Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 9

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 9: Pertemuan Dengan Katana[edit]

Hiiro memanjangkan pedangnya dengan menulis『伸|Extend』pada pedangnya. Panjang pedangnya sekarang adalah 7 meter. Meskipun begitu, tidak ada seorang pun mengerti apa yang terjadi sebenarnya.

Hiiro mengembalikan pedangnya dengan menulis『元|Origin』. Mata pedangnya menembus tangan si tiang berambut rancung, dan si tiang berambut rancung itu pun mengerang kesakitan.

Dia menjatuhkan pedang karena rasa sakit yang luar biasa sehingga tangannya gemetar. Keringat dingin yang pun membasahi wajahnya.

“Mundur, bocah.”

“Eh, Nii-chan, kenapa?”

“Aku dapat bayaran, jadi aku akan membantu.”

Saat Hiiro mengatakan itu, Nies mengeluarkan nafas lega.

“Si-Siapa Kau?!”

Ujar si tiang berambut rancung sambil menahan sakit.

“Aku tak punya kewajiban untuk menjawabnya. Selamat tinggal.”

“AP?!”

Hiiro melompat ke arah si tiang berambut rancung dengan sangat cepat hingga si tiang berambut rancung tidak sempat bereaksi. Kemudian Hiiro menebas dada si tiang berambut rancung dengan pedang miliknya.

“Rasakan ini!”

SLAASSHH!

Dengan satu ayunan, pedangnya menebas tubuh si tiang berambut rancung dari bahu kirinya menuju panggul kanannya, mencipratkan darah kemana-mana. Kemudian si tiang berambut rancung roboh dan pingsan.

“Tidak.. mungkin...”

Semua orang menyangka si tiang berambut rancung sudah mati, tapi badannya mengejang dan mengisyaratkan bahwa dia masih hidup. Namun tampaknya dia sungguh-sungguh telah kalah.

“AAHH.. Apa ini? Kenapa Kakak ada di tanah?”

“Simpan semua pertanyaan untuk dirimu sendiri.”

Sambil mengatakan itu, Hiiro sekali lagi mengayunkan pedangnya ke arah si gendut botak, tetapi..

CREEAAKK!

Dia terhenti karena suara metal yang beradu.

‘Sial, dia memakai armor rantai.’

Walaupun Hiiro sudah menebasnya sekuat tenaga, tidak sedikitpun kulit tubuh si gendut botak yang tergores.

“Pakaianku!! Beraninya kau, sialan!!”

Saat si gendut botak berkata demikian, bajunya sudah sobek sana-sini. Hiiro ingin bertanya mengapa si gendut botak malah marah karena bajunya, namun, seperti yang telah dia sadari, ada sebuah chain mail yang ditutupi oleh bajunya.

Si gendut botak menarik kemudian mengayunkan pedang besar dari punggungnya.

“Mhh~ aku akan mati kalau aku menerima serangan langsung, mengingat perlengkapanku yang seperti ini.”

Dengan pertimbangan seperti itu, Hiiro pun menjaga jarak jarak dari si gendut botak.

“AKU AKAN MENGUBAHMU MENJADI DAGING CINCANG!!”

“Diam kau gendut! Ayo sini.”

“GRRR!!”

Si gendut botak mengayunkan pedangnya sekuat tenaga. Hiiro tahu kalau tebasan berikutnya mengarah ke kepalanya. Hiiro pun lalu berjongkok untuk menghindari tebasan itu, kemudian dia menebas kaki Si Gendut tanpa basa-basi. Tapi pedangnya sekali lagi menebas metal.

“Ya ampun... si gendut ini memakai armor lengkap? Sangat mengesankan dia masih bisa bergerak.”

Normalnya, jika menggunakan armor lengkap, akan sangat sulit untuk berjalan. Tetapi si gendut botak ini bisa mengatasinya, walaupun gerakannya menjadi lambat. dia pasti mempunyai kekuatan yang besar.

“Tapi itu tidak berarti jika dia tidak bisa menyerang. Lagipula, aku juga bisa bertarung seperti ini.”

Sambil berkata demikian, Hiiro menyarungkan pedangnya dan memainkan musuhnya dengan gerakan lincah.

“U-UH? Dimana? Dimana dia ?”

Dengan kecepatan sebagai karakteristik bertarungnya, Hiiro sekarang berada di belakang si gendut botak. Musuhnya masih kebingungan mencari keberadaan Hiiro sekarang.

Hiiro mengkonsentrasikan kekuatan sihir ke ujung jarinya, dia lalu menulis kata di belakang si gendut botak. Setelah mengambil jarak,dia mengaktifkan sihirnya di dalam hati. Si gendut botak kemudian berubah merah dan mulai berguling-guling di tanah.

“P-PANAAASS!! KENAPA INI!? PANAS SEKALII!!”

Dia kemudian merasa seperti terpanggang. Tidak hanya punggungnya, namun seluruh tubuhnya terasa sangat panas. Kata yang tertulis di punggungnya adalah『熱|Heat』. Itu memang masih belum cukup untuk melelehkan armor rantai milik si gendut botak, tetapi panas yang dirasakan itu cukup untuk membakar kulit dan daging miliknya.

Penduduk desa merasa heran karena tiba-tiba si gendut botak jatuh ke tanah.

“Oke. Semua beres.”

Sambil melirik si gendut botak, Hiiro pun tersenyum kecil.

“Guh… Pa-Panas.. apa yang kau lakukan..?!”

“Tak tahu… kau tidak akan pernah tahu, Gendut.”

Hiiro memukul wajah si gendut botak sembari mengatakan itu.

Si gendut botak kemudian hilang kesadaran dan badannya berasap. Saat itu, Hiiro mendengar suara yang sangat familiar baginya.

‘Oh, mengalahkan mereka ternyata dapat EXP juga.’

Lalu dia mendekati si tiang berambut rancung dan merogoh sakunya.

“Ah, ketemu! Ini.”

Sambil mengatakan itu, Hiiro memberikan benda yang ditemukannya dari saku milik si tiang berambut rancung pada kepala desa.

“Jangan pernah menangis padaku untuk mendapatkan barang ini lagi.”

Yep, barang itu adalah hak kepemilikan desa.

“Dan, panggil prajurit untuk menghukum mereka berdua. Mereka tak akan bangun untuk sementara waktu, tapi kalian tetap harus mengikat mereka dengan kuat dan benar.”

“Uhm..”

Kepala desa tidak mengerti apa yang terjadi, tapidiakemudian tersenyum saat melihat kedua pembuat onar di kampungnya terbaring pingsan.

“OHHH..”

Dan kemudian..

“YEEAAYYYY!!!!”

Terdengar teriakan dari sekelilingnya. Hiiro bergumam “Berisik..” dengan hanya satu matanya yang terbuka. Tetapi tidak ada orang yang mendengarnya.

Kepala desa lalu mengambil tangan Hiiro dan berterima kasih padanya sambil meneteskan air mata.

“Terima kasih, terima kasih banyak!”

“Te-Tentu.”

Panis datang menghampiri Hiiro.

“Kau benar-benar petualang yang luar biasa.”

“Aku tak mengerti, bukankah itu hanya mereka saja yang lemah?”

“Tidak, tidak... mereka berdua itu dikenal sebagai「Harios Bersaudara」dan mereka itu petualang yang cukup hebat. Walaupun sikap mereka seperti itu.”

Hiiro mengangguk ringan, dia tidak tertarik dengan cerita Panis. Lalu dia melihat ke bawah, disana berdiri Nies.

”Ahh.. kalau Nii-chan kuat memang kuat, seharusnya menolong kita sejak awal.”

“Hey, Nies!”

Kepala desa memarahinya, tapi saat itu, semua yang ada disana terkejut akan perilaku Hiiro. Karena dia menjitak ringan kepala Nies.

“Oww! Apa yang Nii-chan lakukan?!”

“Aku beri tau kau, aku itu bukan pahlawan. Aku tidak menolong orang dengan gratis. Orang tua ini berjanji memberikan hadiah jika aku mengalahkan mereka.”

“Ap...”

“Dengan kata lain, hanya sekali, hanya kali ini saja.”

“Ap-!?”

Mengabaikan Nies yang terlihat terkejut, Hiiro kembali ke topik utama dengan Panis. Dengan kata lain topik tentang hadiah.

“Sekarang, boleh aku melihat tokonya?”

“Y-Ya, tentu saja.”

Panis menunjukkan senyuman kosong pada Nies, yang melihat Hiiro dengan berlinang air mata.

Kepala desa menawari Hiiro layanan tambahan, yaitu gratis menginap di penginapan, tentu saja Hiiro dengan senang hati menerima tawaran itu.

Setelah itu, diapun pergi ke toko Panis, namun setiap kali dia bertemu dengan penduduk, mereka berterima kasih padanya. Awalnya Hiiro tidak diterima sedikitpun, tetapi sekarang dia sudah seperti tamu VIP.

Beberapa saat kemudian, Hiiro pun sampai di toko Panis.

“Ini tokoku.”

“Ohh, tidak hanya senjata, kau punya armor juga.”

Berkeliling di toko,dia dengan teliti memeriksa semua produk yang ada.

“Jadi, kau tadi bilang bahwa kau akan memberikan senjata terbaikmu, tapi yang mana?”

“Fufufu, aku senang kau bertanya.”

Tawanya sedikit mengganggu. Kemudian Panis kembali masuk ke dalam toko dan saat dia keluar, dia membawa sebuah pedang.

“Ini dia .”

“Oho...”

“Ini namanya『Shitou・Tsuranuki』.”

ED Note: Artinya『Bayonet・Penusuk』. Itu pake pendekatan bahasa China btw, soalnya kalo pake bahasa Jepang malah jadi『Pedang Berduri・Penusuk』

Pedang itu terlihat seperti katana dengan panjang yang tepat. Satu-satunya perbedaan adalah bilah pedang itu bersih jernih seperti es. Terlihat benar-benar indah.

“Ini adalah katana yang terfokus pada tusukan. Ini adalah jenis pedang yang asalnya dibuat oleh beberapa orang dari Gabranth. Tak seperti pedang yang dibuat oleh Humas yang lebih fokus pada memotong dengan sekuat tenaga, pedang ini punya bagian pedang untuk membelah dua musuh dengan kecepatan, bukan tenaga.”

Karena dia orang Jepang, tentu saja dia tahu semua itu, tetapi dia memilih untuk tetap diam.

“Tentu saja aku menjamin ketajaman dari pedang ini. Seperti namanya, ini adalah katana yang bisa menusuk apa saja. Mungkin terlihat tipis, tapi sebenarnya pedang ini sangat kuat.”

“Dari mana kau bisa mendapatkan pedang seperti ini?”

“Dari kenalan. Aku menyimpan pedang ini karena ini adalah pusaka keluarga.”

“Aku terkejut mereka berdua tidak mengambil pedang ini.”

“Huh? Aku menyembunyikan pedang ini di basement.”

Ia mengatakannya dengan bangga. Ini pasti sangat berharga baginya.

“Apa tidak masalah kalau aku mengambil pedang ini? Dengan kata lain, bukan untuk dijual. Aku pikir kau akan memberiku barang yang dijual di toko.”

Karena itu tidak ditunjukkan di toko, Hiiro pikir ini sudah pasti barang yang tidak dijual.

“Ya.. memang sedikit disayangkan, tapi aku rasa, aku bisa mempercayakan ini padamu.”

“… bukankah kau memberiku terlalu banyak? Aku mengalahkan mereka karena aku ingin. Seperti yang aku katakan tadi, aku bukan pahlawan.”

“Itu tidak masalah.”

“Mh?”

“Kau menyelamatkan desa ini. Kami sudah sungguh senang karena itu, tidak peduli kau adalah pahlawan atau bukan.”

Hiiro melihat pedang itu sekali lagi dan bertanya sekali lagi.

“... bolehkah?”

“Tentu saja.”

“Oke, terima kasih.”

Mengatakan itu,dia menerima『Shitou・Tsuranuki』. Saat dia memegang pedang itu untuk pertama kalinya, pedang itu seperti menempel di tangannya seperti dia pernah memakai pedang ini untuk waktu yang lama. Saat dia menyimpan pedang itu di pinggangnya, itu terlihat sangat pas. Wajahnya kemudian terlihat sangat senang.

Sebagai lelaki Jepang, tentu saja akan sangat senang jika memiliki katana menggantung di pinggangnya.

‘Aku sungguh beruntung.’

