Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 6 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Penutup[edit]

Bagian 1[edit]

—[Kouen, Kota Azure Flame], Penjara Bawah Tanah Istana [Salamandra].

Cahaya bulan suram menyinari lantai batuan kasar.

Terlihat sangat berkebalikan dari pagi hari cerah tanpa awan, malam ini langit begitu mendung.

Merasa kesepian, Percher mendongakkan kepalanya menatap bulan melewati celah kecil pada jendela jeruji besi.

". . . Dih, rasa-rasanya benar saat ada yang bilang kalau Bintang tidak bisa terlihat di [Kota Kouen]."

Percher berlutut di atas lantai batu sedingin es saat mencaci cahaya dari peradaban. Jika Lampu Gantung adalah Bintang di permukaan wilayah ini, Bintang ini juga Kegelapan yang menghapus cahaya bintang di Langit Malam.

—Kehangatan, suhu yang menenangkan, dan cahaya di langit malam telah sepenuhnya menelan cahaya bintang.

Bagi mereka yang mati karena melemahnya sinar Matahari, tidak ada yang lebih menyedihkan dari ini dan insting Percher berkata jika dia tidak menyukai wilayah Utara.

"Tapi. . . Apa yang kulakukan selanjutnya. . .?" Dia memeluk lututnya saat berjongkok.

Untuk sementara, Percher dan Jin dikirim ke penjara bawah tanah. Walaupun hanya sebatas formalitas karena nantinya akan dilepaskan beberapa hari lagi, hukuman semacam ini masihlah berlebihan.

Namun masalahnya lebih dari itu.

Alasan kekhawatiran Percher karena dia tidak memiliki apapun saat berencana menghadapi Rin dan lainnya nanti.

"Mungkin. . . Terlalu sembrono."

Dia menyatakan perang berdasarkan dorongan hati, namun kekuatan asli Rin dan Yang Mulia jauh di atas kekuatannya saat ini. Percher yang sekarang hampir mustahil menang melawan mereka.

Jika mereka bertemu di medan perang ataupun Permainan, dia pasti akan kewalahan sebelum mampu mempertahankan diri. Dengan kata lain, dia bisa saja kehilangan nyawanya.

Mati sebelum menjawab jeritan tolong dari 80 juta jiwa pendendam, dia akan dikutuk di penghukuman kekal.

(……)

Percher sama sekali tidak takut.

Karena di Taman Mini, dia memiliki tugas hidup yang harus diselesaikan.

Dia teringat kata-kata Rin. Kata-kata sama yang diucapkan oleh Raja Iblis yang memanggilnya ke dunia Taman Mini—Lelaki yang memimpin [Grim Grimoire] mencoba menguak tekadnya sebagai orang yang memikul 80 juta jiwa orang mati dengan mengatakan ini:

—Nasib yang terikat dengan penyakit Kematian Hitam sangat berhubungan kuat.

Walaupun dia sering bepergian di dunia parallel, dia menyatakan jika situasi akhirnya akan sama saja.

Karenanya, itu berarti fenomena ini bukan disebabkan oleh bencana alam yang berfungsi di sepanjang garis teori Kemungkinan Takdir.

Namun, salah satu yang berkebalikan dari Takdir Bintang, Nasib yang lebih banyak melibatkan takdir absolut—


". . .Tentu saja begitu. Lagipula, penyebaran wabah pandemik disebabkan oleh siklus matahari dan itu adalah takdir yang tidak bisa dilawan manusia."

Mengolah ide sambil mencatat banyaknya yang ingin dicapai, Percher mendekap lututnya lebih erat

Namun lelaki itu juga menyatakan kemungkinan baginya merubah jalan takdir.

Dia berkata jika dunia Taman Mini ini adalah 'Ruang dimana seluruh kemungkinan hadir'.

Dan memungkinkan untuk memenuhi pembalasan dendam terhadap Matahari di Dunia Taman Mini serta kunci untuk menghentikan aspek menular dari penyakit Kematian Hitam.

Menggunakan dendam dan kutukan dari 80 juta jiwa untuk mengubah Takdir yang tertulis pada Bintang—Lelaki itu memanggilnya ke dunia Taman Mini dengan tawa gelak.

". . . Tapi, nampaknya dia sudah dibunuh dan karena dia juga aku terjebak di kaca berwarna untuk mengumpulkan debu di lemari besi selama beberapa ratus tahun. Haiz …… ”

Percher menghela nafas yang jarang ia lakukan, tetapi hambatannya lebih dari itu.

