High School DxD (Bahasa Indonesia):Jilid 18 Joker.

From Baka-Tsuki
Revision as of 15:00, 13 July 2015 by Ravelive (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Setelah melewati pintu gerbang, Aku (Hyoudou Issei) tiba di tingkat tiga Surga—salah satu dari tingkatan yang ada di Surga. Karena Aku baru saja tiba disini, tak ada seorangpun yang menyadari. Disana ada sebuah jalur putih yang mengarah kebawah ke sebuah pintu. Jika Aku melihat kejalur itu, Aku seharusnya dapat pergi ke tempat yang disebut ‘Surga’, tapi Aku tidak memiliki waktu untu melakukan tur pada saat ini! Aku harus terus maju! Ketika pintu selanjutnya terlihat, seseorang memanggil diriku—


“Oh hohohohoho ♪ Hallo~ ~ ~ ♪ Aku ada disini.”


Penyihir yang mengenakan pakaian gothic lolita!


“Walburga!”


Tepat sekali, itu adalah Walburga si Api Ungu! Tapi dia ada di Surga sekarang ini! Lalu, sosok lain muncul dengan anggun didepanku.


“Hari ini, Crom juga datang.”


Disamping Walburga terdapat—seorang laki-laki yang mengenakan setelan jas hitam.


“……….”


Laki-laki tersebut tidak berbicara, Aku telah mengenali dirinya. Itu karena Aku pernah bertarung melawannya sekali di negara Vampir. —Naga Jahat, Crom Cruach! Seekor Naga legendaris yang bertarung dalam wujud seorang manusia! Naga Jahat ini dapat dapat bertarung seimbang melawan Vali dan diriku. Walburga lalu tertawa.


“Ahhahahahaha ♪ Hari ini, kita berdua akan menjadi lawanmu!”


…..Dengan datang kesini, Aku tidak ingin bertarung melawan mereka berdua! Tapi, tampaknya mereka tidak akan membiarkanku pergi melewati mereka begitu saja!


“Hanya ada satu pilihan disini.”


Xenovia dan Irina mempersiapkan diri! Aku juga baru saja mau bersiap-siap, tapi—


“Ara Ara, Tampaknya kau sedang dalam masalah.”


Seseorang mengatakan hal tersebut dengan nada bercanda—Joker Dulio! Dia terbang kesini dengan sayapnya! Oh! Dapat bertemu lagi dengannya disini! Dulio terbang kearah diriku. Walburga tersenyum melihat kemunculan Dulio.


“Oh wow ♪ kaukah Joker? Oooh lala, bisa bertemu orang yang luar biasa–bisa kutanya, apakah kau datang ketingkat Tiga Surga untuk menemukan Naga Jahat?”


Walburga bertanya pada Dulio. Benar sekali, setelah datang ke tingkat tiga Surga, disini tidak terdapat seekorpun Naga Jahat! Ada banyak jumlahnya di tingkat dua Surga, tapi disini hampir tidak ada! Dulio meregangkan kepalanya.


“Ah, oh itu. Saat ini sedang ada pertarungan disana. —meski disana yang tersisa tidak banyak.”


Dulio menunjuk kearah kejauhan, jauh disana terdapat awan petir, dan kilatan halilintar. Asia melihat kearah berlawanan. Aku juga mengarahkan kepalaku kearah itu—benar sekali, di jarak kejauhan disana terdapat tornado yang tebal, dan beberapa bayangan hitam sedang tersedot kedalamnya. …..Awan halilintar dan tornado sedang digunakan untuk mengatasi sebuah serangan berskala besar. …..Dengan kata lain, dialah orang yang melakukan itu semua…..! Ketika Aku sedang bertarung melawan Naga Jahat tersebut, yang lainnya melarikan diri. Dan hampir semua para Naga Jahat tersebut telah dikalahkan oleh Sacred Gear Dulio….. Sekali lagi, Aku menyadari kalau laki-laki ini sangat kuat! Disaat krisis terjadi di Surga, sebagai Brave Saint Joker, kekuatannya paling banyak digunakan. Mendengar hal ini, Walburga menyipitkan matanya. Matanya tampak begitu senang, dan juga waspada.


“Ooohlalala, ini diluar imajinasiku.”


Joker berdiri disampingku. …..Sungguh, hal ini cukuplah melegakan. Karena dia merupakan laki-laki yang begitu kuat, dan dia berada dipihak kita! Dan juga pemimpin kami! Dulio berbicara kepada Walburga.


“…..Disini adalah Surga. Kedamaian haruslah dipertahankan. Tidakkah kau berpikir jiwa-jiwa disini itu imut? Setelah mereka hidup di bumi, mereka datang kesini sehingga mereka bisa hidup dengan damai.”


Meskipun kau sedang bercanda, tatapan yang ada dimatamu—kau sedang sangat serius. Sebelumnya, Dulio pernah sekali mengatakan ini padaku.


“Ngomong-ngomong, Ise-don. Aku berpikir kalau agama itu sangat penting.”


Dia lalu melanjutkan.


“Orang sepertimu dan diriku itu kuat, tapi, tidakkah sisanya hanyalah manusia lemah? Untuk orang-orang seperti itu, Aku berpikir sesuatu untuk dipercaya itu sebuah keharusan. Sepanjang disana ada kepercayaan, disana ada seseorang yang mengawasi mereka, tidakkah itu membuat mereka bahagia?”


Dulio melihat kearah langit, dengan sebuah tatapan ekspresi sungguh-sungguh.


“Tapi, Tuhan, sudah tidak ada…”


Dia juga menyadari kebenaran. Dia mengatakan ini kepadaku dengan tangan terbuka.


“Karena itulah, Aku berpikir jika para malaikat bisa mengambil alih tempat Tuhan maka semua orang akan baik-baik saja.”


Apa yang Suster Griselda sekali katakan padaku, muncul kedalam pikiranku. Dia memberitahuku tentang Dulio.


“Dulio adalah seorang anak yatim-piatu perang. Setelah ikut terlibat didalam beberapa perang saudara, kedua orang tuanya meninggal. Dia telah hidup dibawah asuhan gereja, dan selama itu dia membangkitkan kekuatan Sacred Gearnya. Karena dia memiliki satu dari Sacred Gear yang terkuat, hidupnya berubah dengan drastis.”


Setelah kebangkitan kekuatannya, Dulio dipindahkan dari gereja untuk menjalani latihan dengan salah satu institusi gereja sebagai seorang pasukan. Meski bukan keinginannya sendiri, dia dilatih karena talentanya yang luar biasa di usia mudanya. Suster lanjut berbicara.


“Didalam institusi gereja, ada anak-anak yang memiliki talenta sejak lahir, tapi ada juga mereka yang tidak, Karena semua orang berada didalam situasi yang sama…Dulio menyebut mereka semua “saudara” atau “saudari”, dan menyayangi mereka seperti keluarga.”


Anak-anak didalam Institusi tersebut…sebagian besar dari mereka meninggal sebelum menjadi orang dewasa. Anak-anak yang tidak memiliki talenta, terbunuh ketika mencoba untuk mendapatkan kekuatan. Dulio melihat semua ini melalui mata kepalanya sendiri.


Dulio melanjutkan. …Tatapan matanya terlihat sedih.


“Didunia ini, ada banyak sekali makanan enak. Ada banyak sekali orang yang ingin memakannya tapi tidak bisa.”


Dulio…telah berkelana keseluruh dunia, mencoba makanan, mengalaminya, jadi dia ingin dapat menciptakannya didalam gereja. Setelah kegagalan yang tidak terhitung, dia akhirnya bisa membuatkan makanan tersebut untuk anak-anak di gereja—untuk anak-anak yang tidak bisa pergi. Karena itu… Karena itu setidaknya agar anak-anak dapat makan makanan enak, Dulio berkelanan mengelilingi dunia.


“Ada berbagai macam orang didunia. Tapi, anak-anak tersebut…..setelah memakan makanan yang begitu lezat, terlihat benar-benar bahagia. Setidaknya itu yang Aku pikirkan.”


Dia mengatakannya dengan senyuman yang nampak diwajahnya—tapi, itu merupakan sebuah senyuman sedih.


Griselda-san menjelaskan.


“Alasan utama kenapa dia menjadi Joker…..adalah untuk menggapai jiwa anak-anak di Surga. Sebagai reinkarnasi Malaikat Joker, dia jadi dapat nginjakkan kaki disini. Hyoudou Issei, anak-anak tersebut….”


Griselda-san melanjutkan dengan airmata mengalir dari pipinya.


“Dulio, sebagai yang terkuat di pihak Gereja—dan juga yang anak muda paling ramah diantaranya. Anak itu, sungguh terlalu ramah.”


Dulio mengembangkan sayapnya, dan konfrontasi dengan Walburga dan Crom Cruach dimulai.


“Maafkan aku, Aku tidak bisa mengijinkan kalian untuk pergi lebih jauh lagi. Didalam—saudara dan saudariku tidak menginginkan lagi kenangan yang menyakitkan, tempat ini adalah tempat dimana mereka bisa bebas, jadi karena itulah kalian tidak akan mengganggu mereka.”


Dulio menunjukkan sebuah senyuman, tapi, tubuhnya sedang melepaskan sebuah kehadiran yang sangat kuat.


“—Itu hal yang wajar dari seorang Malaikat untuk melindungi Surga.”


Disaat selanjutnya, mata Walburga bersinar dengan sebuah cahaya yang aneh! Pilar-pilar api ungu muncul mengelilingi Dulio, dan perlahan mengurungnya! Tapi, Dulio tidak menunjukkan sedikitpun kekhawatiran, dan hanyalah mengayun-ayunkan tangannya. Api-api ungu tersebut dengan sekejap membeku! Pilar-pilar api tersebut berubah menjadi pilar-pilar es. Dulio berkata kepada Irina.


“Baiklah, As Irina. Segeralah maju, dan cepatlah buka pintunya.”


“Joker-sama! Aku harus—”


Joker menggelengkan kepalanya kepada Irina dan Xenovia yang sudah siap bertarung. “Mereka adalah lawan yang tangguh, Aku akan mencari cara. …Akulah lawan mereka.”


Benar sekali, sekarang ini kita harus secepatnya pergi. …Jika kita menggunakan energi kita disini, kita tidak tahu jika kita akan dapat menyelamatkan ayah Irina. Lagipula, didepan kami masih ada laki-laki dengan delapan ular dan Rizevim yang masih belum menampakkan diri! Tapi, mereka tidak terlihat akan menjadi lawanku.


“Aku ingin bertarung melawan Sekiryuutei sekali lagi!”


Crom Cruach memperkecil jarak diantara kita! Dan mulai menyerangku dalam jarak dekat! Sambil menghindari pukulan dan tendangannya, Aku memutuskan, dan mulai merapal Cardinal Crimson!


“—Aku, yang akan bangkit, seorang Sekiryuutei yang memegang teguh keagungan raja yang sesungguhnya! Menggenggam harapan tanpa batas dan mimpi yang tidak bisa hancur, Berjalan di jalan kebenaran! Aku, akan menjadi kaisar Naga Crimson–!”


“Dan Aku akan membimbingmu ke jalan Surga yang bersinar terang dalam cahaya crimson—!”


Sebuah cahaya crimson yang pekat menyelimuti diriku, dan armorku perlahan berubah menjadi crimson! Kekuatanku meningkat! Tapi—


[“Ah, Benar saja, kawan. Tahan dulu. Energi yang dikeluarkan sewaktu menggunakan Longinus Smasher masih belum pulih juga. Jika kita mencoba untuk melewati batasnya, itu hanya akan menjadi sebuah ledakan saja!”]


…..Aku tahu itu, Ddraig! tidakkah “ledakan” itu sudah selesai? Aku bertanya pada Ddraig. Karena Ddraig dan Albion sedang bekerja sama untuk mendapatkan kembali kemampuan ketika mereka masih hidup, mereka membuka jalur diantara dua Sacred Gear dan menjelajahi kedalaman Sacred Gear. Jadi, kekuatan kitap suci dan segel Tuhan juga dapat dijelajahi. Sehingga Ddraig kadang-kadang menyelam kedalam kedalaman Sacred Gear, bersama dengan Albion untuk menjelajahi segelnya. Nyatanya, mereka seharusnya mendapatkan hasilnya segera. Ddraig mengatakan.


[“…Hampir. Meski ini saat yang tidak tepat, tapi, agar bisa mengimbangi, Aku akan menyelam kembali kedalam Sacred Gear.”]


Oh, ayolah, kawan. Itu Karena Ddraig mengatakan kalau satu dari kemampuannya ketika dia masih hidup, bisa saja efektif melawan Rizevim!


Disaat yang sama waktu Aku sedang berbicara dengan Ddraig, Aku masih bertarung melawan Crom Cruach! Jika aku mendaratkan sebuah pukulan, dia langsung mengembalikannya kepadaku! Dan orang itu baru saja melancarkan sebuah pukulan….! Jika Aku terkena Aku akan terlempar terbang kebelakang dan mungkin saja kehilangan kesadaran dari dampak kejutan dan kerusakannya! Jika terkena oleh serangan bertubi-tubi, armorku akan remuk berkeping-keping! Armor crimsonku sekarang sudah retak dimana-mana! Dalam sekejap ketika pukulannya mengenai, Aku menggunakan [Benteng] untuk bertahan… tapi, dia tetap tidak bergeming! Naga Jahat ini masih saja sama, dia sangat lihai dalam pertarungan jarak dekat! Meski ditengah pertarungan sengit, dia masih dapat tersenyum!


Xenovia dan Irina mengangkat pedang mereka untuk menunjukkan dukungan mereka, tapi, si brengsek Crom Cruach dapat menyingkirkan pedang suci itu dengan sebuah pukulan saja! Bahkan duo Xenovia dan Irina sempat lengah! –Tapi, bertarung melawan lebih dari dua lawan menciptakan sebuah kesempatan! Sesaat ketika Aku akan menembakkan sebuah Dragonshot—diantara aku dan Naga Jahat itu, sebuah Salib Api muncul. dan menghalanginya! Akan tetapi, orang yang lebih marah daripada siapapun—adalah Crom Cruach.


“—Jangan menghalangiku, penyihir!”


Crom Cruach mengaum pada bantuan yang ia terima dari rekannya Walburga. Si penyihir hanya tertawa terbahak-bahak.


“Haha, kau tidak menyukainya. Aku hanya mencoba untuk menolongmu♪.”


Melihat Walburga yang tertawa, Crom Cruach berhenti bertarung. Dia mengatakan ini sambil menghina.


“…..Karena inilah, Aku tidak suka pertarungan yang rumit. Sebenarnya, Aku lebih suka…..”


Sementara sedang dalam pertarungan antara es dan api melawan Dulio, dia mengatakan.


“Kau benar-benar berpikir begitu? Karena inikah, Kakak Crom kehilangan majikannya, dan bahkan mengalami masa-masa sulit, benar?”


Mendengar hal itu, si Naga Jahat terlihat murung, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, dan berjalan pergi kearah yang benar-benar tidak diduga sama sekali.


“…..Sekarang kau sendirian. Aku akan menunggumu hingga kau terbunuh.”


Walburga bahkan sampai terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Crom Cruach. Itu bukanlah hal yang serius, itu hanya sebuah candaan, tapi sekarang dia terlihat tidak bersemangat sama sekali.


“Bohong! Sekarang bukan saatnya untuk ngambek, kita perlu bertarung bersama-sama, kan?”


“Aku tidak bisa bekerja sama dengan seorang penyihir yang meremehkan Naga. Jika kau mati, itu berarti aku akan bertarung melawan Sekiryuutei dan Joker, kan?”


Penyihir yang kehilangan harapan itu menghela nafas dalam-dalam.


“…..Grendel itu baik, Si Naga Arang (Aži Dahāka) juga baik, Apo (Apophis Primodial si Naga kegelapan) juga baik, kau juga baik, dan semua para Naga disini itu sulit untuk dimengerti.”


“…….”


Naga Jahat tersebut yang sudah kehilangan semangat bertarungnya hanya diam saja. Walburga sekarang sendirian. Aku menunjuk lenganku kearahnya, dan duo pemegang pedang tersebut juga mengarahkan pedang mereka kearahnya. Termasuk Joker, terdapat empat lawan yang menghadapinya. Juga, si penyembuh kita, Asia juga bersama kami. ….Tanpa banyak masalah, kita seharusnya dapat mengatasinya. Walburga menutupi keseluruhan tubuhnya dengan api, yang kemudian melindungi dirinya sendiri! Akan tetapi, Dulio mengirimkan seluruh tombak es-nya bersama-sama untuk menyerangnya! Walburga menunjukkan senyum masam karenanya.


“…..Haha, Aku masih belum menggunakan Balance Breaker-ku….. Tapi, hari ini aku sudah capek sekali, jadi Aku akan pergi.”


Si penyihir juga tampaknya kehilangan motivasinya. Pada pertarungan di Auros Academy, Ketika Aku pergi mengejar Euclid setelah dia menculik Rossweisse-san, dia menggunakan api Balance Breakernya. Meskipun dipikir-pikir kudengar itu bukanlah perlawanan yang buruk, tapi melawan sebuah kekuatan Naga—yang dalam Balance Breaker, menggunakan Sacred Gearnya tanpa Balance Breaker akanlah membuatnya cukup dalam kesulitan. Namun setelah menyerah dalam pertarungan, dia sudah tidak lagi serius dan satu-satunya pilihannya adalah untuk mundur. Dalam kata lain, dari awal hingga akhir dia tidak pernah serius dalam bertarung. Gasper yang dalam wujud kegelapannya bertarung dengan baik melawannya, tapi penyihir itu tampaknya lebih tertarik untuk membuat keributan di medan pertempuran. Sona-kaichou punya komentar pada Walburga.


“Dia akan bertarung ketika dia merasa unggul, tapi didalam sebuah situasi dimana jika itu seimbang atau sedang dalam kondisi tidak menguntungkan, dia pastinya akan tidak bertarung untuk waktu yang lama.”


Walburga menggerakkan kakinya dan membuat sebuah lingkaran sihir. Tampaknya penafsiran Sona-kaichou kepadanya sudah tepat. Dulio tersenyum setelah melihat Walburga yang mencoba untuk melarikan diri, dia lalu menjentikkan jarinya. Kemudian, awan petir mulai berkumpul disekelilingnya! Dia mencoba untuk melepaskannya tepat diatasnya!


“Ini, sebuah hadiah.”


Dengan itu, Dulio melepaskan tembakan halilintar! Disaan yang sama, disekeliling walburga terdapat tombak es yang tak terhitung! Bibir Walburga gemetar, dan dia tiba-tiba saja melepaskan sejumlah besar api ungu!


“Jangan meremehkan diriku!”


Walburga menggunakan api ungunya untuk melarutkan tombak es yang ada dimana-mana, dan halilintar yang mana datang dari atas—Walburga melemparkan payungnya keudara, jadi begitulah, ketika halilintar menyambar, dia mengisolasinya sendiri, akan tetapi, satu dari tombak es telah dapat menggores pakaiannya! Dengan begitu Aku jadi bisa melihat kulit putih Walburga, dia lenyap kedalam cahaya. Dia telah bersiap-siap untuk melarikan diri. tepat sebelum dia menghilang, dia menjulurkan keluar lidahnya dan mengacungkan jari tengahnya kepada kami. …..Itu karena Dulio ada disana, tapi bahasa tubuhnya tidak menterjemahkan kalau itu sebuah balas dendam.


….Situasi setelah si penyihir menghilang. Si Naga Jahat yang menunjukkan pandangan sekilas—Crom Cruach, sejak hubungan kerjasamanya dengan si penyihir sekarang telah berakhir, atmosfir menjadi tegang kembali. …..dan pertarungan dilanjutkan! Dulio terlihat seperti kalau ia penuh dengan semangat dan si Naga Jahat menunjukkan senyum masam.


“Aha, hahahahaha. Dibandingkan pada pengguna salib api, Naga Jahat ini akan lebih bermasalah lagi, dan lebih kuat lagi. Si penyihir itu sungguh menyebalkan—tapi, kau tidak akan membiarkanku pergi, kan?”


Tentu saja, si Naga Jahat tidak mengangguk.


“Sekiryuutei dan Joker dari Surga, sebagai lawan, merupakan sebuah kombinasi langka. Melawan lawan yang kuat semacam itu dan berada didalam situasi tersebut, Aku tidak punya alasan untuk mundur.”


“Aha, seorang maniak bertarung? Aku benar-benar tidak ingin membandingkanmu dengan Vali-san….”


Dan kemudian, Dulio—memberikan sebuah saran.


“Naga Jahat Crom-san. —Jika itu hanyalah aku saja, akankah itu membuatmu tidak puas? Janganlah melihatku seperti itu, Aku juga telah mengalahkan banyak naga.”


….Dulio berencana untuk menghadapinya seorang diri! Crom Cruach menunjukkan senyuman tanpa rasa takut.


“Jadi begitukah. —Aku memang tidak bisa melihat sedikitpun celah didirimu. Jadi kau berencana untuk membiarkan Sekiryuutei dan yang lainnya pergi duluan. Haha, baiklah. Aku akan membiarkan Joker si pembasmi naga menghiburku.”


Mereka mengunci mata satu sama lain. Tanpa membiarkan matanya berpindah dari lawannya. Dulio berkata kepadaku.


“Kalau begitu, ini telah diputuskan. Sekarang, pergi. —Aku akan membutuhkan Balance breakerku. Meskipun itu dilarang untuk digunakan didalam surga, ini adalah sebuah masalah yang mendesak.”


…..Dulio, sedang berencana untuk mengerahkan semuanya! Aku dan trio gereja setuju dalam diam, dan memutuskan untuk pergi maju kedepan! Lupakan tentang dua melawan satu, sekarang ini satu lawan satu…! Pastinya, lawannya bukanlah naga saja. Dalam membandingkan dengan Walburga, ini Naga Jahat legendaris yang lebih kuat lagi!


Tiba-tiba, Dulio mengatakan ini pada Asia.


“O Ya, Asia-chan”


“Ya, Ya”


Sebuah senyum polos muncul diwajah Dulio.


“Lain kali, haruskah Aku mengajakmu ke institusi dimana kau tumbuh besar? Tentu saja, selain dirimu, Ise-don dan teman-temanmu semua akan pergi bersama-sama. —Semua orang benar-benar peduli padamu.”


….Apakah Dulio melihat pada tempat dimana Asia dilahirkan….? Mendengar kata-katanya, Asia menutupi mulutnya dengan tangannya dan terlihat sangat tersentuh. Dulio mengangkat jari telunjuknya dan mengatakan.


“Peraturanku. Anak-anak yang tumbuh di fasilitas gereja semuanya adalah saudara dan saudari-ku. Jadi, Asia-chan dan Xenovia-chan seperti adik perempuanku. Itulah kenapa, kakak laki-laki harus mencoba memberikan yang terbaik.”


Dengan mengatakan hal itu, Dulio mengembangkan kesepuluh sayapnya dan pergi menyerang Crom Cruach.


“—Sekarang pergi, Ise-don. Serahkan Crom Cruach padaku. Karena Aku bukanlah hanya Joker, Aku juga pemimpin ‘DxD’, jadi, Aku haruslah juga menunjukkan sisi diriku yang tampan, kan?


….Sungguh, kenapa kalian yang menjadi rekanku….! Tanpa membalikkan kepalaku, Aku berkata kepada Dulio-san.


“Dulio-san, jangan mati. Tentu saja, kau benar-benar seorang pria yang baik.”


Dulio—pemimpin kami melambaikan punggung tangannya sebagai balasan. —Laki-laki yang menjadi rekanku, mereka semua bodoh dan mencoba untuk bermain sebagai pria tampan. Sebuah pertarungan sengit telah dimulai dibelakangku, tapi Aku mengimbangi irama dan memacu maju kedepan!