Date A Live (Indonesia):Jilid 2 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2: Rainy Girl[edit]

Bagian 1[edit]

“Oh, Itsuka... eh? Kau kenapa?”

Pada pagi hari, Shidou sedang menyeret tungkainya yang terasa berat masuk ke dalam ruang kelas, kemudian dipanggil oleh Tonomachi dengan nada kebingungan.

Yah kalaupun bukan Tonomachi, melihat kondisi Shidou sekarang, siapapun akan mendapat kesan yang sama.

Baik muka ataupun tangannya, hampir seluruh tubuhnya terbalut perban, tambah lagi langkahnya yang begitu sempoyongan sampai kelihatannya ia dapat terjatuh...

“... aah, bukan hal penting.”

Shidou tersenyum kecut seraya berkata, lalu mengeluh pelan.

Di seberangnya, Tonomachi, sepertinya teringat akan sesuatu, menahan tawanya.

“Oh iya, aku sudah dengar net radio itu. Gila, menarik juga.”

Wajah Shidou berkedut mendengarnya.

“K-kau sudah mendengarnya? Itu...”

“Yup, aku sudah dengar sedikit sebelum berangkat dari rumah. Tapi... itu cuma lelucon kan? Menakutkan juga kalau itu serius.”

“Ah... hahaha... i-iya, kau benar...”

Shidou tertawa datar dan memalingkan muka.

“Ngo-ngomong-ngomong Tonomachi, kau sedang melihat apa?”

Shidou berbicara untuk mengganti topik karena akan jadi masalah kalau dia jadi semakin tertarik dengan siaran radio tersebut.

Tonomachi terlihat sedang menatap serius halaman gravure[1] di bagian belakang sebuah majalah manga.

“Ah, ini. —Oh iya, Itsuka, aku juga mau tanya sesuatu.”

“A-apa?”

Shido bertanya balik. Tidak biasanya Tonomachi serius begini, dia lanjut berbicara.

Nurse, Miko[2], atau Maid...... yang mana yang paling kau suka?”

“... hah?”

Shidou bersuara kaget atas pertanyaan Tonomachi yang tak terduga itu.

“Sudah diputuskan bahwa kostum gravure di edisi berikutnya adalah berdasarkan polling para pembaca... Benar-benar merepotkan.”

“... aah, begitu ya...”

Shidou menjawab sambil mengeluh. Tonomachi tidak terlihat peduli dan menyorongkan majalah itu ke arah Shidou.

“Jadi? Yang mana yang kau suka!?”

“Eh... errrrmm... mungkin... maid...?

Shidou menjawab karena tertekan oleh semangat Tonomachi yang tidak seperti biasanya. Saat itu juga, alis mata Tonomachi tiba-tiba berkedut.

“A-apa ada yang salah?”

“——Aku tidak mengira kau lebih menyukai maid! Maaf saja tapi persahabatan kita berakhir di sini!”

“......”

Shidou, ia menggaruk pipi, lalu berjalan menuju tempat duduknya.

“H-hey, mau ke mana kau? Itsuka!”

“... persahabatan kita berakhir di sini, kan?”

“Oi apa-apaan ini, kau menganggapnya terlalu serius! Kalau dipikir-pikir, dunia di mana pecinta maid dan pecinta nurse dapat hidup berdampingan dalam damai juga bagus bukan?”

Sepertinya Tonomachi ada di fraksi nurse.

Shidou menaruh tas di bangkunya, tanpa mengacuhkan Tonomachi yang melempar majalah ke atas mejanya lalu mengikuti Shidou.

Saat itu, sang gadis yang duduk di samping Shidou dan sedang membaca sebuah buku referensi tebal——Tobiichi Origami, melihat sekilas ke arahnya.

“......”

“O-oh... Tobiichi, selamat pagi.”

“Selamat pagi.”

Origami menjawab dengan suara monoton, lalu menelengkan kepala.

Maid?”

Sepertinya dia mendengar percakapan barusan. Shidou mengibaskan tangan sambil panik.

“... uh, ti-tidak, abaikan saja.”

“Oh.”

Origami memberi jawaban pendek dan sekali lagi mengembalikan pandangannya ke arah buku.

“Pagi—”

Segera sesudah itu, Tonomachi melambaikan tangan padanya, namun ekspresi Origami tidak berubah sedikitpun.

Tonomachi mengangkat bahu tinggi-tinggi, lalu mulai menyiku sebelah perut Shidou.

“Biarpun ini selalu terjadi setiap kali, kenapa cuma kau yang selalu mendapat jawaban setelah memberi sapaan? K-kau ini...”

“Me-memangnya aku tahu? Sudahlah, hentikan.”

Shidou melepaskan diri dari Tonomachi yang menjengkelkan, seraya tiba di tempat duduknya.

Pintu ruang kelas menggeser terbuka, dan Tohka masuk.

Tentu saja, karena Tohka sekarang ini tinggal di kediaman keluarga Itsuka, rutenya menuju sekolah sama persis dengan rute Shidou. Namun, akan terlihat mencurigakan jika mereka pergi ke sekolah bersama, maka dari itu Tohka berangkat sedikit lebih belakangan dari Shidou.

Tambah lagi, dia masih terpengaruh oleh sambutan buruk yang diterimanya setelah pindah ke rumahnya kemarin. Shidou tidak berani memperburuk keadaan ketika 75 hari bahkan belum berlalu.

“......”

Tohka sambil terdiam duduk di bangkunya di samping kanan tempat duduk Shidou dan tanpa melihat ke arahnya, dia menggerakan bibir.

“... err, mengenai... tadi pagi, maaf ya. Badanmu tidak kenapa-apa?

Sepertinya dia masih merasa gelisah mengenai kejadian pagi tadi. Shidou menggaruk pipi sambil tersenyum pahit.

“I, iya... Jangan khawatir...”

“Muu......”

Tohka mengangguk kecil. Dan akhirnya— Shidou tersadar akan sesuatu.

“... ah.”

Beberapa teman sekelas sedang mendengarkan percakapan mereka dan memberi pandangan tertarik.

Namun, kelihatannya Tohka belum menyadari hal itu.

“Ta-tapi itu salahmu juga. Kau... tiba-tiba begitu... aku terkejut.”

Berkat kata-kata Tohka, semuanya yang mendengar menahan nafas.

“To-Tohka... kita bicarakan ini nanti saja ya...?

“Nu? Memang kenapa?

Tohka menghadap Shidou sambil memiringkan kepala, dan akhirnya menyadari pandangan-pandangan yang datang dari sekelilingnya.

“... eh?”

Tohka terkesiap sementara keringat mulai mengalir di pipinya. Dia mengingat penjelasan di rumah kemarin, bahwa fakta bahwa Shidou dan Tohka tinggal bersama adalah rahasia.

“I-ini bukan seperti yang kalian bayangkan! Aku dan Shido tidak tinggal bersama kok!?”

“——!?”

Seisi kelas mengernyit bersamaan.

“Bo-bodoh...”

Shidou bergumam pelan kemudian dengan sengaja berbicara dengan suara keras.

“A-aaah! Pagi tadi ketika berangkat sekolah kami tidak sengaja bertubrukan! Ka-kau tidak apa-apa, Tohka!?”

“Mu...? E-Mhmm, tidak apa-apa!”

Sepertinya Tohka berhasil menerka maksud Shidou, walaupun sulit, mereka berhasil menyocokkan kebohongan mereka.

Yah biarpun terlihat sedikit memaksa... Pada dasarnya, topik [Teman lelaki dan perempuan sekelas tinggal bersama] sendiri terdengar tidak realistis, untuk berjaga-jaga ia melanjutkan ocehannya sampai semua orang merasa puas.

… yah, meskipun begitu, masih ada satu orang di samping kiri Shidou yang belum puas... seorang siswi memberikan tatapan yang dapat membuat siapapun merinding.

“......”

Entah mengapa, ia merasa seolah akan pulang dengan compang-camping. Shidou mengeluh dalam-dalam.

—Namun, masalah itu akan terselesaikan dengan kecepatan yang tidak terduga.


Bel jam pelajaran keempat berbunyi dan bergema di seluruh bangunan, menandakan mulainya istirahat makan siang.

Dan dengan waktu bersamaan,

“Shido! Waktunya makan siang!”

"……"

Di tempat duduk Shidou— di kiri-kanannya, *duk*! Meja-meja merapat dari kedua sisi.

Dan tentu saja, di sisi kanannya Tohka, dan di sisi kiri Origami.

“... nuu... apa maumu? Kau mengganggu.”

“Seharusnya saya yang bilang begitu.”

Dari kanan-kiri Shidou, kedua sisi bertukar pandangan tajam.

“A-aaah... tenanglah. Tidak apa-apa kan kalau kita makan bersama? Iya kan...?”

Sementara Shidou berkata, dengan enggan, Tohka dan Origami duduk terdiam. Setelah itu keduanya mengambil bento[3] mereka dari dalam tas masing-masing.

Shidou mengikuti, mengambil bento-nya sendiri, dan menaruhnya di atas meja. Mereka membuka tutupnya bersama-sama, dan kemudian—

“......”

Ia melihat mata Origami sedikit melebar, dan ia memaki diri karena kurang persiapan.

Bento milik Shidou adalah buatannya sendiri pagi ini. Dan tentu saja dibuatnya bersama dengan milik Kotori (meskipun dia tidak pernah pulang ke rumah bulan ini).

Sudah sewajarnya— kalau ada satu orang tambahan yang perlu bento cepat saji, itu adalah tanggung jawab Shidou.

“……”

Origami memberi tatapan dingin pada Shidou, dan membandingkan kotak bento milik Shidou dengan Tohka— memeriksa isinya.

—Menu yang sama tersusun di dalam masing-masing bento mereka, terlihat serupa.

“Nuu, a-apa? Walaupun kau melihatku seperti itu, aku tidak akan memberikannya padamu...”

Tohka tidak mengerti betapa seriusnya masalah ini dan memberi pandangan bingung pada Origami.

“Apa maksudnya ini?”

“I-ini...”

Sementara Origami menanyakan pertanyaan itu, Shidou banjir keringat dingin sambil menghindari kontak mata.

“Se-sebenarnya. Ini dijual oleh penjaja makan siang tadi pagi dan tanpa sengaja Tohka juga ada di sana—”

“Bohong.”

Origami menyela kata-katanya, seraya membuka tutup bento Shidou.

“154 hari yang lalu, kamu membeli ini di discount shop di depan stasiun seharga 1580 yen, dan kamu masih menggunakannya sampai sekarang. Ini bukan dari penjaja makanan.”

“Ba-bagaimana kau bisa tahu hal semacam i-?”

“Itu tidaklah penting untuk sekarang ini.”

Tidak, ia menganggap ini sebagai pertanyaan yang cukup penting, namun ia terdesak oleh Origami dan bukan posisinya untuk mengatakan sesuatu. Seperti barusan tadi, apapun yang dikatakannya akan segera disela.

“Muu, apa yang kalian berdua bicarakan? Jangan buat kelompok sendiri!”

Dari samping, Tohka yang merasa dikucilkan, mengepulkan pipi.

Dan, pada saat itulah.


*UUUUUuuuuuuuuuuuuuuuuuuu-----------*


Bunyi alarm kencang berkumandang di seluruh kota.

Seketika itu, ruang kelas yang ramai selama istirahat makan siang, tiba-tiba hening.

—Bunyi peringatan spacequake.

Mengancam umat manusia sejak tiga puluh tahun lalu, bencana terburuk yang dikenal dengan sebutan Spacequake, juga pertanda datangnya sang malapetaka yang sebenarnya.

“……”

Saat itu, Origami menunjukan ekspresi ragu-ragu, sebelum kemudian beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan ruang kelas dengan kecepatan yang mengagumkan.

“... eh?”

Shidou yang sedang kebingungan hanya dapat memandangnya keluar saja... yah, meskipun dengan alasan yang kurang semestinya, mau-tidak mau ia merasa tertolong oleh bunyi peringatan di saat yang tepat tersebut.

Meskipun Tobiichi Origami masih SMA, dia adalah individu yang bertalenta di kalangan AST dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang.

Artinya, dia sedang menuju medan pertempuran saat ini juga— Untuk membinasakan spirit, sama seperti situasi dengan Tohka sebelumnya.

“……”

Shidou menggertakkan gigi.

Shidou tahu ia tidak dapat menghentikan Origami. Tapi—

Di sana dekat pintu ruang kelas, suara linglung seorang gadis berkumandang.

“...... semuanya, kalian dengar bunyi peringatannya kan. Segera berevakuasi ke shelter bawah tanah secepatnya.”

Guru Fisika dengan jubah putih— Reine, mengacungkan jari ke arah koridor.

Setelah para murid menelan ludah, mereka keluar menuju koridor satu demi satu.

“Nu? Shido, kemana mereka pergi?”

Tohka bertanya seraya memandang teman-teman sekelas lainnya dan memiringkan kepala.

“A-aah... ke shelter. Ada satu di bawah sekolah ini.”

Shelter…?”

“Ya. Untuk sekarang ini, kita tinggalkan saja penjelasannya untuk lain kali. Ayo kita pergi juga, Tohka.”

“Nu-Nuu.”

Tohka dengan penuh penyesalan melihat sekilas bento-nya yang tak tersentuh, kemudian berdiri mengikuti petunjuk Shidou.

Mereka mengikuti teman sekelas lainnya dan keluar ke koridor.

“......Shin. Ke arah sini.”

Reine menahan Shidou seraya memegang kerahnya.

“Uh, Re-Reine-san? Arah situ berarti...”

“......sudah jelas kan? Kita ke <Fraxinus>.”

Ketika Shidou bertanya, ia mengeraskan suaranya namun tidak sampai murid-murid lain dapat mendengarnya, Reine menjawab.

“......baru satu hari...... kamu mungkin belum memutuskan apa yang akan kamu lakukan dari sekarang. Namun ada yang ingin kami tunjukan padamu. Sang Spirit dan situasi sekarang ini.”

Shidou menelan ludah untuk membasahi tenggorokan keringnya dan mengepalkan tangan.

“... aku mengerti. Aku ikut.”

Reine menggangguk kecil sambil mengantuk dengan satu mata terbuka, dan setelah melihat para murid yang berbaris, dia berbalik menghadap pintu masuk.

“......kalau begitu, ayo lekas. Tidak akan lama lagi sebelum spacequake.”

“Y-ya. Lalu— Ah, Reine-san. Tohka... memangnya tidak apa-apa kalau kita tidak membawanya ikut serta?”

Ia berkata sambil melirik Tohka. Ngomong-ngomong Tohka, dia sedang melihat kebingungan pada teman-teman sekelasnya yang berbaris untuk evakuasi.

“......aah, mengenai itu— uhm, kita akan suruh dia berevakuasi ke dalam shelter bersama yang lainnya.”

“Eh? Tidak apa-apa?”

“......ya. Dengan kekuatannya yang tersegel sekarang ini, Tohka tidak ada bedanya dengan manusia lain. Lagipula, kalau dia menyaksikan pertarungan antara Spirit itu dengan AST, dia bisa merasa gelisah karena mengingat masa-masa itu terjadi padanya dulu. Saya sudah bilang sebelumnya kan? <Ratatoskr> ingin mencegah Tohka mengalami tekanan sebisa mungkin.”

“Bukan begitu, tapi...”

Tepat saat Shidou bermaksud mengatakan sesuatu, jauh dari arah koridor, sebuah suara dengan laras tinggi berkumandang.

“Ce-cepat, Itsuka-kun Yatogami-san Murasame-sensei juga! T-tolong jangan diam berdiri di sana! Kalau kalian tidak cepat-cepat evakuasi, bahayanya gawat!”

Guru homeroom Shidou Okamine Tamae, alias Tama-chan, menyentakkan bahu-bahu kecilnya seraya berkata dengan terburu-buru. Meski makna di balik kata-katanya jadi agak membingungkan.

“......hmm, kalau kita tertangkap kita akan berakhir pada situasi yang menjengkelkan. Ayo pergi.”

Reine membuat isyarat dengan matanya dan mengarahkan langkahnya menuju pintu masuk.

“Uh, ah, sebentar—”

Meskipun agak mengkhawatirkan, tidak ada jalan lain. Shidou mengerang pelan dan menggaruk kepala. Ia lalu menarik tangan Tohka dan menaruhnya di tangan Tama-chan.

“Sensei, aku serahkan Tohka pada pengawasanmu!”

“Fue? Eh? Ah, i-iya, tentu saja.”

Tohka dengan segera dipercayakan pada Tama-chan, yang mana matanya berputar-putar karena terkejut, sambil mengatakan “Bagaimanapun juga, Sa-saya ini seorang guru!”

“Shido...?”

Tohka mengernyit penuh kekhawatiran.

“Tohka, dengar. Berevakuasilah bersama sensei menuju shelter.”

“Tapi Shido? Apa yang mau Shido lakukan?”

“Ah... aku, ada hal penting yang harus kulakukan. Pergilah tanpaku. Oke?”

“...! Ah! Shi - Shido!”

“Itsuka-kun! Murasame-sensei juga!? Kalian berdua mau pergi ke mana!?”

Selagi mendengar suara penuh rasa khawatir dari pasangan yang tertinggal di belakang, Shidou dan Reine berlari keluar dari gedung sekolah.


Bagian 2[edit]

“—Aah, kalian berdua sudah tiba. Sebentar lagi Spirit itu akan muncul. Kuserahkan persiapannya padamu, Reine.”

Dari kursi kapten, Kotori berkata pada Shidou dan Reine yang tiba di bridge <Fraxinus>.

“......ya.”

Reine mengangguk kecil, mengibaskan ujung jubah putihnya dan menempati console-nya di bridge bagian bawah.

“—Nah sekarang…”

Dan, selagi Shidou tetap diam, Kotori melemparkan sebuah pertanyaan padanya seraya memiringkan kepala.

“Bagaimanapun juga, maaf karena tidak dapat memberimu banyak waktu, tapi apa kau sudah membuat keputusan, Shidou?”

“... uh—”

Ia tersedak. Dari arah bridge, berkumandang suara kencang sirene.

“Ap... Ada apa?”

“Sinyal Spirit yang luar biasa kuat telah terdeteksi! Dia datang!”

Seruan seorang pria anggota crew terdengar dari bridge bawah, mata Shidou berputar-putar karena kekacauan tersebut.

Ketika Kotori mendengar seruan tersebut, *pak* dia menjentikkan jari.

“Oke. Rubah tampilan Main Monitor, perlihatkan tempat yang sudah terprediksi.”

Setelah Kotori memberikan perintah itu, tampilan kota dari arah langit diproyeksikan di Main Monitor.

Itu adalah jalanan utama yang dipenuhi berbagai toko. Tentu saja sama sekali tidak terlihat sosok manusia, umpama kota hantu.

Di tengah-tengah tampilan tersebut, *gwaang*.

“Eh...?”

Mulanya, ia pikir ada masalah dengan proyeksi gambar tersebut, akan tetapi— itu tidak benar.

Ruang tersebut.

Ruang tersebut, yang tadinya kosong, berdistorsi, bagaikan riak di permukaan air yang tercipta akibat lemparan batu.

“Ara? Apa ini pertama kali Shidou melihatnya?”

Tepat saat Kotori mengatakannya, distorsi ruang tersebut semakin meluas—

Ia pikir sebersit cahaya kecil tercipta di layar, dan bersamaan dengan suara ledakan, tampilan layar tersebut berubah menjadi putih murni.

“——uh!”

Walaupun ia tahu itu kejadian itu berlangsung di balik layar, ia secara naluriah menutupi wajah dengan lengannya.

Beberapa detik kemudian, sambil perlahan menurunkan tangan, ia membuka mata, dan di layar terlihat pemandangan yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Di dalam kota, sebuah lubang terbuka.

Tidak ada cara lain untuk menggambarkannya.

Satu porsi bangunan-bangunan yang seharusnya berderet di sana, dilibas habis membentuk mangkok yang dangkal.

Pertokoan, lampu jalan, tiang telepon, bahkan permukaan jalanan yang seharusnya ada di sana, semuanya telah lenyap

Dan lagi, mungkin sebagai dampak dari ledakan tersebut, daerah di sekelilingnya terlihat seolah-olah baru diserbu angin badai.

Kekacauan ini... serupa dengan tempat itu satu bulan lalu, di mana ia pertama kali bertemu Tohka.

Artinya, yang terjadi barusan adalah—

“…Spacequake…”

Shidou berkata dengan suara gemetar, Kotori menyetujui dengan “ya”.

“—Inilah distorsi dimensional yang terjadi bersamaan dengan datangnya Spirit ke dunia ini. Malapetaka yang muncul tiba-tiba.”

“......”

Ia sudah beberapa kali melihat reruntuhan bangunan namun ini adalah pertama kalinya melihat momen terjadinya ledakan.

Telapak tangannya berkeringat.

Ada saat-saat di mana ia mencoba memahami fenomena tersebut dalam pikirannya— dan berkat pengalaman kali ini, ia akhirnya merasa sudah paham.

Ia paham teror yang dibawanya— perkotaan, ruang di mana orang-orang hidup dalam kesehariannya, telah dihancurkan, dalam sekejap saja.

“Yah, paling tidak kali ini ledakannya berskala kecil.”

“Kelihatannya begitu.”

Kotori dan pria bertubuh tinggi tepat di sampingnya— Wakil Komandan Kannazuki Kyouhei, berkomentar.

“Untung saja— tadinya aku mau bilang begitu, tapi karena yang datang <Hermit>, sebesar ini sudah sewajarnya.”

“Hmmm, sepertinya begitu. Bahkan di kalangan Spirit, dia punya watak yang tidak agresif.”

Shidou, masih terdiam, mengernyit.

—Ledakan barusan, masih berskala kecil?

Awalnya, ia tidak memahami apa yang sedang dibicarakan Kotori dan yang lainnya, namun kemudian ia ingat.

Sepertinya begitulah kenyataannya. Karena spacequake tersebut meninggalkan kawah dengan diameter sekitar sepuluh meter. Dari perspektif mereka, sebesar itu masih kecil dibandingkan dengan spacequake lainnya.

Tentu saja... ia sekalipun paham sepenuhnya sekarang...

“... hei, Kotori.”

Ada hal yang mengganggu Shidou dari percakapan Kotori dan yang lainnya. Ia membuka mulut seraya berbicara.

“Apa itu <Hermit>?”

“Aah, itu adalah code-name Spirit yang baru saja muncul. Tunggu sebentar— Bisa kau perbesar tampilannya di layar?”

Kotori, mengacungkan jari ke arah anggota crew di bridge bawah.

Setelah melakukan itu, tampilan tersebut diperbesar, mengarah ke kawah tepat di tengah kota.

Dan dengan itu, terjadi perubahan di layar.

“... hujan?”

Shidou bergumam pelan.

Tanpa tanda-tanda apapun, ia merasa layarnya menjadi lebih gelap, *crik-crik*, hujan mulai turun.

Namun— bukan itu yang menarik perhatiannya, ia tidak lagi peduli pada hujan.

Di tengah-tengah area yang menyerupai kawah itu, mereka berhasil mendeteksi sosok seorang gadis kecil.

“—?!”

Rasa shock menghajar jantungnya, bagaikan digenggam cakar elang, lalu mengalir ke seluruh tubuhnya.

Diam berdiri di tengah layar yang diperbesar, adalah figur seorang gadis. Dan tambah lagi— ia mengenalinya.

“Ah, itu kan...”

Dengan naungan tudung kepala berhiaskan aksesoris telinga kelinci, seorang gadis berambut biru.

Dia terlihat berusia sekitar tiga belas-empat belas tahun, mengenakan jas besar dan dalaman yang terbuat dari material misterius.

Dan di tangan kirinya, dengan desain komikal, sebuah boneka kelinci terpasang.

Bila mata dan otak Shidou bekerja sebagaimana mestinya... maka tidak diragukan lagi dia adalah—

Gadis yang ditemuinya kemarin sepulang sekolah.

“—? Apa ada yang salah, Shidou?”

Melihat Shidou bertingkah aneh, Kotori berbicara dengan ragu-ragu.

Shidou, setelah memandang layar satu kali, menegaskan diri.

“Aku—gadis itu, aku pernah bertemu dengannya...”

“Apa katamu? Kapan kejadiannya?”

“Baru saja kemarin... saat aku bergegas pulang, hujan mulai turun—”

Sambil mereka ulang ingatannya, Shidou mengulas singkat kejadian kemarin.

DAL v02 101.jpg

Setelah mendengar Shidou berbicara singkat, Kotori mengacungkan jari ke crew di bridge bawah.

“Kirimkan tafsiran gelombang Spirit kemarin dari waktu 1600 sampai 1700 ke terminal-ku, segera!”

Kemudian dia memandang turun ke layar yang dipegangnya, dan menggaruk kepala dalam frustasi.

“... tidak ada kelainan pada parameter-parameter utama ya. Sama halnya dengan Tohka terakhir kali... Shidou, kenapa kau tidak memberitahu aku di rumah kemarin?”

“Ja-jangan bercanda. Aku tidak tahu dia itu Spirit saat pertama kali bertemu...!”

Ketika Shidou menyahut, speaker yang terpasang di bridge <Fraxinus> menderu dengan suara kencang.

“—!? Kenapa, apa yang—”

“—Spirit-nya benar-benar muncul... jadi bukan kita saja yang bergerak.”

Jari-jari Shidou sedikit tersentak mendengar kata-kata Kotori.

“AST kah...?”

“Ya.”

Ia melihat sekilas ke layar— Asap berputar-putar di sekitar tempat sang Spirit— yang sekarang ini dipanggil <Hermit>. Mungkin, sebuah peluru misil atau semacam peledak baru saja diluncurkan padanya.

Dan mengelilinginya, sejumlah kecil manusia memakai armor mekanik berat sedang melayang ke sana kemari.

Angkatan Darat Bela Diri Jepang●Anti-Spirit Team, disingkat AST.

Berbeda dari organisasi ini, <Ratatoskr> yang dipimpin Kotori dan lainnya, mereka adalah tim spesial yang memiliki kemampuan militer dengan tujuan memusnahkan semua Spirit.

Di tengah asap tersebut, sebuah siluet kecil *hop*, melompat keluar— Itu <Hermit>.

Sang gadis dengan tangan kiri yang memakai boneka itu keluar. Dia memutar tubuhnya untuk meloloskan diri dari para anggota AST yang menahan gerakan mereka, kemudian meloncat ke arah langit.

Para anggota AST segera bereaksi, serentak mengejar <Hermit>.

Menggunakan senjata yang terpasang di armor mereka, amunisi yang tidak terhitung jumlahnya ditembakkan.

“—! Awas!”

Secara refleks Shidou berteriak— namun seruannya tak mampu melintasi layar. Rentetan peluru dan misil yang diluncurkan para anggota AST menghajar tubuh <Hermit> tanpa ampun.

“Orang-orang itu...... melakukan hal seperti itu pada seorang anak gadis...”

Matanya terbuka lebar, ia menggertakkan belakang giginya.

“... apa yang mau kau bilang setelah selama ini?”

Selagi ia melakukan itu, Kotori kemudian berkata dengan mata setengah terbuka.

“Apa kau tidak belajar apapun dari pengalaman ketika ini terjadi pada Tohka? Bagi AST, penampilan para Spirit tidak menjadi masalah. Yang penting adalah tanggung jawab mereka untuk mellindungi dunia ini; bagi orang-orang itu, mereka akan menolak keberadaan berbahaya seperti apapun dan mengikuti insting mereka untuk bertahan hidup layaknya hewan.”

“Ta... tapi biar bagaimanapun juga...!”

Di saat Shidou membuka mulut, dari dalam asap, sang gadis melompat lagi ke angkasa.

Akan tetapi— <Hermit> tidak melawan balik dan hanya berlari ke sana ke sini.

“Anak itu... Kenapa dia tidak melawan?”

“Iya, memang sudah biasanya dia seperti ini. Bahkan di kalangan Spirit sekalipun <Hermit> adalah tipe yang benar-benar tidak agresif.”

“... maka dari itu—”

“Kalau kau meminta AST untuk memberi belas kasihan, percuma saja— Selama gadis itu adalah seorang Spirit, mereka tidak akan berhenti.”

“... tch!”

Mendengar jawaban blak-blakan tersebut, Shidou menggigit bibir.

Tidak... Andaipun ia mengulang kata-katanya kembali, ia sudah tahu jawabannya.

Wataknya, ataupun kepribadiannya, bagi AST itu tidak penting.

Bagi mereka, yang mereka pedulikan hanyalah menumbangkan musuh yang membahayakan dunia ini.

—Metode yang dapat memutar-balikan situasi ini... hanya ada satu jalan.

Shidou mengepalkan jari-jarinya erat-erat membentuk tinju, ia merasa seolah darah akan mengalir keluar. Pelan-pelan, ia berdeham.

“... Kotori.”

“Apa?”

“... kalau bukan gara-gara kekuatan Spirit-nya... gadis itu tidak akan pernah diincar AST, iya kan?”

Saat Shidou mengatakan demikian, Kotori mengernyitkan alis, matanya tertuju pada Shidou.

“Ya— benar sekali.”

Spacequake... tidak akan terjadi kan?”

“Ya.”

Shidou terdiam untuk sesaat, ia mengambil nafas dalam-dalam, dan lanjut berbicara.

“—Aku dapat membuatnya menjadi kenyataan?”

“Kalau kau masih belum percaya setelah melihat kondisi Tohka sekarang ini, aku tidak keberatan kalau kau meragukanku.”

“……”

Setelah Shidou menggaruk kepala, ia menggunakan kedua tangan untuk menarik pipinya.

Perlahan ia mengangkat wajahnya yang tertunduk, dan membulatkan tekad.

“Bantu aku, Kotori. …... Aku— gadis itu, aku ingin menolongnya...!”

“—Fufu…”

Kotori, sambil terlihat senang, membuat pegangan permennya naik ke atas.

“Nah—— itu baru Onii-chan-ku”

Dia berbalik menghadap crew di bridge bagian bawah, seraya berseru.

“Seluruh personil, bersiaplah untuk strategi penangkapan Level Satu!”

““Siap!””

Para anggota crew serentak mulai mengutak-atik konsol mereka.

Sementara Kotori memandang adegan ini, dia menjilat bibirnya.

“Nah sekarang—datepertarungan kita dimulai.”


Bagian 3[edit]

“—mmm, Tama-chan sensei.”

Tohka yang telah berevakuasi ke shelter berukuran besar yang dibangun di bawah tanah sekolah, seraya mencoba menahan desiran perasaannya, menggenggam tepi roknya erat-erat, dan bertanya pada Tamae yang duduk di sampingnya.

“Ya-Yatogami-san, kamu juga sudah mulai memanggil saya seperti itu...”

Tamae menghadap Tohka, Tamae sudah menenangkan diri sampai taraf tertentu dibandingkan dengan beberapa saat lalu.

Namun Tohka, mengabaikan keluhan Tama, melanjutkan kata-katanya.

“Suara barusan, apa itu? Tempat apa ini?”

“Ka-kamu bicara apa. Bunyi alarm barusan adalah peringatan spacequake. Berhubung ada kemungkinan terjadinya spacequake, maka semua orang berevakuasi ke shelter bawah tanah karena di sini akan aman.”

Spacequake...? Apa itu?”

Tohka memiringkan kepala, dan Tama-chan memasang tampang terkejut.

“Eh? Apa itu spacequake? Kamu tidak tahu?”

“...... muu.”

Setelah diberitahu demikian, Tohka memasang wajah canggung dan tidak senang.

Sepertinya spacequake ini, adalah sepatah kata yang diketahui umum.

Ada kemungkinan ia baru saja menanyakan pertanyaan yang buruk. Tohka sudah pernah diperingatkan oleh Shidou untuk tidak menghindari melakukan hal-hal yang mencolok. “Tidak apa-apa kalau kau tidak tahu apa-apa tapi cobalah untuk menghindari hal-hal yang dapat membocorkan identitasmu.”

Dan, tidak tahan dengan keheningan itu, Tama-chan mengibaskan tangan dengan panik.

“Ah, tidak tidak, tidak apa-apa. Kelihatannya, masih ada orang-orang yang belum tahu.”

“... nu, maaf.”

Tama-chan berkata “tidak-tidak” sekali lagi, lalu mengangkat jari.

Spacequake adalah istilah umum untuk sejenis bencana skala besar. Yah, gampangnya, suatu hari di suatu tempat di Bumi, *bum*, terjadi sebuah ledakan. Meskipun ada banyak teori mengenainya seperti Hukum Kompresibilitas Gas[4] atau Teori Plasma, namun penyebab pastinya masih belum dapat diklarifikasi.”

“—Apa? Ledakan?”

Melalui penjelasan Tama-chan, Tohka mengangkat alis.

“Iya. Yang terbesar sejauh ini terjadi sekitar tiga puluh tahun lalu. Bencana Langit Eurasia. Terdapat sekitar 150 juta korban, bencana terbesar semenjak permulaan sejarah.”

“A, apa-apaan itu, bahaya sekali!”

“Iya. Karena itulah semuanya berevakuasi ke shelter— Yah, biarpun belum pernah ada spacequake sebesar itu semenjak kejadian itu— di daerah sekitar sini, dari beberapa tahun lalu secara berkala mengalami ledakan-ledakan skala-kecil.

Mendengar ceramah Tama-chan, alis Tohka mengernyit.

“La-lalu mengapa Shido tidak ada di sini pada masa-masa berbahaya ini, kemana dia pergi?”

“Eh...? Eh, errrr... mengenai itu...”

Tamae, membetulkan posisi kacamatanya dengan canggung, melihat ke arah murid-murid lainnya yang sedang duduk di sekitarnya.

“……”

Sambil terdiam, Tohka mulai menggenggam ujung rok di tangannya lebih erat lagi.

“……Shido.”

*Deg-Deg*

Di daerah sekitar dadanya, ia mendengar suara tersebut.

Entah karena alasan apa... ia punya firasat buruk.

Kemudian, setelah debaran jantungnya mencapai klimaks.

“... uh.”

Tohka segera mengangkat wajah.



“Errr... Ti-tidak apa-apa. Meskipun saya tidak bisa melihatnya di sekitar sini... Saya kira dia melupakan sesuatu dan pergi untuk mengambilnya. Dia seharusnya sudah kembali ke sini, di suatu tempat dalam shelter ini.”

Dan Tamae, yang sedang mengamati isi shelter mengembalikan pandangannya pada Tohka.

“Eh...? Ya-Yatogami-san?”

Ia melihat ke tempat di mana Tohka berdiri sebelumnya namun, sosoknya telah menghilang.


Bagian 4[edit]

“Fuu… Di sini kan?”

Shidou yang sudah dikirim ke permukaan tanah menggunakan transporter di bagian bawah <Fraxinus> mengikuti suara di intercom kecil yang terpasang di telinga kanannya.

「Ya. Spirit itu sudah ada di dalam gedung. Jangan membuat kesalahan pada kontak pertama.」

“... dimengerti.”

Shidou berkata selagi keringat membasahi pipinya, dan melepaskan tangan dari intercom.

Kemudian, untuk menenangkan debaran jantungnya, ia menarik nafas dalam-dalam.

Sekarang ini, Shidou sedang berada di dalam menara department store besar tepat di luar distrik perbelanjaan.

Kellihatannya, <Hermit> adalah seorang Spirit dengan tingkat kemunculan yang cukup tinggi— Dengan menggunakan statistik pola gerakan, didukung dengan hasil analisa Reine, mereka dapat memperkirakan rute yang paling mungkin diambil Spirit tersebut.

Dan tentu saja, dengan adanya gerakan AST ada kemungkinan rutenya akan berubah. Seandainya itu terjadi mereka akan menjemput Shidou, kemudian berangkat menuju lokasi perkiraan selanjutnya— Namun saat ini, department store ini adalah tempat yang ideal.

Perlengkapan utama AST— CR-Unit, tidak cocok untuk pertarungan dalam ruang.

Dan tentu saja, ada juga kemungkinan kalau mereka akan menghancurkan bangunan ini untuk memancing sang Spirit keluar seperti yang mereka lakukan pada Tohka dulu. Namun untuk saat ini, mereka pasti sedang menunggu sang Spirit untuk keluar dari bangunan dengan kemauannya sendiri.

Maka dari itu, kali ini tanpa sepengetahuan AST, ini merupakan kesempatan yang berharga bagi Shidou untuk menyelinap ke dalam medan pertempuran dan bercakap-cakap dengan sang Spirit, biarpun cuma beberapa menit.

“……”

Pada pertengahan April, memakai intercom ini sambil mengikuti instruksi <Ratatoskr>, ia mengingat saat ia melakukan perbincangan dengan Tohka dulu.

Dan tidak terbayang, padahal belum satu bulan semenjak waktu itu. Ia tidak mengira akan sekali lagi kembali ke medan pertempuran, namun mau bagaimana lagi?

Karena alasan tertentu yang tidak dimengertinya, Shidou mempunyai kekuatan yang sulit dipercaya.

Jika ia menggunakan kekuatan itu, ia dapat menghentikan Spacequake. Bisa dikatakan kekuatan itu juga dapat menghentikan serangan-serangan terhadap para Spirit.

—Dan tambah lagi, itu merupakan hal yang Shidou inginkan serta harapkan.

“... yah, biarpun aku berpikir begitu.”

Shidou mengeluh pelan. …karena, ia harus menggoda para Spirit dan mencium mereka, tingkat kesulitannya sedikit terlalu tinggi bagi Shidou.

「—Shidou. Sinyal <Hermit> sudah memasuki area.」

“—!”

Dari suara mengejutkan yang datang dari Kotori, tubuh Shidou gugup dibuatnya.

Dan, saat itulah.

[—Kamu, kamu datang untuk mem-bully Yoshinon juga yaa...?]

“…Uh!?”

Tiba-tiba sebuah suara berkumandang dari atas kepala, Shidou segera mendongak.

Di atas sana, <Hermit> sedang melayang dengan posisi terbalik seolah melawan hukum gravitasi.

[Jangaaan. Yoshinon adalah gadis baik hati yang tidak pernah melakukan hal-hal yang naka— Eh, nng?]

Tiba-tiba, tubuh terbalik sang gadis berputar di udara— membetulkan posisi tubuhnya, sebelum mendarat di lantai dan berdiri.

Kemudian, *pakapaka* dia menggerakan mulut si boneka.

[ooOYaa? Kirain siapa, kamu si Onii-san mesum itu bukan?]

Setelah memandang Shidou dengan muka serius, si boneka dengan cekatan *pon*, menepuk tangan.

… yang benar saja, bagaimana kau bisa mengendalikan sampai sejauh itu dengan satu tangan saja?

Namun sekarang bukan situasi dan saat yang tepat untuk menanyakan hal seperti itu.

Dengan segera, dari telinga kanannya datang suara Kotori, 「Tunggu sebentar」

Setelah kata-kata <Hermit>.

①“Aah, lama tak berjumpa. Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja?” Memberikan sambutan normal secara blak-blakan.

②“Mesum? Apa maksudmu mesum, huh!” Memberikan balasan tsukkomi[5] dengan santai.

③”Heh……, entahlah. Karena saya, adalah seorang pengembara yang numpang lewat saja.” Berlagak gagah dan jantan.

Melihat tiga pilihan yang ditampilkan di monitor utama bridge <Fraxinus>, Kotori menjilat bibir.

Ngomong-ngomong— di monitor bridge, berbagai macam parameter sedang ditampilkan, termasuk proyeksi ukuran dada <Hermit>, macam-macam status serta jendela teks.

Tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya, ini adalah layar dating simulation game— singkatnya, Galge.

“Seluruh personil, segera buat pilihan kalian!”

Bersamaan dengan komando Kotori, para crew dari bridge bagian bawah menekan tombol-tombol dengan tangan mereka.

Semuanya—— ①,②,③ , menerima jumlah vote yang kurang lebih sama.

“Eeh? Pasti nomor ②! Tokoh utama galge ini seorang tsukkomi-type! Pasti pilihan itu!”

Salah satu anggota crew bersikeras. Namun, setelah itu sebuah suara datang dari arah lain.

“—Tapi, pilihan itu berbahaya bukan? Sebab kita belum tahu pasti karakter lawan. Saya pikir ① lebih cocok di sini.”

“Tidak tidak, dari data yang telah kita kumpulkan sampai sekarang, kita tahu kalau <Hermit> jarang mengambil kesempatan untuk menyerang manusia! Kita perlu melancarkan perlawanan lewat pilihan nomor ③!”

“… hmmm.”

Setelah menyimak pendapat dari ketiga arah, Kotori menyentuh dagunya seraya menggerutu.

Lalu, menghadap mike dia membuka mulut.

“—Shidou, ambil nomor ③.”


“... eh? Apa-apaan itu...”

Shidou bergumam, bokongnya menghantam lantai.

Perintah Kotori yang sampai di telinganya— benar-benar gila.

[Uun? Kenapa?]

Dengan cekatan boneka itu memiringkan kepala.

Ini bukan saatnya untuk membantah.

Shidou segera bangkit berdiri di tempat, mencari sebuah kursi di tempat pajangan terdekat, ia menaruh satu kaki di atasnya.

”Heh……, entahlah. Karena saya, adalah seorang pengembara yang numpang lewat saja...”

*wuuush*

Setelah dengan berlagak angkuh berkata demikian, ia mulai memberantakkan rambutnya.

… sejujurnya, tadi itu memalukan.

[……]

Boneka yang dikendalikan <Hermit>, *pak* dengan mulut menganga lebar, hanya terdiam.

Dengan demikian, beberapa detik berlalu.

“... o-oi, Kotori. Kita harus berbuat apa dengan suasana begini...?”

Dan, setelah Shidou berbisik tidak senang pada Kotori.

[Fu... …, Ha-ahahahahahaha!]

Si boneka, *karakara* menggeleng kepala sambil tertawa.

[Aaapaa, Onii-san ternyata jenaka juga rupanya? Ah-ha-ha, sekarang sudah tidak ada lagi yang melakukan itu.]

“Ha, Haha... syukurlah kalau kau menyukainya.”

Shidou mengikuti si boneka tertawa datar. Zaman sekarang sudah tidak ada lagi yang menggunakan kata [jenaka], pikirnya, namun ia menahan diri dan tidak mengatakannya.

「Apa kubilang?」

“... iya iya, maaf.”

Kotori dengan bangga menjawab dengan suara kecil, dan Shidou mengembalikan pandangannya pada <Hermit>

Seolah menyamai gerakannya, pandangan si boneka bertemu dengan Shidou.

[Yaah—, tapi sayang sekali Onii-san yang mesum, kita bertemu lagi di tempat yang aneh begini—. Ah-ha-ha, Yoshinon menyambut orang-orang seperti Onii-san— Sepertinya, semua orang tidak menyukai Yoshinon— Jika Yoshinon meninggalkan tempat ini, mereka mungkin akan mulai menyerang lagi—]

Setelah berkata demikian, sekali lagi dia mulai tertawa.

「Tidak disangka, Spirit yang ceria sekali.」

Dari telinga kanannya, Shidou mendengar kata-kata yang sama dengan yang ia pikirkan. Ternyata, Kotori juga berpikir sama.

Dan, dibalik kata-kata <Hermit>, terdapat satu kata yang menarik perhatiannya. Ia sedikit membuka mulut.

“Hey... Yoshinon itu siapa?”

Ketika Shidou bertanya, boneka itu membuat ekspresi terkejut, kemudian membuka mulutnya lebar-lebar.

[Aah, my mistake! Tidak disangka, Yoshinon sampai lupa memperkenalkan diri! Nama Yoshinon adalah Yo●shi●non. Lucu kan? Lucu kan?]

“Aah, ya… nama yang bagus.”

Tertekan oleh si boneka yang bersemangat, ia mengangguk.

Ketika itu, dari telinga kanannya ia mendengar suara Kotori yang bertanya-tanya.

「—Yoshinon, huh? Hmmm, Spirit ini berbeda dari Tohka— dia punya informasi mengenai namanya sendiri.」

“Ah...”

Setelah dia bilang begitu, sepertinya benar— Tohka, dia tadinya tidak punya nama sendiri.

[Tohka], adalah nama yang diberikan oleh Shidou.

Pikirannya tiba-tiba disela, si boneka mendekati wajahnya.

[Hm jadi? Siapa nama Onii-san?]

“Ah... Aa—Namaku Shidou. Itsuka Shidou.”

[Shidou huh? —Nama yang kereeen. Tapi, masih kalah dengan Yoshinon~]

“Oh, ya... terima kasih. Err... Yoshinon?”

[Haihai— ada apa ini? —Karena inilah Yoshinon terkesan, Shidou-kun memanggil nama orang yang baru saja dikenal, memiliki jiwa petualang, juga melakukan percakapan yang cerdas—]

Setelah membalas dengan senyum datar kepada si boneka yang membuat gerakan-gerakan berlebihan dengan membuka tangannya lebar-lebar, Shidou lanjut berkata.

“Bukan, ini bukan hal yang benar-benar penting, tapi, errr... Yoshinon yang kubicarakan ini— bukan boneka itu tapi namamu kan?”

Dengan kalimat itu ia mengarahkan pandangannya melewati si boneka, di baliknya—— sang gadis bermata biru.

[……]

Dengan demikian, boneka yang sampai barusan terus mengoceh dengan riang, tiba-tiba terdiam.

Mengikuti kejadian itu, dari intercom di telinga kanannya, *piii! piii!* bunyi peringatan berkumandang.

「—Uh, Shidou, nilai mood-nya tiba-tiba jatuh. Apa sebenarnya yang baru saja kau ucapkan?」

“Eh...? Tidak, aku cuma, bertanya kenapa dia tidak bicara melainkan menggunakan suara perut...”

Ketika Shidou dengan blak-blakan menyuarakan pertanyaan tersebut, boneka itu bergoyang mendekati wajahnya.

[—Yoshinon tidak mengerti yang Shidou-kun katakan… Apa itu suara perut?]

Nada bicaranya tetap tenang. Ngomong-ngomong, mimik muka boneka itu tidak berubah sama sekali.

Akan tetapi, ia merasakan pressure yang luar biasa kuat, Shidou menarik langkah mundur.

“Ti-tidak… Mengenai itu.”

「Shidou. Nanti saja kau pikirkan alasannya. Kau perlu memperbaiki mood Spirit itu sekarang juga.」

Sebuah arahan dilontarkan oleh Kotori. Shidou menggerakan bibirnya sambil menghindari kontak mata.

“I—Iya kau benar! Yoshinon adalah Yoshinon. Iyaa…Haha…ha.”

Setelah itu.

[Uun, kau ini—, Shidou kun orang yang jahil ya—]

Suasana menakutkan sebelumnya lenyap bagaikan kebohongan belaka, suara si boneka berkumandang dengan laras tinggi.

“... a-apa-apaan tadi barusan?”

「Gak tahu… yah, tidak peduli seramah apapun dirinya, lawanmu adalah seorang Spirit. Melengahkan pertahanan adalah ide yang buruk.」

Setelah Shidou memberi anggukan kecil, ia mengembalikan pandangannya pada [Yoshinon].

“Errr——”

Meskipun begitu ia tidak langsung berbicara.

Melihat Shidou yang ragu-ragu mengatakan sesuatu, Kotori membentak dengan suara kesal.

「Jangan diam saja. Atur biar Spirit itu tidak bisa melarikan diri.」

“... ca-caranya...?”

「Hal semacam itu, bukannya sudah jelas apa yang perlu kau lakukan? Kau sedang berada di dalam gedung department store, kau tahu? Selagi kita masih punya waktu, mari kita nge-date. Kau mengerti? Dengar, bukan “Kau mau nge-date denganku?” melainkan “Mari kita nge-date”, itu tujuan kita! Jangan berikan pilihan pada lawanmu!」

“I-Iya…”

Sambil merasa gugup, Shidou kembali menghadap [Yoshinon].

“Nah, selagi kita masih punya waktu, mari kita nge-date

Dan tanpa kata pengantar apapun, ia mengulangi kalimat itu sesuai dengan ia dengar.

「… main ngomong begitu saja. Tak bisakah kau memainkannya sedikit lebih halus?」

Kotori berkata dengan kecewa.

[Yoshinon] tidak terlihat bereaksi. Tidak, ketegangan suasana sepertinya malah bertambah, membuatnya sulit untuk mengatakan apapun.

*plak plak* Si boneka menepuk tangan-tangan kecilnya.

[Ho-Ho~! Bagus sekali—. Kesampingkan penampilan, Shidou-kun berani juga mengajak seperti itu. Ufuun, tentu saja, O-K. Akhirnya, Yoshinon bertemu dengan manusia yang dapat diajak bicara baik-baik. Jadi, kurang-lebih Yoshinon-lah yang mengharapkan ini~]

Seraya berkata, *karakara* dia tertawa.

“Be-begitu ya...”

「… yah, paling tidak semuanya berakhir dengan alright.」

Mendengar suara bercampur keluhan Kotori, Shidou bersama-sama dengan [Yoshinon] mulai berjalan mengelilingi department store.


Bagian 5[edit]

“…”

Origami, dengan tubuhnya dilingkupi wiring suit dan diperlengkapi dengan amunisi untuk senjata jarak jauh, sedang berjaga-jaga di langit sekitar department store.

Di sekelilingnya ada beberapa anggota AST lainnya dengan perlengkapan yang sama melayang ke sana-sini, semuanya berjaga-jaga.

AST— Anti-Spirit Team, sebagai satuan khusus Angkatan Darat Bela Diri Jepang, mereka merupakan sebuah tim dengan karakteristik yang menakjubkan serta teramat spesial.

Dipersiapkan dengan mesin yang dapat mengubah angan-angan menjadi kenyataan— Realizer. Mereka adalah tim yang dibentuk untuk mengatasi malapetaka yang dapat menghancurkan dunia— para Spirit.

Akan tetapi, hanya segelintir manusia yang dapat menggunakan Combat Realizer Unit pada pertarungan sebenarnya— batasan inilah yang menghasilkan perekrutan anggota-anggota yang lain dari biasanya seperti Origami.

Tinggal di rumah di luar garnisun[6], tambah lagi ia diperbolehkan menghadiri sekolah, dan hanya diutus dalam keadaan darurat.

Walaupun ia menerima perlakuan khusus ini, ia adalah anggota Angkatan Darat Bela Diri Jepang dengan frekuensi perutusan yang sangat tinggi.

"……"

Tetesan air terus menerus menghujani permukaan Territory-nya yang terbentang.

Spirit itu— sudah hampir satu jam semenjak <Hermit> memasuki gedung.

Namun, <Hermit> masih bersembunyi di dalam; bahkan sekarang dia belum muncul.

「—Gigih sekali dia kelihatannya.」

Dan melalui alat pemancarnya, ia mendengar suara kapten timnya, Kusakabe Ryouko.

「Ini jarang bahkan untuk <Hermit> sekalipun. Diam di satu tempat seperti ini. Biasanya kita akan menemukan dia *hop hop* melompat ke sana-sini sekarang ini.」

Benar. Pola pergerakan <Hermit> kebanyakan hanyalah melarikan diri.

Tiap kali Origami dan lainnya melancarkan serangan, dia hanya berlari ke sana ke sini, tanpa melawan balik sama sekali.

Namun, jika sampai ketahuan olehnya kalau menghabiskan waktu di dalam gedung dapat membuatnya Lostmenghilang— menurut Origami itu bukanlah hal yang lucu.

“Izin untuk menembak?”

Origami bertanya dengan suara lembut, dan Ryouko menjawab dengan sedikit tanda keluhan dalam suaranya.

「—Aku sudah mencoba meminta izin untuk berjaga-jaga, tapi mereka bilang tetap siap siaga.」

“Kalaupun struktur bangunannya runtuh, masih bisa dibetulkan.”

「... yah, kalau kau berpikir secara logis, kelihatannya seperti itulah. Tapi kenyataannya tidak sesederhana itu. Harus ada yang membayar satuan perbaikan, mereka tidak kerja dengan cuma-cuma— Kalau situasi ini seperti <Princess> class pada waktu itu, mungkin tidak apa-apa— Tapi kali ini target kita hanyalah <Hermit> class yang lemah, kau tahu?」

“……”

<Princess>.

Mendengar code-name itu, alis Origami sedikit berkedut.

Tidak tahu apa pastinya yang sudah terjadi padanya, namun Spirit yang memegang code-name itu, sekarang ini, adalah sang gadis manusia— Yatogami Tohka, yang menghadiri SMA yang sama dengan Origami.

Tentu saja, setelah memastikan keberadaan Tohka, Origami telah memberitahu Ryouko tentang hal ini.

Akan tetapi entah kenapa mereka tidak dapat mendeteksi sinyal Spirit dari dalam dirinya, maka dari itu, izin untuk menyerang tidak diberikan.

Setelah meminta hal yang mustahil tersebut serta menyelidiki silsilah keluarganya, mereka tidak berhasil menemukan kejanggalan.

Paling tidak, saat ini —meski Origami sangat tidak puas dengan hal ini— dia adalah seorang warga negara Jepang, keberadaan yang adalah kewajiban Origami untuk melindunginya.

Dan—

“……?”

Origami tiba-tiba menyipitkan mata.

Barusan, dari ujung pandangannya, ia merasa seperti melihat kilauan rambut berwarna gelap.

Betul. Seolah ia baru melihat Tohka di sana.

Memandang ke bawah— pada area yang sudah tidak dapat ditinggali, ia menghadap jalan raya dibawah terpaan hujan deras.

“……”

Namun, ia tidak dapat menemukan keberadaan Tohka.

Origami menggeleng sambil terdiam. Ia mulai terlihat tidak tenang.

Kalau ia sampai membiarkan sang Spirit lolos seperti ini, akan memalukan. Origami mengambil nafas ringan, kembali memfokuskan diri dan melanjutkan patrolinya.


Bagian 6[edit]

—Sudah beberapa waktu berlalu semenjak ia bertemu [Yoshinon].

Shidou dan [Yoshinon] sedang bercakap-cakap dengan penuh semangat, sambil mengitari bagian dalam department store.

Seperti biasanya, kadang-kadang Kotori membisikkan instruksi-instruksi ke telinganya— anehnya [Yoshinon] lemah terhadap lelucon; tidak peduli seberapa garing lelucon itu *karakara* dia tetap akan tertawa.

Kenyataannya, orang-orang di bridge <Fraxinus> sedang memonitori kondisi mentalnya, dan laporan-laporan yang ada menunjukkan nilai yang bagus.

Hal ini menyebabkan siapapun akan berpikir bahwa perubahan tingkahnya yang tiba-tiba tadi hanya semacam kesalahan; saat ini semuanya berjalan dengan baik.

「—Hmmm, ini berjalan di luar dugaanku.」

Kotori mengucapkan kata-kata itu.

「Mungkin dia punya karakteristik yang memikat orang-orang. Impresinya yang mendukung juga bagus. Kalau aku bilang cium dia sekarang, dia tidak akan menolak kan?」

“… oi oi.”

Ia tidak yakin bila kata-katanya tersebut merupakan candaan atau serius, ia menggaruk pipi.

Tapi kenyataannya, Shidou juga terkejut.

Biarpun sekarang ia bisa berbicara dengan Tohka secara biasa, pertama kalinya mereka bertemu dia punya masalah serius perihal ketidakpercayaannya terhadap manusia— tiap kali dia salah pengertian, Shidou akan menghadapi situasi hidup atau mati.

… tapi.

[Ternyata bisa ngobrol itu meeenyeeenaaangkaaan ya. Sepertinya orang-orang itu kampungan sekali—]

“Ha… haha.”

Boneka itu *pakapaka* membuka mulut dan mengucapkan kata-kata itu, dan ia menjawab dengan nada terbatuk-batuk.

… bagaimana ya mengatakannya? Ia masih merasa kesulitan.

Harapan yang ingin diwujudkannya— percakapan itu berjalan dengan hidup dan lancar, dan nilai affection point-nya semakin meninggi, maka seharusnya tidak akan ada masalah… begitulah semestinya, namun...

“……”

Shidou terdiam, melirik sang gadis yang memainkan boneka itu.

Ketika bertemu dengannya kemarin, begitu juga dengan hari ini. Satu-satunya yang berbicara hanya boneka itu dengan suara perutnya; mulut orangnya sendiri tidak bergerak sedikitpun.

Bagaikan... betul, bagaikan seorang dalang yang memainkan tali-tali si boneka di panggung teater.

[——Ooo?]

“…Uh!”

Dan, Shidou dikejutkan ketika si boneka tiba-tiba membalikkan wajah ke arahnya.

[Menakjubkan!! Apa itu—!?]

Boneka itu dengan semangat bertepuk tangan dan berlari menuju tempat yang ditunjuknya— Yah, tentu saja yang berlari adalah orangnya sendiri.

Hal yang menarik perhatian [Yoshinon], adalah benda yang disusun di pojokan toko mainan, sebuah wahana Jungle Gym[7] yang dibuat untuk anak-anak.

Pada kastil yang terbuat dari plastik kokoh penuh warna itu, dia dengan lincah memanjat menggunakan kaki-tangannya.

Dan setelah dia mencapai puncaknya.

[Wahaha! Bagaimana, Shidou-kun~? Keren kan? Yoshinon keren kan~?]

Suara itu dilontarkan padanya.

“H-hey, bahaya kalau kau berdiri di sana.”

Jungle Gym itu didesain untuk digunakan di dalam bangunan. Biarpun ukurannya tidak terlalu besar, dia bisa melukai dirinya sendiri apabila terjatuh dari atas.

Tidak, biarpun Shidou tahu dia bisa terbang ke langit, entah kenapa dalam benak Shidou, ia mengingat bayangan dari kejadian kemarin [*sraaaaaaaaat!*]

Dengan panik, ia bergegas menuju ke dasar Jungle Gym itu.

Namun [Yoshinon] menggoyangkan tangan bonekanya dengan tidak puas.

[hnnn, padahal [Yoshinon] bertanya keren atau tidak— eh, wa, wawawaaa…!?]

“Ap—!”

Sepertinya keseimbangannya terganggu ketika dia melakukannya, di puncak Jungle Gym [Yoshinon] mengayun-ayunkan tangannya seolah sedang menari, lalu terjatuh tepat di atas Shidou.

Dan seperti itulah, sambil membantali jatuhnya [Yoshinon], mereka ambruk ke lantai.

“Uh... iheee…”

Dengan muka mendongak ke atas, ia mengeluarkan suara itu. Entah kenapa, gigi depannya terasa sakit.

Dan— ia punya firasat buruk.

Entah bagaimanapun, sang gadis berambut biru, dengan wajah penuh fitur menawan, ada di sana— tepat di depannya.

—Dan di daerah sekitar bibirnya, terasakan sebuah sensasi yang sangat lembut.

“——Umh!?”

Setelah beberapa detik, ia mengerti situasi di mana ia berada sekarang ini.

「... wow, kerja yang bagus, Shidou」

Meskipun Kotori berpikir seperti itu, perkembangan seperti ini tidak diduganya. Dia bersuara terkejut.

Tentu saja. Karena sekarang ini Shidou— dengan gadis yang terjatuh dari atas, ia baru saja berhasil berciuman dengan sempurna.

[……]

—Sambil terdiam, [Yoshinon] bangkit berdiri. Dan saat itulah, bibir mereka akhirnya terpisah.

Tanpa diduga… mereka telah berciuman.

Tapi dengan begini, kekuatan [Yoshinon] pasti sudah tersegel.

Namun… ia bertanya-tanya, dibandingkan dengan bulan lalu, saat ia berciuman dengan Tohka— kali ini tidak ada sensasi hangat yang mengalir ke dalam tubuhnya atau, bagaimana kau menggambarkannya?—

—dan, sekali lagi dari sisi lain intercom, suara peringatan yang kencang bergaung.

“Ap...?”

Ia menyahut sembari mengangkat alis— mestinya kekuatannya sudah tersegel, bukan?

Tapi suara barusan, ketika suasana hati Spirit sedang tumbang, suara semacam itu akan berbunyi saat bahaya sedang mendatangi Shidou.

Artinya, sekarang ini [Yoshinon]—

[Aw aw— … maaf, maaf, Shidou-kun. Yoshinon ceroboh—]

Tapi ketika [Yoshinon], *pakapaka* menggerakan bonekanya, dengan tenang dia berbicara.

“Eh...?”

Ternganga, ia membuka mata lebar-lebar pada [Yoshinon], yang tidak menunjukkan tanda-tanda amarah.

Kalau begitu, maka suara peringatan yang sampai ke telinganya barusan itu apa?

「—Shidou, kondisi gawat darurat… dan kemungkinan besar, situasi terburuk yang mungkin terjadi.」

Kemudian Kotori berkata dengan suara panik, tidak seperti biasanya.

“Huh...? Apa yang...?”

Dari belakang, *taptap*, suara kaki melangkah dengan mantap di lantai, bahu Shidou gemetar.

Dengan takut-takut, ia membalikkan kepala untuk melihat kebelakang.

Di sana— wajah yang tak terduga.

“To-Tohka…?”

Ia terbelalak sembari memanggil nama gadis yang berdiri di sana.

Betul, yang berdiri di sana saat ini adalah Tohka, yang seharusnya sudah berevakuasi ke shelter bawah tanah Raizen High School.

Tambah lagi, mungkin dikarenakan hujan, badannya basah kuyub. Sepertinya tadi dia berlari dengan kecepatan penuh, sekarang dia bernafas dengan susah payah.

“—Shido.”

Mengaburkan proses berpikir Shidou, tubuh Tohka sempoyongan, dan sembari terhuyung dia bersuara.

Ia heran kenapa— padahal Tohka cuma memanggil namanya, itu membuatnya menggigil.

“… barusan, apa yang kau lakukan?”

“… eh? A-apa maksudmu…?”

Mendengar pertanyaan itu ia menyentuh bibirnya tanpa pikir— kemudian menyembunyikan tangan di balik punggung setelah tersadar.

Akan tetapi Tohka, tak puas dengan respon itu, memasang ekspresi layaknya seorang anak kecil yang sedang bersungut-sungut, dia lontarkan suara gemetarnya dari kedalaman tenggorokannya.

“—Kau, padahal sudah membuatku begitu khawatir…"

“Eh…?”

“Kenapa kau malah bermesraan dengan seorang gadiiiiiiisss!!??”

*DON*—!!

Tohka berteriak, dan di saat kakinya menghantam tanah, di daerah di sekitar ia berdiri *BRAK!* hancur membentuk sebuah kawah kecil; retakan menyebar keluar dari pusat getaran.

“No, nonononononono…!”

Melihat situasi sekarang ini, Shidou terbelalak dan menggigil ketakutan.

Seorang gadis SMA biasa, tidak mungkin dapat merusak lantai hanya dengan menghentakkan kaki.

Dan tentu saja meskipun Tohka bukanlah seorang gadis SMA biasa… semestinya kekuatan Spirit-nya sedang tersegel— Dengan logika itu, dalam situasi ini kekuatan yang diperlihatkannya barusan seharusnya hanyalah kekuatan fisiknya.

“Ke-kenapa bisa begini, Kotori…?”

Setelah ia bertanya, Kotori menjawab sambil mengeluh lewat intercom.

「Maka dari itu… inilah yang sudah kami coba beritahukan kepadamu. Terdapat sebuah koneksi yang melintas antara Shidou dan Tohka, dan jika kondisi mental Tohka menjadi tidak stabil, kami takutkan sebagian kekuatannya akan kembali padanya.」

“H-huh? Apa maksudmu dengan itu, kau bilang kondisi mental Tohka sekarang tidak stabil?”

「Ya. Maka dari itu, sebelum situasi memburuk, kau perlu mengatasi mood Tohka bagaimanapun caranya.」

“Bi-biarpun kau bilang begitu apa yang harus kulakukan—”

Selagi ia mengatakan itu, Tohka sudah mencapai dasar Jungle Gym di mana Shidou dan [Yoshinon] lengket satu sama lain.

Kemudian dia memindahkan pandangan menusuknya secara bergantian di antara mereka berdua, “mumumu...” dia bersungut dengan bibir tetap terkatup.

  • kiii*! Dia memandang Shidou, setelah itu memberikan sorotan tajam pada [Yoshinon], dia mengacungkan jari padanya.

“... Shido. Hal penting yang harus dilakukan yang kau bilang tadi, adalah untuk menemui anak ini di sini?

“Ah, bukan, itu…”

Yah tapi, meskipun kata-kata itu tidak salah, haruskah Shidou menjawab dengan “iya”, Shidou ragu-ragu apakah harus memberitahu Tohka tujuannya yang sebenarnya atau tidak.

Dan, saat itu.

[… iyaah, hiyaah…begitu rupanya…]

[Yoshinon] yang dari tadi memberi pandangan kosong pada Tohka sejak kemunculannya, membuka suara berlaras tingginya.

Bagaimana bisa, di muka si boneka kelinci, muncul sebuah senyuman iseng seperti itu.

[Onee-san? Err—]

“… aku Tohka!”

Ketika si boneka berkata, Tohka membalas dengan nada yang menakutkan.

[Kalau begitu Tohka-chan~ Yoshinon bersimpati padamu tapi, kelihatannya Shidou-kun sudah tidak tertarik denganmu.]

“Ap—?”

“—!?”

Tohka dan Shidou terkesima secara bersamaan, menghadap si boneka.

[Iiyah begini, bagaimana ya bilangnya? Mendengar percakapan kalian, sepertinya dia sudah ingkar janji pada Tohka dan datang untuk menemui Yoshinon? Bukankah itu inti dari cerita ini?]

“… uh.”

Bahu Tohka tersentak, sembari dia memasang wajah yang kelihatannya dapat menangis kapanpun juga.

“Ka-kau, apa yang kau bica—mguhhhh!?”

Ketika Shidou mengangkat suara terhadap pernyataan si boneka— *plek*, Tohka menahan mulutnya dengan kedua tangan.

“Bisakah kau diam sebentar, Shido?”

Sambil melampiaskan tekanan yang membuatnya tidak mampu menyetujui ataupun menolak, menggunakan kekuatan yang sedemikian besar *grikgrik* dia mencatok pegangannya pada tulang pipi Shidou.

“……! ……!”

Boneka itu terlihat menikmatinya dan dengan nada bicara [Yah mau bagaimana lagi], lanjut berbicara.

[Iiyaah—, nee, maaf, tapi mungkin ini salah Yoshinon~karena penampilannya terlalu menawan~]

“Gu-Gugu…”

[Yoshinon tidak bermaksud menjelek-jelekan Tohka-chan, kamu tahu? Tapii~ Shidou-kun tidak bisa disalahkan untuk meninggalkan Tohka-chan dan mengejar-ngejar Yoshinon~]

DAL v02 133.jpg

“U-Ugahhh!!”

Untuk beberapa lama, selagi Tohka masih menggenggam muka Shidou dan menahan-nahan bahunya yang gemetar, setelah mencapai batasnya dia berteriak.

Akhirnya, dia menarik tangan dari muka Shidou.

“Be-berisik! Diam diam diam! Tidak mungkin! Hal seperti itu tidak mungkin!”

[Eehh—, biarpun kamu bilang tidak mungkin. Ayoayo, bagaimana kalau Shidou-kun mengatakannya dengan jelas, bahwa Tohka-chan sudah menjadi anak yang tidak diinginkan.]

“—!”

Dengan segera, Tohka tiba-tiba menggenggam kerah boneka itu.

Dan tentu saja karena boneka itu berukuran kecil, dengan mudahnya dia terlepas dari tangan sang gadis, kemudian boneka itu diangkatnya ke udara.

“—!?”

Pada sang gadis dari mana bonekanya telah dirampas, matanya mulai berputar-putar.

Pada saat berikutnya bola matanya mengedip, mukanya putih memucat, bersama dengan keringat muncul di wajahnya. Tambah lagi kelihatan sekali bahwa tarikan nafasnya menjadi lebih berat, dan jari-jarinya *trik trik* mulai kejang.

“Yo-Yoshinon……?”

Shidou, selagi ia mengusap pipinya yang masih kesakitan, memandang khawatir pada [Yoshinon] yang menunjukkan perubahan yang cepat tersebut.

Namun, kelihatannya Tohka tidak menyadari kondisi [Yoshinon]. Perhatiannya tertuju pada boneka yang digenggamnya dengan kedua tangan, bagaikan mata pisau dia memandang tajam, dan mendekatkan muka pada boneka itu.

“Aku… Aku bukan anak yang tidak diinginkan! … Shido bilang… Shido bilang aku… Dia bilang aku boleh hidup di sini! Kalau kau menghinaku lagi aku tidak akan memaafkanmu! Hey! Cepat bilang sesuatu!?”

Mungkin mengira kalau boneka itulah yang bersuara, dia menggenggam leher boneka itu dan mengguncang-guncangnya.

“……! ……!”

Melihat situasi tersebut, [Yoshinon] mulai melepas jeritan samar-samar.

Seakan kelakuannya yang tenang sampai barusan hanya bohong belaka, seluruh tubuhnya gemetar seperti seekor anjing chihuahua.

Kemudian [Yoshinon], memasang kembali hood jaket untuk menutupi matanya seolah mencoba agar dirinya tidak terlihat, dengan gugup menarik pelan kemeja Tohka.

“Nu. A-apa? Jangan mengangguku. Sekarang ini aku sedang berbicara pada orang di sini.”

“—tolong…, kemba, li...kan…"

Mencoba merebut kembali boneka yang Tohka angkat tinggi dengan kedua tangannya, *hop hop* [Yoshinon] melompat-lompat.

Ngomong-ngomong, ini mungkin pertama kalinya semenjak kemarin ia mendengar suara aslinya.

「—Apa yang kau lakukan, Shidou? Kondisi mental Yoshinon semakin memburuk. Cepat hentikan dia!」

Dari telinga kanannya, suara Kotori berkumandang.

Sembari menggaruk pipi, Shidou berbicara takut-takut dengan suara gemetar.

“He-hei... Tohka. Err… itu... maukah kau mengembalikan itu kepadanya?”

“… uh!”

Setelah itu Tohka, mendengar kata-kata Shidou, membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

“Shido… ternyata… kau lebih memilih gadis ini daripada aku...”

“Ha... huh? Bukan, bukan itu maksudku—”

Dan, di saat bersamaan.

“…<ZadkielBoneka Pembeku>…”

Sementara ia berpikir, [Yoshinon] tiba-tiba mengangkat tangannya, kemudian mengayunkannya ke bawah.

Dalam sekejap, menerobos lantai yang hancur—sebuah boneka raksasa muncul di tempat itu.

“Ap…!?”

Seluruh tubuhnya sekitar 3 meter panjangnya, singkatnya, itu adalah sebuah boneka plushie sebesar boneka kain besar. Bagian terluar tubuhnya terbuat dari bahan keemasan yang halus, dengan pola-pola keputihan tergambar di sana-sini.

Juga pada bagian yang kelihatannya merupakan kepalanya, telinga-telinga kelinci dapat terlihat.

“Bo-boneka…!?”

“—A... ini—!?”

Shidou dan Tohka, bersahutan di waktu bersamaan.

[Yoshinon] berpegangan pada punggung boneka yang muncul tepat dibawah kakinya sendiri, dan pada dua lubang di punggungnya dia masukan kedua tangan ke dalamnya.

Momen berikutnya— mata boneka itu menyala merah, sambil menggerakkan badannya yang lamban dan bergemetar *GuooOOOOOOOOoooooo—*, dia meraung pelan.

Dan bersama dengan itu, asap putih mulai keluar dari badan boneka itu.

“Dingin…!?”

Shidou menarik kaki tanpa berpikir.

Asap itu, sama halnya dengan nitrogen cair, adalah zat bertemperatur negatif.

「—Manifestasi ‘Angel’ pada timing semacam ini…!? Shidou, gawat, larilah!」

“Ha... huh…!? A-apa itu Angel!!”

Mendadak teriakan Kotori bergema di telinga kanannya, Shidou lalu menyahut keras tanpa berpikir.

「Kau sudah pernah menyaksikannya sendiri kan! Perisai absolut yang melindungi para Spirit, dan bersama dengan AstralDress menjadi tombak terkuat! Hal yang membuat mereka mendapat sebutan ‘perwujudan keajaiban’.」

<SandalphonRaja Pembantai>. Mendengar nama itu, Shidou mendelik terkejut.