Bahkan jika dia menemukan caranya, ia masih butuh kekuatan untuk membuatnya nyata.

Penyakit Kematian Hitam selalu menjadi dasar data sejarah di berbagai negara dan agama. Diantaranya ada masa perburuan penyihir yang menambah banyaknya jumlah kematian.

[Pergantian Paradigma] kuat yang mendukung sejarah beberapa Dewa dan jamaahnya tidak semudah itu terjadi. Jika dia menemukan solusinya, pasti akan menjadi musuh dari seluruh Dewa dan roh Pahlawan. Bahkan beberapa Raja Iblis bisa saja menentang tindakannya.

"Aku sangat ingin mengubah takdir seputar penyakit Kematian Hitam. . . Tapi kalau kudiskusikan dengan Asuka atau Jin. . . Mereka pasti menentangnya."

"Itu tidak benar."

Yiyah?! Percher hampir keceplosan meneriakkan kata-kata memalukan saking terkejutnya.

Suara itu terdengar seperti Jin, itu berarti dia dijebloskan di sel sebelah yang hanya dipisahkan dinding.

Sejauh ini Percher bicara sendiri untuk melawan rasa sepinya. Ikut campur dadakan Jin membuatnya malu hingga marah dan wajahnya memerah saat teriak:

"Be, beneran deh! Sulit dipercaya! Kalau bisa mendengarku, bicara sejak tadi dong! Kan lebih sopan?!'

“Ma, maaf. Sebenarnya aku ingin menyela tadi tapi tidak tahu caranya."

“. . . Hufth. Sejak kapan kamu menguping?"

"Hem, mulai dari 'rasa-rasanya benar saat ada yang bilang jika Bintang tidak bisa terlihat di [Kota Kouen]."

“BERARTI KAMU DENGAR SEMUANYA DONG?!" Percher menyingkap selimutnya sebelum meninju dinding kuat-kuat.

Jika tidak dihalangi dinding, bisa jadi mereka berdua akan berakhir tragis.

Karena wajah Percher memerah hingga telinga.

“HAaaaaaaah…… Kayaknya aku salah ikut orang."

"Itu. . . Bukannya kata-kata itu biasanya dirahasiakan?"

"Bego. Jelas biar kamu tahu. Hufth."

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v06 001c.jpg

Percher kembali mendekap lututnya walau masih ngambek. Dinding ubin batu membuat ruangan sangat dingin pada malam hari. Sangat sulit bagi siapapun mengatasi dinginnya jika tidak meringkuk memakai selimut di pojokan.

Jin bersandar sambil meringkuk di dalam selimut saat bicara pada Percher yang berada di seberang dinding.

"Oh ya, tentang bahasan tadi. . . Aku tidak akan menentangnya loh. Aku yakin Izayoi dan lainnya juga begitu."

“. . . Kalau begitu, terimakasih perhatiannya. Tapi tenang saja. Sudah kuputuskan untuk bergantung dengan kekuatanku sendiri. Aku tidak ingin menambah masalah pada [No Name]."

Dia membalas maksud baik itu dengan sindiran tajam. Jin yang biasanya, pasti akan kebingungan lalu menyerah setelah bicara gagap.

Namun hari ini dia terlihat lebih gigih.

". . . Baik, aku mengerti. Karena itu putusan Percher, aku tidak akan ikut campur lagi. Sebagai gantinya, bisakah kamu beritahu aku satu hal?"

“Apa?"

“Bagaimana caramu mati, Percher?"

Suasana mendadak berubah dramatis.

Walaupun sudah dibatasi dinding, hawa membunuh mampu menembusnya dan mengarah langsung pada Jin.

Jika tidak ada dinding itu, nyawa Jin mungkin sudah tamat.

". . . Mengagetkan. Kenapa membahas itu sih? Apa menurutmu kutukan dendam itu terlalu dalam mempengaruhiku?"

"Tidak, bukan itu. Karena, Percher tidak seputus asa tadi. Aku kira karena keadaan penjara ini terlalu mengerikan."

“……Uu……!”

Hari ini Jin terlalu sensitif sampai pada tahap menjengkelkan.

Bagaimana dia menilai seseorang yang berputus asa? Dengan apa dia menyadarinya? Atau mungkin dia hanya sekedar bicara? Percher cemberut saat mendengus.

