Dragon Egg Indo:Bab 110

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 110 - Raja KelabangKing Centipede[edit]

Kereta yang dikejar oleh kelabang raksasa itu kayaknya akan segera mendekati batasnya.
Nafas kuda-kuda itu ngos-ngosan, nggak mampu mempertahankan kecepatan, roda kereta tersebut mulai pecah.


Mengabaikan gimana penampilannya, kereta tersebut cukup kokoh. Bentuknya sederhana dan tanpa dekorasi. Rodanya sangat besar dan bentuknya nggak jelas seolah dibuat secara sembarangan tanpa mempedulikan ukurannya. Aku nggak tau apa niatnya tapi kayaknya kuat. Tapi, itu bisa hancur setiap saat kalau melaju dengan kecepatan seperti ini terus.


Dragon Egg E.jpg


Aku memperlambat kecepatanku setelah sampai cukup dekat dengan ekor kelabang raksasa itu, aku mengulurkan cakarku dan melemparkan diriku sendiri. Dia punya [Paralysis Resistance] tapi ini harusnya mempan meski cuma sedikit! Menggunakan kecepatan dari putaran, aku melemparkan diriku sendiri seperti sebuah batu bata dengan [Paralysis Claw].


Dia melawan dengan permukaan tubuhnya yang berwarna seperti pasir, dan satu cakarku patah.


Badannya sangat keras. Ini... bukan cuma karena defense'nya. Kalau aku ingat, ini mungkin merupakan skill karakteristik yang kulihat dari kelabang raksasa itu yang bernama [King Shell]. Aku nggak bisa memecahkan permukaannya, malah aku yang menerima sedikit damage!


Aku berhasil memperbaiki posturku yang hancur secara paksa, dan kemudian menusukkan taringku pada tempat yang sama persis dimana cakarku patah.


Apa menancap?


Ya, tapi dangkal. Meskipun permukaan kelabang raksasa itu menjadi penyok dan taringku menancap, sisiknya nggak pecah. Kurasa itu terlalu keras. Kupikir taringku akan patah.


Aku nggak bisa melepaskannya disini. Menggantung dengan taring rahang bawahku, aku menggerogoti si kelabang raksasa. Meskipun aku berhasil melukainya, perutku terseret di pasir.


Dibandingkan dengan bagian punggung, bagian perut memilki sisik yang lebih tipis. Sangatlah menyakitkan terseret seperti ini. Rasanya sakit dan kayak terbakar. Itu adalah momentum yang mana akan menyebabkan kebakaran karena gesekan.


Terlebih lagi, aku nggak bisa melakukan apapun atau aku nggak bisa bertahan. Aku nggak bisa melepaskan dia. Kalau aku membuka mulutku disini, aku akan tertinggal. Keretanya nggak bisa menahan kecepatan itu lagi.


“GuuuuuUU!”


Aku mengeluarkan suara sambil mulutku tetap tertutup. Kelabang raksasa itu mengabaikannya dan terus berlari.


Bahkan jika aku berusaha mengerahkan lebih banyak berat badanku sebanyak mungkin, kurasa itu nyaris nggak berubah. Kelabang ini, apa yang kau makan sampai bisa kayak gini? Oh, sebuah kereta atau sesuatu. Yah, aku akan berkembang. Itu lebih seperti dia telah makan banyak pohon.


Meskipun sedikit, dia pasti melambat. Kereta kuda tersebut lebih cepat kalau si kelabang menyeretku. Jarak dengan kereta tersebut mulai melebar.


Tapi aku nggak bisa membiarkan keadaanku begini terus. Perutku masih terus terseret dan mendekati batasnya. Kereta kuda itu akan segera melambat, karena kau bisa melihat kalau kuda-kuda itu sudah kelelahan. Kalau terus begini, aku juga akan mencapai kondisi yang sama.


Akan tetapi, aku dengan tanganku yang seperti ini aku nggak bisa berbuat apa-apa, sejak awal kondisi ini memang agak....
Kelabang raksasa itu akan menyusul kereta tersebut setiap saat, dan pada titik ini yang bisa kau lakukan adalah mempertahankan keadaan seperti ini.
Apa nggak ada sesuatu yang bagus?


“GIGIJIJIJIJIJIJIJIishi!”


Si kelabang meraung keras. Kuda kuda itu sedikit terguncang karenanya, namin segera pulih.


Nyaris sekali, tenanglah, tenang...tenang.
Disaat ketika aku merasa lega, aku bisa melihat cahaya merah berkumpul di kepala si kelabang raksasa.
Kemungkinan besar ini adalah skill jarak jauh yang diperiksa tadi, [Heat Ray]!!


Kalau sebuah tembakan seperti itu oleh tubuh sebesar itu, keretanya akan hancur. Hanya dengan melihatnya kau bisa bilang itu bukanlah teknik sepele. Itu adalah tipe skill tembakan tunggal pasti mati. Aku berhasil mengubah arahnya, tapi akan bagus kalau kau mau mengubah targetmu.


Apakah ada cara untuk menghentikannya? Enggak, itu mustahil. Aku nggak akan bisa mencapainnya meskipun dengan kecepatan maksimum dari [Roll]. Itu bukanlah sesuatu yang harus kau hentikan. Kalau aku bisa membelokkan lintasan [Heat Ray] meski cuma sedikit, aku akan berhasil.


Untungnya, si kelabang raksasa nampak berkonsentrasi penuh pada persiapan untuk [Heat Ray], dan dia agak melambat. Kalau kayak gini, aku juga bisa menyesuaikan posisiku. Aku berhasil mengangkat kakiku menjadi posisi berdiri, aku mengeluarkan cakarku dan menghentak pasir.


Dengan ini, berhenti eeeeh!


Sambil menghamburkan awan debu, aku terus terseret maju. Meskipun aku bisa memperlambat dia lagi, kelabang raksasa itu masih nggak berhenti. Terlebih lagi, dia meluruskan ujung kepalanya dengan kereta dan bersiap menembakkan [Heat Ray]. Skill itu sudah dalam keadaan dimana siap ditembakkan setiap saat.


Pada poin ini, aku nggak bisa menghentikannya. Sekarang ini, aku harus mengubah arah si kelabang raksasa.


Kalau gitu, gimana kalau begini.
Aku merentangkan sayapku sambil menggigit punggungnya dan menghentak tanah dengan kekuatan penuh dan melompat.


Tubuh bagian bawah kelabang mengapung diudara. Tubuhku menari diudara layaknya sebuah layang-layang dan melambai ke kanan kiri karena si kelabang yang berlari. Aku sudah nggak bisa mengangkatnya lagi. Kelabang ini masih bisa berlari dalam keadaan kayak gitu?


Cahaya merah terang memancar dalam garis lurus dari kepala si kelabang raksasa. Titik yang ditembak cahaya itu berguncang keras. Cahaya itu memilki panas yang kuat.


Si kelabang raksasa menggerakkan kepalanya untuk menyesuaikan sudut yang dipaksa berubah. Sambil membakar pasir, sasaran cahaya tersebut bergerak ke kanan dan kiri. Cahaya tersebut meluncur ke belakang, samping dan depan kereta. Pasir yang tertembak cahaya tersebut mengeluarkan suara "jiyuushi" dan meninggalkan tanda gosong.


Ini buruk, pada tingkat ini tembakannya akan mengenai kereta itu. Karena aku berada diudara, aku mulai menggerakkan tubuhku secara sembarangan. Sasaran tembakan cahaya itu menjadi kacau.


Satu tembakan cahaya mengikis bagian atas kereta. Bagian tersebut hancur dan terbakar berhamburan. Apa.... Apa kau bercanda? Tidak, kereta itu akan lenyap pada tingkat ini.....


Tembakan itu membakar kaktus yang ada diarah yang gak jelas, dan [Heat Ray] berhenti. Apa sudah kau sudah selesai? Itu adalah kekuatan yang sangat besar. Aku akan mati kalau aku menerima serangan semacam itu secara langsung.


Saat aku menghela nafas lega, si kelabang raksasa mulai berakselerasi lagi. Apa dia mengalihkan fokus yang dia miliki untuk [Heat Ray] pada lari?


Si kelabang mengerahkan berat badan pada tubuh bagian bawah dan menurunkannya kembali ke tanah. Meskipun aku berusaha terbang kebelakang dengan mengepakkan sayapku, perlawanan merupakan hal yang sia-sia dan aku malah terlempar kearah pasir.


Ada rasa sakit yang parah pada taringku. Aku terhempas oleh dampaknya. Aku terlempar dari cangkang kelabang itu ke tanah, dan sebuah taring terlepas.


Sudah sewajarnya aku nggak bisa terus berjuang dan aku terlepas.
Aku menghantam tanah dengan keras dan berguling ditempat. Si kelabang raksasa yang terbebas dariku terus berakselerasi dan terus mengejar kereta. Apa karena dia sudah lebih ringan? Dia lebih cepat daripada kecepatan awalnya.


Aku buru-buru bangun setelah berhenti berguling meskipun aku dalam keadaan pusing. Si kelabang semakin cepat dan keretanya melambat karena kudanya kelelahan. Sebelum mengatakan apakah aku bisa menghentikannya atau tidak, kupikir semuanya akan berakhir sebelum aku bisa menyusul. Itu sudah jelas bagiku.


Aku membuang pemikiran itu dan berdiri mengabaikan rasa sakitnya. Aku bisa melihat taringku sendiri beserta dagingnya dalam pandanganku, tapi aku segera mengkonsentrasikan kesadaranku pada kelabang raksasa yang ada didepanku. Nggak memikirkan apapun yang gak penting.
Sekarang, cukup pikirkan saja tentang menyusul kelabang itu.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya