Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2[edit]

Ero Manga Sensei v01 089.jpg


Beberapa hari sudah terlewati sejak aku memasuki kamar adikku.

Setelah kami berdua saling tau ‘identitas sebenarnya’, aku kira sesuatu akan berubah, namun tidak ada apapun yang terjadi. Sekali lagi, kami kembali ke kehidupan kami yang biasa.

Sagiri tidak keluar dari kamarnya, sementara aku pergi ke sekolah sekaligus merawat rumah seperti biasa.

Meskipun kita tinggal bersama, bukan berarti kita keluarga.

“Kau benar. Aku juga tau tanpa perlu kau beritahu.”

Namun tetap, aku sudah memutuskan untuk menjadi keluarganya, menjadi kakaknya. Aku tidak akan menyerah hanya karena ini.

Lalu ---

Bam bam bam bam!

Suara bel minta makan datang dari langit-langit.

“Iya iya iya! Aku datang!”

Seperti biasa, aku membawa sarapan ke kamar adikku.


“Ugh....um....”

Aku merentangkan punggung dan melemaskan tubuhku. Hari ini hari sabtu, aku tidak ke sekolah.

Biasanya, aku berencana untuk bekerja nonstop dari hari jumat sampai hari minggu malam, jadi selama hari sabtu pagi aku masih bersemangat. Karena aku tidak pergi kesekolah, aku seharusnya melakukan sesuatu yang lebih bermakna – setiap penulis sambilan sepertiku akan berpikir begitu juga, 'kan?

“Ayo mandi dulu sebelum pergi belanja.”

Jika aku tinggal dirumah, Sagiri akan terganggu.

Lalu saatku memikirkannya....

Ding dong. Suara bel.

“Oi Sagiri ~ tolong buka pintunya ~”

Aku berteriak ke arah kamar adikku. Tentu saja reaksinya hanya--

Bam

Seperti itu.....

“Enggak perlu semarah itu......."

Di situasi tadi ini...... aku membayangkan kala aku menyuruhnya begitu, adikku akan berkata 'iya~♪' dan membukakan pintu.... kelihatannya masih banyak yang harus aku lakukan.

Bam bam bam bam!

“Iya~♪”

Namun sial, justru akulah yang membukakan pintunya.

Aneh. Siapa yang mau repot-repot membunyikan bel?

“Permisi ~! Permisi ~!”

Ketika aku di pintu masuk, aku mendengar suara gadis enerjik. Aku menarik gagangnya dan membukakan pintu.

“Siapa ~ uwa!”

Aku tercengang sebentar. Karena di depanku ada seorang gadis cantik luar bisa.

Seragam pelaut putih-biru. Rambut coklat panjang bak sinar mentari.

Tapi, yang memberiku kesan terdalam adalah senyumnya yang tak terlupakan. Dengan melihatnya saja, terasa kalau dia sangatlah hidup, orang yang melihatnya akan merasa berapi-api.

Jika dia adalah karakter game, sudah pasti dia memiliki atribut suci. Aku hampir bisa melihat aura positif datang darinya.

“...................................”

Tanpa berkata-kata apapun, aku menengok ke lantai dua.

.....Benar-benar berbeda dari adikku.

Itu apa yang kupikirkan.

Meskipun adikku sangat cantik, berkulit putih, tubuh mungil, dada belum berkembang, suara lemah dan senyum yang melahap-jiwa....

Pastinya dia penganut atribut kegelapan. Auranya negatif.

Meskipun dia juga punya sisi manisnya, tapi ----

Ketika aku tenggelam dalam alam pikiran, aku tiba-tiba sadar kalau masih ada gadis yang terkejut di depanku.

“Ah ah maaf. Permisi – um, siapa yah?”

Kenapa gadis cantik ini datang kerumahku?

Sekilas dia menunjukan ekspresi ‘pertanyaan bagus’, lalu berpose dan memperkenalkan diri:

“Namaku Jinno Megumi, aku teman sekelas Izumi Sagiri!”

“Teman sekelas..... Sagiri?”

“Iya!”

Dia teman sekelas Sagiri? Dia sekelas dengannya? Tidak masuk akal! Dia nampak sangat dewasa! Aku tidak habis pikir dia masih SMP. Dia kelihatan seumuran denganku!

“Maaf, apa Onii~san kakaknya Izumi-chan?”

“Ah, ya.”

“Tapi bukan saudara kandung, 'kan?"

“....................Bisa dibilang begitu.”

Cewek ini....kau seharusnya enggak terus terang begitu.

“Bedasarkan apa yang kudengar, kalian berdua sekarang tinggal berduaan, kan....?”

“Kami punya wali. Kami enggak cuma tinggal berdua.”

Aku memberinya kebenaran yang setengah benarnya.....karena wali kami tidak pernah datang ke rumah, sehingga yang sebenarnya terjadi adalah kami hanya tinggal berdua...tapi ini bukan sesuatu yang orang lain boleh tau. Itu hanya akan membuat masalah.

Megumi melakukan “Um ~” lagi. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya.

Dari apa yang dia katakan sejauh ini, aku merasa dia hanya datang kesini untuk mengumpulkan informasi tentang rumahku.

Hari ini hari libur, tapi berseragam. Apa dia datang kesini karena sesuatu yang berhubungan dengan sekolah?

“um....Jinno-san, ya?”

“Panggil aku Megumin ~ semua orang di sekolah memanggilku begitu.”

Aku bukan temanmu, bahkan teman sekelas juga bukan. Enggak malu, apa, menggunakan nama itu?

......Tapi aku tidak bisa menegur dia seperti itu, jadi aku bilang:

“Oke, Megumi-san.....kan?”

“Ih, enggak enggak! Jangan begitu!”

“Jangan?”

Enggak pernah kukira aku akan ditolak.....

“Aku ingin lebih dekat dengan Onii-san. Kalau tidak bisa memanggiku Megumi-chan, bagaimana dengan ‘Megumi’?”

Megumi membuat pose ‘memohon’ dan dia membungkuk padaku.

Gadis ini kenapa? Memangnya kita sudah berteman dekat?

“Oke. Senang bertemu denganmu, Megumi.”

“Bagus!”

Senyum yang cemerlang.

Dia telihat sangat manis hingga aku yakin dia bisa menaklukan setiap laki-laki normal tanpa perlu bertarung.

“Jadi, kenapa kau kesini? Apa kau punya sesuatu untuk Sagiri?”

“................”

“Hmm? Kenapa?”

Ketika aku menanyakannya, Megumi membuat ekspresi tidak senang.

“Apa!? Aneh~ enggak mungkin ia sukanya laki-laki, 'kan?”

Tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang tidak bisa di percaya. Gadis ini punya banyak imajinasi.

“Apa mungkin Onii-san gay?”

“Enggaklah! Kenapa bisa berkesimpulan begitu?”

“Tapi ~ aku mencoba tersenyum lebar, dan onii-san tidak tergerak sedikitpun.”

.....Cewek ini....dia nampak seperti malaikat, tapi di dalam dia seperti iblis.

Jadi bocah nakal ini berpura-pura seperti itu hah? Sangat menakutkan. Dia baru lulus dari SD, 'kan?

“Iya sih kau manis, tapi bukan dilevel yang bisa bikin jatuh cinta pada pandangan pertama.”

“Mwu ~”

Megumi cemberut.

Bodoh. Bagiku – bagi orang yang mencuci pakaian dalam adikku – yang juga jauh lebih manis darimu, mustahil ada seseorang yang bisa membuatku langsung jatuh cinta.

Megumi bilang:

“Karena onii-san bilang tidak ada hubungan apa-apa sama adikmu, apa ini berarti penismu masih tidak berguna, Onii~san?”

“Ya ya itu benar -------- tunggu, apa???”

Hening.

Apa? Apa yang barusan cewek ini bilang?

“Kau....kau....kau baru lulus dari SD, kan?”

“Memangnya kenapa?”

“Umurmu sama dengan adikku?”

“Memangnya kenapa?”

“Barusan, kau baru bilang penis?”

Ngomong apa aku ini! Kalau aku salah dengar barusan, maka kehidupan sosialku akan berahir!

Berita akan melaporkan ini:

[Kabar tragis] : Penulis light novel, Izumi Masamune-sensei, tertangkap melakukan pelecehan seksual kepada gadis cantik berusia dua belas tahun.

Begitulah. Tapi.....tapi......

“Ya? Apa aneh? Aku suka banget sama penis!"

“Sangat suka?”

“Ya. Setiap gadis seusiaku kebanyakan suka sama penis!”

Enggak mungkin! Ini, ini, ini enggak mungkin! Cewek seusiamu? Kelas enam SD? Apa cewek-cewek zaman sekarang sekacau ini?

“Enggak...enggak...mustahil...pokoknya mustahil...."

Apa nasibnya masa depan Jepang nanti!? Waktu masih SD, aku sama sekali enggak tau yang begituan...atau mungkin itu cuma aku doang? Dan yang sebenarnya terjadi adalah cewek-cewek yang keliatannya polos begini itu......? wah wah ahhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!

Megumi mengembalikan fokus matanya padaku, bilang:

“Ehe ~ jangan kaget begitu. Aku yakin adik Onii-san juga menyukai penis.”

“itu sangat-sangat mustahil!”

Aku ingin membunuhmu Megumi! Kita baru ketemu, namun kau sudah memberiku kesan aneh!

Sialan! Apa-Apaan ini? Kesan bagusku tentangnya benar-benar hancur hanya dalam beberapa menit!

Tiba-tiba, Megumi berbalik padaku dan bilang:

“Cuma bercanda.”

“....................”

“Cuma bercanda. Serius, Onii-san terlalu berlebihan.”

Megumi tertawa dengan bahagia

Jadi itu hanya candaan? Murid-Murid SD masih bisa terselamatkan? Tapi meski aku masih punya banyak pertanyaan, aku tidak punya kekuatan untuk menyuarakannya.

“Oke, kembali ketopik utama.”

“.....Terserah.”

Bahuku jatuh. Lalu Megumi bilang:

“Aku ketua kelas Izumi-chan.”

“Ha?”

Ketua kelas? Cewek ini? Cewek mesum ini yang membuat lelucon busuk dengan lawan jenisnya adalah ketua kelas?

“Ah, enggak percaya, ya ~ tapi aku enggak bohong, kok ~”

Kalau iya pun, aku yakin semua memilihmu karena mereka ingin menghindari masalah, bukan karena setuju kau kandidat yang paling pantas.