"Kalau itu masalahnya, aku bisa meminta mereka untuk membebaskanmu terlebih dahulu. Serangan selanjutnya bisa terjadi kapanpun dan [Salamandra] pasti membutuhkan segala kekuatan tempur. Jika kita bisa melewati pertanyaan pertama, akan lebih mudah memikirkan rencana untuk membebas—"

“Lupakan, tidak perlu. . . Tapi, yah, aku sedikit takut pada sel penjara. Namun, aku tidak setega itu meninggalkan Masterku di tempat dingin dan sunyi ini."

Setelah bicara, dia berbaring menyamping di atas lantai batu. Sensasi dingin menembus bajunya dan membuat tubuhnya gemetar secara refleks.

Sentuhan dingin pada lantai batu seolah merampas hangat tubuhnya dan memberi sensasi sedang sekarat.

. . . Dia telah lama berkelana yang menyebabkannya kehilangan identitas atau begitulah pikirnya.

Namun, kenangan menyambut cengkeraman dingin kematian tampaknya telah terukir jauh di dalam jiwanya.

Keheningan di antara mereka tampak begitu lama, hanya suara nafas saja yang mengingatkan keberadaan satu sama lain. Percher bergumam setelah tidak mampu tidur di sel yang dingin itu.

“……Jin.”

“Iya?"

"Aku benci mengakui ini, tapi kamu benar. . . Itu terjadi setelah aku tertular penyakit Kematian Hitam kemudian mati di sel penjara rumahku sendiri. Dan ayahkulah yang menjebloskanku karena takut terinfeksi."

“………!”

"Sebagai langkah untuk membasmi sumber infeksi, ayahku memerintahkan untuk membunuh seluruh budak petani yang dekat denganku. Lelaki, wanita, tua, dan muda, ada juga anak seumuran denganku. . . Fufu, saat aku mengingatnya, sungguh tindakan yang bodoh untuk dilakukan. Tidak tahu jika penyebarannya melalui kontaminasi darah dan kutu, dia ikut andil dalam pembantaian lalu tertular, sama seperti mereka yang berpartisipasi dalam pembantaian. Seluruh keluarga segera terserang penyakit dan keturunannya musnah begitu saja. Terdengar lucu kan?"

Tawa Percher lebih kosong dari tawa biasanya. Namun pengakuannya berasal dari rasa sakit, kebencian, amarah, dan penderitanya selama ini.

Rasa benci pada ayahnya tidak memudar bahkan setelah mati.

". . . Sesaat sebelum mati, aku meneriakkan kutukan sekeras-kerasnya dari dalam penjara agar sampai pada telinga ayahku: "Mati, mati, kalian semua harus mati." Dih, akhirnya menjadi kenyataan dan memberiku sejumlah kecil kekuatan spiritual atas prestasiku. Yah, itu pencapaian yang kudapatkan dari kutukan, loh. Rin juga bilang, sebagai salah satu roh iblis, pencapaian spiritual semacam itu cukup kuat. ”

“……”

"Setelah aku mati, aku berkelana tanpa tujuan di Eropa. Selama itu, aku mulai bertemu orang-orang yang mati dengan sebab sama. Mereka hanyalah para roh gentayangan. . . Tapi aku merasa mereka terlihat iri pada orang-orang yang masih hidup. Tidak tega melihat keadaan mereka, kuputuskan untuk membawa mereka; Waktu terus berlalu, dari Eropa kemudian menjejakkan kaki di Asia selama beberapa abad. . . Saat aku memperhatikan hasil perbuatanku, ternyata sudah menjadi keluarga besar dengan 80 juta roh. Yah, cukup, cerita berakhir."

Begitulah Percher mengingat kehidupan yang ia tempuh dikehidupan kedua.

Mendengarkan ceritanya dalam diam, Jin terdiam sejenak sebelum bicara:

"Aku tidak tahu. . . Percher punya sisi lembut juga."

“—Hah?”

"Kamu tadi bilang tidak tega melihat para korban penyakit Kematian Hitam, kan? Kamu mencari mereka untuk kamu bawa pergi, kan? Memberi mereka bentuk persekutuan bukannya membiarkan mereka kesepian, yang tidak punya hati tidak akan melakukan itu loh?"

". . . Hufth. Terimakasih pemikiran yang sebagian memihak padaku."

"Tidak, bukan itu masalahnya. Setidaknya aku mengerti alasan dibalik harapan untuk mengubah sejarah. . . Heem, Percher sangat ramah."

Mendengarnya mengulang penekanan itu, Percher terdiam menahan marah.

Baru saja dipuji dari sudut pandang yang ia belum ketahui, daripada gembira, ia merasa malu sampai-sampai kehilangan kata-kata untuk menjawab.

Jin mengangguk saat memikirkan kata-kata Percher sambil berdiri.

"—Baiklah, sudah diputuskan. Ketika [No Name] sepenuhnya pulih, Aku akan membantumu "

Jin bersumpah dari seberang dinding.

Percher menarik nafas berat saat matanya terbelalak tak percaya pernyataan yang barusan dia ucapkan.

"Apa?. . . Apa sih yang barusan kau ucapkan?"

"Pasti sulit bagimu menjelaskannya pada Izayoi dan lainnya kan? kalau begitu, biarkan aku yang menjelaskan. Biarpun mereka menentang. . . Ketika saatnya tiba, akan kubantu dirimu biarpun seorang."

"Bukan itu maksudku! Meski Jin tidak bisa diandalkan, kamu masih seorang pemimpin! Masa kamu menelantarkan Komunitas begitu saja?!"

"Tidak masalah. Bagian itu sudah teratasi. Pokoknya masih sejalan dengan rencanaku kok."

Jin terus membahas topik bersamaan dengan pemikirannya sendiri.

Percher terdiam sambil menatap dinding tempat Masternya berada.

". . . Kamu beneran serius?"

“Iya, benar. Tentang harapanmu, seharusnya memungkinkan untuk mengabulkan permintaan 80 juta roh. Setelah memenangkan pertarungan penentu dengan Aliansi Raja Iblis dan menyelesaikan pemulihan Komunitas. . . Aku pasti akan membantu misimu."

Dengan ketulusan untuk membantu, Jin mengumumkan ketegasannya.

Mendengarnya, Percher dan masternya saling bertatapan dari balik dinding. Wajahnya mulai tersenyum indah dengan santai.

". . . Begitu ya? Kalau begitu tambahkan syarat dalam kontrak kita."

“Kontrak?"

“Heem. Bukan sekedar Raja Iblis Pelayan, tapi kontrak yang dijalin antara aku dan Jin Russel. Selama kamu mematuhinya, . . . Aku mengakuimu sebagai Masterku selamanya."

Bulan purnama muncul dari balik awan lalu sinarnya menembus jendela jeruji besi, memandikan kedua sosok itu dalam cahayanya.

Saling menekan telapak tangan, mereka menjalin kontrak khusus walau terpisah sel penjara.


Bagian 2[edit]

“Apa yang sedang terjadi?!”

Gertakan Mandra menggema ke seluruh istana.

Usai kepergian Aliansi Raja Iblis, para anggota [No Name] dituduh sebagai mata-mata musuh. Tuduhan menyelundupkan Sandra keluar Istana— Jin dan Percher telah dijebloskan ke sel penjara bawah tanah dan kelayakan sah bergabung dalam Konvensi dipertanyakan.

Si trio menjawab serentak:

"Aku berhak untuk tetap diam."

“Aku berhak untuk veto keputusanmu."

“Aku setuju pernyataan tersebut."

“Saat ini, seriuslah menjawab pertanyaanku, kalian Bazengaaaannn!!!"

*Dong Klack BaBoom!* Setelah pukulan dan hentakan beruntun Mandra yang menyebabkan tiga suara unik berpadu dari meja kantor, meja yang dipahat dengan gaya jalanan hancur begitu saja.

Trio bocah rusuh masih seenaknya sendiri dan malah menatap Mandra penuh tuduhan.

"Yah, sejak awal, Sandra sudah bilang kalau dia yang menarik Jin dan Percher kan?"

“Lalu bocah Aliansi Raja Iblis itu sering masuk-keluar dari Istana sebelumnya, kan?""

“. . . Kalau ingin menuduh, bukannya lebih masuk akal menuduh Komunitas [Salamandra]?"”[1]

Jawaban masuk akal ditambah bukti nyata membuat Mandra tidak mampu menyangkal.

Walaupun emosinya naik berkali-kali lipat, Mandra memutuskan untuk menahannya. Ia pun duduk mendengus saat kepalanya berdenyut karena sakit kepala.

"Mengenai insiden ini, Sebenarnya kami memang harus disalahkan karena lalai."

“[PENIUP SERULING HAMELIN]—Buku sihir itu juga dibeli dari mereka, kan?"

Izayoi menyela.

Mandra menggigit bibirnya sambil mengangguk.

". . . Iya begitulah. Setelah Mbak Sala pergi, [Salamandra] diambang perpecahan. Meski Sandra sudah mengambil posisi pemimpin, pertikaian terus terjadi. . . Keadaan semakin buruk dan kami terpaksa menurunkan Komunitas ke Teritori Bilangan Lima."

“Terus upaya buat menaikkan kharisma kepemimpinan Sandra, butuh banget ngalahin Raja Iblis. Terus yang dikirim buat negosiasi dua bocah itu, kan?"

“Nggak, ada tiga. Dia setengah baya dengan aura serius, wanita yang berpakaian jubah panjang, seorang pelayan berambut emas."

“Oh……” Izayoi menjawab gembira.

Mendengarnya, awal dan akhir seluruh kejadian bisa terlihat.

Aliansi Raja Iblis membawa [PENIUP SERULING HAMELIN] untuk menemui Mandra dalam permintaannya memanggil Percher.

Saat dia masih mengkhawatirkan kemampuan Sandra saat itu, pihak lain mengusulkan ide padanya:

"Kenapa tidak mengundang Shiroyasha saja di Festival Kelahiran Naga Api? Kan begitu lebih baik?"

Dengan adanya [Master Lantai]—Shiroyasha, bahkan Sandra yang masih mengembangkan kekuatannya bisa menang melawan Raja Iblis. Dan itulah kata-kata manis yang mereka gunakan untuk memaksa Mandra.

Karena Aliansi Raja Iblis akan mampu menyegel Shiroyasha dengan mudah dan menghilangkan calon [Master Lantai] yaitu Sandra.

"Rencana yang bagus buat bunuh dua burung sekali serang."

“Heem heem. Kalau begitu, tidak mungkin kita bisa menginvestigasi Aliansi Raja Iblis dari sisi [Salamandra]. . . Hanya ingin tahu, saat itu, kalian tidak sadar jika mereka berdua dari Aliansi Raja Iblis, kan?"

"Te, tentu saja! Kalau kami tahu, kami akan mengambil langkah pertahanan!"

Mandra gelisah saat menjelaskan demi membela rakyatnya. Dan saat ini, sulit memastikan siapa bertanya siapa.

Desahan serempak datang dari beberapa orang saat merasa kesusahan mengenai masa depan kelam yang tidak mampu dibayangkan.

Hanya Izayoi yang terus mencubit dagunya saat merenungkan identitas musuh.

". . . [Tiga Kepala Naga yang Menggigit Ekornya] kan?"

“Eh?”

"Desain dari bendera mereka. Sekilas, mirip simbol [Ouroboros]. . . cuma aku belum terlalu yakin."

Izayoi terlihat ragu saat bicara yang jarang terjadi.

Walaupun belum yakin, desain yang terlihat di Bendera [Aliansi Raja Iblis] memang [Ouroboros]—'Ular yang menggigit ekornya'.

Asuka dan Yō memiringkan kepala kebingungan saat menatap Izayoi tegang.

"Izayoi sudah miliki petunjuk tentang bendera itu?"

“Nggak, belum pasti. Lagian, itu sebenarnya simbol dari banyak hal dan simbol itu pasti sudah dirubah atau dimodifikasi. Aslinya logo itu terkenal sebagai 'ular yang menggigit ekornya'. Simbol yang menggambarkan 'lingkaran kematian juga reinkarnasi' atau juga 'pengolahan kembali buat mendapatkan sesuatu'. . . yang berarti berhubungan sama fenomena kekekalan."

Setelah bicara begitu, ia terdiam beberapa saat.

Namun, setelah mengungkapkan gagasan pikirannya tanpa pemecahan masalah, Izayoi yang sementara waktu mencapai kesimpulan itu memutuskan untuk mengangkat bahu sambil memberikan tawa gelak seperti biasa.

". . . Oh yah, seenggeknya, kita sudah dapat gambaran sekilas penampilan musuh. Jadi kalian bersiaplah buat yang akan datang, oke?"

Izayoi tertawa tanpa takut saat dua lainnya mengangguk setuju.

"Heem. Hari dimana kita bakal berhadapan dengan mereka sudah dekat dan aku bisa merasakannya dalam genggamanku."

“kalau begitu, . . . Kita bisa mendapatkannya kembali, kan?"

—Mendapatkan kembali [Bendera] dan [Nama] Komunitas. dengan petunjuk ini, antusias ketiganya semakin terdorong.

Mempercayai pertempuran masa depan yang akan membawa mereka dekat menuju tujuan utama, ketiganya bertepuk tangan gembira.

"Orang-orang itu bakal menunjukkan diri secepatnya dan targetnya pastilah para [Master Lantai]."

“Pasukan penuh akan tiba tiga hari lagi, jadi ayo mempersiapkan diri."

“Heem. Ayo laporkan pada Kuro Usagi secepatnya—"

“Ya, Yahouhoh! Kalian semuanya dari [No Name]! Terimakasih atas kerja keras kalian!"

Jack si Kepala Labu masuk dengan suara pintu *Clack* saat terbuka. Tapi tawanya tidak secerah dan seria biasanya. Kepala Labunya sedikit goyah dan mengeluarkan suara berderit yang aneh.

Melihat Jack yang terburu-buru masuk dengan tawa yang tidak bisa dipastikan apakah sedang bahagia atau kesakitan, si trio saling menatap bingung.

"Hei Jack, ada apa?"

“Apa sesuatu telah terjadi?"

“Apa kamu lapar?"

“Hanya dirimu, kan? Nona Kasukabe?"

“Heem."

*Guuuh~* suara itu keluar dari perut Yō.

Namun Jack mengabaikan Yō saat menunjuk lorong luar:

"Nona Kuro Usagai, dia. . . Kuro. Kuro Usagi sedang dalam masalah."

Ekspresi si trio mendadak berubah serius dan gugup. Dokter Istana berkata bahwa hidup Kuro Usagi tidak dalam bahaya namun karena lukanya parah, ada kemungkinan besar terjadi sesuatu walaupun munculnya lamban.

Berbalik ke arah Mandra, si trio bicara bersamaan.

"Kami permisi, kalau ada sesuatu, kita diskusikan nanti."

“Tolong bebaskan Jin!"

“Dan siapkan makanan untuk kami!"

“Gak ada waktu membahas itu loh?!"

Meski dalam keadaan darurat, Yo masih setia pada nalurinya dan dia memiringkan kepalanya dengan cara yang paling serius menanggapi sanggahan.

Bagaimanapun, benar jika bukan saatnya bagi mereka untuk bercanda dan si trio bergegas mengikuti Kepala Labu melintasi lorong ke bangsal rawat Kuro Usagi.

Tiba di bangsal rawat, si trio berdesak-desakan masuk ruangan.


“Oi, Kuro……”

Kata 'Usagi' tidak pernah terucap, begitu juga dua lainnya yang berpikiran sama. Suasana sekitar mereka menguap saat menatap tertegun dan kecewa melihat Kuro—Bukan, seharusnya (她).[2]

"Se, semuanya. . ."

Sungguh beruntung dia berhasil siuman.

Kebanyakan lukanya sudah mulai sembuh dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi itu semua hanyalah bagian kecil dan masalah besarnya lebih dari sekedar kehilangan atau terluka parah.

Asuka dan Yō termegap-megap.

"Kuro. Kuro. . . "

". . .Uso[3]?"

Meski kata-kata itu terdengar kasar bagi dia yang menangis sesenggukan, tidak salah juga bagi mereka mengatakannya. Faktanya, kiasan itu masih akurat.

Kuro Usagi yang berbaring di kasur menangis keras sambil menekan bagian belakang kepalanya tempat telinganya seharusnya berada.


“Uu. UuUu… … Telinga kelinci Kuro Usagi[4]… Telinga kelinciku hilang—!!!”


Translator’s notes[edit]

  1. kutip dari [magrefnotes: sebatas info urutan pembicara yaitu IAY, atau Izayoi, Asuka, Yō
  2. kutip dari [magref notes: 她 berarti gadis manusia.
  3. Uso=menipu atau terkadang dalam percakapan sehari-hari Jepang bisa juga diartikan 'bohong'
  4. FYI: Usagi [B. Jepang] = kelinci


Kembali Ke Halaman Utama