Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Jilid 1 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ero Manga Sensei (Indonesia): Jilid 1 Bab 1[edit]

Menilik kembali saat adik perempuanku pulang ke rumah.

Saat itu bulan Maret. Cuacanya bagus dan hangat. Namun, pada hari itu bersalju.

Dia bersembunyi di belakang punggung Ibuku, kepalanya menunduk dan diam-diam melirikku.

Mulai hari ini, dia adalah adik perempuanmu.

Aku menerima permintaan Ibuku, aku tersenyum dan mengatakan ‘Tentu’

Ibu mendorongnya maju kedepan. Dengan agak malu dia maju beberapa langkah, menunduk, dan berbisik.

“Senang bertemu denganmu, Onii-san”

Setelah itu, aku jarang bertemu dengannya.


Bab 1[edit]

Ero Manga Sensei v01 009.jpg

Suatu hari di bulan April, aku sedang membuat makan malam di dapur. Tiba-tiba terdengar *Bang*! Plafon rumah tergoyang sedikit.

“Tunggu sebentar”

*Bang bang bang bang*

“Iya iya! Ini sudah siap kok!”

Aku memegang panci panas dengan satu tangan, dan satunya memecah telur lalu kumasukkan ke atas panci.

*Zzzzzhhtttttt* Aku mengambil telur lain dan mendesah,

--- Sungguh merepotkan.

Untuk mengerti apa yang terjadi di sini, kalian harus tahu tentang kami.

Namaku Izumi Masamune. Lima belas tahun. Kelas satu SMA.

Adik perempuanku bernama Izumi Sagiri. Dua belas tahun.

Saat ini, entah kenapa, aku hidup hanya berdua dengan adik perempuanku.

Dia merupakan satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang. Dia jarang meninggalkan kamarnya --- dalam kata lain, hikikomori [1]. Tentu saja dia pun tidak pergi ke sekolah.

Bukan hanya itu, bahkan dia tidak membukakan pintu untukku – kakaknya sendiri, sebagai orang tua yang menjaganya.

Aku pikir hikikomori sudah tidak ada lagi.

Dia orang yang sangat suka kebersihan, tapi jika aku tidak pergi keluar rumah, mungkin dia tidak akan mandi.

Percakapanku dengan adikku hanyalah kejadian itu – suara berisik dari atas plafon.

Yap, benar-benar merepotkan.

Meski demikian, aku juga punya permasalahan sendiri. Tapi, sejujurnya mungkin hal itulah yang membuatku bermasalah.

“Bagus, sudah selesai”

Telur goreng dobel di kedua sisi dengan tomat dan daun selada – sepiring salad. Bumbu penyedap yang aku gunakan hanyalah sedikit garam karena aku tidak yakin dengan cita rasa adikku.

“Makan malam seperti biasa”

Setelah satu tahun, aku selalu membuat makanan ini. Aku meletakkan semuanya di atas piring dan kubawa menuju kamar adikku. Melewati lantai pertama yang kosong, lalu menaiki tangga.

Tiap langkah, lantai yang kuinjak berdecit. Ini merupakan bel makan malam untuk adik perempuanku.

Hidup hanya berdua, rumah ini terlalu besar untuk dua orang.

Di pintu kamar adik perempuanku – si hikikomori – ada cap tulisan dengan bentuk menyerupai hati bertuliskan “Sagiri”.

Dengan lembut aku mengetuk pintu.

“Sagiri, ini makan malamnya.”

Aku menunggu.

Satu menit yang sunyi ~ lalu aku menaruh piring di depan pintu.

“Makanannya kutaruh di sini, selamat makan.”

Sudah tak terhitung ketika aku menggaruk pelipisku dan mendesah. Lalu aku mengambil selembar kertas dan bolpoin dan mulai menulis.

Aku menulis pesan di kertas dan kutaruh di samping piring – hari ini juga begitu, aku melakukan hal tersebut untuk berkomunikasi dengan adik perempuanku.

--- Keluarlah, aku ingin melihatmu.

Itulah satu-satunya keinginanku.

Satu tahun yang lalu, aku bertengkar. Tentu saja itu hanya perumpamaan.Tapi, jika kalian bertanya terhadap apa aku bertengkar, yah...

Terhadap adik perempuanku yang menolak untuk keluar dari kamarnya. Terhadap pengasuh kami yang baru saja datang. Saat masih murid SMA – seperti itulah pertengkarannya.

Kami bukanlah kakak beradik yang terjalin oleh hubungan darah alias kandung. Kami hanya anak yang mengikuti orang tua kami saat mereka menikah lagi. Lalu mereka meninggalkan kami untuk berbulan madu.

Tidak peduli bagaimana aku melihatnya, mereka bertingkah seperti pasangan siswa SMA yang sedang dimabuk cinta. Bagian selanjutnya aku agak lupa, jadi kita lewati saja. Singkatnya, saat ini, kami kakak beradik yang hanya tinggal disini.

Setelah itu... adik perempuanku satu-satunya bersembunyi di dalam kamarnya... dan tidak pernah mencoba berkomunikasi dengan orang lain lagi.

“Apa yang kau lakukan?”

Aku berbisik, tidak yakin apakah aku bertanya pada diriku sendiri atau pada adik perempuanku. Mungkin dua-duanya.

Seusai makan malam, aku kembali ke kamarku di lantai pertama dan duduk di depan meja.

“Hmm, saatnya bekerja.”

Aku memulai membuka laptop berukuran B5. [2]

Sekarang aku bekerja sebagai novelis profesional. Bahasa gaulnya, kalian bisa memanggilku penulis novel ringan. Sewaktu tahun pertamaku di SMP, aku mendapatkan hadiah di perlombaan menulis novel ringan. Sejak saat itu, selama tiga tahun, aku bekerja dan pergi ke sekolah di waktu yang sama.

Hal itu termasuk jarang bagi penulis yang masih duduk di bangku SMP, jadi tidak ada orang yang lebih muda dariku di bidang ini.

Karena aku mendapatkan hadiah dari karya pertamaku, ada banyak permasalahan dan penderitaan yang dialami penulis lain yang tidak aku mengerti. Saat itu, aku berpikir ‘Aku orang genius’ dan agak sedikit sombong. Meski begitu, kepercayaandiriku yang dusta segera hancur.

Sekarang, yang hanya aku pikirkan adalah ‘Hanya keberuntunganku’.

Penaku bernama Izumu Masamune. Seperti nama asliku. [3]

Aku merahasiakannya dari keluargaku dan teman kerja yang membantuku. Demikian pula dengan teman sekelasku, bahkan mereka tidak tahu ada seorang pengarang di SMA sepertiku.


---Hingga...

“Apa yang akan terjadi jika identitasku terbongkar?”

Aku bergumam dengan rasa risau.

Ini karena kemarin, untuk pertama kalinya aku mengikuti ambil bagian suatu acara. Acara penanda tanganan pertama setelah tiga tahun aku berdebut.

Aku akan merasa sangat malu jika teman sekelasku mengetahuinya, jadi aku selalu menolak acara seperti itu. Tapi, kemarin merupakan kasus yang istimewa.

Bulan kemarin, aku menulis novel tentang pertarungan dengan kekuatan spesial. Setelah itu, akhirnya aku menetapkannya sebagai waktu bagi ‘Izumi Masamune’ untuk muncul di hadapan publik.

Itulah sebabnya, kemarin, aku pergi ke sebuah tempat di Ikebukuro, Sunshine.

Disana menyenangkan.

Meski awalnya aku takut akan pengagumku, segera aku menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga, hal ini merupakan kesempatan jarang untuk melihat bagaimana karyaku diterima oleh masyarakat.

Menyenangkan! Aku sangat bahagia! Benar-benar bahagia! Aku sangat menyukai karakter ini – seperti itu.

Bisa mendengar langsung penggemarku begitu memberikanku dorongan percaya diri dan keberanian yang sangat besar. Itu seperti seluruh jendela baru terbuka di depan mataku. Aku sangat bersukur kepada editorku yang berkata padaku untuk melakukan ini.

Sejauh ini, semuanya berlangsung baik-baik saja.

Tapi tetap saja, setelah acara penanda tanganan selesai, aku memperhatikan satu hal.

Setelah penggemar Izumi Masamune bertemu dengannya, niscaya mereka akan membicarakannya di internet.

Meski ini hanyalah acara penanda tanganan dan dilarang mengambil gambar, fakta kalau aku masih murid SMA akan terbongkar sewaktu aku bicara dengan mereka. Karena nama penaku juga sama dengan nama asliku, ada resiko kalau ada seseorang menemukan kalau aku Izumi Masamune, seorang murid SMA.

Gawat. Benar-benar gawat.

Jika seseorang di sekolah memanggilku ‘Izumi-sensei’ atau lainnya, mungkin aku akan mati dengan keadaan malu.

Itulah sebabnya ----

Aku tidak mencoba mencari namaku sendiri di internet.

“...Ha...fiuh... tenang.....”

Aku mengelap keringat di keningku.

Aku mengingatnya sewaktu debut pertamaku, aku pernah membuat kesalahan sekali. Setelah itu, benar-benar trauma yang buruk sehingga aku berjanji tidak akan pernah mencari nama penaku atau pun novelku.

Dulu, jiwa psikologisku terserang sangat hebat, bahkan sampai sekarang, aku masih bermasalah ketika memikirkannya. Jadi aku sangat terkesan oleh pengarang-pengarang lain yang bisa dengan santai membaca semua ulasan tentang karya-karya mereka.

Berganti topik yang lain. Dibawah pengetahuan yang tangguh tentang betapa berbahayanya tindakanku, kemarin aku mulai mencari-cari tentang acara penanda tanganan.

“Hm...”

Lalu aku browsing [4] berbagai macam blog dan membaca komentar mereka.

“Tadi menyenangkan bisa berbicara dengan Izumi-sensei”

--- Tidak tidak, justru bisa melihat pembacaku mempunyai waktu yang baik, akulah yang merasa senang.

Hm, disini bilang “Izumi-sensei sangat muda, ya, seperti yang ledenda bilang”

--- Hm? Legenda apa?


---- Fiuh... Semuanya berjalan baik...untuk sekarang.

Aku menepuk perlahan dadaku dan mulai membaca tentang kesan dari event ini.

Sejauh ini, tidak ada yang terlihat tidak normal...

Hanya saja, saat aku memikirkannya, ada sesuatu yang menangkap penglihatanku.

“Ugh.”

“Tanda tangan Izumi-sensei sangat sulit dibaca.”

“Ughhhhhhhhh”

Aku menjerit.

“Ahhh... ahhh....”

“Tulisan tangan Sensei juga sangat jelek~~”

“Wow...”

“Betul, benar-benar jelek.”

“Sangat jelek.”

“Dimana sih dia mendapatkan pelajaran sekolah dasar?”

“Ughhhhhhhhhhhhh.”

Ada batasnya tentang berapa banyak kata-kata pedas yang kalian berikan padaku. Ini merupakan hal paling buruk yang pernah aku lihat.

*Tap tap tap*

“Blog sialan! Bukannya aku memilih tanda tangan itu! Dari awal aku memang tidak pernah berlatih tanda tangan! Bagaimana aku bisa tahu apa yang harus aku lakukan ketika kalian tiba-tiba menyodorkan selembar kertas padaku yang berisi restumu? Aku penulis, bukan artis, bodoh!”

Aku mengetik dengan marah menggunakan keyboardku.

Lalu---

--- *Bang*

Adik perempuanku menghentak-hentak plafon, memberikan tanda protes “Berisik!”

Kamarnya tepat di atas kamarku.

"....Yaa... yaa... yaaa..."

Aku memandang plafon dan menggigit bibirku.

Itu dia! Itulah sebabnya aku membenci internet! Aku benar-benar ingin menangis!

Seandainya itu komentar tanpa nama pun, mereka harus tahu apa yang boleh dan yang tidak boleh dikatakan.

Ingat baik-baik.

*Tap*

Tetesan air mataku berlahan jatuh di atas laptop.


Sekarang pukul 7 malam. Bermaksud membeli buku untuk mengubah suasana hatiku, aku pergi ke toko buku Takasago. Toko buku merupakan toko yang berusaha sendiri. Mempunyai dua lantai. Meski tidak terlalu besar, namun mempunyai jumlah novel ringan yang cukup dan suasananya juga nyaman.

"Benar-benar... berlebihan. Hal ini normal di internet,"

Yang mengatakan kalimat itu sambil tersenyum sinis adalah pelayan toko buku ini, Takasago Tomoe. Perempuan berambut hitam panjang dengan penampilan khusus dan dia juga feminim.

Menggunakan celemek, dialah teman sekelasku dan satu dari beberapa individu yang tahu kebenaran tentang Izumi Masamune.

Tiga tahun yang lalu, sewaktu aku membuat debutku, aku tertangkap basah oleh ayahnya karena tingkah lakuku yang mencurigakan. (Sebenarnya aku hanya melihat-lihat jika ada orang datang dan membeli bukuku). Itu merupakan kenanganku yang paling memalukan.

Setelah itu, aku menjadi temannya.

Saat ini, sedang waktunya istirahat. Kami ngobrol di dalam ruangan pegawai.

"Benarkah? Itu normal? Kalau begitu..."

"Yap. Penulis. Artis. Sutradara anime. Semuanya juga sama mengertinya. Yah, pikirkan saja sebagai pajak nama baik, namun jangan terlalu dipikirkan."

"A..aku tidak seterkenal itu."

"...masa sih?"

Aku pikir kau agak terlalu optimis.

Sayangnya, itulah kebenarannya.

Karena kecepatan menulisku sangat cepat, nama baikku hampir tidak berubah sejak aku berdebut. Setelah cerita ketiga dari Izumi Masamune keluar, aku menjadi penulis yang terkenal. Setidaknya, aku tidak pernah mengakhiri cerita di tengah jalan, jadi aku menganggap diriku loyal dalam karyaku.

Karena kesuksesan yang tak terduga dari buku-bukuku, novel 'Si Serigala Perak' menjadi yang pertama dicetak.

"Jangan dipikirkan terlalu berat. Komentar kecil tidak akan berimbas pada apapun."

"Bagaimanapun juga, perkataanmu terdengar lebih buruk dari mereka."

"Ahaha. Hei..."

Tomoe mengeluarkan smartphone-nya [5], mengeklik sesuatu lalu berkata:

"Aku baru saja melihat-lihat. Ini, bukankah ini blognya ilustratormu?"

"!"

Kedua mataku terbelalak.

"Benarkah? Asli?"

"Yap."

"Perlihatkan padaku."

Ini, ini nama pena, 'kan?

Tomoe memperlihatkanku nama blog itu.

'Blog Eromanga.' Hanya mendengar dari namanya, kalian mungkin berpikir blog ini bertujuan untuk memperkenalkan komik mesum atau apa.[6]

Ilustrator Aktif. Nama pena berasal dari sebuah nama pulau. Tidak ada hubungannya dengan ero manga.

".... Ini asli...."

Eromanga ini merupakan ilustratorku saat ini. Laki-laki ini bekerja denganku sejak aku berdebut, jadi aku sangat bersyukur. Setelah tiga tahun bersama, aku merasa 'kami ini tim yang baik', namun---

"Wow wow wow! Sedang apa dia?

Orang yang mencelaku adalah dia!

"Masa-san, apa kau pernah bertemu Eromanga-sensei?"

"Tidak! Kami hanya saling kontak lewat editor kami!"

Faktanya, bahkan aku tidak tahu orang ini pria atau wanita. Yah, karena dia selalu menampilkan ilustrasi yang moe, kemungkinan dia seorang pria.

Seorang illustrator diangkat oleh editor, jadi normalnya kami tidak langsung saling berhubungan. Bahkan setelah tiga tahun, bertatap wajah saja tidak pernah.

"Emm... apa itu artinya dia membencimu?"

"Hei! Maksudmu ilustratorku sendiri membenciku?"

"Bukankah itu memang benar? Aku merasa dia sangat marah padamu."

"Masa....?"

Tapi kenapa? Apa aku melakukan sesuatu yang menyinggung perasaannya?

Ketika kami baru bekerja bersama, aku pernah mengomel 'Apa-apaan dengan nama pena mesum itu'. Apa dia mendengarnya? Tunggu tunggu... dengan nama seperti 'Eromanga', siapa saja akan membuat berpikir demikian.

"Jika dia membenciku, aku harus meminta maaf... tapi bagaimana melakukannya, ya..."

"Jangan tanya aku, aku pun tidak tahu.", sambil mengangkat bahunya.

"Tapi tetap saja, menurutku itu hal aneh kalau setelah tiga tahun bekerja bersama, kalian berdua benar-benar tidak tahu sama lain. Bukankah editormu mengatakan sesuatu?"

"Yah, bahkan di antara jajaran editor, tidak ada yang pernah bertemu Eromanga-sensei. Dia melakukan pekerjaannya via internet. Kontrak yang mengikat merupakan permintaannya untuk merahasiakan identitasnya."

"Wah, gaya yang aneh."

Tomoe blak-blakan mengungkapkan pendapatnya. Aku mengerti dengannya. Aku juga mempunyai situasi tersendiri, jadi mungkin ilustratorku juga demikian.

"Apa kau pernah mencoba mencarinya Eromanga di internet?"

"Sudah. Tapi hasilnya menuju ke situs Eromanga."

Itu hal normal.

"Kalau dipikir-pikir lagi. Bagaimana tentang menambahkan nama penamu, atau judul novelmu pada kotak pencarian?"

"Apa menurutmu aku ini orang yang akan mencari nama dan novelnya sendiri?"

"...~ Ah, benar juga. Kau memang orang yang berpegang teguh pada suatu prinsip."

"Tepat. Jadi, aku sangat bahagia jika kau dapat mencarikannya untukku."

"Ya ya~."

Tomoe mulai membuka smartphone-nya lagi.

"Kau bilang sudah mencari, tapi sebenarnya baru aku yang mengakses blog ini. Terlepas dari ilustrasi, disini ada hal-hal lain."

"Seperti apa?"

"Seperti.... kebanyakan video yang di unggah, sih."

"Unggahan video? Tapi bukankah dia ilustrator?"

Video apaan sih yang dia unggah?

"Contohnya, streaming video secara langsung... seperti itulah...?"

"Emm ~ Aku tidak mengerti."

"Ah, lihat Masa-san, ini berita terbaru. Hari ini Eromanga-sensei akan menayangkan tayangan langsung lagi. Kau ingin menontonnya?

Demikianlah di 'Tokobuku Takasago', aku telah membeli beberapa novel ringan terbaru. Salah satu peraturanku adalah jangan pernah membeli buku lewat internet, jadi aku mencari tempat lain untuk mencari buku. Itu sangat tidak nyaman.


Aku membuka pintu rumahku, penuh dengan kegembiraan.

"Aku pulang~."

Tidak ada respon seperti biasa. Tapi, sama sekali aku tidak keberatan. Aku berteriak di tangga.

"Sagiri ~ jika sudah selesai makan, pastikan piringnya diluar kamar.

Lalu aku kembali ke kamarku dan menyalakan laptopku.

"Video streaming secara langsung.... ini dia!"

Setelah bincang-bincang dengan Tomoe, ledakan keanehan terhadap 'Eromanga-sensei' muncul di pikiranku. Meski sudah tiga tahun yang lalu, aku terlalu cepat menyerah tentang dia, tapi...

Seperti apa dia? Seperti apa suaranya? Apa yang dia sukai?

Apa yang dia pikirkan tentang novelku?

Aku menggerakkan mouse dan melihat-lihat blog tersebut.

Sepertinya blog ini sudah lama dibuat, disitu juga tertulis demikian. Selain dari komentarnya tentang tanda tanganku, terdapat banyak hal di blog itu yang membuatku marah.

"...Kuh"

Aku menjeda karena video sudah mulai.

Sepertinya baru saja mulai....

Awalnya, di layar hanya ada warna hitam.

--- Dengan kata lain, Eromanga-sensei akan segera muncul.

Tapi, berlawanan dari dugaanku, layar malah menampakkan pemberitahuan berwarna merah muda bertuliskan "Pembicaraan dengan semua orang ketika menggambar ilustrasi'.

[Stand by] [Menunggu] Lalu layar bergerak dari kanan ke kiri.

"Akan dimulai... Kira-kira dia seperti apa, ya?"

Tatapanku tertuju pada layar. Lalu ada suara kecil terdengar saat melewati pengganti suara.

"Halo! Selamat malam, semuanya. Hari ini aku akan menggambar sambil berbincang-bincang dengan kalian. Salam kenal."

[Aku menyukaimu Ero-sensei!]

[Aku menyukaimu Ero-sensei!]

[Salam kenal Ero-sensei.]

[Aku menyukaimu Ero-sensei!]

"Aku, aku tidak tahu ada sesuatu seperti itu."

[Ini lagi.]

[Ada apa dengan nama penamu, sensei?]

[Kau memilih nama itu karena kau ingin menggambar ilustrasi ero, 'kan?]

"Sudah kukatakan bukan seperti itu! Kalian selalu memanggilku Ero-sensei inilah Ero-sensei itulah!"

[Sudah sudah]

[Aku mengandalkanmu, tunjukkan pada kami ilustrasi ero-mu, sensei!]

Sepertinya -- inilah cara dia menyapa penggemarnya.

Hmhm... secara langsung berkomunikasi dengan para penggemarnya.... Aku iri

Aku membayangkan diriku melakukan hal tersebut -- tetap saja, direkam saat aku menulis novel... Aku bertaruh pasti akan sangat membosankan.

"Akan kukatan dulu, hari ini tidak ada ilustrasi ero."

Layar berubah menjadi lautan ilustrasi. Lalu pena digital muncul.

Meskipun begitu, tidak orang yang melihat Eromanga-sensei.

"Hari ini, aku ingin memperlihatkan pada kalian ilustrasi ini - Dari karya milik Izumi Masamune yang berjudul 'Reinkarnasi Si Serigala Perak', salah satu heroine utama, [7] Akaiusagi-chan! [8] Dia adalah tokoh favoritku. Meski di jilid ke-tiga, Izumi-sensei tidak menghidupkan dia lagi."

Ah, maaf.

Aku mengatakan maaf di dalam kepalaku. Jadi Eromanga-sensei menyukai tokoh perempuan ini. Aku ingat kalau ilustrasi untuk tokoh ini membutuhkan waktu yang lama.

Apa mungkn dia marah karena alasan tersebut?

"Izumi-sensei memang berlebihan. Perempuan imut seperti ini, namun Izumi-sensei malah membunuhnya. Padahal tokoh ini seperti anakku!"

Saat marah-marah kepadaku, pena digital terus bergerak.

Tidak, tunggu! Sebentar! Apa boleh buat! Ini novel tentang pertarungan!

Seharusnya kesebalanmu kau lemparkan ke Kinshishi [9] yang telah membunuhnya. (Raja terakhir di jilid 3)

"?"

Eromanga-sensei mulai mewarnai Akaiusagi sambil menyenandungkan sebuah lagu.

... Hm ~ jadi begitu ilustrasi dibuat.

Benar-benar tidak seperti yang aku bayangkan.

Kursor terus bergerak. Seandainya kalian melihat layar, kalian tidak akan mampu mengikutinya. Bukan hanya itu, kadang kala pena digital dan mouse bergerak pada saat yang sama. Keahlian seperti sihir yang hebat.

Sebenarnya, tidak peduli apapun pekerjaan itu, selama bisa berada di tingkat profesional, orang yang menemukannya dengan mudah dapat menikmatinya.

Setelah beberapa saat, topik berubah menjadi 'Event Penanda Tanganan oleh Izumi Masamune'.

"Oh iya, berdasarkan rumor tentang acara perayaan 'Serigala Perak', saya minta maaf, saya tidak bisa ikut. Karena saya tidak mengizinkan identitasku tersingkap. Jadi tolong biarkan Izumi-sensei mengatahuinya."

[Ada apa? Apa kau lolicon?] [10]

[Apa legendanya benar? Izumi sensei benar-benar siswi cantik sekolah dasar?]

"Diam. Aku juga tidak pernah melihat langsung Izumi-sensei, jadi aku tidak tahu!"

Orang yang mengatakan kalau dia lolicon hanya tersenyum sinis. Mungkin seseorang akan merasa rumit jika ini memang benar, tapi aku terharu. Hal ini merupakan sesuatu yang benar-benar hebat.

Biarpun begitu, orang yang mengatakan kalau aku siswi SD yang cantik... mungkin hanya mencoba menggodaku.

Namaku jelas-jelas nama laki-laki... bagaimana bisa mereka berkesimpulan begitu?

"Tapi tetap saja, aku mendengar kalau tanda tangan Izumi-sensei juga sangat jelek."

[Yap, sangat sangat jelek.]

[Seperti gambar yang jelek.]

Kalian diam saja! Seadainya itu benar, kalian tidak punya hak mengatakannya!

Sialan! Jika aku bertemu dengannya, niscaya aku akan memberikannya pelajaran!

"Jadi, sudah selesai~?"

[Kerja bagus Ero~]

[Wooaaahhhh.]

[Terima kasih atas kerja kerasnya.]

[Hari juga sangat menyenangkan]

[Imutnya.]

Banyak komentar yang muncul. Ya, itu benar-benar ilustrasi yang bagus.

[Kali ini, bolehkah aku menyimpannya sebagai wallpaper, sensei?]

"Tentu ~ silakan~ Terima kasih telah menonton~"

Ilustrasi telah selesai, tapi video streaming masing berjalan. Mungkin saatnya ngobrolnya.

"Fiuh ~ Setelah berbicara banyak, aku sangat lelah."

Eromanga-sensei menghela nafas.

"Tiap kali aku siaran video langsung, ilustrasi selalu bagus."

[Ilustrasi Kinshishi juga bagus.]

[Semunya oke kok.]

[Bagaimana dengan beberapa tokoh anime sekarang?]

"Hei tunggu, kalian terlalu banyak permintaan! Sebentar!"

Sunyi, lalu layar komputer yang tadinya penampilang terhenti. Tidak lama kemudian muncul seseorang menggunakan topeng tokoh anime dan headphone.

[Wow wow]

[Bagus]

---Hmm, jadi dia mengalihkan kamera. Yang berarti itu adalah Eromanga-sensei.

Tidak seperti siaran televisi pada normalnya, apapun yang dia tunjukkan pada kita adalah acak, tapi bukan hal yang buruk, sih.

Dia menggunakan topeng tokoh anime, dengan mantel besar dan topi - aku tidak bisa memastikan seperti apa dia sekarang. Tapi meskipun ruangan gelap dengan gambar yang buram, bisa aku anggap kalau dia lebih pendek dari yang aku duga.

Eromanga-sensei mengambil majalah anime dan membalik ke halaman ranking tokoh terkenal. Tentu saja tidak ada tokoh dari ceritaku.

"Ambillah satu gambar disini. Ah, jika memungkinkah, pilihlah seseorang yang aku suka. Aku sarankah seperti itu."

Lalu muncul berbagai permintaan di layar. Eromanga-sensei dengan senang ngobrol dengan semua orang -- tapi aku tidak ikut bergabung.

"..........."

Karena sekarang bukan waktu yang tepat.

"..........."

Ero Manga Sensei v01 031.jpg

Percapakan menggembirakan ini sama sekali tidak masuk ke telingaku. Aku diam, dan hanya fokus pada video yang buram ini.

"................. Apa?"

Aku memandang jauh di belakang punggung sensei, di kamar - aku bergumam.

Disana -- tergeletak makan malam yang aku baru buat untuk adik peremupanku.

"Haaaa!?"

Satu menit menit berikutnya, aku tersadar dan jujur saja menggelengkan kepalaku.

Video streaming masih berjalan. Di layar laptopku ada seseorang dengan mantel besar dan ruangan buram. Orang-orang masih ngobrol.

Tapi jika aku perhatikan dengan seksama, aku melihat telur dobel di kedua sisi, salad dengan tomat dan daun selada yang familiar, bahkan piring yang sama dengan piring dapur keluargaku.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku bergumam lagi. Kepalaku terasa agak lebih jelas dari sebelumnya, tapi aku masih tidak bisa mengerti.

"Kebetulan semata...?"

Tidak mungkin. Hanya ada satu kebenaran mengenai itu, tapi aku masih sulit memercayainya.

"......Mungkinkah..... video ini..... berasal..... dari rumahku?"

Aku menengok plafon dan berbisik.

Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tapi...'

Bahkan aku takut akan pikiran ini.

Eromanga-sensei menggunakan pengubah suara, mengenakan mantel besar dan sebuah topeng. Berarti, itu tidak ada yang aneh jika dia berubah menjadi perempuan.

..... Aku tidak bisa membuang teori ini.

Mungkinkah --- Sagiri - orang yang tidak pernah keluar dari kamarnya, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lai - adalah orang sama dengan orang yang dengan gembira berbicara dengan penggemarnya, ilustrator novelku?

"......Mungkinkah? Bagaimana bisa?"

Terus terang, aku pusing. Tapi pada saat yang sama, sebuah ide muncul di pikiranku.

-- Ini kebetulan.

Tepat.

Jika 'Eromanga-sensei' = 'Adik perempuanku, maka 'Sagiri'.....

Saat ini, di layar laptopku mungkin adik perempuanku, yang menolak keluar dari kamarnya, iya kan?

Mesti sulit untuk percaya, tapi masih ada kesempatan! Aku menyerah setelah satu tahun, tapi sekarang adalah kesempatan emasku. Tidak akan kubiarkan terbuang sia-sia!

"Pikir! Pikir!"

Memegang kepala dengan kedua tangan, aku menurunkan sikutku di meja.

".... Sial...Sialan! Aku tidak bisa berpikir apapun!"

Jujur, aku masih menonton video siaran langsung, tapi semua yang aku lakukan adalah menulis sesuatu dan mengirim kepada dia! Apa akan baik-baik saja setelah aku mengirim? Apa yang harus aku lakukan?

[Apa kau adik perempuanku] - Dibantah.

[Bagaimana kalau keluar sebentar?] - Ditolak.

Apa bedanya jika dibandingkan saat aku membawakannya makanan? Bahkan, aku merasa ada perasahaan tidak enak jika melakukan hal itu. Nantinya akan menjadi hal yang lebih rumit.

Ketika mentalku tertendang oleh diriku sendiri, pembicaraan 'ilustrasi apa selanjutnya' akan berakhir. Eromanga-sensei kembali ke depan kamera.

"Dan, video selanjutnya besok."

Sialan! Sudah selesai! Apa yang harus lakukan?

Ketika aku tidak bisa berpikir apapun ---

"Sampai jumpa lain waktu. Dadah~?"

[Terima kasih atas kerja kerasmu]

[Aku akan terus menunggunya]

[Terima kasih atas kerja kerasmu lagi]

[Huh?]

Singkatnya, seseorang lupa mematikan kamera setelah pertunjukan.

[Wow tunggu, masih ada kelanjutnya. Wkwk]

[Aku menyukaimu Ero Sensei! Wkwk]

[Kamera kamera!]

[Kau lupa kameramu, sensei]

Dengan penuh penyesalan, Eromanga-sensei tidak mengindahkan peringatan penggemarnya.

....Ini akan menjadi hal yang buruk...iya 'kan?

Kesalahan ini bisa membuat tragedi dari siapapun yang sedang menonton video tentang 'diri sebenarnya' dari orang itu.

Contohnya - atau agaknya, skenario paling buruk, membayangkan seseorang telanjang di depan kamera dan melakukan tindakan mesum yang menyebabkan orang-orang mengutuknya. Terlepas dari bahayanya kehidupan pribadi kalian tersingkap di hadapan publik.

Gawat ini! Ini sangat, sangat gawat - hei, hei, tunggu aku.

Aku melompat dari kursiku.

Alasan aku melakukannya karena ada sesuatu yang tidak terduga terjadi di layar.

"Ah ~~ Aku terlalu banyak bersenang-senang. Aku sangat lapar, namun malah lupa memakan makanan."

Eromanga-sensei berdiri dan mulai melepas bajunya.

Pertama adalah kaos kaki panjangnya. Lalu mantel besar, sambil dia berpindah dari jangkauan kamera. Selanjutnya, topeng terjatuh di depan kamera.

[Hei! Identias asli Ero Manga sensei akan terbongkar!]

[Meski, mungkin seorang yang mesum]

[Sialan! Aku tidak bisa melihat apapun. Kembali kesini~]

[Kenapa kalian ingin sekali melihat pria mengganti baju?]

[Hei, pembekalan yang berwarna-warni]

[Mungkin akan bagus wkwk]

*Clank clank*

"GAWAAAAAAAAAAAATTT"

"Aku mengambil laptopku dan berlari keluar kamar.

Menuju ke lantai dua, menuju 'pintu seseorang yang tidak ingin meninggalkan kamarnya'.

"Gawat! Gawat! Benar-benar gawat!"

Kalian mengerti, 'kan?

Jika Eromanga-sensei adalah adik perempuanku.

Jika mereka orang yang sama!

Maka tubuh telanjang adik perempuanku akan terbongkar dan seluruh dunia akan melihatnya!

"HENTIKAAAAAAAAAAAAAANN!!"

*Bang*

Aku menggedor pintu kamar adik perempuanku seperti aku ingin meremukkannya.

*Bang! Bang! Bang! Bang!* Aku terus menggedor sambil melihat layar laptopku.

"Kameraaaaaa!! Kau lupa mematikan kamera!! Kameraaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"

*Bang! Bang! Bang! Bang! Bang!*

"Sialan! Masih berjalan!"

Ini pertama kalinya aku memanggil adik perempuanku tanpa peduli citraku.

Singkatnya, aku mencoba usaha keras sialanku. Perhatikan aku! Perhatikan benda itu! Perhatikanlah perhatikanlah perhatikanlah!!

* Bang! Bang! Bang! Bang! Bang!* Suara gedor-gedor pintu terdengar ganda, karena suara laptopku yang mengeluarkan suara yang sama.

Dengan kata lain - tidak ragu tentangnya.

[Suara berisik apa sih!?]

[Apa keluarganya bermasalah? wkwk]

Video siaran langsung berhenti dan mati.

"....Terhenti..."

Koridor kembali tenang.

.... Aku tidak melihat bagian terakhir, tapi sepertinya.... aku berhasil melakukannya?

Berhasil... iya 'kan?

"Huh.... fiuh~~"

Aku menutup mataku dan menarik nafas dalam-dalam. Pundakku bergemetar akibat adrenalin. [11]

".....Aku menyelamatkannya. Aku menyelamatkan.... adik perempuanku yang telanjang...."

Aku patut mendapatkan pujian, 'kan?

Meski aku membuang kesempatan yang bagus.

"...Aku tidak menyesal."

Aku mengelap keningku setelah melepas tanganku dari pegangan pintu.

"Tapi... pastikan tahu kalau..."

Dengan marah aku menatap pintu dan berkata:

"Aku benar-benar ingin kau membuka pintu ini!"

*Kriek* [12]

Pintu yang yang selama setahun tidak pernah sukses aku buka, kini terbuka perlahan ---

"....."

Seorang perempuan mengenakan piyama muncul dihadapanku.

Berkulit putih. Rambut perak yang agak berantakan. Mata berwata biru tanpa emosi.

Aku merasakan seandainya aku memalingkan wajahku sebentar, dia akan menghilang.

Ini adalah adik perempuanku, Izumi Sagiri.

Melihat ekskpresi menganga dan terdiamku, dia berbisik:

"Onii-san, sudah lama tidak bertemu."

Ini adalah adik perempuanku yang tidak pernah aku lihat selama satu tahun.

Aku tidak tahu berapa lama aku terbeku disini. Saat aku sadar, adik perempuanku masih berdiri di depanku.

Ini merupakan pertemuan kedua kami, tapi menurutku dia cantik. Tidak hanya kecantikan yang vulgar dari seorang aktris, tapi kecantikan alami yang sempurna. Biarpun begitu, karena ini pertama kalinya muncul di pikiranku, itu malah menunjukkan betapa bingungnya aku.

Kedua kalinya bertatapan muka dengan adik perempuanku ---

"........."

"........."

Kami tidak mengatakan sepatah kata apapun. Waktu berlewat. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.

Hei... orang ini orang yang baru saja membuat video siaran langsung, 'kan?

Ilutrator dengan nama pena yang benar-benar mesum, 'EroManga'?

Saat dia muncul dihadapanku seperti itu, aku tidak tahu membuat perhubungannya.

Apa mungkin... aku telah salah?

Mungkin satu menit berlewat, akhirnya aku membuka mulutku.

".... Lama tak berjumpa.... Mungkin setahun, ya?"

"........."

Sagiri tidak membalas. Wajahnya menunjukkan ekspresi marah.

Apa? Apa kau marah?

Yah, jika seseorang tiba-tiba menggedor secara gila-gilaan di depan pintumu, reaksi inilah yang didapatkan. Tapi tetap saja...

Aku mengambil bagian atas layar laptopku. Video siaran langsung telah terpotong, layar menjadi gelap. Lalu dengan perlahan aku memandang wajah adik perempuanku.

Ero Manga Sensei v01 041.jpg

"Mengenai itu.... apa kau 'Eromanga-sensei'?"

"........."

Tidak ada respon. Tapi....

....Keningnya berkeringat dingan! Dia jelas-jelas dalam keadaan panik!

Di dalam hatiku, aku mengatakan 'Terdakwa bersalah!'.

Aku terkejut melihat ekspresi rumitnya. Aku selalu berpikiran kalau dia seseorang tanpa emosi.

"Kau benar-benar... Barusan video siaran langsung ---"

"....Kuh!"

Hah? Ada apa dengannya?'

"Maksudmu aku salah?"

"........"

Sagiri langsung mengangguk, lalu dia melihat kebawah dan bergumam sesuatu.

"Apa yang kau katakan?"

"........"

"Aku tidak mendengarmu."

Aku mendekatkan telingku pada mulut adik perempuanku. Lalu aku mendengar dia berbicara dengan berbisik.

".....Aku tidak tahu seseorang dengan nama mesum seperti itu."

Lalu kenapa kau mengambil nama pena itu?

Jika dia dia benar-benar Eromanga-sensei, aku ingin menceramahinya tentang hal itu.

"......."

Sagiri berpaling. Dia punya wajah usang terlihat di wajahnya.

"Tentu.~"

Semakin kau mencoba menyangkalnya, semakin buruk hasilnya. Karena jika itu benar-benar kesalahan, maka reaksi awalmu tidak akan seperti itu.

Lalu apa? Aku tidak bisa apa-apa selain berpikir tentang langkahku selanjutnya.

Sagiri masih terdiam, tiba-tiba dia mencoba menutup pintu.

"Hei tunggu ~ aku tidak akan membiarkanmu pergi!'

*Buk* Kakiku terkait di antara pintu.

"!"

Sagiri membuka pintunya lagi, melepaskan kakiku dari pintu.

"Aw aw! Sakit!"

".....Keluar."

Mungkin yang dia maksud 'keluarkan kakimu' ---

"Aku sanggah!"

Jika aku mundur sekarang, aku merasa kalau aku tidak akan pernah melihat pintu ini terbuka untuk hidupku lagi.

"Kau ilustrator untuk 'Reinkarnasi Si Serigala Perak', Eromanga-sensei, iya 'kan?"

"....Bukan, aku bukan.... bukan...."

Dia terlihat seperti akan langsung menangis. Sepertinya aku menggertaknya.

Ahh, sial... Aku tidak berniat melakukakan itu ---

"Itu hebat, loh!"

Yang ingin aku katakan keluar.

"........"

Sagiri melihatku dengan mata biru berair.

"!"

Mata kita bertemu. Aku mundur sebentar. Yang bisa aku lakukan ialah memaksa tenggorokanku untuk berkata:

"Baru saja di video siaran langsung, ilustrasi itu sangat indah. Kau juga punya banyak penggemar.... Semua orang gembira."

Aku berpaling dan berkata:

"Karena kau tidak pernah keluar dari kamarmu, aku selalu penasaran apa yang kau lakukan didalam.... Tapi kau melakukan hal yang sangat luar biasa."

".........."

Meskipun aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya, aku tidak bisa melihat ekspresi dari adik perempuanku.

Perasaanku apa sih yang dia punya? Bingung? Ah.... membuatku malu.

Ini terlalu sulit.... Aku harus terus berbiara. Tidak akan kubiarkan percakapan ini mati begitu saja.

"Mereka bilang ilustrasimu sangat erotis~"

"!"

Apa-apaan yang aku katakan?'

Apa itu yang harus dikatakan pada adik kecil perempuanmu?

"Ah, bukan hanya itu! Tentang...."

Tentang apa?

"Aku..... sangat gembira."

Aku harus menjelaskan dari awal. Tentang 'identitas asli'-ku.

"..... Sagiri..... sebenarnya.... aku...."

Aku akan mengatakan padanya. Mengatakan kenapa aku gembira.

"Aku ---"

"Tidak!!!"

Sagiri berteriak menyela pembicaraanku.

"Hmm?"

Apa aku salah dengar? Aku memandang Sagiri.

".... Apa.... apa --- tidak?"

Baru saja kata itu keluar dari mulutku...

*Buk*

Ada sesuatu yang menghantam wajahku saat aku menjawab,

*Brak*

Dengan pandangan terdistorsi, pintu itu tertutup sekali lagi.

....Sagiri.... dia melempar gamepad miliknya ke kakak laki-lakinya sendiri!

Lagi, aku bisa bertemu dengan adik perempuanku setelah sekian lama, namun pertemuan kami benar-benar terlalu pendek. Hal yang masih ada adalah rasa sakit di hidungku dan rasa menyesal tidak bisa menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin.

"....Sial. Ini baru permulaan."

Dan kegembiraan melihat adik perempuanku lagi.


Esok harinya.

Dalam maksud membuat karya novelku selanjutnya, aku pergi ke perusahaan penerbit di Tokyo.

Setelah menunggu sebentar, editorku, Kugurazaka-san muncul.

"Hah ~ maaf membuatmu menunggu!"

Berambut panjang, mengenakan pakaian setel atas bawah. Penampilan seperti wanita perkasa. Biarpun begitu wajahnya masih sangat muda, dia terlihat seperti seorang mahasiswi di sebuah kampus.

Aku berdiri dan memberikan salam.

"Selamat siang."

"Maaf, Izumi-sensei. Rapatku yang sebelumnya lebih lama dari yang aku perkirakan."

Kagurazaka-san berjalan lalu duduk di depanku.

"Belakangan ini saya sangat sibuk~? Akhir-akhir ini banyak penulis yang sangat antusias~. Kemarin dan beberapa hari sebelumnya, aku hanya tidur selama dua jam. Tapi sudah terbiasa!"

"Ha, terima kasih atas kerja sama anda."

Sejujurnya, aku menganggap hal itu bukan urusanku. Menurutmu siapa yang membuat karyaku sepopuler itu?

Tentu saja, meskipun aku berpikir demikian, aku tidak bisa mengatakan dengan keras. Sekarang ini, sebagai freelancer, beliau ini bosku.

Jika aku bertengkar dengan beliau, bisa jadi akan berimbas pada pendapatanku, bahkan mungkin karyaku juga akan bermasalah. Sebelumnya, mungkin aku tidak berpikir itu sebagai permasalahan, tapi saat ini, ini tentang hidup dan mati.

Demikian, bahkan jika beliau berbaik hati padaku, aku hanya bisa merasakannya.

Jadi, cepatlah dan langsung ke topik utama.

"Terima kasih atas event tanda tangan beberapa hari yang lalu. Hari ini saya datang untuk mendiskusikan karyaku."

"Sudah kuperkirakan ~ Tapi karena kamu baru saja menyelesaikan jilid terakhirmu, bukankah kamu harus istirahat dulu?"

"Saya tidak punya banyak waktu. Saya perlu mendapatkan novel terbaru sebelum para pembaca melupaka diri saya."

Beliau sangat peka, lalu tersenyum.

"Kalau begitu.... mengenai rekapitulasi novel saya."

"Dapatkah kamu menunjukkannya?"

Aku membuka tas punggungku dan melemparkan tumpukan dokumen ke atas meja.

"Apa-apaan ini?"

"Pengajuan proyek baru. Singkatnya, saya sudah menyelesaikan rekapitulasi untuk tiga jilid dari dua novel."

"Ha? Tunggu? Rakapitulasi? Sudah selesai?"

"Di dua novel berbeda, satunya tentang pertarungan yang sama dengan kekuatan spesial. Dan yang satunya lagi tentang cerita petualangan. Karena berbeda tipe dengan novel saya yang sebelumnya, aku hanya menyelesaikan satu jilid."

"......."

Mulut Kagurazaka-san berubah menjadi garis tipis sambil membalik 'rekapitulasi'-ku.

"Dengar! Ini bukan lagi rekapitulasi atau dokumen pengajuan! Ini naskah yang sudah jadi!"

"Saya pikir itu normal, karena semua orang bilang pada saya apa yang harus ditulis. Kagurazaka-san juga bisa mengatakan pada saya apa yang harus saya lakukan setelah membaca itu, 'kan?"

"Bukankah aku sudah mengajarkanmu kalau rekapitulasi yang bisa diterima itu bisa mengangkut kontennya padaku dalam sepuluh menit?"

"Eh? Apa iya?"

