Fate/Prototype: Fragments of Sky Silver (Indonesia):Volume 1 Act 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Act 3[edit]

Bahkan Roh Pahlawan di dalam kisah cinta sang gadis



Bagian 1[edit]

Cahaya----

Walaupun cahaya-cahaya lain sedang meredup, tetapi, ada cahaya lain yang berkilau menyala-nyala. Lantai beton yang dibuat supaya terlihat seolah-olah bata-batanya akan pecah dengan sendirinya. Suara metal bertabrakan yang keras menggema setelah jeda sesaat. Pada saat yang sama, sebuah hempasan keras mematahkan dan memporak-porandakan pohon-pohon seolah-olah mengekspresikan "Angin" dalam satu kata.

Daun-daun hijau berguguran. Pecahan kulit kayu melayang ke mana-mana. Lampu jalan hancur.
Di sudut gelap dari area gedung-gedung tinggi di kota.
Tidak ada seorangpun, untuk menyaksikan kejadian tersebut.

Bahkan jika ada seseorang yang secara tak sengaja berjalan di situ, di mata orang-orang biasa, akan sulit bagi mereka untuk memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi di situ.

Di dasar bangunan gedung tinggi yang sangat terpisah dari stasiun JR Ikebukuro. Di kegelapan tengah malam, siapa yang akan memikirkan, entah apakah itu terlihat bagi mata mereka atau tidak---bahwa akan ada dua bayangan yang saling mengadu senjata dengan kecepatan super cepat, sampai-sampai bentuk visual mereka tak akan bisa dikenali oleh pikiran orang biasa.

Jika seseorang menyaksikan ini, siapa yang bakal mempercayainya?
Mungkinkah, ini.

Lancer: "Seperti yang diharapkan dari Servant tingkat pertama."

Sebuah suara, bergema. Masing-masing dari bayangan tersebut berhenti di posisi mereka. Menunjukkan diri mereka. Mereka bergumam. Sambil dengan ringannya dengan satu tangan menggenggam benda metal yang dapat dengan mudah ditebak kalau beratnya lebih dari berat badan mereka sendiri----
Lancer: "Pedang yang sangat kokoh. Tetapi, juga cepat, dan tepat, dengan tidak memiliki retakan."

Lancer mengatakan itu.

Ya, "tombak."
Tombak yang terlalu panjang.
Terlalu besar.

Benda metal yang memiliki bentuk melebar ke dua sisi dengan ujung lancip, adalah obyek yang hanya akan bisa dilihat di masa ini di dalam rekaman seperti buku dan film, atau juga di dalam museum. Rentang yang panjang di antara zaman sebelum Masehi hingga zaman modern, benda metal itu diposisikan sebagai senjata yang penting di dalam konflik umat manusia, dan itu merupakan benda yang mana banyak pendekar pemberani mempercayakan nyawa mereka padanya, yairtu benda yang terus mencabut nyawa.

Bilah tajam dengan pegangan panjang.
Bunga dari medan perang.
Dengan kata lain, "tombak."

Lancer: "Pastinya..."

Sungguh pemandangan yang menggegerkan.

Pada sisi dari Sunshine 60 yang merupakan gedung pencakar langit terbesar di Ikebukuro.
Di bawah struktur tinggi dari Shuto Expressway yang bahkan sekarang hanya sedikit kendaraan yang melewatinya.
Seorang wanita yang mengenakan baju armor besi, memegang “tombak”nya yang begitu panjang dan sangat besar.

Lancer: "Pastinya, kau adalah seorang pahlawan yang memiliki kemasyhuran, kan?"

---Ya, wanita itu tersenyum sambil menggumamkannya.

Bagian 2[edit]

Begitu ya, jadi itu tombak.
Mari lihat seberapa hebatnya tombak ini.

Bagaimanapun kejadian dari Perang Cawan Suci yang dilaksanakan oleh 7 Roh Pahlawan, pengetahuan dasar sudah diberikan padaku secara otomatis oleh Cawan Suci. Pertempuran magis oleh para magus, pertempuran dari kekuatan perkasa dari para Roh Pahlawan, dan perwujudan dari teknik spesial dan keajaiban mereka yang disampaikan pada epos kepahlawanan. Ini adalah keajaiban yang melawan hukum fisika, perulangan dari mitos, atau mungkin adalah jenis dari pelanggaran terhadap dunia?

Wanita di depan mataku, memegang tombak besarnya dengan satu tangan, dan dengan ringannya memutar-mutarnya. Walaupun penampilannya dapat membuat orang berpikir kalau itu terbuat dari kertas, tapi aku sudah bisa tahu, berat dari tombak itu dan bilahnya yang terlihat seperti tameng raksasa.

Tombak yang berat.
Yang melampaui kemampuan manusia.
Mungkin, beratnya bisa melampaui 100 kilogram.
Walau kelihatannya tidak seperti itu bahkan jika itu adalah tombak besi yang besar. Jika memang seperti itu, maka tombak yang besar dan sangat berat seperti itu adalah benda yang sudah melampaui hukum alam. Benar, sebuah senjata yang tepat untuk dibawa oleh Roh Pahlawan Tombak.

???: "Begitu."

V1Act3-1.jpg

Sebuah kekaguman di dalam hati lelaki itu----Dia akan membiarkannya keluar dari mulutnya. Dengan sosok yang berpakaian dalam armor yang bersinar dalam warna biru dan perak. Dia---Saber, sambil memundurkan kaki kanannya, menurunkan ujung "pedang"nya ke sisi belakang.

Itu merupakan salah satu kuda-kuda keahliannya.

Pada zaman modern, kesempatan untuk bahkan mengayunkannya telah lama tiada---jadi, ya, dia akan menunjukkan, bahwa dia bisa "menggandeng" "pedang"nya yang seharusnya merupakan senjata di masa lalu seperti tombak wanita itu, dengan kedua tangan.

Untuk melakukan pertarungan. Untuk saling mengadu bilah pedang. Untuk menghadapi musuh yang memegang tombak dan menghalangi jalannya.

Di dasar dari bangunan pencakar langit yang memiliki tinggi sekitar 240 meter. Di tengah plaza yang dibangun dengan bata palsu dan dibuat untuk menyerupai taman umum, pada perancah yang benar-benar buruk, dengan penataan yang tumpang tindih. Berdiri di tangga yang berada beberapa langkah dari lelaki itu dan menghadap musuh yang sedang melihatnya dari atas... Adalah wanita yang sangat sesuai dengan kesunyian malam.

Rambut panjang tidak menjadi pengganggunya di medan perang, jadi, apakah itu tampilan dari kemampuan dan kehebatannya?

Wanita bertombak.

Ada satu wanita pengguna tombak di antara rekanku pada masa pelatihan, tapi sepertinya gaya bertarung mereka berbeda.
Selain itu, juga tidak ada terbersit di pikiranku seseorang yang memakai zirah seperti itu.
Itu artinya, dia adalah Roh Pahlawan yang bukan berasal dari Britania.

Saber: "Tombakmu itu perkasa sekali, Servant tingkat keempat, Lancer."
Lancer: "Oh, jadi aku sudah ketahuan."
Saber: "Tidak sepertiku, senjatamu mudah untuk dipahami."
Lancer: "Sepertinya memang begitu. Walau sedikit disesalkan karena kau tidak mau menunjukkan senjatamu."

Wanita itu tersenyum kecil.
Ya, pedang lelaki itu tidak bisa dilihat.
Lagipula, itu memang pedang tak kasat mata.

Aku menyembunyikan wujud asli pedang ini dengan memanipulasi cahaya yang membias, dengan volume udara atau angin yang besar yang kukumpulkan dan kutahan pada sekeliling pedangku. Karena itu, jika itu dari Lancer----Roh Pahlawan Tombak, maka itu berarti Lancer menandai pendekar yang memiliki senjata tak jelas dan tak kasat mata sebagai musuhnya.

Lancer: "Benda yang menyulitkan. Senjata tak terlihatmu, maksudku."
Saber: "Aku akan berhenti kalau kau menyerah. Seorang kesatria, adalah seseorang yang tak akan mengayunkan pedang pada wanita."
Lancer: "Oh, kau sungguh baik hati."

Wanita itu, tidak meringankan senyumannya.

Lancer: "Kalau kau bersikeras untuk baik hati kepadaku seperti ini----"

Wanita itu bergerak.
Bukan, pendekar itu yang bergerak.
Seberapa besarkah ketidaksetaraan gender di tempat ini? Tidak ada.

Musuh lelaki itu adalah Roh Pahlawan. Manifestasi dari legenda itu sendiri, yang telah mengukir nama mereka pada sejarah dan bahkan waktu, meninggalkan diri mereka pada ingatan orang-orang, sama sekali tak memedulikan hal seperti itu. Apa yang ada, hanyalah kekuatan luar biasa, yang menentang hukum fisika dan sangat kuat.

Perhatikan.

Apakah itu sosok dari tombak raksasa, ataukah gumpalan metal, yang berada di ujung jari Lancer yang sedang meluncur menuju Saber dengan kecepatan ultra tinggi?
Tombak yang sangat berat yang dimainkan dengan sangat ringan olehnya, sekarang menghilang. Apakah wanita itu menggunakan Energi Magis angin seperti Saber, ataukah sebuah efek yang dia bawa dari legenda miliknya?

Semua itu salah.
Wanita itu memang sangat cepat.
Kencang.
Laju.

Tombak itu berayun dengan cepat dengan telapak tangan dan ujung jari Lancer, lebih ringan dari kepakan sayap burung, dan hanya terus menaikkan kecepatannya hingga menjadi tidak terlihat.

Lancer: "Sungguh merepotkan."

Wanita itu melepaskan serangan bersamaan dengan kata-kata tersebut. Wanita itu meluncurkan 5 serangan dalam waktu yang sama. Tombak yang telah berubah jadi sangat cepat hingga melebihi batasnya, menyerang lelaki itu sebanyak 5 kali.

Sesaat setelah itu, terdengar 5 kali metal bertabrakan.

Saber menerima serangan berturut-turut Lancer dengan pedangnya, langsung dari depan. Pedang tak terlihatnya, menangkis 5 serangan yang 'tak terlihat' berkecepatan tinggi itu. Respon cepat terhadap kecepatan dan berat yang tinggi. Penentangan terhadap hukum fisika. Layaknya mengambil peluru yang telah ditembakkan dengan cepat. Tapi itu adalah Roh Pahlawan, sebuah makhluk yang disebut sebagai Servant yang bertarung demi mendapatkan Cawan Suci.

Pedang dan bilah metal bertabrakan dalam kecepatan tinggi. Pada saat yang sama, gelombang udara menghempas sekitar.
Menghancurkan bata-bata palsu.
Dan satu-persatu, menghancurkan sisa-sisa lampu jalan.

Lancer: "Luar biasa."

Suara wanita itu, masih ditemani oleh senyuman. Tanpa membalas perkataannya, Saber mundur. Sesaat setelah itu, 5 serangan beruntun menghantam titik di mana lelaki itu berdiri, meninggalkan bekas seperti cakar yang sangat dalam pada lantai beton.

Cakar.
Ya, cakar.

Tombak yang sedari tadi digenggam Lancer, telah berubah menjadi "tangan". Tangan raksasa yang tak terlihat berada di belakang tubuh elegannya, bersama dengan cakar besi tajam yang berada di tiap ujung jarinya, menyerang ksatria biru-perak---- mungkin jika ada seseorang melihat pertempuran ini, mereka mungkin akan mengingatnya sebagai sebuah delusi saja.

"Tangan" yang menyerang secara beruntun.
5 serangan yang beruntun.

Saber menghindarinya, juga menangkis dengan pedangnya, lalu mundur jauh ke belakang.

Hindari.
Bertahan.
Keduanya tidak bagus.
Tidak perlu untuk menghindari efek dari hempasan udaranya.
Tapi, aku harus menyerangnya jika ada kesempatan.

Jangkauan dari tombaknya sangat panjang, jika dia terus mendekatiku dengan serangan berkecepatan tingginya yang beruntun, maka akan sulit bagiku untuk melancarkan serangan balasan dengan pedangku yang hanya memiliki jangkauan pendek.
Tetapi...

