Kagerou Days:Volume 3 Recital 1 Indo

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

'Resital Melihat Bulan 1'

Di padang rumput yang luas sejauh mata memandang, angin segar berhembus.

Badanku serasa sangat ringan. Sangat ringan sampai-sampai aku serasa memiliki sayap—yang hanya dengan sedikit lompatan bisa membuatku melayang. Biarpun aku tidak bisa melayang selamanya, badanku masih terasa jauh dari daratan.

Saat aku melayang-layang dengan nyaman di padang rumput ini, sebelum aku menyadarinya, segerombolan anak sapi mulai bermunculan di tempat ini—yang menurutku terlihat seperti sebuah pertemuan antara sapi-sapi.

Melihatnya, aku berpikir kemungkinan untuk membuat pesta steak.

Aku terbuai dalam pikiran ingin tetap melayang seperti ini, lompat keatas dan ke bawah.

Tiba-tiba badanku menjadi berat, dan bersamaan dengan munculnya suara ‘brak’. Aku terhantam ke daratan.


“Ow! Ke-kenapa tiba-tiba......”


Pantatku sangat sakit. Aku memijatnya dengan tujuan mencoba mengurangi rasa sakitnya, lalu aku mendengar suara kekehan entah dari mana asalnya.


"Ahahaha! Oba-san, apa yang kau lakukan?!"


Aku menolehkan kepalaku dan menemukan sosok Hibiya-kun yang tertawa terbahak-bahak seraya memegangi perutnya.


“Ke-ke-ke-ke-kenapa kamu ada disini?!!”


Dari sekian banyak orang yang harus melihat kebodohanku yang amat sangat memalukan itu, kenapa harus anak ini? Aku benar-benar sial.


“Eh? Suaramu waktu jatuh sangat keras sampai siapapun bisa mendengarnya.”


Wajahku menjadi panas. Bertingkah konyol dihadapan anak ini sangatlah membuatku menyesal.


“Oh, coba tebak? Kurasa kamu tidak mengetahuinya, tapi biarpun aku bertingkah seperti ini aku adalah idola! I - D - O - L - A!”

Biarpun itulah kenyataannya, aku biasanya tidak banyak omong seperti ini. Aku juga biasanya tidak berpose ataupun menyombongan diri seperti ini.

Biarpun ini agak—bukan, sangat memalukan. Tapi pasti anak menyebalkan ini pasti akan menyadari pesonaku.


“Eh? Tidak, apa yang kau katakan? Bukannya Oba-san itu sapi?” “Ka-kamu masih berani ya mengejekku...!”


“Coba saja lihat.”


Hibiya-kun mengeluarkan cermin kecil dan yang tercerminkan disitu adalah.....

Seekor sapi raksasa yang sedang berpose layaknya seorang idola dengan bangganya.

Aku sangat syok lalu meraba-raba wajahku, dan sosok sapi yang tercermin itu melakukan hal yang sama denganku.


“Lihatkan? Kau memang sapi, O-ba-sa-n.”

.

.

.

"Uwaaaah! Uwaaaah!"


Aku tidak bisa menahan teriakan yang kemudian lolos dari mulutku, lalu tiba-tiba terjaga. Keringat membasahi tubuhku ditambah dengan isi kepalaku yang serasa berhamburan tidak karuan. Serasa ingin pingsan, tapi tidak bisa.

Di tengah kegelapan yang menyelimuti sekelilingku, aku bisa melihat garis-garis radiasi dari cahaya yang mungkin menyusup melalui tirai. Bagaimana aku bisa ada disini.

Dengan perlahan aku mencoba memikirkan kemungkinan apa yang sebelumnya terjadi di otakku. Aku tidak bisa mengingat satu pun kejadian yang membuatku bisa ada disini. Aku bisa merasakan sesuatu yang lembut menjadi alas tidurku, mungkin itu kasur.

Tapi bagaimana aku bisa ada disini dan berakhir di tempat tidur? Aku sama sekali tidak memiliki ingatan soal ini...

Di tengah kegelapan yang membutakan mataku, aku meraba sekeliling sampai kemudian menghantam sesuatu. Lalu aku mendengar suara rintihan.


“Uhh....”


“Hiie!” Pekikan berhasil lolos dari mulutku. Kemudian aku menyadari Danchou-san tertidur di sampingku. Mengingat kalau aku tidak sengaja menghantamnya tadi, perasaan cemas muncul dalam diriku.


“He-hei, Danchou-san?! Bagaimana aku bisa...mungkinkah, ini adalah kamar Danchou-san?”


Perlahan, satu per satu adegan dalam ingatanku bermunculan.

Oh iya. Kami membawa Hibiya-kun dari rumah sakit ke markas, setelah itu kami makan malam dengan masakan yang dibuat Seto-san, lalu...


“....Aku tertidur di sofa.”


Background musik bernuansa gelap menggema dalam kepalaku. Dulu, onii-chan pernah mengatakan padaku. "Kau tidak boleh memperlihatkan pose tidur dan igauanmu." dan bahwa diriku saat tidur adalah sesuatu yang tidak boleh dilihat siapapun.

Tapi, aku hanya menganggapnya angin lalu dan sama sekali tidak mempercayainya, dan aku menjawab, "Onii-chan berkata seperti itu apakah karena khawatir dengan adikmu kalau menginap di rumah orang lain~?"

Tapi ada kalanya dia merekamnya karena iseng.


Sungguh, setelah melihat video itu aku merasa sangat ingin bunuh diri saat mendengar igauanku: “Ahn, aku akan keluar.” dan “Kalo kamu denger erangan sexyku, kamu akan melayang~


Sejak saat itu aku tidak pernah lagi tidur di muka umum.


Tentu saja, aku membakar rekaman itu.


Hanya dengan membayangkan aku melakukan itu semua sambil mengigau di ruang tamu membuatku hampir muntah.


Tidak, karena aku sudah mengatakan pada onii-chan bahwa kalau gaya tidurku ketahuan siapapun jangan sungkan untuk membunuhku. Karena aku tertidur di kasur, hal itu tidak terjadi.

Tapi, aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Aku tidak akan tahu kapan aku akan langsung tertidur setelah makan.....langsung.....tertidur.....setelah makan........... .

.

.

“Lihatkan? Kau memang sapi, O-ba-sa-n.”

.

.

.

Tiba-tiba aku teringat mimpiku, dan suara "BAK!" muncul saat aku memukul selimut.


"Ngg..." Kido-san mengeluarkan erangan pelan.

"U-ups...maaf, ini salah ANAK ITU. Anak zaman sekarang lancang sekali..."


Bersamaan dengan aku mengatakan itu, perasaan bersalah menyerang hatiku dan dengan segera menutup mulut besar ini.


Kemarin Hibiya pingsan di depan pintu rumah sakit, kemudian Kido-san membawanya kembali ke markas.


Saat itu, kemarahan tidak jelas Hibiya tidak bisa disimpulkan sebagai 'hanya anak kecil yang lancang.'


Bagiku yang tidak pernah mendapat tatapan setajam itu, aku sama sekali tidak bisa membayangkan perasaan macam apa yang dipendam anak itu.


"Anak itu..apa yang terjadi padanya? Ngomong-ngomong..."


Yang paling membuatku terkejut adalah ‘mata itu’.


Matanya yang menjadi merah saat itu, sudah pasti adalah ciri-ciri yang menandakan telah lahirnya sebuah 'kemampuan'. Sama seperti aku, Kido-san, dan juga yang lain.


Meskipun saat aku bertemu dengan Mekakushi Dan, aku bisa langsung mengetahui siapa saja yang memiliki kemampuan selain aku. Tapi ini baru pertama kalinya aku melihat bagaimana kemampuan itu ditemukan.


.

"Mata itu... kira-kira apa ya penyebabnya? Apakah ini sejenis penyakit? Tidak mungkin."


Perlahan, aku memusatkan penglihatanku pada satu titik. Lalu daerah sekitar mataku perlahan jadi panas.


"Ini kemampuan yang menyusahkan, tapi aku tidak akan bertemu dengan yang lainnya tanpa ini. Karena mata ini sedikit berjasa, kurasa sekarang aku jadi sedikit lebih menyukai kemampuan ini. SEDIKIT."


Tapi, aku masih belum bisa menggunakan kemampuan ini sebaik Kido-san atau Kano-san.


Latihan...ya. Yah, yang selalu kulakukan hanyalah berlari jadi aku tidak pernah belajar menggunakan kemampuan ini.


Kalau dipikir-pikir, aku memang tidak tahu seperti apa kemampuannya. Tapi kurasa Hibiya juga akan mengalami masa-masa sulit.


"...TIDAK. Aku tidak akan memaafkannya sampai dia minta maaf duluan!"


Benar, dosa karena memanggil seorang gadis sepertiku dengan sebutan 'sapi' ataupun 'bibi' itu lebih dalam daripada lautan.


Apapun yang terjadi, kalau dia tidak minta maaf dengan tulus dan introspeksi diri, aku tidak akan memaafkannya.


“Yah sudahlah, aku harus bangun dari tempat tidur sekarang~ Memangnya ini sudah jam berapa sih?”


Aku mengeluarkan HP dari kantong parkaku, dan memastikan jamnya. Sekarang jam 7 pagi.


"Oh! Mhmm. Rasanya enak bangun jam segini. Aku mandi dulu sebelum yang lain bangun."


Aku menyikap selimut ke arah berlawanan dengan dinding, dan bangun dari tempat tidur.


Bersamaan dengan aku melewati Kido-san dan bangun dari tempat tidur, aku melihat wajahnya untuk memastikan dia tidak terbangun.


"………Hmm~ dia memang gadis yang cantik."


Kido-san mengenakan piyama perempuan normal dan tidur dengan manis serta nyenyak. Dia mempunyai wajah cantik yang bisa membuat gadis-gadis iri.


“Karena wajah inilah, sangat mengejutkan mendengar gaya bicaranya yang seperti itu.”


Dia selalu tenang tapi terkadang tsundere. Entah kenapa rasanya aku pernah mendengarnya dari seseorang. Aneh, kapan?


Tidak, tidak. Memang terkadang ada waktu dimana kau tidak bisa mengingat sesuatu, maka kau jadi berpikir pernah mendengarnya sebelumnya! Kurasa tidak apa-apa kalau kusimpulkan seperti itu.


Ngomong-ngomong, aku harus mandi.


Aku tidak bisa membuka gordennya jadi aku harus meraba-raba dalam kegelapan seraya berjalan maju.

Pinggangku tidak sengaja terantuk meja dan itu sangatlah menyakitkan, tapi anehnya suara itu tidak membangunkan Kido-san.


Dia adalah ketua tapi tidurnya seperti sapi...orang ini...

Akhirnya aku bisa meraih pintu dan membukanya. Ruang tamunya sedikit terang—meyakinkanku kalau ini benar-benar sudah pagi.

Aku jadi bersemangat karena sepertinya hari ini cerah, dan aku pun berjalan ke kamar mandi dengan bahagia.

Saat aku melihat ke lantai, aku menyadari Konoha yang berada di bawah sofa, dan onii-chan yang menggenggam HPnya dengan erat dari arah seberang sofa terlihat sedang tidur dengan nyenyak.


“Huh...onii-chan pasti kelelahan setelah jalan-jalan kemarin."


Sepertinya onii-chan sudah cukup akrab dengan Mekakushi Dan, aku merasa seperti sudah memberikan kontribusi yang cukup besar agar ia bisa kembali ke masyarakat.

Setelah itu, aku akan memintanya untuk membuatkan rumah yang imut untukku. Kalau begitu, sudah diputuskan.

Melewati ruang tamu, aku menyalakan lampu ruang ganti dan kamar mandi. Lalu membuka laci terbawah, dan meletakkan bajuku yang kubawa dari rumah disamping bak cuci.

Aku mengambil handuk, mengunci pintu, dan melepaskan bajuku. Saat aku ingin masuk ke dalam kamar mandi, ‘TOK TOK!’, terdengar suara ketukan yang kasar dari pintu ruang ganti.


"Gyyaaaahhh!!"


Aku panik lalu dengan segera membungkus diriku dengan handuk. Untuk jaga-jaga, aku menjauhkan diriku dari pintu.


"Ma-maaf! Ini Momo! Aku sedang mandi!"

Namun tidak ada jawaban dari seberang pintu sementara orang itu terus mengetuk-ngetuk pintu dengan keras.

Aku merasa ada sesuatu yang berbeda.

Kalau itu adalah seseorang dari markas, dia tidak akan terus-menerus mengetuk pintu karena sudah tahu aku ada di dalam. Kalau begitu, jangan-jangan yang mengetuk pintu adalah...


"PE-PERAMPOK!?"

Entahlah, apakah perkataanku terdengar atau tidak. Suara ‘BAK!’ muncul bersamaan pintu yang digedor-gedor.

Kakiku menjadi lemah karena ketakutan dan kekhawatiran.

"u-uwahhhhhhhh……… ma-maaf!!! BUKAN! Maksudku erm tidak ada barang berharga disini oke!? BENERAN, SUNGGUH! Y-yah, anak kecil bahkan mengejekku ‘sapi’. Ah, gawat… a-AHAHAHA.."


Aku terduduk di lantai dan mulai memohon untuk keselamatan hidupku, dan dari seberang pintu muncul suara yang kukenal.


“Obaa-san........? Jadi kau sendiri tahu kalau kau itu memang sapi ya?”


Saat itu, tanpa sadar aku menghatam pintunya sehingga menimbulkan suara ‘BAM!’,

"Uwahhh!?" sebuah teriakan pun terdengar dari balik pintu.

Suaraku bergetar karena kemarahan dan kebimbangan. Tidak, tentu saja itu normal. Siapa yang tidak marah kalau dikerjai seperti ini?


“Te-tenanglah, oke? Maaf, uhm........apakah rompiku di dalam?”


“Rompi?”


Aku melihat ke laci teratas dan ada sesuatu yang seperti rompi Hibiya-kun di atasnya.


“Ah? Yang ini ya? Ada kok.”


“Be-benarkah?! Kembalikan!! Ada sesuatu yang sangat berharga di dalam situ.”


“Sesuatu yang berharga katamu.....haha. Kamu menjadi gelisah karena kamu mengkhawatirkannya ya. Kira-kira apa sesuatu berharga itu ya~ Apa ya, yang ada di dalamnya~?”


Aku mengatakannya dengan penuh kebencian dan kekesalan yang meluap-luap. Hibiya-kun mengeluarkan reaksi yang sangat bagus saat dia menyadari tujuan burukku.

"U-UWAHHH!! JANGAN AMBIL ITU OKE?! AKU MENDAPATKAN ITU DARI ORANG YANG KUSAYANGI!! KUMOHON DENGAN SANGAT JANGAN AMBIL ITU OKE!?"


“Semakin kamu bicara seperti itu semakin aku ingin mengambilnya. Apa isi dari kantongnya ya~”


"HENTIKAN!! KUMOHON BERHENTI!!!!!!!!"


Bersamaan dengan aku mengabaikan Hibiya-kun yang terus mengetuk pintu, aku memasukkan tanganku ke dalam kantong rompinya. Dan tanganku serasa menyentuh sesuatu seperti tas kertas.


"OH! Ketemu, ketemu! Apa isi tas ini ya~"


"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!!!!!!!!!!!!"


Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah aku mengambil benda itu dari tasnya.


Yang bisa kuingat hanya diriku yang berlari dari ruang ganti dan mengatakan “KUMOHON!! BERIKANLAH INI PADAKU!!” kemudian aku melihat wajah Hibiya-kun memerah saat dia melihat reaksiku, tidak lupa juga aroma khas pantai yang menyeruak dari benda itu. Meskipun yang kulakukan tidak sopan, aku tidak akan menyesalinya.

~***~


Credit :Kaori Hikari :)