"Naskah besar tidak bisa diputuskan hanya dengan satu kali rapat seperti ini! Yah, memang hal yang bagus kalau kamu sudah menyelesaikan naskah. Kamu bilang sudah menyelesaikan tiga jilid di dua novel berbeda, ya? Kecepatan menulismu memang luar biasa seperti biasa."

Sebenarnya, aku tidak menginginkan diriku dideskripsikan seperti itu.

"Oke? Disamping itu, tumpukan apa ini? Meski sangat tidak mungkin...tapi apa kamu berencana membuat novel ke-empat?"

Aku menjawab:

"Ya. Kali ini, saya berencana merevisi naskah ini menjadi anime."

"Apa kamu bodoh!?"

Editorku membantingkan tangannya pada meja.

"Ada apa? Jika itu menjadi anime, maka tidak peduli berapa banyak saya mencoba, saya tidak akan bisa menyelesaikannya tepat waktu. Jadi saya bersiap kedepan ketika saya masih bisa."

"Aku tidak habis pikir orang lain mempunyai khayalan sepertimu. Novelmu itu belum populer, darimana asalnya kepercayaanmu itu?"

Ya, aku tahu aku masih punya jalan yang panjang, Tapi dengan perlahan aku meningkat.

"Saya hanya menulis seseuatu yang saya rasakan menarik."

"Tapi akulah yang melihat dan menentukan semua ini apakah bagus atau tidak! Aku tahu, tidak mungkin aku bisa menghentikanmu sekarang, tapi aku sangat sibuk, sampai-sampai mau mati! Apa kamu sudah mengerti?"

Setelah rapat beakhir. Sebelum beliau pergi, beliau tiba-tiba berkata:

"Izumi-sensei, kamu telah berubah~"

"Hah?"

"Dibandingkah setahun yang lalu, aku merasa sekarang kamu lebih dewasa. Atau yang harus aku bilang, kamu terlihat sangat berhasrat. Pertama 'Serigala Perak', lalu gayamu tiba-tiba berubah. Pemula yang normal mungkin akan terperangkap di kepopuleran mereka yang tiba-tiba dan segera terbuang keluar."

"Ah ----"

Beliau benar.

"Sebelumnya, saya melakukan hanya sebagai hobi. Saya menulis apapun yang saya rasakan, lalu membaginya dengan orang lain dan senang ketika mereka melihat karya saya. Saya rasa itu sudah cukup."

Dulu, aku masih duduk di bangku SMP kelas satu. Jujur saja, bahkan aku tidak peduli karyaku terjual atau tidak.

Bahkan aku tidak berpikir menjadi novelis profesional. Tidak peduli aku melihatnya, ini merupakan pekerjaan berat. Aku berencana berhenti setelah memasuki perkuliahan, jadi aku tidak terlalu peduli dengan pekerjaan ini.

"Sekarang kamu tidak berpikir seperti itu lagi?"

"Saya butuh uang."

Jujur saja, jika ‘aku’ yang dulu mendengar ini, pastilah dia akan marah.

Tapi, hari ini, aku tidak bisa melakukannya.

Aku harus mendapatkan uang untuk hidup mandiri.

"Emm ~ bukan hal yang buruk."

Kagurazaka-san tersenyum.

"Benarkah? Dengan alasan normal?"

"Jika Izumi-sensei termotivasi, aku tidak bermasalah dengan hal itu. Mendapatkan uang adalah pemikiran yang sangat normal bagi novelis profesional. Oh, aku baru ingat, aku punya ide untuk membuatmu menggebu-gebu."

"Apa? Ilustrator terkenal ingin mengilustrasikan ilustrasi milik saya? 'Ichi-sensei' atau siapalah namanya?"

Aku selalu penasaran kenapa dia menggunakan nama bolpoin yang aneh.

"Bukan seperti itu. Jika ada seseorang lain, ilustratormu, Eromanga-sensei, akan marah."

Tiba-tiba, nama yang sangat sensitif bagiku muncul.

"Tidak peduli seberapa cepat Izumi-sensei bekerja, sampai sekarang bahkan Eromanga-sensei tidak pernah mengeluh satu kali pun. Jika kamu berubah, itu terlalu kejam.:

Kagurazaka-san terlihat gembira, beliau berencana bertanya Eromanga-sensei untuk karyaku juga.

Bagi Eromanga-sensei, untuk menjadi satu tim denganku merupakan hal yang membuang-buang talentanya. Bahkan aku tidak bisa berharap untuk itu.

Biarpun begitu, sekarang suasana hatiku benar-benar rumit. Karena sebenarnya dia adalah adik perempuanku.

"Nanti saya akan berterimakasih padanya dengan sewajarnya."

"Syukurlah."

"Jadi, Kagurazakan-sensei ingin membicarapakan apa?"

"*Thunh*"

Kagurazaka-san dengan gembira menempatkan setumpuk kertas di meja. Saat dia membuat senyuman itu, hal itu tidak pernah semudah itu.

"....Apa.... ini?"

"Itu kesan-kesan tentang 'Serigala Perak' yang aku kumpulkan dari internet! Cepat dan bacalah supaya bisa memotivasi dirimu!"

"Bukankah saya sudah bilang kalau saya takut hal itu? Itulah sebabnya saya tidak pernah membaca hal seperti itu di di internet! Bukankah Kagurazaka-san lebih tahu dari orang lain?"

"Tentu~. Aku tidak mengambil semuanya. Ada berbagai macam komentar yang aku ambil termasuk tipe 'tolong lakukan ini, sensei'."

".........."

Kagurazaka-san merupakan tipe orang yang sering memberika solusi tak terduga.

Kadang kala aku merasa beliau seperti majikan ketat yang menerapkan kedisiplinannya untuk melakukan hal yang tidak berguna. Kadang kala aku merasa beliau secepatnya mati, tapi dia masih melakukannya untukku supa bisa membuat novel yang lebih bagus. Makanya, saat aku secara ngawur tidak mengikuti anjuran, paling tidak mendengarkannya dulu.

Selain itu, kemampuan komunikasiku tidak cukup untuk menolaknya.

"Editor lain pernah bilang ke saya, 'jangan dengarkan opini sejenis itu, terutama dari pembacamu'."

"Benarkah? - Jangan khawatir, aku tidak seperti yang lainnya! Baiklah! Cepatlah baca!"

"Ya ya."

Dengan enggan aku mengambil tumpukan kertas itu. Ada sebuah tanda yang terlihat seperti simbol situs forum di atas.

"Ini~"

"Apa?"

"Semua yang ada disini berisi kritik tentang novelku! Apa saya berimaginasi?"

"Enggak, itu nyata kok. Ada apa?"

"Bukankah ini seharusnya hadiah untuk memotivasi saya?"

"Itulah gayaku. Setelah melihat ini, kamu akan super-termotivasi!"

Itulah sebabnya aku tidak mengecek hal ini di internet - sudah berapa kali aku mengatakan hal itu padamu...!

Ah, lupakan. Aku sudah menentukan kalau aku tidak akan berdebat dengan wanita ini. Tapi tetap saja, sebagai novelis, aku harus menjaga komunikasiku dengan para pembacaku. Realitas memang sangat berat.

"Izumi sensei, kemauanmu masih lemah, kamu hanya membaca pendapat pembaca melalui email saja. Jika kamu tidak ingin terlukai, kamu tidak akan bisa tumbuh. Aku hanya berharap sensei akan bisa menulis lebih."

Apa itu alasanmu?

Untuk melukaiku? Baru saja kau mencoba melukaiku?

Lihatlah, pembacaku, seperti inilah editorku!

"......."

Aku tidak mengatakan apapun, hanya mulai melihat kertas itu, dikepalaku.... Sakit! Sangat sakit! Hatiku sangat sakit!

Mungkin ini sesuatu yang biasa bagi editor - tapi lagipula, karena semua kritik ini tentang novelku, kekuatan perusaknya padaku malah lebih hebat.

Ini sejenis rasa sakit. Rasa sakit antara editor dan pembaca.

Bagi seorang pengarang, editor merupakan dewa kematian mereka, tapi bagiku, pembacalah yang lebih penting.

"Ah! Blog ini!"

Saat aku membalik kertas itu, editorku menyela.

"Eromanga-sensei juga menulis kesannya tentang 'Serigala Perak' di blognya sendiri! Kamu harus melihatnya!"

...... Ini ya.

"Eromanga-sensei terdengar sangat marah, karena karakter favoritnya ditolak untuk hidup lagi."

"Bayangkan sendiri! Saya sudah dibilang kalau pembentukan karakter ini tidak cukup baik, tapi Kagurazaka-san tidak mendengarkan!"

Ngomong-ngomong....

Kau benar-benar mengatakannya.

Tapi, berdasarkan ingatanku, kali ini beliau memberiku tiga puluh dua pujian.

Selalu plin-plan.

"Ya! Maaf!"

Aku merendahkan kepalaku. Di blog Eromanga-sensei, bukan hanya dia mencaciku, dia juga memberikan kesannya sendiri.

Pasti Sagiri yang telah menulisnya.

Sambil berpikir demikan, aku melanjutkan membaca, lalu --

"....Apa-apaan?"

Mataku terbelalak.


Setelah aku kembali ke rumah, aku langsung berlari ke tangga.

Berdiri di depan 'pintu yang tidak pernah terbuka', aku menghembuskan nafas panjang.

"Ha...."

Karena aku berlari kesini dari terminal bis, aku kehabisan nafas. Meski ada sesuatu yang aku rasakan harus aku lakukan, tapi aku tidak tahu bagaimana aku melakukannya.

"Sagiri...."

Di perusahaanku, aku membaca blog milik adikku.

Dia mencaciku - paling tidak, itulah yang aku pikirkan.

Hasilnya ---

Aku melihat dia 'Berputarnya Serigala Perak' - sebuah ilustrasi perayaan.

Ilustrasi ini memperlihatkan upaya besar pada detil dan perasaan - ilustrasi sempurna.

".....Eromanga-sensei."

Kedua tanganku kusandarkan pada 'pintu yang tidak pernah terbuka' sambil bergumam pada diriku sendiri.

'Serigala Perak' merupakan karyaku yang luar biasa, tapi juga sudah tamat. Sekarang aku sudah memulai baru, dan mungkin tidak akan pernah menulis apapun tentang 'Serigala Perak'.

Tapi di ilustrasinya Sagiri, karakter itu, yang aku pikir tidak pernah aku lihat lagi melambaikan tangan padaku. Mereka semua berekspresi 'Selamat tinggal. Semoga perjalanan kami bagus'.

Aku.... Karena Sagiri.... Aku bisa melakukannya.

Aku merasa sangat senang. Karena itu...

"Apa kau mendengarku?"

Aku ingin bertemu Sagiri, ingin berterimakasih padanya. Bukan sebagai kakaknya,tapi sebagai teman kerja Izumi Masamune.

Dalam maksud untuk sukses, ada masalah yang perlu aku selesaikan lebih dulu. Aku pernah mendapatkan kesempatan sangat bagus, tapi aku membuangnya.

"Sagiri! Eromanga-sensei! Dengarkan aku!"

Sagiri tidak tahu hal itu, dan aku agak takut menceritakan kebenaran padanya.

Dulu, dia memotong pembicaraanku sebelum aku mengatakannya.

"Aku ----"

Perasaanku tercampur aduk.

Aku berteriak dari atas paru-paru ke 'pintu yang tidak pernah terbuka'.

"AKU! AKU PENGARANG DARI 'REINKARNASI SI SERIGALA PERAK' - IZUMI MASAMUNE!"

*Bang*

"Uh!"

'Pintu yang tidak pernah terbuka' tiba-tiba terbuka dan menghantam wajahku.

"Uh... Uh..."

Sambil menutup wajahku, aku terjatuh dengan pantat dulu.

Suasana serius barusan telah meledak. Aku benar-benar tidak ada gunanya.

...Bagaimana mengatakannya ya...

Serangan tadi sering terjadi di novel, tapi di kehidupan nyata, kekuatannya tidak boleh dipandang rendah.

Selain itu, mustahil untuk menghindar. Aku tidak tahu ada tokoh utama dalam anime yang mudah menangani serangan ini, tapi aku yakin aku masih punya jalan yang panjang sampai aku bisa sejajar dengannya. Setelah beberapa saat merasa sakit, perlahan aku berkata:

"Apa yang kau lakukan?"

Aku melihat ke atas. Adik perempuanku dengan piyamanya.

Seperti tangan memegang hatiku, aku tidak bisa berkata-kata.

"......Ah......."

Pipi Sagiri memerah, matanya terbelalak. Dia terlihat seperti kehilangan kata-kata.

"...Be, benarkah?"

Dia berbisik. Suaranya sangat kecil jika aku tidak mendengarnya dengan baik, aku tidak akan mendengarnya.

Aku tahu itu. Sagiri pun tidak tahu tentang identitas asliku.

Begitu juga denganku, aku tidak tahu identitas Eromanga sensei.

Sampai sekarang, akhirnya kami telah mengonfirmasinya.

"Onii-san... kamu Izumi Masamune-sensei...? Pengarang 'Reinkarnasi Serigala Perak'....?"

"...Ah...iya... hei, kau... eh..."

"....."

"....Eromanga-sensei, ya?"

Sunyi. Lalu Sagiri berbisik:

"......Aku tidak tahu orang bernama itu."

Dia melihat kebawah dan tidak mengatakan hal lain. Aku juga terus melihat ke kaki adikku yang halus.

Akhirnya, dia menghindari tatapanku, dengan malu dia berpaling dan menarik kembali apa yang dia katakan.

"....Boleh, bolehkah?"

Akhirnya aku mendapat konfirmasi dari teman kerjaku.

Dengan lembut aku menganggukkan kepalaku.

"Kenapa, bukankah kau..... Akhirnya aku bisa bertemu denganmu."

Itulah hal pertama yang aku katakan pada teman kerjaku selama tiga tahun.

Sagiri menggigit bibirnya yang tipis seperti dia menahan sesuatu lalu dia berkata:

"...Masuklah."

"Wow!"

"...Ada apa?"

"Tidak, bukan itu... kau...baru saja bilang..."

"Kamu tidak mendengarku? ...Aku bilang, masuklah."

"Bolehkah?"

Jarang-jarang aku datang kesini sendirian.

"...Sudah kubilang kamu boleh masuk."

"Bagus."

Sekarang aku boleh masuk? Keragu-raguan terus muncul di kepalaku.

Tapi jawabannya adalah iya.

"Kalau begitu, maaf mengganggu."

Dan demikian.

Aku masuk ke 'pintu yang tidak pernah terbuka' - area terlarang dirumahku.


Saat aku hidup dengan kedua orang tuaku, tidak ada hal seperti 'pintu yang tidak pernah terbuka. Kamar ini hanya dibangun setelah ibu dan adik perempuanku datang.

"...Sangat gelap."

Ada suara seperti klik sebelum kamar menjadi terang. Sepertinya Sagiri menyalakan lampu.

Aku melihat-lihat kamar.

Kebenarannya adalah, ini pertama kalinya aku melihat kamar adik perempuanku. Tapi ini sama saja dibandingkan dengan video tadi. Sebuah kamar berukuran delapan tatami, dan hal pertama yang menarik perhatianku adalah figura-figura yang besar di sekitar dinding.

"Wow, semuanya permainan dan buku-buku."

Di dalam rak buku, ada banyak novel ringan dan permainan untuk para remaja. Semua karyaku juga ada disana.

Dibagian bawah rak digunakan untuk tempat barang-barang perlengkapan permainan. Konsol permainan disimpan di rak TV, hal lainnya yang tidak cocok di rak biarkan tergelak di lantai.

Bahkan jika ada banyak barang disini, tempat ini tidak terasa hidup. Dengan korden dan figura berwarna-warni, kamar ini terlihat seperti kamar perempuan.

Baunya juga harum...

Tapi suasananya canggung.

"Sangat bersih."

"...Um."

Tentu bukan aku yang membersihkan kamarnya. Dia sendiri yang melakukannya. Seperti yang ibu bilang... adikku lebih menyukai semuanya serba bersih.

Dengan lembut aku menaruh tanganku di atas kepala adikku.

"Kerja bagus."

"Jangan..."

"Em? 'Jangan perlakukanku seperti anak kecil'?

"Jangan sentuh aku."

"........"

Sangat sakit dan sakitnya disini! Seperti ada sesuatu yang menusuk hatiku! Sikap dinginnya seperti gunung es.

Sambil melihat-lihat ruangan, adik perempuanku memintaku dengan ekspresi segan.

"Cepat..."

"'Cepat dan tepuk kepalaku'?"

"Cepat! Dan! Duduk!"

"...Ya."

Apa kalian tahu kalau seseorang dengan wajah yang sangat indah dapat menjadi mengerikan saat dia marah?

Jadi, aku duduk seperti yang dikatakan adikku. Secara perlahan Sagiri duduk di depanku juga.

"...Mengenai."

Tepat setelah dia membuka mulutnya, aku mencondongkan kepalaku ke depan.

"Hei."

Dia langsung mendorong wajahku.

"Sakit!"

"Apa, apa, apa yang kamu lakukan...?"

"Karena suaramu terlalu kecil, aku mencondongkan kepalaku kedepan supaya bisa mendengar lebih mudah! Melihatmu menjerit seperti itu, aku tersakiti tahu?"

"...."

Pipi Sagiri langsung memerah. Perempuan ini cukup mempunyai banyak ekspresi.

"Jangan..."

"Ya, 'jangan dekat-dekat' kan.... Jangan berkata begitu. Aku tidak dapat menahan diriku dekat denganmu."

"...Ha."

Sagiri berbalik dan berjalan menuju komputer. Lalu dia menggunakan headset.

[Apa sekarang kamu mendengarku?]

Suara Sagiri berasal dari mikrofon. Tapi kali ini, dia tidak menggunakan perubah suara.

"...Ah em, tentu, tidak ada masalah."

Paling tidak aku bisa mendengarnya dengan jelas.

Tapi... dipikir-pikir kalau kita berkomunikasi menggunakan mikrofon meskipun kita saling bertatap muka, rasanya seperti tidak nyata.

Singkatnya, 'Percakapan Kakak-Beradik' dapat dimulai sekarang. Pertama, Sagiri bilang:

[Bagaimana kamu tahu?]

Meski sekarang suaranya lebih keras, tapi dia masih menggunakan kata-kata yang polos.

"Maksudmu 'bagaimana aku tahu kalau kau itu Eromanga-sensei'?"

Mendengar kata-kataku, Sagiri mengangguka sekali.

[...Ini merupakan kecemasanku yang paling utama. Jika tidak, aku tidak akan membiarkanmu masuk.]

"...."

Aku pikir kalau dia berubah pikirannya setelah mengetahui kalau aku ini Izumi Masamune dan membiarkanku masuk. Sepertinya bukan karena ingin memastikan. Dia hanya membiarkanku masuk karena dia cemas tentang bagaimana aku menemukan identitasnya.

--- Aku terlalu sombong.

Meski aku tidak pernah menjaga harapanku atas menganggap adik perempuanku, kenyataanya membuat agak merasa kecewa. Aku menjawab dengan jujur.

"Tadi ada makan malam yang aku buatkan untukmu di layar."

[Ah.]

Sagiri berpikir sejenak dan berkata:

[...Tapi, tapi... bukan hanya waktu itu, tapi apa kamu memilih waktu tersebut untuk melihat video siaran langsungku?]

"Ya, itu salah satu alasannya..."

Aku menceritakan semuanya dari awal.

Tentang bagaimana setelah acara tanda tangan selseai, aku takut identitasku akan terbongkar. Jadi aku mencari di internet dan menemukan 'Blog Eromanga-sensei', yang mempunyai artikel tentang acara ini. Lalu aku bertanya temanku dan menemukan jadwal video siaran langsung - aku mencerikan semuanya.

"Kau pasti tahu sisanya. Setelah aku tahu identitasmu, aku melihatmu lupa mematikan kamera dan mulai melepas pakaian ---"

[Ah!]

Dia menjadi malu. Mungkin dia membayangkan kalau dia hampir saja dunia melihatnya telanjang.

[Bagus. Kalau begitu... Aku tahu.]

"Ya."

...............

Kamar menjadi sangat sunyi lagi. Normalnya Sagiri takut pada orang asing. Hal yang dapat dimengerti kalau kami berdua saling diam. Setelah agak lama, akhirnya dia berkata:

[...Aku sudah tahu itu. Onii-san, kamu itu Izumi Masamune-sensei.]

"Ya, kau benar, Eromanga-sensei."

[Aku, aku tidak tahu seseorang dengan nama itu]

Hei, jika kau malu tentang nama itu, kenapa dari awal kau memilih nama panggilan itu?

Biarpun begitu...

"Baru saja kau bilang 'aku sudah tahu itu'. Apa sebelumnya kau memperhatikanku?"

Sagiri menggeleng.

[Sewaktu pertemuan kita yang pertama, aku memperhatikan kalau namamu dan nama pengarang itu sama."

"...Begitu ya."

Kami pertama kali bertemu setahun yang lalu. Tapi kami telah bekerjasama selama dua tahun sebelum bertemu. Hal yang luar biasa daripada yang ada di novel. Aku tidak percaya itu.

[...Aku tidak pernah mengira kalau kalian orang yang sama.]

Aku benar-benar tidak pernah mengira seperti itu. Sagiri bergumam.

[Karena... kesempatan seperti ini terjadi...]

Sebenarnya aku juga berpikir begitu. Kami benar-benar berpikir hal yang sama.

[...Mengenai itu... untuk sekarang...pembuktian dan lainnya...]

"Bukti? Untuk membuktikan diriku sebagai Izumi Masamune? Aku punya banyak."

Seperti ---

"Seperti ilustrasi pertama yang Eromanga-sensei buat untuk heroine-ku."

Dipikir lagi - itu merupakan saat aku berdebut. Pertama kali seseorang membuat ilustrasi dari tokohku.

"Dulu aku... aku sangat senang. Aku mengingatnya baru saja terjadi kemarin. Aku sangat bersyukur kalau aku menulis naskah ratusan halaman sebagai terima kasih untuk Eromanga-sensei."

[!.... Itu... itu seperti terjadi kemarin juga bagiku. Aku mengingatnya kalau kamu bilang sesuatu tentang bagaimana membuatnya lebih baik jika payudaranya agak lebih besar dan hal lain yang seperti itu.]

"Bisakah kau bilang kalau kau telah lupa tentang hal itu?"

Tapi hal ini sesuatu yang Izumi Masamune dan Eromanga-sensei ketahui.

"Dulu... maaf."

[...Kamu... benar-benar... Izumi-sensei.]

Sagiri memindahkan tangan kanannya ke dada sebelum berdiri. Mungkin ini tindakan tanpa sadar, tapi karena kancing piyamanya terbuka, dan dada putihnya tersingkap!

"Aku juga demikian."

Aku sudah mencoba pandanganku untuk berpaling dari dadanya adik perempuanku.

Aku... Kenapa kepalaku kosong sekarang?!

Sebagai kakak, aku harus mampu untuk mencoba tenang menghadapi adik perempuanku yang telanjang!

[....]

"....."

Sunyi kembali. Kami berdua terkejut, kami saling mencoba membaca keadaan.

"Aku tidak pernah mengira kalau aku hidup satu atap dengan Eromanga-sensei."

[Bahkan sekarang, aku tidak percaya itu... Dan aku tidak tahu seseorang dengan nama itu.]

Kami tidak saling bertatap muka, percakapan kami hancur berkeping-keping.

[... Tentang... hal ini terlalu tiba-tiba... apa yang harus kita lakukan...]

"Ah... singkatnya."

Meski aku masih mempunyai banyak hal untuk dikatakan, tapi saat ini aku tidak bisa berpikir apapun. Demikianlah aku menepuk kedua tanganku bersama dan membuat sikap berdoa:

"Maaf membuatmu menggambar ilustrasi ero!"

[Bo, bodoh!!]

"Jangan berteriak sambil menggunakan mikrofon!!"

Cepat-cepat aku menutup telingaku.

Ugh ~~

Telingaku berdenging sebentar. Sangat berbahaya ---

"Bagaimana jika gendang telingaku meledak! Bodoh!"

[Kamu, kamulah yang bodoh!]

Sagiri meletakkan kedua tangannya ke wajahnya.

[Ero! Mesum! Kali ini juga sama! Hari ini juga! Kepada seorang perempuan! Kamu bilang kamu ingin melakukannya...! Sebenarnya tidak!]

Perempuan ini... sepertinya kapanpun rasa malunya menembut level tertentu, dia akan menyerang siapapun di depannya dengan refleks. Mungkin itu juga alasan dia melempar game controller padaku.

"... Jangan marah-marah. Aku hanya ingin meminta maaf kepada adikku yang membantuku menggambar ilustrasi ero."

Ngomong-ngomong, kau tidak punya hak memberitahuku dengan kondisi tanpa bra dan kancing piyama terbuka.

Eromangan-sensei yang sekarang lebih erotis.

[Ilustrasi ero merupakan pekerjaan, tidak masalah jika aku menyukainya! Tapi kamu tidak diperbolehkan!]

...Jadi kau suka ilustrasi ero?

Tentu aku tidak mengatakannya dengan lantang.

"Kenapa?"

[...Oh]

Mendengar pertanyaanku, Sagiri lagi-lagi melihat bawah dan bahkan lebih memerah.

"Sagiri, meskipun kau menyukai ilustrasi ero, kenapa kau tidak ingin membicarakan mengenai ilustrasi ero?"

Aku bertanya. Bukan berarti aku ingin memaksa dia menjawab atau apa, aku hanya merasa ada yang ganjil. Tapi sesaat kata-kata itu keluar dari mulutku.

[....Oh...oh...itu...]

"Hei?"

[Bagaimana mungkin aku mengatakannya!]

*Bang bang*

"Sakit! Kau! Kau melemparku dengan controller lagi?!"

[Onii-san bodoh! Bodoh! Kakak bodoh!]

Dia benar-benar sangat marah.

Tapi bukannya aku peduli. Karena suaranya yang kecil, aku kesulitan mendengar suaranya.

"Ya, aku mengerti. Aku tidak akan bertanya lagi. Maaf."

[Bagus kalau kamu mengerti.]

Sagiri mengangkat kedua bahunya.

Seperti yang diduga dari hikikomori. Keahlian memberhentikan sesuaty di tengah jalan memang benar menyeramkan.

Tapi peragaan penuh erotis dari adik perempuanku membuatku tidak mampu melihatnya secara langsung. Karena nama penanya bernama 'Eromangasensei' membuatku langsung berpikir ke hal itu.

Eromanga-sensei memang ero. Seperti namanya.

Wajah polos Sagiri memerah lagi, dia menunjukku.

[Oh oh oh... selain itu Onii-san... kamu juga salah dalam banyak hal!]

"Tepatnya 'banyak hal' apa yang kau maksud?"

[Contohnya....ya! Kamu menghabiskan liburanmu di rumah!]

"Aku seorang novelis, tentu saja aku harus diam dirumah sewaktu akhir pekan untuk bekerja.!"

[...Bahkan kamu tidak pergi keluar sewaktu liburan musim panas?]

"Itu juga sama. Hampir saja aku mati karena berlebihan bekerja. Aku telah bekerja beberapa hari tanpa istirahat sekalipun. Bahkan aku lupa membuatkanmu makanan."

[Tunggu sebentar! Jadi kamu tidak bermaksud memaksaku keluar dengan memotong jadwal makanku?]

"Aku hanya lupa. Aku tidak penah berniat membiarkanmu keroncongan. Apa ibumu melakukan hal yang sama?"

[Onii-san, kamulah yang melakukannya untukku!]

Ya, sekarang lihat hasilnya...

[Kuh... tidak peduli betapa sulitnya menghentak lantai, lalu tidak ada makanan... Apa kamu mengerti?]

Mungkin dia ingat kenangan yang kasihan itu, air matanya jatuh dari kedua matanya yang indah.

"Kau hanya perlu keluar lalu memakan sesuatu."

[Aku merasa kalau aku akan tersesat jika aku pergi keluar.]

"Kalimat itu terdengar terkenal, tapi saat kau mengatakannya tidak keren sedikitpun."

Dibandingkan dengan pekerjaanku, status hikikomori-mu memasuki level yang lebih tinggi.

[Sewaktu liburan musim panas, Onii-san selalu tinggal di rumah dan tidak pernah pergi, jadi aku tidak mau mandi... bahkan ke toilet pun sangat menyeramkan..]

Yah, memang benar.

Kamarku di lantai satu, dan kamar Sagiri ada di lantai dua yang juga ada toiletnya, jadi dia bisa langsung menyelinap kedalam toilet.

[Karena Onii-san selalu tinggal di rumah, aku khawatir kalau kamu tidak punya teman.]

"Kekhwawatiranmu tanpa alasan."

Aku punya! Teman-teman ya?! Aku punya teman! Tomoe!

Dan... dan...aku tidak perlu orang lain lagi!

[Karena kamu tidak punya teman atau pun pacar, novelmu tidak meyakinkan ketika berurusan dengan persahabatan atau cinta.]

"Kau tidak punya hak mengatakannya padaku! Dan itu tidak mempengaruhi karyaku! Aku tahu satu senpai laki-laki yang bukan hanya lebih baik dariku, tapi dia juga mempunyai dua waktu berbeda!"

[Karena dia memang penulis bagus. Tapi kamu mungkin tidak bisa melakukannya, 'kan?]

"...Jangan bicara begitu seolah itu benar."

Aku masih pemula, oke?

Kuh... perempuan ini...

Aku mengarahkan jariku pada Sagiri.

"Bagaimana denganmu? Ilustrasi pertempuranmu terlihat agak ero!" [Apa?]

Mata Sagiri terbelalak.

[Kamu, berani-beraninya kamu mengatakan sesuatu yang tidak harus dikatakan....karena deskripsimu mudah untuk disalah pahami.]

"Sudah kubilang untuk mendapatkan lebih banyak data referensi! Ilustrasimu.... contohnya, saat berpostur memegang senapan, sangat menyedihkan!"

[Aku tidak tahu cara yang benar memegang senapan! Jika kamu punya komplain, kenapa kamu tidak memberiku referensi? Bukan hanya referensi, kenapa kamu tidak memberi peringatan sebelum tiba-tiba membuat permintaan baru? Aku tidak tahu caranya menggambar wanita itu!]

"Karena kalaupun aku memberimu peringatan kau tidak mau melakukannya! Ketika cerita novel masih berlanjut, ilustrasimu malah berubah!"


Aku telah membuat tinggi badan pada semua karakter, namun saat ilustrasi jadi, jika kalian membandingkannya, kalian bisa memperhatikan bahwa beberapa dari karakter hanya sampai pada bahu saja.

[Tapi.... tapi itu lebih imut!]

"Maksudmu kau hanya menggambar apapun yang kau inginkan! Jika begitu, kenapa aku harus terus meminta bantuan ilustrasimu?!"

[Kamu tidak bisa begitu! Novelmu akan kehilanga kepopulerannya!]

"Ughhhhhhhh......."

[Kuhhhhhhhhhh......]

Kami berdua mencondongkan badan ke depan dan saling meringis.

Inilah contoh sempurna betapa mudahnya percekcokan antara novelis dan ilustrator menghilang.

[Hm!]

Kami berdua memalingkan kepala.

Setelah beberapa saat, aku mencoba berbicara dengan suaraku yang paling wajar:

"Hei, kenapa kau melakukan hal itu?"

[....Maksudmu sebabnya aku menjadi seorang ilustrator? Bukan sesuatu yang spesial. Malahan ada banyak perempuan SMP yang memiliki keahlian menggambar lebih baik dariku.]

"Bukan itu maksudku."

Aku merupakan contoh seseorang yang bekerja ketika bersekolah. Juga bukan sesuatu yang spesial.

Pertanyaanku tidak memandang hal ini ---

Sampai sekarang, kupikir setelah Sagiri kehilangan orangtuanya, dia jatuh dalam depresi dan menjadi seorang hikikomori.

Tapi sekarang aku mengetahui bahwa dia adikku yang sangat aktif pada pekerjaanya, jadi aku agak mundur.

"Menggambar ilustrasi, membuat umpan balik video siaran langsung, berbicara dengan penggemar......"

[Apa.... maksudmu?]

"Ah, yah, kenapa kau memutuskan untuk melakukan semua itu?"

[Apa, apa tidak boleh?]

"Tentu saja boleh."

Aku langsung menjawab. Kemudian aku membuat suaraku selembut-lembutnya.

"Meski aku merasa bahwa mencaci maki teman kerjamu di blogmu, atau aku dalam hal ini bukan hal yang buruk. Tapi membuat umpan video siaran langsung dan lainnya baik-baik saja, tidak ada masalah dengan hal itu."

".........."

Sagiri tidak mengatakan apapun, dia hanya menatapku.

"Ada apa?"

Aku merasa jantungku agak sesak.

Kemudia Sagiri berlahan berkata:

".....Karena menyenangkan. Semuanya: menggambar ilustrasi, membuat video siaran langsung, mengobrol dengan semua orang."

Dia tidak menggunakan mikrofon. Dia berkata demikian dengan suaranya sendiri.

"................."

".................."

Keheningan lagi. Kemudian.....

"......Itu....Onii-san juga tidak berencana menanyakan hal ini?"

"Bukan itu." Aku menggelengkan kepala. "Inilah yang ingin aku tanyakan."

Dia menggambar dan membuat video karena menyenangkan.

Emm, syukurlah. Aku sangat puas dengan jawaban ini.

"Benarkah?"

"Ah, jika mungkin aku mau bertanya lagi daripada ini. Mulai dari awal, semuanya. Karena aku benar-benar tidak tahu tentang kau ----"

Aku sangat tidak berguna. Kita hidup bersama selama setahun di atap yang sama.

"......."

Sagiri berpikir sesaat, lagi-lagi mengambil mikrofonnya dan berkata:

[Awalnya, menggambar..... Ibu mengajariku.]

"!"

[Ketika aku kecil, Ibu membuatkan gambar sederhana atau kartu pos bergambar. Aku sangat bahagia... Kemudian, tidak, aku tida tahu sejak kapan..... aku menjadi profesional.... Ibu bilang aku menakjubkan.... beliau menyanjungku.....]

Walaupun ada beberapa bagian terpisah-pisah, Sagiri menyelesaikan kalimatnya.

Jadi seseorang yang mengajari Eromanga-sensei untuk menggambar adalah Ibunya Sagiri.

[Saat Ibu tidak ada disini..... ada kalanya aku tidak bisa menggambar apapun.....]

Sekarang kau menyebutkannya --- Aku mengingat waktu seperti itu juga.

[Dan sejak aku tidak bisa pergi keluar..... aku tidak tahu apa yang aku lakukan.... lalu secara kebetulan, aku melihat bebera[a video buatan para ilustrator.]

Aku fokuskan semua inderaku, mencoba untuk mengerti semuanya.

[Orang itu mengobrol ria dengan orang-orang sambil menggambar. Ketika itu, bahkan dia bisa mendengar opini penggemarnya.... Saat aku melihat video itu, aku sangat iri dan ingin melakukan hal seperti itu.]

"Begitu rupanya.]

[Dan kemudian aku mencoba sekali.... Sangat menyenangkan. Semua orang melihat ilustrasiku dan bilang bahwa ilustrasiku imut. Ketika mereka melihat bagaimana aku menggambarnyam mereka terkejut da bilang bahwa aku menakjubkan. Bahkan mereka meminta salinananya. Aku duduk sendirian dirumah, tapi aku bisa berteman dengan semua orang di dunia. Aku bisa menikmat mengobrol dengan mereka, menikmati hal tanpa makna. Kemudian aku merasa ---]

Sepertinya dia baru saja mempunyai mimpi indah, Sagiri tersipu.

[Emosional.]

-- Ah ah

Aku mengerti bagaimana kamu merasakannya.

[Aku ingin ilustrasik menjadi lebih baik. Aku ingin lebih banyak orang melihat ilustrasiku. Sewaktu itu, karena aku tidak bekerja, semua yang aku pikirkan adalah video siaran langsung. .. bukan hanya tentang ilustrasiku, aku memulai bermain permainan dengan semua orang....Lalu.... tanpa sadar, aku menjadi benar-benar tercandu....hehe.]

"Oh, aku mengerti."

Jadi begitu yang terjadi. Benar-benar masuk akal.

"Sejujurnya, aku juga menjadi novelis karena aku melihat bagaimana gembiranya seseorang akan saat-saat dia berbagi novelnya di internet dengan semua orang."

[.....Benarkah?]

"Ah....yah, sebelum aku berdebut.... aku mencoba untuk menulis sesuatu di internet."

Lalu aku menerima pesan pertama dari seoran penggemar.

Aku sangat gembira. Sangat, sangat gembira.

Bahwa itulah bagaimana aku berubah menjadi seperti hari ini.

[.....Benarkah.....Izumi-sensei....]

"Hmm? Sensei?"

[Ah! Tidak-tidak, sama sekali bukan apa-apa!]

Sagiri denga khawatir melambaikan tangannya.

"Apa 'bukan apa-apa' yang hanya kau katakan?]

[Maksudku hanya bahwa Onii-san juga menulis novel di internet!

"Masa? Omong-omong, sewaktu umpan balik video langsung, suaramu terdengar seperti seorang pria. Kenapa?"

[Karena.... aku takut.... dan juga malu...]

Apa yang dia maksud? Biar aku pikir sebentar.

Apa yang terjadi jika Sagiri tida berpura-pura bahwa dia pria, ya?

Kemungkinan video siaran langsung mendapatkan reaksi berbeda.

Kalaupun dia tidak melakukannya, seseorang, cepat atau lambar, menjerit 'Seorang wanita telah menggambar ini!'. Tentu aku tidak bermaksud itu hal buruk, tapi selalu ada beberapa orang aneh diantara para penggemar. Bagi perempuan berumur dua belas tahun, kemungkinan dia agak merasa takut.

"Begitu, ya. Aku mengerti."

Aku tidak bisa menahan diri untuk tertawa kecil.

[Apa yang kamu tertawakan?]

[Tidak, hanya saja, aku tidak bisa membayangkan bahwa aku bisa berbicara denganmu seperti ini."

[.....]

Tangan Sagiri mengepal.

Saat aku mengira-ngira apa yang dia pikirkan, Sagiri berkata:

[Aku hanya membiarkanmu masuk rumah.... Jangan terlalu diambil hati.]

Dia melanjutkan:

[Ini juga tidak termasuk bahwa aku membuka hatiku untukmu, Onii-san.]

"....Tentu."

Walaupun dia memanggilku 'Onii-san', tidak berarti kami kakak-beradik.

Suasana tegag kembali lagi.

[...Ini kesempatan langka... jadi aku ingin bertanya.... kenapa kamu peduli denganku. Kamu pasti tahu itu.... seseorang sepertiku.]

"Hanya menyebabkan masalah bagi yang lain?"

[.....Masalah, masalah besar.]

Tepat. Benar, ini bisa saja.... Yah, mau bagagimana lagi. Jika dulu, aku tidak mengoyak pengasuh kami, kemungkinan kami akan berpisah.

"Jadi, kau ingin bertanya kenapa aku peduli dan menjagamu?"

Sagiri mengangguk.

"Kau benar-benar ingin tahu?"

[....Ya, aku ingin. Karena sudah jelas bukan karena aku bekerja sebagai ilustrasi novelmu.

Sampai sekarang, kamu tidak tahu tentang itu, namun kamu masih mengasuhku.]

Ya, seperti yang kamu bilang.

"Kau ingin tahu, hah."

Aku mengangkat jariku.

"Kalau begitu, mari buat pertukaran."

[Hah?]

"Buat pertukaran. Saat aku menjawab pertanyaanmu, ijinkan aku mengajukan sebuah kondisi."

[..........]

".........."

Kami diam-diam saling melihat satu sama lain.

"Kau tidak bisa?"

[Aku, aku ingin mendengar kondisimu terlebih dahulu.]

"Tidak masalah, bukan sesuatu yang patut dipermasalahkan."

[.....Tidak boleh ada hal mesum.]

"Aku tidak akan bertanya kondisi semacam itu! Kenapa kau menganggap bahwa aku akan bertanya sesuatu yang mesum?"

[Karena sampai sekarang, kamu hanya memintaku membuat ilustrasi ero.]

Walau beralasan semacam itu masuk akal, tapi itu karena dorongan pekerjaan. Belum termasuk dulu, kupikir kau itu pria!

Perempuan ini..... dia benar-benar sangat menyukai ilustrasi ero.

"Sebagai kakak, aku tidak akan melakukan sesuatu yang mesum pada adik kecilku."

Ini normal, kan?

[...Jadi, kondisi apa yang ingin kamu minta?]

Aku tersenyum dan bilang:

"Berhentilah menjadi hikikomori dan pegilah keluar."

[Tidak mau.]

"Yakin? Baiklah."

[Ha?]

Mata Sagiri terbelalak.

"Karena kau tidak setuju dengan pertukaran, bagaimana dengan juga menambahkan kondisimu sendiri?"

[Wow.... tapi, bolehkah?]

"Tentu saja, ini tidak akan bermakna jika aku memaksamu."

[Emm.... ini akan baik saja.]

Sagiri menunduk dan bergumam sesuatu.

"Tentu, aku akan menjaga perkataanku. Lalu dengarkan jawabanku. Aku mengasuhmu karena --- "

Aku bermaksud menghela. Sagiri berdiri.

Aku menjawab.

"Karena kau ini adik perempuanku..... Selain itu, ibu bilang padaku untuk mengasuhmu."

[....Itu alasanmu?]

"Iya."

Kenapa dia tidak menjawab 'Begitu rupanya'?

Aku menggaruk daguku, berkata:

"Satu tahun yang lalu, ketika kau sendirian, aku ingat bahwa Ibu pernah bilang padaku 'asuhlah dia untukku'. Aku selalu bertanta-tanya apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku akan 'mengasuh dia'? Bahkan sekarang, aku tidak mengerti sepenuhnya. Tapi paling tidak itulah yang aku lakukan setahun ini."

[....Aku sama sekali tidak mengerti.]

"Yah, tidak masalah."

Ah, apa-apaan yang aku katakan.

[Ini bukan tertawa atau tidak, jangan bohong padaku.]

"Yah, bagaimana mengatakannya, ya. Aku merasakannya sekarang, aku mengasuhku lebih baik dari Ibu. Bahkan kita hidup di satu atap, namun kita tidak pernah saling bertatapan. Aku merasa agak kesepian. Kaulah adik perempuanku, bukan hanya yang aku lakukan untuk mengasuhmu, aku ingin makan bersama denganmu dan lainnya."

Sayangnya, aku punya kemampuan untuk melindungi gaya hidup ini.

[....Kita tidak bicara sebanyak itu.]

"Faktanya, sama sekali kita tidak pernah bercakap-cakap. Awalan seperti sekarang memang bagus sekali."

[....Tidak penting jika itu tidak aku, 'kan? Jika kamu merasa kesepian, maka jangan membuat adik perempuanmu seperti aku ini kerepotan merupakan pilihan yang baik.]

Sepertinya dia masih sadar akan situasinya.

"Tidak, aku ingin akrab dengamu."

[Kenapa?]

"Karena kita keluarga."

[Keluarga? Kita?]

"Ya."

Aku menjawab secara tegap.

"Karena kita hidup bersama."

[.....Benarkah? Menurutku tidak demikian. Kalaupun kita hidup bersama, hal itu tidak akan membuat kita menjadi keluarga.]

Sagiri bergiri dan menunjuk pada pintu.

[Aku telah mengatakan semua yang ingin aku katakan. Keluar, Onii-san.]

"Baiklah."

Aku tidak memaksakan diri dan aku berjalan menuju ke pintu. Segera aku keluar, aku berbalik dan berkata:

"Sagiri."

[Apa?]

"Terima kasih atas kenangan ilustrasimu."

Akhirnya aku mengatakan apa yang ingin aku katakan.

[------]

Adik perempuanku diam sejenak, tapi dengan cepat dia berbalik pada ekspresi tanpa emosinya dan berkata:

[Jangan bodoh. Aku hanya menggambar ilustrasi untukmu karena aku suka menggambar.]

Lalu dia berbalik dan menutup pintu.

Catatan Penerjemah[edit]

  1. Hikikomori (ひきこもり atau 引き籠もり merupakan sebutan yang berasal dari Jepang untuk seseorang yang menarik diri dari masyarakat dan dunia nyata. Bisa dideskripsikan sebagai seorang penyendiri.
  2. Ukuran kertas. | Cek disini
  3. Nama pena seperti halnya nama panggilan atau nama akrab dalam dunia LN
  4. ada plihan kata selain browsing?
  5. Handphone dengan berbagai fitur canggih layaknya komputer atau laptop
  6. Ero atau lengkapnya dalam bahasa Inggris - Erotic. Sering disingkat 'Ero' oleh orang Jepang berarti tindakan erotis dan yang hal berkaitan dengan erotis.
  7. Heroine merupakan tokoh perempuan di sebuah Anime, Manga, ataupun Light novel.
  8. Akaiusagi jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti Kelinci Merah.
  9. Kinshishi berarti Singa Emas
  10. ?
  11. Adrenalin atau hormon adrenalin, merupakan kelenjar yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kelenjar ini merangsang jantung berdetak kencang. Contohnya, ketika gugup atau setelah berlari
  12. Suara pintu kalau dibuka begini bukan?



Mundur ke Ilustrasi Novel Kembali ke Halaman Utama Maju ke Bab 2