenaknya di dalam altar di mana tertupi dengan tatami.

Gadis yang tersenyum itu menjaga sikap duduk sopannya di seiza sehingga Masatsugu duduk di bawah dengan cara yang sama di depannya juga. Gadis ini rupanya seorang saudara dengan nama pertama Hatsune, namun Masatsugu tidak mempunyai ingatan sama sekali, jadi dia melanjutkan penyelidikannya.

"Siapa namamu? Aku ingin tahu nama lengkapmu."

"Oh, kau sangat kejam, Onii-sama! Kau melupakan tentangku, ya kan? Aku tidak percaya kau melupakan Tachibana Hatsune, seseorang dalam klan yang sama, kejamnya dirimu."

Nona Tachibana mulai cemberut seperti anak-anak. Masatsugu membungkukkan kepalanya dengan minta maaf.

"Kita tinggal sangat dekat satu sama lain dulu di TK dan bermain bersama setiap kali."

"Masa? Lalu biarkan aku menanyakan sebuah pertanyaan, adik—Maaf, maksudku Tachibana Hatsune-kun."

"Panggil saja aku sesukamu. Silahkan dan gunakan 'adik kecilku'. Tak masalah."

"Lalu bagaimana dengan Hatsune. Apa ada hubungan khusus lain di antara kita? Misalnya janji menikah atau sedikit perasaan cinta untuk satu sama lain."

"Perasaan cinta?"

"Yah. Sebenarnya, aku penasaran sekali akhir-akhir ini. Seperti apakah seorang gadis akan jatuh dari langit dan menyatakan perasaannya padaku atau tunangan teman masa kecil mungkin tiba-tiba muncul," Masatsugu berbicara dengan cara berbicara yang terputus-putus.

Hatsune menepuk tangannya bersamaan di depan Masatsugu dan membalas, "Aku membaca cerita semacam itu juga. Seperti dalam Weekly Shounen Junk atau Shoujo Margarita."

"Kamu bisa menemukan sesuatu yang mirip di banyak light novel dan game simulasi cinta untuk anak-anak remaja."

"Apa itu jenis yang kamu suka, Onii-sama?"

"Aku pernah meminjam sebentar ketika teman menyarankannya padaku dulu. Berkat cerita-cerita itu, terkadang ketika malam hari aku merasakan rasa sakit kesendirian menjadi jomblo."

"Aku mengerti, kasihan sekali dirimu!"

"Itulah kenapa aku ingin menanyakan tentang masa lalu kita."

"Ya, baiklah. Pastinya tidak ada sesuatu seperti itu di masa lalu kita!"

"Berita yang sangat disayangkan..."

Meskipun Hatsune menyangkalnya sekaligus, Masatsugu masih tidak terganggu.

"Mau bagaimana lagi, masa lalu tidak dapat dirubah. Oh, tapi aku ingat sekarang. Aku pikir kamu berniat menikahiku ketika kita masih kecil."

"Lalu kenapa kamu mengatakan 'pastinya tidak ada' tadi?"

"Maaf, tapi aku sembrono kadang-kadang."

"Begitu, itu nampak menjadi masalah."

"Ada lagi. Inilah bagaimana aku menjawab: 'Aku akan dengan serius mempertimbangkannya jika kamu bertambah kuat seperti pegulat sumo berperingkat yokozuna di masa depan'."

"Kenapa pegulat sumo berperingkat yokozuna?"

"Seseorang yang dulu aku suka adalah laki-laki kuat seperti yokozuna, tanpa dihalangi para pegulat juara, atau penguasa lethwei (?). Kenyataannya, mereka masih tipeku saat ini, kau tahu?"

"Aku merasakan semacam obsesi mendalam dengan contoh terakhirmu..."

Myanmar di Asia Tenggara saat ini merupakan bagian Kerajaan Romawi Timur. Masatsugu sangat terkesan kalau Hatsune akan membawa martial art legendaris dari tempat itu. Dia mulai menilai pilihannya sendiri.

Tingginya sekitar 175cm. Tubuh ramping dengan hampir tidak gemuk.

Masatsugu telah bekerja setidaknya, tapi bukan laki-laki macho dengan otot membengkak.

"Mungkin latihanku ditujukan untuk masa depan bahagia yang gagal."

"Pertama jatuh cinta dari teman masa kecil yang tidak pernah membawa hasil, Onii-sama."

"Omong-omong, Hatsune, kenapa kamu datang ke rumahku?"

"Aku datang untuk membalas budi pada almarhum Paman dan Bibi. Ini satu-satunya cara untuk mengucapkan "hai" ketika mengunjungi kampung halamanku, tapi aku minta maaf karena datang tanpa ijin."

"Jika diingat-ingat, aku telah menguncinya."

"Jangan khawathir, aku sangat berbakat. Kunci semacam itu hanya memakan enam puluh detik untuk terbuka."

Hatsune menggembungkan dadanya dengan bangga. Di samping wajah kekanakannya, dia begitu bersemangat. Lalu dia mengambil tasnya di atas lantai tatami.

Jari-jari kecil dan mudanya mengeluarkan jepit rambut yang telah dengan sengaja direnggangkan menjadi bentuk seperti jarum-jarum.

"Berarti kamu menggunakan benda itu untuk membuka kunci pintu masuk..."

"Itulah bagaimana aku membuka pintu dan masuk."

"Lalu seseorang yang membersihkan rumah juga—"

"Aku menyadari rumah ini sedikit kotor, jadi aku membantu bersih-bersih."

"Aku memikirkannya. Terima kasih. Tapi kau tahu kamu saat ini ditangkap karena masuk tanpa ijin, bukan?"

"Kamu ya, Onii-sama. Aku sama seperti seorang adik bagimu. Masuk tanpa ijin tidak ada sangkut pautnya sama keluarga!"

"Aku tidak akan menyangkal tentang itu. Ini termasuk untuk menilai keputusan."

"Hah, benarkah?"

"...Permisi, Masatsugu-kun dan Tachibana-san."

Bantahan tenang Masatsugu telah diambil Hatsune lagi dengan terkejut. Datang menuju altar yang tanpa menyadari sesuatu lebih dulu, Taisei mengganggu mereka.

Taisei pastinya datang untuk meninjau situasi setelah mendengar suara pembicaraan.

Dia mengatakan dengan tegas, "Matahari akan segera terbenam di sini jika drama komedi kalian masih berlanjut tanpa adanya seorang laki-laki yang meluruskan suasana."

Setidaknya, ini adalah pertemuan di antara Tachibana Hatsune dan Masatsugu—Lebih tepatnya, pertemuan mereka.

Bagian 2

Di awal bulan Oktober, SMA Rinzai memperoleh murid pindahan baru yang datang dari ibu kota Tokyo.

Dia terlihat rapih dan manis sementara ramah dan bersemangat, berkelakuan sopan dengan tidak berdosa dan murni. Layaknya kecantikan tiada taranya yang seseorang dapat gunakan setiap berkaitan dengan penuh bunga muslihat untuk menggambarkan dirinya—Gadis cantik yang pada kenyataannya dicintai oleh semua orang di sekolah.

Dewi baru dari lingkungan keluarga yang memiliki nama Tachibana yang dipasangkan dengan pemberian nama Hatsune.

Menurut yang dikatakan, dia adalah gadis yang dibesarkan dari klan Tachibana, sebuah keluarga samurai bermatabat yang secara wajar dikenal di Kota Suruga, dan mengabdi di istana kerajaan di Tokyo untuk mempelajari berbagai macam tata krama...

"Semua orang membicarakan tentangku seperti ini! Ini benar-benar bermasalah. Tanggapan seperti itu cuma mendapatkan enam per tujuh yang benar!"

"Dengan kata lain, mereka mendapati 85% akurat? Aku pikir gambaranmu terlalu tinggi."

Meski mengatakan dia merasa bermasalah, Hatsune nampak benar-benar senang. Ketika Masatsugu mencoba untuk memperingatkan Hatsune, Taisei juga mengangguk di sebelah dan setuju, "Jika seorang gadis memastikan gambaran ini benar-benar ada, dia harusnya menjadi idola negara sejak dulu."

"Sheesh. Onii-sama dan Taisei-san, kalian terlalu terobsesi dengan angka!"

Diejek oleh Masatsugu dan Taisei, Hatsune mengeluh dengan tidak senang.

Selama waktu makan siang, ketiganya membawa bekal mereka di kantin. Hari berikutnya setelah mengunjungi rumah Masatsugu, Hatsune dipindahkan ke SMA Rinzai.

Sebagai kelas satu, Hatsune adalah adik kelas yang mempunyai hubungan keluarga dengan Masatsugu di kelas dua.

Sementara menyantap makanan kesukaannya setiap hari, daging potong, Taisei mengatakan, "Biar aku tebak. Semuanya bertindak berlebihan untuk melukiskan tentang 'nona keturunan terhormat yang sering mampir ke istana kerajaan' dan membangkitkan fantasi mereka padamu, sehingga menghasilkan ilusi idola sekolah."

"Ta-Taisei-san, kadang-kadang kamu benar-benar berbicara tanpa kelembutan..."

"Sudahlah, Hatsune. Taisei tidak bermaksud jahat, dia cuma suka menganalisa hal-hal seperti ini. Semua yang dia lakukan adalah membagi pendapatnya."

Setelah menawarkan kata-kata perdamaian yang tidak sesuai dengan situasi, Masatsugu mengambil bola nasi[1] dan memakannya sedikit.

Dia membeli bola nasi yang diawetkan di toko camilan. Ini adalah seluruh makan siangnya. Dia sebenarnya bukan orang yang makannya sedikit, dia memiliki kebiasaan aneh di mana ia merasa gelisah kecuali kalau dia memakan camilan yang hanya membuatnya terisi 60%.

"Ketika kau menyebutkan kualitas seperti 'rapih,' 'manis,' atau 'ramah dan bersemangat,' aku percaya itu akan cocok dengan menyatakan dirimu 85% akurat."

"Benarkah!? Aku sangat senang, Onii-sama!"

"Seperti untuk berkelakuan baik atau menjadi idola sekolah, aku mengatakan ayo lupakan tentang itu..."

"Ka-Kamu harusnya menjaga tanggapan itu untuk dirimu sendiri, Onii-sama!"

Berganti-ganti melewati kesenangan dan putus asa. Hatsune membawa makan siang yang berisikan tuna segar di atas alas nasi sushi, lalapan ganggang laut, udon mini, juga daging dan kentang rebus.

Ini benar-benar nafsu yang tinggi untuk seorang gadis. Normalnya, Hatsune bukan serigala yang meminta makanannya seperti laki-laki yang tidak beradab.

Tersenyum dengan penuh kegembiraan, dia dengan hati-hati mencicipi setiap hidangan.

Ini jelas pada tatapan kalau dia dengan sungguh-sungguh menikmati waktu makannya.

"Namun, keluargamu memiliki status yang luar biasa sejak kau bisa mendapatkan hak memasuki istana kerajaan."

"Ini adalah pertama kaliku mendengar tentang itu juga. Sebelumnya, aku hanya tahu kalau leluhur kita adalah samurai dengan melayani langsung dari shogunate."

"Klan kami terus menanggung status kosong tanpa kekayaan. Sayangnya, kami dihargai hanya untuk kemampuan dan keberanian kami, yang memperbolehkan kami berhadapan dengan golongan atas."

Dalam lebih waktu belakangan ini, tidak ada seseorang yang lebih terkenal sebagai contoh samurai dengan melayani rakyat golongan atas dari Yamaoka Tetsushuu.

Ahli pendekar pedang dan penulis kaligrafi yang terkenal, dia melayani di era Bakumaysu sebagai budak shogunate kemudian menjadi seorang pelayan keluarga kerajaan setelah pembangunan kembali Meiji. Klan Tachibana seharusnya memiliki seseorang dengan keberanian yang sama.

"Ayahku memperingatkanku menjadi gadis sopan, dengan mempelajari etiket dan bagaimana untuk akrab dengan rakyat golongan atas, seperti pekerjaan paruh waktu sepulang sekolah."

Kenyataannya, Hatsune menggunakan sumpit saat makan adalah benar-benar manis.

Duduk di atas kursi kantin, sikapnya sungguh tegak lurus. Meskipun dia sangat baik dan gadis yang mudah diajak bicara, sikap dan ketenangannya ditandai pada didikan hebat.

"Dan seperti yang diperkirakan, kalau rumor berbalik menjadi terhubung untuk bagaimana kau menerima perlakuan spesial, Hatsune-san?"

"Uh, pada dasarnya seragam Hatsune-san."

"Apa itu tidak boleh? Gaya kuno seragam wanita ini diijinkan di seluruh Tokyo. Tidak mungkin dalam peraturan sekolah akan melarangnya."

Sebelumnya, Hatsune berpakaian dengan gaya lampau seperti di manga Haikara-san.

Kombinasi meisen kimono ini dengan hakama adalah murid perempuan yang nampak pernah berada di Perang Dunia Kedua.

"Terdapat gelombang mode lama di sana baru-baru ini dan aku menyukainya langsung setelah mencobanya."

"Sayangnya, mengakui ini sebagai seragam yang diubah itu tidak secara resmi diakui. Namun, sekolah diam-diam memberikan persetujuan sejak mereka tidak menegurmu, Hatsune-san."

Lima hari sudah berlalu semenjak kepindahan Hatsune, jadi alasan dia tidak mempunyai seragam tidak lagi dibenarkan. Taisei lanjutnya.

"Selama waktu yang sial di bulan Oktober ini, mungkinkah alasanmu untuk pindah kesini dari ibu kota berhubungan pada 'orang penting' yang datang ke Suruga?"

Hatsune gemetar. Terlihat seperti firasat Taisei tepat sehingga Masatsugu menanyakan temannya, "Siapa yang mau kau temui?"

"Mengenai kabar, putri keluarga kerajaan—Shiori-sama, putri bangsawan Kediaman Fujinomiya—akhir-akhir ini meninggalkan ibu kota untuk datang ke kampung halaman ayahnya di Suruga."

"Putri Kediaman Fujinomiya...?" Masatsugu bertanya, memiringkan kepalanya dengan bingung pada nama yang tak dikenal. "Benar, terpisah dari Kaisar saat ini—Yang Mulia Teruhime—aku belum pernah mendengar nama orang lain di keluarga kerajaan."

"Anggota keluarga raja di negara-negara tertentu akan mengambil bagian dalam peristiwa umum atau kejadian diplomatik, tapi kelihatannya berbeda di Jepang."

Karena perjanjian tertentu, Masatsugu sedikit tidak mengerti dengan apa yang akan dianggap ilmu pengetahuan. Menyadari ini dengan baik, Taisei dengan sabar diberitahu secara rinci.

"Namanya dan informasi mengenai dirinya telah diberitahukan menuju khalayak pada beberapa tingkat, tapi tidak ada foto. Media juga dilarang dari melaporkan tentangnya dalam cara yang sama seperti yang mereka lakukan pada orang-orang terkenal, jadi polisi menjaga kerahasiaan secara hati-hati."

Sebelum Perang Dunia Kedua, dulu ketika Jepang masih "Kerajaan Besar Jepang," keluarga biasa pun akan memotret/melukiskan[2] orang kalangan atas, tetapi sekarang situasinya benar-benar dilindungi.

Setelah kekalahan mereka di perang, Jepang mengalami perubahan yang sangat besar.

Jepang awalnya berganti menjadi Kerajaan Jepang, negara yang memuja dewa binatang suci seperti Raja Tenryuu sebagai dewa penjaga mereka.

Pada saat sekarang, Kekaisaran—pendeta wanita yang secara beruntung bertemu dengan Raja Tenryuu—yang merupakan penguasa negara Jepang.

"Shiori-sama sudah menjadi pelajar luar negeri di Romawi sampai baru-baru ini, jadi itu mungkin salah satu alasannya. Selain itu, ini yang disebut pelajar luar negeri sebenarnya lebih dekat dengan sandera."

"Alat penghubung diplomatik, dengan kata lain."

"Mungkin bosan dengan hidup seperti itu yang penuh kebencian dalam politik, dia berharap menghabiskan hidupnya di suatu tempat yang damai... Inilah apa yang aku dengar secara tak sengaja."

Ayah Taisei yang bekerja di perwakilan berita, seperti anaknya, Taisei akan bekerja paruh waktu di sana kapanpun ada waktu luang di pekerjaan OSIS. Dia sering menanyakan informasi orang dalam di rumah atau di tempat kerja.

Sementara itu, Hatsune berdeham sedikit dan mengatakan, "Ahem, kalau begitu, alasan kenapa aku datang kembali adalah rahasia besar. Onii-sama, bisakah kalian tidak memulai rumor aneh, oke? Ya!"

Idola sekolah sederhananya memperingati Masatsugu dengan ekspresi dingin tanpa terganggu untuk menyangkal apapun, dengan jelas.

Beberapa hari telah berlalu. Rumor tentang putri misterius Fujinomiya Shiori menjadi perbincangan di kota. Hanya seperti Taisei katakan, tak terhitung orang yang membahas informasi tentangnya.

Putri yang kembali dari Romawi Timur akan datang ke kampung halaman leluhurnya di Kota Suruga—

Masatsugu juga mendengar gadis-gadis di kelasnya membicarakan cerita "Kembalinya sang Putri".

Namun, semuanya masih belum mengetahui apapun mengenai masa lalu Shiori.

Ada kekurangan penyebaran informasi... Cuma fakta yang paling banyak, bahwa dia adalah putri, yang berumur enam belas tahun sekarang, sementara ibunya adalah adik perempuan Kaisar kedua.

"Hatsune, putri semacam apa dia?"

Sepulang sekolah, Masatsugu menanyakan saudaranya yang kebetulan arah pulangnya sama dengannya.

Masatsugu tinggal di asrama laki-laki dua puluh menit jauhnya dari sekolah dengan berjalan kaki. Hatsune juga tinggal di asrama perempuan di daerah yang sama.

Ayahnya, Tachibana Genzou, saat ini masih di Tokyo.

Tempat kerjanya berada di penginapan kerajaan Kediaman Fujinomiya—Dengan kata lain, Hatsune di sini bekerja sendiri.

"Putri yang sangat cantik dan juga pintar... Tunggu, kenapa menanyakan tentang ini, Onii-sama? Ini bukan seperti aku punya kesempatan dekat secara khusus pada orang seperti dia."

Menyadari sepupu jauhnya membuat mulutnya tergelincir, Masatsugu tertegun.

"Taisei menebak kalau kau datang kembali untuk melayani sebagai pelayan pribadi dan menyertai kehidupan sehari-harinya, apa itu benar?"

"La la la! Aku tidak bisa mendengarmu. Onii-sama! Ayo bicarakan sesuatu yang lain!"

Seperti yang diduga, kenaifan Hatsune tidak sangat bagus pada hal-hal yang disembunyikan. Dia memaksa mengganti pembicaraan.

"Apa toko permen tua itu masih ada, seseorang yang kita biasa kunjungi? Ingin melihatnya sekarang?"

"Toko permen ya..."

"Apa ada keperluan? Atau kamu tidak bisa ingat?"

"Sebenarnya, aku tidak bisa ingat sama sekali."

"Sheesh, Onii-sama. Jadi kamu lupa melebihi daripadaku."

"Kau benar. Biarkan aku jujur denganmu. Aku kehilangan ingatan dua tahun lalu, jadi aku tidak bisa ingat apapun sebelum itu sama sekali."

"Hah?"

Pengakuan tiba-tiba Masatsugu membuat Hatsune terkejut. Dia melanjutkan dengan tidak terganggu.

"Mereka mengatakan kalau aku jatuh dari tangga dan memiliki gegar otak hebat, yang hasilnya amnesia."

"La-Lalu tentang keluargamu—"

"Aku melupakan mereka juga. Sayangnya, aku masih tahu bagaimana mereka berkat foto di altar."

Setelah hilangnya ingatan Masatsugu, sanak saudara dekatnya mencarinya.

Pada awalnya, Masatsugu tanpa petunjuk menghabiskan hari dalam keadaan linglung. Sanak saudaranya memberitahunya tentang "Tachibana Masatsugu adalah orang seperti apa" dan mengajarinya kemampuan dasar hidup.

Ini semua berkat kebaikan sanak saudaranya kalau dia sekarang bisa manjalani kehidupan sekolah.

Amnesia tidak terasa begitu bermasalah, tetapi dia sebaiknya mengingat dengan baik hal-hal tentang keluarganya sendiri paling tidak... Selalu, pikiran ini mendiami pikiran Masatsugu.

Kebingungan untuk sesaat, Hatsune kemudian dengan lembut mengangguk dan mengatakan, "Aku mengerti... Jadi itulah kenapa ayahku mengatakan begitu."

"Apa yang ayahmu katakan?"

"Beberapa hari lalu, dia menelponku dan mengatakan kalau dia akan datang ke Suruga segera untuk menjelaskan sesuatu yang penting tentangmu, Masatsugu-oniisama."

Ayah Hatsune bekerja sebagai sesuatu seperti pelayan di rumah Fujinomiya.

Masatsugu belum pernah bertemu dengannya. Lebih tepatnya, Masatsugu tidak bertemu dengannya selama dua tahun terakhir. Mungkin ayah Hatsune mendengar sesuatu tentangnya dari saudara lain—Seolah Masatsugu yang pemikirannya semakin tenggelam...

Hatsune tiba-tiba berbisik, "Pu-Putri? Kenapa kamu di sekolah?"

Masatsugu mengikuti tatapan Hatsune. Mereka di dekat gerbang sekolah dan seorang gadis masuk dari luar.

Kemungkinan bukan penduduk asli Jepang yang memberikannya mata biru dan rambut berwarna putih cerah, gadis yang benar-benar cantik sekali. Berjalan dengan anggun, dia menghampiri mereka berdua dengan jelas.

"Apa kau kenal gadis itu, Hatsune?"

"Be-Berhenti bicara gak sopan! Dia Shiori-sama, putri yang aku layani dengan kata lain. Kita harus menyambutnya dengan baik!"

"Apa?"

Gadis itu dengan rambut yang bercahaya tersenyum dengan ramah pada Masatsugu yang bingung dan Hatsune yang panik.

Putri bangsawan Kerajaan Jepang, Fujinomiya Shiori. Namun, gadis ini memiliki rambut pirang putih bercahaya yang dimiliki pada orang Jepang terdahulu—

Oleh karena itu, Masatsugu menyadari sesuatu yang janggal.

Untuk suatu alasan, putri mengenakan seragam perempuan SMA Rinzai.

Hatsune buru-buru menuju sebelah putri sebelum Masatsugu dapat menemukan jawaban. Nona dan kepribadian gadis sopannya tertarik dalam bisikan.

"Aku minta maaf, Onii-sama, tapi ada suatu keperluan dan aku harus pergi sekarang!" Hatsune meminta ucapan selamat tinggal secara semangat.

Si cantik berambut pirang putih cerah di sampingnya mengangguk dengan sopan pada Masatsugu sebelum keberangkatannya. Dan dengan normal, Hatsune mengikutinya.

Keduanya pergi kearah bangunan sekolah SMA Rinzai.

Bagian 3

Berita sesampainya putri kerajaan menyebar melalui jalan sekitar Suruga seperti kilat.

Karakter yang dikabarkan akhirnya muncul. Oleh sebab itu, tujuan kunjungannya bukanlah untuk jalan-jalan.

"Aku mungkin dipanggil kembali ke istana suatu hari... Tapi secara pribadi, aku berharap membuat tempat ini menjadi tempat tinggalku untuk waktu yang lama."

Dia pindah di sini untuk menetap daripada tinggal selama waktu yang singkat.

Ini adalah pernyataan umum yang Putri Fujinomiya Shiori keluarkan selama wawancara dengan stasiun televisi lokal.

Hal ini biasanya untuk anggota kerajaan yang menjauhkan diri dari khalayak demi menghindari resiko tak berguna—Kecuali satu-satunya yang memegang jabatan Kaisar wanita yang berdiri sebagai sosok ibu negara.

Tapi saat ini, Shiori muncul di depan media secara langsung.

Hari itu juga dia tiba di Suruga, dia terliput pada program berita televisi lokal yang tidak tersiar ke seluruh negara, membagi penampilannya dengan pembawa berita, seorang wanita berusia tiga puluh yang masih terlihat muda.

Ini satu demi satu mengambil tempat di kamar hotel.

Jurnalis wanita itu menanyakan kenapa dia datang ke Suruga setelah mengakhiri masa belajarnya di Kerajaan Romawi Kuno sebagai murid luar negeri.

"Aku diundang oleh Romawi ketika berusia dua belas tahun dan mempelajari banyak hal di sana... Namun, seseorang akan sulit menyebutnya kehidupan murid biasa. Aku berharap mendaftar di SMA di suatu tempat yang tenang dan damai, untuk memperoleh semacam pengalaman sosial."

Wawancara ditayangkan sekitar pukul 6 malam dan mengumpulkan para penonton yang terbagi sampai 60% di dalam negara Suruga yang lebih besar. Selama acara tersebut, jurnalis wanita itu secara gugup menyelenggarakan wawancara dengan cemas.

"Dan tempat yang kamu pilih untuk ini adalah—"

"Benar, Suruga adalah kampung halaman mendiang ayahku. Aku memutuskan untuk pindah ke Suruga setelah kembali ke Jepang karena ingin memulai kehidupan baru di sini. Mungkin menyebabkan gangguan pada para warga, dalam hal aku mengharapkan permintaan maaf untuk semuanya sebelumnya."


"Yang Mulia, bolehkah aku menanyakan tentang rambutmu...?"

"Sebenarnya, rambutku tidak disemir."

Putri Shiori memiliki kepala dengan rambut pirang putih cerah. Terdapat kecantikan misterius pada warna rambutnya, seseorang yang tidak termasuk dari keturunan Jepang asli.

"Sebagian besar orang sudah tahu... Kaisar wanita pertama, Yang Mulia Himiko, memanggil roh suci Raja Tenryuu untuk memilikinya. Sementara dalam keadaan perkawinan terpisah, dia memberikan kelahiran putri kembar, yang masing-masing adalah Kaisar wanita Toyo-sama dan ibuku. Yang Mulia Fujinomiya—"

Cerita singkat ini serupa untuk kelahiran perawan messiah, Jesus Crist, dari Mary, Ibu Dewa.

Pendeta-pendeta wanita melayani Raja Tenryuu dan semua binatang suci lainnya yang akan menghasilkan keturunan melewati pembiakan tanpa perkawinan menggunakan energi spiritual partner mereka.

Putri Shiori menyisir rambutnya dengan lembut dan memasang senyum sedikit bermasalah.

"Keluarga kerajaan dari berbagai negara memuja binatang suci yang seluruhnya lahir dengan cara yang sama. Sesuatu yang janggal dari garis keturunan tersebut adalah kalau hanya gadis-gadis yang mengandung. Ada juga sebuah fenomena yang tak seorang pun dapat mengerti... Setiap saat dan di waktu itu, anak-anak sepertiku lahir."

"Bisakah kamu menjelaskan apa maksudmu?"

"Rambutku identik dengan wakna kakekku, bukankah kamu setuju? "

Raja Tenryuu adalah naga putih cerah raksasa yang sekujur tubuhnya bersinar dengan kilauan yang sama seperti rambut Shiori.

Jurnalis wanita itu memahami maksud dan mengangguk dengan penuh antusias. "Dengan kata lain, Shiori-sama, ada fakta kemiripan kuat antara kamu dan kakekmu... Benarkah begitu?"

"Fufufufu, aku memikirkan itu akan jadi satu-satunya cara menjelaskannya."

Wawancara berjalan sekitar setengah jam.

Selama waktu ini, putri menanggapi dengan lancar, mengungkapkan pendapatnya dengan jelas. Selanjutnya, dia menyisakan senyuman yang luwes setiap kali, secara utuh mempertunjukan karakter bangsawan seorang putri.

...Penayangan acara itu menyebabkan pengaruh besar.

Mulai hari berikutnya, popularitas Putri Fujinomiya Shiori meningkat secara drastis di antara seluk beluk Suruga.

"Aku menebak dia tidak melakukannya secara sengaja, tapi ini pastinya sangat efektif."

Teman baik Masatsugu, Okonogi Taisei juga terkesan dan mengatakan, "Putri menerima wawancara televisi tadi sebagai rumor tentangnya adalah hobi. Menggunakan kata-katanya sendiri, dia dengan sempurna menjelaskan alasannya untuk datang ke Suruga. Ini sudah cukup menanamkan pada orang lain gambaran 'anak muda yang belum dapat dipercayai'. Lagi pula, sebagai nona pirang yang cantik, dia sudah membuat pengaruh yang besar."

"Pastinya," Masatsugu setuju. Hanya dalam beberapa hari yang singkat, Fujinomiya Shiori menanjak dari "putri yang tidak dikenal" menjadi "putri lokal yang dikenal pada setiap rakyat Kota Suruga."

"Jika ini disengaja, dia akan menjadi dalang yang sangat hebat."

"Hahahaha, aku meragukannya. Semuanya bersimpati dengan putri yang dikirim ke Romawi sebagai sandera, jadi mereka secara wajar berpendapat seperti itu. Dia sudah mendapatkan dukungan kuat dari para tetua. Dan generasi yang lebih muda juga—"

Setidaknya di SMA Rinzai di mana Masatsugu belajar, Shiori menguasai kepopularitas.

Putri menyatakan dengan jelas kalau dia ingin mendaftar di SMA di Suruga. SMA Rinzai diperkirakan menjadi di mana dia akan dipindahkan.

Yang paling mengejutkan, dia ingin pindah kedalam asrama murid.

Di hari jumat ketika hampir kedatangannya Putri Shiori, Masatsugu dimintai oleh saudara jauhnya.

"Normalnya, kita tidak bisa membiarkan putri tinggal di asrama biasa."

Hatsune akhirnya mengaku pada Masatsugu kalau dia adalah "putri yang berkepribadian sopan."

Menggunakan waktu di awal pagi sebelum pergi ke sekolah, mereka berbicara di area asrama.

Itulah kenapa kita meminta sekolah untuk menyediakan bangunan asrama yang tidak digunakan. Mulai malam ini, putri dan aku akan tetap tinggal di sini.

"Benar, jadi itulah kenapa ada pekerja yang mengubah tempat itu tadi..."

Masatsugu dan Hatsune berdiri di depan "Asrama Teratai Hitam" yang ditentukan secara terpisah untuk putri.

Dengan berkurangnya para penghuni, tempat itu tidak digunakan selama lima tahun lalu. Berkat kecepatan pembangunan ulang, penampilan luarnya menjadi benar-benar modern.

Selain itu, di hari lusa ketika putri menunjukkan diri di depan Masatsugu.

Malam itu, wawancara muncul di televisi. Hari berikutnya, Yang Mulia Shiori mengunjungi balai kota untuk bertemu dengan wali kota Suruga.

Hari jumat ini dan putri akan mulai menghadiri kelas di hari Minggu berikutnya.

Masatsugu merasa terkesima dengan jadwal efisien putri.

Hatsune mengatakan padanya, "Ngomong-ngomong, Onii-sama, apa kamu mau menemaniku sepulang sekolah hari ini?"

"Boleh... Tapi apa alasannya?"

Sepulang sekolah hari ini akan jadi bagian akhir pekan yang berharga, yang termasuk waktu setelah akhir kelas di hari Jumat juga Sabtu dan Minggu.

Sebagaimana mungkin, Masatsugu tidak memiliki perjanjian sebelumnya untuk pergi, jadi dia langsung menyetujui permintaan Hatsune.

Namun, Hatsune meneruskan untuk mengejutkannya dengan apa yang dia katakan selanjutnya. "Putri memanggilmu, Onii-sama."

"Aku? Dipanggil oleh putri?"

Tidak pernah dalam mimpi anehnya kalau ia memperkirakan Hatsune untuk memintanya untuk dipanggil oleh putri.

Ketika Hatsune menunjukan lokasi untuk pertemuan mereka, Masatsugu menjadi lebih putus asa.

"Benteng pertahanan di Nihondaira...?"

Kebingungan Masatsugu berada pada batasnya. Dia tidak tahu kenapa ia diminta pergi ke tempat semacam itu.

Pergi ke timur dengan mobil dari SMA Rinzai akan mencapai bentuk pegunungan dari Gunung Udo dan perbatasan Gunung Kunou. Wilayah di sekitar puncak Gunung Udo dikenal sebagai "Nihondaira," dataran tertinggi di wilayahnya.

