Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 41

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 41: Tertundanya Perang[edit]

“A-Apaan kekuatan sihir yang luar biasa ini!? A-Apa itu Maou!?”

Di sisi Gabranth, menyaksikan sihir dari Eveam dan Aquinas, Leglos menilai bahwa itu memang ulah Maou.

"Ya. Jumlah kekuatan sihir ini, sudah pasti dia." (Leglos)

Di hadapan kekuatan sihir yang ada di luar nalarnya, membuat Lenion menggertakkan giginya. Tangannya secara alami menjadi berkeringat.

“Nyohohohoho! Nah sekarang, ini benar-benar buruk!" (Yuhito)

“Ada apa, Yuhito? Apa itu akan ditembakkan ke sini?" (Lenion)

Saat Lenion bertanya, Yuhito menggelengkan kepalanya.

“Bukan bukan. Jika itu masalahnya, mereka seharusnya lebih dekat untuk memusnahkan kita. Tapi mereka berhenti di tengah jembatan!” (Yuhito)

"... Maksudmu adalah-!?" (Leowald)

Raja Leowald terengah-engah saat Yuhito mengkonfirmasi apa yang ingin dia katakan.

"Itu benar. Aku takut mereka sekarang sedang..." (Yuuhit)

.

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

.

"Menggunakan sihir sebesar itu... Tidak mungkin!? T-Tidak, tapi..." (Marione)

Di pihak Evila, yang paling pertama menyadarinya adalah Marione. Meskipun dia dengan berani menyimpulkan itu, bagaimanapun, dia tidak bisa mempercayainya.

"Memikirkan Maou-sama akan melakukan hal seperti itu..." (Marione)

Di antara para prajurit, ada yang terkesan merasakan kekuatan sihir yang sangat besar. Mereka tidak mengerti apa yang akan terjadi, tetapi mereka sangat terharu menyaksikan kekuatan dari Maou mereka.

Namun, Marione sangat khawatir. Jika kedua orang itu melakukan apa yang dia pikirkan, dia seharusnya memikirkan cara untuk menghentikan mereka. Namun, tidak ada lagi cara untuk menghentikan mereka. Para prajurit bertanya kepada Marione apa yang ingin dilakukan kedua orang itu. 

Dia menggertakkan giginya dan memberi tahu prajurit lain dengan sedikit berbisik.

"Mereka sedang..." (Marione)

.

.

"Bagaimanapun caranya, mereka harus menghancurkan jembatan itu." (Hiiro)

Hiiro menjawab pertanyaan Rarashik. Namun, semua orang selain Rarashik, memasang wajah kosong.

"Oh, dan alasanmu?" (Rarashik)

"Jika mereka menghancurkan jembatan maka seperti yang dirimu katakan, memang tidak menghentikan perang tetapi itu dipastikan akan menunda perang." (Hiiro)

"A-Apa maksudmu?" (Arnold)

Arnold bertanya sambil mengerutkan alisnya.

“Bukankah begitu? Jembatan itu adalah satu-satunya hal yang menghubungkan kedua benua, kan?” (Hiiro)

"... Ah!" (Arnold & Muir)

Arnold dan Muir tampaknya mengerti apa yang Hiiro katakan.

"Aku mengerti! Menghancurkan jembatan akan menghentikan pergerakan mereka!" (Arnold)

"Y-Ya, dan jika semuanya terlaksana dengan baik, maka seperti yang dikatakan Nona Shishou, kedua belah pihak akan berakhir tanpa ada pertempuran..." (Muir)

Kemudian, Rarashik menyeringai dan mulai bertepuk tangan.

"Selamat. Kau benar-benar orang yang cerdas, Boya.” (Rarashik)

"Hmph" (Hiiro)

Hiiro cukup senang saat dia dipuji, tetapi hanya saja dia menerima pujian itu ketika dipandang rendah oleh seorang gadis kecil, dia jadinya merasa sedang dihina.

"Tidak, tunggu... Tidak ada gunanya bagi mereka jika mereka benar-benar bisa melakukan itu..." (Arnold)

Arnold bergumam sambil menyilangkan tangannya. Setelah itu, Muir bertanya.

"Apa maksudnya?"

“Karena, mereka sedang berperang. Terutama karena pihak Gabranth yang memulainya. Sepertinya tidak mungkin bagi mereka untuk melakukan hal yang menyebabkan mereka kehilangan posisi. Ada rumor jika Evila juga merencanakan perang. Sebaliknya, sesekali mereka telah bergerak melintasi jembatan itu. Perang kali ini adalah pergantian peristiwa yang sesuai bagi Evila. Karena Gabranth kali ini yang memulainya. Mereka tidak perlu bergerak untuk menghancurkan jembatan, bukan? Karena Evila lebih kuat.” (Arnold)

"Ah, Paman benar."

“Seperti yang aku katakan, kan? Secara teori, itu mungkin. Tapi tidak ada keuntungannya, dan membutuhkan seseorang yang bisa menghancurkan jembatan besar... Yah, bahkan jika ada seseorang yang bisa melakukannya, dia harus menggunakan seluruh kekuatannya, jadi selain teori masih meragukan, juga tidak ada yang akan melakukannya." (Arnold)

Jembatan Gedult, yang telah dihancurkan di masa lalu oleh monster, telah direnovasi sehingga hal seperti itu tidak akan terjadi lagi.

Kemungkinkan untuk merusaknya pun sangat kecil, dan benar-benar menghancurkannya merupakan pekerjaan yang sulit dan tidak ada alasan untuk melakukannya, jadi hanya teori yang saat ini bisa dikatakan.

“Yah, jika Evila saat ini punya alasan untuk tidak memilih peperangan dan ada banyak keuntungan dibandingkan kerugian setelah hancurnya jembatan maka mereka dengan pasti akan menghancurkannya. Dan berbanding terbalik jika tak ada orang yang seperti itu." (Rarashik)

Rarashik mengeluarkan pendapatnya, kenyataannya mereka tidak tahu apakah ada seseorang di Evila yang memiliki alasan untuk tidak berperang.

"Begitulah... Jadi, apapun yang dilakukan perang tidak bisa dihentikan..." (Arnold)

Arnold bergumam, dan Muir terlihat murung.

"Kalau saja ada beberapa kejadian ajaib yang tidak biasa ... Tapi, dunia bukanlah tempat yang mudah." (Rarashik)

Mendengarkan kata-kata filosofis Rarashik, Arnold dan Muir menjadi lebih tertekan, tetapi Hiiro memikirkan sesuatu yang berbeda.

“Evila, pasti memiliki alasan mengapa mereka saat ini tidak menyerang negara lain meski mereka begitu kuat. Jika alasan itu adalah... Tidak, aku ingin tahu dengan melihatnya sendiri..." (Hiiro)

Jika alasan itu untuk menghindari perang, itu tidak berarti bahwa apapun dapat terjadi dalam perang ini. Meskipun ini tidak lebih dari dugaan Hiiro, jawabannya akan segera diketahui.

Apakah itu akan menjadi perang besar, atau tidak... Jawabannya akan segera ia ketahui.

.

.

“Kita keluarkan! Aquinas!” (Eveam)

Eveam, yang sedang membangun lingkaran sihir raksasa, terus mengeluarkan sihir dari lengan kirinya.

"Baiklah." (Aquinas)

Diikuti oleh Aquinas, yang mengeluarkan sihir dengan jumlah yang sama. Gumpalan hitam yang muncul membesar dengan ukuran berhasil mengisi jarak di antara dua lingkaran sihir.

"Ayo lakukan, Aquinas!" (Eveam)

Teriakannya bertindak sebagai pertanda bagi Aquinas. Gumpalan hitam yang terbungkus oleh lingkaran sihir itu bagaikan sedang menahan gumpalan tersebut untuk mengisi kekuatannya.

“Hilanglah ke dalam kegelapan! [Cosmo End]-!”

RUMBLE RUMBLE RUMBLE RUMBLE!

Gumpalan hitam yang ditembakkan dengan kecepatan luar biasa dan mengarah ke jembatan.

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Itu sangat cepat. Benar, tak ada kata lain yang cocok menggambarkan hal itu, peristiwa itu terjadi dalam sekejap mata.

Monster yang seharusnya berada di atas jembatan tersedot ke dalam gumpalan hitam.

Gumpalan hitam itu menyentuh jembatan dan langsung membungkus jembatan sepanjang 30 km itu.

Dan kemudian setelah beberapa detik kemudian, Jembatan Gedult raksasa menghilang tanpa jejak. Seolah-olah sebuah jembatan tidak pernah ada di sana.

Cuaca menjadi cerah. Tidak ada korban di kedua sisi Gabranth maupun Evila. Hanya jembatan yang menghubungkan kedua belah pihak yang menghilang. Hanya itu.

"Uh ..." (Eveam)

Sayap di punggung Eveam menghilang dan dia jatuh ke laut. Namun, Aquinas muncul dan menangkapnya.

"Aku... aku mungkin telah menggunakan terlalu banyak darah..." (Eveam)

"..." (Aquinas)

Wajahnya terlihat pucat, tetapi dia merasa senang bahwa dia bisa melanjutkan apa yang ingin dia lakukan. Aquinas menggendongnya dan segera pergi dari tempat mereka berada. Sebelum itu, dengan kecepatan tak terduga.

Whooooooooooooosh!

"!?" (Aquinas)

Sesuatu ditembakkan ke arah mereka dari pihak Gabranth. Aquinas langsung mengelak. Itu tampak seperti tombak, tetapi itulah yang mengejutkan.

‘Jika ada seseorang yang bisa melemparkan tombak ke sini, bisa jadi…’ (Aquinas)

Memikirkan itu, Aquinas memfokuskan matanya ke arah Gabranth. Di mana dia sekarang berada sekitar 15 km dari pasukan Gabranth. Melempar tombak secara akurat dari jarak itu bukanlah hal yang mudah.

Ada juga kekuatan yang cukup besar dari tombak itu. Aquinas berpikir jika saja tombak itu mengenainya, dia pastinya akan menerima banyak luka. Hanya ada satu orang yang Aquinas tahu yang mampu melakukan serangan seperti itu.

"... Beast King, huh?" (Aquinas)

.

.

"Sial! Dia menghindar!" (Leowald)

Leowald menyemprotkan kata-kata itu sementara wajahnya berkerut karena marah. Karena dari jarak sejauh itu, dia tidak dapat mengenai targetnya.

"Beraninya kau... beraninya kau! Evilaaaaaa!” (Leowald)

Leowald meraung ke langit. Mau bagaimana lagi. Mereka mengumpulkan kekuatan mereka untuk berperang hari ini. Mereka telah memikirkan banyak strategi, menetapkan bahwa mereka dapat menghancurkan Evila, dan memutuskan untuk pergi berperang.

Meskipun begitu, lawan mereka berhasil meninggalkan mereka bahkan sebelum peperangan dimulai. Mereka bahkan tidak berpikir bahwa hal seperti itu bisa terjadi.

"Jika seperti ini, apa mereka benar-benar serius dengan perjanjian damai itu?" (Leglos)

Lenion membalas gumaman Leglos.

“Meskipun aku pikir itu pasti jebakan atau seperti itu. Apakah mereka benar-benar mencari kedamaian? Tidak mungkin!" (Renion)

Bukan hanya untuk Humas. Evila juga mengirimkan surat perjanjian damai ke Gabranth. Tentu saja, surat itu tidak dianggap serius sampai sekarang, tetapi dengan peristiwa hari ini, mereka dapat menentukan beberapa niat di balik surat itu.

“Sialan kau! Bertarunglah denganku! Evila bangsaaaat!" (Leowald)

Semua orang menyaksikan Leowald meraung-raung dengan kebencian, seolah-olah dia sedang kesurupan.

“Bagaimanapun, kita sekarang perlu membicarakan rencana selanjutnya. Kita harus menghentikan Ayah, Lenion.” (Leglos)

"Tsk, sungguh menyebalkan." (Lenion)

Keduanya pergi mendekati ayah mereka untuk menghentikan pukulan-pukulan Leowald ke tanah dan bebatuan yang tak bersalah. Setelah menonton keduanya, Yuhito mengalihkan pandangannya ke arah lokasi Eveam dan Aquinas, yang menghilang ke langit, dengan senyum di wajahnya.

‘Nyohohohoho! Untuk berpikir itu akan berakhir seperti ini. Sepertinya aku perlu cepat-cepat menyelesaikan 'itu'. Nyohohohoho!’ (Yuhito)

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>