Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 6 Bab 7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 7[edit]

Bagian 1[edit]

—[Lembaran Lautan Bintang]. Di depan seni pahat Raja Naga Lautan Bintang.

Pada waktu tiang api berdiri di tengah area gelanggang, Izayoi dan Mandra tiba di bagian paling terdalam Gang Pajangan — Sebuah Aula Pajangan spesial.

Ini adalah wilayah terlarang yang tidak sembarangan orang bisa masuk yang merupakan kubah untuk menyimpan seni pahat terbaik juga hiasan dari ahli pahat terbaik. Seni pahat Raja Naga Lautan Bintang yang ditampilkan pada saat Festival Kelahiran Naga Api juga disebut sebagai salah satu karya dari Sala, dan kristal tektite hijau yang juga tersimpan aman di aula ini.

"Pecahan batu Moldavite ini, . . . dimana sih menambangnya?"

"Tidak. Bukan dari tambang. Kakak Sala menempanya sendiri dari puncak tertinggi di belakang Istana pakai kekuatan Tanduk [Raja Naga Lautan Bintang]."

"Ooh? Lah berarti gunung di belakang Istana masih aktif?"

“Sudah tidak aktif kok. . . Yang lebih serius. Sandra beneran ada di sini?"

“Hem? Gak mungkin lah?! Aku cuma pengen menggunakan kesempatan ini buat datang ke daerah terlarang Pajangan."

“. . . Ha?" Mandra membeku.

“Oi, Mandra.”

"Brengsek, aku harus nemuin Raja Iblis sama Sandra. Gak ada waktu buat memandu kamu."

"Oh ayolah, jangan gitu dong. Kau tau tukang pahat ini?. . . Orang yang namanya Koumei?"

Mandra segera berhenti bergerak. Walaupun sudah jelas dia sedang marah, setelah mendengar nama 'Koumei' wajahnya mendadak kaku.

Setelah berkedip beberapa kali karena terkejut, Mandra bertanya:

". . . Kenapa malah nanya ke aku?"

“Karena ada di kubahmu, kan?"

“Bukan. Seharusnya ada yang lebih tahu banyak tentang Tuan Koumei di luaran sana kan?" Mandra bertanya keheranan.

Dalam sekejap, Izayoi terlihat kebingungan, kemudian segera sadar begitu menangkap maksud ucapan Mandra.

"Jangan-jangan. . . Nggak, pasti nggak seperti yang kupikirkan, kan?"

“Dih, kau sudah tau semuanya."

“Nggak, coba pikir. Kita sedang berurusan sama kemungkinan jumlah astronomi loh? Gak bisa dinyatakan pakai taraf enam puluh sembilan bilangan doang. Kayak ada cara mustahil tapi spesial di Taman Mini buat memanggil target secara spesifik?"

“Jelas ada."

Mandra menjawab tanpa ragu.

Izayoi terkejut karena hampir kehilangan pegangan pada seni pahat yang sudah dalam genggamannya.

". . . Nggak, nggak bener nih. Bentar, nggak mungkin banget kan? Sejauh deduksiku, dunia Taman Mini seharusnya ada dalam garis waktu yang seluruh kemungkinannya berkumpul. Kalau seseorang dipanggil secara spesifik, tekniknya luar biasa banget kayak nemuin jarum di tengah laut."

“Yah, bodo amat?”

Mandra menjawab singkat, Izayoi semakin dalam mengerutkan dahinya saat kepercayaan diri dalam pikiran absolutnya terguncang.

Sakamaki Izayoi, Kudou Asuka, dan Kasukabe Yō dipanggil dari jaman berbeda ke satu garis waktu yang sama. Dengan kata lain, bisa diasumsikan jika dimensi ruang dan waktu [Taman Mini] selalu berhubungan dengan garis waktu dunia lain atau dimensi yang mencakup semua garis waktu lainnya.

Satu-satunya alasan yang bisa menjelaskan titik terbatas pemanggilan dari persimpangan kemungkinan adalah kepadatan keberadaan penghuni [Taman Mini] yang meningkat akibat perbedaan waktu yang bertemu di satu titik.

Hanya dengan pemikiran ini, tidak akan ada kepastian dan hanya tertinggal pada tahap spekulasi. Namun mengingat seluruh Raja Iblis yang pernah menjadi lawan mereka sejauh ini, alasan itu tidak dibenarkan.

Contohnya, kasus [Perseus]. Dikatakan jika mereka merupakan penghuni yang bermigrasi dari mitologi dunia Izayoi dan mereka tidak benar-benar ada. Namun jika leluhur mereka adalah seseorang seperti Izayoi dan yang telah dipanggil dari dunia luar ke dunia [Taman Mini], akan membuktikan jika [Perseus] berasal dari garis kemungkinan lain, dan bukti lainnya bisa dari Leticia juga rekan Vampirnya yang berasal dari masa depan yang melampaui umat manusia.

—Dunia yang mencampur garis waktu masa depan, saat ini, juga masa lalu beserta fakta dan fiksinya.