Si ketua kelas, Megumi berdehem dan bilang:

“Aku ingin membawa Izumi-chan pergi ke sekolah.”

Dia akhirnya mengatakan alasannya yang sebenarnya.


“Permisi ~”

“Silahkan duduk.”

“Oke ~”

Aku menuntun Megumi ke ruang tamu. Aku tidak ingin membawa gadis tak tahu malu ini masuk kedalam rumah, tapi setelah mendengar alasannya, aku tidak bisa langsung menyuruhnya untuk pulang.

Lalu aku kembali ke dapur.

Karena aku.....karena ibusangatsuka masak, jadi perlengkapan dapur kami sangat lengkap. Setiap kali aku melihat peralatan yang tidak pernah kugunakan, dalam hati aku meminta maaf padanya.

Dengan asal mengambil botol jus buah, aku kembali ke ruang tamu melihat Megumi sudah duduk di sofa dan melihat sekeliling.

Melihat kedatanganku, dia bilang ‘Ah, terima kasih.’

“Apa yang kau lihat?”

“Aku melihat kalendermu yang sangat manis.”

“Ah, itu ya?”

Adalah kalender dari pekerjaanku di ruang tamu. Itu salah satu barang langka yang aku beli. Sekarang menunjukan bulan april, dengan cover volume satu dari ‘Reinkarnasi Sang Serigala Perak’.

“Aku suka jenis kalender novel”

Aku menjawab Megumi dengan tidak bermaksud memberitahunya bahwa akulah penulisnya.

“Ha ~ jadi bukan cuma Izumi-chan yang suka, tapi Onii-san juga? Orang rumahan?"

“Bisa dibilang begitu.”

Benar, aku tidak mungkin bisa memungkirinya. Lagi pula itu ilustrasi Sagiri yang aku sangat suka. Tapi aku tidak menyukai kenyataankalau Megumi mungkin tidak mengahargainya. Dia tipe orang yang terus terang, kata yang akan dia keluarkan setelahnya mungkin saja 'menjijikan'’ atau sesuatu seperti itu.

Aku mencoba sekuat tenaga tetap memasang poker face selagi menyiapkan mental diri. Tetapi...

“Lumayan.”

Kata Megumi.

“Sebenarnya, aku juga sama ~ aku suka baca manga ketika masih kecil.”

“Hah, masa? Apa yang kau baca?”

“Aku suka ‘'One Piece’'!”

“.....Begitu yah.”

Ha ~ One Piece ya! Manga yang agung! Aku menyukainya juga!

Ini kesempatanku untuk bicara biasa dengan gadis ini. Mungkin aku bisa melakukannya.

Tetap saja, selama aku tahu bahwa manga mingguan itu bagus, apa dengan itu saja sudah cukup untukku sebut si gadis ini adalah seorang penggemarnya? Bisa saja, 'kan, dia bilang begitu hanya karena ‘semua orang bilang itu bagus’? Sekarang aku penasaran.

“Oh iya, soal Izumi-chan.”

Megumi memulai topik utama.

Tetapi, aku menaruh kotak jus buahku lalu bilang padanya “Tolong tunggu” dan berjalan ke ‘pintu yang tidak pernah terbuka’. Setelah melewati tangga, aku berdiri di depannya.

...Walau aku tidak yakin, tapi mungkin kesempatanku satu banding sejuta.....

Aku tidak ingin menyerah dalam kesempatan ini, jadi aku memanggilnya:

“Sagiri ~ Teman sekelasmu ke sini ~”

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

Bam bam

“...kedengarannya dia marah."

Itu terjadi lagi.....mau bagaimana lagi....

Aku berbalik dari ‘pintu yang tak pernah terbuka’ dan dengan pasrah kembali ke ruang tamu. Dan lalu ---

Bip bip bip bip bip bip bip bip bip bip bip bip!! Teleponku berbunyi dari dalam kantongku. Sebuah nomer tak dikenal muncul di layar. Aku mengambilnya dan menaruhnya di telingaku.

“Halo. Ini Masamune, ada yang bisa ---“

[Ini aku.]

“Sagiri!”

Teriakku. Meskipun suaranya kecil, tidak salah lagi, ini suara adikku.

[Ya.]

“Beneran!....Oi, kenapa perlu menelepon segala?”

Apa maksudnya ini? Dia bahkan punya telepon?

Apa dia membelinya secara online atau semacamnya?

Ah, yang penting, nomer telepon adik – GET

[Ini satu-satunya cara untukku berkomunikasi denganmu tanpa perlu buka pintu.]

“Okelah, tapi enggak percaya kamu tahu nomer aku.”

[....Memang kenapa?]

Aku merasa sedikit penasaran, tapi aku merasa aku tidak akan dapat jawaban kalaupun aku memaksanya.

[Omong-Omong.....Nii-san, sekarang ada apa?]

“Sekarang --- ah, teman sekelasmu sekarang ada diruang tamu kita.”

[Kenapa kamu bolehin orang itu masuk!!!! N...Nii-san, apa nii-san ingin aku mati?]

“Oi oi!”

Tiba-tiba suaranya jadi lebih keras! Mungkin dia pakaimicrophone!

“Apa kamu bilang? Aku cuma mengira orang itu mungkin bisa membawamu keluar kamar.”

[Aku enggak akan keluar! Aku enggak akan pernah pernah pernah pernah pernah keluar! Enggak akan pernah enggak akan pernah enggak akan pernah!! Usir dia!!]

“Uck.....”

Yah, aku sudah tahu kalau membawa Sagiri keluar adalah pekerjaan yang sangat-sangat sulit. Tetapi, membuat Sagiri membenciku adalah batas mutlakku.

Tapi, ini kesempatan bagus. Aku tidak bisa membuangnya begitu saja.

“Enggak sopan untuk mengusir orang pergi....kenapa nggak kamu keluar sebentar dan dengarkan dia?”

[Percuma.]

“Cuma tinggal coba dan dengar – pakai telepon juga enggak apa, apa kamu mau ngobrol dengan dia---“

[Enggak mau!]

Cepet banget.

“Ya sudah. Kututup yah.”

[Tunggu.... tunggu....]

“Ya?”

[...............Si ketua kelas......perempuan?]

“Ah iya, dia cukup manis.”

Meskipun pikirannya kotor.

[..............................]

“.......Sagiri?”

[........Aku enggak mau ngobrol sama dia. Tapi.....]

“Tapi?”

Hening sesaat. Tapi aku dengan sabar menunggu.

[Jangan ditutup. Bawa teleponnya...jangan sampai dia tau.]

“......Maksudnya.....”

Crank.... jawabannya adalah suara kecil dari ‘pintu yang tak pernah terbuka’. Dari celah, sesuatu datang padaku:

Aku mengambilnya dan bilang:

“......Kau ingin aku bawa ini?”

[......Ya.]

Sagiri melempariku sepasang wireless earbug.

Ketika aku kembali ke ruang tamu, Megumi dengan damai duduk di sofa, sebagian besar pahanya terlihat.

“Maaf lama.”

Aku berjalan ke arah Megumi. Teleponku diletakan di saku dadaku, satu earbud di telingaku. Dengan begini, aku bisa mendengar suara dari luar dan Sagiri, sedang Megumi tidak bisa mengendengar Sagiri.

“Eh, Onii-san, dimana Izumi-chan? Kok enggak bareng?”

Aku menggelengkan kepala.

“Dia enggak lagi di rumah?”

“Bukan. Malah sebaliknya, dia enggak bisa keluar dari rumah."

“Cara bicaramu aneh."

Karena dengan bilang dia ‘di rumah’ rasanya sulit dibayangkan.

“Kesampingkan itu, kalau dia di rumah, kenapa enggak ke sini?"

“Karena dia enggak mau keluar kamar.”

“.................”

Mungkin aku terlalu terus terang, Megumi saja kaget.

Dan aku secara terus terang bilang padanya:

“Jadi, menurutmu? Sudah enggak bisa disembuhkan lagi, 'kan?"

“Tolong jangan bilang begitu.”

Megumi mengetuk cangkir teh dan menceramahiku.

“Mwu ~~ aku enggak pernah mengira dia bukan cuma enggak datang ke sekolah, tapi dia bahkan enggak keluar kamar....status hikikomorinya sudah kelewat buruk......”

Megumi memegang kepalanya dan tiba-tiba berkata begitu, tapi dia langsung melanjutkan:

“Ngomong-ngomong, Onii-san, apa memang boleh-boleh saja?”

“Ya pasti enggaklah. Dia menolak keluar dari tahun lalu. Aku sudah banyak ini-itu....tapi enggak ada yang berhasil.”

“Intinya, tujuan kita sama.”

“Yah.....mungkin.”

Tidak persis sama, tapi aku terlalu malas untuk menjelaskan padanya. Sejujurnya, aku hanya berharap Sagiri akan keluar dari kamarnya.

“Jadi, Onii-san, kita sekutu sekarang, kan?”

Tangan Megumi dikepalkan jadi satu , saat dia bilang begitu.

“Sekutu ya....?”

Aku merasa tidak termotivasi.

....Karena gadis ini nampak sangat tidak berguna bagiku.

“Baiklah, jangan duduk disana. Kesini dan duduk di sebelahku.”

Megumi menepuk-nepuk tempat duduk disebelahnya.

Aku sedikit ragu-ragu, karena tadi aku inginnya duduk di depannya.

“Cepat cepat. Jangan ragu-ragu! cepat!”

“.....memangnya ini rumahmu."

Pada akhinya, aku duduk di samping Megumi seperti yang dia katakan.

“Ehehehe ~~ bersebelahan ~ dengan ~ Onii-san ♪“

Cewek yang menjengkelkan. Keberuntunganku jatuh gara-gara kamu.

[.....Hei, Nii-san.... cewek ini....bikin kesel....]

Sagiri terdengar terganggu.

[Nii-san juga bodoh, ya? Sampai tergoda.... dasar rongsokan.]

Wah wah wah wah wah!!! Poin rasa suka adikku terhadap aku jatuh!!!

Tidak! Bukan begitu, Sagiri......! Walaupun aku ingin menjelaskannya, tidak mungkin kalau situasinya lagi begini.

“Aduh ~ Onii-san~ kenapa? Wajahmu memerah? Ah! Mungkin ~ onii-san malu, ya? ~ Eheheheh, kawaii ~”

Malu dengkulmu! Megumi! Aku.....aku hanya berusaha menahan rasa sesal!

