Dragon Egg Indo:Bab 160

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Chapter 160 - Keberanian

Adofu, apa kau barusan mengatakan Irushia?


Apa kau juga bisa melihat statusku?


Selain aku, aku cuma bertemu satu lagi yang bisa menggunakan skill ini.


Slime aneh yang ada di hutan.


Dia berbicara tentang skill-skill miliknya.


Aku yakin dia bisa melihat status.


Karena ada orang lain yang juga memiliki kemampuan tersebut, masuk akal kalau ada lagi yang lainnya.


Tapi Adofu harusnya gak punya skill ini.


Kalau begitu, kenapa dia menyebut namaku di situasi ini?


Kayaknya, kata-kata yang Adofu ucapkan diarahkan pada seseorang yang sedang bersembunyi....


Setelah berpikir sampai sejauh ini, aku mengalihkan mataku mengikuti garis tatapan Adofu ke belakangku.


Gak ada siapa-siapa disana.


Cuma ada Nina yang berada di pinggir pantai dimana arah tatapan Adofu diarahkan. Nina duduk disana seraya bernafas berat, mungkin kelelahan berdiri akibat penyakit.


Dia menatapku penuh kekhawatiran.


Aku mencoba melihat sekeliling dengan [Presence Detection].


Meski lemah, aku merasakan sihir di langit.


Apa ada sesuatu disana?


Aku menengadah.


"Apa kau gak dengar? Kita gencatan senjata."


Disaat Adofu berkata demikian, langit dimana aku melihat terdistorsi dan seorang pria muncul. Pria itu menunggangi seekor kuda putih bersayap dan memegang sebilah pedang di tangannya.


Dragon Egg 160.png


"Kau membuat upaya kita sia-sia, Adofu. Setelah melalui begitu banyak masalah untuk menarik perhatiannya, kenapa kau secara sengaja memberitahukan keberadaanku? Aku akan melawan naga itu setelah kau memberiku celah dan membiarkanmu mundur."


Sepertinya Adofu bertugas untuk menarik perhatianku ke depan sedangkan pria itu menyelinap dari belakang untuk menunggu celah untuk menyerang. Dia bisa menghilangkan diri, dan aku nyaris gak bisa merasakan kehadiran magis apapun.


Dia mungkin memiliki sebuah skill khusus.


Pria itu berkulit putih pucat dan rambut pirang dikuncir.


Bulu-bulu matanya panjang dan aku mendapat kesan bahwa dia memilik sifat lembut.


Dia gak lebih besar dari Adofu. Sebenarnya dia mungkin sekuat Adofu. Akan tetapi, aku nggak merasakan adanya martabat yang kurasakan dari Adofu. Dia memancarkan perasaan yang menjijikkan.


"Hmm, yah pada level ini aku akan baik-baik saja tanpa terlalu banyak tindakan pencegahan. Tak banyak yang harus aku kuatirkan, tapi naga wabah macam apa ini?"


Pria itu menyipitkan matanya seraya kilatan dingin bisa terlihat dari mata itu sembari senyum megah nampak di wajahnya.


Pada pedang yang ada di tangan pria itu, sejumlah kecil kekuatan terkumpul.


Ah, itu buruk.


Pria ini sudah gatal ingin bertarung. Mungkin dia cuma nggak mau bicara, tidak, sebenarnya lebih seperti dia gak tertarik dan cuma mau bertindak semaunya. Mata miliknya merupakan mata seorang pemburu yang menatap mangsanya.


Itu juga tampak bahwa Adofu tengah berjuang untuk tetap tenang. Dia menunggangi kuda bersayap yang mana membuatnya semakin merepotkan.


"Hei, Irushia! Turunkan pedangmu! Kalau kau mau bekerjasama, mundurlah dan serahkan padaku."


Mengabaikan perkataan Adofu, dia mengangkat pedangnya ke arah langit.


Dia mengangkat kedua tangannya dan bersiap menyerang.


Saat aku mencoba mencari tau serangan macam apa yang akan dia gunakan dengan mengikuti pergerakan matanya, mata kami bertemu pada titik kosong.


"Yah, kenapa seekor monster memiliki nama yang sama denganku? Biasanya itu akan buruk."


Pria itu berkata begitu, dan pedang yang terangkat tersebut diayunkan ke bawah.


Pernyataannya agak mengkhawatirkan, tapi gak ada waktu buat memikirkan hal itu sekarang.


Itu adalah sebuah serangan sederhana, tapi cepat.


Pedang itu diimbuhi sihir, dan bersinar terang.


Aku memposisikan tangan kananku untuk merusak posisi pria itu dan memutuskan untuk menyerang dengan tangan kiriku.


Yang jelas, tujuanku saat ini adalah untuk menjatuhkan kuda itu. Kalau dia kehilangan kudanya maka dia akan jatuh.


Saat aku menyiapkan tanganku, aku merasakan rasa panas yang kuat pada kulitku sebelum pedang tersebut mengenaiku.


Serangan itu jauh lebih kuat daripada yang terlihat.


Tanganku akan terluka kalau aku menerima serangannya tanpa perlindungan.


Aku merubah rencanaku, menghentak tanah, dan mencoba menjauh dari pria itu.


“[Heavens drop]!“


Saat pria itu mengayunkan pedangnya, cahaya yang menyelimuti pedangnya membentang.


Cahaya itu mengarah ke bahu kiriku.


Cepat sekali. Kayaknya aku gak bisa menghindarinya.


Aku menutupi bahuku dengan sayap kiriku dan mencoba menangkisnya.


“Guuooo!“


Saat cahaya itu menyentuh sayapku, rasa panas yang tajam menyebar ke seluruh tubuhku.


Cahaya itu meledak karena kekuatan hantamannya, dan dunia serasa terbalik saat bahuku menghantam tanah.


Aku berguling-guling di pasir.


Aku terlempar hampir 20 meter dan berhenti berkat gesekan dengan tanah.


Bahuku sakit sekali.


Sisik pada bahuku terkupas karena bergesekan dengan tanah dan darah mengalir keluar dari lukanya, tapi yang paling sakit adalah ditempat cahaya itu menyentuh bahuku.


Saat aku mencoba merintih kesakitan, aku mendengar raungan keras di telingaku.


Kesadaranku yang kabur kembali karena raungan itu.


Aku kehilangan akal sehatku.


Barusan itu apa?


Seraya aku merangkak di pasir, aku menatap tempat dimana aku mendengar ledakan barusan.


Ada sebuah lubang besar di tanah.


Apa itu ledakan yang telah menghempaskan aku?


Untungnya aku bisa menahannya.


Kalau aku gak menerimanya dengan baik, situasinya bisa saja lebih buruk lagi.


"Tuan Naga!"


Nina berteriak.


Nina berusaha mendekat dan berdiri.


Sangat jelas kalau dia sudah pada batasnya karena kutukan, dia gemetaran....


Lutut Nina gemetaran dan dia jatuh ke laut.


Air laut membasahi dia dan dia mengerang, namun dia masih berusaha berdiri.


Tolong jangan sembrono... keadaanmu sudah parah...


Tubuhku gak mau menurut.


HPku berkurang cukup banyak.


"Woi! Sudah kubilang hentikan Irushia!"


"Aku gak mau, dan apa yang kau bicarakan, tuan Adofu? Aku membantumu dalam situasi yang berbahaya."


Tubuhku terasa berat.


Kepalaku juga sama.


Aku mencoba menggunakan [Rest], tapi itu gak banyak membantu.


Sihirku mungkin lumayan tinggi, tapi kayaknya gak terlalu cocok untuk pemulihan cepat.


Kalau aku gak melatihnya lagi, kayaknya itu gak akan banyak membantu saat aku membutuhkannya.


Aku berusaha menatap pria itu.


Dia menatap Adofu sambil tersenyum dan tertawa.


Dia bahkan gak memperhatikan aku lagi.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya