Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 24

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 24: Memanen Madu[edit]

“Dan? Mengapa aku memakai baju ini?”

Hiiro tidak menggunakan jubah merah yang biasa ia gunakan. Dia memakai pakaian tebal berpakaian putih dari ujung kakinya hingga ujung rambutnya, dan jaring-jaring menutupi wajahnya. Dia sekarang bahkan mengenakan sarung tangan kulit yang tebal.

Bukan itu cukup jelas? Pakaian itu digunakan oleh peternak lebah untuk memanen madu.

"Hei, Ossan. Apakah madu di sini diproduksi oleh lebah [蜂 (Hachi) | Lebah]-?" 

"[蜂 (Hachi) | Lebah]-? Aku tak tahu apa yang kau bicarakan, tetapi madu di sini dibuat oleh Honey Bees." 

‘Itu sama saja!’ itulah yang ingin Hiiro teriakkan. Tapi ada sesuatu yang ingin dia konfirmasi sebelumnya.

“Ossan, bukannya kau mengatakan madu adalah sesuatu yang beastman [Bearnt] produksi?” 

“Ah? Apakah aku mengatakan hal seperti itu?" 

"Kau mengatakannya. Melupakan apa yang kau katakan sendiri, apakah kau akan pikun, mesum?" 

"Sudah sangat lama kamu mengatakan tidak hal itu, bajingan! Siapa yang kau maksud  mesum!?” 

“Gahaha! Kami tak memproduksi madu, tapi kami memproduksi [Honey Confectionaries].”

Max, dengan memakai pakaian yang sama dengan Hiiro, berbicara. Dia mungkin juga akan pergi.

"Hm? Jika informasiku tak salah ada item untuk memulihkan MP yang disebut [Honey Candy]. Kau memproduksinya?” 

“Ya, itu adalah item yang dibuat dengan mencampurkannya dengan bunga [White Iris]. Kami membiakkan bunga itu secara selektif dan memperjualkan produk ini." 

"Aku mengerti. Dan? Mengapa aku berpakaian seperti ini?" 

"Tentu saja, karena kau ikut memanen madu, kan?" 

"Sudah cukup, penyimpang seksual." 

"Ah, dia mengubah namaku lagi! Aku benar-benar tak suka perubahan ini!" 

"Omong-omong, aku tidak akan pergi."

Mengatakan itu, Hiiro melempar sarung tangan tebalnya ke tanah.

"Jangan khawatir. Sekarang, Honey Bees seharusnya tidak ada di sini. Tak ada bahaya. Ayolah." 

" ’Katakan itu sejak awal…’ Apakah menurutmu aku akan mengatakan hal seperti itu? Ossan ini memiliki semangat untuk disengat berulang kali untuk mendapatkan madu yang lezat untukku, tuannya." 

"Gununununu! Kenapa aku mendapatkan madunya untukmu!? Dan sejak kapan kau menjadi tuanku!?” 

“Bercanda.”  

“Aku tahu itu, bodoh, tapi tetap saja aku marah!”

Menonton pertengkaran mereka, Max berjalan ke arah Muir.

"Apakah mereka berdua selalu seperti itu?" 

"Se-seperti itulah..." 

"Hm, aku mengerti..."

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Hiiro melepas pakaian kerjanya, dan mengenakan jubah merahnya. Dia terlihat sama sekali tidak punya niat untuk pergi. Melihatnya, Arnold mulai tersenyum licik.

“Oy, oy. Apa kau yakin tentang itu, Hiiro?" 

"Ah?" 

"Tentu saja, aku bisa masuk ke sarang Honey Bees, mengambil madunya dan kembali untuk memberikannya padamu. Rasanya itu memang enak." 

"... Apa yang ingin kau katakan?" 

"Tapi apa kau tahu, Hiiro. Kapan [Honey Syrup] memiliki rasa paling enak?" 

"..." 

"Itu saat tepat keluar setelah sarangnya diambil."

Setelah mendengar kata-kata itu, jari telunjuk Hiiro berkedut sejenak.

"Terutama, lihatlah ini."

Mengatakan itu, dia mengeluarkan sebuah biskuit dari tasnya.

“Biskuit ini dibuat khusus oleh beastman [Bearnt]. Dan kau harus mencelupkannya dengan [Honey Syrup] dan begitu kau menggigitnya. Ah~ begitukah rasa makanan surgawi." 

"......" 

"Sangat disayangkan, Hiiro. Karena kau tidak ingin pergi, jadi kau harus puas dengan [Honey Syrup] kualitas rendah yang dibawa setelahnya. Sementara itu, kita akan menikmati madu itu dengan kualitas terbaik... tunggu, apa?"

Hiiro menghilang dari pandangannya. Arnold mencari ke mana-mana untuk menemukannya. Dan menemukannya sudah berpakain peternak madu dengan lengkap.

“Aku sudah mengatakan ini berulang kali, seharusnya katakan itu dahulu. Sekarang, ayo berangkat, penculik anak kecil." 

"Si-siapa yang maksud penculik kau, bocah tengik!"

Menonton pertengkaran mereka, Max yang ada di samping Muir menanyakan hal yang hampir sama.

"Apakah mereka berdua baik-baik saja?" 

"I-iya seperti itulah..." 

"Baiklah, aku mengerti..."

Keduanya mulai mengikuti di belakang Hiiro.

.

.

Hiiro yang telah kehabisan nafsu makan, memutuskan dirinya untuk masuk ke dalam masalah. Wajahnya mengerut dengan keinginan untuk makan makanan berkualitas terbaik [Honey Syrup] dan bergegas menuju sarang Honey Bees.

Dia lega mengetahuinya tujuannya lebih dekat dari perkiraannya, tetapi ketika dia sampai ke tujuan, dia menatap sarang itu dengan rasa heran.

Di depannya terdapat sarang lebah besar… tidak, sangat besar. Ukurannya hampir sama dengan ukuran sebuah rumah.

"Oy, bukankah ini terlalu besar?" 

"Hahaha, sebenarnya ini pertama kalinya aku memanen madu... Ini agak mengejutkan."

Arnold mengatakan itu. Menonton keduanya, Max tertawa terbahak-bahak.

“Bukankah itu berarti bagus? Honey Bees memiliki besar seperti bayi. Bagaimana mereka bisa hidup tanpa sarang sebesar ini?" 

“Aku membacanya di buku bahwa Honey Bees memiliki tinggi sekitar 30 Tail."

Hiiro memulai memutar kembali ingatannya dan menemukan informasi ini. Omong-omong, 1 Tail di dunia ini sama dengan 1 cm. Satu-satunya yang berbeda adalah namanya.

"Kalau begitu, mau kita mulai?"

Max mengatakan itu, dan dia mulai memimpin kelompok itu menuju ujung balik sarang. Di sana, mereka menemukan daerah dengan sesuatu yang tampak seperti sebuah gagang yang mencuat.

Max meletakkan tas besar yang ia bawa ke tanah. Dia dengan kuat menggenggam gagangnya, dan menariknya dengan sekuat tenaga. Seolah-olah itu adalah laci meja, bagian dari sarangnya perlahan-lahan ditarik keluar.

Dengan cepat, udara dipenuhi dengan aroma manis madu. Cukup untuk membuat Hiiro dan teman-temannya menelan ludah secara tidak sengaja. Setelah dia menarik sekitar setengahnya, Max berhenti.

"Lihat!"

Tempat yang ditunjuk Max adalah serangkaian celah di dalam sarang. Bentuk itu tampak seperti papan Sudoku dengan dinding yang sebagai bingkai.

Dan di dalam celah-celah itu ada sesuatu yang lembut seperti spons. Max mengeluarkannya dan mengeluarkannya di atas botol yang ia dapat dari dalam tasnya.

Dan cairan kental perlahan mengalir darinya. Secara terus menerus madu menetes ke dalam botol.

"Kalian harus mencobanya."

Dia perlahan mundur dan menunjuk kelompok Hiiro untuk mengambil sesuatu yang seperti spons itu. Hiiro mengambilnya di tangannya.

‘Begitu, jadi beginilah cara mereka mengumpulkannya.’

Hiiro mengingat caranya dan mulai meremasnya. Tapi dia cepat mendapatkan kebosanannya, dan meletakkan tangannya di bahu Arnold, dan berkata dia akan memberikan spons itu pada Arnold.

"Oi! Kau akan menjatuhkan madu di pundakku!"

Itu sudah terjatuh di sana. Hiiro melepas sarung tangannya, dan mengeluarkan biskuit dari saku Arnold.

"Oy, tunggu!" 

"Tidak apa-apa, lakukan saja pekerjaanmu, Ossan." 

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu!"

Setelah teriakan Arnold berhenti, Max mengangkat bahu.

Hiiro membasahinya dengan banyak madu yang ia peras. Madu itu sendiri berwarna oranye, dan cukup tebal. Baunya sudah cukup untuk mengetahui rasa manisnya.

Pertama, Hiiro menaruh madu itu sendiri di mulutnya.

"N!? …… ..ooh"

Ini adalah rasa manis terkonsentrasi dengan ekstrim. Selain itu, rasanya agak asam. Mungkin karena sudah berfermentasi. Madu ini benar-benar madu berkualitas tinggi.

Tanpa menunggu waktu lama, Hiiro memasukkan biskuit ke mulutnya.

"… Benar. Ini sangat enak."

Tanpa ragu, ia mengatakan itu enak. Ini adalah item yang pasti akan populer di kalangan para wanita. Tapi Hiiro sendiri adalah penyuka rasa manis, jadi dia sangat menikmatinya. 

Sebelum Arnold menyadarinya, biskuit sudah habis.

“UUUOOOIIIIII! Apa kau makan semuanya sendirian!?” 

“Ya.” 

“Jangan hanya,‘ya’-! Hal itu adalah hal yang paling ditunggu! Kau bajingan tengik!" 

"Jangan menangisi susu yang tumpah, pria manja." 

"Dan bagaimana aku harus menutup mulutmu itu?"

Akibat berteriak kekuatan meremas pada spons di tangannya meningkat.

“Gahaha! Jika ini masalah biskuit, maka aku sendiri punya banyak. Jadi, jangan khawatir." 

"Aku mengerti. Kerja bagus." 

"Kamu masih berencana makan lebih banyak lagi!?" 

"Jangan meremehkan kekuatanku." 

"Apa!?" 

"Perutku... masih ingin." 

"Aku akan MEMBUNUHMUUUU!"

Dan setelah banyak hal yang terjadi, mereka semua telah mengisi semua botol mereka dengan madu, dan mendorong sesuatu yang tampak seperti laci itu kembali. Akhirnya, bagi mereka waktu makan bersama.

"Oh! Begitu enaknya! Seperti yang diharapkan dari [Honey Syrup]-!”

Arnold memegang kedua tangannya dengan mengatakan pujian terhadap item itu.

"Diam. Jangan berisik saat makan." 

"Nu!?... kkku... sialan... kau bocah..."

Arnold merasa sedikit malu atas semburan mulutnya yang tiba-tiba, tetapi memang saja mendengar hal ini dari Hiiro membuatnya kesal.

“Gahaha! Arnold adalah pria yang sangat manja! ”

Max tertawa senang saat dia mengudap biskuit.

"NomNomNomNomNomNomNomNom."

Muir dengan sepenuh hati memakannya... menggigit biskuit? 

Melihatnya, ekspresi Arnold berubah hangat.

“Ha~ Kenapa harus seimut ini~?” 

“Kau menjijikan (Creepy).” 

“Apa-apaan!” 

“Kalau begitu biarkan aku menggantinya. Kau menjijikkan (Disgusting)." 

"Bukankah itu artinya sama?" 

"Gahaha." 

"NomNomNom."

Saat keempatnya dengan riang menikmati waktu makan mereka, suara berdengung mulai terdengar.

"Sepertinya si pemilik telah datang kembali."

Sekelompok besar lebah menutup langit. Ukuran setiap lebah tidak dapat dibandingkan dengan lebah normal yang Hiiro tahu.

“Oy, oy. Bukankah sarang ini terlalu kecil dengan jumlah seperti itu?" 

"Ini bukan satu-satunya. Ada total enam sarang." 

"Aku mengerti, itu tampak masuk akal."

Honey Bee besar mulai terbang lurus ke arah mereka. Hiiro dan Arnold segera mengambil sikap, tapi...

"Ah, aku meninggalkan pedangku di rumah."

Dan sepertinya Arnold lupa membawanya. Arnold berdiri di depan Muir, dan Hiiro bersiap untuk menulis sebuah karakter. Tapi Max perlahan berdiri dan tertawa.

"Sekali lagi, terima kasih untuk madu yang enak."

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Seolah-olah sebagai sebuah jawaban, lebah bergerak naik turun di udara.

“Kami akan membuat sarang lain segera, sehingga bersenang-senanglah sampai saat itu.” 

Naik. Turun. Naik. Turun.

Setelah interaksi singkat itu, lebah itu tampak kembali ke kawanannya. 

Sebagai imbalan karena para beastman [Bearnt] membangun sarang, Honey Bees menawarkan sebagian madu mereka. Itulah kesepakatan antara kedua pihak. Itu adalah kontrak yang ada lebih lama daripada yang bisa diingat oleh siapa pun. Lebah yang menuju tadi adalah sang Ratu.

"Hei, tunggu sebentar. Lalu mengapa aku memakai ini?"

Saat Hiiro mengatakan itu, keduanya selain Max mengangguk.

“Yah, itu bukan seperti tidak ada artinya.” 

“Apa maksudmu?” 

“Daerah ini dipenuhi banyak serangga. Terutama setelah kita memakan madu..."

Tiba-tiba tanpa mereka sadari segerombolan serangga kecil mendekati mereka.

‘I-ini terasa menjijikkan.’

Berbagai serangga mulai merayapi seluruh tubuh mereka. Muir mengeluarkan ekspresi kosong bagaikan telah menemui akhir dunia sebelum akhirnya dia kehilangan kesadaran. Arnold, yang sekarang menggendongnya, dan bahkan Hiiro akhirnya berdoa kepada Tuhan untuk mengakhiri cobaan ini.

"Sekarang. Karena kita sudah makan untuk sementara waktu, jumlah serangga pasti akan semakin banyak. Apa yang semestinya kita lakukan?" 

""Lari!"" 

"Kupikir kalian terlalu akrab, kalian tahu?"

Dengan semua kekuatan mereka, keempatnya pergi meninggalkan daerah itu.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>