“Baik, baiklah! Sudah cukup. Kembali ke topik utama – kau bilang ingin kita jadi sekutu...kan?”

“Iya. Hehe ~ aliansi kita namanya apa? Bagaimana dengan ‘aliansi ayo keluarkan Izumi-chan dari kamarnya’?”

“Nama apa itu?”

“Sebuah nama untuk aliansi kita agar berhasil.”

Memang, itu memang berkesan tegas, untuk pantang menyerah. Tapi itu juga memberiku perasaan buruk.

“Sebelum itu, ada sesuatu yang ingin aku tanya. Kenapa kau ingin Sagiri keluar?”

“Supaya dia kesekolah, lah!”

“.....Kenapa ingin dia ke sekolah? Aku tahu kau ketua kelas. Tapi itu doang mana bisa jadi alasan untukmu berusaha sangat keras....aku masih belum 'nangkap maksudnya.”

Dengan lembutnya Megumi menjawab:

“Aku ingin jadi temannya. Dari upacara masuk, aku sudah berteman dengan semua yang seumuran aku kecuali Izumi-chan.”

....Apa, apa cewek ini secara kebetulan mengatakan sesuatu yang sangat luar biasa?

“Satu dari teman sekelasku enggak pergi ke sekolah – jadi semuanya khawatir. Lagian, ini, 'kan, sesuatu yang cocok untuk seorang ketua kelas lakukan. Karena aku punya pengalaman dengan hal seperti itu. Kurasa ini adalah sesuatu yang bisa kulakukan.”

“Tunggu, kau bilang punya pengalaman.... maksudnya.....?

“Dulu waktu. SD.”

Cewek yang enggak masuk akal.

[Bilang ke si cewek munafik itu untuk pergi!]

Jangan begitu, Sagiri...mungkin saja bantuannya bisa berguna?

Megumi mulai tertawa.

“Aku sudah berteman dengan semua, jadi aku bisa membawa Izumi-chan keluar dari kamarnya.”

Sekarang kalau kupikir lagi, gadis ini memanggil Sagiri ‘Izumi-chan’.

[Kami belum pernah ketemu, tapi dia dengan enggak tahu malu ingin berlagak dekat.....]

Dia bahkan tidak mengira dia akan ditolak – atau mungkin, dia tidak pernah takut untuk di tolak.

[Ini tipe cewek yang paling aku benci]

Aku dengar adikku mengatakannya dengan suara sedingin es.

“Begitu ya. aku mengerti. Jadi, caranya?”

Dengan tidak sabar, aku menanyainya. Jika aku membentuk tim dengannya, mungkin aku benar-benar bisa membawa adikku keluar.

“Onii-san, sebelumnya aku punya pertanyaan. Apa yang Izumi-chan lakukan di kamarnya setiap hari?”

“Soal itu....”

Dalam seketika, aku takut gadis ini melihat video live Sagiri dan menyadarinya.

“Biasanya, hikikomori menghabiskan semua waktu mereka di depan komputer. Kalau iya, dengan bantuan keluarga, aku punya solusi rahasia buat membawanya keluar.”

Jangan pakai kekerasan kalau bicara.

“Yah, sebut saja dia menghabiskan seluruh waktunya di depan komputer... jadi apa solusi rahasiamu?”

Megumi mengacungkan satu jarinya dan tersenyum:

“Putuskan koneksi internetnya.”

“...............................................”

[..................................................................]

Apa gadis ini waras?

Itu......itu solusimu?

Terlalu sederhana, terlalu terus terang, terlalu mentah. Bagaimana bisa itu di sebut solusi rahasia?

“....eh? Kenapa cuma diam, Onii-san? Oke, sekarang telepon internet providermu dan potong semua sumber iblis!”

Menakutkan....aku sangat takut dengan gadis ini....

Karena dia menyarankan hal beginian!

“Kau, kau bukan manusia! Kau ingin jadi dewi, ya?”

“Kenapa onii-san berlebihan begitu?”

“Memutus koneksi internetnya itu terlalu kejam! Kalau aku hikikomori, aku pastinya jatuh ke jurang keputusasaan dan enggak tau harus apa!"

Mungkin dia bakal keluar, tapi solusi itu akan meninggalkan bekas luka yang tidak bisa di sembuhkan dalam hubungan kami.

Megumi bertanya dengan bingung:

“Wah? Masa? Selama punya teman, enggak perlu komputer dan internet, kan?”

“Ha, hah?”

Dia berkata begitu dengan santai, sampai aku cuma bisa bengong sesaat.

“Malahan kalau tanpa teman, internet jadi enggak berarti, 'kan? Tanpa teman ~ memang komputernya mau dia apakan? ...aneh, 'kan..."

“Tunggu.....ada......”

Megumi memiringkan kepalanya. Nampak seperti jawabanku membingungkannya.

“Ada....banyak....”

“Banyak?”

Ya. Seperti menulis novel. Menggambar ilustrasi. Membaca forum. Mendengarkan musik. Bermain game. Bahkan bekerja.

Komputer sungguh benda terbaik di dunia.

Sesuatu yang bisa melampaui teman. Sebutlah selama kau punya komputer, aku mungkin enggak membutuhkan teman.

Apa aku salah? Apa caraku berpikir salah?

--- Tentu saja aku tidak bisa mengatkan itu keras-keras.

“Ada, ada banyak hal yang bisa kau lakukan dengan komputer....itu sangat menarik. Bisa dibilang bahwa enggak apa kalaupun enggak punya teman."

Mendengar pernyataanku, Megumi menaikan bibirnya:

“Apa!? Bukannya malah lebih asyik mengobrol dengan teman di sekolah?”

[Menyenangkan dengkulmuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!]

Sagiri berteriak dari dalam jiwanya.

Zziiiiiiiiiiiiizzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz Suara dahsyat menyerang telingaku.

Syukurlah, aku menggunakan headphone. Jika tidak gendang telingaku akan berakhir sekarang.

“..............Ah.............ha...............”

Penglihatanku buram – aku jatuh ke depan.

“Oi, Onii-san! Apa onii-san baik-baik saja!?”

“Aku baik. Aku baik. Bukan apa-apa.....”

Aku mencoba menekan-nekan telingaku dan berdiri.

“Barusan, suara apa.....”

“Suara? Suara apa? Apa yang kau bicarakan?”

Aku berusaha menyembunyikannya....tapi kelihatannya usahaku sia-sia. Suara barusan bisa terdengar bahkan tanpa perlu pakai headphone.

“........(Tatap).”

Dengan saksama Megumi memperhatikan telingaku.

“Begitu yah.....Izumi-chan....mendengarkan.....kan?”

[......Nii-san, cepat kelabui dia.]

Jangan meminta sesuatu yang enggak mungkin.

“Ha ~ kamu ketahuan......mau bagaimana lagi.”

Aku menunjuk headphone wirelessku.

[Nii-san!]

Dia berteriak dengan marah. Dia mungkin akan menutupnya sekarang.

“Tolong tunggu! Izumi-chan! BERHENTI! Jangan di tutup!”

Megumi mengangkat tangannya dan berteriak.

“Kalau kamu tutup sekarang ~~ kamu akan menyesal nanti.”

[.....Apa maksud si cewek ini?]

Meskipun kamu tanya itu, aku tidak tahu bagaimana cara menjawabnya.

“Hm hm~”

Megumi menampilkan sebuah senyum nakal.

Aku menggigil.

“A-Apa yang kau lakukan....”

[.........]

Bahkan Sagiri menyadari ada sesuatu yang tidak benar. Dia tidak langsung memutus sambungan ke headphone.

Sekarang, aku duduk disamping Megumi di sofa.

Lalu dia bersandar padaku....sekarang ini meloloskan dirisudahmustahil buatku. Tidak seperti adikku, parfum berbau citrus menyerbu inderaku...

“Ehehe ~ Onii-san ~ jantungmu berdegup kencang ~”

Megumi memberiku sebuah senyum cantik. Di waktu yang sama, dia mulai menggosokkan dirinya ke dadaku seperti kucing manja.

“Oi, oi....! tunggu....! apa yang kau lakukan?”

“Gosok gosok ♪gosok gosok ♪ehehe ~ harum Onii-san terasa sangat enak ♥”

“...............!”

Apa-apaan ini? ....kenapa, kenapa, kenapa gadis ini tiba-tiba mengosok-gosokan tubuhnya padaku? Ini sangat buruk!

Meskipun aku bisa bersumpah tidak punya perasaan padanya, tapi jarinya.....

Lengan kurus Megumi memeluk leherku, lalu dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan meniupnya.

“Onii ~ san....”

Lalu dia turun ke dadaku dan berbisik dengan suara yang menyihir.

“Onii-san....sudah pernah berciuman dengan seorang perempuan sebelumnya?”

Bam! Bam! Buk Buk Buk!

Dalam sekejap, dari atas kami terdengar suara, seperti seseorang ingin mengahancurkan langit-langit.

“... ... ... ...”

“... ... ... ...”

Eromanga1-2-2.jpg

Aku dan Megumi hanya menengadahkan kepala tanpa mengatakan apapun.

“--------Pfffffffffff”

Megumi pecah dalam tawa.

Bam! Buk buk! Clang clang!

Sagiri terdengar sangat marah. Barusan.....suara itu......

Megumi. Sagiri – apa yang kalian berdua ingin aku lakukan?

Ketika aku mencoba memahami situasinya.....

“Ha!”

Megumi mengambil telepon yang masih terhubung dengan Sagiri dari saku dadaku.

“Kau....”

“Aku akan mengambilnya ~ ♪”

Lalu secepat kelinci, dia menjauhkan diri dariku. Mendekatkan hp ke telinganya, dan bilang:

“Izumi-chan, senang bertemu denganmu! Namaku Megumi ~”

“Hey, kembalikan!”

Aku buru-buru menaikan tanganku --- tapi Megumi dengan mudah meloloskan diri.

“Oh, bahaya bahaya bahaya.”

Dia dengan perlahan mengambil langkah menjauh dariku, lalu membalikan punggungya dan mulai melakukan sesuatu yang mencurigakan.

“Hey! Kau! Apa yang kau lakukan?”

Aku berjalan menghampiri Megumi, tapi dia dengan tenang berbalik padaku.

“Bukan apa-apa ~ bukan apa-apa.”

Lalu dia melemparkan hpku kembali.

“Ini. Dia menutupnya.”

Aku menangkapnya dan bilang:

“.....Apa yang barusan kau omongin?”

“Entahlah ~ apa yang barusan aku omongin, ya? Ahahahahaha.”

Tawa yang menjengkelkan.

Megumi menyembunyikan tangannya dariku dan terus tertawa.

Cewek ini....pasti punya rencana buruk.

Tapi, sekarang bukan waktunya untuk memikirkannya.

“Aku sedikit khawatir. Aku akan memeriksanya sebentar.”

“Ah, Izumi-chan baik-baik saja. Dia enggak terluka atau semacamnya. Yang penting sekarang ---“

Tiba-tiba, suara Megumi jadi serius.

“Onii-san, boleh aku tanya? Soal Izumi-chan.”

Masa bodoh! Aku lebih mengkhawatirkan adikku – aku harus pergi memeriksanya


Aku tadinya ingin bilang itu.

Namun kalimat yang keluar dari mulutku adalah:

“.........................Apa?”

“Seperti apa Izumi-chan? Aku belum pernah lihat fotonya.”

“Maaf. Sebenarnya, aku sendiri enggak punya fotonya."

Tentu saja, mungkin ada di tumpukan barang-barangnya ibu. Tapi rasanya lebih baik tidak aku sentuh.

Seperti apa Sagiri, ya?.....itu ----“

Aku memberinya jawaban yang terus terang:

“Pertama, dia sangat-sangat cantik dan manis.”

Crank

“........................”

Aku dan Megumi melihat keatas lagi. Sagiri.....kembali buat kehebohan.

Akan tetapi kali ini, berbeda dari bel ‘waktu makan’. Ini pertama kalinya aku mendengar suara ini.

“Hoho.... dia sangat-sangat cantik dan manis.... dimengerti.”

“Yah, meskipun sekilas dia enggak nampak spesial, dia punya sifat yang halus yang bisa buat orang ragu menyentuhnya. Dia gadis yang tenang dan mempesona – biarpun begitu, selama kau berbicara dengannya, dia akan menunjukan ekspresi yang ramah dan lemah lembut. Mungkin aku terlahir untuk melihat senyumnya.”

Crank crank

Suara lain datang dari langit-langit, sedang Megumi benar-benar bengong.

Sial. Aku mengatakan sesuatu yang sangat menjijikan....sebenarnya, itu terdengar seperti surat cinta.....dia mungkin berpikir kalau aku siscon. Oh biarlah, Sagiri enggak dengar juga.

“Jadi ~ begitu ~ hehehehe.....”

“Apa yang kau tertawakan?”

“Bukan apa-apa! Phfff....terus --- terus apa lagi?”

“Terus?...yah...ilustrasinya sangat bagus.”

Dia adalah seorang ilustrator profesional. Tapi aku tidak perlu memberitahu Megumi itu.

“Oh ~ jadi Izumi-chan bisa menggambar juga. Ngomong-ngomong, apa yang dia ilutrasikan?”

“Dia ahli ilustrasi ero.”

Crank

“................”

Kami melihat keatas lagi.....ada apa dengan gadis ini?

“Eh? Ilustrasi ero?”

“Ya. Ilustrasi ero dia super bagus!”

Bam bam bam bam

“Apa Izumi-chan......adalah gadis ero?”

Aku mengangguk dengan keberatan.

“Gadis yang sangat ero.”

Bam!

Sial....berisik....bahkan kecoa akan kabur sekarang.

“Ada kalanya dia kesulitan memilih sebuah celana dalam yang sangat berani ---“

“Untuk dipakai?”

“Untuk digambar!!!”

Kenapa. aku harus memberitahumu – teman sekelasnya tentang celana dalam seperti apa yang adikku gunakan?

Megumi menepuk-nepuk dadanya dan bersantai:

“Haaaa? Sungguh ~ onii-san bikin aku takut ~ kukira Izumi-chan dan Onii-san punya hubungan aneh.”

“Hentikan kesalapahaman yang enggak masuk akal itu sekarang. Kami cuma hidup bersama, mana mungkin kakak dan adiknya saling jatuh cinta?”

“......................”

“Kenapa diem aja?”

“Bukan apa-apa, jangan khawatir, yah, aku paham, eh.....”

Apa yang kau coba katakan?

“Ini pertanyaan terakhirku. Boleh?”

Suara Megumi berubah menjadi serius lagi. aku juga dengan serius menjawab:

“Silahkan.”

“Onii-san, apa yang onii-san ingin agar adikmu lakukan?”

“Apa maksudmu?”

“Maksudku.....apa onii-san benar-benar ingin dia pergi kesekolah?”

“------------------------”

“Karena hari ini --- sederhananya, Onii-san bertingkah seperti mencoba melindungi adikmu dari genggamanku”

Apa aku benar-benar ingin Sagiri pergi sekolah? --- hmmm......

“Sejujurnya, aku enggak begitu ingin.”

“Ah, sudah keduga.”

“Ah....aku cuma ingin adikku keluar dari kamarnya. Dia enggak harus pergi ke sekolah atau semacamnya.”

....dan ternyata, tujuanku dan Megumi tidak sama.

“Maksudnya.....enggak masalah kalaupun enggak ke sekolah?"

“Ya lebih bagus lagi kalau dia pergi. Tapi percuma saja kalau dipaksa --- menurutku dia masih punya banyak waktu untuk memikirkan juga memutuskannya sendiri."

“....Tapi bagaimana dengan kewajiban belajar? Dia enggak akan pernah punya teman kalau dia tinggal di rumah terus.”

“Iya. Tapi begitulah menurut aku.”

Ini sesuatu yang aku bisa katakan kerena aku tahu identitas sebenarnya Eromanga-sensei. Dulu, aku mungkin tidak akan berkata seperti ini.

Tentu saja, pergi ke sekolah lebih baik dari pada belajar di rumah.

“Tapi, yah....kau pergi ke sekolah untuk dapat pekejaan yang bagus di masa depan atau hanya sekedar bersenang-senang, kan? Lagian, semua orang juga pergi ke sekolah. Itu seperti katamu, kewajiban belajar.”

Bahkan aku, orang yang secara teori hanya tinggal dirumah dan menulis novel, masih pergi ke sekolah. Jika tidak, jahatlah aku pada orang yang membayar uang sekolahku. Jadi aku masih pergi ke sekolah.

“.....‘Kau tidak boleh tidak pergi ke sekolah’ – Itu lazim sekarang, jadi biasanya orang enggak terlalu memikirkannya. Jadi sulit aku jelaskan.”

Aku hanya berpendapat....

“Tapi, ada orang yang enggak suka sekolah, atau ada orang kerja yang tanpa mewajibkan pergi ke sekolah dulu.....singkatnya, kebahagian seseorang tidak berdasarkan pergi ke sekolah atau tidaknya mereka."

Ada banyak orang di dunia, dan banyak perspektif.

Sepertiku – seorang novelis. Beberapa mungkin mengatakan hidupku membosankan.

“........................”

“Dan ada orang yang enggak pergi ke sekolah, tapi masih berusaha semampu mereka setiap hari, menikmati setiap hari semaksimal mungkin demi masa depan mereka.”

“Apa Izumi-chan seperti itu?”

“Ahhhh.”

Aku mengangguk....seharusnya tak apa memberitahunya sebanyak ini....

“Sagiri...pertamanya, aku khawatir tentang apa yang dia lakukan di kamarnya setiap hari....lalu aku jadi tau kalau dia menipuku dan melakukan sesuatu yang menakjubkan.”

“Sesuatu yang menakjubkan?”

“Ya. Sangat menakjubkan. Lebih menakjubkan dari pada pergi ke sekolah.”

“Apa maksudnya......”

“Maaf, aku enggak bisa memberi tahumu itu.... Pokoknya enggak boleh.”

“Pokoknya?”

“......Aku enggak mau Sagiri mendengar apa yang aku bilang tadi. Bisa kau jaga rahasia ini?"

“Baiklah, aku bersumpah aku enggak akan bilang ke siapapun.”

Megumi dengan serius menerima permintaanku. Ekspresinya berkata kalau dia tidak berbohong.

Aku mengangguk dan bilang padanya perasaanku sebenarnya.

“Dulu, aku membayangkan bisa menghasilkan uang dan hidup secara mandiri....aku akan mendukung adik hikikomoriku.”

“Kau menakjubkan.”

“Tapi kenyataanya aku terlalu memikirkannya. Karena dia lebih mahir dari aku.”

Mungkin pendapatannya lebih tinggi dariku.

“.....Barusan, kau bilang ‘dia tidak akan pernah mempunyai teman jika dia tinggal di rumah’, ‘tanpa teman, komputer dan internet jadi tidak berguna’.”

“Ya aku bilang begitu. Apa ada yang salah?”

“Ini....andaikata......kalau kau mati, menurutmu berapa banyak orang yang bakal menangisimu?"

“Hm ~ coba aku pikir bentar.”

Megumi berpikir sebentar lalu menjawab:

“500? Mungkin.”

Uwa! Megumi-san..... itu....wah.......

“Oke, jadi....500....uhuk-uhuk.”

Aku batuk-batuk beberapa kali dan bilang:

“Sagiri mungkin punya lebih dari itu.”

“....................”

Mata Megumi membentak terbuka lebar.

“Ha? Kamu bilang apa?”

“Persis seperti yang kubilang. Temannya yang akan menangis untuknya --- meskipun mungkin mereka tidak bisa dihitung sebagai teman, tapi banyak orang yang menganggap dia penting. Dan aku salah satu dari mereka.”

“Aku juga.”

“Ya, kau salah satu dari mereka juga. Ya, 'kan? Bukankah adikku menakjubkan?”

Aku membusungkan dada dan berkata:

“Meskipun dia enggak sekolah, meskipun dia enggak keluar dari kamarnya, dia adalah adik kebanggaanku. Dia menakjubkan. Aku bangga jadi kakaknya. Aku masih enggak mau kalah darinya, aku mau dia mengakuiku...jadi, meskipun aku berharap suatu hari nanti dia pergi ke sekolah --- sampai sekarang, aku enggak mau memaksanya pergi.”

Itu semua adalah yang ingin kukatakan.

Megumi dengan perlahan mengangguk.

“Begitu yah, itu adalah apa yang Onii-san pikirkan tentang Izumi-chan.”

Apa hanya imajinasiku? Kesannya dia seperti bicara untuk orang lain.

“Ya. Seperti janji, rahasiakan ini.”

“Aku mengerti, aku enggak akan bilang ke orang lain. Kalau aku melanggar janji, aku enggak akan bisa melihat kamu melakukan hal ero dengan anggota keluargamu.”

“Dasar nakal.”

Aku tersenyum masam.

Nampaknya kami bisa berkomunikasi sekarang.

“Kalau begitu aku akan pulang.”

“Terima kasih untuk hari ini.”

“Bukan apa-apa --- aku akan datang lagi. aku akan memikirkan cara supaya Izumi-chan pergi ke sekolah.”

“.....Aku enggak begitu berharap, tapi aku tunggu.”

Aku memberinya jawaban. Megumi juga tertawa “Ahahaha”

Lalu dia mengeluarkan hp-nya.

“Ayo tukeran nomer. Sebagai bukti persekutuan kita ♪”

'Ayo keluarkan Izumi-chan dari kamarnya', ya ---

Megumi mengayun-ngayunkan hp-nya, dan bilang:

“Ehehehe ~ sampai nanti, Onii-san.”

“Sampai nanti, Megumi.”

Bam. Langit-langit kembali bergetar.


Setelah Megumi pulang, aku kembali ke lantai dua untuk memeriksa keadaan adikku, tapi dia benar-benar mengabaikanku. Meskipun aku meneleponnya, dia tidak mengangkatnya.

“................Sialan.”

......Waktu itu, apa yang Megumi katakan padanya? Kenapa dia memukul lantai lagi? kenapa itu sangat keras? .....Aku punya banyak pertanyaan untuknya.

“.............Tapi dia enggak ada respon.”

Meskipun aku sudah biasa, aku masih merasa sedikit marah.

“Huft....”

Mengikuti rencanaku, aku pergi keluar setelah mandi.

Untuk menulis novel, setiap penulis mepunyai cara mereka sendiri untuk menarik inspirasi. Caraku adalah mandi. Membiarkan air hangat menutupi seluruh tubuhku kecuali kepala, lalu mulai brainstorming[1] Sebagai hasilnya, aku biasanya mendapatkan banyak ide bagus.

Jika mungkin, aku akan mandi sesering mungkin setiap hari.

Tapi itu akan menghambur-hamburkan air, jadi aku hanya mandi sekali sehari.

Ketika aku memikirkan tentang itu, setelah aku pergi Sagiri mungkin mandi juga, jadi aku harus mandi pertama. Disamping dari pekerjaan, ada sesuatu yang lebih penting yang kupikirkan.

“Adikku adalah ilustratorku.”

Aku bergumam sendiri.

“Sampai sekarang, aku enggak punya kesempatan untuk berhubungan dengan adik hikikomoriku. Enggak ada kesempatan untuk memintanya keluar. Enggak ada kesempatan untuk mengembangkan hubungan kami. Tapi....”

Ya. Tapi.

“Tapi sekarang....tidak lagi.”

Sebuah kesempatan untukku berhubungan dengan adik hikikomori. Sebuah kesempatan untuk mengembangkan hubunganku dengan Sagiri.

Karena dia rekan kerjaku.

“........Aku akan melakukannya.”

Sangat simpel, itu tidak perlu untuk di ucapkan.

--- Menulis novel yang bagus.

Sebenarnya, 90% dari masalah penulis bisa di pecahkan oleh itu.

Q : Aku ingin hidup secara mandiri, tapi aku masih seorang pelajar, apa yang harus kulakukan?

A : Menulis novel.

Q : Bekas luka di hatiku, tidak bisa di sembuhkan. Apa yang harus kulakukan?

A : Menulis novel.

Q : Pekerjaanku tidak berjalan baik, apa yang harus kulakukan?

A : Menulis novel.

Q : Aku tidak punya uang tersisa di kartu ATM-ku. Masa depanku tidak terlihat terlalu cerah. Apa yang harus kulakukan?

A : Menulis novel.

Q : Apa yang harus kulakukan untuk mengembangkan hubunganku dengan adikku?

A : Cepatlah menulis novel!!!!

“Siap!”

Untuk hidup mandiri. Untuk mendapat uang. Tidak peduli apa, aku harus menulis novel yang bagus. Seperti memukul dua burung dengan satu batu.

Aku tanpa sadar mengalihkan pikiranku kembali ke pekerjaan.

“Pertama....ayo periksa Kagurazaka-san.”

Aku membiarkan diriku tenggelam dalam bak mandi dan air meluap keluar.

Di pertemuan kami sebelumnya, editorku tidak melihat manuskripku. Jadi untuk sekarang aku hanya bisa muncul dengan ide dangkal.

Sebentar lagi, Kagurazaka-san akan menghubungiku. Dia akan memberitahuku yang mana yang akan digunakan, atau memberitauku kalau kedua-duanya ditolak. Setelah tiga tahun menulis, aku masih takut dengan ‘waktu tunggu’ ini.

Itu sama ketika aku masih pemula, ketika aku menunggu hadiahku.

Aku beruntung editorku adalah tipe yang cepat memberiku balasan, dibandingkan tipe yang membutuhkan tiga atau empat bulan untuk membaca manuskrip. Hanya memikirkannya membuatku takut. Semoga saja, itu hanya rumor yang di besar-besarkan.

Dan juga.

Jawaban untuk pertanyaan itu: Apa yang akan dilakukan seorang penulis ketika menunggu hasil – sederhananya, itu berbeda di tiap-tiap kasus. Contohnya, orang bisa mencoba pekerjaan lain. Atau ikut dalam penjualan pekerjaannya sendiri. Atau melakukan pekerjaan tulis-menulis. Atau mencoba memikirkan ide baru.

Ketika aku masih pemula, ada waktu aku sibuk menulis. Biarpun begitu, aku sekarang tidak punya alasan mendesak untuk memperdulikannya, tidak ada orang yang datang untuk menagih uang, tidak seperti ‘kau akan mati jika kau berhenti bekerja’. Jadi aku bisa bersantai dan mencari ide baru.

Jadi jika semua manuskripku ditolak, aku bisa langsung melanjutkan.

Itulah mengapa hal yang paling utama, aku perlu menyiapkan manuskrip baru.

Di pertemuan kami sebelumnya, Kagurazaka-san memarahiku, bilang ‘kau mau tulis manuskrip baru tiap minggu?'. Sebenarnya, itu persis dengan apa yang aku rencanakan untuk dilakukan.

Biarpun begitu ----

“....Hari ini aku tidak fit.”

Tidak peduli seberapa keras aku mencoba, tidak ada yang bagus muncul.

Aku selalu dengan ceroboh memikirkan kembali ‘sesuatu yang lain’, hingga aku tersesat sendiri.

[ --- Pekerjaan terbaru Onii-san! Kau harus membuat yang bagus! Membuat orang menangis setelah membacanya!]

[ --- Penerbitan kembali ini adalah perayaan yang berharga! Onii-san, yakinlah untuk menggunakan lebih banyak ilustrasiku kali ini!]

[ --- Ah! Itu akan dibuat menjadi anime, Onii-san!]

[ --- Lihat! Karakter yang kugambar bergerak di TV]

[ --- Meow meow ~! Onii-san! Aku sangat menyukaimu ♥♥♥ (cium cium)]

“Ohahahahahahahaha!!!”

Aku melompat keluar dari bak mandi.

“Sialan sialan sialan sialan! Aku harus memikirkan sesuatu yang bagus, cepat!!!!!!”


Tapi aku tidak bisa memikirkan apapun!

Meskipun pikiranku sangat bersih, aku tidak punya cara mengembangkan pekejaanku. Jadi aku hanya bisa pergi ke toko buku.

Cara terbaik untuk memikirkan sesuatu yang bagus adalah mandi.

Dan yang kedua adalah ---

Membaca buku bagus!

Setelah mandi, aku berganti pakaian dan berjalan ke halte bus.

Tempat tujuanku adalah toko buku takasago.

“Yah. Aku sampai.”

Kemarin-kemarin aku sudah datang ke sini. Jadi tidak ada yang begitu ingin kubeli. Tetap saja, adalah kebiasaanku untuk datang kesini hampir setiap hari.

Tanpa niat untuk datang, kakiku secara otomatis membawaku kesini. Apa ada seseorang yang bisa mengerti perasaan ini?

“Ha? Enggak ada buku yang bagus.”

Aku dengan perlahan berjalan di dalam toko buku Takasago. Tempat ini punya banyak novel dan manga, secara total selevel dengan toko anime. Tidak hanya itu, mereka juga menjual bermacam-macam aksesoris buatan tangan. Tomoe bahkan membuat ‘dataran pertunjukan’ daftar rekomendasinya sendiri.

Ngomong-ngomong, ‘dataran pertunjukan’ maksudnya tempat mereka menaruh buku dengan menunjukan cover di lemari. Meskipun itu memboroskan tempat, tapi itu membuat pelanggan lebih tertarik untuk membelinya.

Nampak itu salah satu skil rahasia toko ini.

“Hm ~ Bagaimana dengan ini?”

Aku melihat buku yang Tomoe bilang padaku. Tidak hanya dia bisa menunjukan dengan tepat ‘buku yang sekarang populer’, dia juga menunjukan beberapa tipe ‘tidak tau kenapa, buku ini bagus juga’. Itu selalu sangat membantuku.

Tentang ‘buku yang sekarang populer’, aku hanya bilang padanya ‘aku tahu’ atau ‘aku sudah membacanya’. Sama halnya dengan anime populer yang tayang sekarang.

“Seperti yang di harapkan dari Tomoe....semuanya adalah buku yang belum aku baca.”

Aku melihat pada gunungan buku bagus seakan-akan mereka adalah gunungan harta karun.

Itu adalah salah satu dari hal bagus secara pribadi tentang pergi ke toko buku.

Pendapat penjaga toko sangat berharga bagiku.

Semua orang yang mencintai buku juga punya toko buku favorit mereka.

Dan untuk seorang penulis sepertiku, ada hal yang bisa aku periksa ---

“......Apa bukuku dijual juga?”

Tidak peduli seberapa besar aku takut akan jawabannya, aku masih memeriksanya.

Berdasarkan sortirannya, aku mulai mencari ‘Reinkarnasi Sang Serigala Perak' karya Izumi Masamune, lalu aku temukan semua bukunya tersusun dengan rapi. Tidak ada pekerjaan lamaku di sini.

“Semuanya disini....maksudnya....”

Aku jadi pucat. Terkahir kali aku memeriksanya, semuanya sudah seperti itu. Dengan kata lain....

