Konjiki no Wordmaster (Indonesia):WN Chapter 92

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 92: Kekuatan Gabungan


Kamui menatap Hiiro. Jujur saja, Hiiro punya firasat akan menjadi seperti ini setelah Kamui menemukan tekad untuk mengambil tindakan. Namun, Hiiro menutup matanya dan berkata.

"Aku tidak mempunyai kewajiban untuk membantumu." (Hiiro)

“...Tolong.” (Kamui)

“Tidak, tidak akan. Aku tidak bekerja secara gratis. Lagipula, mengapa tidak meminta Baba- ... Maksudku orang kecil di sana?" (Hiiro)

"Aku bisa mendengarmu, bajingan ... Bagaimana kalau aku membuatmu tidur selamanya? Nn?" (Liliyn)

Sebuah niat membunuh mengerikan menyerang Hiiro. Hiiro ragu-ragu, merenungkan apakah itu kesalahan untuk dirinya dengan memanggil rekannya yang kecil.

"Meskipun aku tidak mau mengakuinya, orang itu kuat. Dia bahkan dapat mengalahkan monster tanpa masalah." (Hiiro)

"Oi, jangan menyeretku. Apakah kau benar-benar berpikir bahwa aku akan repot-repot dengan hal yang merepotkan ini? Tidak! Aku tidak tertarik pada monster atau hal semacam itu! Oleh karena itu, aku bahkan tidak akan mengangkat jari! Kuhaha!" (Liliyn)

"Yo! Seperti yang diharapkan dari Ojou-sama! Bahkan orang-orang suci pun akan pingsan di depan kesombonganmu itu!" (Silva)

"Ojou-sama ~! Indah sekali!" (Shamoe)

"Kuhahaha! Puji aku lagi! Hahahahaha!" (Liliyn)

Mengawasinya tertawa keras saat dia dipuji oleh pelayannya, Hiiro merasa seperti ia sakit kepala. Dia membuat catatan mental untuk tidak menjadi seperti dirinya.

"Uun ... aku,maunya Hiiro" (Kamui)

"Nn? Aku?" (Hiiro)

Un." (Kamui)

"Kenapa?" (Hiiro)

"Kenapa ............. Kenapa?" (Kamui)

"Tidak, aku satu-satunya yang bertanya di sini ..." (Hiiro)

Kamui memiringkan kepalanya dan menatap kosong Hiiro, Hiiro sudah mengerti apa yang Kamui pikirkan tentang ..

"Lagi pula, aku akan-" (Hiiro)

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" (Kamui)

"Huh?" (Hiiro)

"Apa yang harus kulakukan ...... untuk membuatmu membantu kami?" (Kamui)

"..........." (Hiiro)

Hiiro sekali lagi menyadari betapa keras kepala Kamui. Saat ia memikirkannya, dia punya ide bagus.

(Omong-omong, aku sudah naik banyak level. Aku ingin mencobanya... tapi...)

Sebenarnya, ketika Hiiro memenangkan duel melawan Kamui, ia naik beberapa level ... Karena level Kamui lebih tinggi daripada Hiiro, ia mampu mendapatkan banyak EXP dengan mengalahkannya.

"Mari lihat. Bagaimana kalau kau menjadi bawahanku?" (Hiiro)

"Eh? Bawahan?" (Kamui)

"Yah, aku hanya bercanda." (Hiiro)

"Aku akan melakukannya." (Kamui)

"Hanya bercanda....... Huh?" (Hiiro)

Hiiro hanya bisa menatap Kamui sambil terdiam. Matanya tampak serius, jika ada, rasanya seperti berkilauan dengan kebahagiaan, tapi mungkin saja ini hanya imajinasi Hiiro ..

"O-Oi ..." (Hiiro)

"Aku akan menjadi ... bawahanmu. Jadi, pinjamkan aku ... kekuatanmu." (kamui)

Hiiro menganggapnya sebagai lelucon. Hiiro tahu kalau seorang kepala suku menjadi bawahan tidak akan terjadi. Jadi, Hiiro melupakannya beberapa saat untuk memikirkan imbalan apa yang harus diberikan atas bantuannya.

Namun, ketika kau melihat ke mata Kamui, orang bisa tahu dengan jelas bahwa ia sedang serius.

"Hei, kau mengerti, kan? Kau, kepala suku, akan menjadi bawahan beberapa petualang tak dikenal ini, tidak mungkin sukumu akan setuju dengan itu, kau tahu?" (Hiiro)

"Un ... benar juga." (Kamui)

"Hei, jangan hanya mengatakan ... 'benar juga' ..." (Hiiro)

Setiap kali Hiiro harus berurusan dengan Kamui, dia merasa bingung.

"Tapi ... aku memutuskan untuk ... jadi serakah." (Kamui)

"Huh?" (Hiiro)

"Kalau hanya kami ... itu akan berbahaya. Tapi, ... jika Hiiro membantu ... risiko kita akan terluka ... berkurang." (Kamui)

"......." (Hiiro)

"Akan kulindungi ... semuanya. Untuk itu ... aku akan menggunakan cara apapun. Apa yang Hiiro katakan tentang... keserakahan ... hanya seperti itu." (kamui)

Biasanya, sebagai seorang pemimpin, kebanggaan mereka tidak akan membuatnya menurunkan kepalanya seperti ini. Sulit dipercaya, kalau ada orang yang akan menerima sesuatu seperti ini dengan mudahnya.

Namun, Kamui bersedia untuk menggunakan cara apapun yang diperlukan untuk melindungi sukunya. Bahkan jika ia harus membuang posisinya atau kebanggaannya dan membiarkan dirinya dimanfaatkan oleh Hiiro, dia bersedia menerima semua itu untuk melindungi semuanya.


(Haha ... keserakahan yang bodoh juga ada, ya.)

Tentu saja Hiiro lah yang memberinya saran itu. Namun, Kamui datang dengan menafsirkannya secara langsung saran tersebut. Hiiro tidak bisa menahan tawa melihat betapa polos Kamui.

Melihat Hiiro sedikit tersenyum, Kamui memiringkan kepalanya ke samping ..

"Haha, kawan, kau orang yang cukup menarik, ya." (Hiiro)

"... Benarkah?" (Kamui)

"Aa, mari kita pergi. Namun, apa akan baik-baik saja bagimu untuk memutuskan untuk menjadi bawahanku sendirian? Tidak, kau sudah membicarakan tentang hal ini dengan orang tua buta, kan?" (Hiiro)

"Un ... tapi semua orang akan setuju dengan hal itu. Lagipula ... ini untuk kedamaian kita." (Kamui)

Hiiro menatap mata Kamui. Matanya benar-benar tulus dan tidak terlihat keraguan di dalamnya. Dia hanya didorong oleh keinginan untuk melindungi sukunya. Kamui benar-benar berbeda dari orang ragu-ragu yang sebelumnya.

"Haha, kau orang cukup yang jujur. … Baiklah. Dengan ini, kau akan menjadi bawahanku dari sekarang." (Hiiro)

"Benarkah?" (Kamui)

"Ya, itu cukup tak terduga, tapi aku akan mengambil ini sebagai pembayaran. Aku juga akan berusaha untuk memenuhi harapanmu." (Hiiro)

Kamui membuat pose kemenangan karena jawaban Hiiro. Hiiro tidak masalah dengan hal tersebut. Namun jika ia kembali berpikir tentang hal itu lagi, ia bisa mendapatkan makanan lezat dan memperoleh berbagai informasi dari mereka hingga berubah menjadi pertukaran yang sempurna. Hal lain yang menempatkannya ke suasana hatinya bagus, karena ia sudah naik level.

"Sepertinya kau sudah selesai berbicara." (Sivan)

Mencari celah untuk melangkah, Sivan berjalan ke arah mereka. Di dekatnya, ada orang lain dari suku Ashura, termasuk anak-anak.

"Aku sudah membicarakannya dengan semua orang. Meskipun, ada beberapa yang masih tidak setuju." (Sivan)

"Betul! Mengapa Kamui Kamui harus menjadi bawahan orang itu!"

"Kepala Suku! Kami dapat menangani rakasa gurun itu sendiri!" (Jin-u)

Salah satu anak-anak dan Jin-u mengeluh, tapi Kamui mengangkat tangannya untuk membungkam mereka.

"Tidak ... aku sudah memutuskan. Ketika saatnya datang untuk melindungi semua orang ... Aku akan melakukan apa pun." (Kamui)

Suku Ashura yang melihat Kamui bisa merasakan ketegasan dan tidak dapat berkata-kata lagi. Namun, anak-anak masih mengatakan apa yang mereka pikir baik.

"Tapi, apa kau tidak apa-apa dengan itu Kamui Kamui! Menjadi bawahannya ..." (Anak A)

"Itu benar! Kamui Kamui adalah kepala suku!" (Anak B)

"Nn ... Tidak apa-apa." (Kamui)

Saat mengatakan itu, Kamui meletakkan tangannya di atas kepala anak-anak.

"Hiiro itu ...... menarik" (Kamui)

Anak-anak diberikan pengertian oleh Kamui saat ini. Sivan adalah satu-satunya yang tersenyum sambil berpaling ke Liliyn.

‘Liliyn, rekanmu meminjamkan kekuatannya tetapi apakah kau tidak?" (Sivan)

"Lucu, mengapa aku harus repot-repot dengan tugas yang merepotkan seperti itu? Untuk urusan monster dan semacamnya, kaki tanganku, Hiiro sudah lebih dari cukup." (Liliyn)

“Oi, siapa yang kau panggil KAKI TANGANMU !?" (Hiiro)

"Nh? Hiiro adalah ... bawahan nya? Lalu, Apakah aku juga ... bawahannya? Hmm? Eh?" (Kamui)

Bingung tentang bagaimana hubungannya, banyak tanda tanya melayang di atas kepala Kamui.

"Tapi, apa kau baik-baik saja dengan itu?" (Sivan)

"Dengan apa, orang tua?" (Lilyin)

“Monster gurun benar-benar kuat. Aku memang telah melihat kemampuan pemuda itu, tapi aku masih tidak yakin. Terlebih lagi, dia telah menyerap Rigund ayah kamui." (Sivan)

"Lucu, seperti aku peduli tentang itu." (Liliyn)

"Oh, lalu apa yang akan kau lakukan jika pemuda itu mati? Bukankah dia objek yang menarik perhatianmu? Jika dia mati, kau akan bosan lagi." (Sivan)

Sivan mengatakan itu kepada Liliyn, sambil mengusap dagunya.

"Mu ... Muu." (Liliyn)

Lilyin benar-benar merenungkan apa yang dikatakan Sivan. Akhirnya ia menemukan sesuatu yang menarik minatnya. Hiiro, apa lagi dia memutuskan untuk mengikutinya dalam perjalanannya. Selain itu, perjalanan baru saja dimulai. Ketika Liliyn memikirkan kehilangan mainan langka di sini, kegelisahan memenuhi hatinya.

"I-itu tidak dapat dibiarkan. Silva!" (Liliyn)

"Ya." (Silva)

"Kau bantulah mereka." (Liliyn)

"Tentu saja." (Silva)

"Oo ~ h, seperti yang diharapkan dari penyihir Red rose yang begitu baik hati!" (Sivan)

"Hmpf, itu sebuah pemberian! hatiku lebih dalam dari laut! Kuhahahahaha!" (Liliyn)

Mendengar kata-kata Liliyn Sivan sedikit mengepalkan tangannya. Liliyn, yang tidak menyadari bahwa ia telah dipermainkan oleh Sivan, tertawa dengan semangat yang tinggi karena pujian. Jujur saja, Sivan ingin sekali Liliyn meminjamkan kekuatannya, tetapi menilai bahwa ini lebih baik daripada tidak sama sekali.

(Selain itu, pelayannya ... keberadaannya terasa aneh seperti pemuda itu. Yah, tidak mungkin kalau dia orang biasa saat Liliyn telah membawanya ke sisinya.) (Sivan)

Sivan pikir dia bisa meningkatkan kekuatan tempur, dan sangat meningkatkan peluang menang melawan Monster Gurun. Dia merasa lega, bahwa dengan melibatkan Liliyn, ia melibatkan Silva juga.

"Lalu, di mana monsternya?" (Hiiro)

Jin-u mengharapkan pertanyaan tersebut dan menjawab

"Dia ada di daerah yang disebut 'Boulder Desert' ke arah timur dari sini." (Jin-u) Seperti namanya, 'Boulder desert' adalah suatu daerah, di mana ada banyak batu besar. Di dekatnya ada sebuah oasis di mana suku Ashura awalnya tinggal. Dan, salah satu batu besar di sana bernama ‘Grave Tower' di mana tempat orang mati.

‘Grave Tower’ terletak cukup jauh dari monster itu. Tapi karena ada kesempatan 1 banding 10000 ‘Grave Tower’ dapat hancur dalam pertempuran melawan monster. Tidak ada satupun Suku Ashura yang memiliki motivasi untuk melawan monster itu.

"Begitu ya, karena ada batu-batu besar di seluruh tempat, kita bisa menyiapkan penyergapan" (Hiiro)

Sivan mengangguk terhadap analisis Hiiro.

"Tentu saja. Namun, monster gurun memiliki kemampuan yang merepotkan, dan monster gurun telah menyerap banyak monster lain ." (Jin-u)

"Seperti yang Sivan mengatakan ... tapi di atas semua itu ... yang paling sulit ... adalah kekuatan ayah." (Kamui)

"Kekuatan? Maksudmu sihir?" (Hiiro)

"Ya. Sama seperti ... milikku." (Kamui) Hiiro pikir itu akan menjadi benar-benar berbahaya. Monster tersebut tidak hanya memiliki kemampuan monster gurun lainnya, tapi juga dapat menggunakan sihir pasir, yang menguntungkan di sekitar sini. Karena Hiiro sudah bertarung melawan Kamui, ia sepenuhnya paham potensinya.

"... Kita harus memutuskan siapa yang akan pergi." (Hiiro)

"Hohou, untuk alasan apa?" (Liliyn)

Liliyn dengan kagum meminta alasan di balik keputusan Hiiro ini.

"Gangguan hanya akan membuat ini lebih sulit." (Hiiro)

Suku Ashura marah pada pernyataan Hiiro. Namun, Liliyn memberikan anggukan sambil menyeringai.

"Kukuku, kenapa kau tidak katakan kalau kau tidak bisa melindungi semua orang?" (Liliyn)

"Diam. Masalahnya bukan hanya itu. Pastinya jumlah meningkatkan kekuatan, tapi itu juga tergantung pada musuh." (Hiiro)

"N ... Apa maksudmu?" (Kamui)

Kamui bertanya sambil memiringkan kepalanya.

"Monste itur dapat menggunakan sihir yang sama sepertimu, kan? Menggunakannya di padang pasir akan efektif terhadap satu dan beberapa target dengan pasir. Dan juga bukankah ayahmu sangat hebat jika menggunakan pasir?" (Hiiro)

"Ya. Ayah ... bahkan lebih hebat berpedang daripada aku." (Kamui)

"Maka jelas saja bahwa jika kita menyerang dalam kelompok besar ada risiko tinggi jatuh korban bahkan sebelum kita dapat menyerangnya. Dan, bukan hanya korban yang akan menjadi masalah tapi juga keterkejutan melihat seseorang yang dekat denganmu mati. Sekalipun kau, bisakah kau mengatakan bahwa kau akan tetap tenang ketika kau melihat monster yang mempunyai penampilan ayahmu melukai atau membunuh anggota sukumu?" (Hiiro)

"Aku tidak tahu ... apakah aku bisa." (Kamui)

Kamui menunduk dan mengepalkan tinjunya. Bahkan jika bukan ayahnya, melihat seseorang dengan penampilan yang sama akan menjatuhkan anggota sukumu satu demi satu, hingga Kamui akan menjadi stress.

"Itulah masalah yang paling merepotkan. Juga, apakah ada orang lain yang mungkin memiliki solusi untuk membunuh monster yang mirip mantan kepala suku?" (Hiiro)

Pertanyaan Hiiro ini menyebabkan keributan Ashura. Ada beberapa juga yang menjadi pucat. Mereka semua telah berhutang budi kepada ayah Kamui, dan beberapa orang hidupnya telah diselamatkan olehnya. Apakah mereka bisa menahan perasaan mereka dan mengambil nyawa monster tersebut, itulah yang dikhawatirkan Hiiro.

Itulah sebabnya Hiiro mempertimbangkan bahwa, mereka harus memutuskan siapa yang harus dengan mereka. Jika seseorang yang belum mengambil keputusan berpartisipasi, mereka hanya akan mengubahnya menjadi kewajiban.

"Dan ada satu hal lagi. Di antara orang-orang yang sedang terluka, apa ada orang dengan kemauan yang kuat?" (Hiiro)

"Eh? ... Ya." (Kamui)

"Tapi kau masih kurang. Dengan kata lain, monster itu lebih kuat, dan itulah sebabnya tidak boleh ada keraguan dalam membunuhnya. Nitouryuu, bukankah kau mengatakan bahwa kau tidak ingin sukumu dilukai? Lalu, kau harus pergi hanya dengan sedikit orang, yang terbaik darimu. Terserah kau memilih orang-orang yang kuat dan bersedia untuk menghadapi monster dan kembali dengan selamat." (Hiiro)

"…….. Aku mengerti. Semuanya ... kalian tidak apa-apa dengan ini?" (Kamui)

Kamui berbalik ke sukunya dan bertanya. Mendengarkan pembicaraannya, mereka tidak dapat menyembunyikan ekspresi mereka yang bermasalah. Mereka melihat satu sama lain, dan menanyakan diri mereka sendiri apakah mereka dapat benar-benar membunuh Rigund.

Di antara mereka, ada satu orang yang segera keluar dan berlutut di depan Kamui.

"Kepala suku, aku, Jin-u, sudah mempersiapkan diri untuk ini." (Jin-u)

"Jin-u ..." (Kamui)

"Kepala suku sebelumnya ... Rigund adalah orang yang saya kagumi, dan yang saya inginkan untuk menjadi sepertinya. Tapi sekarang, ia harus menderita setelah pikirannya rusak karena berubah menjadi monster. Dan, itu bisa dikatakan untuk kepala suku saat ini juga. Sejak itu terjadi, kau menderita setiap waktu. Aku telah mempercayakan hidupku untuk kepala suku sejak awal. Silakan gunakan aku kalau kau melihat kelayakan. Bersama-sama mari kita bebaskan Rigund!" (Jin-u)

"... Jin-u ... Terima kasih." (Kamui)

Dia menutup matanya sejenak, tapi itu hanya sesaat. Lalu, ia menatap langsung Jin-u.

"Tapi, ... jangan berkata kepadaku untuk ... menggunakan hidupmu." (Kamui)

"Kepala suku ..." (Jin-u)

"Aku pikir ... kau harus mengurus hidupmu sendiri. Jadi ... jangan mati, Jin-u." (Kamui)

"... Aku mengerti." (Jin-u)

Melihat kesepakatan mereka, yang lain juga mulai menunjukkan kemauan untuk berpartisipasi. Namun, Kamui menolak mereka dengan menggetarkan lehernya.

"Aku punya sesuatu ... yang harus dilakukan semua orang." (Kamui)

"Ya. Monster gurun memiliki kemampuan untuk memanggil monster lainnya. Tugas kalian adalah mencegah mereka mendekati kelompok Kamui. Tinggalkan menangani monster ... Rigund untuk Kamui dan Jin-u." (Sivan)

Masing-masing dari mereka enggan mengangguk pernyataan Sivan ini. Namun dengan ini tampaknya telah diputuskan siapa yang akan menghadapi monster gurun.

Setelah itu, mereka menghabiskan waktu mencari tahu cara yang paling efektif untuk melawan dan berakhir dengan Hiiro menyimpulkan semuanya.

"Aku akan menyimpulkannya. Untuk orang-orang yang bisa melawan, kita hanya akan pergi dengan jumlah minimum untuk bertahan disini dan sisanya akan pergi ke daerah sekitar 'Boulder desert'. Di sana, kami akan menarik perhatian monster. Orang-orang yang akan bertarung melawan monster adalah aku, orang tua, Nitouryuu dan si jambul." (Hiiro)

"J-jambul ...?" (Jin-u)

Jin-u tampaknya tidak senang dengan julukan itu. Namun, Hiiro lanjutkan dengan penjelasan.

"Monster gurun memiliki kemampuan untuk memanggil monster lainnya, dan jika itu akhirnya digunakan dan monster lainnya datang, Ashura di luar akan mengurus mereka. Kalian mengerti itu?" (Hiiro)

Semua orang mengangguk setuju.

"Kawan, kau tidak perlu khawatir. Jika mereka menjadi tidak berguna, aku akan mengurus goreng kecil" (Liliyn)

Ashura menjadi sangat termotivasi ketika Liliyn mengatakan begitu. Mereka ingin menunjukkan padanya untuk tidak meremehkan mereka.

"Apa, kau akan juga ikut?" (Hiiro)

"Tentu saja. Aku tidak bisa melewatkan pertunjukkan menarik ini, kan? Kukuku." (Liliyn)

"Fuhn, dasar loli jahat." (Hiiro)

"Sheesh. Seperti biasa ba-baa ini hanya didorong oleh keinginannya sendiri." (Sivan)

"Apakah kau, mengatakan sesuatu, bocah?" (Liliyn)

Untuk Liliyn yang memanggil Sivan yang sudah tua sebagai anak-anak. Sebenarnya sudah berapa lama dia hidup.

"Y-ya! Aku akan melakukan yang terbaik untuk tetap tenang!" (Shamoe)

Meskipun Shamoe menjawab dengan tekad yang besar, dia tidak tahu arti dari kata yang dia ucapkan. Dia hanya akan menjadi beban sehingga yang dia maksud untuk bersiap diam-diam.

"Oke, jika kau siap, mari kita pergi." (Hiiro)