Dragon Egg Indo:Bab 164

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 164 - Kisah Seorang Pria Pemberani 7 (Cerita Sampingan)[edit]

Adofu mengayunkan pedangnya seraya dengan cepat menutup jarak diantara kami.


Aku bisa dengan mudah menyerang pergelangan tanganmu dan memenggalmu, tapi aku tak punya niat mengakhirinya semudah itu.


Untungnya, nampaknya naga itu masih belum bisa bergerak.


Aku akan menikmatinya dan perlahan-lahan menyiksamu sepuasnya.


Karena Adofu memperhatikanku dengan cermat, dia bisa membaca pergerakan pedangku dan menghindar.


Setelah empat kali serangan jarak dekat, Adofu mulai kehilangan kesabaran dan mencoba menyerang dengan tebasan diagonal sambil melompat mundur untuk menghindar.


Apa ini? Ini tidak terasa seperti aku sedang bertarung.


Kemampuan prajurit terkuat Harenae sangat menyedihkan.


"Apa kau main-main? Bukankah kau kurang kedisiplinan dan latihan?"


Meskipun Adofu sering diejek di penjara, aku belum pernah melihat reaksi seperti ini.


Meski demikian, bukankah yang dia lakukan agak mengecewakan?


Meski diprovokasi, sangat disayangkan bahwa cuma ini yang bisa dia lakukan.


Aku ingin menyiksamu perlahan-lahan, tapi aku harus menahan diri karena aku masih harus menangani naga itu.


Aku tidak punya banyak waktu untuk bermain. Aku sibuk.


Sekarang untuk mengganggu ketenangan Adofu lebih jauh lagi, lebih baik mendekat dengan perspektif lain.


"Bagaimana? Mengetahui bahwa kau adalah alasan atas kematian adik dan tunanganmu, apa kau menyukai perasaan menyaksikan orang-orang yang dekat denganmu di eksekusi? Ayo, ayo, jika kau tidak bergegas, itu akan menjadi masalah yang serius."


"Bangsat!"


Oh, dia marah, dia marah.


Sudah kuduga, tanggapan tak puas tidaklah cukup.


Untuk itu, aku telah mempersiapkan semuanya. Itu tak akan menghiburku jika kau mengabaikannya.


Adofu termakan emosi dan mengangkat pedangnya.


Dia masih bergerak seperti biasanya, apa yang harus kulakukan?


Maa, aku tau cara menghindari sebuah serangan ayunan dengan kekuatan penuh.


Yah, aku merasa kekuatan dibalik ayunannya telah menjadi agak lebih baik saat aku menghindarinya.


Seperti yang diharapkan dari dia karena bisa sampai sejauh ini.


Kalau saja Adofu bisa melihat status kami, tak akan ada pertempuran yang membosankan ini, dia akan menawarkan lehernya padaku.


Astaga, sungguh menyedihkan.


Aku bergerak ke samping Adofu.


Saat pedangnya berayun kearahku, pedang itu meleset dan membuat pasir terhambur.


"Gu......"


Adofu mengernyit, menutupi telinganya dengan tangan kanannya.


"Ada banyak sekali pujian tentangmu sebelumnya, seperti 'Mustahil mencapai kekuatannya, kau cuma akan menerima serangan balik' seperti yang kumiliki sekarang, kan?"


Karena aku tersenyum mengejek, Adofu melotot padaku.


"Benar, ini tak diperlukan, jadi aku mengembalikan ini."


Saat aku berlari ke sebelah dia barusan, aku menebas salah satu telinganya dengan menggunakan ujung pedang.


Aku mengayunkan pedangnya dengan ringan, daun telinga Adofu terlempar ke udara.


Menggunakan fuller, aku memukul telinga Adofu.
(Tl note: sisi lebar dari bilah pedang)


Berencana mengembalikannya dengan memukulnya, daun telinga Adofu hancur berkeping-keping dan darah berhamburan.


"Ooops, maaf."


Akan tetapi, dia memang mantan Pemimpin Ksatria. Dia bisa mengurangi darah yang keluar dengan menekannya dan segera memperbaiki posturnya untuk memegang pedang dengan dua tangan.


"Aku akan serius sekarang."


Aku menghentak tanah, meluncur kearah Adofu.


Dari ekspresi kaget yang ditampilkan Adofu, sepertinya dia tidak menyangka aku akan bergerak secepat ini.


"Ayo, ayo!"


Dari kanan dan kiri, aku mengayunkan tanganku untuk menyerang dari kedua sisi.


"Bukankah sudah terlambat untuk menahan serangan sekarang? Ah, bukankah itu sia-sia, haruskah kau duduk diam saja?"


Adofu kesulitan mengimbangi kecepatanku.


Tentu saja, Adofu sekarang tak punya serangan balik yang mematikan, kelelahan karena menangani serangan satu persatu.


Tanpa memberi dia waktu untuk memulihkan posturnya, kuda-kudanya hancur secara perlahan-lahan.


Akhirnya Adofu kehilangan posturnya dan menunjukkan celah yang lebar pada kuda-kudanya.


Sebelum dia tumbang, aku menendang dia pada perutnya dan membuat dia terlempar.


“Gufuu!?”


Tubuh besar Adofu terlempar, menghantam tanah dengan punggungnya.


Meski begitu, pedangnya tidak terlepas dari tangannya, dia memang memiliki kehendak yang kuat, itu menyakitkan dan tak sedap dipandang.


Adofu segera berdiri dan menyiapkan pedangnya lagi.


Memang, dia telah menjadi menyedihkan dan kurasa aku harus menghadapi dia sebagai seorang lawan tanpa pedang.


Bahkan tangan kosong saja sudah cukup. Akan tetapi, metode itu saja sudah menyedihkan.


"kauuuuuuu!"


Aku mengulurkan tanganku kearah Adofu yang berlari kearahku sambil berteriak.


"Serangan 5 langkah. Mungkin aku harus memotong pergelangan tangannya dengan serangan 5 langkah."


Dari saat aku mengeluarkan serangan itu, aku menyiapkan pedangku perlahan-lahan, dan membuat strategi untuk bertarung dalam benakku.


"Pertama, kedua, ketiga...."


Serangan pertama, untuk mendapat awalan.


Itu merupakan perasaan yang menyakitkan, kalah telak dalam kontes pedang, membuatmu sadar bahwa kau tidak sehebat yang kau pikirkan.


"Serangan keempat."


Kecepatan seranganku meningkat.


Kecepatan bertahannya lambat, kuda-kuda Adofu rusak.


Sebelum pertahanannya siap, aku menyerang dengan tangan kiri.


"Sekarang, ini adalah serangan kelima!"


Mengincar lengan kiri, aku berputar dan mengarahkan pedangku pada tangannya.


Seperti yang kuperkirakan, dengan 5 serangan pergelangan tangan Adofu terpotong.


Aku tak bisa menekan senyum dibibirku.


Untuk melihat ekspresi Adofu, aku mengangkat kepalaku.


"Hmmm?"


Dengan satu tangan, Adofu mengarahkan pedangnya padaku dan mengayunkannya.


Orang ini, secara sengaja mengulurkan tangan kirinya untuk membatasi pergerakanku.


Maa, jika dengan perbedaan kecepatan ini, akan mudah menjauh dari sini.


Sudah hampir waktunya aku menghancurkan tekadnya. Memang disayangkan, tapi aku harus mengakhiri pemanasan ini.


Aku harus menghancurkan tekadmu sekali lagi.


Mengabaikan tangan Adofu, aku menghentak tanah dan menunduk (jongkok).


“[Shock Wave]!”


Tebasan dari longsword itu berisikan kekuatan.


Dia sangat cerdas karena bertahan sampai poin ini.


Meskipun aku enggan, aku tak punya pilihan selain menerimanya.


Tak ada artinya melakukan ini, sungguh menjengkelkan.


Cukup, lebih baik segera bunuh Adofu dan mengakhiri semua ini.


Aku tidak berencana membunuh Adofu dengan satu serangan, itu akan merusak kesenangan. Seorang pria yang tidak bisa membaca suasana.


Itu sebabnya gereja membenci dia.


Aku menyilangkan tanganku seraya menerima serangan [Shock Wave] itu.


Aa, serangan yang sia-sia.


Kali ini, Adofu melemparkan pedangnya kedepan.


Kalau hanya segini, tak peduli bagaimana caranya, aku masih bisa menanganinya. Apa yang dia pikirkan?


Apa dia memahami perbedaan kemampuan dan melemparnya begitu saja? Atau dia merasa seperti membalas serangan tadi? Apa dia telah kehilangan tekad bertarung?


Apapun itu, sepertinya kesimpulannya telah diputuskan. Aku bertanya-tanya apakah aku bermain-main dengan dia terlalu berlebihan.


Aku menghindari pedang yang dilemparkan dengan membungkukkan badanku.


Adofu mengulurkan tangannya kearahku.


"[Clay]!"


Lalu, dengan sihir setingkat itu, kau mau apa?


Dibelakangku, terdengar suara dentuman logam.


Apa pedangnya terpantul?


Dengan memanfaatkan suara itu, lintasan pedangnya bisa diprediksi, itu tak akan bisa mengenaiku.


Ya itu benar.


Menggunakan sihir [Clay] untuk menyembulkan tanah untuk memantulkan pedangnya dan mengenai sasarannya, sebuah trik murahan.


Aku memfokuskan perhatianku ke belakangku.


Aku memiringkan badanku dan pedang Adofu melintas melewati badanku.


Itu adalah pergerakan menghindar yang indah, itu sudah cukup bernilai artistik.


Jika dia sering melatih ini, kemampuan pedangnya akan meningkat.


Itu sebabnya serangannya lemah.


"oke oke, bagus. Satu serangan tebasan, apa itu cukup memuaskan? .....Aa?"


Saat aku memiringkan kepalaku, Adofu melompat kearahku.


Di udara, Adofu memegang pedangnya dengan cara yang kacau dan menuju kearahku.


Tak ada strategi, hanya pergerakan sembarangan.


Dengan posisi ini, itu tak bisa dihindari.


Mudah untuk menyerang balik. Setelah itu, akan mudah untuk membunuh Adofu. Serangannya tak akan bisa dihentikan.


Meski dengan sihir, itu tak akan bisa mengubah situasi saat ini.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya