Dragon Egg Indo:Bab 111

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Chapter 111 - Melarikan Diri

Aku mati-matian berguling mengejar kelabang raksasa itu.


Meskipun aku kalah dalam kecepatan, aku masih lebih cepat menggunakan [Roll]. Melakukan secara maksimum sangatlah sulit karena aku kehilangan kendali terbaikku. Aku nggak banyak tau mengenai medan rumit, tapi aku punya keuntungan di gurun terbuka.


Akan tetapi, aku tetap nggak bisa tepat waktu. Kelabang raksasa itu akan menghancurkan kereta tersebut lebih cepat sebelum aku bisa menyusulnya. Yah, gak usah memikirkan sesuatu yang gak perlu. Lari, lari dan lari!!! Selain terus menggunakan [Roll] untuk mengejar, gak ada hal lain yang bisa kulakukan. Nggak bisa dihindari lagi kalau aku memikirkan hal yang gak perlu.


Jarak diantara si kelabang dan kereta menyusut. Saat aku berpikir bahwa semuanya sudah berakhir, api dibagian atas kereta membakar tirai yang menutupi bagian belakang kereta yang mana digunakan untuk menyembunyikan isi dari kereta tersebut. Kain yang terbakar terbang di udara dan menutupi kepala si kelabang raksasa.


Itu adalah suatu posisi dan timing yang menakjubkan. Kurasa itu bisa mengulur waktu sebentar dengan ini, tapi itu cuma sesaat. Kain tersebut segera terbang ke belakang. Hal itu tidak menganggu larinya si kelabang.


Aku mengarahkan tatapanku ke kereta yang sekarang ini telah terbuka.


Didalamnya, ada sekelompok orang yang naik. Ada berbagai orang, dari seorang pria tua sampai gadis mungil yang bahkan belum berusia 10 tahun. Semua orang memiliki telinga binatang di kepala mereka. Aku teringat pada cewek bertelinga anjing yang bersama swordsman wanita saat aku masih di gua.


Selain telinga binatang yang ada dikepala mereka, anggota badan mereka yang lain sama persis dengan manusia normal, tapi apa mereka adalah manusia binatang? Ini adalah kedua kalinya aku melihatnya, jadi hal itu nggak mengejutkan aku. Semua orang mengenakan pakaian yang compang-camping, aku kuatir tangan mereka terkait di papan kayu.


Seorang pria gemuk terlihat dibelakang manusia binatang. Dia mengenakan kain putih dikepalanya dan memiliki penampilan yang mencolok dengan dekorasi emas. Jelas-jelas ini berbeda dari yang lainnya.


Si pria gemuk meneriakkan sesuatu dan menendang salah satu manusia binatang tersebut sampai jatuh. Sesaat aku nggak tau apa yang harus kulakukan.


Manusia binatang yang ditendang terjatuh dari kereta, punggungnya menghantam tanah dan mengejang. Si kelabang raksasa melambat, membuka mulutnya, dan memakan si manusia binatang yang jatuh dari kereta. Memukul manusia binatang lain yang berusaha melawan, mereka melempar seorang anak kecil pada si kelabang raksasa. Lalu melemparkan orang satu per satu.


Setelah delapan orang dijatuhkan, si kelabang raksasa sepenuhnya berhenti. Dia mulai berkonsentrasi pada memakan orang-orang yang dijatuhkan. Dalam kesenjangan tersebut, kereta itu terus melarikan diri. Si pria tua tertawa puas setelah menyeka keringat di keningnya dan kembali ke dalam kereta.


Kejam.


Itu sangat kejam.


Aku paham kalau kau nggak melakukan hal itu, maka seluruh kereta akan tertangkap dan semua orang akan mati. Tetap saja, itu sangat mengerikan. Kenapa pria itu tertawa setelah meninggalkan mereka termakan oleh monster?


Disaat aku menyusul monster itu, kurang dari setengah dari orang-orang itu selamat. Karena mereka kurus, tubuhnya mungkin memang sudah lemah. Tampaknya beberapa dari mereka tewas karena jatuh dari kereta yang meluncur. Tapi, sesaat aku berpikir bahwa itu bagus mereka tewas karena jatuh. Itu sangat mengerikan untuk dimakan hidup-hidup sambil berteriak.


“Oh……”


Melihat kearah suara itu, itu adalah seorang manusia yang setengah tubuhnya telah termakan dan terkoyak. Segera setelahnya sisa bagian atas tubuhnya juga dimakan oleh si kelabang raksasa dan menghilang.


“GIGIJIJIJIJIJIJIJIishi!”


Si kelabang raksasa mengeluarkan suara nggak menyenangkan dan tertawa.


Aku merentangkan sayapku, menghentak tanah dan terbang ke langit. Tubuhku bergerak karena kemarahan bahkan tanpa berpikir. Aku menargetkan kepala si kelabang raksasa dari langit yang tinggi dan meluncur kebawah dalam garis lurus.


Meskipun damagenya gak banyak, harusnya ini masih membuatnya sedikit kesakitan, ali mengerahkan seluruh kekuatanku pada serangan ini. Kalau nggak berhasil, yah apa boleh buat.


Si kelabang raksasa mengguncang tubuhnya dan menangkisku yang meluncur secara vertikal dengan ayunan ekornya. Dampaknya menembus sisikku dan beresonansi didalam tulang. Aku terlempar menjauh dan jatuh dengan kepalaku menancap di tanah.


Sekeliling terasa berputar. Tubuhku berat. Aku mengibaskan pasir dengan tanganku yang gemetaran. Si kelabang raksasa nggak menerima damage sedikitpun.


Aku memahaminya dengan serangan yang barusan. Bahkan dengan peringkat yang sama, perbedaan 40 level layaknya sebuah dinding yang tebal. Mustahil bagiku untuk mengalahkan dia. Aku bahkan nggak dianggap musuh kalau kupikirkan tentang hal itu, itu sangat memalukan diperlakukan seperti itu. Paling-paling aku dianggap mangsa. Seekor mangsa berkualitas buruk, prioritas rendah dan obstruktif (bersifat menghalangi).


Dan juga, bagian samping badanku terasa hangat. Oh, itu darah. Itu bukan darahku sih. Melihat kebelakang, organ lubang dari seorang pria yang isi perutnya berhamburan ada disana. Apa aku mengenai dia saat aku terlempar?


“GUuRUGUaaaaaAAshi!”


Aku menyemburkan [Scorching Breath] pada kelabang raksasa itu. Sambil berharap itu akan mengganggu pandangannya, aku melompat kearah seorang manusia.


Aku mengambil dia menggunakan mulutku. Dia adalah orang yang menderita cidera paling sedikit.


“GIGIJIJIJIJIJIJIJIJIJIJIJIJIGIishi!”


Karena si kelabang raksasa menganggap aku mencuri mangsanya, dia mengeluarkan suara marah. Dia mengguncang tubuh besarnya lagi dan membuat gerakan yang sama seperti ketika dia mengayunkan ekornya. Ini adalah kedua kalinya aku melihatnya, tapi dia bergerak sangat cepat.


Itu adalah gerakan balasan yang dia gunakan padaku sebelumnya, setengah dari HPku lenyap karena serangan tadi. Kalau aku menerimanya lagi, sudah pasti aku akan kehilangan kesadaran. Tapi, itu nggak bisa dihindari.


Aku menghantamkan ekorku pada tubuh kelabang raksasa yang mendekat, dan terhempas kebelakang karena dampaknya. Tetap saja itu nggak bisa dihindari karena tubuh kelabang mendekat. Aku berusaha mengurangi kekuatannya dengan melipat sayapku ke depan dan bertahan terhadap serangan itu.


Meskipun aku terlempar ke udara, damagenya berhasil kuperkecil. Aku menggunakan momentum tersebut dan kabur ke udara. Aku memutar sayapku yang kugunakan untuk bertahan kembali ke belakang dan mengepakkan sayapku untuk meningkatkan jaraknya.


Yang penting, aku lolos.


Mustahil untuk melakukannya lagi.


Saat aku terbang menjauh, aku merasakan sesuatu, jadi aku melihat kebelakang.


“GIJIJIJIJIJIJIJIJIGIJI, GIJIishi!”


Cahaya merah berkumpul di mulut si kelabang raksasa. Apa dia akan menembak lagi?


[Scorching Breath] nggak bisa digunakan. Orang yang ada di mulutku akan terbakar sampai mati kalau aku menggunakan skill itu. Dia adalah orang terakhir dari orang-orang yang dijatuhkan. Meskipun aku dikuasai oleh perasaan nggak berdaya dengan melihat mayat-mayat itu, aku nggak boleh tengelam dalam sentimen ini.
Setelah memeriksa status si kelabang raksasa, kayaknya nggak ada damage yang diterima. Akan tetapi, konsumsi MPnya sangatlah besar. Sepertinya, dia hanya bisa menggunakan [Heat Ray] tiga kali sehari. Itu sebabnya dia nggak menggunakannya untuk memburu kereta tersebut dan malah mengejarnya. Akan tetapi aku nggak bisa mengandalkan informasi ini. Karena aku harus menghindarinya sambil terbang.


Aku terbang keatas sambil terus memperhatikan kelabang itu. Kearahku yang berada jauh di langit, si kelabang raksasa menembakkan [Heat Ray]-nya. Aku mengarahkan wajahku kebawah dan meluncur kebawah.


Meskipun aku sudah cukup menjauh dari dia, [Heat Ray] masih melintas diatasku. Jangkauannya sangatlah panjang.


Level title skill [Evasion King] naik dari level 1 menjadi level 2


Sebuah pesan muncul didalam kepalaku.


Untungnya, kelabang itu nggak mengejar. Aku nggak bisa terbang dalam waktu yang lama, tapi karena aku turun untuk menghindari [Heat Ray], aku memutuskan untuk segera mendarat. Aku mungkin akan terbunuh kalau tembakan ketiga meluncur ke arahku. Mungkin dia menganggapku sebagai seekor mahluk nakal yang mencuri makanannya dan kabur.


Level title skill [Spirit Relief] naik dari level 5 menjadi level 6

Kondisi akusisi dari sistem white magic telah berkurang


Aku melihat kebelakang lagi. Lalu melingkarkan tubuhku untuk menggunakan [Roll] dan bergerak kearah bulan.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya