Fate/Zero:Prologue 2~ Indonesian Version

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

3 tahun yang lalu[edit]

Kalau kita membahas mengenai ilmu gaib, okultisme, teori tentang dimensi menegaskan keberadaan sebuah ‘kekuatan’ dari luar dunia ini.

Menemukan permulaan dari segala sesuatu, adalah mimpi semua magus yang paling besar, sang ‘Awal’,… Tahta Tuhan, Akashic Records, adalah sebuah dokumen yang mencatat semua awal dan akhir dari segala sesuatu di dunia ini.

200 tahun yang lalu, sekelompok orang melakukan eksperimen dan percobaan atas tempat ‘diluar dunia ini’.

Einsbern, Makiri, Tosaka. Disebut sebagai 3 keluarga permulaan, apa yang mereka lakukan adalah pembuatan kembali ‘Cawan Suci’, sebuah topik yang terdapat di berbagai tradisi. Dengan harapan bahwa dengan memanggil Cawan tersebut dapat mengabulkan segala permintaan, tiga keluarga magus menggabungkan seni rahasia masing-masing untuk membentuk ‘wadah dengan kekuatan Tuhan’.

… Sayangnya, Cawan itu hanya dapat mengabulkan permintaan satu orang. Segera setelah hal itu diketahui, ikatan kerja sama dengan cepatnya lenyap dalam darah oleh pertengkaran dan konflik.

Ini adalah awal dari ‘Perang Cawan Suci’, ‘Heaven’s Feel’.

Setelah itu, setiap 60 tahun sekali, Cawan itu akan datang di sebuah kota yang terletak jauh di timur, ‘Fuyuki’.

Lalu, Cawan itu akan memilih 7 magus yang memiliki kemampuan dan kriteria untuk memilikinya, dan membagikan sejumlah prana yang sangat besar kepada mereka, untuk membuat mungkin pemanggilan Roh Para Pahlawan, ‘Servants’. Hasil dari pertempuran sampai mati ini akan menentukan siapakah diantara ketujuh magus yang paling layak medapatkan Cawan itu.

- Untuk menjelaskan secara singkat, ini adalah hal yang sedang dialami oleh Kotomine Kirei.

“Pola yang muncul di tangan kananmu disebut ‘Command Seals’. Ini adalah bukti bahwa kamu telah dipilih oleh Cawan tersebut, dan sebuah tanda suci yang memberikanmu hak untuk memanggil Servant.”

Orang dengan suara yang lembut namun tegas, yang menjelaskan ini adalah Tosaka Tokiomi.

Di dalam sebuah ruangan yang terletak di dalam vila mewah yang dibangun diatas bukit kecil di distrik paling rapi di Turin selatan, Itali, 3 pria duduk di atas sofa panjang. Kirei dan Tokiomi, dan seorang pastor yang memperkenalkan mereka dan menjadi perantara pembicaraan adalah Kotomine Risei… ayah kandung Kirei.

Sebagai teman seorang pastor yang sebentar lagi akan mencapai umur 80, Tosaka adalah orang Jepang yang eksentrik. Dia terlihat seumuran dengan Kirei, sukses dan memiliki aura seorang professional. Lahir dalam silsilah keluarga kuno yang terkenal bahkan dalam standar orang Jepang, vila ini adalah tempat tinggalnya yang kedua, seperti yang dikatakannya. Tetapi yang paling menarik adalah dia dengan gampangnya memperkenalkan dirinya sebagai seorang ‘magus’.

Menjadi seorang magus tidaklah seaneh kedengarannya. Kirei adalah, seperti ayahnya, seorang pastor, namun tugas sang ayah dan anak sangat berbeda dari apa yang orang-orang kenal dari seorang ‘Pastor’.

‘Gereja Suci’, tempat dimana orang-orang seperti Kirei bernaung memiliki doktrin di luar lingkup keajaiban dan misteri ilahi, tetapi tetap memikul peran untuk membasmi lambang kesesatan dan melenyapkannya dari dunia. Itu berarti, mengambil tempat dimana mereka bisa mengawasi hujatan seperti seni magis.

Seorang magus bekerja hanya dengan magus lainnya, dan bersatu di bawah sebuah organisasi magis yang menyebut dirinya ‘Asosiasi’, yang menghadirkan ancaman sebagai rival kepada Gereja Suci. Saat ini, mereka sepakat untuk menjaga perdamaian sementara; tapi walaupun begitu, sebuah situasi dimana seorang Pastor dari Gereja Suci dan seorang magus berkumpul di tempat yang sama untuk sebuah ceramah adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan.