Jika seseorang beranggapan bahwa Taman Mini adalah dimensi yang terbaring atau berhubungan dengan berbagai garis waktu, segalanya akan terlihat masuk akal.

(". . . Emang bisa ya manggil beberapa orang spesifik dari kemungkinan jumlah gak keitung?")

Benar—Untuk mampu memanggil dari berbagai tempat di persimpangan garis waktu tak terhingga juga memungkinkan untuk memanggil banyak 'Izayoi'. Di saat yang sama, mereka bisa saja memanggil 'Izayoi' yang bukan 'Izayoi'. Izayoi lainnya tidak akan memliki ketertarikan yang sama dan benar-benar orang yang berbeda, memiliki jalan hidup yang berbeda. Atau mungkin seorang perempuan.[1]

Pertemuan beberapa jenis kemunculan orang yang sama bisa dilihat dari situasi legenda [Peniup Seruling Hamelin] yang jelas menunjukkan perbedaan individu. Berasal dari realita yang sama, legenda sama yang muncul dengan beragam faktor dengan hasil yang sama serta berbagai alternatif karakter yang muncul dalam mitos, mewujudkan kemungkinan tak terbatas—

Itulah para penghuni yang tinggal di dunia ini.

Lautan kemungkinan yang lebih luas dari alam semesta.

Izayoi sama sekali tidak bisa memahami metode seseorang yang mampu menemukan individu spesifik dari lautan luas kemungkinan itu.

("Sial. Sedikit lagi paham tapi lagi-lagi buyar. Rasa-rasanya ada faktor penting yang ilang.")

Setidaknya, hal itu sudah jauh melebihi kapasitas Izayoi untuk memproses informasi.

Tidak mampu mengungkap penjelasan misterinya, Izayoi tenggelam dalam pikirannya dengan ekspresi wajah serius.

Di sisi lain, Mandra yang menjadi penyebab situasi itu melonggarkan tenggorokan untuk menambahkan:

". . . Ehem. Kayaknya aku salah ngomong."

“Apa?'

“Biar lebih akurat, aku tau orang yang bisa mengoperasikan metode pemanggilan itu. Meski kamu di sini baru beberapa bulan, seenggaknya pasti pernah denger namanya. Raja Iblis Gerbang Bintang dan Emas—sang legenda [Ratu Halloween]."

Mata Izayoi terbelalak kagum dan bersinar layaknya mata anak-anak yang mendengar model mainan baru.

"[Ratu Halloween]. . . Hah, aku pernah denger legendanya. Dia itu [Tiga Bocah Rusuh Terbesar] Taman Mini kan?"

"Ohh istilah umumnya emang gitu sih. Tapi dia memenuhi syarat menjadi perwakilan Taman Mini. Faktanya, banyak Raja Iblis melalang buana di Taman Mini tapi cuman satu yang dipanggil 'Ratu'. . . Ya dia seorang."

"Itu sih penting banget. Tolong beri aku kehormatan buat ketemu orang sehebat dia." Izayoi memberikan patung yang ia pegang, dipahat dengan nama 'Koumei', kemudian mengeluarkan ketukan ringan dari jari-jarinya.

Walaupun misteri belum terpecahkan, tapi dia menemukan kunci menuju jawaban.

("Mau bagaimanapun, ayah Kasukabe pernah masuk dan keluar dari Taman Mini. Kalau emang bisa memanggil individu spesifik ke Taman mini. . . Mungkin juga bisa menemukan dan menyelamatkan ibunya Lily.")

Anggota asli [No Name] yang termasuk Canaria mungkin telah dihempaskan keluar dari Taman Mini dan ibunya Lily juga mengalami takdir yang sama.

Katanya Ibunya Lily dianugerahi Hadiah Agung dari Ukanomitama dan jika dia dihempaskan keluar Taman Mini, akan ada kesempatan untuk mencari jejak keberadaan keagungannya dalam teks-teks sejarah untuk menentukan era yang saat ini ia tinggali.

("Pertama-tama mencari metode observasi perubahan waktu. Kalau semua sudah siap, mengunjungi [Ratu Halloween] agak telatan nggak masalah deh.")

Meski dia sudah menyerah mengejar jawaban pertanyaannya di tengah-tengah pembicaraan, dia masih mampu mendapat panenan informasi tak terduga.

Ada kesempatan untuk memanggil seluruh anggota [No Name] dengan cara itu.

"Trims Mandra. Berkatmu, aku punya ide bagus."

"Begitu ya? Ya sudahlah, aku juga butuh bantuan. Cepatlah bawa Sandra—"

'Kembali' adalah kata yang takkan pernah terucap saat guncangan di tanah memotong kata-katanya.

Guncangannya cukup buruk hingga menggoyangkan kubah anti gempa dan cukup keras untuk membuat beberapa artifak menjadi miring.

Izayoi meraih pajangan terdekat untuk membantunya berdiri sambil menatap tajam ke arah gelanggang.

“. . . Pusat gempa kayaknya dekat sini.” Dia bergumam sambil memasang kewaspadaan tertinggi.

Gempa barusan bukanlah benturan biasa.

Jika guncangannya hasil dari pertarungan, berarti para peserta memiliki tingkat kekuatan yang sangat kuat; dan peserta [Pertandingan Penciptaan] yang diselenggarakan di samping Gang Pajangan, pasti Asuka dan Yō.

Jika mereka berdua sedang melawan musuh kuat—

"Maaf, perubahan rencana. Aku bakal menuju arena. Lagipula, Raja Mungil mungkin ada di sana juga."

"Ah, Heem. Aku juga bakal ke sana setelah bertemu pasukan polisi militer."

Setelah melirik Mandra yang sedang kesakitan pada bagian punggung akibat guncangan tadi, Izayoi melesat ke jalanan.

—Firasatku nggak enak.

Dia yang sudah sering melewati garis hidup dan mati, sekarang merasa merinding yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mengakui intuisi akan adanya ancaman, Izayoi menuju gelanggang dengan wajah suram.


Bagian 2[edit]

— Beberapa waktu sebelumnya.

Di ujung tribun penonton.

Permainan berskala besar yang diselenggarakan setiap tahun membuat kerumunan hiruk-pikuk gembira, namun suasana di ujung sini sedikit berbeda dari sekitarnya.

Setelah mengamati anak lelaki berambut putih dengan warna mata emas, mata Laius menyipit lalu bersuara gugup saat bertanya:

"Lu. . . Apa kita pernah ketemu di suatu tempat?"

Laius terus menatap bingung dan heran.

Itu pastilah alasan dibalik tatapannya pada Yang Mulia hingga saat ini. Dalam sekejap, Yang Mulia terbelalak terkejut namun segera berganti senyuman sambil mengangguk.

"Yah, mungkin, sepertinya kita pernah bertemu. Lagian, mungkin kita pernah bertemu selama bertransaksi dengan [Perseus]. Khususnya karena Komunitasku berfokus pada perniagaan."

“Hem, yah. Ingatan gue kayak tersengat. Gue ingat pernah melihat lo di ujung mata gue selama negosiasi besar pas transaksi. . ."

Laius mengerutkan alisnya ketika berpikir dalam-dalam saat merasa berusaha mengingatnya namun tak bisa. Tersenyum pahit, Jin memutuskan untuk berdiri di antara Yang Mulia dan Laius.

"Tuan Laius. . . Yah, mengenai insiden itu. . ."

“Eh. . . Apaan?"

Jin acuh tak acuh memposisikan diri di depan Sandra sambil menghapus senyuman di wajahnya dalam sekejap.


"Insiden yang kau maksud—ketika bernegosiasi dalam pembelian Leticia, kan?"


“!


Peristiwa tak terduga ini membuat Yang Mulia berekspresi terkejut, tak percaya di wajahnya. Kata-kata yang tak bisa diraih membuat Laius bingung lalu berbalik menatap Jin.

Percher yang berdiri menjaga di belakang Jin juga kesulitan mempercayai pendengarannya sendiri saat jalan pikirnya mendadak tersendat.

("Jin. . . Kapan dia. . .")

"JANGAN BERGERAK!"

Kuro Usagi berteriak saat berdiri di belakang Yang Mulia.

Tombak Indra sudah ia genggam.

"Tuan Putri Sandra, tolong pergilah! Panggil segera pasukan polisi militer kemari!"

“Ke, kenapa. . .?"

“Anak lelaki ini berasal dari Aliansi Raja Iblis! Komunitas yang menjual Putri Leticia hanyalah satu Komunitas itu—benar kan, Dik bos Jin?"

Jin mengangguk.

Melihatnya mengangguk membuat Percher semakin kebingungan karena itu berarti Jin sudah mengetahui identitas asli Yang Mulia tanpa ia sadari.

Belum jelas jika Yang Mulia juga memiliki pertimbangan sama ketika terus menatap Jin dengan perasaan masih terkejut sambil mengedip-kedipkan matanya. Tapi dia tidak menunjukkan kelengahan.

Anak lelaki berambut putih bermata emas masih bersikap biasa. Walaupun tombak Indra mengarah padanya, dia tidak menganggap ancaman dari Kuro Usagi.

Dia menatap Jin sambil tersenyum penuh keingintahuan dan rasa senang:

"Jin, sebagai orang yang kurekomendasikan di masa depan, aku ingin bertanya. Sejak kapan kamu menyadari asal organisasiku? Aku tidak merasa Percher memberitahumu."

“. . . Sejak awal. Ketika bertemu kalian, Percher merespon dengan 'Sudah lama'. Tapi—tepatnya KAPAN kalian pernah bertemu?"

Sandra mengambil nafas keras saat dirinya mulai tersadar.

Ketika dia bertemu Jin saat itu, Jin juga bilang:

"Selama dua bulan terakhir, Percher sudah bersama kami sebagai penjaga. . ."

“Itu benar. Dua bulan sejak Percher mengambil kontrak denganku, dia terus bersama kami. Tidak mungkin dia berkenalan dengan kalian tanpa kuketahui selama itu. Jika kalian sudah saling kenal—satu-satunya kemungkinan hanyalah ketika dia masih dipanggil [Raja Iblis Kematian Hitam]."