Bulan lalu. Benda yang bermanifestasi ketika Tohka masih memiliki kekuatan Spirit-nya, sebuah singgasana raksasa dan sebuah pedang.

Melihat adegan ini, dapat ditarik kesimpulan yang cukup sederhana.

Singkatnya— walaupun mereka telah berciuman. ia tidak berhasil menyegel kekuatan Spirit.

Dengan demikian, ketika pikiran itu terlintas, [Yoshinon] menarik tangannya, boneka itu— <ZadkielBoneka Pembeku> dengan raungan pelan, membungkukkan badan.

Setelahnya, kaca jendela department store mulai pecah, satu demi satu, membiarkan air hujan masuk dan mendarat di interior lantai pertokoan.

Tidak— lebih tepatnya, kenyataannya sedikit berbeda.

Bukan pecahnya jendela yang menyebabkan hujan masuk, lebih tepat kalau dikatakan tetesan hujan dari luar yang menerpa kaca jendela dengan kekuatan dahsyat memaksa masuk ke dalam.

“Hii…!?”

Shidou membuka mata lebar-lebar dalam kekagetan, dan selagi kakinya masih gemetar, ia menatap boneka yang menjulang di hadapannya. —*Groor*, boneka itu memutar wajah menghadap Tohka.

“…! Tohka!”

Shidou segera berteriak dan menarik tangan Tohka, dan sembari memeluk tubuhnya mereka jatuh ke lantai.

“Ap… Shido!?”

Suara Tohka menggema di telinganya. Namun, pada saat bersamaan dia berbicara, di tempat Tohka berdiri beberapa saat yang lalu, sejumlah besar benda-benda menyerupai peluru melintas.

Peluru-peluru itu dengan kejam menyerbu rak-rak pertokoan di sekitar mereka, sebelum berubah menjadi cairan transparan dan mengalir ke lantai.

“Hu-hujan…!?”

Benar. Dari luar jendela yang pecah, tetesan hujan yang mengeras bagaikan batu-batu es, mengabaikan gravitasi dan meluncur pada Tohka.

Dan— di sana, <ZadkielBoneka Pembeku> dikendarai [Yoshinon] bergerak.

“… uh.”

Untuk melindungi Tohka, segera ia membalikkan punggung menghadap <ZadkielBoneka Pembeku>.

Akan tetapi, <ZadkielBoneka Pembeku> menghentak lantai, melakukan manuver tajam yang tidak cocok dengan siluetnya yang bergerak dengan pelan, dia melewati tempat di mana Tohka berada tadi, dan begitu saja dia melompat keluar lewat jendela yang pecah.

Pada pertengahan saat melakukan manuver ini— boneka yang jatuh ke lantai dari tangan Tohka, ditelannya lewat bagian mulut <ZadkielBoneka Pembeku>.

“…”

Tidak lama kemudian, Shidou membalikkan badan dan pandangannya dari [Yoshinon], ia sedikit membuka mulut.

“Su-sudah aman… kan?”

「… ya. Sinyalnya sudah menghilang sepenuhnya. Kau agak gegabah juga ya, Shidou?」

Dari telinga kanannya, ia mendengar suara itu.

“Yaah… tapi kenapa tadi dia tiba-tiba—”

Selagi ia masih tengah berbicara—

“Sudah cukup, cepat menjauh dariku…!”

Mukanya didorong dan *grak* Shidou berguling di lantai dari tempat itu.

“Nuwaah...!?”

Tidak perlu bertanya alasannya. Barusan itu Tohka yang tadi di pelukan Shidou.

Mukanya memerah selagi dia menggertakan giginya, memasang ekspresi layaknya seorang anak manja, kemudian dengan bahu gemetar marah, bangkit berdiri.

“To-Tohka…?”

“…! Jangan sentuh aku!”

“Aaw…”

Shidou mengerut tanpa berpikir, dan saat ia menarik tangannya, seketika itu Tohka memasang ekspresi terkejut.

Namun segera setelahnya “mumumu…” , *puih* dia memalingkan muka.

“Ke-kenapa denganmu, Tohka…?”

“Diam! Jangan bicara denganku! Da-daripada aku, anak itu lebih penting kan…!”

“H-huh…? Apa yang kau bicara—”

Waktu Shidou bersuara terperangah, Tohka mulai menginjak-injak lantai penuh frustasi.

“U-U-U-UUuuuuu———!!”

“Tungg… uwaah…!?"

Bersama dengan setiap injakan, muncul retakan baru di lantai, yang kemudian ambruk.

Shidou yang tidak lagi dapat menjaga keseimbangan, terguling masuk ke dalam lubang itu.


Bagian 7[edit]

「—Kepada seluruh pasukan AST. Ada gerakan dari si Spirit. Lanjutkan serangan sesuai pertimbangan kalian saat target terlihat」

Dalam gendang telinganya, sekujur tubuh Origami yang terbalut wiring suit, mendengar panggilan komunikasi masuk itu.

“—Dimengerti.”

Seraya menjawab, Origami membetulkan postur menembaknya dengan kedua tangan menggenggam Anti-Spirit Gatling Gun <Auldist>.

Perlengkapan terbaru, sebuah senjata jarak jauh didesain untuk menembakkan sejumlah besar peluru secara berentetan dari luar range musuh.

Hujan yang mulai turun di saat <Hermit> muncul, yang dari tadi memantul di permukaan territory pribadinya, tidak mempengaruhi persiapan mereka di luar bangunan, sembari ia tetap memandang sinyal Spirit yang ditampilkan secara langsung di retinanya.

Seketika itu.

—*GON*, bersama dengan suara itu, Spirit itu meledakkan dinding bangunan membuat sebuah lubang, kemudian awan debu membumbung.

Bersamaan dengan semua itu, sinyalnya menyala di layar retina.

「—Tembak!」

Dengan gema komando kapten Ryouko, Origami dan yang lainnya menarik pelatuk bersamaan.

Suara reruntuhan yang dahsyat bergaung ketika bangunan itu dilubangi dengan ratusan peluru, dan awan debu yang mengerikan menjulang ke udara.

“…”

Origami, masih menyandarkan jarinya ke pelatuk, menyipitkan mata.

Berkat Territory-nya yang memberikan penglihatan superhuman yang diperkuat, ia mendapati sebuah bayangan yang bergerak dengan kecepatan tinggi di tengah-tengah awan debu itu.

Origami sambil tetap terdiam mengeluarkan perintah dari dalam pikirannya.

Seolah merespon keinginannya, misil-misil kecil yang terletak di kompartemen perlengkapan di bagian kakinya menyala, dari kaki kiri dan kanan, masing-masing terisi sepuluh peluru, homing missiles[8] diluncurkan menuju <Hermit>.

“—!?”

Sang Spirit yang tengah diincar tembakan peluru Anti Spirit Gatling Gun— <Hermit>, dengan segera mengarahkan pandangannya kepada homing missile yang mendekatinya, seraya memasang muka terkejut.

“—!”

Saat <Hermit> menarik kedua tangannya, boneka itu dengan lincah menari ke angkasa, dan meloloskan diri dari homing missiles yang mengejar.

Namun, saat itu sudah terlambat, anggota AST yang lainnya sudah membidik sosok sang Spirit.

Dari belakang homing missiles, juga dari semua arah, datang berentetan peluru gatling. Mustahil untuk menghindari seluruhnya.

"Kya——!”

Origami mendengar sebuah teriakan kecil entah dari mana dengan pendengaran supernya, sebuah ledakan keras terjadi di mana semua peluru tersebut menghujam bersamaan.

Kemungkinan besar, sebagian besar serangan itu akan diredam oleh AstralDress yang melindungi sang Spirit— <Hermit> sekalipun kemungkinan besar tidak akan terluka, jangankan <Princess> class.

Sekarang ini, di titik serangan, mereka mendapati boneka raksasa itu sedang tumbang.

「—Bagus! Jangan istirahatkan tangan kalian, serang! Tembak! Tembak!」

Perintah Ryouko berkumandang. Akan tetapi—

Jari pelatuk Origami berkedut.

Mereka mendapati tubuh boneka raksasa Spirit itu menghilang dan lenyap dari ruang.

「Dia… Lostmenghilang?」

Bisikan seseorang, terkirim dan terdengar oleh seluruh anggota AST.

Ketika Spirit kembali ke sisi lain, yang mereka sebut dengan ‘dimensi lain’—hal ini mereka klasifikasikan sebagai ‘lost’.

Meskipun AST bertujuan memusnahkan para Spirit lewat kekuatan militer, sulit bukan main untuk betul-betul mengalahkan seorang Spirit dengan kemampuan bertarungnya yang hebat; biasanya ketika kondisi ‘Lost’ ini terpenuhi, operasi tersebut dianggap sukses.

Kemudian, awan-awan mulai melayang menjauh dan cahaya matahari menyinari turun.

Hujan yang menerpa Territory berhenti dengan segera.

「—Seluruh personil, kembali ke pangkalan.」

”…”

Mendengar suara Ryouko, Origami menurunkan moncong senapannya, dan mematikan sistem senjatanya.

Namun, pada saat ia mengikuti punggung Ryouko dan kembali ke pangkalan—

“…?”

Lewat penglihatan yang diperkuat Territory-nya, ia melihat sesuatu yang ganjil, kemudian ia menurunkan ketinggian terbangnya untuk memeriksa.


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Dari gravure idol, istilah yang digunakan untuk menyebut model Jepang yang berpose dengan hanya mengenakan pakaian dalam atau pakaian renang.
  2. Miko - pendeta wanita di kuil-kuil Shinto. Tonomachi sedang menanyakan preferensi Shidou terhadap gadis dengan tiga macam pakaian tersebut.
  3. Bento - makan siang buatan tangan yang biasanya disiapkan dalam kotak makanan plastik, berisi nasi serta lauk tambahan.
  4. Atau lebih dikenal dengan Hukum Boyle
  5. Membalas ucapan komedik dengan cara mengkritik atau membetulkan kata-kata lawan bicara.
  6. Sejenis camp tempat tinggal prajurit baik selama pelatihan maupun saat masa tugas.
  7. Jungle Gym, wahana permainan yang tersusun dari besi membentuk prisma, http://en.wikipedia.org/wiki/Jungle_gym
  8. Homing Missile - tipe peluru misil yang jika ditembakkan akan mengatur jalur pergerakannya sendiri sesuai dengan pergerakan musuh, misil yang akan selalu mengejar target.