Benteng pertahanan yang bertempat di sana—yakni markas militer Suruga.

Selain itu, ini bukan markas biasa. Melayani sebagai "penjaga istana"[3] untuk menjaga benteng pertahanan adalah pekerjaan Chevalier.

Jadi yang disebut Chevalier adalah seseorang dengan kemampuan khusus untuk memanggil Legion kuat, pasukan raksasa bersayap. Mereka juga pemimpin di mana pasukan mereka akan bertarung di garis depan.

Bertarung pada kepentingan miiter dan negara mereka, mereka mengambil resiko dan tanggung jawab yang tak terhitung.

Karena itu, para Chevalier diterima dengan segala macam perlakuan hak istimewa. Mereka menghormati pahlawan-pahlawan di dalam militer dan pasukan kelas tinggi di atas rantai perintah. Mereka yang mencapai peringkat Chevalier akan menerima penghasilan yang melimpah dan diperlakukan sebagai bangsawan di masyarakat.

Benar, benteng-benteng pertahanan merupakan benteng di mana Chevalier dan Legion beroperasi.

... Demikianlah , dimulainya hari ketika kehidupan Tachibana Masatsugu berubah secara drastis.

Bagian 4

Di atas kapal Tintagel, Tipe 27 Kelas A penghancur...

Ini adalah kapal militer yang baru dibentuk yang datang di bawah pimpinannya dua bulan lalu.

Kapal itu memiliki panjang 183m dan memuat berat 15 ribu ton. Bagian tubuh efisiennya dihasilkan dari pemasangan bentuk secara rahasia. Sistem kendali senjata anti udara, Evil Eye, terhubung padanya melalui gelombang dan kendali spiritual. Menanamlan cairan reaktor yang menggunakan cairan ectoplasmic[4] buatan yang tidak hanya dijalankan sebagai sumber kekuatan tetapi juga memungkinkan menggunakan kekuatan mistik dasar untuk menyebarkan pasukan besar bersayap yang adalah Legion.

Denga n kata lain, kegunaan kapal ini akan membuatnya mengangkut senjata utama dari era modern, yaitu Legion.

Kapal ini dinamai Tintagel dan memasuki armada Timur Jauh dari Angkatan Kerajaan Inggris—

"Selamat pagi, nona. Bagaimana kabarmu hari ini?" kata Tuan Grayson, sang kapten kapal.

Gadis itu—roh spiritualnya menopang dirinya, roh sihir Morrigan—membalas dengan memancarkan gelombang spiritual.

(Selamat pagi... Kapten. Status... Baik. memulai kepemilikan.)

Morrigan memancarkan gelombang spiritual untuk membalas pada kapten, Tuan Grayson.

Mengemban peringkat letnan kolonel, Tuan Grayson adalah pria yang sudah tua. Namun, balasan penundaannya tidak menahan dari pendengaran yang buruk.

Manusia tanpa kecerdasan spiritual memiliki kesulitan mendengar kandungan gelombang spiritual.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Morrigan memulai proses kepemilikan.

Apa yang dia miliki adalah boneka yang biasa dia gunakan. Duduk di atas kursi yang berayun-ayun dalam ruangan operasi pertama Tintagel merupakan boneka dari gadis muda, sekitar 150cm tingginya—

Penampilan boneka itu adalah gadis berusia dua belas atau tiga belas tahun, dengan rambut pirang sedikit berombak yang mencapai panjang bahu.

Boneka ini sangat menawan meskipun kulit pucat berlebihannya terbuat dari kaca kuat sementara mata birunya terpecah belah. Kuku merah mudanya diwarnai menggunakan cat yang diambil dari Nitidotellina nitidula, sejenis kerang.

Kulitnya tidak hanya membuat suara ketika digunakan sedikit tetapi juga mempunyai pembuluh darah yang tersembunyi di belakangnya.

Plastik pembuluh darah menyebar keseluruh tubuh, dan dipenuhi dengan darah biru, cairan ectoplasmic yang juga melayani untuk kekuatan Legion. Morrigan menanamkan cairan dengan bagian rohnya.

(Membagi roh, kepemilikan.. berhasil. Membangun sementara.)

Darah biru di dalam pembuluh darah boneka itu mulai mengalir.

Cairan ectoplasmic buatan, yang juga dapat digunakan untuk bahan bakar sistem pembangkit kekuatan fluida, memungkinkan keajaiban terjadi dalam boneka kecil ini, berubah menjadi sosok Morrigan.

...Memiliki kepemilikan boneka, Morrigan perlahan duduk secara lurus.

Awalannya rumit dalam susunan, kulit kacanya sekarang selembut daging seorang gadis.

Namun, menggabungkan pergerakan dengan roda gigi dan engkol yang tersisa sebagai konsep mekanik, menghasilkan suara pergesekan ketika mereka bergerak. Pembuluh-pembuluh itu dipenuhi dengan cairan ectoplasmic biru dan roda gigi yang bisa ditemukan di setiap bagian tubuh, menandakan kalau ini adalah kehidupan sementara yang paling banyak.

Boneka tersebut berpakaian dengan setelan pelaut dengan rok dan topi baret (peci).

Menggunakan bola mata kacanya yang dilengkapi dengan pandangan, Morrigan menatap pada Tuan Grayson.

Tuan Grayson adalah pria berambut putih tipis juga petugas angkatan laut yang memberikan gambaran orang yang "benar-benar keren."

"Sudah lama sekali... Terakhir kali kita bertemu dalam pembicaraan seperti ini, Letnan Kolonel."

"Salam hangat, nona. Boleh aku mengganggu, tapi aku datang untuk melaporkan padamu dari orang keren yang istimewa yang berharap bertemu denganmu. Mulai sekarang, tubuhmu akan ditempatkan di bawah perintahnya."

Tuan Grayson selalu memperlakukan Morrigan dengan penuh kehormatan.

Duduk di atas kursi yang berayun, Morrigan mengangguk dengan pengakuan pemberitahuannya, mengeluarkan bunyi suara dari tulang sendi lehernya.

Tuan Grayson membawa Morrigan menuju dek kapal.

Di atas Tintagel penghancur, terdapat sebuah penghubung di tengah yang berbentuk seperti "menara." Keduanya pergi kebelakang menara.

"Terima kasih untuk kesabaranmu, Pangeran."

Tuan Grayson memanggil sosok yang berdiri di ujung dek.

Dia berhati-hati melintasi permukaan Samudera Pasifik.

