Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 7 Bab 3

From Baka-Tsuki
Revision as of 10:11, 7 November 2019 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Bab 3== —[Kouen, Kota Azure Flames] Tempat latihan di depan Sayap Kanan Ketiga Istana. Kasukabe Yō menjadi yang pertama menyadari penggalan kertas yang seolah menyelimu...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 3[edit]

—[Kouen, Kota Azure Flames] Tempat latihan di depan Sayap Kanan Ketiga Istana.

Kasukabe Yō menjadi yang pertama menyadari penggalan kertas yang seolah menyelimuti seantero langit malam. Kesensitifan Yō segera membuatnya mendongakkan kepala untuk menyaksikan perubahan di langit.

Menggunakan pandangan dari elang, Yō segera membaca isi dari penggalan kertas kemudian berteriak kepada pos penjaga, para pasukan utama segera berkumpul di tempat latihan:

"Cepat! Bersiaplah! Raja Iblis datang!"

“Apa katamu?!"

“Tengok ke atas! Di sana! Itu [Gulungan Geass] hitam!"

Mendengar teriakan Yō, pos penjaga mengumumkannya.

Namun teriakan itu bukan karena kehilangan ketenangan. Menjadi bagian [Salamandra] yang bersikap sebagai pelindung Utara, tindakan mereka dalam bertindak terhadap serangan Raja Iblis telah meningkat pesat.

Mandra segera ke menara lonceng peringatan dan membunyikannya sekuat tenaga untuk memperingatkan yang lainnya tentang perubahan situasi.

"Semuanya segera mengambil tempat! Mulai operasi sesuai rencana!"

“Tapi, Tuan Mandra! Bagaimana dengan sektor yang belum siap?!"

"Ini hanya rutinitas normal! Saat berhadapan dengan Raja Iblis dan mampu mempertahankan sebagiannya saja sudah cukup berkah! Ikuti aliran situasi Permainan dan berimprovisasi setelahnya!"

Menanggapi teriakan Mandra, para pasukan bergerak bersamaan.

Pertempuran ini sudah cukup menguntungkan karena dilaksanakan di daerah yang sangat akrab bagi mereka. Dibanding melawan Raja Iblis di tingkat bawah dalam sarang mereka atau lingkungan kejam yang berubah mengerikan, bertahan di wilayah familiar jelas lebih menguntungkan.

Lalu, tentara yang ditugaskan di Gerbang Luar [Kota Kouen] berhamburan ke tempat latihan dengan terengah-engah.

"Saya pembawa pesan dari pos luar! Telah ada gerombolan besar yang nampak seperti Ras Raksasa berkumpul di luar Kota!"

"Ras Raksasa? Dari wilayah mana?"

“Dilihat dari bentuknya, mereka pasti Raksasa dari mitologi Celtic! Menurut perhitungan, jumlah mereka melebihi ribuan!"

Mendengar jawaban dari pembawa pesan, salah satu tetua yang pernah terlempar oleh pukulan Izayoi tadi—ribuan Raksasa, membuatnya menyeringai.

"Mitologi Celtic. . . Raksasa dari bagian Fomorian? Kesampingkan kecerdasan mereka, tubuh mereka memang terlampau besar dan tidak menguntungkan bagi kita untuk berhadapan secara langsung."

Tidak sengaja mendengar ucapannya, Yō mengangguk setuju sambil memberikan saran:

"Kalau begitu kerahkan pasukan Naga Api berukuran besar untuk membentuk penjagaan garis depan. Dengan Naga Api terbang yang bekerja sama dengan Pest dari langit, akan memungkinkan untuk menyapu musuh dalam sekali sapuan."[1]

"Heem. Itu adalah tindakan teraman. Jin, pergi ke Sayap Kanan Kelima Istama untuk bersembunyi."

“Paham. Pest, jaga diri baik-baik."

Kemudian, Pest menghembuskan angin hitam disekitarnya untuk terbang menyusuri Kota.

Para tetua dari Ras Raksasa, yang mendengar percakapan di sampingnya, mengernyit tidak senang.

Namun, dia bukan sekedar orang tua lemah gampangan saat segera memahami alasan mereka melakukan hal itu.

"Wanita muda mantan Raja Iblis dengan lidah beracun. . . Disebut sebagai wabah Kematian Hitam, kan? Meski tidak sesuai dengan keinginanku, dia itu pilihan terbaik untuk melawan mereka. Dia mampu menghancurkan ras Raksasa Mitologi Celtic dengan sangat kuat kan?"

"Kau juga mengetahuinya?"

"Tentu saja. Kami dari faksi [Hekatonkheires] yang mengontrol Ras Raksasa di Utara. Seringnya kami melawan mereka tidak cukup dihitung dengan kedua. . . Tidak. Tunggu, jumlahnya mencapai seratus[2]. Lihat kan?"

Saat dia bicara, wilayah di sekitarnya mendadak meletus sangat tebal dan ikatan tangan baik yang terbuat dari kekuatan spiritualnya. Meski situasi mendadak sempat mengejutkan Yō, matanya berkilauan penuh ketertarikan saat bertanya dengan antusias:

"Paman, apa kamu sejenis Eudemon? Dari Ras Raksasa?"

“Ah, aku tidak yakin. Seolah déjà vu, saat mengingat seseorang menanyakan hal sama. . . Tapi kupikir bisa menganggapku sebagai Eudemon?"

Sang Raksasa menggososok janggutnya saat menjawab kebingungan. Namun, jawabannya lebih dari cukup bagi Yō.

Mengambil paksa tangan orang itu, Yō menjabatnya—

"Mari berkenalan nanti. Jadi, ayo berteman!"

Si Raksasa tua terbelalak saat menatapnya.

Ketika ingin menanyakan lebih jauh alasan dibalik tindakannya, pikirannya dibuyarkan suara raungan.

「UOOOOOOOOOooooooooo—!!!」

Keduanya mendongakkan kepala ke arah suara yang nampaknya lebih dekat dari sebelumnya.

Terdengar jelas dari lokasi yang dekat dengan Istana. Mental para peserta mendadak kacau balau saat membayangkan kemampuan musuh yang mampu menyerbu masuk ke sini.

"Para Ras Raksasa sudah menyusup ke jantung kota. . ."

“Bagaimana bisa terjadi? Bukannya terlalu cepat?! Apa yang dilakukan pasukan di Dinding Terluar?'

“Pasukan Naga Api besar dan para penunggang, dimohon segera bergabung dalam pertarungan!"

Para calon penunggang naga duduk di atas punggung kuat pada Naga api jenis terbang dan memegang bulunya kuat-kuat saat memasuki posisi siap tempur.

Sekali para tetua mengamuk di wilayah Istana, itu akan menjadi akhir dari startegi mereka.

Ketika menyeka keringat dingin dari keberanian yang mengguncang, mereka terus mengembalikan konsentrasi untuk mempertahankan posisi pertempuran, mengantisipasi keterlibatan yang akan segera terjadi sewaktu-waktu.

Dan diantara mereka, hanya satu orang—Willa sang Ignis Fatuus yang sudah memahami situasi saat ini.

“Maxwell. . .!”

Desakan di suara Willa tidak dibiarkan begitu saja.

Dan mungkin karena mendengar gumamannya, api unggun di Istana membumbung tinggi seolah menanggapi panggilannya.

Angin ganas berapi-api yang menghamburkan kertas-kertas hitam itu seolah memiliki kesadaran sendiri saat mulai bergulung dan membentuk corong. Dan itulah bentuk [Gerbang Astral] Maxwell.

Pusaran berapi-api mengubahnya menjadi angin puyuh besar yang mengamuk di Istana. Akhirnya, ada sosok yang muncul di seberang nyala api saat menjentikkan jari.

"Memanggil, Gerbang Ungkapan!"[3]

Suara yang dibuat-buat itu mencuri panas dari nyala api dalam sekejap dan membungkusnya dengan es.

Badai es sangat mirip seolah meniru pertarungan antara Willa dan Asuka. Sosok di dalam tiang es mengeluarkan tawa kejam sebelum menjentikkan jari sekali lagi. Diikuti robohnya tiang, seseorang muncul di depannya.

Mengenakan Jaket dengan warna kontras merah dan biru, dia mendarat di depan Willa dengan ekspresi penuh kebahagiaan.

"Hoho, akhirnya kamu memanggil namaku. Sudahkah kamu merubah perasaanmu? Apa kamu berencana menerimaku, pengantin tercintaku?"

“Berisik, dasar penguntit."

Willa menggunakan api birunya untuk mencegah tangan kanan yang berusaha memegang rambut birunya. Namun, Maxwell masih berani nekat menerobos Api Birunya demi bisa menyentuh rambut birunya.

Meski dia adalah Iblis yang mengontrol batas panas, jenis Api Biru yang mampu membakar segala macam tanpa terkecuali—Api Kematian: Karenanya, tangan kanan Maxwell langsung terbakar hangus.

Pernah menghadapi kekuatan [Ignis Fatuus], Yō menahan nafasnya melihat aksi gila Maxwell.

("Dengan berani menyentuh api Willa tanpa ragu. . .")

Jika orang lain, pasti akan membakar seluruh tubuh sampai hancur. Meski Maxwell berhasil mencegah penyebaran api ke seluruh tubuh, pasti masih akan terasa sangat nyeri sampai-sampai bisa membuat pingsan.

Tapi ekspresi Maxwell tidak menunjukkan kesakitan sama sekali.

Perasaan yang timbul darinya lebih seperti—kebahagiaan bisa menyentuh rambut kekasihnya.

"Ahh. . . Akhirnya. . . Aku mendapatkan kekuatan untuk bisa menyentuhnya. Demi mendapatkan kekuatan ini, aku melalang buana dengan waktu yang sangat lama. Aku selalu berdoa sepanjang waktu agar kegilaanku diizinkan melewati batasan dunia hingga sampai pada sisimu—Willa! Aku datang untuk menjemputmu!"


“Menjijikkan."


Jawaban pendek yang sudah jelas merupakan penolakan, tapi menurut Maxwell seolah dia sedang menyembunyikan rasa malunya. Maxwell tidak menunjukkan tanda-tanda menyerang saat mendekatkan wajahnya mencoba mencium rambut biru yang digenggamnya.

Yō yang bingung dengan perubahan dua orang di depannya telah kembali sadar dan menyadari bahayanya situasi.

"Kau, dasar penguntit!"

Mencambuk pusaran angin berkilauan, Yō lurus menyerang ke arah dada Maxwell.

Meski sudah siap terhadap serangan balik musuh, Maxwell yang tergila-gila pada Willa, tetap terbang menuju lorong terusan Istana oleh tendangan yang terbenam di pinggang belakang.

Di sisi lain, pasukan polisi militer [Salamandra] yang juga terkejut, melakukan pengejaran dan melakukan serangan.

"Sekarang. Gunakan kesempatan ini! Serang Bersamaan!"

Di bawah teriakan perintah, Naga Kecil[4] yang memegang tombak dan pasukan Salamander mulai menembakkan peluru berapi-api mereka.

Peluru berapi-api yang seukuran tinju menghujani Maxwell yang ditendang hingga Istana; Setelah itu, tiang dan atap Istana langsung rubuh berkeping-keping dan jatuh di atas kepala Maxwell.

Mandra yang bergegas turun dari menara lonceng peringatan segera bergabung dengan pasukan saat berteriak:

"Jangan berhenti menembak! Akhiri dia dalam satu serangan!"

Pasukan polisi militer berteriak antusias dan terus menaikkan intensitas kekuatan tembakan.

Namun, Yō berteriak kencang saat tiba-tiba teringat isi dalam [Gulungan Geass]:

"Buruk! Jangan tergesa-gesa!"

“Apa katamu?"

Mandra yang mengomando, bertanya kaget.

Perubahan menjadi jelas dengan banyaknya pasukan polisi militer, yang sedang menembakkan peluru berapi-api di tengah raungan antusiasme peperangan, ambruk satu persatu dengan keringat mengucur deras.

"Apa yang terjadi. . . Kekuatanku hilang. . .'

“Cih! Padahal ada satu kesempatan besar hadir di depan kita. . ."

Pasukan Naga Kecil dan Salamander mulai jatuh kelelahan. Menyadari hal ini sebagai bentuk kutukan dari aturan Permainan, Yō dan Mandra menggertakkan gigi mereka sambil menahan kecemasan saat membaca [Gulungan Geass].

"Ini kutukan kelelahan. . . Ugh, gak nyangka bakal secepat ini."

Mandra menggigit bibirnya cemas.

Namun sekarang bukanlah saatnya mengeluarkan kekuatan bertarung mereka. Pertarungan baru dimulai dan Ras Raksasa juga meluncurkan serangan dari Dinding Luar. Mandra memerintahkan para pasukan untuk mundur dengan kesal.

Dihujani peluru api, awan asap dan debu membumbung dari lorong Istana yang roboh. Terlebih dari Posisi Maxwell mendarat, dia sepertinya tidak menghindar dan tertimbun reruntuhan.

Semua orang menahan nafas melihat tumpukan puing saat berfokus pada kemungkinan pergerakan Maxwell.

Seolah mencoba memecah suasana, Willa bergumam lembut:

". . . Seperti dugaan, masih belum cukup. Sama sekali tidak efektif."

“Apa?" Mandra berbalik menatap Willa tapi ucapannya terbukti beberapa saat kemudian.

Sosok siluet seseorang kebingungan di dalam awan asap muncul. Seolah tenang dan tidak terpengaruh, Maxwell berjalan ke Tempat Latihan sambil mengibaskan jacketnya dan melihat sekeliling.

"Tidak mungkin. . . Sama sekali tidak berhasil?"

Pasukan polisi militer mendesah putus asa.

Maxwell menepuk debu di jaketnya saat mengumumkan sikap tidak menyenangkan:

"Wahwah, sepertinya ada banyak gangguan pada pertukaran cinta kita. . . Hoho, aku selalu merasa jika suku barbar memiliki kelebihan, tapi sepertinya cukup bermanfaat juga menggunakan mereka untuk membunuh para penonton."

Sorot mata Maxwell tidak lagi dipenuhi mabuk cinta.

Jelas sekali jika Iblis ini mulai serius.

Melepas badai api dari tangan kanannya dan pusaran salju di tangan kirinya, gerbang antara [Panas] dan [Dingin] terbuka, dan gerombolan Raksasa bermunculan.

Mereka yang tadinya dibongkar menjadi partikel kecil sebelum di pindah, kini direkonstruksi ulang dengan kekuatan Maxwell. Setelah berwujud sempurna, para Raksasa meraung ganas.

「UOOOOOOOOOooooooooo—!!!」

Kapak besar berayun saat mereka meraung.

Yō memancarkan pusaran angin berkilauan untuk melindungi istana. Namun Naga Api Besar [Salamandra] beraksi lebih cepat.

Menggunakan sisik yang lebih keras dari baja untuk menahan kapak, mereka mengalirkan api dari mulut mereka untuk mengacaukan Raksasa.

「GEEEEYAAAAAAAaaaaaa!!!」

「UOOOOOOOOOooooooooo—!!!」

Naga Api dan Raksasa saling bentrok kekuatan.

Menyadari jika tidak bisa mengelak dari aliran panas, si Raksasa mendorong kapaknya untuk memukul rahang bawah Naga Api ke atas. Sinar panas yang membentuk garis lurus ke arah langit menyalakan warna merah tua.

Seolah berempati, Naga Api lainnya juga meraung pada Naga Api itu.

Naga Api, yang bertarung melawan Yō tadi, dan tetua di tempat latihan juga mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terlibat.

"Gadis manusia kecil! Meski aku benci mengakuinya, kamu sangat kuat! Kami hanya bisa mengharapkan kalian mampu mengalahkan pasukan utama musuh!"

“Kami masih bertanggungjawab untuk membuka jalan. Serahkan Para Raksasa pada kami!"

"Baik. Tapi berhati-hatilah. Para Naga pasti juga terkena kutukan kelelahan."

“Wahaha, memang kenapa? Meskipun kami dikutuk kelelahan, kami tidak akan kalah terhadap Raksasa rendahan! Kamu juga gadis kecil, jangan banyak berulah!"

Naga Api tertawa sepenuh hati saat bergabung dalam kekacauan.

Mandra juga menunggangi salah satu Naga Api saat mempercayakan pertarungan pada Yō dan Willa.

"Kemenangan kali ini tergantung kalian. Semoga kemenangan menyertai kalian."

“Heem, akan kami tunjukkan kemenangan itu."

Usai saling meyakinkan, Mandra dan Naga Api menyerbu Raksasa.

Permulaan tembak-menembak telah berakhir. Dan masih ada rintangan menuju kemenangan. Mereka berdua berdiri penuh percaya diri di hadapan Maxwell.

Saat itulah Maxwell tersadar dari mabuk cintanya saat tersenyum takjub menyadari keberadaan Yō.

"Willa, apakah gadis ini partner barumu? Sepertinya kamu sudah capek bersama si kepala labu."

“Tidak, bukan itu. Yō adalah teman baruku. Bersama, kami. . . akan mengalahkanmu, Maxwell."

Mendengar pernyataan itu membuat Yō tidak bisa menahan gemetar dalam kegembiraan.

Selama pembahasan strategi perang, Izayoi memasangkan Maxwell dengan Yō.

Katanya—Kamulah yang bakal ngalahin [Raja Iblis Maxwell].

(". . . Bisakah aku mengalahkan seorang Raja Iblis. . .?")

Sampai sekarang, Kasukabe Yō belum berpengalaman bertarung melawan Raja Iblis.

Selama [Black Pest] menyerang, dia tertular wabah Kematian Hitam dan terbaring.

Dan selama Permainan Naga Raksasa, meski dia menang dari lawan kuat, saat itu hanyalah serangan kebetulan yang mengunci kemenangan.

Berhadapan secara langsung dengan Raja Iblis kali ini menjadi yang pertama baginya.

“Uu……!”

Karena perutnya menegang, dia tidak mampu memanfaatkan kekuatan tubuhnya. Kemudian, Sayap kiri kedelapan Istana hancur berkeping-keping. Tidak tahu apa yang terjadi, orang-orang di Istana menengok ke arah sana.

Dua sosok manusia meloncat keluar dari ledakan sambil memijak pada puing-puing yang terlihat seperti pertarungan jarak dekat dengan kecepatan cahaya.

Getaran dari pukulan mereka menggetarkan atmosfer dan setiap melontarkan pukulan akan disertai suara ledakan petir.

Menatap pertunjukan besar ini, Naga Kecil mengeluarkan pemikiran mereka.

"Apa mereka. . . Monster?"

Seolah melihat perwakilan pertarungan antara Dewa dan Iblis.

Pertarungan ini seperti badai ganas yang sangat mengejutkan sampai bisa mencuri perhatian Naga Kecil dan spesies Iblis yang sejatinya adalah monster.

Jika seorang yang setara dengan Raja Iblis memberikan upaya maksimalnya dalam bertarung, kerusakan yang ditimbulkan pada sekitarnya jelas beskala sangat besar. Rumput di halaman membumbung ke langit dan pepohonan hancur berantakan.

—Bisakah Kasukabe Yō bertarung dengan Raja Iblis seperti itu?

Melihat Yō yang sudah berkeringat di telapak tangannya, Willa tersenyum.

"Tidak apa-apa. Jika nanti berjalan kacau . . . Aku akan mengalahkan Maxwell."

Seolah mencoba mewujudkan keinginannya, dia menyemburkan api dari tangannya untuk membuat api pembakaran [Api biru].

[Ignis Fatuus]—Angin yang dipanggil dari batasan hidup dan mati yang mampu membakar benda-benda apapun di dunia. Meski targetnya adalah Iblis yang terwujud dari konsep, itu sama saja.

Sebenarnya, jika seseorang mempertanyakan kemungkinan menang—[Raja Iblis Maxwell] adalah Iblis yang ada karena penolakan ilmu pengetahuan.

Iblis yang ada karena ditolak akan setara dengan kertas macan karena merupakan khayalan imaginasi hiperaktif yang akan menghilang jika dirobek dan dibuang. Dia adalah salah satu dari beberapa Iblis yang bisa dikalahkan dengan serangan fisik. Yang awalnya dari kelas rendah roh gentayangan, Maxwell dianugerahi spiritual kuat karena alasan yang tidak diketahui.

Tangan Willa yang sudah memancarkan [Ignis Fatuus], berbalik pada Yō untuk memberi konfirmasi terakhir.

"Aku akan menyerang duluan, sisanya ikuti sesuai rencana."

Lalu sosok Willa menghilang.

Bukan dari gerakan cepat atau trik lama yang lazimnya menipu indera. Atau karena bakat bawaan yang dianugerahkan pada individu. Itu hanyalah Hadiah dalam bentuk kunci untuk membuka gerbang yang diberikan pada seseorang yang mengontrol perbatasan.

Ini adalah teknik terkuat membuka [Gerbang Astral] untuk mengakses aliran waktu berbeda dari dimensi berbeda sebelum melompat ke garis waktu sama—alias [teleportasi].

"Memanggil, Ignis Fatuus—!"

Muncul di belakang Maxwell, Willa mengayunkan api biru padanya. Jika musuhnya bukan Maxwell, serangan ini pasti membawanya pada kemenangan.

Namun, bagi Maxwell yang sudah memprediksi serangannya, menyeringai buas menunjukkan taringnya sebelum menghilang dan muncul di atas Willa. Menggunakan kedua tangannya untuk menembakkan hujan pecahan es dan api. Setelah mengulangi serangan dan manuver bertahan yang ketiga kalinya, keduanya melancarkan Hissatsu Waza[5] bersamaan.

"Hahaha, rasanya semakin panas saja! Menggunakan api yang mampu menghabiskan apapun dalam sekali serang sungguh kehormatan bagiku! Apa kamu terlalu cinta padaku sampai-sampai ingin membunuhku?"

“Sangat jijik."

"Tapi sama sepertiku! Aku sangat mencintaimu, pengantin api biruku!"

“. . . Jijik banget "

Meski ketidaksukaan Willa pada musuh hampir menurunkan keinginan bertarungnya, dia melanjutkan fokusnya mengisi ulang energi.

Tapi bagi Yō yang berdiri di samping mengamati pertarungan, belum bisa melakukan apapun. Kesulitan mencari celah untuk melibatkan diri dari serangan instan dan pertahanan mereka, dia hanya bisa melihat di tempat.

("Seperti dugaanku. . . Lompatannya tidak butuh ancang-ancang. . .")

Dibanding gaya pertarungan Yō yang bergantung pada sensitivitas lima indera, level pergantian mereka sangat jauh.

Baik penglihatan, pendengaran, dan pembauan, memiliki sensitivitas tinggi tidak ada apa-apanya di pertarungan ini.

Faktanya semakin sering seseorang bergantung pada inderanya, semakin tidak menguntungkan pertarungan ini baginya. Teruntuk Yō yang ingin memasuki pertarungan di antara mereka, dia harus menggandeng hatinya dan mengesampingkan senjatanya yang paling diandalkannya hingga sekarang.

Seandainya ada hari untuk mengetesnya sebelum menggunakannya untuk bertarung—Yō akhirnya lebih memilih menekan bagian lemah dirinya saat mengeluarkan isi pikirannya.

("Tidak, salah. Mandra juga mengatakannya. Ketika bertarung dengan Raja Iblis, hal ini masih rutinitas normal.")

Tidak siap itu bisa dimaklumi.

Meski begitu, semuanya tetap berkumpul dengan berani menantang Raja Iblis.

("Percaya dirilah! Jika Izayoi dan Asuka mampu bertarung, aku juga pasti bisa!")

Dia calonnya dikalahin kamu. Pasti kamu bisa.

Memilih mempercayai ucapan Izayoi, Yō mencengkeram [Pohon Genome].

"[Pohon Genome]—Bentuk [Marchosias]. . .!!!"[6]



Translator's Notes[edit]

  1. Percher sekarang lebih sering disebut Pest :v
  2. Penggambarannya cukup membuletkan. [The Number of hands I have can go up to a hundred] atau diartikan jumlah tangan yang kumiliki mencapai seratus? Yah, aku tidak tahu ada ilustrasinya atau tidak, tapi imaginasiku tidak sampai menggambarkan sosok ini T.T
  3. Istilah sebenarnya adalah 'Phrase Gate', mungkin kalau menemukan arti yang lebih baik, akan kuperbaiki ke depannya :)
  4. dari translator versi Inggris, 'Lesser Dragon' atau lebih enak diartikan sebagai 'Naga Kecil' adalah naga dari kelas rendah, lebih rendah dari Naga Zodiak, dan tidak termasuk jenis Naga Api
  5. serangan ultimatum/penghabisan]
  6. ketimbang mengutip lebih tepatnya sekilas info :v [magrefnotes: Marchosias adalah pilar ke-35 dari 72 Pilar Iblis Solomon. Marquis mengomando 30 tentara, dia adalah prajurit kuat berwujud serigala dengan sayap Gryphon dan ekor naga disertai kemampuan nafas api. Juga memiliki kemampuan berpenampilan seorang lelaki.]


Kembali Ke Halaman Utama