Difference between revisions of "HEAVY OBJECT:Volume 2 Bagian 1"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
m
 
Line 421: Line 421:
 
“Dan kamu dengan sengaja menggunakan alasan kekurangan peralatan pendukung untuk menyuruh orang-orang seperti kami untuk menjadi radar manusia,” kata Heivia dengan kesal.
 
“Dan kamu dengan sengaja menggunakan alasan kekurangan peralatan pendukung untuk menyuruh orang-orang seperti kami untuk menjadi radar manusia,” kata Heivia dengan kesal.
   
“Ini bukan hal yang dilakukan manusia beradab seperti kami.”
+
“Ini bukan hal yang dilakukan manusia beradab seperti kami.”
   
 
“Heivia, manusia beradab tahu sopan santun. Apa kau tahu maksudku?” jawab Froleytia.
 
“Heivia, manusia beradab tahu sopan santun. Apa kau tahu maksudku?” jawab Froleytia.
Line 1,005: Line 1,005:
 
Di dalam situasi dimana kawan maupun musuh bisa terluka, menangkap musuh merupakan pekerjaan yang sulit. Jika pasukan musuh berhasil menyiapkan jebakan saat mereka menunggu, mereka pasti akan terjebak dalam masalah. Dan pada akhirnya, Heivia dan yang lain menggunakan kekuatan mereka secara maksimal dan berujung pada terbunuhnya semua anggota teroris ini.
 
Di dalam situasi dimana kawan maupun musuh bisa terluka, menangkap musuh merupakan pekerjaan yang sulit. Jika pasukan musuh berhasil menyiapkan jebakan saat mereka menunggu, mereka pasti akan terjebak dalam masalah. Dan pada akhirnya, Heivia dan yang lain menggunakan kekuatan mereka secara maksimal dan berujung pada terbunuhnya semua anggota teroris ini.
   
“Sekarang kita tidak tahu apa tujuan mereka dan apa yang coba mereka sembunyikan di sini. Apa kita akan disuruh menggali benua ini untuk mencari tahu apa yang mereka sembunyikan di benua putih ini walau kita menang?”
+
“Sekarang kita tidak tahu apa tujuan mereka dan apa yang coba mereka sembunyikan di sini. Apa kita akan disuruh menggali benua ini untuk mencari tahu apa yang mereka sembunyikan di benua putih ini walau kita menang?”
   
 
“Gunung Erebus adalah gunung aktif, jadi wilayah ini cukup hangat seperti tempat kita diturunkan pada awal misi.”
 
“Gunung Erebus adalah gunung aktif, jadi wilayah ini cukup hangat seperti tempat kita diturunkan pada awal misi.”
Line 1,197: Line 1,197:
 
“Oh, aku tahu. Saat kita merasa ragu, hubungi komandanmu. Kita membutuhkan bantuan Froleytia!!”
 
“Oh, aku tahu. Saat kita merasa ragu, hubungi komandanmu. Kita membutuhkan bantuan Froleytia!!”
   
Quenser dan Heivia pergi ke radio mereka untuk menerima petunjuk.
+
Quenser dan Heivia pergi ke radio mereka untuk menerima petunjuk.
   
 
Froleytia merespon dengan suara marah yang lebih panas dari api neraka.
 
Froleytia merespon dengan suara marah yang lebih panas dari api neraka.

Latest revision as of 05:48, 19 February 2017

Bab 1: Hal yang Biasa Jika Berlumpur di Medan Perang >> Pertempuran untuk Mengontrol Antarika[edit]

Bagian 1[edit]

Aku memiliki misi yang sangat penting bagi kalian berdua!!

“...”

Heivia, seorang anak laki-laki dengan tubuh berotot dan rambut kecoklatan, berpikir kembali tentang apa yang diperintahkan oleh atasannya, dia dengan hati-hati menggerakkan jarinya dengan mata yang sama yang dimiliki oleh ikan mati.

Dia berada di sebuah ruangan sempit.

Di dalam ruangan itu terdapat sebuah perangkat logam yang diletakkan di atas sebuah meja. Quenser, seorang anak laki-laki dengan rambut pirang yang panjangnya menggantung di atas bahunya, duduk di seberang meja itu dan memiliki tugas yang sama dengan Heivia.

Jika dibilang sebuah kursi, mereka sebenarnya duduk di sebuah kotak penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan cadangan railgun kecil yang digunakan oleh Object. Heivia tidak tahu berapa besar peluru yang digunakan oleh railgun itu, tapi ukuran dari tiap-tiap kotak ini sama dengan panjang sofa untuk tiga orang.

Mejanya juga bukan sebuah meja, itu adalah sebuah kotak kayu. Kotaknya sendiri kosong, tapi kotak itu diletakkan di antara peluru railgun untuk membuat ruangan ini layaknya ruangan kerja.

Mereka sedang memasukkan amunisi.

Beberapa senapan kosong harus mereka isi dengan magasin, dan mereka menggunakan jari mereka untuk memasukkan peluru itu satu persatu ke dalam magasin. Sementara sebuah suara yang terdengar aneh terdengar dari jari-jari Heivia yang sedang memasukkan peluru ke dalam magasin, tangan Quenser bekerja dengan jarinya yang sangat lentik seperti seorang perempuan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Mereka sudah memulainya 15 menit yang lalu, tapi Heivia sudah tidak kuat dengan pekerjaan ini.

Dia menendang kotak railgun yang ia duduki dengan tumitnya dan berkata, “Hei, aku tidak bisa lanjut lagi. Ini bukan perang!! Dengan Object yang masih bisa bergerak setelah ledakan nuklir, memasukkan peluru kecil ini ke dalam senapan sama sekali tidak berarti jika kita gunakan untuk melawan Object!!”

“Heivia, ulangi lagi yang kau kerjakan itu. Kau terlalu kuat menekannya dan membengkokkan pernya menjadi huruf S. Aku tahu dari suaranya.”

“Kenapa kau malah terlihat senang!? Pekerjaan membosankan ini sudah hampir membuatku jadi gila!!”

“Eh? Bukankah pekerjaan sederhana seperti ini yang memacu jantungmu? Aku rasa berlarian di wilayah rimba dengan membawa senapan berat jauh lebih merepotkan dari pada pekerjaan ini.”

“Oh, Aku tidak tahu kalau desainer Object sepertimu itu sudah gila. Dan memangnya apa tujuan kita melakukan ini? Memangnya tidak bisa perusahaan senjata yang melakukan tugas ini saat mereka mengirim senjata dan memaketnya kemari?”

“Bukannya menyimpan pelurunya terlalu lama akan membengkokkan pernya dan menambah resiko malfungsi? Itulah kenapa kita hanya boleh memasukkan peluru saat kita membutuhkannya dan melepaskannya lagi saat kita tidak membutuhkannya.”

“Benarkah? Bukannya sama saja dengan tinta printer? Aku berani bertaruh kalau kau akan terus menyimpannya tanpa ada masalah, tapi mereka memberi tahu kita tentang malfungsi ini agar kita terus melakukan ini selamanya.

“Heivia, per magasinnya rusak. Kau harus mengeluarkannya dan melakukannya lagi.”

“Gaahhh!!” dia berteriak dengan rasa sangat terganggu, tapi Quenser menghiraukannya.

Heivia bukan tipe orang yang akan mundur saat dia tidak mendapakan reaksi, jadi dia menunjuk sebuah papan kartu di sebelah kotak kayu yang mereka gunakan sebagai meja.

“Bagaimana kita bisa menyelesaikan semua ini sendirian!? Dan bukannya semua pekerjaan ini dikerjakan oleh sebuah mesin!? Kalau mereka memiliki mesin untuk mengerjakan ini, kita tinggal menyiapkan magasinnnya dan menekan tombolnya. Lalu mesinnya tinggal memasukkan peluru ke dalamnya seperti mesin es krim!”

“Bukannya mereka semua sedang menghemat pengeluaran mereka? Semua hal yang berhubungan dengan perang hanya dipusatkan pada Object. Pasukan seperti kita tidak terjun langsung di medan perang. Kapan kita menggunakan senapan berpeluru untuk berperang? Bagi mereka, lebih baik menggunakan tentara yang mengganggur yang mereka miliki untuk menyelesaikan tugas yang bisa dikerjakan oleh mesin mahal mereka.”

“Kau memang selalu memiliki cara untuk menghancurkan motivasi orang lain, kau tahu?”

Merasa lelah dengan semua ini, Heivia melempar magasin senapan ke kotak kayu yang mereka gunakan sebagai meja. Dia meregangkan punggungnya dengan menariknya ke belakang agar ia bisa rileks.

Dia melihat sebuah lemari kecil.

Heivia melirik barang-barang yang ada di situ, lalu kemudian...

“Hei Quenser, lihat apa yang baru saja kutemukan.”

“?”

“Ada video porno yang terselip diantara video pelatihan di sini.”

Bagian 2[edit]

Setelah memberikan sebuah tugas yang sangat membosankan bagi dua orang tentara di bawah komandonya dengan senyuman, Froleytia berjalan kembali ke dalam ruangan khusus yang disiapkan bagi para pejabat militer di dalam markas.

Namun, markas ini diciptakan dari konvoi kendaraan raksasa yang terdiri dari 100 kendaraan besar, jadi bahkan ruangannya itu terlihat seperti blok kontainer.

Quenser dan Heivia sama-sama berusia 17 tahun dan Froleytia berumur 18 tahun. Perbedaan umur di dalam unit terus semakin berkurang, tapi masalah itu hanyalah masalah waktu. Gadis berambut pirang seperti dirinya memang jarang, tapi tidak ada yang merasa aneh ketika ia memimpin sebuah grup besar yang terdiri dari 800 orang. Itulah bagaimana masalah ini diselesaikan.

Saat ini, Froleytia menggunakan tablet yang terhubung dengan komputernya untuk mengecek rute serangan pasukannya untuk misi selanjutnya.

Saat dia melakukan itu, dia melirik ke arah monitor lain.

Dengan sebuah mikrofon dan kamera video yang menempel di komputernya, ia terlihat seperti sedang menggunakan perangkat video chatting. Di salah satu sisinya adalah seseorang yang berasal sangat jauh di negeri aman yang sangat aman dari medan pertempuran.

Dia bisa saja membuka dua jendela di laptopnya dari pada harus menyiapkan dua komputer yang berbeda, tapi Froleytia memiliki alasan untuk tidak melakukan hal itu.

Tamu yang ia maksudkan adalah seseorang yang akan berkata tidak sopan jika wajahnya tertutupi oleh jendela status lain di depan mukanya. Dia hanya memiliki pangkat tiga bintang, tapi dia bertingkah layaknya jenderal bintang lima.

“Begitu ya, Jadi apa yang sedang dilakukan oleh Heivia?”

“Oh, baik-baik saja. Lagipula dia adalah satu-satunya yang berasal dari keluarga Winchell di sini. Dia tidak akan dikirim ke dalam lubang buaya di garis depan.”

Froleytia berusaha agar perbincangan ini terus berlanjut, tapi kenyataanya adalah Heivia ia suruh untuk mengisi peluru-peluru kecil ke dalam magasin kosong untuk menghancurkan Object setinggi 50 meter.

(Yah, kurasa aku tidak cukup beruntung hari ini...)

Tamunya sendiri tidak sadar tentang hal itu. Dia adalah seorang gadis dengan rambut pirang berumur 15 tahun yang mengenakan sebuah gaun yang tidak cocok untuk zaman ini. Namun, korset yang ia kenakan adalah sebuah korset yang telah dimodifikasi sehingga ia bisa menggunakannya sendiri tanpa harus menggunakan bantuan orang lain. Walau dia seorang putri bangsawan, sepertinya dia tidak terlalu suka jika harus menggunakan para pelayannya untuk banyak hal.

Dia menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya dan berkata, “Tidak apa-apa. Untukku, dia tidak akan berguna jika dia mati sebelum acara akbarnya bisa digelar.”

“Permisi, tapi aku pikir pertunangan ini sangat ditentang oleh kedua keluarga Winchell dan Vanderbilt.”

“Semakin besar halangannya, semakin besar api yang terbakar di dalam hatiku. Seharusnya kau mencoba untuk jatuh cinta sekali-kali, nyonya tentara.”

Tanpa berpikir, Froleytia merasa begitu kesal ketika putri bangsawan itu membahas hal itu. Dia menganggukkan rambut peraknya dan mencoba mengganti pembicaraan mereka.

“Tapi itu ide yang bagus, kan?”

“Ide bagus apa?”

“Membuat Heivia diperlakukan sebagai prajurit satu. Sebagai seorang dari keluarga Winchell, bukankah paling tidak ia diberikan pangkat letnan dua? Mungkin terdengar kasar, tapi kalau Heivia sampai diberikan pangkat prajurit satu terdengar agak...”

“Yah, aku rasa ada beberapa alasan kenapa dia diberi pangkat prajurit satu. Aku juga tidak tahu. Aku juga tidak peduli dan tidak memiliki pengetahuan soal pangkat kemiliteran, jadi bukan tempatku untuk mengomentarinya. Dan kalau kau membahas hal itu, kamu adalah putri dari keluarga bangsawan tapi kau pergi ke medan perang dan angkat senjata.”

Froleytia mengeringkan kerongkongannya.

Dia mencoba menghindari topik yang tidak dia inginkan, tapi malah terbawa ke dalam masalah lain yang tidak ingin dia bahas.

“Bisakah aku berbicara dengan Heivia?” Tanya gadis itu.

“Sejujurnya. Aku akan menghubungkan kalian lewat video chat, tapi ini rahasia. Prajurit lain hanya bisa memandangi orang yang mereka cintai lewat foto dan banyak yang bilang kalau mereka akan menikahi orang yang mereka cintai saat mereka pulang.”

“Oh, aku pikir itu hanya terjadi di film,” kata gadis berambut pirang itu saat dia membenahi poninya dan memeriksa beberapa bagian gaunnya. Sepertinya dia agak gugup kalau harus berbicara dengan Heivia.

(Aku pikir dia terlihat imut kali ini.)

Saat Froleytia berpikir sesuatu yang agak kasar, putri bangsawan itu meminta permintaan terakhirnya.

“Tolong hubungkan aku dengan Heivia.”

“Oke, oke. Dia berada di ruang kerja gudang amunisi. Aku akan menghubungkanmu dengannya di sana.”

Bagian 3[edit]

Quenser dan Heivia saling berhadapan dengan komputer di pojok ruangan itu. Mereka memasukkan kaset video porno itu dan duduk dengan tenang saat pemutar video itu berjalan.

Dan kemudian warna merah muda yang sangat seksi muncul di layar.

“Oke!! Aku, Jessica si prajurit wanita yang pintar, akan membuat kalian para rekrutan baru yang sangat takut untuk bergerak menjadi seorang pria sejati!! Ini adalah perintah! Semua orang yang tidak mau lagi menjadi dibilang anak kecil, lompat ke dadakuuuuuuuu!!”

“Ko-komandan!!”

“Aku juga, komandan!!”

“Aku... aku... komandan... komandan!!”

“Wah ha ha ha! Oke, Aku, Jessica, akan mencoba melatih kalian, semuanya ke sini!!”

Sambil mendengarkan suara tawa, teriakan, dan gerutu karena kelelahan menonton daging dan daging dan keringat dan daging dan keringat dan keringat dan daging dan keringat tampil di depan layar mereka, Quenser hanya terpana. Dia melihat paket itu lagi yang berjudul

“Latihan Rahasia Seorang Prajurit Wanita tentang Kenikmatan dan Payudara”.

Dia berbalik dan melihat rekanya yang menemukan kaset itu dan berkata, “Um, Heivia? Apa kau adalah tipe orang yang sangat menikmati saat di-bosi oleh seorang komandan perempuan?”

“Tidak, bodoh!! Aku cuman bilang kalau kita seharusnya menikmati apa yang kita temukan ini. Bukan aku yang menyembunyikan kaset ini di sini!!”

Quenser berbalik dari gambar yang sangat tidak senonoh dan erotis itu, lalu berbalik untuk mengerjakan magasin kosong. Tapi...

“...Huh? Apa? Huh? Entah kenapa aku bisa bekerja lebih cepat. Kenapa?”

“Jangan berhenti, bocah!! Siapa yang bilang kau boleh berhenti!! Berapa kali aku bilang kalau kalian semua tidak boleh berhenti sampai aku, Jessica, meminta kalian untuk berhenti!?”

“Waahhh!! Aku sendiri merasa sangat terpacu. Kenapa aku merasa seperti bersalah kalau berhenti bekerja!? Apa mereka memiliki trik diet khusus dengan seorang komandan yang berteriak padaku!?”

“Berhenti mengeluh dan gerakan jarimu lebih cepat!! Jangan biarkan aku, Jessica, dengan cepat merasa bosan!! Kalau kalian pria sejati, jangan hancurkan ekspetasiku tentang kalian!!”

“Baik, komandan Jessica!! Kami akan melakukan apa yang anda perintahkan!!”

“Komandan! Kami akan menunjukkan kalau kami adalah prajurit yang pantas!! Komandan!”

Tangan dua anak laki-laki itu bergerak semakin cepat dan cepat sampai-sampai peluru yang mereka padatkan di dalam magasin itu terlihat seperti seseorang yang sedang menjahit sebuah baju. Saat Quenser dan Heivia sudah mencapai batas diri sendiri, mereka melemparkan semua perasaan malas mereka dan menjadi mesin yang tidak lain-tidak bukan melakukan pekerjaan ini dengan sangat akurat dan teliti dengan napas yang sangat berat.

“Fnhh!!”

“Yesss!!”

Tiba-tiba mereka mendengar sebuah suara elektronik kecil berbunyi yang menandakan ada sebuah panggilan video, dan sebuah video muncul di jendela video porno itu.

Dan...

“Apa yang kalian lakukan?” kata perempuan muda dengan rambut pirang dengan suara dingin sambil menatap mereka.

“Waaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh!?”

“Waaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh!?”

Quenser dan Heivia berteriak bersamaan dan bergerak sangat cepat ke arah mouse untuk menutup jendela video porno yang mereka tonton.

Namun, gadis berambut pirang itu menunjuk benda itu dengan mata malas dan berkata, “Heivia, sepertinya aku melihat sebuah paket yang mencurigakan di atas meja kayu itu.”

“Kyaaahhh!!”

Laki-laki perkasa dan tentara berpengalaman seperti dia berteriak seperti seorang perempuan dan melempar CD case video porno itu dari atas boks kayu yang beralih fungsi menjadi meja.

Quenser mendekat dan berbisik ke Heivia untuk mengumpulkan beberapa informasi intelijen.

“(Hei, Heivia. Siapa wanita ini? Dia sepertinya tahu namamu.)”

“(Aku akan menjelaskannya nanti, tapi dia adalah satu-satunya anak perempuan dari keluarga Vanderbilt. Keluarganya memiliki kekuasaan yang sama seperti keluargaku, tapi dia bisa menggunakan kekuasaan di tangannya itu sebagai seorang bangsawan sementara aku hanyalah seorang penyendiri dan tidak bisa ditolong. Aku tidak bisa membiarkan pengawasanku turun, jadi diamlah saat aku berbicara. Ini bukanlah tipikal orang sipil yang bisa memarahi kita!!)”

“Aku tidak tempramental,” kata perempuan itu.

“Aku tahu. Tapi jika apa yang dikatakan oleh tuan Putri itu benar, aku tidak akan memiliki banyak kesulitan di masa lalu.”

“Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Omong-omong, aku tidak memiliki alasan untuk ingin berbicara denganmu. Kau tahu kalau kita sudah bertunangan, dan rasanya aneh kalau kita tidak menghabiskan waktu seharian untuk berbicara. Sebenarnya, kalau kamu lebih sering menghubungiku, aku tidak perlu harus melakukan hal ini, Heivia. Tidak elok rasanya seorang putri bangsawan untuk tidak mendengar kabar tunangannya di medan perang semenjak kau pergi.”

“Tolong berikan aku waktu sebentar. Semua surel yang aku kirimkan selalu diawasi untuk mencegah kebocoran informasi. Mereka akan menyadari bahwa aku akan menggunakan emot lucu.”

Heivia berbicara seakan-akan penuh beban, tapi Quenser sadar bahwa suaranya berbeda dari biasanya. Itu tidak terdengar seperti Heivia yang biasa. Quenser sadar diri untuk tidak ikut mengobrol dan tetap diam, jadi dia mundur dan bekerja lagi. Dia bukan tipikal orang yang akan langsung tertarik di dalam pembicaraan sepasang kekasih.

HO v02 032.jpg

“Tapi kamu ada di dalam ruangan apa? Aku pikir kau ada di sebuah garis depan medan pertempuran untuk mencoba mendapatkan sebanyak apapun pengalaman yang kamu butuhkan untuk menjadi kepala keluarga. Apakah keluarga Winchell memiliki tradisi untuk memberikan pekerjaan sampingan kepada pewaris takhtanya?”

“Oh, masalahnya sangat kompleks tentang itu. Seorang wanita muda yang suka meminum teh di negara aman tidak akan bisa menyadari bagaimana sesuatu diselesaikan di medan perang.”

“Heh heh. Kau pikir seperti itu, bukan begitu?”

“Ahn? Apa? Kau tidak bersantai di Mansion Paris? ...Jangan katakan kalau kamu sedang berniat ke sini.”

“Tidak mungkin aku akan menerobos masuk ke dalam markas dengan tidak sopan sementara perang masih berlanjut. Malah sebaliknya. Aku sekarang sedang pergi sangat jauh dari planet yang penuh dengan peperangan ini. Di tempat ini, warna bendera nasional tidaklah berarti.”

“?”

“Yah, kalau kamu bisa membuktikan diri di medan perang yang berlumpur itu dan bisa mebaktikan diri sebagai seorang kepala keluarga Winchell, kau harus ke sini juga. Tapi tempat ini agak tidak nyaman kalau dijadikan sebagai sebuah kediaman utama, tapi tempat yang sempurna untuk sebuah liburan yang tenang.”

Dan kemudian pintu itu terbuka tanpa ada bunyi ketokan.

Quenser dan Heivia langsung memutar kepala mereka ke arah suara besar itu.

Froleytia, Komandan dengan rambut perak itu berada di depan mereka.

“Quenser, Heivia, kita memiliki masalah serius. Kita harus segera masuk ke ruang pertemuan.”

“??? Kenapa seorang komandan sepertimu harus capek-capek masuk ke tempat ini sendirian? Tak bisakah kamu mengirimkan pesan?”

“Anehnya euangan ini memang dibuat agar tak bisa dihubungi dengan mudah, jadi sinyal radio tak bisa menerobosnya. Dan juga, panggilan video itu adalah prioritas, jadi aku pun tidak bisa memotong seenaknya karena dia berasal dari keluarga Vanderbilt dan aku harus menunggunya sampai selesai. Aku baru sadar beberapa saat yang lalu. Itu kesalahanku, jadi aku harus menghampiri kalian.”

Froleytia kemudian melihat layar komputer itu.

Dia menarik kerah leher Heivia dan berkata, “Aku yakin kalau kamu juga mendengarnya, aku harus meminjam anak ini.”

“Baik,” kata gadis dengan rambut pirang itu dengan anggukan kecil. “Buatlah dia bekerja keras tanpa harus membunuhnya, jadi dia bisa menyelesaikan masa tugasnya di kemiliteran dengan cepat.”

Bagian 4[edit]

Froleytia melempar Quenser dan Heivia ke dalam ruang pertemuan dan memulai pertemuan ini dengan para prajurit yang telah berkumpul di sini.

“Panggung kita kali ini adalah Antartika,” Kata Froleytia saat dia menunjukkan sebuah peta besar di atas papan tulis putih. “Salah satu pesawat pengintai milik Kerajaan Legitimasi telah menjadi sasaran oleh sebuah rudal dari permukaan tanah saat terbang di daerah pesisir laut Ross. Ia dikunci oleh laser.”

“Apakah misi kita untuk menyelamatkan awak pesawat yang jatuh di Antartika?” Tanya Quenser, tapi Heivia menggelengkan kepalanya.

“Untungnya, pesawat itu dilengkapi dengan suar darurat. Salah satu suar itu merusak laser penguncinya dan mereka berhasil kabur dari jarak tembaknya. Masalahnya adalah ada orang bodoh yang mencoba menembak mereka dengan rudal,” Kata Froleytia, tersenyum kecut.

“Kita sudah menghubungi Aliansi Informasi, Korporasi Kapitalis, Organisasi Iman, dan semua kekuatan dunia lain untuk memeriksanya, tapi tidak ada yang tahu dari siapa serangan itu berasal. Terlepas dari apakah mereka memberikan informasi yang benar atau tidak, ini telah menjadi masalah internasional dan dimasukkan ke dalam kategori serangan teroris yang tidak dikaitkan dengan kekuatan internasional lain. Dengan kata lain, tidak akan ada orang yang komplain jika kita menghancurkannnya.”

Mendengar hal itu, kemudian Quenser dan Heivia saling berbisik.

“(Teroris? Aku dengar mereka yang ada di wilayah Eropa barat jauh lebih mengerikan daripada medan perang yang dikuasai oleh Object.)”

“(Yah, aku juga dengar kalau pasukan khusus kepolisian menjalani pelatihan khusus untuk melakukan perlawanan secara langsung. Dan kurasa, melawan teroris bukanlah pekerjaan militer.)”

“(Polisi tidak bisa bergerak ke Antartika. Itulah kenapa kita yang dikirim ke sana.)”

Heivia mengangkat tangannya dan bertanya pada komandannya.

“Jadi kita akan menghabisi mereka?”

“Bisa dibilang aku tidak akan memerintahkan kalian melakukan hal tidak beradab seperti itu. Lokasi peluncuran rudal yang kita prediksi dari laser penarget berada di dekat sebuah observatorium milik Kerajaan Legitimasi. Kita harus memeriksa apakah tempat itu sudah dihancurkan, dan jika tidak, habisi semua ancaman yang ada di situ. ...Sederhana, ‘kan?”

“(Ujung-ujungnya kita harus membunuh mereka juga)” gumam Heivia ketika melihat senyum Froleytia.

Tanpa menghiraukannya, komandan Froleytia melanjutkannya kembali.

“Seperti yang aku katakan, arah dari laser penarget tersebut diprediksi dari arah di mana laser tersebut ditembakan. Lokasinya berada di markas Gunung Erebus yang berada di pesisir laut Ross. Kita akan mengirimkan unit penyerang. Jika mungkin, tangkap mereka hidup-hidup untuk mengetahui tujuan mereka, tapi jika tidak bisa, jangan khawatir. Menghabisi mereka semua terdengar seperti rencana yang lebih baik.”

Perasaan berat mereka berangsur surut dan semua orang merasakan hal yang sama.

Monser raksasa setinggi 50 meter bernama Object bersinonim dengan perang.

Object memiliki karakteristik khusus. Mereka memiliki 100 senjata, dan senjata itu ditenagai oleh sebuah reaktor bertekanan tinggi, senjata-senjata tersebut adalah meriam laser, meriam plasma berstabilitas rendah, railgun, dan coilgun.

Tidak ada satu pun rudal yang dipasang pada monster itu.

Dengan kata lain, kemungkinan bahwa para teroris itu memiliki Object cukup rendah. Dan militer Kerajaan Legitimasi bisa mengirimkan sebuah Object dengan teknologi termutakhir miliknya.

Kemenangan mereka sudah terasa sangat dekat.

Sebuah Object tidak akan bisa dihentikan bahkan dengan sebuah rudal nuklir sekalipun, jadi senjata berkekuatan ringan dan rudal tidak akan mempan terhadapnya. Itulah kenapa perasaan berat mereka berkurang dan bahu mereka terasa lebih ringan.

“Oh, iya. Aku memiliki satu hal lagi,” kata Froleytia. “Kita tidak bisa menggunakan Object milik tuan putri dalam misi ini. Tanamkan itu dalam pikiran kalian semua.”

“Hah?” kata Quenser tanpa berpikir.

Dia pikir dia salah dengar, tapi Froleytia harus menjelaskannya lagi.

“Sekali lagi, kita tidak bisa menggunakan Baby Magnum milik sang putri. Object adalah sebuah senjata raksasa dengan berat lebih dari 200,000 ton. Menjalankan monster seperti itu di benua es seperti ini akan menghancurkan lapisan esnya dan membuat Object jatuh ke dalam air. Lalu bagaimana caranya kita mengeluarkannya? Jika ada crane yang cukup kuat untuk mengangkatnya, aku tidak apa-apa.”

“U-umm... aku pikir kita memiliki para teknisi perawatan yang sudah menjamin bahwa sebuah Object bisa diturunkan dengan cepat dan aman. Apa yang harus kita lakukan tanpa sebuah Object?” Tanya Quenser.

“Yah,” kata Froleytia saat dia menekan peta itu dengan sebuah tongkat. “Aku rasa kalian bisa melawan teroris itu dengan senjata yang lebih kecil.”

Bagian 5[edit]

Dan kemudian mereka semua dikirim ke Antartika.

Para teroris itu diduga bersembunyi di Gunung Erebus yang dekat dengan laut, tapi Quenser dan yang lain menggunakan perahu untuk mendarat di pesisirnya daripada harus terbang langsung ke sana. Dari situ, mereka dan sekitar 100 prajurit lainnya secara perlahan dan harus secara hati-hati memutari tempat itu.

Para prajurit yang biasa bertugas menjaga markas kali ini juga harus ikut serta dalam misi ini. Mereka menggunakan tank dan sebuah helikopter, dan mereka semua terlihat seperti sebuah pasukan yang berasal dari era yang telah hilang.

“Apa kau serius?” gumam Heivia saat dia berjalan berdampingan dengan Quenser. “Ini adalah Antartika. Biar aku katakan ini sekali lagi, Antartika. Apa yang aku lakukan di sini? Aku seharusnya berada di markas selama 3 tahun untuk bisa menjadi kepala keluarga di dalam keluarga besarku. Apa yang aku lakukan di sini? Apakah monster berdadan raksasa itu telah lupa kalau aku ini adalah analis radar?”

“Coba pikir, aku datang ke sini sebagai mahasiswa magang untuk mempelajari Object, jadi kenapa aku juga ada di benua es ini tanpa ada sebuah Object-pun di sini?”

“Brengsek. Kita ini hanya antena manusia. Mereka seharusnya mengirim drone daripada mengirim manusia.”

“Dengan angin yang sulit di sini, aku ragu kalau UAV bisa digunakan di tempat seperti ini. Juga, sinyal radio mudah untuk dilacak, jadi ide itu cukup buruk untuk kondisi seperti ini.”

“Bisakah kamu tidak usah terlalu serius? Apa kamu mengembangkan kemampuan masokismu itu di bawah kesewenang-wenangan komandan kita?”

“Aku hanya ingin menyelesaikan ini dengan cepat supaya kita bisa segera pergi dari sini. Aku tidak terlalu peduli dengan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan Object. Heivia, kau harus belajar bagaimana caranya orang dewasa menyelesaikan masalah.” Kata Quenser dengan nada bosan, tapi sepertinya Heivia tidak mendengarkan.

Heivia melihat ke langit yang sangat putih di atas dan berkata, “Ngomong-ngomong, ini Antartika bukan? Selalu ada satu hal yang ingin aku tanyakan tentang tempat ini. Apa kau keberatan kalau aku bertanya?”

“Keagungan alam bukanlah hal yang aku kuasai. Kalau kau butuh penjelasan, tanyakan saja pada orang-orang dari Lembaga Swadaya Lingkungan.”

“Oh, ini bukan sesuatu yang aneh kok.”

Antartika adalah sebuah benua es. Di beberapa tempat, suhunya bisa mencapai 50 derajat celsius di bawah nol, membuatnya benar-benar menjadi sebuah area beku di bumi. Di tanah putih ini, air lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai zat padat daripada zat cair. Hal yang sama terjadi pada manusia. Jika otot dan darah di dalam tubuh dilemparkan pada suhu yang sangat ekstrem seperti ini, ia akan berubah menjadi lebih padat dari pada sebelumnya.

“Kenapa di Antartika sangat dingin?” gerutu Heivia saat dia melepaskan penutup kepala dari mantel musim dingin yang ia kenakan.

Rasanya agak aneh jika ia mengusap keringat di alisnya dan melihat ke sekelilingnya. Di dalam film dokumenter hewan yang ia tonton, wilayah ini benar-benar sangat putih, tapi mereka berdiri di sebuah wilayah yang berupa tanah seperti batu hitam. Juga, sebuah uap putih keluar dari dalam tanah di banyak tempat.

Pertemuan dua jenis angin yang sangat kuat bertiup di segala arah, dan salju putih terus turun dari awan putih di atasnya, tapi uap itu membuat mereka sama sekali tidak bisa merasakan dingin dan salju meleleh ketika menyentuh tanah, jadi itu tidak dihitung. Tidak ada satu pun yang ia lihat sekarang ini persis dengan apa yang ia pikirkan selama ini di kepalanya.

Sementara itu, Quenser melihat ke bawah untuk membaca apa yang tertulis di termomter digitalnya.

“Musim di wilayah garis khatulistiwa itu terbalik, ‘kan? Sekarang di sini hampir musim panas. Bahkan suhu udara di sini adalah -3.9 derajat celsius. Kau akan merasa sangat kedinginan jika melepaskan mantel musim dinginmu itu.”

“Tidak mungkin. Ini masih di bawah nol derajat? Aku merasa seperti berada di dalam sauna.”

“Ini adalah wilayah pegunungan berapi, jadi panas merambat secara teratur dari dalam tanah. Aku ingat bahwa di sini pernah terjadi letusan gunung berapi dua tahun yang lalu dan itu membuat pergerakan yang signifikan dari permukaan di sini. Kau merasa panas karena itu. Kalau kau mencoba tidak bergerak kau akan merasa kedinginan, jadi kau harus memasang mantelmu itu segera.”

“Ah ha ha ha ha ha ha!!” tawa Heivia tanpa peringatan.

Quenser melihat dengan wajah bingung dan Heivia menunjuk sebuah titik tertentu.

“Lihat Quenser!! Itu adalah kolam air panas. Kita ada di Antartika dan ada kolam air panas keluar dari dalam tanah!!”

“...Aku ‘kan sudah bilang kalau kita ini sekarang ada di wilayah pegunungan berapi.”

“Tapi itu adalah kolam air panas!! Tempat ini menghancurkan semua yang aku ketahui soal Antartika!!”

Saat dia berbicara, Heivia melepaskan kacamata tebalnya. Dia merangkak di pinggir kolam yang mengeluarkan uap putih dan memasukkan tangannya di dalamnya.

“Oh... wow. Suhu 40 derajatnya sangat pas.”

“Hentikan Heivia. Kalau kita meluncur ke dalam kolam air panas ini, kita tidak akan mempedulikan soal perang ini lagi.”

Sebenarnya mereka tidak ingin pergi dari sini, tapi Froleytia pasti akan menyentak mereka jika mereka jatuh ke dalam jebakan kolam air panas ini. Jadi mereka berdua pergi begitu saja dari tempat itu.

Ada seratusan prajurit yang ikut di dalam misi ini, tapi karena lingkaran yang harus diputari sangat luas, Quenser dan Heivia pun tak bisa melihat mereka lagi.

Mereka berjalan melintasi wilayah bebatuan hitam yang keras yang tampil di dalam perangkat genggam mereka.

Setelah berjalan cukup jauh, tanah hitam itu kemudian tertutup salju dan es. Tanahnya memang terlihat rata, tapi sebenarnya cukup miring untuk membuat orang yang jatuh menjadi sebuah bola salju raksasa. Suhu di sekitar mereka juga turun dengan drastis. Tanah putih itu hanyalah pemandangan yang bisa mereka lihat di setiap arah dan mereka tidak bisa melihat penunjuk wilayah yang jelas. Hanya bergantung pada peta membuat mereka merasa telah menghilang.

Quenser melihat ke kakinya yang menginjak es yang hancur di kakinya.

“Oh, sekarang rasanya aku benar-benar berada di Antartika.”

“Ow!? Tempat ini bukan hanya dingin, tapi menyakitkan! Hei, Quenser. Ada yang aneh di wajahku, apa kau melihat sesuatu yang aneh!?”

“Keringat di wajahmu membeku. Aku rasa itu yang membuatmu merasa sakit.”

“Sial, sial, sial, sial!!” teriak Heivia saat dia dengan panik membersihkan wajahnya yang sedikit demi sedikit membeku dan menarik tudung kepalanya. “Brengsek! Kalau kita benar-benar ada Antartika, apa kita tidak bisa melihat sesuatu yang imut seperti penguin!?”

“Es yang banyak ini juga pemandangan yang bagus. Kau akan jatuh sakit beberapa hari lagi, mungkin.”

“Kenapa kamu bisa sangat tenang di sini, Quenser? Apa kau berasal dari negara yang sangat dingin?”

“Tidak. Aku sudah sangat kenyang dengan es,” kata Quenser dengan berdehem. “Saat aku masih bersekolah di negara asalku, kami melakukan banyak percobaan dengan selembar persegi es kering untuk mengajarkan kita tentang dasar dari armor Object. Kita belajar bagaimana retakan itu bergerak dengan menusuknya di tempat yang berbeda-beda.”

“Kenapa es? Armor Object ‘kan terbuat dari logam.”

“Dengan air, percobaannya menjadi lebih mudah dipakai ulang. Dengan pendingin, percobaannya bisa dilakukan berkali-kali sebanyak yang kita mau. Juga, kita hanya belajar dasar yang paling dasar dari bagaimana retakan itu bekerja, jadi tidak ada alasan yang cukup untuk menggunakan lempeng logam dengan titik lebur yang sangat tinggi yang memiliki bahan yang sangat reaktif yang khusus dibuat oleh para pengrajin dengan harga yang sangat mahal. Dengan mencampurkan bahan kimia di dalam air untuk menambah kepekatannya sebelum mendinginkannya, lapisan es itu bisa meretak dengan cara yang sama. Kami juga melakukan percobaan dengan meningkatkan efesiensi penyerapan tekanan dengan merusak kepekatannya,” kata Quenser sambil menghela napasnya.

Karena pelajaran sekolah di tempat asalnya sangat membosankan, Quenser memutuskan untuk pergi ke medan perang.

Quenser kemudian mengganti topik pembicaraannya.

“Coba pikir, apa yang para teroris itu coba lakukan di tempat antah berantah seperti ini? Apa mereka menggunakan rudal untuk serangan udara itu sebagai hiasan?”

“Kau tidak tahu apa-apa, Quenser,” jawab Froleytia di radionya. “Antartika sudah menjadi perlombaan di antara banyak negara untuk mendapatkan hak mengeksploitasinya sebelum PBB runtuh.”

“...? Aku pikir Antartika tidak memiliki batas negara?”

“Karena tidak memiliki batas negara-lah yang membuat banyak negara berlomba-lomba merebut tempat ini dengan susah payah. Antartika memiliki pertambangan besi dan batu bara. Laut yang memiliki banyak persedian ikan. Tempat ini memiliki banyak hal untuk diperebutkan,” kata Froleytia berusaha menjelaskan. “Saat ini, faksi-faksi di dunia yang ingin merebut tempat ini adalah Negara Junta Militer yang kita kalahkan sebelumnya, Wilayah Lembah Amerika Barat bagian tengah milik Korporasi Kapitalis, Kepulauan Chono milik Aliansi Informasi, dan Wilayah Britania Raya Selatan milik Kerajaan Legitimasi.”

Quenser terkejut mendengarnya.

“Oseania dan Kepulauan Chono berada di selatan khatulistiwa, tapi Wilayah Lembah Amerika Selatan berada di sekitar Los Angeles, bukan? Dan Wilayah Selatan Britania Raya berada di London... Wilayah-wilayah itu sangat jauh dari Antartika.”

“Mereka menggunakan semangat penjelajahan mereka dan memaksakan pendapat bahwa orang pertama yang menemukan benua itulah yang berhak atasnya. Jika ekspedisi benar-benar dilakukan, siapa yang pertama duluan dialah yang menang, tapi paham seperti itu tidak melibatkan para pihak yang ikut terlibat, tidak seperti di Zaman Penjelajahan.”

Itu berarti teroris ini (atau nama apapun yang mereka gunakan karena nama mereka tidak diketahui) telah menarget pesawat pengintai Kerajaan Legitimasi dengan rudal serangan udara karena masalah perebutan wilayah Antartika atau sumber daya alamnya.

(Tapi bukan itu masalah utamanya. Di era Object seperti ini, para prajurit seperti kita diperintah untuk berlarian di tempat seperti ini sangatlah buruk untuk didengar...)

“Apa kau memiliki hal lain untuk dikatakan Quenser?” tanya Froleytia.

“Tidak!! Tidak ada sama sekali!!”

“Aku memiliki berita bagus buat kalian. Jika kalian terjebak baku tembak dengan teroris, Object kita yang sangat indah telah bersiaga di Laut Ross, dan pelayan lucu kita akan menghancurkan mereka dengan tembakan meriam jarak jauh saat kalian menemukan lokasi mereka.”

“Lalu,” kata Heivia saat udara yang keluar dari napasnya mengeluakan uap putih.

“Tidak bisakah kamu menggunakan satelit militer daripada menyuruh kita berjalan di tempat ini? Di era saat ini, kau bisa membangun vila di bulan dengan pesawat ulang alik atau bisa menggunakan elevator laser atau mass driver. Satelit begitu banyak bertebaran di luar angkasa seperti botol kaleng di jalanan. Aku rasa seorang komandan yang sedang memerintahkan kita sambil ditemani coklat hangat di kapal pengangkut tidak mengerti perasaan kami di tempat sedingin ini.”

“Masalahnya, agak repot untuk melakukannya di wilayah Arktik atau Antartika,” jawab Froleytia dengan halus walau dia tidak menghiraukan argumen Heivia yang terakhir.

“Satelit pencocokkan wilayah geografis menggunakan gaya sentrifugal bumi untuk bertahan di wilayah garis equator dan benda itu tidak akan bisa melacak sampai sejauh ini. Beberapa satelit mungkin memang bisa berada tidak di wilayah garis equator, tapi mereka hanya bisa memeriksa wilayah-wilayah tertentu beberapa saat dalam sehari.”

“Bukannya mereka memiliki satelit yang mengorbit di dalam sumbu bumi di luar atmosfer sana?”

“Ya, dan itulah tempat yang memiliki banyak sekali konflik. ‘Berada tepat di sumbu bumi’ berarti memiliki tempat yang sangat strategis, jadi sangat banyak sekali satelit yang ada di sana. Kerajaan Legitimasi memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Utara, tapi itu berarti kita sama sekali tidak memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Selatan.”

“Dan kamu dengan sengaja menggunakan alasan kekurangan peralatan pendukung untuk menyuruh orang-orang seperti kami untuk menjadi radar manusia,” kata Heivia dengan kesal.

“Ini bukan hal yang dilakukan manusia beradab seperti kami.”

“Heivia, manusia beradab tahu sopan santun. Apa kau tahu maksudku?” jawab Froleytia.

Heivia baru mau menjawabnya, tapi sebelum ia sempat menjawabnya...

Sebuah peluru menerjang tanah di antara Quenser dan Heivia.

(Serangan musuh!?)

Mereka berdua segera merunduk, tapi mereka sadar bahwa pematang rata seperti ini tidak memberikan tempat sama sekali untuk sembunyi.

Heivia meraih bahu Quenser dan memaksanya untuk mundur. Bahkan di dalam pematang yang terlihat rata ini, tanahnya seperti gundukan tak terlihat. Mereka menusukkan kaki mereka beberapa meter sedikit ke dalam salju dan bersembunyi di balik tanah es ini.

“(Apa, apa, apa!? Apa ini serangan teroris!?)”

“(Siapa lagi kalau bukan!? Kita hampir mati di Antartika. Jika bukan karena angin ini, salah satu dari kita pasti mati dengan tembakan di titik vital!!)”

“(Wilayah di sini sangat panas vulkanis dan dinginnya luar biasa, jadi pasti ada perbedaan suhu yang sangat drastis di sini. Mereka sudah ada di sini lebih lama dari kita, jadi pasti logam di laras dan pembidiknya sudah disesuaikan untuk kondisi ini.)”

Saat mereka berbicara di dalam suara yang serak, peluru itu menghantam salju itu lagi dan melemparkan kristal-kristal es ke udara.

Titik hantamnya tersebar di beberapa titik. Mungkin itu karena tiupan angin yang sangat keras sehingga mereka tidak bisa mengenai target mereka seperti yang dikatakan Heivia, atau mungkin karena ada beberapa alasan kecil yang menumpuk di depan mereka.

Sambil masih berbaring di tanah, Heivia menahan senapannya dan dengan menggunakan pembidiknya, dia mencoba mengumpulkan data dari pemancar inframerah dan spektrum ultraviolet.

“(Jarak mereka 200 meter. Ada 7... mungkin 8 orang. Senapan mereka menggunakan penyangga kayu. Mereka memasang sebuah pelontar granat dengan menggunakan plester elektrik.)”

“(Apa kau bisa menghabisi mereka?)” Tanya Quenser.

“(Kenapa kau berbicara seperti seorang penonton biasa? Keluarkan pistol atau PDW-mu untuk membantuku!!)”

“(Maaf, tapi aku tidak punya pistol. Aku cuman punya peledak yang biasanya.)”

“(Terus kenapa kau ada di sini!?)”

Heivia sudah bersiap menyekik Quenser, tapi peluru itu kembali menghantam salju di dekat mereka. Dia dengan panik menunduk dan membalas tembakannya untuk menjaga musuh tetap bersiaga.

“(Sial, sial, sial!! Aku akan menyekikmu nanti, tapi ada banyak hal yang ingin aku tanyakan! Kenapa kau pergi untuk melawan teroris tanpa sebutir peluru pun di tanganmu!?)”

“(Kalau boleh jujur, aku juga ingin punya satu di tanganku sekarang!)”

“Kau tidak bisa, Quenser,” potong Froleytia. “Seorang mahasiswa magang yang belum menyelesaikan pelatihannya tidak diizinkan untuk membawa senjata api.”

“(Yah, tapi bukannya lebih parah kalau aku membawa peledak?)”

“Kau diizinkan menggunakan peledak untuk percobaan anti-syok pada Object di sekolah negara asalmu, ‘kan? Itulah kenapa kau diizinkan untuk menggunakan peledak di sini. Juga, pikiranmu yang seperti itu menunjukkan kalau kau adalah seorang bocah yang tidak tahu betapa menyakitkannya pemecatan tidak hormat.”

“(Oh begitu...)” jawab Quener saat peluru teroris itu menghantam salju tepat di sebelahnya.

Di saat itu, Heivia berteriak.

“Jangan duduk saja dan lakukan sesuaaaaaatttttuuuuuuuuu!! Kenapa hanya aku saja yang melawan balik!? Kita tahu dimana posisi musuh, jadi gunakan meriam Object putri untuk menghancurkan mereka semua!!”

“Oh, iya juga ya,” kata Quenser saat dia menyetel frekuensi radionya untuk menghubungi sang putri.

Jawabannnya sangat jelas dan bisa dimengerti.

“Di lokasi itu, gelombang ledakan dan panasnya bisa mengenai kalian juga. Apa kau yakin? Ganti.”

“Sial, sial, sial, sial, sial, sial, sial, FUCK!!” teriak Heivia saat dia membalas dua sampai tiga kali tembakan dengan senapannya. Sementara itu, Quenser mencoba menghubungi kawan-kawannya di wilayah ini, tapi tidak ada satu pun kawannya yang bisa datang dengan cepat.

“Brengsek. Mereka meninggalkan kita pada posisi ini agar mereka bisa menghindar, iya ‘kan?”

Dia ingin melemparkan senapannya dan pergi dari sini, tapi dengan peluru yang beterbangan udara, mengangkat kepalanya tanpa hati-hati akan membuatnya terbunuh. Dua ratus meter itu jarak yang terhitung pendek untuk sebuah senapan, hanya saja karena angin yang sangat keras dan pematang putih ini membuat mereka kehilangan kontak visual yang jelas. Dan itu adalah alasan kenapa kedua belah pihak sama-sama tidak bisa mengenai lawannya.

Prajurit musuh mungkin sudah memahami tempat ini dan menyebar. Hanya beberapa meter lagi jarak antara mereka berdua dengan prajurit musuh, tapi mereka sangat jelas berusaha memutari mereka.

Quenser hampir saja mau mengangkat kepalanya karena kaget, tapi Heivia menahannya di bawah. Lalu dengan segera peluru tadi hampir menyasar ke posisi kepalanya yang akan naik.

Sambil tertutupi salju, Quenser berkata, “Ini buruk, Heivia!!”

“Maksudmu musuh yang mencoba mengepung kita begitu, ‘kan!? Aku sudah tahu itu! Masalahnya adalah tidak ada satu hal pun yang bisa kita lakukan saat ini!!

“Tidak, bukan itu!! Penguin!!”

“Hah!? Siapa yang peduli soal penguin seka— Penguin!?”

“Itu bayi! Bayi penguin!!”

Dengan wajah terkejut, Heivia melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Quenser. Seekor bayi penguin berwarna abu-abu sedang menetas di tengah pertempuran dua faksi ini.

Jika terus begitu, bayi itu bisa terjebak di dalam baku tembak, tapi mereka tidak bisa berhenti begitu saja.

Persis saat itu, ketika darah tiba-tiba naik ke kepalanya, mukjizat pun terjadi.

Saat dia menarik jarinya dari pelatuknya, para teroris itu melakukan hal yang sama.

Yang tertinggal sekarang hanyalah bayi penguin yang berusaha menetas tanpa menghiraukan suasana pertempuran di tempat ini.

Dengan tangan berkeringat, Quenser dan Heivia menonton perkembangannya.

“(Ayo!! Kau bisa melakukannya, bayi penguin!!)”

“(Tunggu, kenapa cuma ada bayinya!? Di mana orang tuanya!?)”

Dan kemudian bayi penguin itu jatuh.

“Waahh!!”

“Jangan, Heivia!! Tidak boleh ada interaksi manusia di dalam proses alam!!”

Heivia hampir saja berlari ke tempat itu, tapi Quenser dengan cepat menghalangi niat baiknya. Sementara itu, bayi penguin itu menggunakan kakinya untuk kembali berdiri dengan kakinya.

“Gyah!” lalu terdengar ringkikan dari langit.

“Seekor Albatros!?”

“Hei, burung itu tidak mencoba memakan bayi penguin itu, ‘kan? Iya, ‘kan!?”

Namun hukum alam kembali bermain di sini.

Sementara Heivia mencoba mengarahkan senapannya ke burung itu dan Quenser mencoba menghentikannya, Albatros itu melebarkan sayapnya dan bersiap untuk menerjang tanah dari surga. Siluet bayi penguin yang terlihat seperti bola berbulu itu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.

Dan Albatros itu menyerangnya.

Musuh alami penguin itu menerjang tanah seperti sebuah tombak. Paruhnya yang mematikan dengan akurat menarget bayi penguin itu.

Semua orang melihat warna dan bau darah.

Quenser dan Heivia lupa bahwa mereka sedang bertempur dengan senapan mereka dan menutup mata mereka dengan tangan.

Tapi tragedi yang mereka pikirkan tidak terjadi.

“Kmyaaaaaaahhhhh!!” datang suara ringkikan dari arah lain.

“!? Apa—apa itu, Quenser!?”

“Aku pikir itu ibunya. Itu ibu penguin!!”

Ketakutan karena mendengar suara peringatan dari ibunya, Albatros itu meleset dari target pertamanya. Paruhnya mengiris bayi penguin itu sedikit dan ibunya mengeluarkan suara teriakan yang lebih tinggi.

Albatros itu sepertinya tidak mau mengalah. Ia menyiapkan ancang-ancangnya lagi dari langit putih, terbang dengan jarak yang lebih lebar, dan kemudian mengarahkan dirinya ke bayi penguin itu lagi.

Namun, bayi itu tidak lagi sendiri.

Ibunya bertindak seperti pelindung bagi bayi penguin itu.

Tidak ada jaminan bahwa ibunya mampu melindungi bayinya.

Paruh tajam dan cakarnya sudah cukup untuk mengoyak seekor penguin raksasa.

Ia melebarkan sayap yang biasa ia gunakan untuk mendarat di air, membuka paruhnya selebar yang ia bisa, dan mengeluarkan suara ringkikan yang lebih kuat.

Quenser dan Heivia menahan napas mereka.

Para teroris itu juga terdiam ketika melihat hal itu.

Lalu...

Albatros itu terbang di atas kedua penguin itu beberapa kali sebelum akhirnya ia benar-benar menyerah. Ia meninggalkan trayektorinya, mengeluarkan tangisan penyesalan dan pergi ke langit putih.

Ibu penguin itu berhasil melindungi anaknya.

HO v02 056.jpg

Dalam waktu singkat, sorakan terdengar di antartika seperti tempat itu berubah menjadi sebuah stadium. Suara itu terdengar seperti kerumunan manusia yang begitu takjub akan cinta kasih si ibu penguin.

Quenser dan Heivia saling berpelukan dan para prajurit musuh itu mengangkat senjata mereka ke atas seperti mengangkat barbel tanda mereka senang. Suara kegembiraan yang mengelilingi penguin itu sepertinya membuat mereka berdua merasa terkejut. Bayi penguin itu bersembunyi di antara kaki ibunya dan dua binatang itu segera pergi dari tempat itu.

Biasanya sang ayahlah yang melakukan tugas itu, tapi kali ini entah kenapa sang ibu yang melakukannya.

Setelah 10 menit, penguin itu itu keluar dari wilayah pertempuran ini, berjalan turun ke sisi lereng, dan menghilang dari pandangan Quenser dan Heivia.

Tidak lama kemudian, demam penguin itu akhirnya berakhir.

Segera setelah itu, kedua belah pihak langsung bertempur habis-habisan tanpa ragu.

Quenser dan Heivia bersembunyi sebisa mungkin. Saat Heivia menarik pelatuknya, dia menangis darah.

“Ahhhhhh!!! Tembak tembak tembak tembak tembak!!”

“Dahh! Brengsek! Aku rasa kita tidak bisa saling mengerti satu sama lain!!” teriak Quenser saat dia mengoperasikan perangkat genggamnya.

Di Antartika, semuanya terlihat putih tidak peduli kemana pun kau melihat, jadi dia membesarkan dan mengecilkan petanya untuk mengecek semua yang ia lihat dua kali.

Melihat itu, Heivia merasa kesal dan berkata. “Memangnya memeriksa peta bisa membantu kita!? Kita tidak bisa mendapatkan bantuan dari sang putri! Musuh bisa dengan cepat mengepung kita dan memecah pertahanan kita!!”

“Ayo kita selesaikan itu sebelum itu terjadi.” Quenser menarik peledak plastik Hand Axe dari tasnya. Dia menancapkan pemicu elektrik-gelombang radio ke dalamnya. “Saat aku memberi tanda, tembak membabi buta sebanyak yang kau bisa. Aku akan melempar peledak ini saat itu.”

“Apa kau tidak tahu berapa jarak kita dengan mereka? 200 meter. Tidak peduli kau melempar sejauh apa, bahkan pemain baseball profesional tidak bisa melempar sejauh itu.”

“Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan! Lakukan sekarang!!”

“Sekarang! Sial!!”

Masih mengeluh, Heivia menggenggam senapannya. Dari pada membidik musuhnya, dia menembak semaunya dia ke segala arah dan membuat senapannya terlihat seperti mengipasi semua arah dengan peluru.

Dan hasilnya adalah akurasi tembakannya menurun secara drastis, dan bahkan tidak ada satu pun pelurunya yang mengenai mereka. Namun, cara ini menakuti para musuh dan cukup membuat mereka berlindung di balik sesuatu.

Quenser mengangkat tubuhnya dan melemparkan bom plastik itu dengan seluruh kekuatannya. Hand Axe berputar dengan garis lengkung yang jauh, tapi tidak cukup jauh untuk mengenai musuh seperti yang diperkirakan oleh Heivia. Juga, angin membuat bom itu tidak bisa terbang secara lurus. Melihat betapa keras angin bertiup, cukup banyak tenaga yang dikeluarkan Quenser untuk melempar benda sejauh 50 meter. Itu mendarat di sebuah kerak es tebal, jadi Hand Axe itu meluncur seperti menuruni batu miring. Sisi salju yang miring membantu Quenser untuk menambah jarak luncur bom itu semakin jauh.

Bahkan dengan semua faktor itu, 120 meter adalah batasnya. Bahkan tidak sampai jarak 200 meter.

Heivia mendecakkan lidahnya dan berteriak, “Brengsek! Aku bilang juga apa!!”

“Tidak apa-apa! Ini memang yang aku inginkan!! Menunduk Heivia!!” teriak Quenser saat dia mengirim sinyal gelombang radio untuk meledakannya.

Heivia merasa ragu, tapi hasilnya di luar perkiraannya sama sekali.

Dengan suara erangan yang luar biasa, jarak 200 meter itu membentuk sebuah celah seperti gua.

Bentuknya seperti sebuah jurang. Bumi bergerak dan jatuh ke ke bawah hingga beberapa ratus meter. Salju, es, dan para prajurit itu tertelan ke bawah.

Tidak ada yang bisa lakukan.

Para prajurit yang menembakkan peluru itu jatuh ke bawah dengan keterkejutan yang luar biasa.

“Bagus, sepertinya berhasil,” kata Quenser dengan helaan napas saat dia menarik jarinya dari pemicu yang ia gunakan sebagai peledak.

“Yang aku inginkan hanyalah pengetahuan soal desain Object, jadi kenapa aku harus mencari tahu cara untuk membunuh orang?”

“...Um, apa yang terjadi?”

“Tempat mereka berpijak tadi sepertinya benar-benar dan sangat menyakinkan adalah ‘di atas es beku’. Lapisan es tebal yang menutupi jurang di bawahnya dan celahnya sangat lebar. Karena aktivitas vulkanis di tempat ini, wilayah di bawah lapisan es berubah menjadi sungai. Lapisannya cukup tebal sampai-sampai mobil salju bisa berjalan melintasinya tanpa perlu takut tenggelam, tapi tidak cukup kuat untuk menahan peledak dari militer.”

“Oh, jadi itu alasan kamu memeriksa peta.”

“Aku rasa aku tahu kenapa mereka tidak mengirim Object ke sini.”

Quenser melihat betapa dalam jurang yang mereka ciptakan. Tapi dia tidak bisa melihat dasar jurang itu, sangat gelap dan dalam. Jika sebuah Object jatuh ke dalamnya, sebuah crane yang mampu mengangkat sebuah Object seberat 200.000 ton harus dibuat. Dan tentu saja, umat manusia tidak memiliki benda seperti itu.

“Coba pikir, kau pernah menyebutkan sebuah eksperimen menghancurkan lapisan es di tempat asalmu.”

“Bukan sesuatu yang kasar,” kata Quenser mencoba mengelak. “Apa kamu merasa beruntung karena aku membawa peledak?”

“Tentu saja, tapi aku masih merasa ingin mencekikmu.”

Bagian 6[edit]

Quenser dan Heivia berjalan dengan susah payah di atas pematang bersalju ini.

Setelah perjalan lama, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan mereka.

Pasukan yang membentuk formasi cincin mengepung seluruh area itu dari seluruh sisi dengan jarak cukup dekat untuk mengatasi kalau-kalau mereka berhadap dengan musuh, rekan mereka dapat segera memberikan batuan dari rute lain. Saat salah seorang rekan mereka melambaikan tangan di seberang pematang puih itu, Quenser membalasnya dengan melambaikan tangannya.

“Kau tahu, rasanya sangat melegakan kalau bisa melihat salah satu dari kita di dekat kita.”

“Kau bodoh! Masih ada cara lain kalau kau ingin menyapa mereka!! Melambaikan tanganmu seperti itu sama saja memberikan tanda asap kalau kau ada di sini!! Kita baru saja membunuh beberapa dari mereka, jadi mereka semua pasti berjaga-jaga!!”

Pasukan yang diseberang itu juga sepertinya mendapatkan peringatan yang sama, jadi mereka semua menundukkan kepala mereka dan menarik pandangan mereka ke tanah.

Heivia bergetar dan napasnya memutih di udara saat dia berkata, “Aku sudah merasa sangat cukup di Antartika. Di sini sangat dingin!! Aku kira selatan khatulistiwa seharusnya lebih hangat karena menjelang musim panas!! Aku seperti tidak bisa merasakan kalau pemanasan global sedang terjadi sekarang! Di sini sangat dingin!!”

“Itu karena kau tidak tahu berapa suhu rata-rata di sini. Paling tidak, aku tidak mau berjalan di malam hari di Antartika.”

Saat mereka saling bergumam, sebuah transmisi radio masuk ke dalam radio mereka. Yang berbicara itu adalah sang putri dan dia sedang menunggu di Laut Ross dengan Baby Magnum.

“Dengan semua suhu panas yang berkumpul di sekelilingku, aku terbakar di sini. Aku ingin hal ini cepat selesai. Quenser, apa kau bermain-main dengan pendingin udara di ruang perawatan?”

“Sial, suara tuan putri terdengar seperti dia sangat menikmati yang dia miliki.”

“Ahh, di sini panas sekali. Tidak ada yang bisa melihat, jadi aku rasa aku harus melepas pakaian ketatku ini. Aku ragu kalau sekarang akan ada pertarungan gerak cepat di tempat ini.”

“Apa kau mencoba menaikkan suhu tubuh kami dengan membuat kami berimajinasi?”

“?”

Saat Quenser terheran-heran, Heivia sepertinya kehilangan seluruh motivasinya.

“Aku ingin memperjelas posisi kita saat ini,” gertaknya. “Kita adalah tentara yang dilatih untuk melindungi wilayah di sekeliling markas. Kita tidak disiapkan untuk misi khusus di mana kita harus maju untuk menyerang garis pertahanan teroris.”

“Huh? Apa ada jenis-jenis lain dari pasukan infanteri?”

“Oh, ayolah. Ini bukan sesuatu yang ingin kudengar dari seseorang yang selalu berada di garis depan! Paling tidak, kau harus tahu bahwa pekerjaanmu sangat berbeda dengan pekerjaan yang kami kerjakan!!”

“Kau sepertinya sangat lelah, Heivia. Aku memang hanya seorang mahasiswa magang, tapi mereka yang ada di markas adalah tentara, sama sepertimu.”

“Kita mungkin memanggil mereka dengan sebutan tentara, tapi kami tentara yang berlainan pekerjaan. Beberapa pergi ke akademi militer dan yang lain menjalani kursus kilat. Tergantung dari wilayah militer mana yang ingin kau tuju, rutenya juga tidak sama. Sebagian besar yang memilih belajar di akademi militer membutuhkan waktu lama untuk lulus. Tidak banyak yang menjalani kursus kilat selama 6 bulan seperti aku.”

“Bukannya mereka yang belajar dua kali lipat lebih lama darimu itu lebih kuat?”

“Quenser, apa kau pikir mereka yang hanya belajar di bangku kuliah selama setahun lebih kuat dari seseorang yang merangkak di rawa-rawa selama 6 bulan? Dan juga, kebanyakan orang harus mengulang dua kali masa kursus sebelum bisa lulus dari tempat itu. Yang bisa benar-benar lolos selama 6 bulan itu sangat jarang.”

“Dengan kata lain tempat itu seperti tempat bermain jika dibandingkan dengan masa-masa ketika kita harus berlarian dengan senjata di pundak kita,” potong Froleytia.

Dengan caranya ia menyusun apa yang ingin dia utarakan, Froleytia terdengar seperti wanita tua, tapi umurnya hanya 18 tahun. Quenser kemudian berpikir sudah berapa kali dia pergi ke medan perang.

“Omong-omong, kenapa kau pergi ke tempat kursus yang berawa-rawa, Heivia?” Tanya Quenser.

“Ahn?”

Mereka berdua begitu tenang namun bukan karena mereka baru saja memenangkan baku tembak yang baru saja terjadi dan sedang memastikan bahwa tidak ada musuh lagi di dekat atau depan mereka; bukan juga menunda-nunda untuk pergi ke medan selanjutnya, tapi Quenser dan Heivia malah mengobrol.

“Well, kau bangsawan, ‘kan? Kau pasti punya kursus spesial yang diterima khusus bagi kaum bangsawan dan membuatmu langsung menjadi Letnan Dua setelah kau lulus.”

“Oh, itu pasti akademi militer. Bahkan orang sipil biasa bisa mendapatkan pangkat setinggi itu setelah lulus. Kalau pangkatmu sudah setingkat Jendral, yang ada hanya bangsawan saja, tapi kalau warga sipil mau bekerja keras, mereka bisa saja mendapatkan pangkat setinggi Brigadir Jendral.”

“Jadi kenapa kau memilih memulainya dari Perwira Satu?”

“Ada banyak alasan. Yang pertama untuk menaikkan status keluargaku, aku harus menunjukkan bahwa aku mampu melindungi markas dan mendukung bangsa dan negaraku di garis depan daripada duduk di garis aman sambil membaca berita perang lewat koran.”

“Tapi sekarang kau hanya malas-malasan,” tambah Froleytia.

“Well, aku tidak akan memberitahu mereka kalau aku bermalas-malasan di sini. Dan juga, ‘mendukung negara dan bangsaku di garis depan’ itu bukan berarti aku harus melawan Object satu lawan satu di medan perang yang dikuasai oleh Object. Aku tidak akan pernah mengira kalau aku akan dikirim di tengah-tengah benua Antartika.”

“Menjadi bangsawan itu ternyata merepotkan. Setiap kali aku mendengar hal yang merepotkan seperti itu, aku rasa aku lebih baik menjadi warga biasa,” kata Quenser.

“Aku akan lebih hati-hati kalau menjadi warga biasa. Bahkan ketika keanggotaan di Parlemen sudah cukup terbuka akhir-akhir ini, bangsawan tetap memiliki kontrol yang cukup kuat di pemerintahan. Kalau kau tidak khawatir suaramu akan terdengar di dalam Parlemen, kesempatanmu untuk didengar oleh anggota Parlemen juga kecil,’kan?”

“Politik itu menyebalkan. Selama ada orang yang menjalankannya, aku tidak terlalu peduli.”

“Benarkah? Aku rasa itulah yang disebut Apatisme Kependudukan.”

Saat mereka saling berbicara dengan perlahan, tiba-tiba mereka berhenti berbicara.

Dibalik bukit rendah itu adalah Gunung Erebus.

Quenser dan Heivia bersembunyi di salah satu tumpukan salju dan memeriksa wilayah itu dengan teropong dan sebuah pembidik senapan dengan hati-hati.

Namun, markas itu cukup besar. Salju yang tertiup oleh angin membuat wilayah ini tidak mudah terlihat. Dari sudut pandang lensa teropong mereka, yang terlihat di depan mereka hanyalah sebuah gundukan tipis yang terhampar di atas pematang salju yang sangat luas.

Hampir sama dengan gerbang yang membuka jalan menuju gunung, sebuah bangunan kotak dibangun di tengah hamparan dan gundukan salju. Kemungkinan itu adalah observatorium nirawak milik Kerajaan Legitimasi yang sudah tidak digunakan lagi.

Di pematang salju di dekatnya, ada sebuah tabung setebal 80 cm dan panjangnya 9 meter di tiap sisi. Tidak hanya dua atau tiga. Itu dipasang dengan jarak tertentu dan ada 50 tabung seperti itu sepanjang beberapa kilometer ke belakang.

Quenser dan Heivia pun terlihat kebingungan.

“(Seharusnya, posisi laser penarget rudal udara yang menjatuhkan pesawat kita itu ada di dekat sini.)”

“(Ke mana teroris yang lain? Jangan bilang kalau mereka kedinginan dan pergi dari tempat ini.)”

“Kalau mereka menghangatkan diri di dalam observatorium itu, kita bisa saja langsung menyerang mereka, tapi sepertinya apa yang kalian harapkan itu tidak akan terjadi. Malah sebaliknya,” kata komandan mereka, Froleytia.

“Kenapa?”

“Kita diperintahkan untuk mencari teroris itu bahkan jika mereka tidak lagi ada di sini. Kita harus terus mencari mereka di setiap butiran salju yang ada di benua ini. Bahkan jika teroris itu telah pergi dari Antartika, kita harus terus mencari sampai kita mendapatkan kepastian.”

“Serius nih? Hei, Quenser, ayo kita cek observatorium nirawak itu. Kalau kita membiarkan mereka pergi, kita bisa mati kedinginan di sini. Cepat, cepat, ayo kita selesaikan ini secepat mungkin agar kita bisa menikmati selimut dan penghangat di markas.”

“Tidak, Heivia. Kalau kau terlalu terburu-buru, kepalamu bisa ditembus oleh peluru musuh.”

Setelah mereka selesai beradu mulut dengan suara parau, Quenser dan Heivia merangkak perlahan di atas salju. Ia menangkap pergerakan prajurit lain yang bergerak ke arah yang sama dengan dirinya. Mereka adalah prajurit Kerajaan Legitimasi, sama seperti Quenser dan Heivia, dan mereka semua memiliki tujuan yang sama. Mereka ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini, namun mereka dipenuhi rasa penasaran tentang apa isi tabung besar itu.

Sambil berpikir apa yang mereka ingin utarakan, Heivia berkata, “Di era dimana pertarungan Object setinggi 50 meter sering terjadi, prajurit kerdil seperti kita ini akan terlihat sangat bodoh saat menembak satu sama lain. Tidak peduli strategi apa yang kita gunakan, mereka tidak akan bisa menang selama ada Object sang putri yang menunggu di Laut Ross. Mereka semua itu seharusnya menyerah saja. Mati untuk hal konyol seperti ini terdengar bodoh.”

“Hei, Heivia. Selama ini aku selalu penasaran,” kata Quenser saat dia melihat sekitar dengan perut yang menempel di salju. Mereka sudah merangkak sekitar satu kilometer melewati salju ini. “Coba pikir, kau tahu apa fungsi tabung yang mengitari observatorium itu?”

“Ahn? Bukannya itu hanya antena yang digunakan oleh observatorium? Mereka mungkin menaruhnya seperti itu karena angin yang terlalu kuat,” kata Heivia dengan ringan, tapi dia sama tidak memiliki keyakinan saat mengatakannya.

Dan kemudian Quenser mendapatkan jawabannya lewat sumber lain.

Tabung setebal 80 cm, dan panjang 9 meter itu memiliki sebuah formasi; membentuk sebuah pola dengan menuju pada sebuah titik.

Sebuah baterai raksasa yang ditopang oleh plat dengan titik gravitasi rendah tiba-tiba saja muncul di tengah rute yang ditempuh Quenser dan Heivia.

“...Hah?”

Untuk sebenar, Quenser dan Heivia tidak bisa lagi bergerak seperti yang mereka inginkan. Bahkan saat mereka saling melihat satu sama lain, mereka tidak mampu menjelaskan apa yang terlihat di depan mereka.

Mereka sudah pernah melihat hal itu sebelumnya.

Mereka tahu bahwa benda itu sedang menunjuk ke arah mereka.

Itu adalah.

Suku cadang yang digunakan sebagai senjata sebuah Object.

Meriam sebanyak 50 buah itu membentuk sebuah garis sebaris yang cukup panjang dan semuanya mengarah kepada Quenser dan prajurit lainnnya.

“Oooouuuucccchhhhh!?”

Quenser dan Heivia sadar dengan apa yang ada di depan mereka, mereka berteriak, dan mereka dengan cepat berguling ke arah gundukan salju yang lebih tebal secepat dan sebisa mereka.

Segera setelah itu, meriam itu meraung.

Sepertinya yang dipasang di situ adalah sebuah railgun.

Gelombang ledakan yang diakibatkan oleh dentuman proyektil railgun meledak secara beruntun dan membuat tubuh Quenser terbang ke udara. Beberapa detik kemudian, dia jatuh ke bawah dan menghantam salju yang cukup keras kemudian berguling, tapi kali ini bukan karena dia ingin melakukan itu. Meriam itu tidak mengenai dirinya. Jika saja ia terkena serangan itu, tubuhnya mungkin sudah hancur berkeping-keping. Tubuh kecilnya seperti diremukkan oleh gelombang ledakan yang diciptakan oleh dentuman proyektil itu.

Namun, semua itu tidak membuatnya berhenti bernapas.

“Gh...bh!?”

Dia mendorong perutnya ke belakang sehingga punggungnya membentuk huruf U dan akhirnya dia berhasil menghirup udara. Sepertinya tembakan itu meleset karena suhu udara di tempat ini cukup dingin untuk membekukan jangkar meriam itu. Namun, panas yang dihasilkan oleh motornya akan dengan cepat melelehkannya. Keajaiban seperti ini tidak akan terjadi dua kali dalam sehari.

(Aku akan terbunuh!?)

Berdiri di situ juga akan membunuhnya, tapi pematang datar ini juga tidak memberikannya tempat untuk berlindung. Musuh sudah memancing mereka ke sini untuk sebuah alasan.

(Brengsek. Kenapa mereka memiliki railgun?! Padahal mereka menggunakan rudal untuk menjatuhkan pesawat Kerajaan Legitimasi!!)

Quenser tidak tahu harus berpikir apa.

Saat dia panik, dia mendengar suara Heivia memanggilnya.

“Quenser!! Cepat turun ke sini!!”

Dia tidak tahu apa yang dia maksudkan, tapi dia segera menyadarinya ketika dia melihat sebuah retakan besar mulai terbuka di bumi. Gelombang pertama serangan itu membuka sebuah retakan besar di atas tanah. Lebarnya sebesar 1 meter. Heivia sudah memanjat turun dan berlindung di balik parit darurat itu dan mengeluarkan kepalanya sedikit untuk memanggil Quenser.

Quenser segera berguling dan menjatuhkan dirinya ke situ.

Saat dia jatuh, railgun itu memulai serangan gelombang kedua.

Efek dari serangan itu membuat sebuah adegan layaknya sebuah serangan bom dari langit, dan oksigen seperti ditarik keluar dari paru-paru Quenser bahkan ketika ia berada di dalam parit.

Heivia menyadarinya dan mendekatinya.

“Sial, ini bukan guyonan lagi. Teroris itu memiliki puluhan suku cadang senjata Object. Apakah mereka berniat menggunakan meriam itu untuk strategi anti-tank seperti perang zaman dahulu!?”

“Apa yang kau bilang tadi?”

“Waktu aku masih di akademi, aku mendapat pelajaran sejarah tentang strategi perang klasik. Posisi bertempur ketika kau memancing musuh ke dalam posisi yang kau inginkan dan menyerang mereka dari semua sisi, hal itu sering digunakan saat perang zaman dahulu. Saat itu, mereka menggunakan senapan anti-tank, tapi semua benda itu pasti sudah tidak ada. Sial!! Bukankah ini terlalu sulit bagi prajurit sekelas kita!?”

Quenser berpikir berapa banyak rekan mereka yang selamat dengan memasuki parit ini. Dia berharap mereka semua berhasil selamat dan tidak terbunuh di tempat ini.

Heivia bersandar di dinding parit ini dan bertanya, “Apa kau tahu hal terburuk saat ini, Quenser?”

“Um, karena meriam Object itu dapat menembak dari semua sisi walau hanya suku cadang?”

“Bukan,” kata Heivia dengan alisnya yang penuh dengan keringat. “Kalau mereka menggunakan meriam Object, berarti mereka juga memiliki reaktor yang bisa memberikan suplai tenaga yang cukup.”

“Tunggu, kau ingin bilang...”

“Aku tidak tahu apakah mereka benar-benar teroris!! Mereka memiliki Object!! Mereka memiliki Object tersembunyi di sini dan dengan menggunakan kabel tenaga raksasa mereka bisa menembakkan railgun sesuka mereka. Bahkan kalau kita berhasil kabur dari sini, ada Object musuh yang menghalangi kita!!”

Mendengar hal itu dari orang lain membuat Quenser begitu gugup dan lemas.

Senjata raksasa yang dikenal dengan nama Object memiliki armor yang cukup tebal untuk menahan serangan nuklir sekalipun, dan reaktornya memiliki tenaga yang jauh lebih banyak daripada reaktor nuklir. Mereka menggunakan tenaga listrik sebesar itu untuk serangan laser beruntun atau bahkan meriam plasma berstabilitas rendah. Hanya Object lain yang dapat menahan serangan sebesar itu. Tidak peduli sekeras apa prajurit kerdil seperti mereka berusaha, hampir mustahil menahan serangan sebesar itu.

Namun...

“Heivia. Maaf, tapi kita tidak memiliki waktu untuk menjelaskan apa yang harus kita lakukan selanjutnya.

“Ahn?”

“Lihat ke bawah!! Gelombang serangan itu membuat retakannya membesar! Kalau begini terus kita bisa jatuh ke bawah dan tidak akan bisa naik ke atas lagi!!”

Heivia melihat ke arah sepatu bootnya dan kemudian ia merasa syok. Retakan itu membesar, dan semakin melebar setiap detiknya. Namun, merangkak ke luar di saat seperti ini akan membunuh mereka dengan singkat. Mereka akan mati jika tidak melakukan apapun dan juga akan mati jika mereka melakukan sesuatu. Jika mereka tidak memecahkan masalah ini, mereka akan terbunuh.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Quenser? Meriam itu seperti tumpukan logam yang mau menerkam kita. Senjataku tidak akan mampu menembus kulit luarnya!!”

“Yeah, dan aku tidak memiliki Hand Axe yang cukup untuk meledakan tiap meriam itu. Bahkan aku tidak memiliki ide untuk mendekati meriam itu.”

“Apakah kita bisa memecahkan es di bawah teroris itu?”

“Sepertinya tidak, mereka berada di atas tanah solid. Dan bahkan jika kita bisa meledakannya, kita akan terjebak di bawah es selamanya.”

Dengan penjelasan itu, Quenser mengganti frekuensi radionya.

Dia sedang menghubungi tuan putri yang menunggu di atas Object yang mengapung di Laut Ross.

“Memanggil Baby Magnum. Apa kau tahu posisi kami? Apa kau bisa menghancurkan meriam Object ini dari situ?”

“Gunungnya menghalangi, jadi aku tidak bisa menembaknya. Aku bisa menembakkan coilgun dengan garis parabola kalau kau mau.”

“Berapa besar akurasinya?”

“Sekitar 50/50. Aku bisa meledakan mereka dengan bom karpet, tapi kau juga akan terkena ledakannya.”

Meriam utama milik Baby Magnum didesain untuk serangan langsung ke titik lemah Object lawan daripada serangan jarak jauh. Dengan angin yang cukup kuat saat ini, jangkauan tembakannya akan berkurang karena akurasinya yang lemah.

Sementara itu, railgun musuh sudah menyerang sebanyak tiga hingga empat gelombang serangan dan menggetarkan tanah di kaki Quenser dan Heivia. Musuh sepertinya tahu kalau mereka bersembunyi di balik parit darurat ini dan mencoba menghancurkan parit ini sekalian.

Quenser mengernyit saat getaran itu sampai ke telinganya, tapi dia segera mengangkat kepalanya.

“Baby Magnum! Apakah seranganmu masih bisa mengenai tempat ini bahkan jika tidak akurat!?”

“I-iya. Aku bisa, tapi...”

“Aku akan berikan intruksinya kepadamu sekarang!! Gunakan koordinat 000212 sebagai basisnya, target adalah W-11, J-18, G-26, M-19, L-27, B-20, dan R-12!! Bahkan dengan angin yang kuat, kau harusnya bisa menghindari friendly fire dengan margin error plus atau minus 5! Kirim serangan bom karpet coilgun ke sini! Sekarang!!”

“Aku rasa serangan itu tidak akan melukai musuh.”

“Lakukan saja!! Seranganmu akan menyelesaikan semuanya!!”

“?”

Tuan putri tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Quenser, tapi sepertinya tuan putri pun tahu bahwa ini adalah situasi darurat dan setiap detik nyawa dipertaruhkan di sini. Bahkan tanpa penjelasan, dia mengikuti semua instruksi itu. Sebuah suara keras bergaung di seluruh wilayah. Karena mereka berada pada posisi di antara gunung, suara itu terdengar seperti suara dentuman keras di udara.

Coilgun milik Baby Magnum seharusnya menembak dengan kecepatan suara, tapi saat ini ia menembakkan peluru dengan kecepatan yang lebih rendah (maka dari itu kekuatannya juga) supaya proyektil bisa jatuh tepat di arah yang diinginkan. Untuk sesaat, suara itu baru terdengar ketika proyektil itu menghantam tanah.

Namun, tidak ada waktu untuk terkagum atas hal ini.

Quenser meraih tepian retakan ini dengan kedua tangan dan berteriak kepada semua rekan-rekannya yang ada di situ lewat radio.

“Bertahan!! Retakannya mungkin akan melebar dan runtuh!!”

“Hei, apa sebenarnya yang kau lakukan!?”

Heivia melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dengan agak kesal, tapi tidak ada waktu untuk meminta penjelasan.

Coilgun itu menghujani semua yang ada di situ.

Massa logam itu tanpa ampun menusuk tanah solid yang ada di situ dan menimbulkan getaran seperti gempa bumi.

Proyektil itu memiliki berat 1 ton dan menancap ke dalam tanah sedalam 1 meter. Ia jatuh seperti hujan dari ketinggian 3800 meter, jadi tidak bisa dibayangkan seberapa besar energi kinetik yang ada di dalamnya.

Dengan suara ledakan, salju dan es beterbangan di udara dan jatuh kembali ke tanah seperti longsor. Quenser sudah berpegangan dengan cukup erat, tapi tangannya hampir terselip di ujung pegangannya. Namun, dia tidak bisa lagi merasakan kakinya. Gelombang ledakan membuat retakan itu melebar dan tanah tempat dia berdiri pun ikut menghilang. Satu-satunya tanah solid yang ada di Antartika pun pecah seperti gelas yang retak.

“Sial!! Tidak peduli musuh atau sekutu, meriam Object benar-benar mengerikan!! Kau seharusnya melihat retakan ini dari satelit!” kata Heivia yang kesal saat dia berusaha keras untuk mengangkat kakinya di ujung retakan ini. “Hei, Quenser. Aku tidak suka permintaanmu yang tadi! Jujur saja, aku berharap kalau ledakan ini paling tidak bisa mengusir para teroris itu dari sin—”

Dia kemudian tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Dia sudah melihatnya.

Selongsong raksasa itu memiliki berat berton-ton dan menghujani tanah dari ketinggian yang cukup tinggi. Selongsong itu menghantam satu-satunya bagian tanah solid di Antartika, gelombang ledakan menyebar ke seluruh arah, dan longsor pun terjadi di gunung salju yang paling dekat dengan mereka.

Namun, 50 meriam itu sama sekali tidak terkena dampak dari serangan brutal ini.

Mereka tertutupi oleh salju dan es yang beterbangan akibat ledakan, tapi sepertinya tidak cukup kuat untuk membuat senjata itu tidak lagi berfungsi.

“Brengsek!!”

Tenggorokannya pun mengering. Merangkak di dalam celah ini juga akan membuat mereka hancur berkeping-keping. Namun, mereka tidak bisa bersembunyi di kerak ini karena tembakan meriam Object tadi membuat celah ini membesar dan membuat tanah di sini menjadi seperti bukit.

Quenser kemudian memanjat keluar dari celah itu dan berteriak, “Ayo panjat saja!!”

“Apa kau tahu apa yang baru saja kau katakan!?”

“Kalau kau tidak melakukannya, kau akan mati!!”

Quenser sudah berada di atas retakan itu dan berteriak tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya dia inginkan. Dia kemudian menggunakan radio untuk meminta semua orang melakukan hal yang sama. Heivia tidak yakin apa yang harus ia lakukan sekarang, tapi dinding retakan ini telah menjadi seperti lereng bukit dan tidak ada pijakan untuk kakinya. Jika dia kehilangan kekuatan genggamannya dia pasti akan jatuh ke tanah dan mati. Dia akhirnya memutuskan untuk merangkak naik pada setengah perjalanan menuju ke atas dan memanjat jarak yang tersisa dengan sedikit putus asa.

Tentu saja, tidak terhitung berapa banyak railgun dan coilgun yang mengarah pada mereka.

Mereka bukan makhluk dengan kekuatan luar biasa yang bisa menghindari serangan seperti itu.

“Sial!!”

Tahu bawa hal ini percuma, Heivia mengangkat senapannya.

Tapi Quenser berkata, “Tidak apa-apa.”

Heivia ingin menjawab, “Bagaimana mungkin ini baik-baik saja?” tapi musuh sudah membuat gerakan pertama mereka.

Suara yang begitu menggelegar akibat tembakan railgun terperangkap di telinga Heivia dan membuat degup jantungnya begitu kencang.

Satu tembakan saja dari senjata itu cukup untuk menghancurkan kapal tempur menjadi dua.

Heivia hampir menutup matanya, tapi kemudian apa yang terjadi berikutnya sama sekali di luar hasil perkiraannya.

“...Hah?”

Heivia melihat dengan tatapan kosong dengan apa yang terjadi di depannya.

Dia memang merasakan sakit.

Namun, itu hanya karena serangan gelombang kejut yang dihasilkan oleh ledakannya. Jika proryektil itu mengenainya, dia pasti mati.

Tembakan railgun itu tidak mengenai mereka. Malahan meriam railgun itu terlempar pada arah yang berlawanan. Dan tidak hanya itu saja. Beberapa meriam kehilangan kekuatannya dan terdorong akibat tembakan yang terlampau kuat, yang lain pun runtuh ke samping, dan beberapa yang lain meluncur ke atas seperti roket. Puluhan railgun itu runtuh seperti layar domino yang belum selesai untuk runtuh.

Kepala Heivia penuh dengan pertanyaan.

“A-apa? Apa yang baru saja terjadi?”

“Aku yakin kalau jangkar yang ditanam di bawah tanah itu tidak lagi mampu untuk menyokong railgun itu.”

“?”

“Lebih jelasnya, retakan tanah inilah yang menghancurkan itu. Bukan meriam Baby Magnum.” Quenser berdiri dari posisi berbaringnya. “Railgun dan laser yang digunakan oleh Object didesain untuk bisa dipasang ke dalam tubuh seberat 200.000 ton. Saat ditembakan, gelombang kejut dan gelombang panas tersebar ke seluruh arah. Meriam-meriam ini tidak digunakkan untuk melindungi markas karena friendly fire dari mereka sama bahayanya dengan serangan musuh.”

“Lalu apa hubungannya dengan ini?”

“Saat diletakkan di tanah, kekuatan yang dihasilkan oleh meriam ini sangat besar dan gelombang kejut yang dihasilkan akan menghancurkan railgun itu sendiri. Mereka harus menanam jangkar sedalam 10 meter untuk menjaga keseimbangan dan menahan gelombang kejut yang dihasilkan. Tapi...”

“Tembakan meriam tuan putri menghancurkan tanah itu sendiri...”

“Jangkarnya tidak bisa lagi berfungsi. Tembakan pertama tadi juga tidak mengenai kita karena meriam itu miring dan bergetar. Setelah itu, kita tinggal melihat mereka seperti anak kecil yang menembakan magnum dengan satu tangan. Senjata itu akan melukai anak itu. Sementara menghindari area tembak railgun yang runtuh itu, kita harus menghancurkan kabel tenaganya. Beberapa dari mereka mungkin masih berfungsi.”

“Kalau begitu kita harus mencari siapa orang yang mengendalikan mereka.”

“Aku rasa aku punya ide.”

Quenser menggunkan dagunya untuk menunjuk observatorium nirawak milik Kerajaan Legitimasi yang terlihat begitu penuh dengan kehidupan. Sepertinya musuh yang mengendalikan meriam-meriam ini menggunakan penghangat yang ada di dalam observatorium. Satu-satunya tempat mereka bersantai sudah hancur, jadi mereka tentu saja panik.

“Ayo kita cari tempat yang lebih baik sebelum mereka menembak lagi,” kata Quenser saat dia menepuk pundak Heivia. “Saat pertempuran sesungguhnya terjadi, aku tidak akan berguna lagi, jadi kau yang akan memimpin kali ini, Heivia.”

Bagian 7[edit]

Setelah meredam puluhan meriam itu, Quenser dan Heivia bergabung dengan sisa pasukan Kerajaan Legitimasi. Mereka juga telah kehilangan beberapa rekan mereka.

Setelah itu pertempuran berikutnya berjalan seterang hari itu.

Teroris yang ada di observatorium nirawak itu dikalahkan dengan cukup mudah. Sepertinya posisi anti-tank yang menggunakan meriam-meriam Object adalah satu-satunya senjata utama yang mereka miliki, dan mereka tidak tahu bahwa ada kemungkinan jika pasukan musuh berhasil menerobos ke dalam sini. Teroris ini kalah jumlah, jadi mereka tidak memiliki kesempatan untuk menang. Mungkin itulah kenapa mereka sangat bergantung kepada meriam-meriam itu yang dikontrol di observatorium ini.

Mereka juga menemukan pelontar roket yang digunakan untuk menarget pesawat pengintai milik Kerajaan Legitimasi. Pelontar itu sendiri dipasang di atas kendaraan. Delapan rudal dipasang di atasnya seperti menara berputar. Empat tabung dipasang sebagai pelontar meriamnya dan ada dua set pelontar meriam dipasang beriringan.

Pelontar rudal itu menggunakan pembidik laser, dan terpisah dari situ ada sebuah kendaraan radar. Namun, sudut kendaraan itu cukup aneh. Sepertinya, pengaturan awalnya adalah untuk serangan anti-pesawat tapi kemudian dipasang untuk mencari posisi Quenser dan yang lain di tanah.

“Ujung-ujungnya kita membunuh mereka semua, jadi kita masih belum tahu apa yang mereka incar. Aku tahu dari wajah tidak enak Froleytia.”

Di dalam situasi dimana kawan maupun musuh bisa terluka, menangkap musuh merupakan pekerjaan yang sulit. Jika pasukan musuh berhasil menyiapkan jebakan saat mereka menunggu, mereka pasti akan terjebak dalam masalah. Dan pada akhirnya, Heivia dan yang lain menggunakan kekuatan mereka secara maksimal dan berujung pada terbunuhnya semua anggota teroris ini.

“Sekarang kita tidak tahu apa tujuan mereka dan apa yang coba mereka sembunyikan di sini. Apa kita akan disuruh menggali benua ini untuk mencari tahu apa yang mereka sembunyikan di benua putih ini walau kita menang?”

“Gunung Erebus adalah gunung aktif, jadi wilayah ini cukup hangat seperti tempat kita diturunkan pada awal misi.”

Quenser menunjuk ke bawah kaki mereka. Itu bukanlah salju putih atau es, melainkan tanah solid.

Heivia melihat asap putih keluar dari batu itu dan berkata, “Brengsek. Ini bukan situasi dimana kita disuruh mencari sesuatu. Tidak peduli berapa keras kita mencari, gaji kita tetap sama. Kita mengalahkan seluruh teroris itu dan mengalahkan meriam anti-tank yang mereka pasang. Apakah kau tidak merasa kalau pekerjaan kita ini agak tidak adil? Kan kita tidak boleh merebut semua kejayaan di sini dari teman kita yang lain.”

“Apa, kau akan menyerah sekarang? Froleytia akan memarahimu nanti.”

“Lihat ke bawah Quenser. Ini adalah kolam air panas. Dan suhunya tepat pada 40 derajat celcius. Aku tidak akan melepas bajuku dan telanjang di sini, tapi aku tidak merasa keberatan dengan melepas sepatu bootku dan membasahi kakiku.”

“Kau tahu, aku juga tidak mau menggunakan tenagaku untuk mencari apa yang mereka sembunyikan di benua putih ini. Lagipula ini tidak ada hubungannya dengan mempelajari Object.”

Pasukan Kerajaan Legitimasi menggunakan seluruh tenaga manusia yang ada untuk mencari apapun yang mereka temukan di observatorium nirawak ini. Keberadaan Object yang memberi tenaga bagi meriam anti-tank ini juga masih menjadi misteri, namun kedua orang bodoh ini sudah tidak lagi peduli. Mereka membenamkan kaki mereka ke dalam air hangat dengan lebar satu meter dan dalam 30 meter, duduk di atas batu, dan mengembalikan mood mereka hingga seperti semula.

“Ngomong-ngomong, kenapa teroris ini menggunakan rudal anti serangan udara?”

“Ahn? Maksudmu apa?”

“Mereka menggunakan meriam-meriam Object, bukan? Kenapa mereka tidak menggunakan meriam itu saja untuk menjatuhkan pesawat? Dan jika mereka benar-benar memiliki Object untuk memberikan tenaga.”

“Memangnya aku tahu? Mereka menggunakan meriam itu sebagai serangan kejutan, jadi mereka menggunakan senjata mereka yang paling buruk supaya kita tidak tahu senjata terbaik apa yang mereka miliki.”

“Dan kenapa Object itu tidak muncul di radar putri? Object itu tingginya 50 meter. Akan sangat sulit untuk menyembunyikannya.”

“Hei, Quenser. Aku agak meragukannya, tapi kita tidak memiliki Stealth Object di sini bukan?”

“Wow, tidak mungkin. Kau pikir berapa banyak fungsi stealth yang harus dipasang di senjata sebesar itu? Dan di penyediaan dananya saja, mereka harus mengeluarkan uang dengan jumlah yang sama dengan perawatan konservasi air.”

“Well, kau harus bertanya langsung pada musuh soal itu. Semua Object generasi kedua benar-benar mengerikan antara satu dengan yang lain. Dan juga, semua ini hanya kemungkinan karena kita tidak tahu apakah Object ini benar-benar ada.”

Mereka tidak bisa bertanya pada musuh dan mereka tidak tahu apa yang diinginkan oleh para teroris ini. Apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan di Antartika?

“Well, ini bukan tugas kita lagi. Komandan berdada besar itu bisa mengkhawatirkan hal itu lain kali,” kata Heivia seraya ingin lepas tanggung jawab. Seluruh tubuhnya terasa begitu ringan ketika dia menyerap panas air itu lewat kakinya dan uap panas ini benar-benar merelaksasi tubuhnya. “Dahh...ini benar-benar terasa sangat nikmat dan aku mengantuk...”

“Hey, aku beri tahu kau ya, kau akan mati kalau kau tertidur di sini. Aku juga mau.”

Quenser tidak mau berpikir apapun yang tidak berhubungan dengan Object. Dia memutar kepalanya dan menikmati air hangat kolam ini dengan kakinya.

Dan kemudian dia menyadari sebuah obyek perak berada di sana.

“?”

Quenser berhenti bergerak dan melihat ke arah benda itu sekali lagi.

Benda itu berada di tengah-tengah badai salju yang bertiup sangat kencang. Jaraknya sekitar 50 meter dan bentuknya seperti sebuah batu setinggi orang dewasa. Di bagian belakangnya terdapat sebuah perangkat yang mencuat keluar. Sepertinya menyembunyikan benda ini di tengah-tengah badai salju adalah ide terbaik.

“Oh, aku harap aku tidak memperhatikannya tadi.”

“Kenapa kau menemukan hal seperti ini, bodoh!? Sekarang kita harus melakukan sesuatu!!”

“Aku harap semua masalah ini terjadi di belahan dunia lain.”

“Kita sekarang di Antartika, jadi belahan dunia lain yang kau bilang tadi itu akan membuat wilayah negara aman menjadi sangat berbahaya.”

Merasa terganggu karena hal ini, Quenser dan Heivia menarik kaki mereka dari dalam kolam air panas dan membersihkan embun-embun air yang menempel di kaki mereka sebelum memakai kaos kaki dan sepatu boot.

“Hey, Quenser. Sepertinya benda itu mengeluarkan sesuatu seperti uap putih. Apa benar tidak apa-apa?”

“Kalau kita segera membereskan masalah ini, kita bisa segera bersantai lagi. Pikirkan saja hal ini sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat.”

Mereka bergumam satu sama lain dan berjalan menuju obyek di balik batu itu.

Di balik itu adalah sebuah kotak dengan lebar 80 cm.

...Atau seperti itu pandangan pertama saat mereka melihatnya. Sebenarnya benda itu memiliki kaki yang membuatnya terlihat seperti seekor kepiting. Itu adalah robot. Dengan pengamatan lebih detail, kamera dan sensor bisa terlihat menempel di atas kotak itu. Penutupnya sudah dibuang dan laptop anti-air dihubungkan dengan benda itu melalui.

Heivia mengerut.

“Apa ini?”

“Robot pengamat. Aku ingat mempelajari hal ini di sekolahku di negara aman untuk mempelajari struktur dasar Object, atau, ya, seperti itu,” kata Quenser dengan rasa penasaran yang amat tinggi saat dia mendekati benda itu dan mengamatinya dari berbagai sisi. “Sepertinya robot ini digunakan untuk mengumpulkan informasi seperti retakan dari gunung berapi aktif yang tidak bisa dilakukan manusia sendirian.”

“Mengembangakan sebuah UAV dan sebuah senjata nirawak sepertinya menjadi mode tersendiri di kalangan militer, tapi apakah mereka benar-benar yakin akan menyerahkan pengamatan kepada robot buatan tangan seperti ini?”

“Pengamatan yang dilakukan di tempat seperti ini menurutku tidak terlalu membutuhkan peralatan seperti ini dibandingkan dengan pengamatan ke planet Mars. Dan juga, lebih mudah untuk mengirimkan sebuah robot ke retakan gunung berapi aktif yang suhunya sangat tinggi daripada menggunakan sebuah pakaian khusus.” Jawab Quenser. “Karena ia harus bertahan di suhu dingin Antartika, sepertinya robot ini juga dibuat untuk suhu ekstrim. Robot ini memiliki antena parabola, jadi sepertinya dikontrol oleh radio kontrol dan mengirim data kembali ke laboratorium atau kapal pengamat via satelit.”

“Oh begitu. Tapi sepertinya ini sangat menggangguku.” Heivia mengelilingi robot ini dan menunjuk sebuah titik. “Penutupnya sudah diambil dan ditempel dengan sebuah laptop yang dihubungkan dengan kabel.”

“Hm, sepertinya ada konekter eksternal. Aku tidak mengerti, kenapa orang yang membuat robot ini harus repot-repot melepas penutupnya untuk memasang sebuah laptop di atasnya.”

“Apa mungkin orang selain pembuatnya yang melakukannya?”

Quenser dan Heivia saling bertukar pandang.

Ini mungkin adalah salah satu tujuan teroris.

“Hei, Quenser. Apa kau bisa mencari tahu apa yang ada di dalam laptop itu?”

“Apa kita boleh menyentuhnya?”

“Apa, kau ingin meminta izin dari Froleytia lebih dulu? Aku tidak mau terlihat seperti istri yang ikut kelas memasak. Kau tahu, yang suka memanggil guru bahkan untuk menuangkan minyak ke dalam wajan.”

“Yah, kalau terjadi sesuatu, kau yang harus dimarahi, Heivia.”

“Oke, oke. Sial, Quenser. Apa kita ini terlihat seperti istri yang tidak tahu bagaimana cara menggunakan apron?”

Melihat betapa cepat responnya, Heivia pasti sangat takut terhadap komandannya itu.

Quenser memasang frekuensi radionya dan menjelaskan situasi yang mereka hadapi dengan robot dan laptop itu.

Jawaban Froleytia pun sudah jelas.

“Aku akan mengirim staf dari divisi simulasi ke sana. Jangan sentuh ap pun sampai mereka datang.”

“Kuh. Jadi sekali lagi, prestasi kita diambil alih oleh orang lain,” kata Heivia dengan wajah tidak suka.

Namun, dari keluhannya yang tidak terlalu lama itu, ada kemungkinan dia itu marah karena harus menunggu lama di tengah-tengah Antarika daripada meributkan “prestasi” mereka.

Ketika Heivia terlihat begitu ingin untuk segera keluar dari sini, Froleytia berbicara dengan suara kecil tanpa rasa khawatir.

“Oh, memangnya kamu tidak berpikir kalau robot itu diisi bom plastik? Kalau kau membuat kesalahan, bisa saja robot itu meledak.”

“Aku ingin pergi!! Aku ingin pergi sekarang juga!!” teriak Heivia dengan air mata di matanya, tapi Froleytia memerintahkan mereka untuk tetap berada di sana dan mengakhiri transmisinya,

Quenser dan Heivia dengan gugup menatap robot itu.

Mereka berdua secara spontan mundur sedikit demi sedikit dari robot itu.

Tapi...

“Huh?”

“Hei, ini cuman aku atau robot itu mulai melakukan sesuatu?”

Mereka berdua berhenti bergerak.

Mata mereka tertuju pada laptop yang terhubung dengan robot itu.

Sebenarnya, mereka melihat ke layarnya.

Sebuah jendela muncul dan mulai memberikan alarm peringatan.

Keinginan Heivia untuk pergi semakin kuat detik demi detik.

“Apa ini menjadi semakin bertambah buruk?”

“Ini lebih dari buruk...”

Quenser mengikuti dan membaca tiap teks yang muncul di jendela itu dengan wajah serius. Tidak seperti Heivia, dia segera beranjak menuju laptop itu. Dan dengan segera mengantarkan jarinya ke keyboard.

Dia membuka beberapa jendela lain dan memeriksa apa yang tertulis di situ.

“Robot survei ini dikontrol dari laboratorium via satelit dan sedang mengirimkan data dengan arah yang sama. Sepertinya robot ini mencoba menerobos jalur komunikasi yang terhubung lewat satelit.”

“Maksudmu mereka mencoba mencuri data rahasia yang ada di sini lewat robot ini?”

“Bukan, bukan begitu! Sial!!” Quenser berteriak saat dia melihat jendela itu lagi. “Mereka mencari satelitnya! Satelit yang digunakan untuk komunikasi juga dilengkapi dengan perangkat untuk bereksperimen di luar angkasa. Salah satu percobaannya adalah dengan membakar permukaan asteroid terdekat dari satelit itu dengan laser dan menganalisis datanya dengan cahaya yang dipancarkan. Seluruh data eksperimen itu sudah diambil!!”

“Maaf Quenser, tapi aku tidak paham apa yang kau katakan ini.”

“Sederhananya, mereka meretas masuk ke dalam satelit supaya mereka bisa dengan mudah menarget siapa pun yang mereka inginkan dengan laser yang digunakan untuk eksperimen!! Kekuatannya cukup untuk melelehkan plat baja setebal 30 mm!!”

“Tunggu, tunggu, tunggu!! Memangnya mereka bisa melakukan itu? Aku rasa satelit itu memiliki pengamanan yang ekstra ketat!!”

“Mereka bisa. Ini bukan satelit yang digunakan untuk sebuah negara dengan dana yang besar. Satelit ini kecil, murah, dan dibuat dengan dana yang diberikan oleh semacam universitas. Sistem yang digunakan juga berasal dari OS yang dijual di pasaran dan software gratis juga bisa dipasang di dalamnya. Dan itu juga berlaku untuk sistem keamanannya!!”

“Tapi meskipun begitu, kita berbicara mengenai laser yang digunakan untuk membakar permukaan satelit. Kalau targetnya ada di bumi, bukannya atmosfer bumi akan melemahkannya dan lapisan ozon akan membiaskannya sebelum sampai ke target yang ada di permukaan bumi?”

“Ya, benar. Tapi hanya jika targetnya ada di bumi,” kata Quenser saat dia menunjuk layarnya. “Teroris ini menarget sebuah vila di bulan”

“Bulan!?” teriak Heivia dengan suara panik.

Quenser menunjuk jendela yang menampilkan data mengenai sudut target laser satelit. Arahnya ternyata benar-benar berlawanan dengan dengan atmosfer bumi. Target angkasanya berbeda.

“Bulan...? Kau seharusnya tidak bercanda seperti itu, Quenser. Ada beberapa hal yang tidak patut untuk dijadikan bahan guyonan, Quenser.”

“Apa kau buta!! Satelit ini bisa menarget bulan dengan mudah!! Dan, asal kau tahu saja, satelit ini bisa menarget Blind Net yang dipasang sebagai sarana eksperimen membuat lahan tempat tinggal di permukaan bulan!!”

“Blind Net? Bukannya itu adalah atmosfer optikal kedua? Blind Net dibentuk dari dua lapisan jaring berbentuk setengah bola dengan sebuah kabel semitransparan yang terbuat dari kristal photonm, lapisan yang pertama lebih besar dari lapisan yang berikutnya, dan digunakan untuk mengatur secara bebas jumlah cahaya yang masuk ke permukaannya, bukan? Aku ingat karena rumornya Blind Net akan digunakan untuk Proyek ReTerra untuk melawan pemanasan global.”

“Bulan tidak memiliki atmosfer tebal seperti di bumi, jadi tidak akan ada perlindungan terhadap cahaya matahari langsung! Dalam satu hari, suhu di permukaannya bervariasi dan rata-rata suhunya bisa berada di bawah nol derajat dan tiba-tiba saja naik hingga ratusan derajat celcius!! Apa kau tidak sadar apa yang akan terjadi jika para teroris ini menggunakan laser ini untuk menghancurkan Blind Net!?”

Umat manusia mulai melanjutkan sebuah usaha untuk mengembangkan bulan, tapi walau mereka sudah berusaha keras, atmosfer bulan tidak sama dengan atmosfer bumi. Vila yang dibangun di bulan merupakan sebuah bangunan yang dibangun dengan dinding yang tebal dan kokoh. Walau begitu, bangunan itu dibangun dengan asumsi bahwa Blind Net akan melindungi mereka. Dan Blind Net tidak diciptakan untuk bertahan melawan lingkungan yang memiliki perubahan suhu yang ekstrem.

“Tanpa Blind Net, bangunan di sana akan mengalami perbedaan suhu yang cukup tinggi. Tidak akan ada yang tahu dengan nasib bangunan yang ada di dalamnya. Dan hanya dengan retakan seukuran beberapa milimeter, sudah cukup untuk membuat orang-orang yang berada di dalam vila mati karena tersedot udara vakum.”

Radiasi sinar matahari itu masalah lain bagi Blind Net. Jaring raksasa yang disebut sebagai Blind Net berfungsi untuk mempolarisasi radiasi yang turun ke permukaan bulan.

Merasa sudah cukup dengan semua yang dia terima ini, Heivia berteriak, “What the hell!? Ini pertama kalinya sebuah serangan berskala besar berniat untuk menyerang bulan dan ini semua akan masuk ke dalam sejarah umat manusia!! Aku pikir orang ini sudahmemikirkan rencana ini satu langkah didepan kita!!”

“Rencana ini masih berjalan saat kita berbicara. Kita harus mencari cara untuk mengakali satelit ini dengan cepat!!”

Para teroris yang berada di observatorium nirawak itu mungkin menggunakan laboratorium itu untuk memberi waktu bagi persiapan mereka untuk menyerang bulan. Memang masih belum ditemukan, tapi pasti ada sebuah perahu cepat yang disembunyikan di sini untuk pelarian diri mereka.

“Tidak bagus!! Dari orbit satelit ini, bulan berada tepat di arahnya, dan dari posisinya yang berhubungan dengan matahari, kita bisa mengetahui dimana lubangnya terbentuk. Kalau kita tidak bisa memberitahukan orang-orang di sana untuk segera dievakuasi, nanti aku tidak akan bisa makan dengan tenang!!”

“Dengan otoritas yang kita miliki!? Apa kau tahu berapa banyak orang kaya yang ada di bulan sekarang ini!?”

“Oh, aku tahu. Saat kita merasa ragu, hubungi komandanmu. Kita membutuhkan bantuan Froleytia!!”

Quenser dan Heivia pergi ke radio mereka untuk menerima petunjuk.

Froleytia merespon dengan suara marah yang lebih panas dari api neraka.

“Aku rasa aku menyuruhmu untuk tidak melakukan apapun sampai teknisi kita sampai di sana...”

“Yah, maaf soal itu. Tapi tolong jangan marahi kami sekarang!!’

“Kau punya nyali untuk melawan perintah langsung dari komandanmu, Quenser. Tapi...apa baru saja kau bilang vila di bulan?”

Ia sedikit merenung, tapi sepertinya dia agak tidak sabar.

“Tunggu sebentar,” Froleytia mengakhiri transmisinya.

Setelah beberapa menit, dia menghubungi mereka lagi dan sepertinya dia sudah sedikit lebih tenang. Dia mungkin menggunakan perangkat dari divisi simulasi elektronik untuk membantunya mengambil keputusan.

“Aku mulai dengan kesimpulan yang aku ambil: kita tidak perlu melakukan apapun soal satelit itu. Kita sudah memperkirakan target yang dituju oleh laser itu, tapi wilayah penduduk yang ditarget oleh lubang yang berada di Blind Net adalah Rock Castle. Ada tamu VIP spesial di sana.”

“?”

“Di sana ada seorang Jenderal Korporasi Kapitalis, salah satu kekuatan dunia yang seimbang dengan kekuatan Kerajaan Legitimasi. Kerajaan Legitimasi pernah mencoba beberapa kali untuk membunuhnya tapi gagal. Jika para teroris ini berhasil membunuhnya, kita melempar masalah ini ke mereka. Atasan tinggi berpendapat bahwa kita harus melepaskan ini karena ini bukan urusan kita. Aku setuju. Jika ada sebuah alternatif yang membuat bawahanku terbunuh, aku lebih memilih tutup mata.”

“...”

“...”

Quenser dan Heivia saling bertukar pandang. Mereka terlihat bodoh karena sebelumnya sudah khawatir. Mungkin masalah ini akan menjadi bencana bagi para penduduk Korporasi Kapitalis di bulan sekarang, tapi mereka berdua tidak memiliki kewajiban untuk menyelamatkan orang yang memberi perintah untuk membunuh orang dan menontonnya dari atas.

“Toh, kalian tidak perlu melakukan apapun terhadap satelit itu. Walau kalian sudah menyentuh komputer yang terhubung ke satelit itu. Yah, aku akan meminta bagian intelijen untuk untuk memeriksa robot itu dan meminta mereka untuk membuatnya seperti kecelakaan karena lingkungan yang ekstrem, jadi kita tidak akan mendapat masalah serius. Kalau kau mengerti, kembali ke sini secepatnya.”

Setelah berkata seperti itu, Froleytia mengakhiri transmisinya.

Heivia duduk di atas sebuah es.

“Haah...rasanya tenagaku seperti disedot untuk sesuatu yang tidak penting. Untuk apa selama ini kita bertarung, huh? Bagaimana dengan orang-orang yang terpaksa harus menjadi terkaman meriam anti-tank tadi supaya bisa beristirahat dengan tenang?”

“...”

Quenser tidak memberikan respon terhadap komentar Heivia.

Dia sepertinya memikirkan hal lain.

“Hei? Ayolah, ayo kita pergi dari sini. Atau kau sepertinya masih memikirkan apa yang terjadi dengan anak penguin tadi?”

“Heivia, apa aku bisa bertanya sesuatu padamu?”

“Apa?”

“Sebelum kita sampai di Antartika, kau mendapat video chat saat kita di ruang penyimpanan amunisi, bukan? Kau tahu, wanita dengan rambut pirang dan gaun dari salah satu keluarga Kerajaan Legitimasi.” Quenser memilih kata-kata yang akan dia ucapkan dengan hati-hati. “Apa kau ingat apa yang dia katakan soal kemana dia pergi? Sesuatu yang sangat jauh dari peperangan di planet ini, bukan?”

“...Tunggu sebentar. Tunggu sebentar!”

“Aku rasa dia juga menyebutkan soal warna bendera tidak dilihat sebagai sebuah ancaman di sana. Bukankah itu berarti dia berada di sebuah tempat yang berada di luar wilayah kekuatan dunia manapun.”

Tentu saja ada beberapa wilayah seperti itu di bumi.

Sebagai contoh, laut internasional, wilayah yang berada di luar batas 200 mil dari daratan. Atau Antartika, tempat di mana Quenser dan Heivia sekarang berada. Ada beberapa tempat seperti surga di bumi ini yang tidak dimiliki oleh siapa pun, tapi salah satunya adalah...

“H-Heivia. Kita tidak tahu pasti soal ini. Sebenarnya, kita beruntung kalau kita tidak akan mengkhawatirkan apapun, tapi apakah kau bisa menghubunginya lewat internet?”

“I-iya. Kita tidak memiliki bukti. Tunggu, apa kita bisa menggunakan internet di sini?”

Karena saat ini begitu banyak pusat penelitian di Antartika dari berbagai macam kekuatan dunia, mendapatkan jaringan internet di sini cukup mudah, dan Kerajaan Legitimasi memiliki pesawat pengangkut menunggu di laut.

Heivia menarik perangkat genggamnya dan menyalakan wireless LAN.

“Quenser, kita terputus dari akses eksternal selama misi, tapi bisakah kau meretasnya?”

“Kalau aku bisa melakukannya, aku tidak akan menjadi mahasiswa magang di sini. Tapi akses khusus yang dibuat untuk perempuan itu pasti masih aktif. Kalau begitu, paling tidak kau bisa menghubunginya.”

“Oh! Berhasil, ini berhasil! Tapi aku punya firasat kalau Froleytia akan menyadarinya dan pasti akan sangat marah!!”

Setelah beberapa perubahan sederhana, Heivia akhirnya berhasil menghubungi gadis yang lokasinya masih tidak diketahui itu.

Pertanyaanya yang pertama adalah: “Dimana kau saat ini?”

Pertanyaan itu sangat sederhana dan mendapat jawaban yang singkat.

“Tentu saja aku ada vila di bulan bernama Rock Castle.”

Setelah itu, anak dari bangsawan Winchell dari Kerajaan Legitimasi, Heivia, berteriak sangat kuat sampai-sampai kepalanya merah.

“Fuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuucccccccccccccccckkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!”

“I-ini pernyataan yang sangat terburu-buru!! Tapi aku tidak masalah sih,” kata gadis itu.

HO v02 098.jpg

Quenser hampir saja akan menangis “Kau tidak keberatan!?” Tapi kemudian dia berhasil menahan dirinya supaya dia bisa menahan amarah keluarga bangsawan itu.

Heivia dan Quenser mulai berbisik seperti sebuah pertemuan darurat supaya gadis itu tidak bisa mendengar mereka.

“(Jadi apa yang terjadi, Quenser? Apa atasan tinggi sangat haus untuk membunuh Jenderal Korporasi Kapitalis sampai-sampai rela kehilangan tuan putri bangsawan Kerajaan Legitimasi?)”

“(Kalau keluarganya cukup berpengaruh dan bahkan tidak melihat Korporasi Kapitalis sebagai musuh saat kita masih berperang dengan mereka, para atasan mungkin ingin segera menyingkirkan mereka secepat mungkin. Tapi aku ragu Froleatia tahu bahwa ada warga sipil di sana. Kalau dia tahu, dia pasti tidak akan memberikan perintah ini dengan tenang.)”

“(Terlepas dari itu, semua hasilnya sama saja. Dengan perintah militer seperti ini, kita tidak akan bisa melakukan apapun terhadap satelit ini tanpa mendapat hukuman. Tapi kalau kita tidak melakukan apapun...!!)”

“Apa yang kalian berdua bisikkan?”

Suaranya membuat mereka berdua melompat kaget.

Quenser memukul tangan Heivia dengan sikunya.

“(Heivia. Hei, Heivia.)”

“(Ada apa!? Ini sangat darurat!!)”

“(Kita bisa bilang kalau tanganmu tergelincir. Lakukan, lakukan!!)”

“Bfh!??” Heivia terkaget-kaget. “(Apa kau tidak tahu apa yang baru saja kau katakan!? Kalau kita melakukannya, kau juga akan dihukum bersamaku!)”

“(Cepat! Lasernya akan menembak dalam 30 detik!!)”

“(Oke, aku akan melakukannya!! Aku tidak ingin mendengarmu komplain setelah ini!!)”

Heivia menarik napas panjang untuk fokus pada dirinya sendiri dan berbalik ke laptop yang terhubung dengan robot survei.

“Ops! Tanganku tergelincir!!”

“Heivia, kau bodoh! Kau salah!!”

Saat mereka saling berteriak satu sama lain, mereka berdua melihat komputer dengan hati yang bimbang dan rasa takut untuk mengubah orbit satelit itu.

“Sebenarnya apa sih yang kalian berdua lakukan? Ini saat menggangguku.”

“Kita sebenarnya sedang bermain sebagai pahlawan!! Dan kami berdua sedang menyiapkan bahaya yang sangat tidak menyenangkan untuk hidup kami berdua!!”

Bagian 8[edit]

Pada akhirnya semuanya berjalan dengan baik, walau tidak ada yang tahu apakah ia berada pada tingkat marah atau tidak.

Quenser dan Heivia dipanggil ke ruang perwira yang berada di sebuah kapal induk serbu yang sekaligus digunakan sebagai markas. Saat berada di sana, mereka menyadari bahwa Froleytia telah menunggu mereka berdua dengan pidato yang telah ia siapkan. Sebenarnya, hal ini sudah mereka perkirakan tapi kali ini pidato Froleytia berada pada tingkat yang berbeda. Quenser begitu penuh dengan rasa cemas ketika ia melihat shuriken Jepang yang digunakan sebagai hiasan di atas meja akan tiba-tiba melayang ke kepalanya .

Pidato yang sangat menyiksa ini memakan waktu yang sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat sangat, sangat, sangat, sangat sangat, sangat, sangat, sangat lama, dan sekitar 120 menit telah terlewat. Froleytia pasti telah menyadari betapa lama pidatonya itu karena dia mulai batuk-batuk sebelum ia mulai berbicara lagi.

“Well, kalian beruntung karena ini adalah misi yang tidak resmi. Karena sejak pertama operasi militer ini tidak pernah ada dalam catatan, mereka tidak bisa membuatmu bertanggung jawab. Atau dengan kata lain, kalian seharusnya berada di balik terali besi saat ini.”

“Haah...yeah...”

“...Sial. Aku bertarung dan berjuang demi seorang heroine, dan yang aku dapat adalah sebuah pidato bahwa apa yang kulakukan ini bertentangan dengan perintah yang diberikan.”

Wajah Quenser dan Heivia terlihat seperti pembungkus krim dari plastik yang semua isinya sudah ditekan keluar.

Walau ia mulai batuk-batuk lagi, Froleytia bertanya, “Jadi bagaimana keadaan gadis ini?”

“Harusnya kau bertanya pada Heivia, bukan aku.”

Quenser melempar pertanyaan itu pada Heivia. Heivia terlihat tidak nyaman, tapi dia harus menjawab tanpa melempar pandangannya karena yang bertanya saat ini adalah komandannya.

“Dia terlihat senang.”

“Begitu ya.”

Froleytia terus menggunakan wajah marahnya itu selama 2 jam ke belakang, tapi sekarang wajah itu berganti.

Dengan senyum masam, komandan dari dua anak laki-laki itu berkata, “Kalau begitu aku rasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi.”

Bagian 9[edit]

Dengan pekerjaannya yang telah selesai, Heivia meninggalkan ruangan Frolyetia dan ia berpisah dengan Quenser ketika ia keluar. Selama ini rekan seperjuangannya hanyalah seorang pelajar, jadi dia tidak mendapatkan pelatihan tentara, jadi Quenser merasa sangat lelah setelah mengelilingi Antartika dengan tempo yang sama dengan Heivia.

Dan juga, saat ini Heivia membutuhkan waktu untuk sendirian.

Kamar itu berisi empat tempat tidur, jadi ia tidak bisa pergi ke kamarnya sekarang. Pada akhirnya, dia membuka palka kapal itu dan berjalan menuju dek kapal yang sangat dingin itu.

Dia menggunakan perangkat genggamnya untuk melakukan sebuah video chat dengan sambungan internet.

Dia sedang berusaha menelepon anak perempuan dari keluarga Vanderbilt yang berada di vila bulan.

Froleytia pasti tahu bahwa ia membutuhkan akses khusus untuk tersambung ke sana. Tapi dia tidak mau menghalanginya untuk melakukan kontak dengan anak perempuan itu dengan kewenangannya.

Dan sepertinya, akses khusus ini tidak bisa dipakai lagi saat hubungan telepon ini berakhir.

Itulah kenapa dia ingin mengatakan semua yang ingin dia katakan sementara dia memiliki kesempatan.

“Apa kau sudah sedikit lebih tenang?” tanyanya.

“I-iya. Kamu juga tidak bisa menyalahkan aku. Semua orang pasti panik ketika mendengar bahwa vila di bulan ini diincar oleh gerombolan teroris.”

“Mungkin,” kata Heivia dengan senyum masam.

Sekali lagi Heivia menggunakan kesempatan ini untuk menjaga jarak dengan satu-satunya hal yang bisa membuatnya menjadi penerus keluarganya. Namun, Heivia tidak menyesalinya. Jika ia kehilangan dirinya saat itu, keinginannya untuk menjadi penerus keluarga Winchell tidak akan pernah terpenuhi.

“Kenapa?” tanya anak perempuan itu. “Aku mengerti kalau mewarisi garis kekuasaan keluarga Winchell bukan tujuanmu. Bahkan orang-orang di keluargamu masih menghindarimu. Tapi...”

“Apa kau mau bilang kalau yang aku lakukan sekarang ini berbahaya?”

“Hari ini, aku melihat segenggam hal selama ini yang kau lakukan. Aku selalu berpikir bahwa siapa pun bisa mewarisi garis keturunan keluarganya dan menjadi kepala keluarga dengan berdiam di markas yang jauh dari kata bahaya selama 3 tahun, tapi yang kulihat ini ternyata sangat berbeda. Kalau kamu tetap melakukan hal seperti ini, aku takut kalau suatu saat akan terjadi hal buruk yang menimpamu. Dan...jika kamu menyerah pada kau-tahu-yang-kumaksud, kamu bisa mewarisi garis keturunan keluarga Winchell kapan saja tanpa harus ada orang yang mempermasalahkannya. Jadi ...kenapa?”

Orang-orang di keluargamu masih menghindarimu.

Kalau kau menyerah pada kau-tahu-apa-yang-kumaksud...

Mendengar itu, Heivia menyipitkan matanya. Wajahnya terlihat lebih serius dari saat dia bersama dengan Quenser atau bahkan saat ia bersama dengan Froleytia, atau bahkan tuan putri Baby Magnum.

“Dengar. Keluarga Winchell dan Keluarga Vanderbilt masih memiliki rasa permusuhan dan kedua belah pihak sama-sama menginginkan supaya salah satu pihak untuk musnah. Kau mengerti, ‘kan?”

“I-Iya...”

“Dan kau tahu bahwa tak satu pun dari aku atau kamu yang ingin dirongrong oleh orang-orang yang tidak suka dengan keputusan kita berdua. Kau merasakan hal itu, bukan?”

“Ya. Tapi...tapi...!!”

“Hanya itu yang ingin kuketahui.” Heivia tersenyum. “Pada saat ini, kita akan berakhir seperti adegan terakhir drama tragedi Shakespear. Namun, aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku akan terus berjuang sampai aku menemukan satu hal yang dapat membuatku mewarisi garis keturunan pemimpin keluarga Winchell dari orang-orang yang ingin mencoba merebutnya dariku. Setelah aku menemukannya, aku akan menutup mulut semua orang yang meragukanku dan menyelesaikan konflik tiada akhir ini.”

“...”

“Jadi tunggulah di sana. Aku akan pastikan bahwa aku akan mendapatkan apa yang sudah menjadi hakku. Kenapa kau berpikir kalau aku menolak untuk bergabung dengan akademi militer dan mendaftarkan diriku sebagai perwira pertama? Aku melakukannya supaya aku dapat melakukan apa yang seharusnya aku bisa.”

Heivia Winchell.

Saat dia membicarakan tujuannya lewat video chat itu, dia membuat sebuah keputusan yang tak nampak di wajahnya – baik terjelaskan lewat wajahnya atau suaranya yang diam.

...Dan kalau perlu aku akan melawan Object sialan ini supaya aku dapat meraih tujuanku.

Bagian 10[edit]

Sang putri, pilot Elite dari Baby Magnum, menatap monitor yang ada di dalam kokpitnya.

Dia berada di Laut Ross di pesisir gunung Erebus, tempat dimana pertempuran telah terjadi di sana.

Beberapa perahu motor bersandar di sana. Sepertinya perahu itu milik para teroris. Mereka pasti akan menggunakan perahu itu untuk kabur ke Oseania setelah mereka berhasil menyerang bulan dengan menggunakan robot survei.

Namun, sekarang bukan itu masalahnya.

Di permukaan laut itu, tepat di sebelah perahu motor itu, terdapat tumpukan kabel. Mereka menggunakan kabel itu sebagai tenaga untuk menggunakan cadangan senjata Object sebagai anti-tank.

Biasanya, kabel itu akan terhubung ke sebuah Object, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa ada Object di tempat ini.

Sang Putri memeriksa radar Object, tapi dia tidak menangkap apapun di radarnya.

Dia berpikir lagi sebentar dan kemudian dia memberikan laporan.

Dia berbicara dengan Froleytia yang sekaligus sebagai penanggung jawab wilayah ini.

“Seperti yang sudah kuduga, aku tidak bisa mendeteksi keberadaan satu reaktor pun di sini. Bagaimana cara mereka mengirim sebuah Object ke tempat ini juga masih misterius. Mungkin Object itu sekarang sudah menyelam ke dasar laut.”

“Aku ingin sekali berpikir bahwa Object berbentuk bola sebesar 50 meter itu mampu menyelam tanpa terdeteksi oleh sonar sekalipun.”

“Mungkin mereka menggunakan fungsi stealth.”

HO v02 106.jpg

“Aku memiliki firasat bahwa Object sebesar itu bisa dilihat dengan mata telanjang bahkan ketika radar tidak mampu menangkap keberadaannya.”

“?”

“Dari railgun yang digunakan sebagai anti-tank, dari kabel berdaya tahan rendah yang digunakan untuk menyuplai tenaga, dan dari misil yang digunakan untuk menyerang pesawat mata-mata kita. Semua prajurit musuh memang sudah mati, tapi ada beberapa petunjuk yang tertinggal yang bisa kita gunakan. Dari semua petunjuk yang ada saat ini, aku yakin orang yang bertanggung jawab untuk serangan ini adalah...”

Froleytia mulai menangkap jejak dari semua petunjuk ini.

Mungkin dia memang kekurangan petunjuk.

Atau mungkin dia masih memiliki keraguan untuk mengungkapkannya.

Apapun alasannya, pada akhirnya masanya sudah selesai.

“Mass Driver conglomerate, organisasi terbesar di seluruh dunia yang berada pada kekuatan dunia Korporasi Kapitalis.”