......Apa stok baru? Tidak mungkin tidak ada orang yang membelinya, 'kan?

Tentu saja, aku tidak punya cara untuk tahu.

Ngomong-ngomong.....dengan melihat bukuku tersebar dalam rak, hingga sulit ditemukan seluruh volume bukunya sudah cukup menjelaskan semua, itu membuatku bahagia.

Jika aku tidak bisa menemukan satupun buku milikku, lantas aku harus khawatir kalau-kalau mereka menjulanya dengan diskon.

“......Um.”

Dengan memasang poker face, aku mengambil bukuku dari rak itu dan menempatkannya di sebelah buku yang sudah diadaptasi menjadi anime.

“Kau sudah terjual cukup banyak. Bagimana kalau aku pakai lapak ini."

Menempatkan mereka disini maksudnya mereka ditempatkan di tempat yang banyak terlihat mata. Lapak itu adalah sesuatu yang hanya penulis terkenal dan penulis baru bisa nikmati.

“.....Hm hm, bukuku sekarang mencolok.”

Ketika aku bergumam sendiri.

Buk. Sesuatu memukulku di belakang kepalaku.

“Aw.”

“Lagi ngapain, hei?”

Waktu berbalik, aku melihat Tomoe memakai apron, menatapku. Bibirnya tersenyum masam, sebuah kemonceng dengan ringan tersandar di bahunya.

Melihat si staff marah, aku menjawab:

“Bukan apa-apa....aku.....aku cuma melakukan kegiatan promosi penjualan oleh pribadi.”

“Aduh aduh. Kamu mengganggu bisnis kami. Kembalikan lagi ke tempat semula ~”

Pak pak pak

Tomoe menggunakan kemoncengnya memukul-mukul kepalaku.

“Iya iya. Cukup. Setidaknya taruh buku temanmu di rak rekomendasi.”

Bukuku hanya bertahan kurang dari sebulan di daftar ini sebelum mereka memindahkannya ke rak biasa. Aku harus memikirkan sesuatu untuk berurusan dengannya.

“Aku tidak bisa melakukannya dong. Sekarang tempat itu hanya untuk buku dengan tanda tangan Yamada Elf-sensei. Tidak ada tempat untuk bukumu.”

“Tanda tangan? Aku bisa menandatangani bukuku juga!”

Meskipun tanda tanganku mengerikan.

Mendengar usulanku, si staff itu dengan kosong menatapku dan berkata:

“Jangan. Kalau kamu melakukannya, kami tidak akan bisa mengembalikan buku-bukunya.”

Dingin.

“......................”

......keras.

Tomoe memukulku dengan kemoncengnya lagi.

“Hehe ~ kalau kamu mau aku memindahkan buku kamu ke list rekomendasi, tulis sesuatu yang bisa menarik minat pembaca."

“Sialan! Tunggu saja! Segera, aku akan membuatmu berlutut dan memohon tanda tangan Izumi-sensei!”

Ancam aku, lalu berkata:

“Akan tetapi, sebelum itu, penjaga toko buku-san, tolong beri aku buku dengan tanda tangan Yamada Elf-sensei.”

“Tentu ~”


Setelah aku pulang, aku langsung mengeluarkan mereka dan membacanya.

Cerita cinta penulis bestseller - Yamada Elf benar-benar bagus.

Karakter utama dipanggil ke dunia yang mirip dengan game online. Karena dia adalah player tekuat dalam game, dia memanfaatkannya untuk bertahan hidup! Hal pertama yang dia lakukan adalah mendapatkan gadis baru. Bisa dibilang ini light novel terbaik saat ini.

Meskipun aku benci mengakuinya, tapi aku masih beberapa level di belakangnya. Jika aku bilang aku ingin jadi rivalnya, mungkin orang anggap itu hanya lelucon. Aku aku akan menyimpan novel ini sebagai pusaka keluarga, selamanya menghargainya.

Tapi aku masih tidak bisa memikirkan ide bagus, sialan!

Hari itu, ketika aku kembali dari toko buku Takasago, aku menerima pesan ---


[Semuanya di tolak]

Sebuah pesan dari hp kejam nan dingin-ku.

“Semuanya? Kau bilang semua?”

[Ya, semuanya.]

“.....Kuh...ugh.....”

Aku sudah menduga kemungkinan ini, tapi aku masih tetap kaget.

Jika aku harus menjelaskannya supaya mudah dimengerti ---

Rasanya seperti [Kau tidak akan dapat gaji bulan ini]. Seorang editor yang lambat akan seperti [Kau tidak akan dapat gaji selama tiga bulan kedepan] atau [Kau tidak akan dapat gaji selama enam bulan ke depan]. Yang terburuk, mungkin [Aduh aduh, kau jangan datang ke sini lagi.]

Dunia dewasa sangatlah menakutkan.

Karena penulis sambilan, jika mereka gagal menulis dalam periode waktu yang lama, sangat mudah untuk berubah menjadi kerja lembur dengan waktu tak terbatas dengan tanpa istirahat, lalu tidak ada pemasukan sebelum terjerat dalam krisis.

Sangat mudah untuk mati.

Setahun yang lalu, aku seperti itu juga.

Sebagai seorang pelajar, kupikir meskipun tidak ada pemasukan, aku tidak akan mati. Tapi karena aku ingin mandiri. ‘Uang’ adalah sesuatu yang sangat tidak boleh di abaikan.

[Semuanya jelek. Hari ini hari sabtu. Bawakan aku sesuatu yang baru hari senin depan.]

“....................................”

Kalimat yang sangat kejam datang dari editorku. Bahkan setelah tiga tahun, rasanya masih menyakitkan.

“.......Kuh.....oh......”

Itu bukan bahan lelucon. Aku ingin menangis. Itu terasa seperti seseorang menyayat-nyayat hatiku dengan silet.


Bagiku, itu terdengar seperti dia mengatakan ‘Kau terlalu bodoh. Gagal.’

Mungkin kalian tidak akan bisa mengerti.....

....Oke, kalau dia bilang padaku untuk mati enam kali lagi maka aku akan membunuhnya. Aku pasti akan membunuhnya.

Pemikiran gelap dengan perlahan mulai membungkus hatiku.

Apa kau mengerti? Dasar editor tolol. Kau pasti dengan ceroboh memberitahu penulis untuk mati seperti itu.

“Ah ~ sial! Sialan! Semoga hujan meteor dan hukuman dari dewa menghancukan si penerbit itu! Aku akan sangat senang mendengarnya!”

Meteor! Gempa bumi! Masih belum cukup, aku melempar hp-ku ke tempat tidur.

“Oke! Aku akan menulis sesuatu yang cukup bagus hingga bisa membuatmu menjilat kakiku!”

Aku duduk di meja tulis, membuka notebook A4, mengambil pensil HB dan mulai menulis. Meskipun saat ini, dia inginkan aku membuat proposal atau sinopsis, tapi aku berencana memberinya manuskrip complete.

Jadi, dua hari kemudian......


“TAMAAAAAAAAAAAAAAAAAAAT!!!!!!!!!!!!!”

Di depan layar komputer, aku meluruskan punggungku.

Setelah itu, aku dengan geram mengetik nonstop. Sekarang, aku sudah punya sebuah manuskrip yang komplit.

Menurutku ini bagus. Tapi pada akhirnya, aku tidak tahu akankah anakku ini akan akan bertahan hidup atau tidak. Sekarang, kepalaku sangat sakit. Sambil memijat keningku, aku melihat keluar jendela.

“......Sekarang....Senin.....pagi.”

Matahari menerangi melalui celah di gorden. Sangat cerah. Suara dari burung berkicau – malangnya itu hanya membuatku tidak nyaman.

Aku mengirim manuskrip melalui email ke editorku.

Dengan cepat, aku menerima balasan --- [Terima kasih untuk kerja kerasmu, sampai ketemu jam 6:00 sore.]

“.......Auto reply.”

Dia sangat cepat dalam hal beginian. Aku baru mengirim e-mail ini kurang dari semenit lalu.

“Sekarang...... pertama sarapan.... lalu sekolah..... lalu meeting..... yah.....”

Aku membuka To-do-list-ku di hp dan menginput jadwal hari ini.

“Oke!”

Mengumpulkan mood, aku berdiri.

Hari baru dimulai.

Aku mulai dengan pekerjaan rumah biasaku.

Bam bam

“Iya iya.”

Pertama, aku membawa sarapan ke kamar adikku.

Tidak seperti sebelumnya, sekarang aku tahu identitas sebenarnya adikku. Sagiri mungkin sedang menggambar. Dan jika aku harus menebak, itu pasti ilustrasi dari gadis manis. Mungkin ero juga.

Bayangkan kalau kalian tinggal bersama dengan Noizi Itou-sensei[2].


Apa yang kau pikirkan? Senang? Apa hatimu berdegup kencang?

Aku sangat direpotkan. Coba kita bertukar tempat sebentar.

Dan lalu.....

“Yah, ini.....”

Ada sebuah catatan untukku di depan kamar adikku.

Itu dari Sagiri untukku.

Ketika adik hikikomoriku ingin berkomunikasi denganku, disamping dari memukul langit-langit, dia akan menggunakan sesuatu seperti ini. Paling banyak dia dia bilang padaku untuk ‘Belikan sesuatu untukku’.

Hari ini sama. dia menulis ‘Isi ulang makanan ringan’.

“Oke.”

Aku mengambil catatan itu dan menaruhnya didalam kantongku.

Sakit kepala dari sebelumnya sudah lenyap.

Setelah sekolah, seperti yang kurencanakan, aku mengunjungi departemen editor. Aku menaiki elevator ke lantai sembilan. Ketika membuka pintu....

“Kenapa tidak boleh!?”

Suara perdebatan datang.

Dari dalam elevator, aku bisa melihat Kagurazaka-san mendebaatkan sesuatu dengan seorang gadis pirang.

“Sudah kubilang itu bukan sesuatu yang bisa kuputuskan sendiri.”

“Kalau begitu izinkan aku!”

Cewek bawel.

Sejak pertemuanku dengan Megumi, aku tahu bahwa sangat sulit untuk menebak usia seorang gadis berdasarkan penampilannya. Tapi kalau sekilas, dia mungkin seumuran Sagiri.

Tentu saja aku tidak punya ketertarikan dengan gadis yang lebih muda dariku. Jangan salah paham.....tapi, dia gadis yang sangat cantik. Dia memakai pakaian lolita pink dan putih. Kulit putih bersih, rambut pirang panjang. Dan entah bagaimana telinganya nampak runcing.

Tingkahnya tampak sangat dibesar-besarkan dan dilebih-lebihkan.

Di depannya, Kagurazaka-san hampir sama. Dia nampak seperti patung dari zaman dulu, dengan kedua tangannya di silangkan di dadanya dan melihat kebawah pada gadis itu.

“Kamu bilang terserah mau melakukan apapun yang kamu inginkan? Apa kamu kira aku akan melakukan sesuatu kalau yang untung perusahaan lain?”

“.......Hm hm, kau masih belum mengerti manusia rendahan! Ah, apa boleh buat.....aku akan memberi perusahaanmu bukuku selanjutnya, bagaimana?”

“Oh yah?! Akan aku tolak!”

“Apa? Apa aku salah dengar? Aku – si nomer satu di list novelis populer, gadis penulis light novel paling cantik, membiarkanmu untuk menerbitkan bukuku. Itu kesempatan yang sangat mulia.”

Gadis ini pasti suka memuji-muji dirinya sendiri.

“Ha ~ bisakah kamu pulang sekarang --- ah!”

Kagurazaka-san menyadariku yang mengawasi.

Gawat.

“Izumi-sensei! Maaf membuatmu menunggu.”

Dia dengan senang memanggilku.

“Baiklah! Kesini kesini! Jangan hanya sembunyi ~ ke sini!”

.....Dia ingin menggunakanku sebagai alasan untuk mengusir bocah nakal ini pergi.

Tetap saja, meskipun aku tahu itu, aku tidak punya pilihan lain.

“Aku masih belum selesai, jadi jangan menginterupsiku.”

Dengan arogan si gadis berucap begitu.

“Meskipun kau bilang begitu....”

Setelah di panggil seperti itu, aku tidak bisa untuk tidak masuk.

Aku menatap pada sang penjahat, Kagurazaka-san.

“......Apa yang terjadi?”

“Ngomong-ngomong, siapa cowok ini?”

Aku dan sang gadis pirang bertanya pada Kagurazaka-san pada saat bersamaan. Dia tidak menjawab pertanyaanku, hanya menunjukan tangannya pada kami berdua dan bilang:

“Dia Izumi Masamune-sensei. Dan ini Yamada Elf-sensei.”

““Apa???””

Aku dan sang gadis pirang berteriak dalam keterkejutan dan saling menunjuk satu sama lain:

“Dia Izumi Masamune!?”

“Dia Yamada Elf-sensei? Sang penulis bestseller?”

Yamada Elf-sensei, juga dikenal sebagai ‘'fulldrive library’' mempunyai gaya berbeda dibandingkan denganku. Tempo hari aku bahkan membeli beberapa bukunya.

Baru-baru ini, bukunya termasuk kedalam daftar ‘'akan dibuat anime’', jadi namanya sangat terkenal.......tapi......

“Aku enggak habis pikir dia ini gadis kecil.”

Berdasarkan pada gaya tulisan harem dan ero-nya, kupikir dia adalah pria menjijikan.

“Kau harusnya tidak berkata begitu. Ha ~ aku tidak pernah mengira ada penulis muda seperti aku.”

“Memang ace kami sedikit lebih muda --- tapi, yah, begitulah......”

“Apa?”

Aku dengan hati-hati melihatnya dari atas sampai bawah, dengan mataku terkunci pada telinga runcingnya, aku berkata:

“Elf...beneran?”

“Bukanlah!”

Yah, aku juga paham itu, tapi kulit putih bersihnya membuat dia benar-benar terlihat seperti elf.

“Ahaha, karena aku sangat cantik, wajar kau salah sangka. Seperti dari ‘'The Lord of The Rings’', 'kan?”

“Ya ya.”

“Sudah kuduga! Hm hm, bagus.”

Meskipun aku tidak bisa mengatakannya, aku merasa dia seperti karakter dari sebuah eroge-eroge yang tipenya pelecehan.

“Terus.....Yamada Elf-sensei, kenapa kau disini?”

Bisa dibilang, tempat ini seperti daerah musuh baginya.

“Hahahahaha, kau akhirnya menayakan sesuatu yang benar.”

Mendengar aku mengatakan itu, Elf membuat pose seperti sebuah manga, pose tertarik lalu berkata:

“Untuk bukuku sekanjutnya, aku ingin Eromaga-sensei yang membantu menggambar ilustrasinya!”

“Apa?”

.....Barusan, apa yang dia katakan?

“Hahahaha, Eromanga-sensei adalah ilustrator favoritku! Untuk bisa menggambari ilustrasi ero seperti ini, dia nomer satu! Seperti yang di harapkan dari seseorang dengan nama pena menjijikan itu!”

Tentu saja, dia salah mengerti itu sebagai nama pena yang menjijikan. Bahkan Sagiri sendiri bilang bahwa dia mengambil nama itu dari pulau eromanga. (tentu saja, aku tidak bisa memastikannya).

“Biasanya, aku tidak akan menambahkan ‘sensei’ di belakang nama ilustrator. Tapi untuk mengungkapkan rasa hormat yang sangat tinggi untuk Eromanga-sensei, dia pengucalian! Dewa ero ---- aku ingin menyanyikan namanya, dan menyembah dia!”

Kalau kau lakukan, kau akan terima controller yang terbang ke wajahmu.

“Sekarang, meskipun ilustrator cantik dan pintarku saat ini, Army-chan, bisa menggambar ilustrasi telanjang yang membuat orang terangsang ---- dia tidak sebagus Eromanga-sensei! Aku benar-benar tertawan oleh ilustrasinya! Bisa dibilang aku mencintainya! Namun berdasarkan nama penanya, dia mungkin pria menjijikan –tapi tak masalah, meskipun dia adalah babi gemuk kotor......atau binatang, itu masih tak apa!”

.......Eromanga-sensei, bayanganmu di mata orang lain tidak bisa lebih buruk lagi.

Wush

Elf dengan dingin mengayunkan tangan kananya ke samping:

“Aku harus bertemu dengannya, meminta dia untuk menggambar ilustrasi terbaik di dunia! Bersama dengan bakat menulisku, itu akan menjadi kombinasi menakjubkan! Kami bisa membuat ultimate light novel!”

Dia hanyut dalam angan-angannya, tapi setelah mendengarkannya entah kenapa emosiku bangkit.

“Hm hm......Izumi masamune. Nampaknya setelah mendengarkan rencanaku, kau tercengang.”

Eromanga1-2-3.jpg

Mungkin? Sejujurnya, aku ingn membaca ‘'ultimate light novel’'mu.

Tapi, dengan mudah aku bisa mengerti kalau ini pasti tidak bagus untukku.

“----Itu kenapa aku meminta departemen ini untuk memberi Eromanga-sensei sebuah pesan dariku. Tapi ia tidak merespon sama sekali! Ini permintaan pertamaku kesini! Bagaimana mungkin! Itu pasti ---- Izumi Masamune! Eromanga-sensei sibuk karena pekerjaanmu sekarang!”

Sagiri.....tidak menjawab.

Mendengar itu, aku menghela napas.

“Itulah kenapa, demi mendapatkan ilustrasi terbaik Eromanga-sensei untuk Yamada Elf, kamu harus membantuku meyakinkan dia!”

“Oi!”

Bocah sialan.

Aku melirik Kagurazaka-san.

Editorku nampak seperti dia ingin mengatakan ‘apa boleh buat’ sebelum mengangkat bahu. Berkata:

“Yamada-sensei. Aku ada pertemuan untuk novel selanjutnya, bisakah kau pulang sekarang?”

“Pertemuan untuk novel? Pekejaan yang kecil!”

Pekerjaan yang kecil dengkulmu! Dasar Elf sialan! Kembalilah ke dunia erogemu, ke ero liarmu!

Biarpun begitu, aku masih memikirkan niatnya.

“Kau bilang kau ingin Eromanga-sensei jadi ilustratormu?”

“Itu benar! Dibandingkan berkerja dengan novelis rendahan sepertimu, bekerja sama dengan penulis super terkenal sepertiku jauh lebih baik!”

“Tchhhhhhhhhhh!!!!!!”

Sambil berkata begitu, Elf mendorong jarinya padaku, jadi aku mundur sedikit.

Ya. Persis seperti yang kau katakan ----! Pemikiran itu tiba-tiba muncul di dalam hatiku!

Elf nampak sangat senang, dia melanjutkan:

“Lihat lihat! Kau berpikir begitu juga, 'kan! Kau setuju kalau dibandingkan seseorang sepertimu, yang novelnya tidak bisa masuk kedalam daftar novel populer, bekerja dengan penulis terkenal lebih baik untuk Eromanga-sensei!”

“Beraninya ngomong begitu! Meskipun penjualan novelmu lebih baik, sih.....”

“Penjualan adalah tolak ukurnya! Tidak peduli seberapa banyak kau mengomel, itu cuma gonggongan anjing yang tidak perlu didengar!”

Bam bam! Semua kata-katanya sangatlah krusial.

“Kau....kau......ingatlah! Lain kali kalau aku melihat bukumu di toko buku.....”

“Hm hm! Apa yang akan kau lakukan?”

“Aku akan menaruh bukuku di atas milikmu!”

“Hentikan! Bukuku akan jadi kotor! Najis!”

Di waktu yang sama, editorku menyela. Dia berkata dalam suara yang kecil:

“Aku memanggilmu kesini untuk mengusir Yamada-sensei pergi, bisakah kamu berhenti enak-enakan mengobrol dengannya?”

Apa aku terlihat menikmatinya?

“Yamada-sensei, sudah kubilang sebelumnya, kamu bisa melakukan apapun yang kau ingin, tapi di terima atau tidaknya ajakanmu hanya Eromanga-sensei yang bisa memutuskan.”

“Ogah. Bukankah sudah kubilang padamu? Tidak ada yang editorku bisa lakukan untuk membantuku lagi! Mereka tidak bisa menghubunginya! Jujur saja, bekerja sama denganku akan bagus untukmu juga, jadi cepatlah dan bantu aku!”

“Pff ~ wah wah ~”

Kagurazaka-san memberinya sebuah senyum sekilas.

“Kenapa!? Siapa yang kau pikir penulis bestseller?”

“Cuma kebetulan saja. Novelmu terjual lebih dari yang lain."

“Apa yang kau bilang!? Tarik kembali ucapanmu dasar editor bodoh! Cepat dan bersujudlah di hadapan tulisanku!”

“.......Haha.....novel Yamada-sensei....bukankah tanpa ilustrasi akan tampak mengerikan di internet?”

“Tentu saja tidak! aku menulisnya begitu supaya lebih mudah dibaca! Sungguh, kau tidak mengerti apapun! Editor yang tak berguna! Hm, dengarkan aku – dengar baik-baik!”

Elf menyapu rambut pirangnya dan mulai membual lagi:

“Beberapa tahun sejak debut sang shooting star bernama Yamada Elf.....semua penulis light novel, selain diriku, cuma sampah! Lalu dengan gayaku yang mudah dipahami, aku harus menciptakan jalan lain untuk light novel!”

Cara gadis ini berbicara terlalu di lebih-lebihkan!

Elf menepuk dadanya, menutup matanya dan dengan semangat berkata:

“.....Sebagai seseorang yang dipilih oleh dewi sepertiku, tugas untuk menyelematkan industri light novel ini, yang hampir hancur adalah tugas muliaku! Dengan kata lain – aku adalah penyelamat industri light novel --- tidak, bukan itu!”

Dia membuka matanya.

“Aku adalah light novel!”

Mendengar kalimat itu, dalam sekejap kupikir aku mendengar suara bom atom.

Berhadapan dengan paksaan kuat, kemarahanku terdorong kembali.

Sedangkan Kagurazaka-san dengan lemah lembut berkata:

“Light novel-chan, jika kamu tidak cepat pergi, aku akan mengirim pengaduan pada editormu.”

“Kau, kau wanita licik! Beraninya kau!”

....Jadi cewek ini takut dengan editornya juga.

“Hitungan mundur dimulai. sepuluh. Sembilan. Delapan. Tujuh......”

Melihat Elf seperti itu dan menyadari bahwa siasat ini bekerja, Kagurazaka-san mulai menghitung mundur, mengeluarkan hp-nya dan menekan beberapa tombol.

Elf panik dan bilang:

“Aku, aku akan membiarkanmu kali ini! Tapi pastikan untuk meyakinkan dia untukku! Aku akan membolehkanmu menerbitkan hasil karyaku!”

Meninggalkan kalimat ecek-ecek, si Penyelamat industri light novel, Yamada Elf-sensei, pergi. Serius, dia seperti angin puyuh. Tapi aku harus yakin kalau tidak semua penulis dan editor seperti mereka berdua, jadi aku jangan salah paham dulu.

Kagurazaka-san membuat lambaian tangan ‘Enyahlah’ lalu berbalik padaku:

“Baikalah, Izumi-sensei.”

Dia tersenyum:

“Sekarang jadi semakin merepotkan.”

“Apa....maksudnya?”

“Apa kamu masih belum sadar? Barusan, tidakkah sensei dengar apa yang dia katakan?”

“Kuh.....aku tahu.”

Dibanding novelku yang hampir tidak terjual, untuk Eromanga-sensei – Sagiri, akan lebih baik dia bekerja sama dengan penulis bestseller.

Dengan munculnya buku baru dia akan mendapat pekerjaan terus.....kalau beruntung, bukunya akan dijadikan anime. Kesempatannya jadi sangat besar kalau konsep ultimate light novel ini benar-benar terwujud.

Meskipun Sagiri tidak membalas, tapi sebenarnya itu bukan hal buruk.

Di samping itu, kecepatan Eromanga-sensei tidak cukup untuk bekerja sebagai ilustrator dua novel di waktu yang bersamaan.

Kalau ini terjadi.....maka.....maka.....

“Ahhhhh ~~ sialan! Kalau begini sudah jelas!”

Waktu itu – motivasiku benar-benar di hancurkan.


“Sagiri ~~! Sagiri ~~!”

Bam bam bam bam bam bam!

Secepatnya aku sampai di rumah, aku cepat-cepat ke lantai dua.

Menghadap ‘pintu yang tidak pernah terbuka’, aku berteriak:

“Aku akan berusaha lebih keras lagi! Aku akan menulis sesuatu yang lebih baik darinya! Jadi......jadi.....!”

“Jangan tinggalkan akuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!!!!!!!”

Aku dengan air mata memproklamasikannya.

Mendengar ini, apa yang akan adikku pikirkan?

Tentu saja, aku tidak akan tahu.

Meskipun aku berteriak hingga paru-paruku mengering, ‘pintu yang tidak pernah terbuka’ tidak akan terbuka. Terakhir kali ini terbuka adalah ketika peristiwa itu.

Hubungan antara aku dan adikku tetap tidak berubah.

“......................Ha.”

Aku tertawa pada diriku sendiri sebelum berbalik untuk pergi.

Crank

“~~ Ack!”

Tiba-tiba, pintu terbuka dan mengenai keningku. Bintang-bintang bermunculan di penglihatanku! Dengan meletakan tangan di titik sakit, lalu mengambil napas dalam, aku mencoba melihat ke atas.

“.........Nii-san kenapa?”

Di depanku adalah adikku, ekspresi bingung ada di wajahnya.

“.....Apa?”

Mengapa kau membukanya? Kupikir ....itu diluar imajinasiku. Mungkin aku juga punya ekspresi bodoh.

“Ke-Kenapa....?"

“Aku yang seharusnya tanya.”

Sagiri berkata dengan nada yang tak berubah.

“.............................”

Karena aku tidak mengatakan apapun, dia melanjutkan:

“.......................Jangan tinggalkan aku......Nii-san kenapa? Lagi mimpi buruk?"

Karena ini pertama kalinya aku mendengar suara lembut adikku, aku tidak bisa berkata-kata.

“Enggak, bukan begitu.”

Proklamasi itu tadinya hanya untukku saja.

Namun sekarang dia ada tepat didepanku. Tidak mungkin aku mengatakan sesuatu yang sangat memalukan seperti ‘aku pasti tidak akan menyerahkanmu padanya!'

Terlalu memalukan.

“Bukan apa-apa! Lupakan!”

Aku menyeka air mataku.

“Um, umm.... kenapa....?

“Apa? .....Kenapa kenapa?”

“Kenapa kau membuka pintu?”

Padahal sebelumnya, tidak peduli apa yang kukatan, dia tidak akan membuka ----

“.....Ah.”

Sagiri tersenyum. Dia punya ekspersi ‘mendengar kata-katamu aku jadi harus bertindak langsung'. Wajahnya sedikit memerah.

Aku mengulangi pertanyaanku:

“Kenapa?”

“......S-Soalnya.”

Dia menoleh, membetulkan piyamanya. Nampak seperti itu kebiasaannya ketika dia buru-buru.

“Itu.....itu.....itu......”

Kami diam dalam kesunyian untuk beberapa saat.

“Entahlah.....”

“Ini penting!”

Dia tidak pernah membukanya sampai sekarang, namun kenapa hari ini?

Sejujurnya, sampai beberapa hari yang lalu, ‘pintu yang tidak pernah terbuka’ tidak terbuka untukku. Sesuatu pasti terjadi di antara ‘kala itu’ dan ‘sekarang’.

Hubungan kami memang tidak berubah.

“Aku juga...enggak tau."

“Bisa lebih keras lagi?"

“Hmh. Bukan apa-apa. N-Nii-san belum jawab.....”

Kau belum menjawab pertanyaanku juga, kan?

Mungkin itu apa yang Sagiri ingin katakan. Karena tiba-tiba merasa sungkan, kami sulit berkomunikasi dengan sewajarnya.

“Itu pertanyaan yang sulit.....kalaupun aku jawab, apa yang akan kau katakan?”

“.....Enggak akan aku kasih tau, soalnya aku sendiri enggak tau."

Sial. Tidak akan ada kemajuan kalau begini terus.

“.....Oh iya, kau benar.”

Meskipun aku tidak tahu kenapa, tapi ‘pintu yang tidak pernah terbuka’ kini terbuka lagi.

Ini kemajuan yang besar. Meskipun aku penasaran dengan alasannya, tapi.....

Aku menenangkan diriku. Sagiri berbisik:

“....anu.”

“Um? Ya?”

“............................Nii-san.....cewek itu....apa dia bilang sesuatu?"

“Cewek itu? Maksudmu Megumi?”

Kenapa kamu tiba-tiba menyebutkan dia?

“Yang kamu maksud memangnya apa? Dia ingin bilang apa?"

“.....Cih, bukan apa-apa.”

Tapi mendengar aku mengatakan itu, Sagiri nampak dengan jelas lega.

Sepertinya dia tidak mau aku bertanya, dia dengan cepat melanjutkan:

“Oh iya! Cemilanku?"

“Cemilan?....Yang kamu cantumkan di kertas tadi?"

“.....Um, iya.....tadi aku buka pintu gara-gara itu...bukan gara-gara ada sesuatu."

Apa dia sangat menginginkan cemilan ini? Sampai-sampai bisa buat dia membukakan pintu? Menurutku bukan itu yang terjadi.

Tetap saja, tidak mungkin aku bisa melanggar janjiku dengan adikku.

“Ini, aku beli.”

Aku memeperlihatkan kresekku.

Kali ini, aku membeli permen dan snack. Secara khusus aku memilih tipe yang terbaik. Rasanya sangat enak sampai malah aku sendiri aku yang ingin memakannya.

Sagiri melihat ke dalam tas plastik ---

“........Hm.”

Keningnnya sedikit dikerutkan, ekspresi yang sangat halus di wajahnya.

“Apa, Sagiri?”

“...........Jarang-Jarang aku ngobrol dengan Nii-san, ya... Aneh, 'kan, kalau Nii-san mengambil jenis-jenis yang biasa dijadikan sesajen di depan patung-patung? Jangan beli yang ini lagi."

“Kalau begitu, sih, bagaimana kalau coba beli sendiri?"

Akhirnya, aku menceramahi Sagiri.

Setelah itu, ‘pintu yang tidak pernah terbuka’ terbuka untukku lebih sering.









Catatan Penerjemah[edit]

  1. Metode belajar dengan cara mengemukakan sebuah permasalahan, lalu didiskusikanlah cara menyelesaikan masalah tersebut, apabila terjawab, maka si hasil jawaban tersebut bisa membangun sebuah permasalahan baru, dan baru lagi.
  2. Seorang ilustrator H-Game untuk UNiSONSHIFT, Shakugan no Shana, Suzumiya Haruhi, dan juga Disainer Karakter untuk anime Another. Dan dia adalah seorang perempuan.




Bab 1 Halaman Utama Bab 3