Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 7 Bab 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 23:06, 31 October 2019 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Bab 2== —Markas Besar Istana Kota Kouen, Sayap Kiri Kedelapan. Kuro Usagi telah dipindahkan ke ruang VIP di sayap kiri kedelapan Istana Kerajaan. Menatap langit malam da...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 2[edit]

—Markas Besar Istana Kota Kouen, Sayap Kiri Kedelapan.

Kuro Usagi telah dipindahkan ke ruang VIP di sayap kiri kedelapan Istana Kerajaan. Menatap langit malam dari balkon ruangannya, dia mengeluarkan desahan khawatir saat menatap bulan yang bersembunyi dibalik awan.

"Ah. . . Aku tidak bisa berendam di bawah sinar bulan."

Menatap kosong langit malam, dia mengingat kenangan tanah air leluhurnya yang sangat jauh.

"Kelinci Bulan" mampu berkembang dengan menyerap energi spiritual saat bermandikan cahaya bulan.

Mirip seperti latihan bagi mereka yang dalam perjalanan Kedewaan, yang harus menyerap energi dari sinar matahari dan bulan dalam rentang seribu tahun untuk mendapatkan perkembangan spiritual Kedewaan, roh [Kelinci Bulan] akan matang dengan lebih cepat.

Waktu yang dibutuhkan Kuro Usagi untuk meraih kemerdekannya[1] sampai hari ini sudah terhitung lebih dari dua ratus tahun.

Sampai beberapa tahun lalu, penampilannya masih berusia 10 tahun.

("Sungguh mengejutkan ketika ukuran tubuh tiba-tiba berkembang pesat. Namun, ada yang lebih mengejutkan dari itu.")

Dia memegang kepalanya dengan senyum pahit. Dia tidak lagi memiliki telinga kelinci yang selalu ada di atas kepalanya.

Telinga kelinci berharga yang selalu menemani hari-harinya tanpa kegagalan dan menghilang bersamaan dengan kepercayaan dirinya. Terlebih, masalahnya tidak berhenti sampai situ.

("Kicauan burung yang sering terdengar di masa lalu. . . Ucapan para peri. . . Gemercik air di sungai jauh, sekarang hening begitu saja.")

Matanya putus asa saat menekan telinganya.

Namun, tidak peduli seberapa tajam pendengarannya, dia hanya bisa mendengar suara angin sepi. Setiap kali angin malam berhembus kencang, dia bisa merasakan ketidakberdayaannya.

Hari ini, dia tidak berbeda dari gadis manusia umumnya.

—Tombak Vajra dan Armor Matahari.

Permainan <Ujian> yang dikenakan oleh Dewa Perang, Indra, di Cerita Mahabarata.

Karna, putra Dewa Matahari, memiliki Hadiah <Berkah> kekekalan ketika mengenakan Armor Matahari. Namun, sebagai ganti kehebatan kekuatannya, armornya bersatu dengan kulitnya dan tidak akan bisa dilepaskan. Dewa Perang, Indra, mengambil keuntungan dari salah satu kendala yang dipaksakan Karna sendiri untuk menuntutnya menyerahkan armor ketika menyembunyikan indentiasnya.

Walaupun Karna sempat menolak, dia memutuskan untuk menyerahkan armor kekekalan ketika mengetahui orang itu adalah Indra. Namun, untuk melepaskan armor matahari, satu-satunya jalan adalah dia harus mati.

Menggunakan pisau. . . Dia menguliti seluruh tubuhnya dan menyerahkan armor matahari ke dewa perang Indra.

(". . . Tersentuh oleh kebaktiannya, Indra memberinya Tombak Vajra yang hanya bisa digunakan sekali. Inilah legenda dari Armor Matahari dan Tombak Vajra.")

Sejak saat itu, tombak dan armor yang menjadi Hadiah yang dianugerahkan kepada Bentara paling berbakti terhadap Indra yang memiliki perasaan rendah hati paling banyak.

Namun, Hadiah ini memiliki batasan pemakaian dikarenakan kekuatan yang luar biasa.

Menggunakan Tombak dan Armor bersamaan dalam pertarungan—Seperti pahlawan Karna, pasti akan mendapatkan hukuman atau lebih dari itu.

"Aku. . . Aku penasaran tentang hal yang harus kulakukan kedepannya."

Dia melanggar aturan dan kehilangan kekuatan Agungnya. Dengan sisa-sisa yang ia dapatnya, sudah cukup beruntung baginya.

Kehilangan kekuatan Agungnya, sungguh ajaib dia bisa mempertahankan Ranking Rohnya. Bagian terburuknya, dia mungkin sudah menghilang.


Bagaimanapun, Kuro Usagi saat ini hanyalah gadis manusia normal.

Dia menatap ke langit tanpa bintang dengan gelisah.

Walaupun sudah dikejutkan ketika tubuhnya tiba-tiba tumbuh pesat, dia pasti lebih merasa terkejut dibanding ketakutan. Dia cukup bangga terhadap dirinya sendiri saat mendapat kemampuan untuk sepenuhnya bisa menggunakan Lengan Agung yang datang bersamaan dengan tingkat kebebasannya. Meski haknya sebagai [Master Hakim] memberinya beberapa keuntungan untuk berpartisipasi dalam Permainan, dia cukup percaya diri dengan kekuatannya untuk tetap berdiri dalan situasi terburuk.

Dia tidak mampu mempertahankan rumahnya 200 tahun lalu. Seperti dia sekarang—

". . . Bodoh. Bodoh bodoh bodoh, bodoh banget!!!"

Gasun!

"Aduh!"

Menyesali kesombongannya, dia membenturkan kepalanya pada pagar balkon dengan kekuatan penuh.

Namun, tubrukannya terlalu kuat. Karena dia lupa jika tubuhnya tidak berbeda dari manusia biasa, Kuro Usagi berguling di balkon dan hampir pingsan akibat nyeri.

Sambil memegang kepalanya yang bengkak kemerahan, Kuro usagi mulai menangis.

"Uu… Sakit…!"

"Jelaslah. Emangnya kamu idiot?"

Hyuu, wajah Izayoi mengintai dari balkon bawah.

Dia seolah mendengar jeritan Kuro Usagi dan melompat dari balkon bawah.

Walaupun Kuro Usagi sempat terkejut, dia tidak lagi terkejut dengan tingkah laku nyentrik Izayoi. Tetap saja, secara teknik dia telah masuk ke ruangan Kuro Usagi.

Pipi Kuro Usagi membengkak marah saat melemparkan wajahnya terhadap Izayoi yang naik ke balkonnya tanpa izin, seolah menunjukkan sedikit kemarahan.

"H, hufth. Ini ruangan Kuro Usagi. Meski Kuro Usagi bodoh, tidak ada hubungannya dengan Izayoi."

"Benar juga sih. Tapi kau mesti jaga tubuhmu loh. Nona Muda dan Kasukabe khawatir banget padamu."


Izayoi melemparkan diri ke balkon dengan kegusaran layaknya orang tua.

Meski tidak sopan memasuki ruangan gadis tanpa izinnya, fakta bahwa dia tidak menjebol pintu agar bisa masuk sudah cukup berkembang. Dibanding beberapa bulan lalu, jelas ini perkembangan besar.

Berdiri di balkon, tatapan Izayoi secara tidak sadar terarahkan dan berfokus pada rambut Kuro Usagi.

"Hem. . . Mungkin karena kuping kelincimu hilang kali ya, rambutmu jadi lebih gelap dari kemarin."

"Benar. Rambut Kuro Usagi dianugerahi dengan kekuatan Agung dan membawa kemasyhuran cahaya bulan. Tapi sebentar lagi, pasti akan lebih gelap."

Hohoo. Dia berdiri di belakang Kuro Usagi dan mengeluarkan suara kekaguman. Mungkin dia menyukai rambut gelap, karena diam-diam dia mulai mengepang rambut Kuro Usagi.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v07 001c.PNG

Meski Kuro Usagi heran dengan tindakan acak Izayoi, dia tidak mudah berhenti, meski didamprat. Kuro Usagi duduk di kursi balkon dan menghela nafas sebelum berbicara lagi.

"Kamu ternyata cukup terampil mengepang rambut. Tapi, bukankah kamu perlu menyiapkan diri untuk pertarungan nanti?"

"Kurang lebih. Lagian, tugasku nanti mengalahkan si bocah rambut putih. Yang perlu persiapan buat menyambut mereka tentu Kasukabe dan Nona Muda[2]."

". . . Apa ada kesempatan untuk menang?"

Kata-katanya dipenuhi kecemasan. Serangan Aliansi Raja Iblis selanjutnya akan menjadi pertarungan habis-habisan.

Ada [Raja Iblis Kekacauan], [Raja Iblis Maxwell], dan anak lelaki berambut putih yang dipanggil 'Yang Mulia'.

Mereka belum menunjukkan seluruh kemampuan mereka.

Kemampuan terbesar Raja Iblis adalah menjalankan Ujian dengan paksaan—[Wewenang Master Penyelenggara].


Mereka bebas memilih Aturan Permainan dalam Permainan Berhadiah mereka, yang bisa membuat mereka tidak tertandingi.

Layaknya 'Kamikakushi' dan kekuatan dari Wabah Hitam yang menjadi milik Pest, paksaan hukuman wajib oleh Leticia, ada banyak jenis kesulitan tak terbatas.

Menantang Permainan Berhadiah yang tidak diketahui akan setara dengan mempertaruhkan nyawa dalam pertarungan.

Terlebih, pertarungan kali ini tidak bisa disela oleh hak [Master Hukum]. Izayoi dan lainnya harus menghadapi beratnya serangan musuh sambil mengincar penyelesaian Permainan.

Bagaimanapun, terlepas dari situasinya, Izayoi hanya mengangkat bahunya dan tertawa.

"Yah, lima puluh banding lima puluh sih. Lagian, kita lagi berlomba-lomba dalam waktu. Menang dan kalah cuma diputuskan dari tingkat persiapan kita. Aku nggak bisa menjamin bisa menang, tapi seenggaknya—Kupikir kita perlu menyingkirkan Rin di pertarungan ini lalu mengejar yang lain biar bisa menang."

Gadis berambut gelap yang melayani Yang Mulia sebagai Pelayan.

Dia menggunakan Hadiah misterius, [Achilles High] yang mampu memanipulasi jarak, dan yang dia dengar dari Pest bahwa Permainan yang dibuatnya akan sulit untuk dilalui. Kuro Usagi yang pernah melawan Rin, masih belum menyusul kemampuannya.

"Itu benar. . . Jika kita ingin menyingkirkan gadis itu, kita hanya bisa menggunakan [Gerbang Astral] yang mampu mendekatinya atau menyiapkan Hadiah unik dengan syarat aktivasi tertentu."

Sampai tahap ini, mereka telah mengumpulkan seluruh bakat yang dibutuhkan dalam pertarungan ini.

Willa sang Igniz Fatuus [Iblis Api Biru] yang memerintah batasan hidup dan mati. Memasangkan Willa dan Rin nanti, akan ada kesempatan untuk menang.

Jika memang tidak ada cara lain, Willa pasti menjadi lawan Rin—

"—Kagak. Serahkan saja pada Raja Mungil[3]."

Eh? Kuro Usagi terkejut.

Izayoi menggelengkan kepalanya dan tertawa puas.

"Meski nggak ada rencana, tapi orang yang dimaksud kepengen menghabisi kita sekali serang. Yah, kesempatan menang masih seri sih."

"A, apa dia akan baik-baik saja?"

"Entahlah. Kalau memang perlu, aku bakal bantu dia. Aku nggak bisa ngebiarin dia ngebahayain nyawanya sendiri."

Dia serius menyatakan akan membantunya disaat terdesak.

Kuro Usagi diam-diam meliriknya.

(". . . Izayoi benar-benar tidak menunjukkan jati dirinya.")

Ketika Izayoi tiba di Taman Mini.

Ketika perbaikan Komunitas yang sedang goyah dan berita itu terdengar olehnya.

Ketika dia dipojokkan saat bertarung melawan seorang Raja Iblis.

Dia selalu berdiri di garis depan pertempuran, memikirkan solusi lebih banyak dari orang lain, dan melihat kemungkinan masa depan lebih jauh dari orang lain.

Tidak perlu baginya mengetahui masa lalunya. Kuro Usagi yang pernah bertarung bersama Izayoi, mampu melihat kepercayaan dan nilainya.

"Keadilan selalu bersamaku."—Dia tulus mempercayainya, hidup dengan bangga dan tidak pernah malu.

Dia tidak menolak keadilan dunia, tapi dia bergerak dengan caranya sendiri.

Bayangan punggungnya diselimuti oleh perasaan penuh cinta.

". . . Sudah kuduga, kamu mirip dia."

"Hm?"

Dia berhenti setelah mendengar ucapan Kuro Usagi.

Mata polos khas Kuro Usagi menghilang saat dipenuhi kecemasan. Dia menatap langit malam yang diselimuti awan gelap. Pikirannya sudah melayang jauh dari balkon.

Namun, tatapannya segera kembali tajam.

Meski malam ini tidak ada cahaya bulan atau pijaran bintang, keinginan yang tidak mudah hancur memenuhi mata Kuro Usagi.

Tatapan kuatnya merobek mimpi buruk yang pernah mengepung "Ibu Kota Cahaya Bulan". Ingatan tentang suara lembutnya, dia adalah wanita yang memiliki keyakinan dan cita-cita tak tergoyahkan yang membawa Lambang [. . .] dengan penuh kebanggaan.

"Nona Canaria[4]. . . dia adalah pendiri [No Name] lama. Ketika Kuro Usagi kehilangan orang tua, dia mengadopsi Kuro Usagi yang tidak punya kerabat. Kamu sangat mirip dengannya, Izayoi."

". .. Hmm. Kok bisa?"

"Jiwamu."

Izayoi menanggapi cepat saat menatap matanya.

Bahkan tatapan langsung tak kenal takutnya sangat mirip dengannya.

Bagaimanapun, itu tidak mungkin. Izayoi adalah lelaki yang dipanggil dari dunia lain. Dia tidak memiliki hubungan dengan Canaria yang lahir di Taman Mini. Kuro Usagi menggelengkan kepala seolah mengejek dirinya sendiri.

"Maafkan aku tiba-tiba mengatakan hal aneh."

"Gak masalah. Aku penasaran. Orang macam apa dia, Nona Canaria?"

Izayoi yang selesai mengepang rambutnya, tersenyum puas dan bertanya.

Tanpa diduga, ketimbang telinga kelinci Kuro Usagi berdiri—Mata bersinar dan senyumnya yang cerah menyinari wajahnya.

Sayangnya, senyuman itu tidak bertahan lama.

"—Aku juga sedikit cemas ingin tahu jawabannya. Wanita macam apa dia?"

Suara anak lelaki datang dari atas balkon.

Senyuman Izayoi segera menghilang saat menarik Kuro Usagi ke belakangnya. Walaupun pikirannya agak lamban menyadari perubahan situasi yang mendadak dan tubuhnya kaku, dia menyadari pemilik suara itu.

Anak lelaki berambut putih bermata emas yang dikenal sebagai "Yang Mulia" bicara dari atap dengan tenang—dan menatap penasaran pada mereka berdua.

("Tidak mungkin. . . Dia terlalu cepat. . .!")

Belum setengah hari mereka bertemu sejak Aliansi Raja Iblis menyatakan perang

Tetap saja, bukanlah hal misterius ketika memikirkannya.

Besok, para [Master Lantai] akan tiba di kota ini.

Dari Timur, [Mahaguru Penghancur Lautan] Raja Iblis Saurian.

Dari Selatan, Aliansi [Draco Greif].

Dari Utara, Aliansi [Onihime].

Jika seluruh kekuatan itu bergabung, bahkan Aliansi Raja Iblis tidak bisa berkutik.

Karena Yang Mulia berencana menghapuskan [Salamandra] dalam satu serangan, mereka pasti sudah menyiapkan serangan dalam waktu singkat.

Lebih seperti, penyerangan sebelumnya sebagai pengecoh agar Sandra di [Kamikakushi].

Meski ada keributan di Kota Kouen yang membuat pertahanan sudah ditingkatkan, mereka tetap saja berani untuk segera kembali secara mengejutkan.

("Sudah kubayangkan kalau mereka bakal muncul pas subuh. . . Kayaknya dia lebih terampil dari yang kuduga.")

Dia seolah menyelinap—tapi terlambat menanyakan caranya. Mereka pernah diundang sebagai Tamu Kehormatan [Salamandra] 2 tahun lalu dan sudah lebih dari cukup mempelajari seluk beluk Istana selama itu.

Izayoi yang masih memegang Kuro Usagi tertawa terbahak-bahak.

"Ha. Padahal dipanggilnya Yang Mulia, tapi kok masih curi denger omongan orang?".

"Hm? Apa aku mengganggu janji temu kalian?"

"Ya iyalah. Kuro Usagi dan aku habis ini bakal rapat kecil di ruangan buat ngelakuin DingNingKluankDong[5] dengannya dari lubuk hati terdalam. . ."

"Tidak."

"Kita nggak bakal ngelakuin DingNingKluankDong?"

"Tidak!!"

"Kita bakal DingNingKluankDong."

"Kita . . . Tidak akan!!!"

Kuro Usagi protes saat pipinya merona sambil berontak dari genggaman Izayoi, tapi dia tidak punya lagi kekuatan khas dan kipas kertasnya. Sepertinya dia telah kehilangan kekuatan menjawab ketus yang menjadi khasnya.

Yang Mulia tertawa melihat perubahan itu dan bicara lagi dengan serius.

"Yah, mari abaikan gurauan tadi. Kamu sedang membicarakan [Pencipta <Penyanyi Wanita>], Canaria, kan? Aku juga cukup tertarik padanya. Tidak masalah kan jika aku ikut mendengarkan?"

Yang Mulia bersandar pada dinding dengan mata gembira.

Namun, segera setelah mendengar ucapannya, ekspresi Kuro Usagi mendadak berubah.

"Bentar-bentar. Itu, eh, bukannya gini? Nona Canaria sudah kamu tangkap?"

—Apa? Yang Mulia mengernyit saat melihat Izayoi.

Izayoi mendecak lidah dan berkata "Sial".

Kuro Usagi belum kepikiran tentang kemungkinan anggota lama [No Name] telah dibuang ke dunia lain.

Meski dia tahu akan ada waktu untuk membicarakannya, tapi bukan sekarang. Dia tidak ingin membuat cemas Kuro Usagi lebih jauh.

Izayoi memahami kesalahannya lalu mendorong Kuro Usagi masuk ruangan.

"Maaf, basa-basinya cukup sampai sini. Kuro Usagi, larilah ke sayap kanan kelima Istana sekarang. Mandra bilang itu tempat teraman."

"Ta, tapi, kalau belum mengecek jika Nona Canaria aman. . .!"

"Lebih baik kamu serahkan padaku! Pergilah!!!"

Tubuhnya bergetar ketakutan. Cara bicara dan perilaku Izayoi berbeda dari biasanya.

Yang Mulia terkejut dengan perubahan mendadak Izayoi, namun segera mengerti situasinya. Segera, dia tertawa gelak ke langit.

"Aku mengerti. . . Ah, aku paham. Begitu rupanya! Dengan kata lain, kamu. . . Tidak, kalian semua! Jadi mereka tidak mendengar apapun saat semua dimulai tiga tahun lalu?"

"Ap. . .?"

Meski Kuro Usagi tidak menyukai ucapannya dan mulai marah, Yang Mulia mengabaikan celetuknya.

Yang Mulia tertawa terpingkal-pingkal, seolah sedang menonton komedi.

Meski Yang Mulia tertawa beberapa saat, tidak ada ekspresi kekanakan saat melihat mereka sekali lagi. Dia menatap keduanya dari mata emasnya yang penuh kekerasan lalu mengangkat tangan kanannya.

"Memberi tahu kalian memang menarik tapi membiarkannya juga tidak kalah menarik. Cukup berguna melihat reaksi kalian."


Saat dia bicara, sebuah buku besar muncul di atas tangannya — Erin Grimoire — yang awalnya menjadi milik suku Raksasa dan buku yang menghancurkan [Underwood].


"Buku itu. . . Mungkinkah. . .?!"

Kemudian, angin ganas yang menerbangkan [Erin Grimoire] ke udara layaknya konfeti yang menghujani seluruh kota.


Berdiri di titik badai ganas dengan tenang, Yang Mulia tertawa gelak saat menatap Sakamaki Izayoi.


"Lihatlah seksama, Sakamaki Izayoi. Kita adalah kandidat [Asli], ini hanyalah sebagian dari kekuatan kita. . .!!!"


Satu persatu perkamen hitam yang menari membentuk gulungan hitam bersegel.


<<Permainan Berhadiah: Tain Bo Cuailnge>>


· Pemimpin Peserta: “Sakamaki Izayoi”:

· Pihak Penyelenggara Permainan: “ ”:


· Teritorial Permainan: Radius 2 Km dari pusat [Kota Azure Flame].:


· Bagan Permainan:

*※ Ini adalah jenis Permainan Rampasan yang ditegakkan pada Pemain oleh Penyelenggara


Segala kejahatan akan dimaafkan dalam Permainan Berhadiah selama memenuhi persyaratan:

*Syarat I: Pemimpin Permainan akan saling bertanding

*Syarat II: Ketika Pemimpin Permainan bertanding, segala jenis kejahatan rampasan diizinkan (termasuk adanya kematian dan korban jiwa)

*Syarat III: Mereka dari Pihak Pemain akan mengkonsumsi dua kali daya tahan mereka selama berlangsungnya pertandingan (ada pengecualian)

*Syarat IV: Jika Pemimpin Permainan dari Pihak Penyelenggara kalah, syaratnya akan terbalik

*Syarat V: Jika Pemimpin Permainan dari Pihak Pemain kalah, akan mustahil untuk mencabut syarat tersebut

*Syarat VI: Pemimpin Permainan akan dinyatakan kalah jika meninggalkan Teritorial Permainan


Syarat Berakhirnya Permainan: Perang akan berakhir ketika Kedua Pemimpin Permainan menyetujui untuk menghentikan Permainan:

*Jika Pemimpin Permainan mati, perang akan berakhir jika Pemimpin Permainan yang tersisa mengizinkan.


Sumpah: Menghormati pernyataan di atas, atas kebanggaan Lambang Aliansi, [Ouroboros] akan menyelenggarakan Permainan Berhadiah.


Segel [Ouroboros]



Kuro Usagi dan Izayoi masing-masing mengambil satu kertas beterbangan. Tangan dan suaranya bergetar saat berteriak.

"M,mustahil! [Erin Grimoire] seharusnya hanya bisa digunakan oleh Ras Raksasa Celtic! Bagaimana mungkin kamu bisa menggunakan Kewenangannya sebagai [Master Penyelenggara]. . .?!"

"Entahlah? Bukan sesuatu yang perlu kamu ketahui, O' Dewi Bulan."

Wajah Kuro Usagi memerah akibat terkejut, namun Yang Mulia tidak menanggapi.

Situasi semakin memburuk saat waktu terus berjalan.

Tanah di bawah [Kerajaan Azure Flame] bergetar hebat. Bersamaan dengan teriakan perang yang terdengar hingga Ruang VIP.

"UOOOOOOOOOooooooooo—!!!"

Raungan ganas tak terlupakan. Beberapa bulan lalu, kelompok yang sama menyerang Kota Bawah Tanah. Sekarang, sekelompok Raksasa itu sudah berada di 'Kerajaan Azure Flame'.

"Raksasa!! Mereka yang tersisa?!"

"Benar. Tapi mereka berbeda dari sebelumnya. Kami menganugerahi Hadiah pada mereka. Juga, para Naga Api [Salamandra] tidak akan bisa bekerja dengan baik terkait aturan Permainannya. . . Sekarang, apa yang akan kamu lakukan, Sakamaki Izayoi?"

Raungan ganas memecah langit saat mereka mulai mendekati [Kerajaan Azure Flames] deretan guncangan dan awan debu.

Ini bukan lagi masalah pro dan kontra. Izayoi segera mengambil langkah. Dia menutup jaraknya dengan Yang Mulia sampai pijakannya hancur, tinjunya mengarah ke torso Yang Mulia dari bawah.

Meski Yang Mulia mampu menangkap dengan kedua tangannya, akibat tubrukan itu membuat balkon rubuh.

"I, Izayoi!!"

"Sudah kubilang kan? Pergi!! Kau cuman ganggu!!"

Seluruh kalimat yang ingin ia ucapkan terhenti oleh teriakan marah Izayoi. Meski memalukan, saat ini Kuro Usagi tidak mampu bertarung. Jelas dia akan terluka parah jika ikut-ikutan jatuh.

Semoga beruntung, Kuro Usagi berteriak menyesal saat menghilang ke dalam Istana.

Izayoi dan Yang Mulia meluncur menggunakan sisa-sisa balkon sebagai pijakan dan mendarat di atas parit. Mereka belum serius. Jika mereka bertarung dengan kekuatan penuh, Istananya pasti akan hancur lebur.

Halaman belakang Istana memiliki populasi minim dan jarang dilewati: karenanya, jika sampai runtuh dan terjadi ledakan, akan butuh waktu lama bagi polisi militer untuk sampai. Meski suara panggilan penjaga terdengar dari jauh, butuh waktu lama untuk bersatu dan tiba di sini.

Yang Mulia menatap Izayoi dengan mata emasnya sambil tersenyum.

"Aku terkejut. Kamu terlihat cukup overprotektif. Aku tidak menerima kesan itu darimu."

"Bukannya gitu. Bilang dia mengganggu itu emang kenyataan. . . Yah, dibanding itu, kau cukup mengejutkan, utamanya ini [Tain Bo Cuailnge]. Kalau ingatanku bener, itu adalah perang yang tertulis di bagian sejarah fiksi. . . Bukannya itu peran Cooley dalam perselisihan binatang ternak dari [Tàin Bó][6]?"


"Kau hampir benar. Di dunia Taman Mini ini, [Erin Grimoire] senilai dengan kebenaran sejarah. . . Apa kau tahu konsep [Pergantian Paradigma][7]?"

"Yeah. Baru-baru ini kupelajari.

Izayoi mengangguk menegaskan pada Yang Mulia.

—Pembagian dunia Taman Mini tidak merata di sepanjang berbagai sumbu waktu.

Meski menjadi suatu kejadian dari fiksi sejarah, di aliran waktu lain, bisa jadi fakta sejarah. Keberadaannya juga diperkenankan selama sesuai dengan sisa sejarah. Itulah kebaran di Taman Mini.

Izayoi membaca setiap kata di [Gulungan Geass] sebelum menghancurkannya.

"Aturan rampasan cuma aktif selama kita berdua bertarung. Terus ada kutukan 'Maeve' yang cukup merugikan Pihak Pemain. Kutukan ini bakal terus ada sampai aku menang? Dih, tanggungjawab terlalu penting buat kutanggung!"

"Tapi kamu tidak membencinya, kan?"

"Gak nyangkal."

Mereka berdua mengambil jarak yang pas sambil saling bersenda gurau.

Meski keduanya tersenyum, mata mereka tidak memberi kesan itu.

"Tapi, Permainan ini ngelebihin dugaanku. . . Jujur saja, kukira kau bakalan menghindari bertarung melawanku."

"Oh? Kenapa?"

"Karena cuman aku yang bisa ngalahin kamu."

Izayoi menyatakannya. Ucapannya bukan hanya penuh kesombongan atau provokasi. Dia bicara apa adanya.

Aliansi Raja Iblis—Hanya Sakamaki Izayoi yang mampu mengalahkan [Ouroboros].

Yang Mulia, tanpa sangkalan apapun, bicara tulus.

"Iya. Memang benar. Satu-satunya yang bisa mengalahkanku di [Kerajaan Azure Flames] adalah kamu. . . Tapi karena itulah aku datang. Karena yang bisa mengalahkanmu hanya aku."

Mata emasnya bersinar tajam, dan senyum mengerikan muncul di bibirnya.

Tidak ada trik jahat atau agenda tersembunyi.

Mereka adalah dua [Kartu As] yang saling berhadapan satu sama lain, dan merekalah yang akan menentukan aliran pertarungan.

". . ."

Izayoi menyipitkan matanya saat menatap Yang Mulia.

Perasaannya di pertarungan sebelumnya bukan sekedar ilusi.

Sakamaki Izayoi dan anak lelaki berambut putih bermata emas sudah tidak mampu menghindari pertarungan mereka. Ini bukanlah hal yang bisa memutuskan kemenangan atau kekalahan antara [No Name] dan [Aliansi Raja Iblis], tapi karena naluri mereka.

"Mantab. Ambisimu sudah mantab, Hakuhatsuki!" [8]

" . . . Hakuhatsuki? Meski sudah pernah kau sebutkan, apa maksudmu?"

"Sudah kuputuskan. Karena kau bocah nakal berambut putih, jadinya Hakuhatsuki. Kedengarannya aneh kalau manggilnya pakai gelar kehormatan kayak 'Yang Mulia' di pertarungan habis-habisan, kan?

Dia bertolak pinggang sambil bersikap kecewa.

Meski Yang Mulia gampang marah jika diperlakukan seperti anak kecil, anehnya dia menyetujui dan mengangguk.

"Aku mengerti. Seperti katamu. Tidak ada kewajiban memakai kehormatan untuk orang yang akan bertarung sampai penghabisan."

"Kan?"

"Iya. Karena sudah kau sebutkan, keinginan kuat agar lawan memanggil mereka dengan hormat juga sikap dari pihak wewenang."

Satu langkah.


Mengambil satu langkah ke depan, keduanya mengukur jarak sambil bicara.

Layaknya isyarat, teriakan dan raungan bisa terdengar dari berbagai wilayah Istana dalam satu waktu. Pasukan utama [Aliansi Raja Iblis] mulai menerobos dan beraksi.

Yang Mulia, dengan mata emasnya, menatap tajam Izayoi—

"Sudah kuputuskan, Sakamaki Izayoi. Di saat-saat terakhirmu, akan kubuat kau memanggil gelarku—"

"Coba saja, Hakuhatsuki!"

Keduanya meraung dan saling bentrok.

Udara terbakar.

Tanah hancur.

Tinju yang mampu membelah lautan bertemu.

Pertarungan mereka menghancurkan sayap kiri kedelapan Istana dalam sekejap.


Puing-puing berjatuhan berubah menjadi bubuk, dicerai beraikan oleh angin malam, saat keduanya beradu.

Pepohonan dari ujung sisi Istana bergetar karena guncangan.

Di Taman Mini dimana para Dewa berkumpul, pertarungan hebat dan serangan agresif dari pendatang menciptakan kilatan saat bentrok.

Menginjak-injak reruntuhan kuno, mereka adalah anak-anak yang dikirim Dewa yang menghapus tumpukan prestasi tak terhingga di bawahnya. Kemenangan yang melebihi pijaran bintang akan memberkahi mereka di akhir pertarungan.

Taman Dewa ini yang sudah lama digenangi kelaparan akan kemerlap baru.

Mereka bersaing demi keunggulan, zaman baru akan segera dimulai—

". . ."

Tanpa diketahui, mereka melangkah menuju kehancuran.



Translator's Notes[edit]

  1. dikutip dari [magrefnotes: Kemerdekaan yang dimaksud digunakan untuk mengacu pada awal usia kelinci dan mendapatkan penampilan baru serta tanggung jawab atas pertumbuhannya.]
  2. Untuk kedepannya, panggilan Izayoi terhadap Kudou Asuka akan menjadi Nona Muda
  3. panggilan Izayoi terhadap Jin
  4. Canaria-sama, jika ada yang memiliki panggilan lebih baik, silakan ubah >.<
  5. dikutip dari [magrefnotes: sesuai yang ditulis oleh translator sebelumnya [aku gak tau chapter mana], DingNingKluankDong itu cara buat menyensor kata-kata tak senonoh. [Penggemar ecchi pasti tau :D]
  6. dikutip dari [magrefnotes: < Táin Bó> juga dikenal sebagai cerita penggerebekan binatang ternak dari Koleksi Cerita Irish[Iran? Irak?]. Tapi di Permainan ini, cerita lucu dari banteng gemuk yang saling bersaing. Itulah kenapa pihak yang tidak memiliki banteng menjadi iri dan ingin memilikinya]
  7. perubahan titik sejarah
  8. Hakuhatsuki mungkin nama lain Iblis berambut putih?



Kembali Ke Halaman Utama