“Aku mengerti. Kamu melihat candaan kami sejak awal? Aku sudah salah paham. . . Tidak, kinerja Jin terlalu luar biasa. Jujur saja, pendapatku tentangmu sudah berubah."

“Lalu, kamu. . . dan Rin. . .?"

“Iya, benar. Maaf telah berbohong padamu selama ini, Sandra. Kamilah yang kalian sebut sebagai Aliansi Raja Iblis."

Yang Mulia menyeringai santai.

Saat itulah Sandra mengakui fakta jika dia benar-benar anggota Aliansi Raja Iblis.

Bagaimanapun, di situasi ini, Sandra belum cukup matang untuk bergelimang dalam kesedihan akibat pengkhianatan dari yang dia sebut teman.

". . .! Putri [Bangsawan Taman Mini]. Tahan dia. Aku akan segera kembali."

“YES, serahkan padaku."

Sandra menekan kata-kata itu dengan menyakitkan saat dia beranjak pergi.

Kuro Usagi mengangkat tombak agungnya ketika mengangguk sepenuh tenaga.

Melihat Sandra pergi, Yang Mulia kembali memfokuskan perhatiannya pada Jin saat bertanya:

"Boleh aku bertanya?"

“. . . Apa?"

“Jin, sampai tingkat mana kamu menyadarinya? Kurasa kamu tidak tersesatkan oleh ucapanku mengenai [Kamikakushi]—Sebenarnya, kamu sudah menduga siapa pelakunya kan? Wajah asli dibalik bisnis [Kamikakushi]."

Mata emas Yang Mulia penuh rasa penasaran ketika bertanya.

Jin mengembalikan tatapannya tepat saat dia menjawab dengan nada tenang:

". . . Heem, yah memang salah. Hanya dugaan dan beberapa jenis lainnya dalam penjelasan. Aku takut penyebab [Kamikakushi] saat ini adalah [Raja Iblis Kekacauan] yang terekam di sejarah <Perjalanan ke Barat>. Raja Iblis ini menyimpan dendam besar terhadap [Mahaguru Setara Surga][2] dan berspekulasi jika dia akan menyerang saudara sumpah darah [Mahaguru Setara Surga]—Kouryuu, masih masuk akal. Jadi, tujuan asli [Raja Iblis Kekacauan]—adalah menarget Kouryuu sejak awal."

“……"

“Menurut legenda, [Raja Iblis Kekacauan] pernah menculik monyet-monyet muda dari kediaman [Mahaguru Setara Surga]. Mirip penculik Hantu Monyet. . . tapi bukan. Identitas asli [Raja Iblis Kekacauan] adalah reinkarnasi dari kekuatan spiritual yang digambarkan dengan 'Kerisauan Hati'. Dia itu kekacauan yang paling semrawut dan menembus celah di hati orang lain untuk mengubah kepribadian mereka menjadi — '事无成’ — Jiwa yang tidak mampu mencapai apapun. Kekuatan Iblis ini bisa menyebabkan orang dewasa putus asa dan menyebabkan kekacauan terlahir di dunia. Pada saat yang sama, bisa membuat anak-anak risau dan menjauhkan diri dari orang tua. Dan itu adalah [Kamikakushi anak yang masih hijau]—Identitas asli Raja Iblis Kekacauan."

—Karenanya [Raja Iblis Kekacauan] kalah dari [Mahaguru Setara Surga] yang baru saja memperoleh penanaman kebajikan untuk kedewaan. Ini juga membuktikan sifat bebas Sun Wukong dari konotasi negatif karakter “混” untuk menjadi [Mahaguru Setara Surga].

". . . Yang Mulia. Kita berdua telah seharian bersama seorang gadis persis seperti yang kugambarkan, kan?"

"Ah, kamu memang benar."

Yang Mulia tidak menyangkalnya malah mengangguk penuh kejujuran.

Jin menggertakkan giginya saat menekan kemarahan dan kesedihan yang terancam tumpah saat berbicara dengan nada tenang:

"Yang Mulia. . . Motivasi sebenarnya dibalik tindakanmu adalah membuat kontrak dengan [Raja Iblis Kekacauan]. . . Dan meminjam kekuatannya untuk membuat Sandra di [Kamikakushi]!"

“Wow luar biasa. Seratus buatmu. Aku tidak mengharapkanmu bisa melihat aksi kami hingga sedetail itu. Jin, anggapanku tentangmu benar-benar berubah."

Mata emas Yang Mulia mengkilat bercahaya saat dia tertawa parau.

Mendengar percakapan mereka berdua, Percher memucat saat meninjau ulang kejadian awal.

("Kalau gitu. . . Sandra menyelinap keluar istana bukan kehendaknya melainkan 'diculik' dari istana sebagi korban [Kamikakushi]. . .")

Kebenarannya membuat rasa dingin menjalar di sepanjang tulang belakangnya.

Jika Jin tidak bertemu Sandra di istana, dia pasti sudah di [Kamikakushi] dan menghilang tanpa jejak. Jika dia, yang berperan sebagai penyelenggara Konvensi menghilang, [Salamandra] dipastikan akan bubar dan Master lainnya akan sulit untuk bersatu. Takdir ajaib bisa dipertemukan dengan Sandra saat itu.

("Aku tidak menyangka Jin. . . mampu memikirkan semua itu sendirian.")

Percher mengevaluasi Jin saat ini.

Jin pernah ikut partisipasi pertarungan tapi mungkin karena penampilannya biasa-biasa saja dan tidak bisa diandalkan. Dia bekerja keras untuk mengisi kekurangannya demi mencapai titik ini.

Agar tidak tertinggal dari [No Name] yang telah mengumpulkan para jenius licik, Jin Russel mengumpulkan seluruh pengetahuan serta memoles kemampuannya.

". . . Yang Mulia. Kuharap kamu mau menyerahkan diri baik-baik karena sia-sia saja melawan saat ini, kan?"

“Hng~ menyerah. . .?"

Yang Mulia berusaha menahan tawanya saat melihat identitas orang-orang di sekelilingnya.

Pemimpin [Perseus], Laius.

Ahli strategi [Will-O'-Wisp], Jack.

[Bangsawan Taman Mini], Kuro Usagi.

Mantan Raja Iblis yang bernaung dibawah bendera [No Name], Percher.

Setelah melirik mereka semua, Yang Mulia tertawa mengejek:

"Oh yah, begini saja. Akan kubuat penawaran."

“. . . Penawaran?" Jin terkejut latah mirip kakak tua meniru ucapan manusia.

Luapan senyuman muncul saat menemukan sesuatu yang menarik, Yang Mulia berkata—


"Akan kubiarkan yang lain pergi hidup-hidup, kalian, bergabunglah dengan kami, Jin dan Percher."


“Apa?!"

Selain Yang Mulia, mereka terbungkam.

Walaupun mustahil, dia seakan tidak mempedulikan situasinya saat ini. Dibanding tombak agung Indra yang mengarah padanya, dia lebih tertarik pada jawaban Jin.

Yang hidupnya tergantung bukan hanya dia tapi juga Jin dan Kuro Usagi — keyakinannya membuatnya percaya diri untuk mengusulkan penawaran itu.

Menyadari suasana tak menyenangkan dari pemuda di hadapannya, Kuro Usagi mulai berkeringat dingin.

"Dik bos Jin, tidak perlu menjawab. Orang ini. . . Sangat berbahaya!"

Mata emas itu menatap santai ke arah Kuro Usagi. Tatapan dingin itu cukup membuat Kuro Usagi terancam.

"Tidak ada yang perlu ditakuti. Kalau Jin setuju, akan kubiarkan Komunitasmu pergi. Lagipula ini hanya Konvensi Master. Aku pun tidak masalah menutup mata atas insiden ini. Hanya saja, penawaran besar ini hanya berlaku saat ini saja loh."

Mata kuning keemasan itu tampaknya menjerat Kuro Usagi.

Layaknya kodok yang sadar sedang menjadi sasaran ular, Kuro Usagi yang menegang tiba-tiba—

“. . . Bersiaplah—!”

Diikuti suara deru petir keras, Kuro Usagi melepas segel tombak agung Indra.

—Aku tidak bisa membiarkan pemuda ini hidup.

Darah Dewa Perang Herald yang mengalir ditubuhnya memberitahu untuk membunuh lawannya ketika ada kesempatan terbuka. Walaupun dia menjadi petunjuk penting, tapi bukan waktunya untuk mengkhawatirkan itu semua.

Jika serangan ini gagal, semua orang berada dalam bahaya karena bisa-bisa terbunuh!

"Baiklah. . . [Bangsawan Taman Mini] ingin bertarung kan? Yah, tidak ada pilihan lain kalau begitu."

Yang Mulia tetap membelakangi Kuro Usagi sambil membentangkan kedua tangannya dengan sikap santai.

Seolah berkata 'Silakan, kamu duluan', Yang Mulia tersenyum tanpa takut.

Mengangkat tombak agung, Kuro Usagi membungkam kekacauan pikiran untuk memusatkan perhatiannya saat dia melangkah maju.


"TERTUSUKLAH. . . [Puisi Sejarah Tiruan. Tombak Indra]—!!"


Suara ledakan petir menggema.

Dan tombak agung yang membawa kumpulan takdir kemenangan menembak ke punggung Yang Mulia dengan suara petir keras

Senjata yang bahkan mampu menjatuhkan para Dewa—tombak yang mampu mengenai target dengan tepat melepaskan jutaan volt petir, membakar tanah hingga luluh lantak saat terbang menuju sasaran.

Tombak agung, Yang merupakan perwujudan nyata Takdir itu sendiri dalam bentuk Hadiah, sekali dilempar akan menembus apapun hingga mengenai musuh.

Tidak peduli siapa pemuda bermata emas sebenarnya, dia tidak akan mampu menghindari serangan ini!


"Apa, ada apa?!"

"Ada yang berkelahi di tribun penonton!"

Kilatan petir tiba-tiba menggusarkan para penonton yang terdiam lalu berteriak saking terkejutnya saat berdesak-desakan untuk mengevakuasi diri. Walaupun perkelahian sering terjadi, tapi kali ini skalanya berbeda.

Tombak agung yang memancarkan sejumlah besar panas dan tekanan dari kehadirannya menyebabkan panasnya meluas. Rangkaian ledakan petir juga masih berlanjut. Tidak heran jika para penonton ketakutan.


—Bagaimanapun, Kuro Usagilah yang paling terkejut.

Tombak agung Indra bukannya menembus punggung Yang Mulia, malah terpental.

("Ini. . . Tombaknya tidak bisa tembus? Apa yang—")

"Kurasa karena elemennya tidak cocok. Senjata seperti itu, aku kebal secara alami."

Senyuman terus terlihat di wajahnya saat petir-petir itu terus terpental.

Bahkan jika tombak agung tidak mampu menembus tubuhnya, emisi panas berlebih seharusnya mampu membuatnya gosong. Tapi tetap saja tidak mempan.

Yang Mulia memutar tubuhnya ringan untuk berhadapan dengan Kuro Usagi.

"Sebenarnya hari ini aku kemari hanya untuk melihat-lihat situasi. Sungguh kurang beruntung hal ini bisa terjadi, Dewi Bulan."

"Dik bos Jin! Lari—!"

Kuro Usagi berteriak sekuat tenaga, sayangnya itu terlambat.

Yang Mulia dengan santainya menyingkirkan tombak menggunakan tinju sebelum melompat menyerang hulu Kuro Usagi. Walaupun tubuhnya terlempar tidak seimbang, Kuro Usagi bisa menghindari tinju dengan sedikit memiringkan tubuhnya.

Jungkir balik di udara kemudian memanfaatkan gaya sentrifugal[3] untuk memutar tombak, dia mengayunkan tombak pada Yang Mulia. Namun Yang Mulia bukannya mempertahnkan diri malah menahannya dengan leher.

("Sesuai dugaan. . . Hadiahnya pasti berkisar pada konsep 'tidak mudah ditembus'. . .)

Hanya ada satu kelemahan pada Tombak suci Indra.

Tombak suci ini dijiwai dengan nasib 'kemenangan mutlak menembus target'. Karenanya, tombak ini tidak mampu mengeluarkan seluruh kekuatan pada lawan yang tidak mampu ditembus.

("Tapi, karena sudah melihat aspek tentangnya, akan lebih mudah mendapat identitas aslinya nanti. . .!")

Kuro Usagi memindai cepat seluruh ingatannya.

Karena seseorang yang dilindungi kekuatan dengan konsep sekuat itu, bisa diartikan jika Hadiahnya berasal dari warisan dan prestasi hingga kini.

Yang berarti penyisihan, dia mendapat tiga kandidat yang menjadi identitas sebenarnya dari si pemuda. Namun, Yang Mulia tidak selunak itu untuk membiarkannya berpikir lebih dalam.

Memegang pegangan tombak, Yang Mulia tersenyum santai dengan cara mengerikan.

"Akan kuberi satu detik. Kalau tidak ingin mati, panggil 'armor'mu."

“Ugh, Kau….!”

Mendengar pernyataan serangan pembunuhan dengan nada kemurahan hati dan kebaikan, Kuro Usagi mengabaikan pikirannya.

Menurut aturan asli, [Tombak] dan [Armor] tidak bisa digunakan bersamaan. Namun pukulan si pemuda nanti mustahil untuk ditahan setelah menghitung seluruh resiko yang ada. Lagipula, instingnya berteriak jika pukulannya nanti akan menghancurkan tulang dan tubuhnya.

Kuro Usagi mengeluarkan potongan kuno kekuningan — [Makalah Sejarah Sajak Mahabarata] untuk memanggil Armor Matahari yang bersinar terang. Saat ini, dia yang memakai armor keabadian akan terlindungi dari kematian.

Memastikan cahaya armor dengan mata kepalanya sendiri, Yang Mulia menyalurkan kekuatannya ke tinju lainnya—

"Selamat tinggal, aku tidak menyangka bisa bersenang-senang denganmu, Dewi Bulan."

Pukulan pun melayang. Kuro Usagi yang dipukul melalui perlindungan armor, berusaha menstabilkan diri dengan mengerahkan kekuatan pada kakinya. Namun serangan brutal Yang Mulia terlalu luar biasa kuat sampai mampu menembus batang armor.

("Bagaimana bisa. . .?!")

*Kluk* Tinjunya menembus Armor Matahari dengan kekuatan tinju luar biasa Yang Mulia yang mampu menghancurkan Gunung dan Sungai—Kuro Usagi melayang dengan kecepatan kosmik ketiga.

“Nona Kuro Usagi!”

Jack yang sedari tadi diam memperhatikan, memeluk Kuro Usagi yang terbang untuk memperlambat kecepatan.

Namun, kekuatan yang mampu menghancurkan Gunung dan mengguncang Bumi terlalu kuat untuk diperlambat, mereka pun menabrak tribun penonton bersama. Tribun penonton luluh lantak dan suara ledakan terdengar ke seluruh wilayah. Asap dan debu mengepul seperti awan dari titik tabrakan. Puing-puing yang hancur beterbangan ke udara dan teriakan peringatan dan rasa sakit mulai menyebar.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v06 223.jpg

“AaaaaaaaaaaaaahhhhhHHhhhhh!”

Para penonton berhamburan melarikan diri sambil berteriak, bersamaan dengan asap yang semakin menghilang.

Meski Kuro Usagi mencoba mengangkat tubuh atasnya agar bisa duduk, yang bisa ia lakukan hanyalah sedikit menopang sebelum meletakkan kepalanya, lemah.

"Nona, Nona Kuro Usagi! Kumohon bertahanlah!"

Kepala labu Jack juga hancur sebagian namun tidak ia pedulikan saat menopang Kuro Usagi untuk menghentikan aliran darah. Saat dia memegang Kuro Usagi, Armor Matahari telah kembali menjadi Makalah Sajak Kuno. Walaupun disebut Armor Keabadian, penggunaannya masih terbatas hanya sekali saja.

Kehilangan armor dan keluarnya darah yang tidak kunjung berhenti, hidup Kuro Usagi terancam.

("Pemuda itu. . . Walaupun elemennya bertentangan, dia masih bisa merobohkan Nona Kuro Usagi dengan sekali serangan. . .")

Kelinci yang terkenal menjadi [Bangsawan Taman Mini] sebagai Bentara Indra, Kuro Usagi—dijatuhkan dalam sekali pukul. Tubuhnya memang terlihat kecil, identitas aslinya tidak mungkin adalah Manusia.

Serangannya cukup untuk membuat [Kelinci Bulan] terluka serius yang terkenal dengan sifatnya yang selalu tegar. Dengan peralatan medisnya saat ini, mustahil bisa memberikan perawatan yang tepat pada Kuro Usagi.

Jadi, Jack meraung pada Laius yang berdiri linglung:

"Laius! Ambil peralatan medis di ruang kerja! Kau bisa cepat mengambilnya lewat langit.'

“HA, HA? Kenapa gue—"

“Cukup, cepat pergi! Dasar murid bodoh! Kali ini dengarkan permintaan gurumu!

Di hadapan teguran keras Jack, Laius menjauh sejenak sebelum mendecak lidahnya kemudian naik ke langit.

Jack merobek kain yang ia kenakan sebagai pengganti perban untuk menahan aliran darah.

Kuro Usagi yang pingsan menggeliat sambil mengerang:

"Dik bos, Jin. . . Asuka, Yō . . . Semuanya. . . Cepat kabur. . ."

Kuro Usagi masih mengkhawatirkan teman-temannya bahkan saat tak sadarkan diri.

Dalam situasi ini, pengorbanan dirinya telah membangkitkan perasaan yang bertentangan dengan keinginannya.

Di area gelanggang, Asuka dan Yō yang sedang bertarung, tatapan mereka menangkap Kuro Usagi yang terluka, seketika mereka marah.

"Berani. . . Berani-beraninya kau berbuat begitu pada—"

“Pada Kuro Usagi kami—"

Keduanya segera mengalihkan perhatian pada Yang Mulia.

Willa yang awalnya menghadapai mereka bergegas menghentikan mereka.

"Tidak, jangan. . . Mustahil jika hanya kalian berdua!"

Sayangnya keduanya tidak mendengar teriakannya.

Amarah Asuka dan Yō terlalu mendalam. Namun itu bisa diperkirakan.

Kuro Usagi selalu menjadi sosok penting dalam Komunitasnya yang mampu membuat suasana hati menjadi ceria dan optimistis. Upayanya mampu membuat semua orang di [No Name] melalui hari dengan bahagia sebagai Komunitas.

Karena keberadaanya—Keduanya bisa selamat di dunia Taman Mini.

"Aku yang memimpin penyerangan! Tolong bantu aku, Asuka!"

"Mengerti! Ayo, Deen!"

Walaupun perasaan mereka penuh amarah, pikiran mereka masih tenang saat pembagian tugas dengan saling berganti tatapan.

Memakai Sepatu Pegasus, Yō menghembuskan angin yang berkilauan saat dia mendekat.

Sedangkan Asuka memanggil Raksasa Besi Merah dari kartu Hadiah merah anggurnya.

“—DEEEeeeEEEEN—!!!”

Raksasa Besi turun dengan raungan megah.

Deen yang mendapatkan [Tanduk Naga] saat ini mengeluarkan api dari lubang tengah dengan memberi harapan yang dapat diandalkan.

[Tanduk Naga] sepenuhnya digabung dengan Besi Langka Suci pada lambung Deen oleh Jack dan Laius. Saat ini Deen lebih kuat dengan kekuatan aneh dan ledakan api, dengan panas mengalir ke seluruh tubuhnya.

Saat ini, Yō mulai mengumpulkan angin berkilauan di bawah kakinya untuk menyamakan tempo gerakannya. Dengan gebrakan kejutan, dia sudah berada di belakang Yang Mulia, bersiap menendang dengan kekuatan penuh.

Sambil menunggu isyarat itu, Asuka juga memerintah Deen.