Lelaki itu sudah menghindari 5 serangan beruntun sebanyak 7 kali, tapi sesaat setelah itu... Saber: "----ngh!"

Saber mengubah cara serangnya. Walaupun 5 serangan beruntun itu adalah teknik yang luar biasa, tapi itu terlalu monoton. Terlalu lembut.

Pertama, aku akan menyelip melewati "tangan" tak terlihatnya, dan setelah itu, aku akan mengayun pedangku sambil memutar tubuhku yang memakai armor ke arah samping. Lalu memberikan serangan keras.

Pedang ini berpakaian dalam angin, bilah pedang ini, akan diayun dengan satu tangan, tidak seperti sebelumnya. Sambil memutar tubuhku, aku akan melancarkan serangan satu tangan dengan kuda-kuda setengah tubuh. Dengan cara ini, jangkauannya akan lebih jauh dibanding menggunakan kedua tangan, ini akan menjangkau tubuh rampingnya yang pasti dibentuk untuk melindungi dirinya sendiri dengan jangkauan serangan tombak raksasanya!

Lelaki itu menghancurkan armor dada wanita itu yang terlihat seperti kumpulan magical energy, dan sesaat setelah itu... Api menari-nari.
Api tersebut menutupi penglihatan Saber. Tak peduli dengan itu, lelaki itu menaruh kekuatan pada tangannya, dan mendorong pedangnya.

Aku harus menebas jantung musuh, dan menusukkan ujung pedangku ke dalamnya. Tapi. Reaksi dia lemah. Kalau dilihat, tubuh dari Lancer benar-benar jauh dariku. Itu tidak bisa dijangkau jika aku mengayunkan pedangku. Sekali lagi, jarak yang harus kuperpendek.

Lancer: ".....Kau lumayan hebat."

Pada akhirnya, senyuman menghilang dari suara Lancer.

Saber: "Apa itu saja kemampuanmu? Kau, yang terus mempertahankan serangan monotonmu itu."
Lancer: "Oh, sekali lagi, aku ketahuan. Wahai kau yang baik hati. Apakah ini mungkin sebuah ekspresi dari belas kasihanmu, yang mencoba untuk mengakhiri ini dengan satu serangan, dengan menargetkan jantungku?"
Saber: "Jika itu memang belas kasihan."

Lagi, lelaki itu menyiapkan pedang tak terlihatnya.
Ada banyak cara untuk memperpendek jarak.
Tetapi, Saber masih belum menunjukkan kartunya sama sekali.
Namun, itu mungkin sama halnya juga dengan wanita yang mengenggam tombak itu.

Tidak mungkin wanita itu sudah cukup untuk menampilkan dirinya sebagai Roh Pahlawan, hanya dengan kemampuan membentuk tombak yang super berat dan membuatnya semakin besar. Kemungkinan wanita itu menyembunyikan kartu andalannya sangat tinggi. Sebagai contohnya----

Lancer: "Wahai kau yang baik hati. Servant yang baik hati. Jika kau memaksa untuk baik hati padaku, maka ..."

Seperti ini. Wanita itu entah mengeluarkannya darimana, sesuatu seperti botol kecil yang benar-benar memang terlihat seperti benda magis.

Lancer: "Itu akan menggangguku."

Lancer meneguk cairan merah yang mengisi botol kecil itu.
Dengan sunyi. Dia masih memasang tatapannya pada lelaki di depannya.

Bagian 3[edit]

Salah satu dari gedung apartemen yang dekat dengan
barisan dari gedung Sunshine 60, Prefektur Toshima, Ikebukuro.


Atap gedung yang seharusnya tidak ada orang di atasnya.
Pada waktu yang lebih pas jika disebut sebagai fajar daripada tengah malam. Gedung yang memiliki banyak macam layanan bisnis di setiap lantainya tidak berpenghuni dari atas hingga ke bawah, dan harusnya atapnya juga tidak berpenghuni.

Tetapi, ada seorang gadis di atapnya.

Mungkin bisa dikatakan--- sebuah pemandangan yang aneh. Seseorang yang harusnya tidak ada di sana malah kelihatan seperti wajar ada di sana, dan itu juga sama dengan pengguna tombak yang sebelumnya, tetapi aura kehadiran yang dikeluarkan mereka berbeda. Jika yang sebelumnya adalah keagresifan yang akan menghancurkan siapapun yang mendekatinya, maka yang ini, apa? Bagaimana dia harus mengungkapkannya?

Setidaknya untuk Saber pada saat ini, dia tidak akan mencari kata-kata untuk membanding-bandingkan. Tiba "di sini" di tempat yang disetujui, dia menatap balik, pada senyum lebar gadis itu.

Saber: "Manaka."

Lelaki itu memanggil nama gadis itu.

Manaka Sajyou.
Masternya.
Seorang magus.

Masterku, yang mengikuti Perang ini untuk mendapatkan Cawan Suci bersamaku.
Manaka, duduk dengan tenang di atas karpet yang disebarkan pada salah satu sudut di atap, tampaknya dia sedang menungguku untuk datang ke sini.
Saat ini, di sampingnya ada keranjang besar dan termos bersamanya.

Manaka: "Kau tiba tepat waktu. Kau sangat luar biasa, Saber."

Katanya, sambil menuangkan teh hitam dengan uap yang mengepul dari termos ke cangkir.

V1Act3-2.jpg

Manaka: "Ya, aku juga hampir menyelesaikan persiapanku. Silahkan, duduklah."

Bersinar, dia memanggilku dengan senyum yang lebar.

Rasanya seperti, seperti dia adalah gadis yang umurnya sudah mapan untuk menikah, datang ke taman untuk kencan, dan memutuskan untuk bermain sepanjang hari.

Tidak.

Itu mungkin saja karena aku punya emosi yang kuat terhadap Manaka.
Aku mendudukkan badanku pada karpet. Lalu, dia menyodorkanku minuman hangat.

Manaka: "Aku membawamu keluar, aku membuatmu menghadapi bahaya, dan aku sangat menolaknya, tetapi..."

Sambil memiringkan kepalanya sedikit, dia tersenyum.

Manaka: "Tapi, jika aku sudah tahu kalau menunggu bersama seperti ini akan menyenangkan, maka itu menakutkan."
Saber: "Menakutkan?"
Manaka: "Lagipula, rasanya seperti aku ingin untuk pergi keluar lagi dan lagi, walaupun aku..."
Saber: "...... Itu merepotkan."

Aku membantah dengan pikiran jujurku. Bukannya tubuhku menggigil karena kedinginan malam, walau teh panasnya sangat enak. Sambil menyegarkan tenggorokanku dengan tegukan teh, aku berpikir, apakah aku harus menegur Masterku atas sarannya yang buruk dan tidak baik. Walaupun perkataannya tidak keluar langsung. Lagipula, aku mengetahui dengan tubuhku, di hari lain, bahwa tidak ada batasan bagiku untuk mengantarkan kata-kataku dari sini kepada Masterku yang cantik dan manis.

Dan kemudian---

Karena ini masih waktu makan malam, dengan itu, Manaka membuka keranjang terdekat, dan mulai mengeluarkan makanan yang dia siapkan.
Ada roti dengan banyak sekali bahan yang dimasukkan di pertengahannya, dan sesuatu yang dibumbui dengan garam dan dikepal jadi nasi---

Manaka: "Roti Sandwich atau Onigiri, mana yang kau mau?"

Sejujurnya, aku belum pernah memakan keduanya.
Mereka mungkin hidangan dari era modern. Aku belum pernah mendengar ataupun melihatnya di tanah airku sebelumnya.

Manaka: "Pernahkah kamu mendengar Earl of Sandwich? Dia orang Britania, bukan, dia hidup di masa depanmu... bukan, uhh, lupakan saja. Yang penting, bangsawan itulah yang menciptakan menu Roti Sandwich. Earl itu mendapatkan ide itu karena dia ingin menikmati permainan tanpa harus membuang waktunya untuk makan, dan dia, semacam orang aneh, menurutku."

Sambil tersenyum, Manaka mengeluarkan roti dengan penuh lembut.

Manaka: "Jadi, seperti inilah. Makanan yang pas untuk dinikmati saat bermain."
Saber: "Begitu."

Aku menggigit makanan yang diserahkan kepadaku.

Enak.

Itu adalah roti yang dipanggang pada bagian depan dan belakang dengan bermacam bahan dimasukkan di antara kedua rotinya. Bahan yang dimasukkan diantaranya adalah tomat, lalu selada segar dimasukkan pada sisi ayam panggang dan keju, yang kemudian dimasukkan lebih dalam di antara roti. Tomat yang segarnya juga sangat cocok dengan daging dan kejunya.

Sungguh, aku bisa merasakan ini makanan yang tepat dimakan saat ini.

Pada era di mana lelaki itu tinggal, sayuran segar adalah benda yang sangat langka. Tetapi, di kota ini pada tahun 1991 Masehi, tidak ada seorangpun yang berkata seperti itu.

Manaka: "... Enak?"
Saber: "Ya."

Aku mengangguk, sambil mengunyah.

Walaupun nama Earl itu tidak terlalu melekat dengan makanan itu, kebiasaan memakan roti isi adalah sesuatu yang sudah diturun-temurunkan di Britania, sejak zaman Roma Kuno. Saber mengangguk sepenuh hati.

Roti yang aku makan seperti ini, sedari sebelumnya, aku----

Saber: "Aku menyukainya."

Sedari sebelumnya.
Aku telah menyukainya.

Perkataan lelaki itu bukanlah kebohongan.
Saber yang tidak ragu-ragu menyebut dirinya seorang raja dan kesatria dalam waktu bersamaan, sangat langka mengatakan kebohongan.
Jadi, pada saat ini, dia menyatakan fakta.

Manaka: "Umm... barusan..."

Manaka, tersipu malu?

Saber: "Hm?"

Nyam nyam.
Sambil mengunyah roti di mulutnya, dia melihat padaku.

Manaka: "Barusan, sepertinya..."

Pipi Manaka memanas.

Saber: "Hm?"

Nyam nyam.
Selanjutnya, kurasa aku akan coba makan nasi yang digumpal itu.

Manaka: "Menurutku, aku hanya sedikit terlalu sadar diri, sepertinya."

Seperti yang kupikirkan, pipi Manaka memerah.

Ini lebih baik.
Yap, pikir lelaki itu.

Sebagai contohnya, sikap kejam miliknya seperti saat dia membicarakan tentang "strategi" malam ini pada ayahnuya, tidaklah sesuai untuk gadis seusianya.

Ini lebih baik.

Dengan pipi gemuk memerah yang lucu. Kilau peri dan kecerahan bunga sangat sesuai padanya.

Manaka: "Kau jahat sekali, Saber."

Sambil mengatakan itu, dia menggembungkan pipinya seperti sedang merajuk.
Manaka mencibir bibirnya.

---Gadis yang manis.

'Ya,' Saber memikirkan itu dari lubuk hatinya.
Karena itu, aku benar-benar memikirkan bahaya dari dia yang melemparkan dirinya ke dalam kekejaman dari Perang Cawan Suci. Sebagai contohnya, benar bahwa bahkan saat ini pun... Perang Cawan Suci telah dimulai.

Perang magis berskala besar pertama kali dalam sejarah.

Ajang bunuh-membunuh di mana para magus yang memegang Mistik-Mistik dan Roh Pahlawan yang bahkan dapat melawan hukum fisika terkuat untuk ditundukkan pada magus, tapi... Walaupun seperti itu, gadis itu telah membuktikan bahwa dia bisa pergi keluar dengan aman seperti ini, dan seterusnya. Tetapi, hal yang ini benar-benar jauh berbahaya.

Lebih dari apapun, dia terlalu overprotektif terhadapku ---- sebuah Servant.

Hingga akhir, Manaka telah membantah untuk membawa Saber keluar. Di hari lain, Manaka yang terus membantah bahkan kepada ayahnya yang berceramah padanya mengenai vitalitas dari taktik dan strategi dalam Perang Cawan Suci, dan bagaimana Servant adalah kekuatan tarung mereka dan kunci untuk seluruh pergerakan mereka, telah menolak untuk membawa Saber ke dalam bahaya, dan mengatakan ini...

Manaka: "Aku akan lakukan sesuatu soal itu sendiri."

Dan karena itu, tidak mungkin dia dapat bertahan. Jika dia adalah magus biasa, maka mungkin dia tak akan bisa bertahan dalam setengah hari.

Tapi.
Dia spesial.

Manaka: "Itu dia!"
Manaka: "Aku baru saja dapat ide bagus, Saber!"

Manaka yang tersenyum saat mengatakan itu, tiba-tiba, berlarian kesana-kemari dan menyarankan patroli malam. Dengan kata lain, itu adalah patroli aktif untuk Servant dan Master lain di kota pada tengah malam. Manaka dan Saber akan berpencar, mengumpulkan informasi, lalu bertemu di tempat ini saat fajar. Dan kemudian... tentunya, lelaki itu menentangnya.

Dia menentang, tapi Manaka tidak mendengarkannya.

Saber: "Aku menghadapi seorang Servant, tadi. Itu mungkin---"

Setelah menelan roti isi, aku mengatakan itu.
Mengenai dimulainya Perang Cawan Suci, dan pertarungan yang terjadi beberapa waktu tadi. Pertemuan dengan Lancer, Servant tingkat keempat. Dan setelah bertarung dengan sengit, Lancer kabur secepatnya setelah mengeluarkan sesuatu. Apakah botol kecil yang dia keluarkan itu adalah “Harta Mulia", masih belum jelas untuk sekarang.

Manaka: "Hmm......"

Manaka hanya mengangguk tak tertarik.

Saat Saber dengan lembut mencoba untuk memarahinya dengan "Master, jika kau terpisah dariku, maka kau tidak boleh melakukan tindakan sesukamu, jika posisi kita terbalik, kau mungkin akan menghadapi bahaya," tapi Manaka hanya---

Manaka: "Fufu, kamu khawatir mengenai diriku?"
Saber: "Tentu saja aku khawatir."
Manaka: "Tidak usah khawatir seperti itu, Saber. Yep, mungkin itu karena kau baik hati. Tapi tidak perlu khawatir. Aku akan langsung tahu jika seseorang mendatangi kita.

Aku mencoba tersenyum dan mengatakan, "Itu bukan tidak apa-apa."

Tentu, aku tahu kalau medan tabir telah dipasang pada gedung ini dengan. Walaupun lelaki yang tidak sensitif terhadap itu ada di situ, tidak akan sulit bagi Servant untuk merasakan Energi Magis pada tempat ini, lagi pula, mereka adalah sesuatu yang bisa berada di dunia ini karena hal itu.

Ada medan tabir di sini. Selain itu, medan tabirnya bukanlah sederhana yang hanya selesai dibuat dalam sehari. Itu adalah medan yang kuat, sesuai untuk magus tingkat pertama yang memegang tujuh bulu. Jika hanya orang normal atau magus biasa, mereka tak akan bisa naik ke lantai dua, bahkan naik ke atap.

Tetapi, semua Servant-Servant yang kami hadapi adalah Roh Pahlawan yang sangat kuat.
Seberapa jauh mereka bisa menembus medan tabir ini?
Lebih penting lagi, keberadaan dari tabir ini sendiri meneriakkan "ada magus di sini."

Sejujurnya, aku berpikir kalau Lancer sudah menunjukkan dirinya, karena magus yang merupakan Masternya Lancer mungkin sudah merasakan pembatas yang dibuat Manaka pada gedung ini.

Saber: "Tidak, itu terlalu berbahaya. Misalnya... ya, bagaimana kalau Servant Assassin datang ke sini?"
Manaka: "Kalau Assassin sih, tidak apa-apa. Aku sudah membuat janji pertemuan dengannya, barusan."
Saber: "Hah?"

Membuat janji pertemuan?

Manaka: "Aku tidak melawannya dan mengalahkannya. Tapi, dia memang bukan musuh kita lagi."
Saber: "Tidak menjadi musuh? Apa maksudmu?"
Manaka: "Kalau aku sudah menaklukkannya, tahu."

Tanpa ragu-ragu---dia mengatakan itu dengan ekspresi yang masih memiliki kilau bunga di dalamnya. Dan sesaat itu juga, Saber merenungkan perkataan Masternya.

Seorang magus, menghadapi Servant?
Aku, tidak merasakan keberadaan unik dari Servant malam ini.

Pengetahuan dasar yang diberikan Cawan Suci, ya, tertanam bahkan etiket umum dari pertarungan Servant ke dalam pikiran Saber.

Tekanan aneh seperti yang aku rasakan saat menghadapi Lancer, jika itu adalah aura kehadiran unik dari Servant, maka aku akan membusungkan dadaku dengan penuh bangga dan mengatakan kalau aku tidak merasakan keberadaan Roh Pahlawan lain selain Lancer pada area kota malam ini.

Tentu saja, kalau memikirkan bahwa Assassin yang memiliki skill “Penyembunyian Keberadaan” yang mengizinkan mereka untuk menghapus keberadaan mereka dengan pikiran mereka, maka itu mungkin saja.

Lelaki itu sendiri, juga khawatir tentang itu.

Tapi, seorang magus menghadapi Servant, satu lawan satu, dan saat ini terlihat tanpa luka.

Itu bukanlah sesuatu yang aku bisa percayai begitu saja. Meskipun demikian---

Manaka: "Di sini aman. Tidak ada Servant maupun Magus dalam jarak 3 kilometer sekeliling kita."

Aku tak bisa merasakan kebohongan dari perkataan dan kedua mata Manaka.
Itu adalah mata terangnya.
Itu adalah suara tenangnya.
Dan ada... kemanisan, di dalam senyum itu.

Manaka: "Hei, Saber."

Ada semacam keinginan besar, di dalamnya---

Manaka: "Karena aku sudah menaklukkan Servant ini oleh diriku sendiri..."

Itu adalah kilau dari peri.
Kecerahan dari bunga.
Tetapi, akankah peri, atau bunga menghampiriku seperti ini?

Jarak kami...
Dekat.

Saat Saber menyadari Manaka, pipi gadis itu tiba-tiba berada di depan wajah Saber.

Manaka: "Bolehkah, aku mendapatkan hadiah---?"

Dengan suara yang dipenuhi harapan, Manaka mengatakan itu dengan sepenuh hati. Dengan pelan.
Masih dengan tatapan yang terpaku pada lelaki itu.

Bagian 4[edit]

Manaka: "I, it, itu jahat sekali. Kau tidak bermain adil. Melakukan..."

Dengan suara kecil, Manaka terus mengatakan itu sambil cemberut. Apakah dia tidak mempermasalahkan itu sebagai "hadiahnya", jika dilihat dari reaksinya, seperti...
Untuk Manaka yang meletakkan tangannya pada pundak Saber, hadiah yang dipilih oleh Saber adalah kecupan.

Sebuah kecupan.
Dengan lembut, pada keningnya.

Manaka: "Itu, aku pikir, menurutku kalau, tiba-tiba mencium itu, mungkin terlalu cepat, tapi, tapi, aku senang, ya, pada keningku, aku senang kau menyentuhnya, tapi, itu, umm..."

C3-3.jpg

Malu, dan senang.
Gadis yang tersipu malu dan memerah.

Tidak ada lagi reflek yang lebih dari itu, dari sang gadis kecil.
Itu, adalah sikap yang sangat cocok bagi gadis seusianya.

--Anak ini, mungkin suci.
---Itu sudah pasti.

Lelaki itu memikirkan sebuah warna.
Itu adalah putih.

Warna putih yang masih suci, dan belum ada noda sama sekali.

Warna putih yang tak tersentuh---
Atau.
Apakah itu adalah putih mutlak, yang dapat menyelimuti seluruh ciptaan?



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]


Bagian Sebelumnya Kembali ke Halaman Utama Bagian Selanjutnya