Dalam kasus Risei, sang pastor, keluarga Tosaka adalah salah satu keluarga yang sejak lama telah memiliki koneksi dengan Gereja, walaupun mereka adalah keluarga magus.

Bermula dari malam sebelumnya saat Kirei menemukan kemunculan sebuah pola yang terbentuk dari tiga bekas cakar. Dia telah mendiskusikan hal ini dengan ayahnya, dan Risei dengan segera membawa anaknya ke Turin keesokan paginya untuk bertemu dengan magus muda ini.

Sejak itu, setelah perkenalan yang terburu-buru, penjelasan yang Tokiomi berikan kepada Kirei di pertemuaan rahasia ini adalah mengenai peperangan yang sama, ‘Heaven’s Feel’. Arti dibalik tanda muncul di atas tangan Kirei… Adalah, bahwa Kirei memperoleh hak untuk memperjuangkan kesempatan mewujudkan keinginannya oleh keajaiban lewat penciptaan Cawan Suci yang keempat yang akan terjadi tiga tahun lagi.

Bukan berarti dia menolak untuk ikut berpartisipasi. Pekerjaan Kirei di dalam Gereja Suci adalah, pada dasarnya, pemusnahan ajaran sesat, yang berarti dia adalah seorang prajurit yang berpengalaman. Dapat dikatakan bahwa tugasnya yang paling utama adalah mempertaruhkan taruhan hidup dan mati melawan magus. Lebih daripada itu, masalahnya adalah kontradiksi yang mengharuskan Kirei, seorang pastor, untuk berpartisipasi sebagai ‘magus’ di Heaven’s Feel yang merupakan pertempuran para magus.

“Heaven’s Feel adalah pertempuran yang menggunakan Servant sebagai familiar. Jadi untuk terus melaju, seni magis paling dasar diperlukan untuk memanggil seorang Servant … Intinya, tujuh orang yang terpilih sebagai Master dari para Servant harus menjadi magus. Ini pasti sebuah hal yang luar biasa bagi seseorang seperti kamu, yang tidak hidup dari seni magis, untuk dipilih oleh Cawan di tahap yang sangat awal.”

“Apakah Cawan memiliki orang-orang yang disukai untuk dipilih?”

Tokiomi mengangguk kepada Kirei yang masih belum yakin.

“Aku menyebutkan ‘3 keluarga permulaan’- pemilihan akan mendukung magus yang terkait dengan keluarga Makiri, yang sekarang telah merubah namanya menjadi Mato, Einsbern atau keluarga Tohsaka. Dengan kata lain…”

Tokiomi mengangkat tangan kanannya untuk memperlihatkan pola suci miliknya.

“Sebagai kepala keluarga Tosaka saat ini, aku akan ikut berpartisipasi di pertempuran selanjutnya.”

Jadi, apakah pria ini berencana untuk menusuk Kirei dari belakang sesudah dengan baik hati membimbing Kirei sampai akhir? Walaupun Kirei tidak mengerti akan hal itu, dia melanjutkan dengan banyak pertanyaan.

“Aku tertarik tentang para Servant yang kamu sebutkan tadi. kau katakan Roh Para Pahlawan dipanggil dan digunakan sebagai familiar…”

“Hal ini mungkin sulit untuk dipercaya, tapi itu adalah faktanya. Ini bisa jadi merupakan salah satu keajaiban Cawan itu.”

Legenda tentang para manusia hebat, manusia super yang telah mengukir nama mereka di dalam sejarah dan dongeng. Mereka adalah orang-orang yang tetap dikenang manusia setelah kematian mereka dan dikeluarkan dari kategori manusia, dinaikkan pangkatnya bahkan di dalam alam spritual; mereka adalah ‘Roh para Pahlawan’. Mereka yang memiliki status yang jauh berbeda roh jahat yang biasa dipanggil magus sebagai familiar. Boleh dikatakan, mereka adalah sebuah eksistensi yang memiliki status spritual sebanding dengan dewa. Walaupun bagian dari kekuatan mereka dapat dipanggil dan dipinjam, adalah sesuatu yang sangat mustahil untuk mejadikan mereka sebagai familiar di dunia ini.

