Difference between revisions of "Dragon Egg Indo:Bab 210"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
 
(No difference)

Latest revision as of 11:36, 15 February 2020

Chapter 210 - Pertarungan Ulang Melawan Pahlawan[edit]

"Apa yang kalian lakukan!? Kubilang segera laksanakan! Laksanakan tugas kalian! Berhentilah membuang-buang waktu dan tangkap Hagen! Apa kalian dengar!?"


Pahlawan itu berteriak penuh amarah, memberi perintah pada para prajurit di sekitar. Namun, gak satupun yang mengikuti perintahnya. Urat jengkel muncul di keningnya saat dia menatap sekeliling.


Semuanya sesuai rencana yang mana agak mengecewakan. Adofu mengungkapkan dirinya, mengumbar kebohongan si pahlawan, dan Hagen mendesak dia untuk memberi jawaban. Hasilnya, si pahlawan nampaknya telah kehilangan kepercayaan orang-orang.


Meskipun pahlawan itu ngoceh sana-sini, gak seorangpun yang membela dia. Kayaknya dia sudah di ujung tanduk.


Aku berpaling salib-salib yang dibariskan. Pada salib paling ujung, aku melihat Nina diikat disana. Kayaknya Nina gak tau apa yang sedang terjadi dan nampak kebingungan, tapi dia tetap memperhatikan situasi yang ada didepannya disertai cahaya harapan dimatanya.


Usai sudah. Dengan hilangnya kepercayaan pada si pahlawan, Nina harusnya dibebaskan. Setelah itu, sesuai hukum negara ini, si pahlawan akan diadili. Dengan semua kajahatannya, gak mungkin dia bisa lolos.


Fitnah terhadap Adofu akhirnya akan.... sebentar, tunggu dulu, kalau pahlawan itu melarikan diri, apa ada orang yang bisa menangkap dia? Maksudku, memang sih Nina dan kerabat Adofu mungkin akan selamat, tapi pada akhirnya, bukankah akan mustahil bagi Adofu untuk membalaskan dendam tunangan dan adiknya?


"Kubilang minggir! Suasana hatiku kacau sekarang! Jangan menatapku kayak gitu!"


Si pahlawan berusaha pergi dari tempat eksekusi. Dia mau melarikan diri...


"B-Buka jalan! Minggir! Enyahlah!!"


Hagen mengejar si pahlawan dan meraih pundaknya.


"Woi! Kau pikir kau bisa lolos dari ini dengan melarikan diri?"


"Singkirkan tangan kotormu!"


Si pahlawan menghunus pedangnya dan mengayunkannya dengan liar. Hagen terkejut dan jatuh ditempat. Hagen memutar tubuhnya, punggungnya sekarang menghadap si pahlawan, dan berusaha menjauh sambil merangkak. Dengan panggung Hagen menghadap dia sekarang, si pahlawan mengarahkan pedangnya pada punggung Hagen.


Orang ini akan mengamuk. Itu bukan sebuah ancaman belaka, matanya serius. Dia sudah mengabaikan akal sehatnya. Pada tingkat ini, Hagen akan terbunuh.


Aku menurunkan Ball Rabbit yang ada ditanganku ke tanah. Lalu aku menghentak tanah dan melompat ke depan. dengan itu, aku membatalkan [Art of Human Transformation] milikku di udara.


Seketika, tubuhku membengkak, kembali ke ukuran aslinya. Lalu, jeritan terdengar dari segala arah.


Beberapa orang mungkin akan terluka saat melarikan diri, tapi itu adalah tugasnya Ball Rabbit untuk menyembuhkan luka mereka. Menurut Adofu, banyak orang memelihara Ball Rabbit sebagai peliharaan karena mereka cerdas, nggak suka kasar, dan mereka tampak menggemaskan. Daaaaaaan kayaknya kebanyakan dari mereka segera dilepaskan karena membengkakkan biaya makanan. Jadi, Ball Rabbit seharusnya bisa tenang-tenang saja disekitar manusia.


“GwooooooOO!”


Saat aku meraung, pahlawan itu mengalihkan ujung pedangnya dari Hagen padaku. Aku menangkap pedang yang terayun itu, dan menggigitnya kuat-kuat. Si pahlawan berusaha menarik pedangnya, tapi aku menahannya dengan gigiku. Aku gak boleh melepaskan dia.


Pergerakannya terhenti. Aku menyuruh sobat untuk mengurus sisanya.


“GaaaAA!”


sobat menanduk si pahlawan yang lengah. pahlawan itu melepaskan tangannya dari pedang dan melompat ke belakang.


Aku mengangkat kakiku. Kayaknya dia berencana menendang kepala sobat untuk memanfaatkan momentumnya untuk menjauh. Kaki si pahlawan menyentuh kepala sobat. Kupikir dia akan bisa menghindari kakiku, tapi sesaat setelahnya, tubuh pahlawan itu menghantam tanah dengan keras.


Mungkin karena aku mengungguli dia dalam kekuatan. Terbayar juga upaya peningkatan levelku. Saat dia berada diantara kerumunan warga kota, aku memeriksa status si pahlawan, mengkonfirmasi bahwa aku melampaui dia dalam semua statistik.


....Akan tetapi, pahlawan itu punya skill yang memiliki kemampuan untuk memperkuat dia secara fisik. Aku sudah merenggut salah satu pedangnya. Namun, dia masih punya dua sarung pedang di pinggangnya dengan pedang yang masih tersarung. Kurasa dia gak akan diam saja.


Aku melemparkan pedang yang di mulutku. Pedang itu menancap dalam pada tanah.


Demi Adofu, aku gak bisa membiarkan orang ini lari. Mungkin cuma aku di negara ini yang bisa melawan orang ini. Aku akan membunuh pahlawan itu. Dia bukanlah seseorang yang bisa kubiarkan lari dan melakukan apapun yang dia mau.


"Apa-apaan ini? Apa kau..."


Seraya si pahlawan berdiri, dia menyiapkan pedang keduanya, pedang itu memberikan damage yang cukup besar saat pertamakali kami bertemu. Dengan pedang ini kemungkinan artinya bahwa dia akan serius.


“GwooooO!”
“GwaaaaA!"


Aku dan sobat meraung bersamaan saat aku melompat ke arah pahlawan itu.


“[Quick]!”


Saat si pahlawan berteriak, cahaya menyelimuti tubuhnya. Sihir percepatan?


"Gak banyak naga yang memiliki nama yang sama denganku. Jadi kau berevolusi kan? Itu betul-betul gak terduga. Selain itu, kau membawakan oleh-oleh yang mengerikan untukku."


Si pahlawan mengarahkan pedangnya padaku.


"Akan tetapi kalau aku membunuhmu disini, maka aku masih bisa memperbaiki ini! Haha! Bagimu aku memang pembawa sial! Kayaknya kau cukup kerepotan untuk menolong budak itu, tapi kau salah waktu untuk menunjukkan diri! Kau memang seekor naga bodoh berotak-cakar."


Memang.... Kalau aku nggak keluar, pahlawan itu akan kehilangan semua reputasinya dan Nina mungkin akan dibebaskan tanpa halangan. Dengan munculnya aku, kemungkinan besar serangkaian kejadian yang dihasilkan oleh Adofu dan Hagen dengan mempertaruhkan nyawa mereka telah sia-sia. Mereka berdua akan berhasil jika mereka diberi kesempatan untuk membeberkan pada semua orang tentang hal-hal licik yang telah dilakukan pahlawan itu sampai sejauh ini.


Tapi setelah itu Hagen akan terbunuh, selain itu, si pahlawan sendiri juga akan melarikan diri. Hagen akan mati dan Adofu akan gagal membalaskan dendam kerabatnya. Aku gak bisa mengabaikan seseorang yang sudah bekerja sama denganku. Asalkan aku mengalahkan pahlawan itu, segalanya akan bersih.


“GwoooOOO!”


Aku mengayunkan kaki depanku, menargetkan pedang si pahlawan. Pahlawan itu menahan cakarku menggunakan badan pedangnya dan menepisnya ke samping.


Aku membuka mulutku lebar-lebar dan menerkam dia.


“[Lucent Luna]!”


Bola cahaya dalam jumlah banyak muncul dari pedang miliknya. Aku menerobosnya dan melanjutkan seranganku.


Cahaya itu melesat ke wajahku. Aku menahan salah satunya pada keningku, dua didalam mulut, satu di pipi dan satu di leher. Rasa sakit yang tajam menjalar disetiap tempat yang terkena cahaya itu. Damagenya lebih besar dari yang kuduga. Apa aku meremehkannya?


"Haha! Apa kau menyukainya!? Pedang ini dirancang khusus untuk membunuh naga-naga jahat sepertimu!"


Melihat aku terdorong mundur, si pahlawan kembali memasang kuda-kuda dengan pedangnya. Ini dia! Menggunakan kehendakku untuk menahannya, aku melanjutkan seranganku.


“GwooooOOO!”


“Ap-!?”


Aku berhasil menancapkan taringku pada bahu pahlawan itu. Taringku merobek dagingnya dan darah menyembur, memenuhi mulutku.


Lalu, aku mengangkat tubuhnya ke udara.


Taringku nggak sampai menembus tubuhnya. Semakin dalam taringku menancap, daging bagian dalam terasa semakin keras dan kuat. Saat menggigitnya seperti ini, terasa sangat aneh mengingat status miliknya. Meskipun perbedaan diantara fisik kami sangat jauh, aku bahkan gak bisa menembus tubuh manusia miliknya.


Aku memutar leherku dan dengan ganas membanting si pahlawan ke tanah, pada dasarnya menggunakan kepalaku sih. Permukaan tanahnya hancur berkeping-keping seraya pasir berhamburan.


"Sialan kau...."


Aku kembali memutar leherku dan terus menghantamkan dia ke tanah.


“Gaah!”


Tindakan ini juga melukai aku, tapi HPku jauh melampaui HP milik dia. Aku jajaran tingkat atas kalau masalah menahan luka.


Saat aku mau membanting dia ke tanah untuk yang ketiga kalinya, taringku terlempar ke udara. Si pahlawan yang sekarang telah lepas, melompat ke belakang. Dia mendarat seraya terhuyung-huyung.


“[Rest]!”
“[Rest]!”


Para ksatria yang berada disekitar tempat dia mendarat berteriak pada dia.


"A-Apa kau tidak apa-apa, Tuan Irushia!?"


Para ksatria tampak kebingungan bagaimana menanggapi si pahlawan, tapi mereka juga gak kelihatan mereka akan mengarahkan pedang mereka pada dia. Terjadi keributan yang cukup besar disekeliling, tapi meski begitu, membunuh seekor naga merupakan prioritas utamanya. Tampak jelas sekali kalau aku kalah, maka semua orang akan tertipu seterusnya.


Namun, akan buruk bagi mereka jika mereka mengganggu pertarungan ini. Gak peduli seberapa banyak orang biasa menyerangku, itu gak akan berpengaruh. Sama seperti saat Hagen datang dan menyerangku, aku bisa menghadapi mereka dengan mudah seraya berhati-hati agar tidak membunuh mereka.


Tapi kali ini berbeda.


"Terimakasih atas bantuanmu."


Pahlawan itu berkata dengan nada tak wajar, lalu memalingkan wajahnya padaku sambil sedikit menyeringai.


Dia akan menggunakan para ksatrianya serta rekan-rekannya sebagai perisai daging. Akan sulit menyerang pahlawan itu tanpa melukai para ksatria yang dia korbankan.


Pahlawan itu memperhatikan dan mengamati skill-skillku dengan cermat. Dia mungkin membuat persiapan berdasarkan apa yang dia lihat dari kepribadianku.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya