Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 7 Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 22:35, 31 October 2019 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Bab 1== ===Bagian 1==== —Markas besar Istana Kota Kouen—Sayap Kanan Ketiga. Sinar bulan samar-samar muncul dari balik awan. Cahaya dari lentera yang bergantung di set...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 1

Bagian 1=

—Markas besar Istana Kota Kouen—Sayap Kanan Ketiga.

Sinar bulan samar-samar muncul dari balik awan. Cahaya dari lentera yang bergantung di setiap paviliun mengayun dihembuskan angin malam, yang menyelimuti kota dengan udara hangat, menghilangkan kegelisahan. Layaknya senja, Kota Kouen menunjukkan pemandangan indah pada malam hari. Kota yang diterangi segala jenis warna lampu, hantu riang dan makhluk nokturnal asing bebas berkeliaran. Naiknya bulan di atas langit Kota Kouen adalah yang terbaik. Waktu yang pas untuk minum-minum di bar. Namun, malam ini berbeda.

Para goblin yang biasanya berlarian di kota, tak terlihat, dan lentera di jalanan utama padam karena di tiup angin malam. Seluruh penduduk yang merasakan suasana ganjil, ketakutan di dalam rumah. Kota Kouen adalah kota yang berada di Bagian Utara pemerintahan [Salamandra]. Bertempat di Gerbang Luar Bilangan Lima, mereka cukup sensitif terhadap bencana alam [Taman Mini]—Kehadiran Raja Iblis.

Pertarungan Izayoi dan Yang Mulia yang terjadi saat senja menjadi kabar angin yang menyebar layaknya api liar di Kota Kouen, menjadi terkenal. Dilihat dari skala perangnya, beberapa diantaranya tidak merasakan adanya penyerangan dari Raja Iblis dalam waktu dekat. Untuk melindungi Komunitas, mereka sudah mulai bergerak. Ada yang mengungsi karena merasa terlalu berbahaya. Ada yang tetap tinggal di markas besar sampai pertarungan dengan Raja Iblis berakhir. Ada yang bersemangat menganggapnya sebagai berkah agar bisa mengangkat kepala Raja Iblis. Mereka yang ingin menguji kekuatan dan melambungkan namanya saat ini sedang berkumpul di markas besar Istana [Salamandra] di sayap kanan ketiga.

Sandra dan Pest terbatuk ringan lalu berjalan menuju ruang pertemuan.

"Mulai sekarang, kita akan mulai rapat mengenai [Aliansi Raja Iblis]—Kelompok yang dipanggil [Ouroboros], dan cara penanggulangannya."

Dia mengumumkan dengan nada bermartabat saat rambut merahnya bergoyang. Di sampingnya ada Percher yang tadinya dipenjara, namun dibebaskan untuk pertukaran informasi. Beberapa pemimpin [Salamandra] mengeluarkan sayup-sayup bisikan protes, namun demi menyiapkan diri terhadap serangan, mereka butuh informasi sebanyak mungkin, begitulah cara Sandra meyakinkan mereka. Hadir juga Komunitas yang ia pilih.

[Salamandra] yang memegang simbol Naga Api. [Will-O'-Wisp] yang memegang simbol Api Biru. [Perseus] yang memegang simbol [Kepala Gorgon], dan [No Name] tanpa simbol.

Komunitas yang disebutkan tadi duduk di kursi VIP. Ketika waktu melawan Aliansi Raja Iblis [Ouroboros] tiba, mereka meramalkan jika pertarungan akan terjadi di sumbu utama. Jin Russel yang berpartisipasi dalam pertemuan atas nama [No Name], bicara pada sang Kepala Labu yang duduk di sebelahnya, yang bernama Jack.

". . . Rame banget."

“Yahoho! Sebenarnya bisa lebih dari ini. Jika Komunitas yang terlibat dengan generasi pertama [Raja Naga Bintang dan Lautan] ikut, kita bisa lebih kuat!"

Jack mengangguk-anggukkan kepala labunya dengan ceria. Jin membalasnya dengan senyuman.

Termasuk Iblis yang aktif di Kota Kouen dan Komunitas Bilangan Enam, jumlahnya melebihi dua puluh. Mereka aktif di bawah perlindungan [Salamandra], dan dalam keadaan darurat, mereka akan mengirimkan pasukan utamanya sesuai dalam kontrak. Ada banyak yang berpengalaman dalam Permainan Berhadiah Raja Iblis. Komunitas yang bergabung dengan [Salamandra], termasuk Komunitas dari Bilangan Lima, Enam, dan Tujuh, berjumlah lima ratus dua puluh. Pesertanya berjumlah lebih dari empat puluh tiga ribu. Ditambah kesiapan pasukan Naga Bersayap dan empat ribu Naga Api. Walaupun jumlahnya kurang dari setengah pada masa kejayaannya, bagi Komunitas Bilangan Lima, itu sudah lebih dari cukup.

"Kalau memikirkan leluhur [Salamandra], [Raja Naga Bintang dan Lautan], seperti apa mereka?"

“Entah? Saat aku tiba di Taman Mini, nama mereka sudah melambung. Rumor mengatakan jika mereka adalah Taoist Roh Bintang yang bertarung bersama Komunitas seperti [Ratu Halloween] dan [Raja Malam Putih] yang mengatur matahari."

"Taoist. . . Roh Bintang?"

Jin mendongakkan kepala terkejut. Dia pernah mendengar jika mereka adalah kelas terkuat, tapi dia membayangkan mereka berjenis naga. Terlebih, bicara tentang Taoism, seseorang akan memikirkan sekelompok Dewa yang terdiri dari roh suci dan Binatang Agung jenis Naga. Bukan hanya berpengaruh pada dua puluh naga Bintang yang memerintah matahari, namun Taoism juga dipenuhi roh-roh suci.

(Membicarakan naga Taoist, klan Naga Kuning cukup terkenal. Apa mereka dari sektor berbeda ya?)

Atau mereka bermaksud berkamuflase? Nama spesies terkuat yang merupakan bagian kelompok spesifik dan kelompok Dewa yang terkenal jadi jarang menyembunyikan diri.

"Hmm. . . Mungkin Izayoi tahu sesuatu tentang ini, tapi. . ."

“Itu dia! Ada yang menggangguku! Aku tidak melihat Tuan Izayoi dan Nona Asuka, bukankah seharusnya mereka ikut rapat?"

“I,iya. Sepertinya semuanya sedang membuat penyesuaian—Ah, mulai."

Jin mengabaikan pikirannya tentang [Raja Naga Bintang dan Lautan] untuk fokus pada rapat. Jack juga melihat kedua gadis itu, terlihat Sandra sedang meminta Pest untuk membicarakan [Ouroboros].

"Black Percher. Tolong jelaskan secara rinci mengenai [Ouroboros], Komunitas yang pernah kamu masuki sebelumnya."

“. . . Baiklah."

Sandra sengaja memanggil Pest dengan gelar Raja Iblisnya. Itu mungkin tindakan untuk menunjukkan wewenangnya terhadap Raja Iblis. Pest tidak terlalu mempedulikan, tapi lebih seperti peringatan, dia menganggapnya sebagai perlakuan terhadap pemimpin yang pernah kalah. Setelah melihat wajah setiap orang, Pest menarik nafas kemudian menghembuskannya.

"Mengenai Aliansi Raja Iblis. . . Aku tidak keberatan menjelaskan tentang [Ouroboros]. Tapi sebelumnya, aku perlu mengatakan satu hal."

Ruang rapat dipenuhi gumaman dengan sikap tidak sopan. Jin dan Jack segera merasakan perasaan buruk.

"D,dia tidak akan bicara yang aneh-aneh. . . kan?"

“Ya,yahoho! Tenang saja! Bahkan Nona Pest sekalipun tidak akan mengambil resiko di sini. . ."

—Atau mungkin akan dia lakukan. Faktanya, dia adalah pelayan dari kelompok Bocah Rusuh. Pest menatap tajam semua orang lalu menyatakan dengan sikap marah.

"Kalian payah. Pulanglah. Terlalu lemah. Ambil koper kalian lalu pergi!"

  • Whaa*

Sayap kanan ketiga Istana diserang keheningan. Walaupun hanya gurauan, semua orang yang berkumpul di sana adalah veteran yang dapat diandalkan yang sangat percaya diri dengan kemampuan mereka. Naga Bersayap mengeluarkan api dari mulut mereka, dan para iblis marah menatap Pest.

"Dasar lacur. . . Seorang jenderal kalah sepertimu tidak seharusnya berkata sombong."

“Hufth. Meski seorang mantan Raja Iblis, kau cuma gadis kecil."

“Semua orang di sini adalah veteran yang pernah menang melawan Raja Iblis. Apa alasanmu bicara lancang seperti itu, huh?!"

Mata mereka bersinar. Merasa terganggu sampai-sampai melepaskan transformasi manusianya dan mengeluarkan tanduknya untuk mengancam Pest. Panik melihat perkembangan tak terduga, Sandra pun menyela.

"T,tunggu sebentar! Sekarang bukan saatnya untuk saling bertarung! Pest, tolong jangan bicara yang tidak perlu—"

“B, berita buruk, Tuan Putri Sandraaaaa!!"

Naga Bersayap pembawa pesan masuk tiba-tiba ke ruang rapat. Menahan kegalauan di hatinya, Sandra sebagai pemimpin mulai bertanya:

"Ada apa? Apa Raja Iblis—"

“B, bukan itu! [No Name]! Kelompok dari tiga anggota [No Name] pergi ke tempat latihan dan bilang ingin menguji kemampuan mereka. . . Me, mereka mulai pergi ke setiap pos polisi militer!"

Whaa, Jin mengerang sambil memegang kepalanya. Pest menyembunyikan senyuman sambil bergumam lirih.

"Benar-benar deh? Kalian tukang rusuh."

"Cih, jangan main-main, jalang!"

"Kami punya harga diri! Kami tidak mungkin mundur hanya karena kata-katamu!"

“Yeah! Kami tidak akan termakan omong kosongmu—!!!"

Mereka terus melepas transformasi manusia mereka satu sama lain. Mulai dari manusia serigala dan roh rubah mirip goblin, iblis yang melepas udara panas dari seluruh tubuhnya dan naga bersayap yang bangkit dari kursi mereka. Sambil menyeringai, Pest lompat dari jendela sayap kanan ketiga Istana menuju tempat latihan yang tadi disebutkan. Peserta yang marah mengikutinya. Jika tidak segera diselesaikan, mereka tidak akan bisa berkonsentrasi lagi. Sandra terdiam, namun segera menyadarkan diri dan menatap Jin.

"—Jin."

“I, iya."

“Aku akan ke tempat latihan. Akan kuhentikan mereka, ikutlah denganku."

Jin tidak menanggapi dan langsung bergegas meninggalkan sayap kanan ketiga Istana.


Part 2

—Markas besar Istana Kota Kouen—tempat latihan di depan asrama polisi militer.

Walaupun sudah tengah malam, tempat latihannya masih dipenuhi sorak-sorai—lebih tepatnya, ramai oleh raungan. Tempat latihan yang khusus untuk anggota naga api dan sepuluh kali lipat lebih besar dari tempat latihan pada umumnya. Saat ini, tempat latihan itu dipenuhi oleh api.

"Grr, seharusnya kamu tidak kesulitan melawan gadis kecil!'

“Bangun ulang formasi!"

“Jumlah kita lebih banyak! Mereka bukan musuh yang sulit dikalahkan!"

Tujuh naga api meraung sambil bergerak. Di tengah tempat latihan, Kasukabe Yō sedang menghadapi ketujuh naga api. Naga api bersayap besar melonjak dengan kecepatan luar biasa. Mereka hampir tidak mampu mengikuti Yō yang berada di atas pusaran angin berkilauan.

"Sialan. . .!!"

Yō terus naik lebih jauh dengan pusaran angin berkilaunya menuju langit. Namun, dia tidak sedang menggunakan armor 'Pegasus'. Saat ini, dia mengeluarkan pusaran angin dengan kemampuannya sendiri.

". . . Kau luar biasa, Kasukabe."

Kudou Asuka sedang berada di tepi tempat latihan sambil bernafas keras. Yang duduk di sampingnya adalah pemudi, gadis menawan—Willa sang Ignis Fatuus, yang mengangguk sambil memutar-mutar sayap yang mempesona dengan jarinya.

"Sayap Pegasus. . . Merupakan salah satu hadiah yang ditinggalkan Koumei untuk Yō. Ketika bersinggungan dengan mahkluk hidup, [Pohon Genome] yang menafsirkan pohon filogenetik lalu mengembangkan penggunanya. "

Willa menyentuh dadanya penuh kebanggaan saat menjelaskan. Duduk di sebelah mereka, Izayoi juga mengangguk kagum.

"Heem. Jadi, dengan menggunakan kekukatan grypon dan pegassus secara bebarengan, kecepatan terbang dan kemampuan fisiknya bertambah pesat gitu."

"Benar—Tapi bukan itu bagian terpentingnya."

Willa menunjuk Yō yang sedang bertarung. Setelah beberapa saat, dia melepaskan gelombang petir hebat. Di tangan yang melepaskan petir menyilaukan adalah—tiga ribu enam puluh jenis raja binatang buas. Dia mencengkeram tombak mirip Kirin.

"Dengan ini. . .!"

Dalam sekejap, dia melontarkan tombak itu di garis lurus. Bergemuruh, petir yang ditembakkan mengenai ketujuh naga api.

"Mustahil. . .!!"

Sisik keras naga api, yang katanya ditempa di gunung vulkanik aktif, tidak bisa menandingi petir dari Binatang Buas Agung. Tidak mampu bergerak, naga-naga api itu jatuh mengejang lalu menabrak tanah. Izayoi yang melihat pertandingan, menggosok dagunya dan tertawa kecil.

"Pergerakan yang diperoleh dari gryphon dan pegasus sambil meniru kekuatan penghancur binatang buas lewat [Pohon Genome]. Gitu ya, bener-bener barang yang luar biasa kuat."

Dia mengangguk kagum. Namun ucapannya tidak terlalu seoptimis sebelumnya. Yō turun dengan keringat mengucur dari keningnya dan nafas tersengal. Dengan lembut mengusap keringat dengan tangan kanannya, Yō mengambil nafas dalam-dalam, mengatur nafasnya, dan berpose menang.

"Menang. Berkat Willa aku bisa menang."

“Menang. Tapi itu kekuatan asli Yō loh. Dan berkat Koumei."

Dia menanggapi dengan isyarat menang. Yō tiba-tiba mengingat sesuatu, kemudian bertanya:

". . . Willa, bagaimana kamu bisa kenal ayahku?"

Sebenarnya, dia ingin menanyakan ini lebih awal. Namun karena kegaduhan sore tadi, tidak ada kesempatan baginya untuk bertanya. Willa mempertimbangkan dengan tatapan kosong lalu bergumam.

"Koumei. . . Dia menyelamatkan kami dari penguntit cabul."

"Pe, penguntit?"

"Iya, tapi bukan penguntit sembarangan. Dia punya kegilaan dan khayalan aneh, dan terus mengulang ucapan menjijikkan. Aku tidak menyukainya, jadi aku kabur dari satu tempat ke tempat lain bersama Jack, tapi. . . orang itu terus mengikuti kami kemanapun kami pergi dengan teleportasi."

“Itu. . ."

Asuka dan Yō berekspresi benci bersamaan. Izayoi menjelaskan ekspresi benci mereka dalam kata-kata:

"Penguntit ditambah teleportasi. Kayak Iblis bawa pedang suci."

“I, itu benar.

“Seram. Menakutkan."

“Iya. Sangat menyeramkan. Itulah kenapa aku meminta Ratu Halloween untuk mengizinkanku masuk ke Taman Mini. . . Sayangnya itu adalah kesalahan. Dia menggunakan seribu tahun di dunia luar berlatih dan mengumpulkan kebaikan, lalu membuka gerbang Taman Mini dengan kekuatannya sendiri."

“Terus ayah Kasukabe yang menyelamatkanmu darinya?"

Willa mengangguk tegas. Mendengarkan ceritanya, Asuka mendesah kasihan dan dengan lembut menepuk pundak Willa.

"Kasihan Willa. . . Menjadi sasaran penguntit itu."

“Tidak, bukan itu masalahnya. Dilihat dari sudut pandang lain, bisa jadi kisah cinta yang menarik. Coba pikirkan dari segi kegilaannya? 'Setelah mempersembahkan diriku sendiri mempelajari kekuatanku selama beberapa bulan dan tahun, melewati batasan dunia luar!' Kemudian bilang 'Willa, Aku datang untuk menjemputmu pulang!!!' —Gitu?"

"Wew, menjijikkan!"

Willa merasa jijik seolah bulu kuduknya berdiri di seluruh tubuhnya. Memaksanya bicara separah itu membutuhkan bakat yang luar biasa.

"Si penguntit yang membuat Willa dan Jack begitu, dia pasti sudah—"

"Grr, apa yang mereka lakukan pada [Salamandra]?!"

Mereka melompat terkejut dan menatap ke arah suara. Dari sayap kanan ketiga Istana datang para Goblin tua setelah Pest, satu persatu berlarian ke tempat latihan. Sepertinya mereka melihat para naga api yang sudah kalah. Bertemu Izayoi dan lainnya, Pest tersenyum sinis.

"Sudah kubawa mereka seperti permintaanmu."

“Kerja bagus. Kau tampak gembira pas bawa mereka."

“Oh jelas. Kan masih tugas pelayan—Terus tuan aneh, apa yang akan kamu lakukan?"

Pest tertawa kecil saat melihat Izayoi. Belum sempat menjawab, kelompok yang mengikuti Pest meraung penuh kemarahan.

"Bangsat. . . Kalian cukup liar eh."

“Kekejaman kalian cukup sampai di sini.”

"Kalian harus membayar kesombongan kalian saat ini juga. . .!"

Melepas perubahan bentuk manusia mereka, kekuatan spiritual mereka meningkat tajam. Kekuatan spiritual tiga orang yang memiliki kemampuan bertarung di atas rata-rata, mengeluarkan keberadaan penuh ancaman melebihi naga bersayap umumnya.

Tubuh spiritual muda dengan kekuatan luar biasa, klan raksasa—keturunan [Hekatonkheire]. Kepala kambing yang melepaskan kehadiran yang mengancam, iblis—keluarga [Baphomet]. Membanggakan kedua tanduknya, pemimpin Iblis—faksi [Shuten Douji].

Di tengah tempat latihan, sambil mengangkat satu tangannya, dia memperlihatkan giginya.

"Kami Iblis pemakan manusia yang menduduki Bagian Utara telah melewati berbagai ujian."

“Meski kami dikalahkan oleh [Raja Naga Bintang dan Lautan], kami masih keturunan Raja Iblis. Jangan mempermainkan kami dengan trik bodohmu."

“Kuku. . . Darahku sudah lama tidak semendidih ini, manusia. Biarkan darah meletus dan berhamburan seperti kabut! "

“Hah!”

“”"GUAAAAAAAAAAAAA Aku jatuuuuuhhhh!!!”"”

Izayoi mengayunkan tinjunya. Tiga goblin diterbangkan, kepala mereka menabrak menara jam di markas besar [Salamandra]—Tidak perku dijelaskan lagi. Ini jelas tidak masuk akal. Mandra yang menonton acara di tempat latihan sejak awal hingga kini, terkejut hingga ujung bibirnya bergetar.

". . . Apa dia beneran manusia?"

“Mungkin."

Asuka yang tertinggal menjawab. Izayoi yang seakan membersihkan debu di tinjunya, memegang tangannya sambil melihat para tetua yang datang dari sayap kanan ketiga Istana, tersenyum tanpa takut.

"Yah, gitu deh. Terus kalian mau apa, para senior hebat?"

“Nu………!”

Kegembiraan mereka lenyap begitu saja dan ucapan mereka tersendat. Mereka tidaklah bodoh. Tidak butuh waktu lama untuk menyadari perbedaan kekuatan mereka. Izayoi menatap mereka sambil berpikir ulang, dan senyumannya menghilang saat tatapannya menjadi serius.

"Maaf menyela saat kalian masih terkejut. Raja Iblis kali ini bakal setara denganku, atau malah lebih kuat—Kalau ingin mundur, sekarang saatnya. Pertarungan nanti bakal banyak korban berjatuhan.

“………,”

Tidak ada karangan dari suaranya. Kata-kata itu tidak hanya meredam pada tetua. Orang-orang yang duduk seperti Kasukabe Yō, Kudou Asuka, Willa, Mandra, dan yang baru tiba di belakang mereka, Jin, Sandra, dan Jack, hanya bisa terdiam.

—Badai akan datang. Badai yang lebih besar dari sebelumnya. Yang akan menggemakan langit, mengguncang bumi, menciptakan gunung mayat, dan sungai darah, bencana alam terburuk. Seorang pemenang yang tidak diizinkan untuk berada di sepanjang sisi order Taman Mini akan datang untuk mewarnai kota senja dalam warna neraka. Izayoi yang paling bisa merasakannya dibanding yang lain, menyipitkan matanya dan mengumumkan.

"—Biar kukatakan lebih awal. Aku bakal memimpin mereka. Aku ingin kalian bertindak sebagai pelopor. Sebaliknya, kalau kalian nggak bisa ngelakuin, nggak bakal ada kesempatan buat menang. Biar kalian gampang ngertinya, kami sengaja memanggil kalian kemari."

“…………”

Bisikan menyebar diantara naga api dan tetua. Mereka sombong karena pernah hampir mati beberapa kali. Diceramahi pemuda seperti Izayoi sungguh tidak menyenangkan. Itulah alasan Izayoi menunjukkan kekuatannya lebih dulu karena akan telat jika Raja Iblis muncul. Terutama melawan bocah lelaki yang dipanggil Yang Mulia dan [Raja Iblis Maxwell], orang yang nekat menyerang tanpa kekuatan hanya akan kehilangan nyawa sia-sia. Salah seorang iblis tua yang sudah memahami jalan pikiran Izayoi, mendengus dan melangkah maju.

". . . Hem. Kalau sudah mengatakannya, berarti ada rencana?"

"Memang."

Dia menjawab cepat penuh percaya diri. Para tetua terbelalak penuh ketertarikan pada gagasannya.

"Kami punya rencana buat mengatasi setiap anggota yang kami ketahui di [Ouroboros]. Demi tujuan itu—Kami butuh bantuan kalian semua."

Dia tanpa basa-basi meminta bantuan. Para tetua terdiam sejenak, namun mendadak mendengus kesal.

"Grr, terlalu basa-basi! Itukah bentuk kesopanan dalam merendahkan diri ketika meminta?"

"Kalau gitu aku meminta pada kalian. Tolong pinjami kami kekuatan kalian."

Izayoi segera menundukkan kepalanya. Kali ini, para tetua mengangkat tangan.

"Hmm. . . Yah, akan kami bantu. Pertama, beritahu kami rencananya."

"Kami tahu kalian kuat. Jangan ragu-ragu ketika waktunya tiba."

"Hei, kalian bocah [Salamandra], turunkan orang-orang itu dari menara jam. Terlalu buruk membiarkan mereka terlalu lama di sana. Rapatnya akan dimulai setelah itu.

“M, mengerti."

Lima naga api muda membentangkan sayapnya lalu terbang. Izayoi berbalik untuk menatap Asuka dan Yō, tertawa saat bertolak pinggang.

"Tingkat pertama selesai. Tinggal masalah saat ini."

"Iya. . . Dengan keadaan Kuro Usagi, kita tidak bisa menggunakan penghakiman untuk bertahan."

"Yeah. Pokoknya lakukan yang terbaik."

Ketiganya menatap khidmat pada arah tidak jelas. Alasan mereka mampu memenangkan Permainan Berhadiah melawan Raja Iblis sampai sekarang karena kemampuan penghakiman Kuro Usagi untuk menahan permainan. Namun Kuro Usagi saat ini tidak berada pada kondisi penggunaan penghakimannya.

"Kuro Usagi. . . Aku ragu dia baik-baik saja. Dia cukup kecewa."

“Jelaslah. Coba bayangin. Pas kamu bangun tidur—telingamu pindah ke atas kepala, kau pasti bakal ketakutan kan? Tuan Putri?"

Bulu kuduk di seluruh tubuh Asuka merinding seketika.

". . . Aku pasti ketakutan."

“Kan?! Ya kayak gitu. Kalau khawatir ya kunjungi dia dong."

“Yeah—Untuk sekarang, kita tentukan siapa lawan siapa."

Ketiganya saling menangangguk dan memikirkan sasaran selanjutnya. Kemudian, Willa tiba-tiba mengangkat tangan.

"Mengenai itu. Aku punya usul."

“. . . Hem?"

Izayoi melihatnya dengan wajah penuh tanya. Willa dikenal sebagai yang terbaik di Bagian Utara, namun bagi Izayoi, kesannya sepeti 'Aku nggak ngerti jalan pikirnya, tapi dia pasti punya rencana besar' dan begitulah. Kenyataan bahwa dia ikut serta dalam Pertandingan Penciptaan juga tidak bisa ia duga.

"Jelas. Aku bakal menghadapi Iblis berambut putih, nah. . . Mulai dari Raja Iblis Maxwell, siapa yang bakal menghadapinya? Mirip kamu, dia bisa pakai gerbang astral buat teleportasi. Gimana cara ngatasinnya?"

“Kita bidik tempat dia akan muncul."

Willa dengan lancar membicarakan masalah sulit saat Yō dan Asuka saling bertatap bingung.

". . . Itu,"

“Cukup susah, kan. . .?"

Jelas, jika mereka bisa menentukan lokasi kemunculannya, tidak akan sulit untuk menaklukkan Gerbang Astral. Faktanya, Asuka dan Yō sudah pernah melihat Willa menggunakan Gerbang Astral untuk berteleport. Itu bukanlah hal yang bisa disamai dengan kecepatan dan kekuatan. Mereka berdua sudah merasakannya. Untuk mengatasi Gerbang Astral, mereka membutuhkan kekuatan yang sangat berbeda mengenai garis vektor—

"—Aku paham. Jadi ayah Kasukabe menjauhkan Maxwell pakai cara ini."

“Eh?”

Asuka dan Yō terkejut. Izayoi mengangkat wajahnya dan mengkonfirmasi berurutan pada Asuka, Yō, dan Willa. Dia tersenyum gembira.

"Sip. Dengan cara ini, kalaupun melawan Maxwell, sudah cocok—Sudah diputuskan. Ayo kumpulkan [Salamandra] dan para veteran tua."

"T, tapi. . . Siapa yang akan melawan Maxwell?"

Asuka dan Yō bertanya bingung. Izayoi tersenyum nakal sambil menunjuk mereka.


Bagian 3

Di sisi lain, Jin dan Sandra terkejut saat melihat jalannya acara. Mereka meramalkan pecahnya pertarungan akbar, namun tidak menduga akan menjadi anti-klimaks. Namun bukan hanya pertarungan akbar, namun para tetua bersama Izayoi dan lainnya bahkan mulai menyiapkan strategi.

"Gimana jelasinnya ya. . . Ini sih Izayoi banget."

“…………”

Jin tersenyum heran, sebaliknya, Sandra menatap mereka diam.

“………? Sandra?”

"Jin. Awasi mereka. Akan kubawa orang-orang yang masih tertinggal di sayap kanan ketiga Istana. Kalau dia yang menjelaskan pasti berjalan lancar."

Berbalik, dia bergegas kembali ke lorong Istana dengan ekspresi putus asa.

—Bulan samar sudah bersembunyi di balik awan. Cahaya dari lentera juga sedikit suram di tengah malam. Yang menyinari lorong hanyalah lilin kaca [Salamandra]. Sandra yang menuruni lorong suram sendirian, mengingat kejadian sebelumnya dan berhenti melangkah.

(. . . Jika aku melakukan hal yang sama, hal itu tidak akan terjadi.)

Para goblin veteran dan penjaga naga api. Untuk menyatukan mereka, dia tidak membutuhkan posisi sebagai pemimpin [Salamandra]. Kekuatan dan prestasi. Tanpa daya tarik keduanya, tidak ada yang perlu dibicarakan. Namun Sandra yang masih berusia sebelas tahun tidak memenuhi keduanya ketika menjadi pemimpin. Normalnya, untuk menjadi [Master Lantai], seseorang memiliki tumpukan prestasi, tapi dia sama sekali tidak punya. Banyak yang tidak puas dalam Komunitasnya.

Jika saja Sala, yang sudah dewasa dengan kekuatan naga bersayap. Atau Mandra yang mengambil alih—

(. . . Hentikan. Tidak sopan terhadap Kakanda dan Mbak.)

Mbaknya sudah melepaskan diri dan pergi dari [Salamandra]. Namun dia pasti memiliki alasannya sendiri, itu yang Sandra yakini. Sala bukanlah orang yang akan mengesampingkan kota kediamannya tanpa alasan. Dia pasti memiliki alasan terdalam, kenangan menyakitkan yang membuatnya harus pergi.

Kakandanya yang seorang pekerja keras, mengalami hambatan dalam pertumbuhan tanduknya sehingga terpaksa harus menyerah sebagai pewaris. Seolah terlahir dengan tidak beruntung. Jika dia menyadari rasa sakit Mandra lalu membantunya. Walau dia merasakan beban yang begitu berat di punggungnya, dia harus tetap melangkah maju.

—Bukan, lebih tepatnya. Dia bermaksud mengabaikan.

(———————……!?)

Sejenak, Sandra membayangkan dirinya diselimuti kegelapan. Namun bukan itu masalahnya. Yang terambil darinya bukanlah cahaya, tapi bentangan warna. Istana yang diterangi lilin mendadak terbungkus oleh bayangan satu warna abu-abu. Terkecuali satu hal— karakter '混' di punggung jubah iblis monyet.

"Menyedihkan. Umumnya, di usiamu segini pasti sedang bersenang-senang bersama kedua orangtuamu."

Iblis monyet itu menatapnya sedih. Saat itu, Sandra akhirnya menyadari keberadaan musuh.

(Tidak mungkin. . . [Raja Iblis Kekacauan]!! Buruk, aku harus mengabari semuanya. . .!!)

"Ah, tidak akan kubiarkan. Aku sudah mengaktifkan '虚度光阴'[1] padamu. Kamu sudah tidak bisa melakukan apapun. Jadi tidak perlu memikirkan hal-hal menyakitkan lagi."

[Raja Iblis Kekacauan] berjalan tenang. Tapi tidak ada rasa permusuhan darinya. Ia mendekati Sandra dengan tatapan sedih.

"Tidak usah takut. Aku tercipta dari pikiran anak sepertimu, yang kebingungan tanpa alasan yang jelas terhadap orang-orang sekitarmu. Aku sangat memahamimu lebih dari orang lain."

Raja Iblis yang terlahir dari pikiran anak-anak—[Raja Iblis Kekacauan] menatapnya sambil mengetuk dadanya serta berbisik dengan suara sedih.

"Jauh di lubuk hatimu, kamu ingin hidup bebas, tapi karena kebodohan orang dewasa, hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah memasang senyuman palsu. Posisimu menentukan jalanmu, bahkan setelah mengupayakan sesuatu, tidak ada yang memujimu. Benar-benar membuatmu tak berdaya."

(—Kau salah……!)

"Mbak yang menurutmu bijak malah mencari kebebasannya sendiri dan hidup senang. Menilai setiap langkahnya, tanpa mempedulikan adik kecilnya."

Kau salah—Dia ingin berteriak, tapi dia sama sekali tidak bisa bergerak. Namun Sandra tahu. Mbaknya tidak akan pernah pergi dengan alasan serendah itu. Kakandanya sudah berusaha keras membantunya dari balik bayangan. Jangan tersesatkan, dia terus berjuang. Hanya rayuan yang keluar dari mulut Raja Iblis ini. Jangan mau dibodohi. Ada maksud dibaliknya. Ikatannya bersama keluarga selalu tertanam dalam batinnya.

"Benarkah—Aah, tidak bisa kubiarkan!!! Meski cuma anak nakal, hidupmu terpaku pada hal yang sudah ditentukan. Karena sudah naik takhta, kamu tidak bisa sembarangan mengeluarkan keinginan aslinmu!! Teman-teman yang menghilangkan rasa sepimu juga—"

[Raja Iblis Kekacauan] menyentuh lembut pipi Sandra.

"—Berkhianat dan menjadi musuh. Teman-teman yang akhirnya mengkhianatimu."

Ketika [Raja Iblis Kekacauan] memegang pipinya, terdapat air mata di ujung jarinya. Dia ingin mempercayai keluarganya tapi tak bisa. Orang yang dia kira temannya, Rin dan Yang Mulia, meninggalkan Sandra. Pada saat berhadapan dengan Raja Iblis, Sandra menyadari kelemahan dan ketidakberdayaannya.

(Kakanda, Mbak. . . Yang Mulia, Rin. . . Jin. . .!)


Melawan Raja Iblis yang mampu merasakan keluguan, Sandra tidak mampu melawan. Jika dia melepas topengnya sebagai [Master Lantai], yang terlihat adalah gadis berusia dua belas tahun. Meski saat ini, di warna yang hanya ada abu-abu, dia tahu wajahnya sedang pucat. Jika dia bisa bergerak, seluruh tubuhnya pasti berguncang ketakutan.

"Sebenarnya, kamu takut melawan Raja Iblis. Tentu saja karena kamu masih berusia dua belas tahun. Karena itu, aku bersimpati padamu. . . Kamu sudah berkerja keras sampai saat ini."

[Raja Iblis Kekacauan] memberinya pujian dari lubuk hatinya. Itu adalah pujian terakhir yang pernah Sandra dapatkan. Dia tidak bodoh. Dia menyadari takdir yang akan ia peroleh setelah ini.

(Apa aku akan di [Kamikakushi]. . .?)

"Yeah. Kamu akan hilang kesadaran. Kamu juga akan menjadi bagian dariku. Pemandangan abu-abu ini adahal hal terakhir yang akan kamu lihat."

Tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Itu adalah bisikan terakhir dari [Raja Iblis Kekacauan].


Penglihatan Sandra memudar dan menjadi gelap. Tubuhnya terasa melayang dan seakan menguap di udara. Saat-saat terakhir kesadaran dan tubuhnya terhubung—Mbak dan Kakanda, orang-orang penting baginya, wajah mereka muncul lalu menghilang, seakan terikat pada hubungan itu Sandra meneriakkannya untuk pertama kali dalam hidupnya.

'Tolong!'

Teriakan sedih gadis ini tidak akan terdengar oleh siapapun, hanya akan menguap lalu menghilang. Memperhatikan dari ujung seberang lorong, Yang Mulia dan Rin saling mengangguk mengkonfirmasi jalannya acara yang berjalan mulus.

"Sandra sudah jatuh di tangan kita. Dengan ini warisan [Raja Naga Bintang dan Lautan]—[Bagan Penciptaan Bintang Palsu] sudah berjalan sebagian."

“Yeah. Kita sudah mendapatkan Hadiah terpenting. Setelah ini adalah penangkapan [Pohon Genome] dan kandidat [Asli]."

“Yeah. Jika tidak berhasil—"

Keduanya menelan kata-kata mereka. Mengatakannya seolah enggan dilakukan meski menjadi langkah terakhir:

"Andai kita gagal. . . Kita akan melepaskan seger Raja Iblis itu dan mundur dari Kota Kouen."

“Yeah. Kalau itu masalahnya, akam kuikuti penilaianku. Beritahu semuanya. Entah apapun yang terjadi, semuanya harus hidup."

Meski suaranya ringan, namun wajah Yang Mulia tidak biasanya kaku. Begitu pula Rin. Senyum cerahnya mendadak semuram langit malam. Rin memandang Yang Mulia tidak nyaman, membenahkan senyum nakal normalnya, dia pun bertanya pada Yang Mulia.

"Kita. . . Bisa menang, kan?"

“Tentu bisa. Kamu akan membuatnya terjadi, kan?"

Mata emasnya bersinar saat menjawab ketus. Kepercayaan diri Rin kembali begitu mendengarnya.

"Tentu saja! Kami pasti memenangkannya demi Yang Mulia!"

“Itulah yang kuharapkan. Jadi, apa gerakan selanjutnya? Kapan kita lakukan?"

Mereka sudah bentrok dengan Izayoi dan lainnya hari ini. Mundur juga merupakan salah satu gerakan mereka. Namun Rin memiringkan kepalanya.

"Tidak sampai siang hari. Malam ini, kita akan menaklukkan Kota Kouen."

“Hoo? Cepat juga."

“Sudah banyak yang hal yang mereka ketahui tentang kita. Tidak ada alasan bagi Dik Percher menolak membeberkan informasi. Saat ini, mereka yang berencana untuk menyerang kita pasti akan berantakan—Itulah kenapa kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Sekarang, ketika mereka masih terguncang dan membuat persiapan, adalah kesempatan terakhir kita."

Rambut hitamnya berkibar oleh angin malam saat memberitahunya dengan suara penuh percaya diri. Yang Mulia menyentuh dagunya sambil berpikir sejenak, namun segera mengangkat wajahnya dan tersenyum gembira.

"Baiklah. Beritahu Aura, Graiya, Maxwell, dan lainnya. Dalam satu jam kedepan, kita akan mulai perang di kota. Akan kuberi sinyal, jadi bersiaplah."

“Siap, Tuan!”

Rin menjawab riang, kemudian menghilang. Yang Mulia yang tertinggal di Istana, menghilangkan hawa keberadaannya dan menahan nafasnya dalam kegelapan. Menatap awan di langit malam, dia berbisik dengan tekad kuatnya.

". . . Kita tunjukkan pada mereka bahwa kita bisa menang. Karena bagi kita. . . Tidak ada kata menyerah."

<conclude>

Translator’s notes

  1. sebenarnya bagian ini diartikan sebagai 'Activity Prevention', tapi berhubung masih enak aja pakai translate lama [Yang versi Inggris ini beda translator], intinya biar masih ngalir sama tranlsate jilid 6 :)
Kembali Ke Halaman Utama