"Gunakan Serangan Penjepit! Deen, maju!"

“DEEEEeeeEEEN!”

Tangan besi yang memiliki kemampuan kontrol dan gerakan bebas, diliputi api saat mendekati Yang Mulia.

Di saat yang sama, Yō dengan angin berkilauan berkonsentrasi pada Sepatu Pegasus untuk menyerang dari jarak dekat.

Yang Mulia yang sedang linglung, beberapa kali mengedipkan mata saat terkejut melihat kartu as yang hadir di hadapannya. Selanjutnya dalam sekejap, seringai bengis menyebar di bibirnya sambil mempersiapkan tinjunya.

"Terlalu lemah juga lamban!"

Yang Mulia berteriak saat menepis tangan besi Deen menggunakan punggung tinju kanan sementara menggunakan momentum berikutnya untuk mengambil ancang-ancang ke arah Yō yang dia hindari dalam beberapa sentimeter.

Yō menggunakan ancang-ancang untuk menambah kecepatan mengelilinginya lalu menendang punggungnya yang terbuka.

“Kau bajingan!”

Yō meraung saat menendang. Melihat Yang Mulia kehilangan keseimbangan karena pukulan kosong, Yō percaya diri jika dia tidak akan bisa mengelak dari serangannya kali ini.

Tapi serangannya masih luput.

“Dasar naif!”

Yang Mulia yang kehilangan keseimbangan, membiarkan dirinya jatuh ke tanah lalu menendang Sepatu Pegasus. Penilaian dan reaksi sesaat itu menunjukkan betapa lihainya atas penguasaan tubuhnya.

Meski serangannya mengenai sepatu, Yō terpental hingga tribun penonton. Walaupun Hadiah Pegasus dan Gryphon mampu mengurangi dampak tubrukan, rasa sakit mematikan di tulang menyiksa tubuhnya.

"Sakit. . . Dia sangat kuat. . ."

Setelah menendang Yō hingga terbang, Yang Mulia jumpalitan ke belakang dua kali dengan sempurna.

Asuka menggertakkan giginya saat memerintah Deen untuk terus menyerang.

"Jangan berhenti! Terus tekan dia!"

“DEEEEeeeEEEN!”

Tangan kanan dan kirinya terus terulur dan tertarik hingga memaksa Yang Mulia terpojok di tribun penonton. Karena perbedaan kecepatan, Yang Mulia dengan mudah menghindar di antara tangan besi.

Setelah menjaga jarak di antara mereka, Yang Mulia bergeleng dengan kalut.

"Menyebalkan. . . Kalian adalah bakat yang kuharapkan ada di sisiku. . . Tapi aku tidak bagus dalam hal menahan diri. Kalau ingin bertarung, bisakah lebih serius?"

Yang Mulia menepuk bagian baju yang kotor saat berbicara tanpa ada niatan buruk.

Menatap mereka berdua dengan tangan santai.

Sikapnya sombong hampir egosentris[4]. Menghadapi dua Manusia yang bisa dipuji di puncak bakat tertinggi, pemuda itu sama sekali tidak takut.

Sebaliknya, Asuka dan Yō mulai memahami perbedaan besar pada tingkatan kekuatan mereka.

Walaupun mereka meneruskan serangan dan bertahan sepanjang hari, mereka tidak akan mampu mengalahkan anak lelaki bermata emas itu.

Keduanya akhirnya menyadari untuk tidak menahan diri.

". . . Almathea, Deen, maaf memanggil kalian untuk mengeluarkan potensi terbaik kalian. . . Ayo keluarkan semuanya."

“DeN.”

{"Tidak masalah, tuanku.")

Raksasa Besi Merah dan Kambing Gunung putih keperakan menanggapi tekad tuannya.

"Pasukan utama Komunitas jangan sampai menunjukkan kartu AS mereka."—Sampai saat itu, Asuka selalu mematuhi ajaran Garol.

Tidak peduli seberapa kuat Willa, dia tidak akan pernah mengungkapkan kartu AS-nya di [Pertandingan Penciptaan]. Itulah penilaian yang ia buat. Tapi jika tidak digunakan pada anak lelaki bermata emas ini, dia pasti akan kalah.

Asuka mengeluarkan Kartu Hadiahnya dan hampir melepaskan Hadiah ketiga dari Jack—lalu Yō memegang tangannya dengan tenang.

“. . . Asuka, tidak perlu bertarung lagi."

“Eh?”

“Gak masalah. . . Dia datang."

Asuka menarik nafas tajam saat melihat ke pintu masuk Barat tribun penonton.

Meski Yang Mulia juga kebingungan dengan perubahan sikap dadakannya, dia pun menengok ke arah tatapan Asuka.


—Sakamaki Izayoi berdiri sendirian, meninjau lokasi dengan tatapan kosong.



Translator’s notes[edit]

  1. Izayoi versi cewek lol
  2. mulai sekarang Great Sage artiannya diubah dari Guru Besar menjadi Mahaguru :)
  3. menjauhi sumbu/pusat.
  4. menilai apapun dari diri sendiri sebagai titik penilaian.


Kembali Ke Halaman Utama