“Kalau kamu mempertimbangkan bahwa membuat mungkin sesuatu yang tidak mungkin ini adalah kekuatan dari Cawan, kamu mengerti betapa berharganya dia. Pada akhirnya, bahkan pemanggilan seorang Servant hanyalah sebuah pecahan kecil dari kekuatan Cawan itu.”

Seakan-akan berkata bahwa dia sendiri tercengang pada apa yang dia katakan, Tosaka Tokiomi menarik nafas dalam-dalam dan menggelengkan kepalanya.

“Roh Para Pahlawan dari jaman kuno para dewa sampai paling tidak satu abad yang lalu dapat dipanggil. Tujuh Roh Para Pahlawan mengikuti tujuh Master, masing-masing akan melindungi Master mereka dan melenyapkan musuh dari Masternya. Pahlawan dari segala jaman dan negara akan dipanggil ke jaman ini, dan akan bertemu di dalam pertandingan maut untuk memperebutkan supremasi. Itu adalah Perang Cawan Suci di Fuyuki, Heaven’s Feel."

“… Kegilaan macam apa itu? Di tempat dimana ribuan penduduk tinggal?”

Semua magus mengikuti prinsip untuk menyembunyikan diri mereka. Itu adalah jalan satu-satunya untuk hidup di sebuah jaman dimana sains dipercaya sebagai kebenaran satu-satunya. Sangat tidak mungkin untuk menunjukkan keberadaan mereka apalagi jika kita memasukkan keberadaan Gereja Suci ke dalam pertimbangan.

Tetapi kamu juga harus menyembunyikan kekuatan Roh Para Pahlawan yang dapat membawa bencana kehancuran. Menggunakan tujuh Servant di dalam konflik diantara manusia di jaman ini dan membuat mereka bertempur dengan satu sama lainnya… Itu sama saja dengan memberi perintah untuk melakukan genosida dan pembantaian besar-besaran dalam perang.

“- Tentu saja, ini adalah sebuah hal yang harus dimengerti untuk melakukan konfrontasi secara rahasia. Kamu harus menyiapkan pengawasan yang ketat untuk menjamin hal tersebut.”

Setelah berdiam diri sampai saat ini, pastor Risei, maju dan menyuarakan pendapatnya.

“Heaven’s Feel berlangsung setiap 60 tahun sekali, dan ini adalah yang keempat kalinya. Peradaban di Jepang sudah dimulai ketika Perang Dunia kedua terjadi. Bahkan di tempat yang sangat terpencil, kita tidak bisa mengabaikan orang-orang menyaksikan menyebarnya kerusakan yang berat.

Jadi, sejak Heaven’s Feel yang ketiga, sebuah kesepakatan telah dibuat agar kita di Gereja Suci mengirimkan seorang pengawas. Untuk mengurang bencana dari perang ini seminimum mungkin, kita harus menyembunyikan keberadaannya dan membuat para magus setuju untuk menjaga kerahasiaan perseteruan ini.”

“Jadi Gereja akan menjadi juri di dalam peperangan antar magus?”

“Justru karena ini adalah konflik para magus. Tidak ada seorangpun di Asosiasi Magus yang bisa menjadi juri karena implikasi politik. Tidak ada cara lain selain menggunakan otoritas luar seperti Gereja Suci. Terlebih lagi, tidak mungkin Gereja Suci kita akan membiarkan nama Cawan Suci digunakan sembarangan. Kita juga tidak bisa membiarkan kemungkinan bahwa Cawan itu adalah cawan yang pernah menampung darah dari anak Tuhan.”

Kirei dan Risei, ayah dan anak, memiliki tugas di dalam bagian yang disebut Assembly of 8th Sacrament. Tugas dari kelompok itu di Gereja Suci adalah mengumpulkan peninggalan-peninggalan suci. Harta yang bernama Cawan Suci muncul di berbagai dongeng dan legenda, dan pengaruh dari “Cawan” itu di dalam doktrin Gereja Suci sangat besar.

“Dibawah kondisi itu, waktu yang lalu, di dalam kekacauan Perang Dunia, pertemuaan diadakan di waktu yang tepat mengenai Heaven’s Feel ketiga dan aku, yangsaat itu masih muda, dipilih untuk melakukan sebuah pekerjaan penting. Untuk pertempuran yang selanjutnya, aku akan pergi ke kota Fuyuki untuk mengawasi pertarungan kalian.”

Mendengar kata-kata ayahnya, Kirei hanya dapat memiringkan kepalanya.

“Tunggu sebentar. Bukankan pengawas Gereja yang terpilih diharapkan untuk bersikap adil? Ini akan menjadi masalah jika peserta memiliki hubungan darah…”

“Tenang, tenang. Kamu pikir ini adalah titik lemah di peraturan?”

Senyuman yang tidak biasa dari ayah yang keras kepala menyiratkan sesuatu tidal bisa dibaca Kirei.

“Kotomine-san, kamu tidak seharusnya menyusahkan anakmu. Mari kita melanjutkan ke pertanyaan yang sesungguhnya.”

Tosaka Tokiomi secara eksplisit mendesak pastor tua itu ke pokok pembicaraan.

“Hm, baiklah.- Kirei, apa yang kita sudah jelaskan hanya tentang ‘aspek luar’ dari Perang Cawan ini. Ada alasan lain aku membawamu bertemu dengan Tuan Tosaka hari ini.”

“… Yaitu?”

“Sebenarnya, kita telah menemukan bukti dari dulu bahwa Cawan yang muncul di Fuyuki berbeda dengan peninggalan suci ‘Anak Tuhan’. Pada akhirnya, peperangan di Heaven’s Feel di Fuyuki ini hanya untuk memperebutkan harta yang sebenarnya hanyalah tiruan dengan kekuatan Tuhan, sesuatu yang dapat membuka jalan ke Utopia. Ini tidak ada hubungannya dengan Gereja kita.”

Itulah yang sebenarnya. Kalau tidak, Gereja Suci tidak akan puas dengan hanya berperan sebagai seorang pengawas yang pasif. Kalau Cawan itu ternyata sebuah ‘Peninggalan Suci’ yang sesungguhnya, Gereja pasti akan melanggar perjanjian perdamaian sementara itu dan merebut Cawan itu dari tangan para magus.

“Jika tujuan akhir dari cawan itu hanya untuk mendapatkan Akashic Records, Gereja Suci tidak akan peduli dengannya. Karena, keinginan para magus untuk menemuka ‘Akasha’, sang ‘Awal’, tidak sepenuhnya bertentangan dengan ajaran kita.

- Walaupun, untuk membiarkan diri kita untuk mengindahkan hal itu, kita memerlukan seseorang yang memiliki kemampuan. Jika seseorang yang tidak diinginkan masuk, kita tidak tahu kecelakaan macam apa yang akan terjadi.”

“Jadi, kalau kita melenyapkannya sebagai ajaran sesat-“

“Itu adalah seseuatu yang sulit. Para magus yang berperang untuk Cawan itu memiliki daya juang yang tidak biasa. Kalau kita melawan mereka secara langsung, sebuah peperangan dengan Asosiasi Magus tidak mungkin dihindari. Dan hal itu akan menghasilkan korban yang terlalu banyak. Lebih tepatnya, sebagai aternatif yang kedua, tidak ada yang lebih menarik daripada menemukan cara untuk memberikan cawan itu ke ‘orang yang tepat’.”

“… Jadi begitu.”

Kirei sedikit demi sedikit mengerti alasan sebenarnya dari pertemuan ini mengingat ayahnya membaurkan diri dengan Tosaka Tokiomi, seorang magus.

“Karena mereka telah ditindas oleh kepercayaan di tempat asal mereka, keluarga Tosaka mengikuti ajaran yang sama dengan kita. Mengenal karakter Tokiomi, dia sendiri sudah pasti lolos dari kualifikasi untuk menggunakan Cawan itu.”

Tosaka Tokiomi mengangguk, lalu kembali berbicara.

“Menemukan ‘Akasha’. Tidak ada tujuan yang paling besar selain ini bagi kami Tosaka. Tapi, sayangnya, Einsberns and Matos, yang dahulu mempunyai tujuan yang sama, sudah tersesat ke hal duniawi, dan sekarang telah melupakan keinginan mereka yang awal. Aku tidak akan menyebutkan bagaimana mereka telah mengundang empat Master dari luar. Mereka menginginkan Cawan itu demi nafsu mereka yang menjijikkan, hanya itu.”

Itu berarti Gereja Suci tidak akan mengijinkan orang lain selain Tosaka Tokiomi sebagai pemilik Cawan itu. Sekarang Kirei mengerti tentang tugasnya.

“Jadi kamu mau aku ikut dalam perang yang selanjutnya untuk membiarkan Tosaka Tokiomi menang?”

“Benar.”

Akhirnya, Tosaka Tokiomi menunjukan senyumnya untuk pertama kali.

“Tentu saja, kita akan bekerja sama secara rahasia melawan lima Master yang tersisa, dan menghancurkan mereka, untuk menambah kemungkinan kita untuk menang.” Mendengar perkataan Tokiomi, Pastor Risei mengangguk. Netralitas Gereja Suci sebagai seorang juri sudah berubah menjadi sebuah lelucon. Heaven’s Feel kali ini akan menarik, mengingat keinginan Gereja dari perang ini.

Mengenai itu, itu bukanlah sesuatu yang benar atau salah bagi Kirei. Kalau kemauan Gereja sudah jelas, yang tersisa adalah melakukan tugasnya sebagai eksekutor.

“Kirei-kun, kamu akan dipindahkan dari Gereja Suci ke Asosiasi Magus, dan kamu menjadi muridku.”

Tanpa jeda dan dengan nada praktis, Tosaka Tokiomi mempercepat penjelasannya.

“- Dipindahkan?”

“Pemindahan telah diresmikan, Kirei.”

Mengatakan ini, Pastor Risei mengeluarkan sepucuk surat. Itu adalah surat pemberitahuan dengan tanda tangan Gereja Suci dan Asosiasi Magus didalamnya, dan ditujukan untuk Kotomine Kirei. Kirei lebih terkejut dengan kegunaan tindakan tersebut; hanya dari sehari sebelumnya ke hari ini, surat ini selesai.

Pada akhirnya, tidak ada gunanya Kirei memberi pendapat tentang masalah ini, ataupun memiliki alasan untuk tersinggung dari diskusi ini. Karena Kirei tidak memiliki tujuan sama sekali.

“Yang paling penting yang harus kamu lakukan adalah berlatih seni magis di rumahku di Jepang. Heaven’s Feel yang selanjutnya akan terjadi dalam 3 tahun. Pada saat itu, kamu harus memiliki seorang Servant yang mengikutimu, dan menjadi magus yang berpartispasi di perang itu sebagai Master.”

“Tapi- apakah ini tidak apa-apa? Kalau aku belajar di bawahmu, bukankah ini akan ada keraguan bahwa kita bekerja sama?”

Tokiomi memberikan senyuman yang dingin dan menggelengkan kepalanya.

“Kamu tidak mengerti apa-apa tentang magus. Kalau kepentingan mereka bertentangan, konflik antara guru dan murid yang berakhir dengan pertempuran sampai mati adalah sesuatu yang biasa di dunia kami.”

“Aah, jadi begitu.”

Walaupun Kirei tidak bermaksud untuk mengerti tentang magus, dia sedikit banyak mengerti tentang karakter dari sebuah ras bernama magus. Dia telah melawan magus ‘sesat’ dalam berbagai peristiwa sebagai eksekutor. Jumlah orang yang telah ia lenyapkan dengan tanganya melebihi jumlah puluhan atau dua puluhan.

“Apakah kamu mempunyai pertanyaan lain?”

Saat Tokiomi akan mengakhiri pertemuan ini, Kirei membalas dengan pertanyaan yang ada di benaknya dari awal.

“Hanya satu – Cawan yang memilih para Master, apakah tujuannya yang sebenarnya?”

Tampaknya itu bukan merupakan pertanyaan yang diduga Tokiomi. Alis sang magus mengerut sebentar, lalu dia memberikan jawaban dengan tenang.

“Cawan itu akan… Tentu saja, akan memilih para Master yang membutuhkannya dengan sepenuh hati. Seperti yang kukatakan sebelumnya, kami Tosaka akan dimasukkan ke dalam urutan paling atas sebagai salah satu dari 3 keluarga permulaan.”

“Jadi, semua Master memiliki alasan untuk menginginkan Cawan itu?”

“Tidak hanya sebatas itu saja. Cawan itu membutuhkan 7 orang agar bisa muncul. Kalau jumlahnya tidak cukup pada saatnya, orang-orang yang biasanya tidak akan dipilih bisa mendapatkan Command Seals. Mungkin ada beberapa kasus seperti ini sebelumnya, tetapi- Aah, aku mengerti.”

Sambil berbicara, Tokiomi kelihatannya mengerti apa yang Kirei curigai.

“Kirei-kun, kamu berpikir bahwa kamu tidak mungkin dipilih, benar kan?”

Kirei mengangguk. Tidak peduli betapa kerasnya kamu mencari, tidak mungkin ada alasan mengapa mesin pengabul permintaan itu memilih dia.

“Hm, benar juga, ini aneh. Satu-satunya hal yang menghubungkanmu dengan Cawan itu adalah ayahmu, yang dipilih sebagai pengawas, tetapi… Tidak, kamu bisa berpikir bahwa itu adalah alasan satu-satunya.”

“… Yaitu?”

“Cawan itu sudah mengantisipasi bahwa Gereja Suci akan membantu keluarga Tosaka. Jadi seorang eksekutor dari Gereja yang sanggup memiliki Command Seals akan membantu Tosaka.”

Mengatakan hal ini, Tokiomi, yang merasa puas saat mengakhiri diskusi ini, menambahkan.

“Dengan kata lain, Cawan itu memberikan aku, seseorang dari keluarga Tosaka, dua Command Seals, karena itu, dia memilih kamu sebagai Master.

… Bagaimana dengan itu? Apakah keismpulan ini menjawab pertanyaanmu?”

Jadi, dia memberikan penjelasannya sendiri dengan nada yang menantang.

“…” Rasa percaya diri yang sombong ini cocok dengan pria yang dipanggil Tosaka Tokiomi. Pria ini memegang sebuah harga diri yang mendekati sindiran.

Memang, sebagai seorang magus, dia adalah seorang yang sempurna. Dan dia pasti memiliki rasa percaya diri yang datang bersamaan dengan kesempurnaan itu. Itulah sebabnya dia mungkin tidak akan pernah meragukan pendapatnya sendiri.

Itu artinya dia tidak akan mendapatkan jawaban yang lain disini sekarang- Itu adalah kesimpulan Kirei.

“Kapan kita berangkat ke Jepang?”

Menyembunyikan kekecewaannya, Kirei merubah topik pembicaraan.

“Aku akan mengunjungi Inggris sebentar. Aku memiliki perkerjaan kecil di Clock Tower.

Kamu akan pergi ke jepang lebih dahulu. Aku akan memberitahu keluargaku.”

“Dimengerti. Jadi, Aku akan berangkat secepatnya.”

“Kirei, pergilah lebih dahulu. Aku memiliki sesuatu untuk didiskusikan dengan Tuan Tohsaka.”

Menganggukkan kepala pada perkataaan ayahnya, Kirei bangkit dari tempat duduknya dan, setelah memberi salam dengan mengangguk, meninggalkan ruangan tersebut.



Tinggal di dalam ruangan itu, Tosaka Tokiomi dan Pastor Risei melihat Kotomine Kirei pergi dalam diam.

“Kau memiliki seorang anak yang dapat diandalkan, Kotomine-san.”

“Kemampuanya sebagai ‘Eksekutor’ dapat dijamin. Tidak ada dari angkatannya yang bekerja lebih keras daripada dia selama pelatihan. Akulah yang perlu kamu ragukan.”

“Ho… Apakah ini sikap teladan seorang pelindung iman?”

“Oh, aku malu mengatakan ini, tapi Kirei adalah kebanggaan satu-satunya orang tua yang bodoh seperti aku.”

Pastor tua itu terkenal akan kekakuannya, tapi, merasa nyaman dengan Tokiomi, dia tersenyum. Saat matanya tertuju ke anak satu-satunya, kepercayaan dan cintanya terlihat dengan jelas.

“Saat aku masih juga tidak memiliki anak saat melewati umur 50, aku telah menyerah untuk mendapatkan seorang keturunan… Tapi sekarang, aku kagum melihat betapa jauhnya anakku telah berkembang.”

“Walaupun, dia setuju lebih mudah dari yang aku bayangkan.”

“Anakku akan melompat kedalam kobaran api jika itu adalah keinginan Gereja. Sejauh itulah ia akan melangkah demi imannya.”

Walupun Tokiomi tidak bermaksud untuk meragukan perkataan Pastor tua itu, kesan yang dia dapatkan dari anak Pastor Risei bukanlah ‘iman yang berapi-api’. Penampilan tenang pria bernama Kirei terkesan seperti kekosongan bagi dia.

“Sejujurnya, itu mengecewakan. Bagaimanapun aku melihatnya, dia terlihat hanya terlibat dengan sesuatu yang tidak dipedulikannya.”

“Tidak… itu mungkin sebuah keselamatan bagi dia.”

Berbicara dengan tidak pasti, Pastor Risei mulai berkata dengan kelam.

“Ini adalah hal yang pribadi, tapi istrinya meninggal beberapa hari yang lalu. Mereka bahkan belum dua tahun menikah.”

“Oh, Aku-“

Tokiomi kehilangan kata-kata atas peristiwa yang mengejutkan itu.

“Walaupun tidak terlihat, dia menahannya dengan baik… Dia memiliki terlalu banyak kenangan di Itali, Mungkin sekarang, bagi Kirei, kembali ke tanah kelahirannya untuk misi yang baru dapat membantu menyembuhkan lukanya.”

Risei mendesah setelah berbicara. Tokiomi tetap menatap orang tua itu.

“Tokiomi-kun, bukankah nilai seseorang yang sesungguhnya terlihat saat dalam kesusahan?”

Tokiomi membungkuk dalam atas kata-kata Pastor tua itu.

“Hutangku kepada Gereja Suci dan kedua generasi keluarga Tokiomi ini akan diukir di dalam prinsip keluargaku.”

“Tidak. Aku hanya memenuhi sumpahku untuk generasi masa depan Tosaka. – Sisanya hanya berdoa untuk perlindungan Tuhan sampai perjalanmu membawamu pada sang ‘Awal.”

“Ya. Penyesalan kakekku, impian terbesar Tosaka… inilah arti dan tujuan hidupku.”

Menyembunyikan betapa rasa percaya dirinya dicekik oleh beratnya tanggung jawabnya, Tokiomi mengangguk dengan pasti.

“Kali ini, aku akan mendapatkan Cawan itu. Aku akan memastikannya.”

Melihat martabat Tokiomi, Pastor Risei memberkati ingatan tentang temannya.

‘Temanku… Kau juga mendapatkan seorang pewaris yang luar biasa.’



Saat angin dari Laut Tengah mengacak-acak rambutnya, Kotomine Kirei berjalan dari vila yang terletak di atas bukit, sendirian dan dalam diam, di jalan kecil yang panjang.

Akhirnya, Kirei dapat menyudun semua kesan yang dia dapatkan dari pria yang bernama Tosaka Tokiomi, yang baru saja bertemu dengannya.

Mungkin dia telah melewati kehidupan yang keras. Seolah-olah harga diri diubah secara proporsional menjadi pengalaman pahit, dia adalah seorang pria yang diberkahi dengan martabat tinggi yang bisa dibanggakannya.

Dia cukup mengerti karakter seperti itu. Ayah Kirei memiliki karakter yang sama dengan Tosaka Tokiomi.

Manusia yang telah mengartikan tujuan dibalik kelahiran mereka, dibalik eksistensi mereka, dan mengikuti tujuan itu tanpa ragu. Mereka tidak akan pernah bimbang, tidak pernah ragu.

Menempa itu dengan tekad baja untuk bertindak dengan tujuan yang jelas, maju hanya dengan pemenuhan dari ‘sesuatu’ yang merupakan tujuan hidup mereka, di semua aspek kehidupan.

‘Bentuk dari keyakinan’ ini bisa menjadi, dalam kasus ayah Kirei, iman yang besar; dan dalam kasus Tosaka Tokiomi, mungkin itu adalah kepercayaan diri dari orang yang terpilih – sebuah hak yang tidak dimiliki orang biasa, dan kesadaran seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk dipikul. Dia adalah salah satu ‘bangsawan asli’ yang tersisa yang sangat jarang ditemukan saat ini.

Mulai dari sekarang, eksistensi seorang Tosaka Tokiomi mungkin akan memegang implikasi penting bagi Kirei… Tapi walaupun begitu, dia bukanlah orang cocok dengan orang seperti Kirei. Itu sama saja dengan berkata bahwa ia sama dengan ayahnya.

Mereka yang hanya melihat tujuan hidup mereka tidak akan dapat mengerti sakitnya mereka yang tidak mampu memilikinya. Orang-orang seperti Tokiomi memiliki ‘tujuan hidup’ sebagai dasar keyakinan mereka, tapi itu sama sekali tidak ada dalam pikiran Kotomine Kirei. Tidak sekalipun di dalam 20 tahun lebih ini dia pernah merasakan sensasi seperti itu.

Karena itu, dia tidak dapat mempertimbangkan ide yang paling mulia, mendapatkan kepuasan dari tantangan apapun, atau menemukan ketenangan dalam kesenangan manapun. Orang seperti ini tidak memiliki tujuan hidup sejak awal.

Dia bahkan tidak dapat mengerti bagaimana ia bisa begitu jauhnya terkucil dari norma-norma yang dipegang oleh orang-orang biasa. Kirei bahkan tidak bisa memikirkan suatu hasrat untuk memulai sesuatu dengan gairah yang tinggi.

Dia masih percaya bahwa Tuhan itu ada. Bahwa ada sebuah eksistensi luar biasa, walaupun dia tidak memiliki kedewasaan untuk merasakannya.

Dia hidup dengan kepercayaan bahwa suatu hari, suara Tuhan yang paling suci akan menuntun dia ke kebenaran yang sejati dan menyelamatkannya. Berjudi atas harapan itu, memegangnya erat.

Tapi jauh di dalam hatinya, dia sudah tahu. Bahwa keselamatan tidak akan datang dari cinta Tuhan untuk orang seperti dia.

Menghadapi kemarahan dan keputusasaan tersebut menyudutkan dia menjadi seorang masokis. Dibawah alasan penebusan dosa untuk melatih moralnya, dia berulang kali melukai dirinya sendiri. Tetapi penyiksaan itu justru menempa tubuh Kirei menjadi seperti besi, dan saat dia menyadarinya, dia telah sampai di puncak para elit di Gereja Suci sebagai ‘Eksekutor’, dimana tidak ada seorangpun yang dapat mengikutinya.

Orang-orang menyebut itu ‘kemuliaan’. Ketaatan dan disiplin Kotomine Kirei dipuji sebagai contoh untuk semua pastor. Bahkan ayahnya Risei juga tidak terkecuali.

Kirei mengerti sepenuhnya mengapa Kotomine Risei memiliki rasa percaya dan kekaguman yang besar pada anaknya, tapi itu adalah sebuah kesalahpahaman jauh dari poin yang sebenarnya; karena sebenarnya, hatinya memalukan. Sepanjang sisa hidupnya mungkin tidak akan cukup untuk mengubah kesalahpahaman itu.

Sampai sekarang, tidak ada seorangpun yang dapat mengerti kekurangan Kirei.

Ya, bahkan satu-satunya wanita yang ia cintai-

“…”

Saat kepalanya terasa ringan, Kirei memperlambat jalannya dan menaruh telapak tangan di dahinya.

Saat dia mencoba untuk mengingat istrinya, pikirannya yang kabur menghilang dalam kabut yang turun. Terasa seperti berdiri di dalam kabut di ujung jurang. Naluri untuk bertahan hidup menyuruhnya untuk tidak mengambil satupun langkah maju.

Saat dia menyadari, dia sudah sampai di dasar bukit. Kirei berhenti dan melihat ke belakang ke vila di atas bukit.

Akhirnya, dia belum mendapatkan kesimpulan yang memuaskan dari pertemuannya dengan Tosaka Tokiomi… Itu adalah hal yang paling mengganggu Kirei. Mengapa ‘Cawan’ yang memiliki kekuatan yang ajaib memilih Kotomine Kirei?

Penjelasan Tokiomi terdengar terburu-buru. Kalau Cawan itu menginginkan pendukung untuk Tokiomi, pasti masih banyak orang-orang yang lebih cocok untuk itu karena Cawan itu pasti menginginkan seseorang yang dapat menjadi teman bagi dia; bukan Kirei.

Pasti ada sebuah alasan mengenai pemilihannya dalam kemunculan Cawan berikutnya.

Tapi… Semakin ia pikirkan, semakin Kirei menemukan bahwa ketidaksesuaian ini mengkhawatirkan.

Dia pada dasarnya tidak memiliki ‘tujuan hidup’, atau impian ataupun cita-cita. Bagaimanapun kamu melihatnya, dia tidak menemukan alasan untuk menjadi pemilik sebuah keajaiban seperti sebuah ‘mesin pengabul permintaan.’

Dengan wajah muram, Kirei melihat ke tiga simbol yang muncul di atas tangan kananya.

Mereka berkata bahwa Command Seals adalah sebuah tanda suci.

Apakah dia akan menemukan sebuah janji untuk dipegang, tiga tahun dari sekarang?


Back to Prologue: 8 tahun yang lalu Return to Main Page Forward to Prologue: 1 tahun yang lalu