Iris on Rainy Days Indo: Terbongkar - 2 Hari Sebelumnya

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Dua Hari Sebelumnya[edit]

Hari ini adalah hari pertama sejak Profesor meninggal.

Aku menghabiskan waktuku dengan malas di rumah. Aku hanya duduk terdiam sepanjsang malam, dan menatap pemandangan diluar jendela kamar. Langit terlihat begitu gelap, burung-burung berkicau. Mereka terlihat mennyandungkan nyanyian kedamaian. Namun, aku merasa seperti satu-satunya orang yang tersisa dimuka bumi ini. Aku tidak sedih, ini lebih seperti aku tidak bisa menerima kenyataan.

Tidak tahu harus apa, aku hanya melakukan rutinitas pekerjaanku seperti biasa.

Pekerjaan-pekerjaan ku.

Aku membersihkan rumah, memotong rumput, membayar tagihan.

Saat mencuci pakaian Profesor, tangan ku gemetar. Setelah menyiapkan makanan, aku terkejut, menyadari bahwa tidak ada yang akan menghabiskannya.

Kasur dikamar Profesor begitu dingin. Aku berfikir bahwa itu tidak akan pernah menjadi hangat menyerang pikiranku, hal ini begitu menyakitkan.

Aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan. Tapi, aku hanya melanjutkan pekerjaan rumahku. Itu adalah caraku melarikan diri dari kenyataan. Bagi ku meghadapi kenyataan adalah suatu hal yang benar-benar menakutkan.

Saat malam tiba, tidak ada lagi yang harus ku kerjakan.

Aku duduk di balkon diluar kamar, memeluk lututku. Aku merasa mungkin Profesor akan kembali jika aku menunggu sedikit lebih lama. Itulah kenapa aku menggenggam tempat rokoknya dan menunggunya sepanjang malam.

Tapi Profesor tetap tidak kembali.

--PERINGATAN--

Saat fajar menyingsing, ada sebuah suara datang dari sirkuit otakku.

--BATERAI LEMAH DALAM 5 MENIT--

Sebuah suara tanpa intonasi, berbicara dengan nada cepat.

--SEGERA LAKUKAN PENGISIAN ULANG--

Aku berdiri dengan lemah dan berjalan tertatih menuju labolatorium.

Dalam perjalananku, aku terjatuh di lantai karena kehabisan daya. Kaki kanan ku bergerak- gerak aneh. Menyeret kakiku yang satunya, aku berjalan dengan lambat menuju labolatorium.

Duduk di kasur putih susu, aku membuka pergelangan tangan ku. Unit pengisian daya muncul.

Saat itu aku berfikir untuk memotong pergelangan tangan ku.

Jika aku memotong pergelangan tangan ku, aku akan mati. Aku menemukan cara termudah untuk pergi. Aku bisa pergi ke tempat Profesor pergi. Keadaan mentalku begitu berantakan sejak kepergian Profesor, dengan segera aku melakukannya untuk mewujudkan gairahku.

Memegang tombol kembali, aku menekan tombol itu. Udara panas menyembur dari mulutku. Setelah itu, kepulan api merah muncul. Perlahan, aku memindahkan pembakar itu ke pergelangan tangan ku. Lelehan-lelehan logam berjatuhan seperti keringat dan unit pengisian ulang perlahan-lahan meleleh. Dalam sepuluh detik, sambungan elektronik itu terbakar seluruhnya. Mesin hitam itu mengeluarkan oli dalam jumlah yang banyak.

Itu adalah adegan yang menyeramkan. Minyak menyembur dari pergelangan tangan ku bahkan mengenai atap. Labolatorium yang awalnya berwarna putih seputih salju berubah menjadi hitam dengan oli yang bau. Melihat pemandangan dalam keadaan yang menyenagkan, suara elektronik “PERINGATAN! PERINGATAN! PERINGATAN! PERINGATAN!” didalam sirkuit berfikirku berteriak dengan kencang.

Hanya dalam 5 menit oli di dalam mesin mengalir keluar dari tubuhku. Hanya ada cairan hitam pekat keluar dari tangan ku. Ini hampir seperti air mancur diluar stasiun Square.

Kemudian,

Aku mengalami rasa yang sangat menyakitkan.

Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Pusing, mual dan rasa sakit seperti tengkorak ku terbelah dan tergores, menghantamku lagi dan lagi. Seperti manusia yang meminum racun, bibirku gemetaran. Rasanya sangat sakit, aku berguling-guling karena rasa sakit di lantai dan memeluk dadaku.

--PERHATIAN! 30 DETIK SEBELUM DAYA MATI! SEGERA LAKUKAN PROSEDUR PERAWATAN!--

Seperti biasanya, suara cepat, suara elektronik itu mengumumkan kematianku.

Tiba-tiba, seperti orang gila, mataku terbuka lebar.

--Tidak! Aku tidak ingin mati!--

Aku berdiri dengan panik dan meraih kabel pengisi daya dengan kasar. Berulang kali aku berusaha untuk memmasukkannya ke dalam lubang pengisian daya di pergelangan tanganku. Namun unit pengisian daya itu sudah rusak karena panas. Seperti menjahit dengan jarum, semua usahaku untuk menyambungkan kabel itu gagal.

--DAYA HABIS DALAM 10, 9, 8, 7…--

Panik dalam ketakutan, aku terus berusaha memasukkan kabel itu dengan unit pengisian daya di pergelangan tanganku. Colok. Colok. Colok. Colok. Aku tidak mau mati. Aku tidak mau mati. Aku tidak mau mati.

Suara ‘klik’ muncul dari kabel yang sudah tersambung dengan unit pengisian daya. Elektrik dan oli mesin mulai terpompa dalam tubuhku. Suara-suara peringatan itu berhenti, dan aku terbebas dari rasa yang sangat menyakitkan dan perasaan mual.

Aku benar-benar lega, dari lubuk hatiku yang paling dalam.

Ah…aku tidak bisa mati sekarang.

Bagus.

--bagus?

Aku benar-benar terkejut.

Apakah bagus kalau aku tidak mati?

…saat Profesor sudah mati?

Apakah hidup sendiri adalah hal yang membahagiakan?

Apakah hidup dengan tidak bersalah dan dan hidup dengan memalukan adalah hal yang membahagiakan?

Sisi lain dalam diriku terus berbisik.

Iris Rain Umbrella. Kenapa kamu tetap hidup? Bagaimanapun kau adalah robot. Kenapa kau takut mati? Orang yang kau layani sudah pergi dengan tenang, apalagi yang berharga untuk hidupmu. Walaupun begitu kenapa kau masih tetap ingin hidup? Mati! Mati! Cepat mati sekarang!

Sangat merasa jijik dengan diriku sendiri, aku mencakar kepalaku dengan keras dan berusaha untuk mencabut rambutku.

Tidak diragukan lagi, aku terobsesi untuk hidup. Aku ingin hidup. Aku tidak mau mati. Itulah yang aku rasakan, apa yang kusadari, setelah mengadapi kematian untuk yang pertama kali.

Aku meremehkan diriku sendiri. Merasa bersalah karena sangat mencintai Profesor. Menyesal karena setiap hari tidak mengungkapkan perasaan ku tanpa malu-malu, aku tidak memaksakan diri untuk ikut dengannya.

Kapanpun aku menarik rambutku, kabel yang melekat di pergelangan tangan ku jatuh ke lantai. Itu sangat menyusahkan, tapi aku tidak berani untuk mengambilnya.

Dinding dan atap menjadi hitam dan bau. Duduk diatas darah hitam yang menyembur dari tubuhku, aku tetap menarik rambutku seperti orang gila. Lusinan lembar rambut terlepas dari kepalaku dan jatuh ke lantai.