Difference between revisions of "Dragon Egg Indo:Bab 219"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
 
(No difference)

Latest revision as of 11:53, 15 February 2020

Chapter 219 - Kuil Batu[edit]

Aku memasuki hutan tanpa banyak masalah.
Aku akan mengikuti sungainya sedikit lebih lama.
Gak akan mudah memburu mangsa kalau kau nggak sering dekat dengan sungai. Gimanapun juga mangsa lebih mudah ditemukan didekat air, karena pasti akan ada monster yang ingin minum.


Daripada berjalan tanpa tujuan, mendingan aku memeriksa skill-skill baruku.
Aku gak mau terlalu banyak mengandalkanmu, tapi..... God's Voice, tolong periksalah.


Yang pertama adalah skill yang kelihatan mencurigakan ini.... [Soul Inhabit].

Normal Skill [Soul Inhabit]

Sebuah skill yang memasukkan sukma palsu kedalam suatu obyek yang tak bergerak

......Jadi, itu sebuah skill sihir yang membangkitkan nyawa?
Tapi bagian "palsu"nya agak membuatku merinding.....
Itu mungkin akan kembali normal setelahnya.
Itu salah satu trik zombie, kan?


Kalau aku menaikkan level skill itu, aku mungkin bisa menggunakannya secara berbeda.... oke....
Untuk sekarang ini, aku akan mengujinya dengan seekor monster, atau apapun yang kurasa bisa digunakan.
Kalau skill itu ternyata berguna, maka aku bisa melihat seberapa pentingnya. Meski begitu, aku nggak ngerasa adanya kegunaan yang bagus darinya.


Yang selanjutnya juga kedengaran mencurigakan.
sebuah skill yang betul-betul gak bisa dimengerti.
Tapi tetap saja, aku gak sepenuhnya yakin apakah aku akan bisa mengujinya disini.....

Sacred Skill [Path of Human]

Kekuatan untuk mengatur dunia manusia sesuka hatimu. kekuatan aslinya telah hilang seiring waktu, tetapi skill ini memiliki dampak yang besar pada evolusi mendatang

......Itu sih yang dikatakan, tapi.... ternyata itu lebih kuat dari yang kuduga.
Karena ini merupakan sebuah skill yang mempengaruhi leveling-ku.... Kurasa aku hanya perlu memperlakukannya sebagai salah satu dari skill gelar punyaku.


Meskipun itu bagus bahwa skill-skillku bisa mempengaruhi evolusiku kedepannya, aku gak boleh terlalu senang soal itu.
Karena itu adalah [Path of Human], kemungkinan gak akan ada hal buruk yang terjadi, meski aku masih merasa gelisah sih.....
Saat pertama kali aku menggunakan [Art of Human Transformation] sebagai seekor Calamity Dragon, aku sangat terkejut.
Gimana kalau leherku memanjang dan cuma kepalaku saja yang menjadi manusia, aku gak akan berevolusi menjadi sesuatu seperti itu, kan?


Mumpung aku lagi nyantai periksa skill, sekalian aja aku periksa skill-skill lain juga.
Mungkin ada skill yang ternyata berguna.
Aku sudah tau sebagian besar dari normal skillku.... dan, skill resistensiku biarin aja gak perlu diperiksa.
Aku juga gak perlu terlalu kuatir soal skill karakteristikku.... jadi, skill gelar yang perlu diperiksa.

Skill Gelar [King Ant]

Sebuah gelar yang diberikan secara langsung oleh Ratu Semut pada seseorang yang mendapatkan pengakuan mereka sebagai seorang [Captain Ant]<br/ Seseorang yang memiliki genetik unggul dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan keturunan dengan Ratu Semut
Ini merupakan sebuah gelar yang didapatkan didalam sebuah sarang Semut Merah

............ Oh, a-aku paham.
Sudah cukup memeriksa skill gelarku sekarang ini.
Nah sekarang, karena aku sering berpikir bahwa skill-skill gelar itu lain daripada yang lain, kurasa aku gak bisa berbuat sesuatu soal itu.
Skill [Walking Egg] merupakan satu-satunya yang memberiku paling banyak keuntungan.


"Gra~a! Gra~a!"


Sobat mengulurkan lehernya kearah sungai.
Aku nggak menyadarinya sampai sekarang bahwa kami betul-betul haus.


Aku mengikuti Sobat, menjulurkan leherku, dan minum air disamping dia.
Sambil meminum air, aku melirik ke sebelah kiriku.
Sobat meminum air sambil membuat suara gemericik.
Bakteri seperti wabah keluar dari mulutnya.


.....Untunglah aku berada diatasnya, jadi airnya nggak mengalir padaku.


Saat aku mengangkat kepalaku, aku melihat sebuah bangunan batu berdesain sederhana di sebrang sungai.
Pintu masuknya kayaknya ada disisi lain.


Tingginya sekitar 4 meter.
Lebarnya kayaknya juga 4 meter, dan panjangnya kisaran 10 meter. Bangunan itu cukup besar.
Kurasa meski aku gak meringkuk, aku masih muat didalamnya. Dan, karena didekat sungai, itu merupakan tempat yang bagus untuk tinggal.
Mungkin bukan ide buruk untuk menjadikan tempat itu sebagai markas sementaraku.


Aku merentangkan sayapku dan terbang melintasi sungai.
Tanahnya berguncang karena dampak saat aku mendarat.
Aku harus berhati-hati sekarang. Monster disekitar bisa saja menjadi waspada karena suaraku.


Aku belum menemukan monster berbahaya sejauh ini, meski Adofu bilang kalau tempat ini merupakan rumah para monster yang bahkan lebih kuat dari Kelabang Raksasa.


Apa namanya... oh ya, Suku Lithuvar.
Aku ingat seseorang biasa menyebut mereka suku kejam, atau semacamnya.
Untuk sekarang ini, aku harus berhati-hati supaya gak ketemu mereka.


Aku mendekati bangunan batu itu seraya berhati-hati melangkah.
Saat berjalan, aku melihat patung-patung naga berbaris di dekat pintu masuk.


Dan, itu bukan patung naga sembarangan.
Patung naga itu memiliki dua kepala, itu seekor naga berkepala dia seperti aku.


Ho-ho, itu terlihat indah.
Coba kuperhatikan lebih cermat.


Saat aku mendekat, hawa kehadiran dari seekor monster didalam bangunan itu mulai terasa.
Hawa kehadiran ini berasal dari seekor monster yang cukup besar. Bangunan ini pasti milik orang purba.


Kayaknya ide yang buruk kalau aku mendekati sembarangan.
Aku gak mau sesuatu seperti Giant Centipede keluar dari sana, mungkin lebih baik kalau aku berbalik sekarang.


Tapi, ada patung batu naga didekatnya, jadi itu mungkin sebuah sarang naga.
Aku jadi ingin ngintip kedalamnya, tapi..... jangan, mendingan biarin aja.
Kalau seseorang hanya mengikuti rasa penasarannya, maka gak akan ada habisnya.


Saat aku mau berbalik, Sobat meraung.


"Gra~a?"


Dia kayaknya bertanya padaku apakah nggak apa-apa mundur begitu saja.
Aku bisa menebak apa yang Sobat katakan dari wajahnya dan nada suaranya.
Aku bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya dengan skill [Communication] punyaku.


"A...... tidak... jangan...... kya~aaaaa!"


Kayaknya telah terjadi sesuatu saat aku mendengar seseorang berteriak didekat bangunan itu.
Jangan bilang.... ada manusia didekat tempat tinggal monster ini?!
Aku terlalu fokus pada hawa kehadiran monster sampai-sampai aku nggak menyadari hawa kehadiran manusia.
Karena Adofu sering memperingatkan aku soal tempat ini, aku gak pernah menyangka akan ada manusia disini.
Berkonsentrasi cukup kuat, aku merasakan ada dua hawa keberadaan disana, salah satunya manusia.


Aku bergegas ke pintu masuk bangunan itu.


"Gru~o~o~ooo!"


Aku meraung untuk mengganggu perhatian monster itu.
Membiarkan musuh mengetahui lokasimu sama saja dengan membuang kesempatan untuk melakukan serangan kejutan, tapi apa boleh buaylt.
Cukup memakan waktu bagiku kalau aku menghindari pepohonan yang menghalangi jalan, jadi aku menerobosnya.


Ada suara dari dalam bangunan itu seolah seseorang baru saja berdiri.
Lalu, seekor monster berwarna kuning melompat keluar dari pintu masuk.


"Gebagebageba~a!"


Monster itu berbalik kearahku sambil mengeluarkan suara yang sangat keras.
Panjangnya sekitar 7 meter.
Fisiknya hampir sama seperti aku.


Monster itu kayak.... seekor singa besar.
Dia punya bulu berwarna kuning dan surai coklat diwajahnya.
Ujung ekornya yang panjang mirip dengan bola berduri, dan wajahnya menakutkan, seperti kombinasi dari seorang wanita dan seekor macan tutul.


Disisi mulutnya ada darah yang menetes, dan tubuh seorang anak manusia bisa terlihat merangkak dari mulutnya
Perut anak itu tertusuk oleh taring monster itu. Sungguh biadap.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya