Kagerou Days:Volume 4 Shinigami 1 Indo

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

~*~ Aku dulu berada di tempat yang gelap.


Tanpa kanan atau kiri ataupun atas atau bawah.


Tanpa dingin ataupun panas.


Itulah tempat dimana dulu aku berada.


Biarpun sekarang aku telah mengetahui apa ‘waktu’ itu, aku masih tidak mengetahui seberapa lama aku menghabiskan waktu disitu. Pada awalnya, saat aku masih disitu, aku bahkan tidak mengetahui apa itu ‘kegelapan’.


Tidak sampai aku menemui apa yang namanya ‘cahaya’, barulah aku menyadari aku dulu ada di tempat yang gelap.


Sepertinya itu hal yang biasa di dunia ini.


Saat kamu menemui hal yang baru, pada saat itu barulah kamu mengerti hal yang sebelumnya.


Aku menemui ‘hari ini’ dan barulah kuketahui tentang ‘kemarin’.


Aku menemui ‘pagi’ dan barulah kuketahui tentang ‘malam’.


Baru-baru saja aku menemui ‘musim dingin’ dan barulah kuketahui tentang ‘musim panas’.


Bersamaan aku mendapatkan pengetahuan ini, aku baru saja menyadarinya kalau dunia ini berubah dengan cepat dan drastis.

Di tempat dimana kegelapan berkuasa sampai pada waktu itu, dunia tiba-tiba dipenuhi dengan berbagai hal, dan selalu berubah setiap aku mengkedipkan mataku.


Saat aku pertama kali mengedipkan mataku, itulah saat pertama aku merasa tertarik dengan dunia ini yang bahkan tidak kusadari keberadaannya.


‘Langit’ yang membedakan antara cahaya dan kegelapan.


‘Laut’ yang berkilapan dengan warna biru saat disinari matahari.


‘Hujan’ yang turun ke ‘bumi’.


Dan ‘kehidupan’ yang muncul disitu.


Tanpa disuruh siapapun, aku mengamati ‘mereka’ yang bermunculan di dunia ini, dan terus menerus mencoba mengerti apa mereka agar dapat memahami mereka.


Semua hal yang lahir disini satu dan yang lainnya, dan yang pada akhirnya mati. Aku hanya terus-menerus mempelajari mereka....Aku percaya aku telah melakukan ini cukup lama.


Agar tidak ketinggalan apapun yang dapat menjadi pembelajaran-selama itulah aku menghabiskan waktu mengamati perubahan dunia ini.


Dan suatu hari, aku menyadari sesuatu.


Saat aku mulai berpikir, aku sangat benci berhenti.


Sama seperti saat aku berada di kegelapan, dan memilih untuk berada disitu tanpa memikirkan apa-apa, isi kepalaku yang telah mendapatkan ‘pengetahuan’, mulai mempertanyakan berbagai macam hal.


“Ini apa?”


“Bagaimana itu terbentuk?”


“Kenapa ini ada disini?”


Tanpa ada cara ataupun alasan untuk menahan rasa penasaranku, aku menyerahkan diriku kepada pertanyaan-pertanyaan itu dan melanjutkan perjalan pembelajaranku setiap hari yang datang.



Suatu waktu, saat aku memasuki sebuah gua dan menelusuri jalan yang sempit, aku terhenti di tempat yang luas dengan sebuah danau.


Melalui celah-celah langit-langit batu disana-sini, cahaya matahari mengalir masuk dan menyinari permukaan danau.


Bersamaan aku menatap ke permukaan danau yang agak tersinari, sebuah bayangan kecil terceminkan disitu.


Bergoyang, dan hampir seperti memperhatikanku bersamaan dia berdiam disitu. Dia memiliki bentuk yang berbeda dengan makhluk yang lainnya yang pernah kulihat sampai sekarang.

Asalnya, aku tidak terlalu memperdulikannya. Karena makhluk hidup bukanlah sesuatu yang sulit ditemukan, dan apapun itu, dia tidaklah aneh.

Tetapi, apa yang mengejutkanku adalah dia sepertinya menyadari diriku.

Pada waktu itu, sangat tidak dapat dipercaya ada sesuatu yang dapat melihat diriku.

Semua makhluk yang pernah kutemui sampai sekarang, biarpun aku merasa kami adalah sesama makhluk hidup, tidak ada satupun yang mengakui keberadaanku.

Biarpun bayangan yang ada disitu tidak mempunyai ‘mata’, aku merasa dia menatapku dengan seksama.

Rasa penasaranku muncul. Aku menghadap ke bayangan itu, dan barulah kusadari bahwa dia sebenarnya ada diriku.


Itu sangat mengejutkanku.


Kenapa aku baru saja menyadarinya sekarang, kalau aku, sama dengan makhluk lainnya, mempunyai bentukku sendiri?


Pertama kalinya aku menemui ‘bentukku sendiri’, otakku terpenuhi dengan rasa penasaran.


“Sejak kapan aku menjadi seperti ini?”


“Terlihat seperti apa aku disini?”


“Kenapa aku terlihat seperti ini?”


Aku memeriksa setiap senti badanku sendiri seperti itu.

Tetapi, aku tidak menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini.


Ini adalah perasaan yang aneh.


Ini seperti aku tidak mengerti diriku sendiri.


Biarpun aku dapat mengerti tentang makhluk-makhluk lainnya....


“Siapakah yang menciptakan diriku?”


Karena pertanyaan tiba-tiba itu, untuk sementara, otakku terpenuhi dengan hal itu.


Saat memikirkannya, mungkin saja aku sama dengan ‘makhluk’ yang tiba-tiba muncul di suatu hari.

Tetapi, jika aku sama dengan mereka, harusnya ada sesuatu, suatu tempat, yang telah melahirkan diriku. Tetapi pada waktu yang cukup lama, aku tidak pernah menemukan makhluk yang seperti itu.

Aku telah melihat awal mula semua ‘makhluk hidup’. Jika dipikirkan seperti itu, aku pasti telah terlahir dengan cara yang sangat berbeda dengan mereka.

Tambah lagi, dengan waktu, mereka tidak bisa mempertahankan bentuk mereka, dan saat mereka pada akhirnya punah, aku masih disini tanpa ada ciri-ciri akan menua. Jadi jika dipikirkan dari sudut itu, akan lebih masuk akal jika menganggap bahwa aku ini adalah sesuatu yang berbeda.

Tetapi....

“Kalau begitu, aku ini apa?”

Dari dulu sampai sekarang, aku menjelajah untuk belajar, dengan mengikuti berbagai hal yang kutemui, tapi aku tidak pernah sekali-kali memikirkan tentang diriku sendiri.

Untuk mencari suatu jawaban untuk pertanyaan ini, aku akhirnya mulai dengan giat memikirkannya.

Menutup mataku, aku menenggelamkan diriku ke kegelapan yang menyebar sebelum tidur.

Aku mengingat kegelapan yang sangat mirip dengan ini dulu.

Aku akan mengikuti jejaknya.

Sekali lagi, dari permulaan.

~*~

~**~

……Sudah berapa lama waktu berlalu?



Aku sudah berada disini dalam watu yang cukup lama, di penjelajahan ingatan untuk mencari penjelasan tentang diriku sendiri.

Aku bergantung kepada semua pengetahuan yang telah kukumpulkan sampai sekarang, dan terus-menerus mengikuti keajaiban kehidupan satu dan lainnya.

Ini serasa membekukan kepala.....tidak, tidak sampai seperti itu, tapi serasa seperti itu; selama itulah perjalanan ini berlangsung.

Dan, dengan hanya rasa penasaranku yang mendorongku kedepan dalam perjalan pikiran ini, aku akhirnya sampai di akhir.

Aku menelusuri ingatan terawal yang bisa kuingat, sampai pada waktu aku menutup mataku disini.
Namun, kesimpulan yang kudapat diakhirnya adalah…..

“…… aku tidak mengerti.”

Aku benar-benar hancur pada kesimpulan ini, pada jawaban yang aku temukan.

Aku sadar pada akhirnya, aku tak bisa menjelaskan keberadaanku, bagaimanapun juga.

Bahkan disituasi terburuk, dengan waktu, tidak ada sesuatu yang tidak bisa kumengerti, tapi kali ini?
Walaupun aku terus mengulang pencarian ingatan tiada akhir, jawabannya tetap tidak muncul.
Sejujurnya, menghadapi pertanyaan yang tak dapat kutemukan jawabannya sangatlah menjengkelkan.
Menjengkelkan….huh
Mungkin ini juga salah satu efek samping dari pencarian ingatan.
Saat aku mempertimbangkan ini, pikiranku melambat, dan aku membuka mataku untuk pertama kalinya setelah beberapa waktu.
Seperti sebelumnya, permukaan air di depanku memantulkan bentukku. Sebuah bayangan hitam. Tanpa kepala, kaki, ataupun ekor, hanya sebuah makhluk hitam yang ada disana.
Karena penampilanku yang tidak bisa digambarkan, kejengkelan yang kurasakan sebelumnya menjadi semakin kuat.

Jika aku memiliki bentuk, aku lebih berharap memiliki penampilan yang lebih mudah dimengerti.
Seandainya saja aku mempunyai kaki, dan kepala....jika aku mempunyai wujud seperti itu, aku akan memiliki waktu yang jauh lebih mudah dengan penjelasan tentang keberadaanku disini.

Saat aku memikirkan tentang hal itu, seperti menyindirku, tiba-tiba dua titik merah samar-samar muncul pada bayangan hitam itu yang dipantulkan dipermukaan air.
Itu adalah warna dari darah yang mengalir dari makhluk hidup, warna yang sepertinya bersinar.
Walaupun ini agak mengejutkan bahwa aku telah menjalani perubahan, aku anehnya bisa menjaga ketenanganku soal hal ini.

Apakah ini….’mata’. Aku yakin bahwa mereka tidak ada disana sebelumnya, tapi…..

Begitu yah. Jadi aku memiliki ‘mata’.

Sepertinya akhirnya aku terlihat seperti ciptaan lainnya, tapi, apakah aku benar-benar seperti itu? Masih ada sesuatu yang membuatku berbeda dari mereka, tapi, apakah itu……

Dengan informasi yang baru kudapat ini, aku bersiap untuk kembali berpikir, tapi pada saat itu, aku mendengar sesuatu dari belakangku, suara kericil yang bergesekkan satu sama lain.

Walaupun aku terkejut, aku dengan tenang membuat keputusanku.
Aku tau suara ini. Ini adalah suara makhluk yang bergerak bersamaan kaki mereka bertemu dengan tanah.

Aku langsung melihat kearah suara tersebut. Sepertinya pemilik suara itu berjalan dijalan yang sama denganku saat aku kesini.
Menilai dari suaranya yang semakin mendekat, mereka sepertinya makhluk kecil yang berjalan dengan dua kaki. Beberapa dari mereka.

Saat aku memikirkan ini, apa yang muncul selanjutnya adalah beberapa makhluk kecil, seperti yang telahku prediksikan.

Tetapi, ada juga yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Apa yang membuat mereka asing adalah mereka membawa ranting yang bernyalakan api.

Mereka pasti telah melalui gua yang gelap ini menggunakan cahaya dari api tersebut.
Menyerah terhadap rasa penasaranku, aku menatap mereka dengan dalam, dan akhirnya makhluk-makhluk tersebut mendekat kepadaku.
Saat mereka melakukannya, aku dapat melihat penampilan mereka lebih jelas dengan sinar dari api.
Mereka memakai sesuatu yang seperti bulu, sesuatu yang dijahit menjadi serat dari materi organik.
Selain itu, mereka memiliki sesuatu yang seperti batu kecil di pinggang, sengaja diasah untuk melindungi diri, barangkali.
Mereka juga mengetahui bagaimana caranya menggunakan api, sepertinya mereka adalah makhluk yang cerdas.
Melihat sekeliling lingkungan mereka, tingkah mereka seperti menunjukkan kalau mereka berhati-hati tentang sesuatu. Mungkin itu adalah jenis kehati-hatian yang mereka tampilkan di sekitar predator.
Dengan ukuran mereka, mereka akan langsung ditelan jika menghadapi makhluk yang lebih besar dari mereka.
Saat aku memikirkan tentang ini, aku terus mengamati mereka, dan tiba-tiba, mereka berhenti, mengangkat obor mereka bagaikan mengarahkan cahayanya ke arahku, dan mengeluarkan teriakan yang keras.
Teriakkan keras yang biasa dikeluarkan sesuatu saat dia hampir ingin dimakan. Terkejut dengan hal ini, aku langsung mulai berpikir.


Apa!? Dengan tujuan apa mereka membuat semua keributan ini!?
Tanpa menunjukkan keramahan sedikitpun kepadaku, dan tanpa menghentikan teriakkan mereka, makhluk tersebut mulai mengayunkan api yang mereka pegang ditangan mereka.
Dikegelapan, merah padam yang muncul menari dan melayang di udara.
'Api' Sesuatu yang membakar.

Hal itu, aku tau. Tapi kenapa mereka mengayunkan benda seperti itu?

Mereka seperti sedang mencoba menjauhkan sesuatu. Aku tidak terlalu bisa memahami apa yang mereka lakukan, tapi pada saat ujung dari nyala api yang berayun menyentuhku, aku tiba-tiba sadar apa artinya.

Pemikiranku yang tenang terhenti, dan gantinya, sebuah perasaan mengerikan yang tak pernah kualami sebelumnya memenuhi pikiranku.

“Panas”

Panas panas panas panas.
Aku benar-benar dibingungkan dengan perasaan yang tajam, cepat, dan kasar ini.
Apa ini!?
Ini menyakitkan!

Ini panas!

Aku tak mengerti ini, ini menyakitkan, aku tak sanggup lagi!

Makhluk yang ada di depanku, disinari dengan api, telah membuka mata mereka dengan lebar, dan aku pastinya telah tertangkap oleh tatapan itu.
Pikiranku dipenuhi dengan kesakitan luar biasa, aku merasa perasaan mengejutkan yang tak nyaman datang kediriku.
Panik, aku menjauhkan diriku dari mereka agar tidak terkena api-api itu untuk keduakalinya, dan melihat api-api itu yang meninggalkan garis oren di udara.
Aku mencoba membengkokkan badanku untuk menambahkan jarak antara diriku dan api-api itu, tapi bagian yang terbakar berdenyut kesakitan, dan aku tak dapat menemukan kekuatan untuk melakukan itu.
Aku tak bisa lari dari gelombang kesakitan ini. Saat aku mulai menyadari ini, aku baru mengerti, untuk pertama kalinya sejak aku lahir, sesuatu yang disebut 'ketakutan'
Kenapa ?
~**~

~***~

Aku tak pernah terbakar oleh api sampai sekarang.



Memang, aku tak pernah bersentuhan dengan apapun, namun apa artinya ini?
Aku benar-benar mencoba berpikir, tapi sensasi baru yang masuk dengan sendirinya ke dalam tubuhku, ‘takut’, menggangu pemikiranku.

Walaupun makhluk-makhluk itu terlihat terkejut saat aku meloncat kebelakang, mereka mendorong api tersebut kearahku sekali lagi.
Ini tada gunanya biarpun aku mencoba kabur dari sini.
Pikiranku dan badanku terlalu kewalahan dengan apa yang baru saja terjadi.
Yang bisa aku lakukan hanyalah gemetar dalam ketakutan kepada mereka yang membawa kesakitan padaku.

Apa masalahnya dengan mereka-mereka sangat menakutkan. Apa yang mereka ingin lakukan padaku?
Makhluk hidup menyerang sesama? Apa maksudnya itu…..
“…Apakah mereka ingin memakanku?”

Saat aku memikirkan tentang ini, pikiranku semakin penuh dengan ketakutan.
Alasan mengapa makhluk hidup menyerang makhluk hidup yang lain di dunia ini.
Biasanya, itu untuk ‘makanan’.
Agar mereka dapat mempertahankan hidup mereka sendiri, mereka memakan makhluk hidup lain.
Memang benar, aku sudah tahu tentang hal ini.

Bila seperti itu, mungkinkan aku dimakan oleh sesuatu yang lebih kuat, seperti yang lain, dan dimakan oleh makhluk itu kemudian mati?

Itu pasti yang akan terjadi.

Setelah semuanya, mengesampingkan bagaimana aku mencoba untuk mundur, mereka maju ke arahku tanpa ampun.
Ahh, mereka akan membunuhku.

Aku mungkin akan dimakan.

Apakah aku akan mati?

Apa yang akan terjadi saat aku mati?

Apakah aku takkan bisa berpikir lagi?

Tiba-tiba, makhluk yang membawa api itu sesuatu berbentuk aneh.

Itu sepertinya adalah sejenis cairan yang berguncang-guncang didalamnya.

Tanpa ragu, makhluk tersebut mengosongkan isi tersebut kediriku.

Setelah itu, makhluk tersebut membakarku dengan api yang mereka bawa.

Saat aku terbakar dengan nyala api yang benar-benar menghalangi penglihatanku, sakit yang sangat melonjak melalui tubuhku.
Bahkan saat aku mencoba untuk lari, tubuhku kaku karena ketakutan, seperti menolak gerakanku, itu tidak ingin merespon.

“Ini panas. Ini sakit. Aku tak ingin mati. Aku tak ingin mati. Aku tak ingin mati!”
Kepalaku dipenuhi dengan hal itu.
Gemetar karena semua ketakutan ini, aku sadar ini adalah akhir untukku; pada waktu itulah sesuatu tentang teriakkan makhluk-makhluk itu membuatku tidak mempercayai pendengaranku
“Kami akan membunuhmu! Monster!”
Teriakan yang bergemuruhpun tidak berubah dari sebelumya.
Tetapi, dipikiranku, teriakkan makhluk tersebut menunjukkan suatu niat.
Sebelum aku dapat mencoba dan memahami sensasi baru ini, perasaan ‘kesadaranku’ mulai menghilang.
Penglihatanku mengabur, dan mulai menggelap. Pada saat yang sama, aku merasakan kesakitan dan ketakutan dari tubuhku yang terbakar berkurang sedikit demi sedikit.
Tanpa ada cara untuk melawan, dan tak bisa melihat apapun, dalam kesadaranku yang semakin lama semakin menjauh, hanya teriakkan dari makhluk tersebut yang menggema dikepalaku.
“…Ada apa !? Apa yang terjadi!?”
“Ular! Sialan, itu menyakitkan… mereka merayap! Hati-hati!
Apa yang mereka teriakkan?
Apa itu “ular”?
Aku tak tau apa arti dari kata itu tapi terlihat jelas mereka nmerasakan ketakutan dengan kehadirannya.
Entah bagaimana, aku dapat memahami sebanyak itu. “Kita akan mundur!”
Setelah itu, satu dari makhluk itu berteriak dari jauh, dan aku mendengar suara kaki yang menginjak tanah.
Sepertinya mereka mulai berlari.
Tetapi, mengapa mereka tiba-tiba kabur?
Apakah mereka sangat takut dengan sesuatu yang dipanggil ular ini?
Aku masih tidak dapat melihat apapun, tapi dari suara mereka berlari, aku dapat memahami apa artinya itu.
Makhluk-makhluk yang tersisa lalu mengikutinya, suara langkah kaki mereka menggema. Sepertinya mereka berlari menuju pintu gua.
Kumohon, tinggalkan saja aku sendiri, doaku.
Walaupun mereka panik, langkah-langkah kaki mereka mulai berhenti, bekas dari gaung yang terpantulkan batu dan dinding masih menggema.
Sepertinya mereka pergi karena suatu alasan, dan aku berhasil menyelamatkan hidupku.
Tidak, mungkin tidak.
Aku tetap tak bisa melihat sekitarku, dan aku tidak lagi merasakan rasa sakit.
Mungkin aku sudah mati karena kesakitan.
Saat pikiran tersebut melintas di benakku, aku mendengar suara denyutan di tengah kesunyian.
Aku tak mendengarnya dari luar. Malah sepertinya, itu datang dari dalam……
“….ah!?”
Tiba-tiba, kesakitannya muncul di bagian yang terbakar. Itu adalah sensasi yang tajam yang menembus pikiranku, membuatku menangis.
Pada saat yang sama, penglihatanku kembali, dan kepalaku, yang terasa ringan dan hampa, mulai berputar.
Panik, aku melihat sekitar. Makhkuk-makhluk yang ada ditepi sungai sudah tak dapat dilihat dimanapun.
Seperti yang kupikirkan, aku tak salah dengan fakta bahwa mereka telah lari.
Walaupun aku akhirnya dapat merasa lega, rasa sakit yang tajam terus mengalir melalui tubuhku bersama dengan suara denyutan yang bergelombang dari dalam.
Sakit… bersama dengan takut; dua-duanya adalah sensasi yang sulit dipikul.
Menilai dari tingkah laku mereka sebelumnya, sepertinya mereka juga pernah merasakan ini juga.
‘Kesakitan’ melahirkan ‘ketakutan’
Itu ironis, tapi paling tidak, aku dapat memahami rasa sakit.
~***~

~****~

Sepertinya perasaan sakit ini yang datang tidakkan menghilang dalam beberapa waktu yang singkat. Tetapi, biarpun kesakitannya masih tertinggal, dibandingkan dengan kematian, ini tidak terlalu terasa.

Bahkan aku sendiri terkejut bagaimana aku sangat menghargai badanku sendiri.
Perlahan-lahan, pikiranku kembali manjadi normal, dan aku mulai mengingat kembali apa yang baru saja terjadi.
Mereka.....makhluk yang membawa api, apakah mereka sebenarnya?
Tanpa ada keraguan sama sekali, mereka sudah jelas datang kepadaku dengan keinginan membunuhku.
Memikirkannya kembali, mereka adalah makhluk yang menakutkan. Untukku, apakah mereka ‘yang lebih kuat’?

Badanku yang menyedihkan mulai gemetaran lagi.

Aku tidak pernah ingin mempelajari perasaan ini yang disebut ‘ketakutan.’

Aku ingin melupakannya secepat mungkin, tetapi perasaan ini yang telah melekatkan dirinya ke dalam diriku sepertinya tidak ingin untuk dilupakan dengan mudah.
.......Begitu kah. Jadi ekspresi yang kulihat dari makhluk-makhluk lain disaat kematian mereka-mungkinkah karena ini?

Apa yang telah kualami tadi adalah sensasi seperti segala hal milikku direbut, untuk selamanya. Sebuah sensasi seperti terjatuh ke dalam kegelapan tanpa akhir.
Di dunia ini, keputusasaan seperti itu terjadi terlalu banyak dalam sehari untuk dihitung.
Memikirkannya seperti ini, aku tiba-tiba menemukan bahwa dunia ini sebenarnya sangat menakutkan.
Bukan hanya keberadaan diriku sendiri yang aku tidak mengerti, tapi juga berbagai hal tentang dunia ini. Sampai sekarang, aku hanya melihat sedikit dari permukaannya.

Setelah mengalami perubahan, aku dapat melihat dunia ini dalam sudut pandang yang sangat berbeda.
Pada waktu itu saat aku menyadari ketidaktahuanku, aku merasa aku akhirnya bisa menjadi bagian dari dunia ini.
Aku tidak pernah mempertimbangkan pemikiran tentang ketakutan terhadap sesuatu. Untuk sekarang, aku hanya bisa menyerah terhadap perubahan yang sangat dasyat yang telah kualami.
......Kalau dipikir-pikir, mereka sepertinya takut dengan sesuatu yang disebut ‘ular’, tapi apakah itu sebenarnya?

Penasaran, aku melihat dimana tempat mereka berdiri sebelumnya dan melihat dsesuatu yang menggeliat penuh ancaman.

Sesuatu yang sangat banyak yang seperti tentakel hitam yang diperpanjang telah terjalin satu sama lain dan menggeliat di tanah.


“Ah……!”
Saat aku melihat mereka, pikiranku kembali terpenuhi dengan kebingungan.

Sepertinya ketakutan adalah sesuatu yang kamu rasakan kembali setelah mengalaminya sekali. Itu sangatlah menyusahkan.

Apakah itu ‘ular’ yang makhluk pembawa-api takuti? Sepertinya mereka ada banyak. Apakah mungkin mereka juga akan.....?
Badanku merasakan bahaya dan mulai gemetaran lagi, tetapi satu dari makhluk yang bernama ‘ular’ datang dan merayap ke arahku biarpun aku ketakutan.
Sepertinya aku telah berubah menjadi bentuk yang dapat disadari oleh makhluk hidup lainnya.
Aku mengerti ini, tapi aku tidak mempunyai cara bertarung melawan makhluk hidup lainnya.
Jika aku diserang lagi, aku tidakkan bisa melakukan apa-apa.
Aku mencoba menguatkan badanku agar bisa pergi menjauh dari ketakutan itu.
Tetapi, sama seperti sebelumnya, Aku tidak bisa menggerakkan badanku dengan baik.
Ini seperti aku tidaklah lagi mengerti bagaimana mengkontrol badanku untuk bergerak, dan semua kekuatan yang kukumpulkan menghilang entah kemana.
Biarpun begitu, aku tetap berusaha mencoba menggerakkan badanku, tapi ular-ular itu telah datang cukup dekat denganku untuk membunuhku jika dia benar-benar ingin menyerangku.
“Aku…… Ah, ja-jangan bunuh aku!”
Panik, aku meneriakkan itu tanpa berpikir. Kata-kata itu terpantulkan ruang dari dalam batu dan menggema tanpa akhir.
Itu tentu saja pertama kalinya aku pernah berteriak, dan aku sangat terkejut dengan tingkahku sampai-sampai badanku membeku. Entah mengapa, aku merasa malu, dan kebingungan tambah memenuhi kepalaku.
Jangan bunuh aku.
Aku berteriak untuk menyampaikan itu, tapi apakah ular-ular itu dapat mengerti?
Ular-ular itu berhenti bergerak, menjulurkan lidahnya, dan tiba-tiba berbicara.
“Tadi, kami menyerang manusia-manusia itu karena mereka adalah makhluk yang sangat buruk yang menghancurkan tempat tinggal kami. Kami tidak memiliki alasan untuk membunuhmu.”
Aku dapat mengerti apa tujuan ular-ular itu dengan sangat baik. Mereka telah menyatakan dengan jelas kalau mereka tidakkan membunuhku.
Seperti telah mendengar tujuan dari ular ini, atau mungkin mereka tidak perlu lagi, ular lain yang menggeliat berkurang dan menghilang entah kemana.
Sepertinya mereka tinggal di gua ini.
Selama aku berada dalam pemikiran, apakah waktu berlalu cukup lama untuk mereka untuk lahir dan beranak?
Tiba-tiba, antara dari kebahagiaan kesadaran bersama dari ular itu, ataukah dari kelegaan tidak adanya permusuhan, aku perlahan merasa mataku menjadi panas.

“Apakah kau menangis?”

“....menangis? Apa itu?”

“Ahh, kau tidak tau?.....aku mengerti...aku mengerti.....jadi kau tidak mengerti apa-apa.”
Mengatakan ini, ular itu melingkarkan badannya, dan menjulurkan lidahnya dua kali.
“Itu tidaklah benar. Aku telah mengamati dunia ini lebih lama daripada dirimu. Aku tau semua hal yang umum.”
Biarpun tadinya banyak hal yang tidak kumengerti, dan banyak hal yang baru saja kumengerti, aku malah mengatakan hal seperti itu.
Perasaan penyesalan mulai muncul dari kepalaku. Sebenarnya, aku harusnya mengatakan kalau aku tidak terlalu banyak tau, jadi kenapa malah aku lebih-lebihkan?

“Jadi, kau apa?”

Seperti yang diduga, aku terkejut dengan perkataan ular itu.

Antara iya atau tidak dia benar-benar tau atau tidak, dia telah menunjuk dengan tepat hal yang aku tidak tau apa-apa sama sekali.

Biarpun pikiran seperti ‘Pendengki bangsat’ memutar di dalam diriku, tidak ada yang bisa mengubah situasiku, jadi aku menjawab dengan jujur.

“....I-itu, aku tidak tau. Aku baru saja ingin mencarinya.”

Kalau aku tiba-tiba mengatakan kalau aku tidak tau tidakkan baik, tetapi aku tidak mempunyai cara lain untuk menjawabnya.

Mengatakan kalau aku tidak terlalu tau juga tidak baik. Aku akan berhenti mengatakan hal yang sembarangan mulai dari sekarang.

Dengan jawabanku tadi, ular itu menjawab dengan singkat “Begitu kah.”

Sepertinya itu merendahkanku, aku merasakan perasaan menyebalkan lagi, tapi ular itu mulai berbicara kembali, jadi aku tetap diam.

“Ah, maafkan aku. Hanya saja, aku berbicara dengan bahasamu, jadi aku penasaran. Dan juga, ingin mengetahui tentang dirimu sendiri-dirimu benar-benar makhluk yang aneh.”

Aku mendengar apa yang ular itu kaTakan, tapi aku tidak mengerti apa artinya

Apakah ‘aneh’ aku ingin mengerti tentang diriku sendiri?

~****~

~*****~

Agak masuk akal untukku jika itu yang dia maksud

“Apakah yang kamu maksud? Mungkinkah kamu tau apakah aku ini?”

Saat aku menanyakan ini, ular pun menjawab “Mungkin. Aku pun tidak mempunyai ide apapun tentang apa kau ini.” dan seperti biasa, seperti mengejekku, dia menjetikkan lidahnya dengan cepat. Dan, seperti mengingat sesuatu, si ular melanjutkan

“Ah, mungkin kau bisa mendapatkan suatu petunjuk dengan manusia. Mereka juga makhluk hidup yang bertujuan memahami diri mereka sendiri, jadi mungkin mereka akan berguna sebagai suatu ‘cermin’ untukmu.”

Apa itu manusia? Saat aku memikirkan ini dalam beberapa lama, aku menyadari kalau ‘manusia’ yang ular ini katakan adalah makhluk yang menyerangku tadi, dan aku pun dipenuhi dengan kemarahan.

“Aku harus bertemu dengan makhluk seperti itu lagi!? Mereka mencoba membunuhku sebelumnya! Dan biarpun begitu, apa yang mungkin bisa kupelajari tentang diriku dari mereka.......”

Aku tiba-tiba mengingat suatu hal yang mereka katakan kepadaku, dan aku berhenti berbicara.

“……Monster.”

Ya, mereka memanggilku ‘monster’

Mereka, yang telah memanggilku itu tanpa keraguan-mungkin mereka tau sesuatu tentang diriku.

Namun……

“….Memang benar mereka sepertinya tau apa sebenarnya aku ini, tapi aku hampir dibunuh oleh mereka. Bila mereka menyerangku lagi saat kami bertemu kembali, maka mereka adalah musuh”

Ya, diserang memang menakutkan.

Itu adalah hal yang menakutkan yang membuat semua makhluk hidup berusaha menghindarinya apapun resikonya.

“Aku mengerti. Kau harus memutuskan sendiri apa yang akan kau lakukan, karena hanya dirimusendirilah yang dapat menemukan jawabannya”

“ohh… apa yang harus kulakukan?”

Bila aku tak bertemu manusia lagi, aku takkan bisa menemukan jawaban apa diriku ini.

Namun, masalahnya adalah mereka mungkin akan menyerangku lagi saat melihatku, seperti sebelumnya.

Seperti telah lelah melihatku yang khawatir tanpa berhenti, si ular perlahan berbicara.

“Hm. Kalau begitu, pikirkanlah kenapa manusia itu meneyerangmu.”

“......Bukankah itu karena kami berbeda spesies? Aku menyadari kalau itu terjadi sama seperti makhluk-makhluk lainnya.”

“Kalau begitu, bagaimana kau menghindarinya jikalau kau diserang?”

“Bagaimana? Bagaimana.....kalau aku mempunyai penampilan yang sama dengan mereka, bukankah itu akan menghentikan mereka menyerangku.

Mengatakan ini setelah berbagai pikiran, sang ular lalu mengayunkan lehernya, seperti menyuruh “Lihat ke danau.”

“hm…. Apakah kamu memberitahuku untuk melihat diriku sendiri? Dan apakah gunanya melakukan hal itu”

Si ular tidak menjawab pertanyaanku, dan malahan, terus-menerus melakukan gerakan seperti mengatakan “Lakukan saja.”

“Apa yang mungkin bisa kulihat.......”

Bersamaan aku mengatakan hal ini, aku mencoba menggerakkan badanku, tapi sama seperti sebelumnya, ini terlalu sulit.

“Ugh…… apa artinya ini……”

Namun, biarpun dengan tiba-tiba dan pergerakan yang kasar, aku bisa menggerakkan badanku sedikit demi sedikit, yang mana lebih baik daripada sebelumnya.

Untuk apa aku melakukan ini?

Pikiranku dipenuhi dengan keluhan tentang suruhan si ular.

Pertama-tama, bukannya pantulan di danau cuma akan menunjukkan bayangan, seperti apa yang kulihat sebelumnya? Apa yang aku dapat setelah mengkonfirmasi itu?

Kalau aku tidak dapat pelajaran apa-apa setelah ini, aku akan melakukan sesuatu pada ular itu.

Ah, tidak, ular itu kuat. Itu tidak akan ada gunanya.

Menyeret badanku, aku akhirnya sampai di pinggiran danau.

Biarpun hanya jarak yang pendek, aku sudah merasa sangat kelelahan.

Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, jadi sebenarnya, apa yang telah terjadi kepadaku?

Saat aku memikirkan ini, aku menatap ke danau, dan yang kulihat ada seseorang yang sama sekali tidak kuduga, membuatku tak bisa berkata apa-apa.

Di permukaan air yang samar-samar, ada sesosok makhluk berwarna merah muda pucat.

Penampilannya adalah sesorang manusia.

Terkejut dengan apa yang kulihat tiba-tiba, badanku menyentak dan aku berteriak.

Tetapi, manusia yang terpantulkan di danau tidak menunjukkan adanya tanda menenyerang, dan dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan, hanya melompat kebelakang sama seperti aku tadinya.

Kembali sadar, aku dengan sangat perlahan melihat kembali.

Berpikir untuk sementara, bahkan aku pun dapat mengerti apa arti dari situasi ini.

“Ini....aku!?”



~*****~

~******~



Aku, yang sebelumnya terlihat tidak lebih dari bayangan hitam, entah mengapa sekarang yang tercerminkan pada permukaan air tampak sangat mirip dengan ‘manusia.’

Meskipun badannya kecil bila dibandingkan dengan manusia yang sebelumnya, bentuknya tidak diragukan lagi.

Itu tidak ditutupi dengan sesuatu seperti bulu yang mereka kenakan, tetapi struktur tubuhnya tampak seperti manusia.

"A-apa...!"

Baru-baru ini, ada banyak hal yang membuat aku bingung, dan tanpa pengecualian, aku kembali menjadi kebingungan.

Dengan hal-hal aneh terus terjadi satu demi satu, itu wajar saja.

Seolah-olah mencocokkan bagaimana perasaanku sekarang, diriku yang tercermin pada permukaan air juga membuka mulutnya dengan ekspresi tidak bisa berbicara apa-apa.

Ahh, jadi inikah wajah yang kubuat saat aku kebingungan? Aku bertanya kepada diri sendiri.

Aku mengerakan lenganku, diriku yang tercermin pada permukaan air juga menggerakkan lenganya.

Dengan cara ini, aku berulang kali meraba tubuhku dengan kedua lenganku, dan saat aku menyentuh setiap bagian dengan jariku, otakku seakan menyampaikan pesan, "di sini.... ini tubuhku"

"Panas yang kurasakan dari badan ini merupakan kehangatan yang sangat berbeda dengan panas api.”

Semakin aku menyentuhnya, aku semakin mulai menerima keberadaan tubuhku.

Rasanya seakan sebuah kesadaran dan kewaspadaanlah yang akhirnya membangunkan seluruh indra perasa dalam tubuhku.

Suara yang secara tidak sadar kugunakan dulu pasti berasal dari tenggorokan ini.

Dan jika aku selama ini telah bergerak dengan kaki ini, barulah kusadari seberapa sulitnya itu seharusnya.

Didorong oleh rasa penasaranku, aku diam-diam terus meraba-raba tubuhku, dan tanpa suara, wujud sang ular tercerminkan di permukaan air yang kutatap.

"Kau telah berpenampilan seperti ini sejak awal, tapi kau yang tidak mengerti apa-apa sepertinya tidak menyadari itu."

Bersamaan sang ular mengatakan ini, aku terus meraba tubuhku, dan menjawab dengan, "Aku baru saja menyadarinya." lalu meletakkan tanganku ke bawah.

"Aku akhirnya dapat memahami diriku sendiri sekarang. Bagaimana sebenarnya aku bisa menjadi seperti ini?"

Aku bertanya, dan ular menjawab, "Itu pun, aku tidak tahu. Aku belum pernah melihat makhluk seperti dirimu sebelumnya."

Aku tidak tau berapa banyak makhluk hidup yang telah lahir saat aku menghabiskan waktu berpikir disini, tapi selama ular ini hidup, dia tidak pernah melihat makhluk yang sama sepertiku.

Meskipun aku telah memperoleh tubuh dan kemampuan berbicara, sepertinya aku tidakkan menemukan jawaban yang benar untuk hal itu untuk sementara waktu.

Namun, biarpun dia mengatakan hal-hal yang menyindir, tampaknya ular ini tidak bisa banyak membantuku seperti yang diharapkan. Saat aku mulai berpikir ini, sang ular mulai berbicara lagi,

"Tetapi ..."

Agak takut dia dapat membaca pikiranku, dengan tenang aku menjawab, "Ada apa?"

"Kau sangat aneh. Tiba-tiba muncul dari tempat yang kosong, mengubah penampilanmu dengan berbagai cara, dan mengerti cara bicara makhluk lain ...... Bagiku, sepertinya kau akan berubah menjadi ‘sesuatu’. "

"Maksudmu aku akan menjadi diriku? Jangan bicara omong kosong. Aku adalah aku. Itulah yang akan kucaritau. "

Saat aku mengatakan ini, ular menjulurkan lidahnya dengan cepat, dan mundur sambil berbicara "Tidak, aku tahu, aku tahu. Ini hanya omong kosong, jadi tidak perlu di pikirkan. "

"Nah, sebentar lagi aku akan kembali ke sarangku. Senang bisa bertemu makhluk menarik sepertimu."

"Kamu akan pergi? Aku mohon maaf kepada masalah apapun yang kutimbulkan. "

"Itu bukanlah masalah sama sekali," jawab ular, dan menghilang ke suatu tempat.

Hanya aku yang tertinggal dalam kesunyian.

Seperti sebelumnya, penampilanku yang menirukan manusia terus tercermin di permukaan air.

"...... Manusia"

Aku mengangkat tanganku lagi, dan mengepalkan tanganku beberapa kali.

Kalau begini, seharusnya tidak butuh waktu yang lama membiasakan diri untuk menggerakkan badan ini.

Setidaknya, aku mengerti kalau aku tidak akan mampu memahami hal yang benar-benar ingin kuketahui dengan tetap tinggal di gua ini.

"Aku berharap tidak akan diserang lagi, tapi ......"

Setelah aku meninggalkan gua ini, kemungkinan besar aku akan pergi untuk menemui manusia.

Aku benar-benar masih tidak tahu apa gunanya melakukan itu, tapi sampai aku menemukan arti sebenarnya di balik kata "MONSTER," yang mereka katakan, rasa ingin tahuku tidak akan puas.

"...... Ngomong-ngomong, ini adalah tubuh yang sangat lemah. Seandainya saja aku berpenampilan lebih kuat. "

Apa yang telah terjadi dengan dunia luar?

Setidaknya, aku berharap sekarang bukan musim dingin.

Karena itu adalah musim yang terlalu tenang dan tidak menarik.

Akan lebih baik jika itu adalah musim panas yang penuh perubahan, tapi, siapa yang tau?

Dengan sedikit harapan dan banyak kegelisahan di dalam hatiku, aku berjalan terhuyung-huyung menuju pintu masuk gua.

~******~

Credit:Kaori Hikari