Dragoon (Indonesia): Dragoon 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Dragoon 4 : Anak Laki-Laki Yang Mencurigakan

Setelah keributan di depan gerbang sekolah, Rudel menuruni wagon, dan membawa perlengkapannya ke asrama putra yang akan digunakanannya. Barang miliknya yang sedikit dibawa masuk hanya dalam beberapa putaran, dan setelah para pelayan memberi salam perpisahan, mereka beranjak pulang.


"Kamar yang tidak terlalu buruk...meski begitu aku rasa ruangan ini terlalu besar sebagai bagian dari asrama.”


Melepas bajunya yang dibordir berlebihan, dia berganti ke sesuatu yang lebih mudah untuk bergerak sambil mengecek jadwalnya. Setelah upacara penerimaan besok, sebuah rapat dan pesta penyambutan yang menunggu. Pada umur lima belas tahun, para siswa akan memilih antara dua, tiga atau lima tahun kurikulum… pastinya akan banyak lagi yang lebih bertalenta dibandingkan dirinya, dan dia bersaing dengan mereka untuk menjadi kesatria.


Sambil berpikir seperti itu, Rudel mulai menggerakkan tubuhnya di dalam kamar yang telah dirapikannya. Dengan tekanan dan kegelisahan ini, jika aku tidak menggerakkan tubuhku… pikirnya.


Tetapi walaupun dia melakukannya, dia tidak dapat tenang. Sejak dia datang ke sekolah, dia merasakan kegelisahan dan kegugupan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dia merasa sesuatu yang mirip dengan godaan untuk meninggalkan kamarnya.


“Apa ini? Ini tidak pernah terjadi sebelumnya…”


Ucapnya sambil dia berpakaian yang cukup agar dia tidak malu walau terlihat berjalan-jalan. Walau dia berjalan mengitari sekolah―tepatnya areal di sekitar asrama putra― ‘ini bukan tempatnya,’ perasaan aneh bergema di dalam kepalanya…ah apalah! Dia membiarkan kakinya bergerak sesuka mereka.


Dan dimana kakinya membawanya… adalah asrama putri.


“Apa aku benar-benar frustasi[1]? Tidak, itu, mungkin… Aku seorang lelaki, dan bukannya aku tidak tertarik.”


Rudel cukup bingung akan kenyataan bahwa dia secara tidak sadar berjalan kesini. Beberapa tentara perempuan datang menghampirinya dengan waspada.


“Apa yang kau lakukan disana? Ini adalah asrama putri, dan laki-laki dilarang untuk masuk.”


Itu adalah penjelasan yang sopan, tetapi asrama putri menampung beberapa siswi yang memiliki derajat tinggi. Dan para tentara ini yang akan pertama disingkirkan jika sesuatu terjadi, para lelaki tidak lain hanyalah pembawa masalah.


Karena itu, walaupung mereka sopan, terdapat tenaga pada tangan yang mereka gunakan untuk menggenggam gagang pedang dipinggang mereka.


“M-maafkan saya. Saya hanya tersesat… dapatkan anda menunjukkan jalan ke asrama putra?”


“…aku akan membawamu kesana. Tetapi jangan berpikir alasan itu dapat berguna untuk kedua kali.”


Kelompok yang kesal mengelilingi Rudel dan mengantarkannya pulang.


“Haduh, akan bermasalah jika kalian bangsawan tidak mengontrol diri kalian! Dengarkan, satu kesalahan, dan itu akan menjadi masalah besar yang akan menimbulkan kekacauan antar keluarga…”


Si tentara perempuan berjalan didepan memarahi dan menjelaskan dengan nada lelah. Masalah sekolah ini yang sering disembunyikan merupakan sumber dari kesulitan yang tak henti bagi para tentara.


Sepertinya kalian melalui sesuatu yang sulit… yang dapat Rudel rasakan. Lagi pula dia tidak memiliki perasaan tidak senonoh, dan itu adalah tempat yang pikirnya tidak akan didatanginya lagi. Rudel kadang meminta maaf pada perkataan si tentara perempuan sambil dia menyusuri jalur ke asrama putra.


“Ah! Bisa kau tunjukkan kartu pelajarmu? Ini adalah peraturan, agar lebih jelas, jadi aku harus memastikan identitasmu…”


Dari sudut pandang bangsawan ke pendaftar biasa, sekolah menampung begitu banyak siswa, dan membawa kartu pelajar merupakan sebuah kewajiban. Ini untuk mencegah agar tidak ada orang asing yang dapat masuk, tetapi mengatur para siswa adalah tujuan utamanya. Kartu pelajar merekam jumlah penahanan dan berbagai macam masalah yang disebabkan oleh seorang siswa.


“Ini dia.”


Berkeinginan untuk hidup taat peraturan, Rudel terus membawa kartu pelajarnya seperti yang ditetapkan peraturan sekolah yang telah dipastikannya sebelumnya. Ketika dia menyerahkan kartu pelajarnya…


“…Rudel Arses? Archduke Arses-sama!!! M-mohon maafkan saya!!! Saya telah berlaku yang tidak pantas! Anda memiliki keperluan di asrama putri, benarkan? Saya akan langsung membawa anda…”


“T-tidak, saya benar-benar hanya tersesat!”


“Iya! K-kalau begitu, saya akan memanggil, ‘seseorang yang dapat memperkenalkan anda ke wanita seperti itu’… jadi saya mohon, jika mungkin… tolong, jangan para siswi… maafkan saya, saya sudah bersikap tidak sopan, benarkan.”


Rudel cukup kasihan melihat tentara perempuan yang bingung. Dan pada saat yang sama, dia paham bagaimana dia dimata orang-orang… apakah dia benar-benar terlihat begitu kelaparan[2]? Itu yang ada di pikirannnya, dia menjadi sangat depresi.



Entah bagaimana dia dapat menyelesaikan kesalahpahaman tadi, Rudel kembali ke kamarnya dan istirahat. Mungkin berinteraksi dengan lebih banyak orang daripada sebelumnya membuatnya lelah, dan walaupun masih terlalu dini, dia memutuskan untuk tidur.


Ketika pagi tiba, dia membuka kedua matanya saat fajar yang telah menjadi rutinitasnya. Setelah mengambil seragam yang lupa diambilnya kemarin, dia sadar dia masih memiliki waktu, jadi dia memutuskan untuk menjelajahi halaman asrama putra.


Tetapi suasana sekitar sama sekali tidak sunyi. Kerumunan pria kasar yang berlatih dengan pedang mereka dan melakukan pertarungan, suara dari kayu dan besi saling beradu berdering ke sekitar. Pemandangan yang membuat Rudel senang.


(Semuanya rupanya bekerja keras. Jika aku tidak melakukan yang terbaik, mereka akan melampauiku.)


Rudel menemukan sebuah tempat senggang di halaman dan mulai mengayunkan pedangnya. Beberapa kakak kelas menyadarinya dan coba untuk mengatakan sesuatu, akan tetapi malah memutuskan untuk meninggalkannya sambil mereka mencucurkan keringat mereka.


Setelah beberapa waktu telah berlalu, suara lonceng berdentang enam kali… mendengar itu, para siswa mulai beres-beres dan berjalan ke arah kantin. Rudel ragu akankah dia ikut atau tidak.


“Kau siswa baru, kan? Walaupun kau ingin ikut, kau bisa santai dulu sekarang… tempatnya masih sepi jam segini.”


“Tertulis bahwa kantin cukup populer, jadi sebaiknya bergegaslah.”


Rudel mengingat sebuah daftar untuk petunjuk penting yang telah dibacanya beberapa waktu sebelumnya. Dalam hal itu, si kakak kelas,


“Kantin akan ramai jika lonceng berdentang tujuh kali. Tapi orang sekitar sini yang akan ada jam segini.”


Dengan begitu dia mengikuti kakak kelasnya, dan memasuki kantin sekolah. Didalamnya, sosok laki-laki dengan piring merekan yang tertumpuk tinggi dengan makanan… membuat perutnya sakit.


“Lihat, bukankah sekarang sepi? Aku Vargas, kelas tiga.”


“Aku Rudel. Rudel Arses.”


“Seorang bangsawan? Aku dari desa, jadi aku cukup kurang paham jika mengenai bangsawan… yah, biarlah, salam kenal.”