Tintagel saat ini melayari dalam perairan Jepang—Di luar pesisir pantai Semenanjung Shima, bagian depan barat. Melanjutkan terus pelayaran ini, akan mencapai Enshunada, Omaezaki dan Teluk Suruga.

Wilayah udara dan perairan Jepang diawasi oleh binatang suci Raja Tenryuu dan naga-naga laut serta wyvern yang melayani dia.

Mendekati ke panti pesisir akan beresiko yang pada akhirnya terdeteksi, tapi Morrigan menggunakan kendali spiritual untuk mengerahkan secara sembunyi-sembunyi pada seluruh kapal.

"Tolong ijinkan aku untuk memperkenalkan Morrigan, roh sihir kapal ini, Penampilannya sebagai gadis imut yang mempercayakan keberaniannya dengan mengalahkan bajak laut denganku di Samudera Indian."

"Jadi dia seseorang yang kau angkat secara khusus untuk melayaniku..."

Pangeran yang berbalik untuk berbicara adalah laki-laki yang usianya dua puluh tahun.

Pemuda itu memiliki rambut perak dengan wajah tampan—Tidak, seseorang semestinya memanggilnya contoh yang tampan dari laki-laki tampan. Tidak hanya ciri-ciri wajah kerennya, tapi juga ekspresinya bertambah dengan ambisi yang sangat mengejutkan dan membangkitkan rasa hormat.

"Lalu dalam hal itu, aku memperkirakan prajurit berpengalaman... Namun, karena kita tidak berada di Istana Buckingham atau medan perang Aquitaine, aku sedikit tidak nyaman dipanggil sebagai 'Pangeran.'"

Laki-laki tampan itu dipanggil sebagai petugas militer seperti Tuan Grayson.

Seragam militernya terdiri dari kemeja putih, dasi dan sepasang celana panjang hitam. Namun, pangeran juga mengenakan jas dan mantel hitam sebagai tambahan.

Selanjutnya, ada sebuah pedang panjang menggantung di pinggangnya. Ini hampir seperti seragam militer untuk saat resmi.

Dengan sempurna dalam pakaian megah ini, laki-laki tampan itu memikirkan untuk sebentar sebelum berbicara.

ChronicleLegion 01 BW03.jpg

"Morrigan, panggil saja aku Tuan Kesatria Hitam."

"Diterima, Tuan Kesatria Hitam."

Setelah menjawab, Morrigan memancarkan gelombang spiritual.

Dia menghubungkan pikirannya menuju bidang ingatan Tintagel, penyimpana data, dan pencarian jaringan luasnya. Dia mencari julukan seperti "Pangeran" dan "Tuan Kesatria Hitam" juga orang yang mengemban kemiripan pada pemuda di depannya, tetapi menjadi sia-sia. Semua informasi telah disembunyikan.

"Sayangnya, identitas asliku masih rahasia."

Kesatria Hitam berambut biru tersenyum dengan senang. Dia merasakan gelombang spiritual Morrigan.

Ini berarti kalau dia menguasai spiritual atau seorang Chevalier—

"Aku mengerti... Kamu adalah kesatria, apa itu benar?"

"Tentu. Sebaliknya, kenapa aku memanggil diriku sendiri Kesatria Hitam?"

"Maafkan kelancanganku."

Mendengar Morrigan yang normal tapi dia tidak bagus dalam berbicara. Sebagai hasilnya, cara berbicaranya cenderung berombak.

"Tidak perlu sungkan. Aku saat ini ditugaskan sebagai pengawas, jadi tujuanku adalah melihat bagaimana kau dan awak kapalmu bertempur, juga iklim budaya Jepang."

Tuan Kesatria Hitam kemudian berbalik pada tentara lain.

"Grayson, sesuai dengan permintaanmu, aku menugaskan kembali dua Kesatria dari Yang Mulia Inggris untuk bergabung dengan kita di pemberitahuan singkat. Namanya, Stevie dan Lamps. Itu harusnya cukup untuk melancarkan operasi, benar?"

Morrigan mencari penyimpanan datanya lagi.

Kali ini, pencarian berhasil. Satu-satunya Kesatria dari Yang Mulia yang sesuai pada dua nama panggilan itu adalah Tuan Steven dan Tuan Lampard. Mereka berdua adalah pejuang pemberani yang diberikan Gelar Medali Great Cross.

Sebagai jawaban, Grayson tertawa dan mengatakan agak sinis, "Penghargaan yang hebat. Namun, aku mau memastikan satu hal. Dalam hal ini, aku hanya menyampaikan permintaan dari rekan-rekan kita di Jepang yang kembali pulang. Dengan tidak berarti aku membuat panggilan pribadi untuk—"

"Aku mengerti. Aku berbicara terlalu tidak berhati-hati."

"Sekarang kalau hal tidak sopan itu adalah melakukan perjanjian, aku tidak keberatan pada Yang Mulia mengambil bagian dalam pertempuran secara pribadi."

"Secara pribadi, aku mau melakukan itu juga, tapi ada banyak tuan-tuan yang kembali pulang yang suka ikut dalam kecaman rendah. Membuat seseorang tidak tunduk yang bergerak sebelum dengan resmi mengambil posisiku akan membuat pernyataan tanpa bukti mereka dariku yang 'ketinggalan jaman' atau 'dari jaman pertengahan'."

Tuan Kesatria Hitam tersenyum dengan miring.

"Mendapati dikuliahi setelah kenyataan akan menjadi benar-benar susah juga, jadi aku akan mundur pada kesempatan ini. Tentu saja, jika kita kebetulan bertemu Raja Caesar yang saat ini di Jepang, aku tidak akan peduli menahan kesusahan semacam itu."

"Dengan kata lain... Kau baik-baik saja dengan melayani sebagai ahli siasat untuk sekarang?"

"Ya. Itu tidak akan membuat mereka mengeluh."

"...Boleh aku, menanyakan sebuah pertanyaan?"

Morrigan terselipkan dalam permbicaraan antara Tuan Kesatria Hitam dan kapten.

"Mulai sekarang, menilai dari pembicaraan, kamu berperingkat lebih tinggi dari kedua Kesatria Yang Mulia dan Sir Grayson. Kamu juga memiliki ikatan yang mendalam untuk orang golongan atas yang menguasai negara kita..."

"Ya. Lagi pula—aku pemimpin masa depanmu," Tuan Pangeran Hitam membalas dengan sedikit tenang.

"Disetujui."

"Kalau begitu, Morrigan, mohon bantuannya sampai aku mengambil alih posisiku secara resmi. Bisa kamu menunjukkan petanya? "

Boneka Morrigan mengangguk, membuat suara pergesekan logam.

Dari penyimpanan data, dia memaparkan gambaran visual Jepang dan memproyeksikan mereka menuju udara menggunakan gelombang spiritual. Peta dua dimensi kepulauan Jepang muncul di depan Tuan Kesatria Hitam.

"Demi Gifu Fiefdom yang berpasangan dengan kita untuk bergerak di ibu kota kerajaan Tokyo, terdapat satu rute yang pastinya aman—Maka dari itu, Tōkaidō adalah target kita kali ini. Ada lima benteng pengawas dari antara titik Shizuoka dan Hakone... Hamamatsu, Kakegawa, Suruga, Fuji dan Nagahama, yang akan kita taklukan sekaligus."

Menunjuk pada lima lokasi di peta, dan memberikan perintah tempur.

"Karena masalah di Suruga, kita dipaksa untuk mempercepat operasi kita selama dua minggu, meski tidak ada persoalan terpisah dari itu. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, operasi akan berakhir dengan lancar."

Segera, mereka akan mendarat di Jepang dalam pertarungan menaklukan Tōkaidō.

Setelah Morrigan menggunakan pencarian spiritual untuk rincian yang tepat, langit di atas Tintagel dipenuhi dengan banyaknya gelombang aura.

"Jadi mereka berdua sudah tiba?"

Segera Tuan Kesatria Hitam berbicara, dua petugas datang untuk bergabung dengan Morrigan dan Grayson.

Mereka adalah seseorang yang melepaskan gelombang aura saat ini. Keduanya adalah pemuda yang berumur sekitar dua puluh. Mengenakan jas dan mantel dengan sebuah pedang di masing-masing mereka, mereka disebut sama seperti Tuan Kesatria Hitam.

Mereka merupakan dua Kesatria Yang Mulia yang Morrigan cari baru saja, Tuan Steven dan Tuan Lampard.

"Stevie dan Lamps, apa kalian siap untuk serangan mendadak?"

"Tentu, Kesatria Hitam."

"Menggunakan Gelar yang digunakan pada kami, kami akan memanggil pasukan untuk bertarung atas nama Yang Mulia."

Walaupun tidak menunjukkan keulungan mereka dengan sangat formal, mereka berbicara dengan rasa peduli yang sangat besar.

Perlahan menyentuh saku dadanya dari jas masing-masing mereka, kemudian membuka telapak tangan mereka. Medali berbentuk salib, bersinar dengan hebat, menampakkan saku mereka di luar dari udara tipis yang tidak memiliki apapun di sana sesaat lalu.

Ini adalah Medali Kesatria Great Cross.

Lambang suci untuk memanggil Legion utama Kerajaan Inggris, "Crusade."

Mengenakan medali salib pada dada mereka, Tuan Steven dan Tuan Lampard menengadah kearah langit. Aura memenuhi udara yang mulai untuk datang menjadi satuan pasukan.

Memancarkan gelombang spiritual, Morrigan dengan cepat menghitung sosok yang hadir.

Jumlahnya sembilan puluh empat. Masing-masing Legion berdiri sampai delapan meter tingginya dan dipenuhi perlengkapan dengan topeng putih dan pakaian seragam, bahkan armor. pasukan mengesankan yang pada kenyataannya seratus kali lebih kuat.

Senjata mereka adalah senapan yang dipasangkan dengan bayonet. Sayap-sayap berbulu menghiasi punggung mereka.

"Sangat mengesankan. Stevie akan menyerang Fuji sementara Lamps akan bergerak menuju benteng pengawas di Nagahama... Ngomong-ngomong, siapa yang bertanggung jawab untuk sebagian masalah Suruga?"

"Tuan Philneville. dia berada di Caerleon", bukan kapal ini," Morrigan menjawab pertanyaan Kesatria Hitam."

"Tuan Terry juga di kapal ini, ditugaskan untuk mengambil Hamamatsu sementara Tuan Ashley bertanggung jawab untuk Kanegawa. Ngomong-ngomong, Tuan Kesatria Hitam, boleh aku menanyakan pertanyaan lain?"

Menatap pada wajah tampan laki-laki tersebut, Morrigan bertanya, "Kamu menyebutkan sebelumnya, kamu tidak akan peduli mengambil bagian dalam pertempuran, jika Tuan Caesar muncul. Bagaimana caramu untuk melawan Tuan Caesar?"

"Sangat mudah, aku akan secara pribadi pergi ke garis depan dan berduel dengan pahlawan Romawi," Tuan Kesatria Hitam membanggakan diri dengan tanpa berpikir.

Di belakangnya, Legion hitam perlahan muncul.

Bentuknya sangat mirip pada Crusade kecuali bahwa seragam dan armornya semuanya hitam. Topeng pada wajahnya dan sayap dibelakangnya juga hitam.

Legion ini adalah alasan yang tepat mengapa dia menyebut dirinya sebagai "Tuan Kesatria Hitam."

"Beberapa jenderal juga dapat menandinginya di medan pertempuran. Sayangnya, aku seseorang pengecualian yang langka, oleh sebab itu akan benar-benar mendatangkan perkembangan yang aku harapkan."

Dengan perintah pasukan besar bersayap yang bukan Crusade, bangsawan berambut perak bergumam.

Morrigan akhirnya mengerti identitas aslinya. Gelombang spiritual yang menghubungkan sepasang tuan dan pelayan hitam ini adalah jauh lebih kuat dari dua Kesatria Yang Mulia itu di sini—ratusan kali lebih kuat.

"Kalau begitu, harapanmu adalah perintahku... legatus legionis. Pahlawan O yang kembali dari dunia bawah di mana kematian berkumpul, roh sihir Morrigan, sumpah kesetiaan hamba pada kekuatan pasukanmu."

Pemimpin komandan, Chevalier sebenarnya—

Mendengarkan pada julukan yang amat besar, Tuan Kesatria Hitam tersenyum dengan bangga.

ChronicleLegion 01 Map3.jpg


Referensi

  1. aku pikir ini onigiri? tetapi berhubung dalam terjemahan zzhk memakai bahasa inggris, ya saya terjemahkan saja
  2. jika menghubungkan dengan jaman dulu, kemungkinan masih belum ada kamera dan orang-orang pencari berita akan melukiskan mereka sebagai pekerjaannya
  3. nama sebuah posisi dalam mengurus istana dan wilayah di sekitarnya pada kepentingan daimyo di masa lalu
  4. terdapat dua jenis pengertian umum tentang ectoplasmic, yang satu menunjuk pada biologi (sel buatan) dan satunya adalah berkaitan dengan spiritual, dan saya pikir istilah ini tidak mengarah pada unsur biologi melainkan energi spiritual seperti melihat roh atau hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan spiritual
Balik ke Prolog Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Chapter 2