Dia mendapat level dan menemukan pedang bagus, dia tidak punya sesuatu untuk dikeluhkan. Setelah berterima kasih pada Panis sekali lagi, dia meninggalkan toko dan kembali ke penginapan seperti tidak ada yang terjadi hari ini.

Tapi di jalan dia kembali, ada seseorang yang menghalangi jalannya.

“Nii-chan, punya waktu?”

Itu adalah Nies. dia marah ketika Hiiro mengeluh.

“Kenapa wajahmu terlihat seperti kerepotan seperti itu!”

“…Hah?”

“Lagi!”

Hiiro ingin mengatakan kepadanya untuk tidak menunjuk kepada orang lain, tetapi itu tidak akan ada akhirnya jika dia menghiraukannya... jadi dia ingin mengakhirinya secepat mungkin.

“Oke, apa yang kau mau, Bocah?”

“Jangan panggil aku bocah! Aku sudah berumur 7 tahun tahu!!”

“Ya-ya.. Bocah.”

“Gr~!”

“…Hah, jadi ada apa?”

“Beri tahu aku namamu.”

“..Huh?”

“Namamu! Ayahku menyuruhku untuk menanyakan namamu!”

“Ayahmu? Siapa dia ?”

“Kepala desa.”

“…Kau.. anaknya?”

“Fufu, menakjubkan kan?”

Nies mengatakannya dengan nada penuh bangga, tapi Hiiro tidak sedikitpun merasa iri.

Credit (Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

“Ah, tentu, tentu. Sangat hebat~ Aku sangat terkejuut~ Wuihh hebat~”

“.... Nii-chan tidak mengatakannya dengan hati.”

“Yah...”

“Kau baru saja mengakuinya?!”

Dia terkejut hingga mulutnya menganga, tapi jika keadaannya seperti ini, akan memakan waktu yang sangat lama, jadi Hiiro memutuskan lebih baik untuk memberi tahu namanya.

“Aku Hiiro. Kalau di sini mungkin Hiiro Okamura.”

ED Note: Awalnya Hiiro mau ngasih nama sesuai penamaan Jepang tapi ga jadi

“Pahlawan… Nii-chan hebat ya!”

ED Note: 日色「ヒイロ」 vs ヒーロー(Hiiro/Pahlawan) -_- Japan the pun Nations

Hiiro terlihat bingung karena dia tidak tau kenapa mata Nies tiba-tiba terlihat berkilau.

“Aku mengerti… Nii-chan Pahlawan ya...”

“… Aku tidak mengerti ada apa denganmu, tetapi seharusnya kau segera memberi tahukan ini kepada kepala desa kan? Seharusnya kau pergi sekarang.”

“Ah, benar! Ayah sedang sibuk mengikat pembuat onar itu! Sampai jumpa, Nii-chan!”

“Tentu, tentu.”

Nies pergi sambil melambaikan tangannya, Hiiro berpikir betapa enaknya jadi muda kembali. Walau pun dia sendiri masih berusia 17 tahun.

Lalu dia kembali ke penginapan dan dia dilayani benar-benar berbeda dari sebelumnya.

Dia disuguhi dengan makan malam mewah walaupun dia tidak memesan itu, dan untuk beberapa saat dia terlihat sangat bersyukur untuk itu, dia membayangkan kepribadiannya menjadi seperti itu yang membuat dia terlihat menjijikkan, jadi dia menggelengkan kepalanya.

Setelah beberapa saat, Nies datang bersama kepala desa. Kepala desa datang untuk berterima kasih secara formal padanya karena dia sangat sibuk tadi.

Karena semua penduduk desa akan menghujaninya dengan terima kasih kalau dia berjalan-jalan berkeliling desa, jadi Hiiro memilih diam di kamarnya, karena dia merasa terganggu. Fisiknya memang tak kelelahan, tetapi mentalnya yang kelelahan.

Ia lalu mengecek Statusnya.

Okamura Hiiro

LVL 20

HP 320/320

MP     900/900

EXP    5672

NEXT 520

ATK     139(200)

DEF    100(115)

AGI     210(212)

HIT      112(120)

INT      189(193)

Atribut Sihir :

  • Tanpa Atribut

Sihir :

  • Word Magic
  • Single Chain Unlocked
  • Air Writing Unlocked

Titles :

  • Innocent Bystander
  • Word Traveller
  • Word Master
  • Awakened One
  • Ripper

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>