Kakak kelas Vargas, dengan rambut merah panjangnya yang diikat ke belakang. Kulit coklatnya dan tubuhnya yang kuat sedikit terasa menakutkan, tetapi setelah berbincang dengannya, dia merupakan pria yang ramah.


“Iya!”


Untuk Rudel, ini adalah saat dimana dia mendapat teman yang dapat berbincang dengannya selain keluarganya.



Kembali ke kamarnya dari kantin, Rudel berganti ke seragamnya, memasuki bangunan besar atas perintah sekolah. Dibandingkan sebuah auditorium, ini seperti… benar, ini merupakan sebuah tempat yang mirip arena. Walau pertarungan memang dilangsungkan di tempat ini, penjelasannya tidaklah salah, tetapi…


“Saya senang akan banyaknya pemuda-pemudi yang kami sambut melalui pintu kami tahun ini…”


Setelah menerima pidato panjang dari kepala sekolah, para siswa terbagi dalam beberapa kelas dan memasuki kelas mereka masing-masing. Pada umumnya, sekolah hanya memberikan dasar pada dua tahun pertama, dan pembagian kelas hanya untuk memisahkan bangsawan yang saling berseteru, atau mengumpulkan mereka yang memiliki status rendah dalam satu tempat… itu merupakan hal semena-mena.


Tapi Rudel merupakan anak sulung dari Keluarga Arses, salah satu dari Tiga Bangsawan Tinggi. Untuk menghindari ketidaksopanan, dia dikirim ke kelas yang terdiri dari para bangsawan muda. Dan tahun ini, selain Rudel, anak sulung dari Tiga Bangsawan Tinggi lain juga akan memasuki kelas ini, jadi sekolah dipenuhi dengan suasana tegang.


“Aku harap kita dapat akur satu sama lain untuk dua tahun kedepan.”


Wali kelas memberikan salam singkat, dan perkenalan di kelas… yang seharusnya berakhir dengan tenang.


Akan tetapi itu tidak dapat terwujud. Sesuatu akan terjadi, tidak, dia akan membuat sesuatu terjadi! Sebuah sensasi aneh menguasai Rudel. Khawatir akan sensasi yang tidak pernah dirasakan sebelum dating ke sekolah ini, Rudel menyelesaikan perkenalannya tanpa masalah.


Akan tetapi!


“Izumi Shirasagi.”


Dengan perkenalan dari seorang gadis dari tirum, suasana di kelas berubah. Rambut dan mata hitam yang jarang terlihat di Courtois; karakter timur itu yang menjadi targer sempurna para anak-anak. Ejekan terlemparkan, dan perkataan untuk melukai si gadis terus bergema.


Kelas yang berfokus pada bangasawan. Untuk seorang gadis timur, yang mungkin saja dalam maksud pertukaran budaya. Sebenarnya, ini untuk menujukan perhatian kepadanya untuk meastikan para bangsawan tidak berseteru satu sama lain.


Para laki-laki dibelakanya menarik rambut panjangnya, yang dikuncir kuda[3] sambil mengoloknya… Ketika si gadis sedang dilecehkan, Rudel melihat adiknya sendiri Lean. Tidak seperti rambut Lena yang lurus dan terlihat halus untuk disentuh.


“Apakah kalian tidak bisa berhenti? Tahukah betapa memalukan kalian terlihat?”


Cukup sepatah kata dari mulut Rudel untuk membuat kelas kembali sunyi. Si guru mendukungnya dan mengingatkan para siswa yang menjahilinya. Untuk anak-anak ini yang tumbuh sebagai bangsawan, mereka terbiasa untuk menerima perintah. Berdasarkan derajat keluarga, tidak ada seorang pun yang dapat membantah Rudel dari Tiga Bangsawang Tinggi.


Pada akhirnya, guru memuju Rudel, dan mereka yang disekitarnya ikut setuju… untuk Rudel, suasana ini terlihat sangat salah.

Catatan Translator dan Referensi

  1. Dalam hal seksual.
  2. Dalam hal seksual.
  3. Ponytail


Chapter Sebelumnya Kembali ke Halaman Utama Chapter Selanjutnya