Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 7 Bab 5

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:19, 8 November 2019 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Bab 5== ===Bagian 1=== —[Kouen, Kota Azure Flames], Sayap Kanan Kelima Istana. Sayap Kanan Kelima Istana berlokasi di jantung Markas Besar [Salamandra] sekaligus menjad...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 5[edit]

Bagian 1[edit]

—[Kouen, Kota Azure Flames], Sayap Kanan Kelima Istana.

Sayap Kanan Kelima Istana berlokasi di jantung Markas Besar [Salamandra] sekaligus menjadi titik pusat Istana yang terdiri dari total dua belas menara. Seluruh anggota non petarung Istana telah dievakuasi ke menara ini sebagai persembunyian sementara. Dan sebagai pelayan Istana perempuan yang mengkhawatirkan pertarungan di luar, Rin yang mengenakan jubah panjang berkerudung untuk menutupi wajahnya, berjalan dengan sengaja menuju jalan rahasia yang tersembunyi di dalam Istana ini.

("Sudah dua tahun bekerja keras demi menemukan lokasi ini, aku tidak boleh gagal.")

Yang tersembunyi di dalam lipatan pakaiannya adalah Tanduk Naga dari [Naga Lautan dan Bintang], yang diambil dari Sandra, yang dibungkus potongan kain cantik. Membawa kedua benda itu, dia bergerak langsung menuju bagian dalam Sayap Kanan Kelima Istana.

("Patung tembaga yang berdiri di ujung Sayap Kelima. . . Ketemu!")

Rin menahan teriakan bahagia setelah upayanya selama dua tahun ini bisa saja berantakan jika dia ketahuan di sini.

Menengok kiri dan kanan, dia memeriksa jika tidak ada orang di sekitar.

Detak jantung Rin berdegup kencang saat menuruni anak tangga melingkar. Hadiah di depan sana dipastikan menjadi senjata efektif melawan Ras Terkuat.

Dan dengan Hadiah ini, Rin dan Yang Mulia akan selangkah lebih dekat ke tujuan.

("Karena kegagalan sebelumnya membuat kami kembali dalam kekalahan, saat ini posisi Yang Mulia sangat tidak stabil. Jadi tidak peduli apapun, Hadiah ini harus pulang bersama kami!")

Menyingkirkan kecemasan di hati, dia mempercepat langkahnya.

Meski di pertarungan sebelumnya mereka telah menghabiskan banyak kekuatan tempur, mereka masih belum mampu mengalahkan satu pun [Master Lantai].

("Diberi gelar [Asli] setelah diakui dari pencapaiannya mengalahkan [Avalon], jika kali ini masih gagal, posisi Yang Mulia pasti akan diambil alih.")

Dan kecemasan itu membuatnya mempercepat langkah.

Anak tangga berliku tanpa pencahayaan dan papan lantai sangat tua tak terawat membuatnya sulit didaki. Memegang lentera di salah satu tangan yang ia dapatkan dari Kartu Hadiahnya, Rin terus menjejaki di kedalaman gelap anak tangga.

Setelah berjalan kurang lebih dua puluh menit, tangga melingkar belum menunjukkan tanda-tanda menuju dasar, dan dia mulai berpikiran liar mengenai jauhnya perjalanan, tapi segera ia abaikan dan terus berjalan.

Sepuluh menit kemudian, akhirnya sampai di sebuah Aula Besar.

Di dalam Aula Besar yang memiliki papan nama bertuliskan [Aula Lautan Bintang], berdiri lima pintu besar dan secarik [Gulungan Geass].


『Judul Permainan Berhadiah:—Di Lautan Naga Bintang—</ref>

Tuan yang telah berkelana melintasi Lautan Bintang, sila pilih pintu yang Tuan harap dan persembahkan bukti Tuan.

Pintu Pertama: Banyak bintang yang lahir dari bintang awal dan lebih banyak muncul setelah berlipat ganda.

Pintu Kedua: Tubrukan antar Bintang menjadi daging dan darah bagi Bintang baru.

Pintu ketiga: Generasi baru yang segera tiba akan menyambut musim semi di antara para Bintang.

Pintu Keempat: Ketika batang gandum bergoyang di tanah luas Bintang, para Dewa dari lima butir akan merayakan dan menawarkan berkat mereka.

Pintu Kelima: Denyutan di dalam Bumi memercikkan air segar untuk menyambut era kemakmuran.


Wahai Tuan Pengembara pelintas Lautan Bintang, dua peraba dibutuhkan sebagai tuntunan Tuan, menyeberang menjadi mustahil tanpanya.[1]

Wahai Tuan Pengembara pelintas Lautan Bintang, sekiranya mempertimbangkan kembali tindakan Tuan dengan pertimbangan mendalam.

Sekalinya Peta Bintang tersingkap, Lautan Bintang akan dibagi menjadi tiga dari keseluruhan.


Merintangi Bintang Kehancuran bersinar, terikatlah di sini, malapetaka, berada dalam tidur panjangnya.

.Semoga ia beristirahat dalam kekekalan.


Stempel [Raja Naga Lautan Bintang]』


“Uwa, terlalu sederhana.”

Melihat sekilas isi [Gulungan Geass], Rin segera memilih Pintu Kelima. Dan berjalan dari jalan masuk aula menuju pintu terakhir tidak membutuhkan banyak waktu.

Selama perjalanan, seolah ada sensasi mengganggu dari kutukan bangsal di area itu namun segera dinetralkan oleh dua tanduk dari [Raja Naga Lautan Bintang]. Jika tanpa kedua tanduk itu, mustahil dia bisa sejauh itu.

Namun dia penasaran akan kedalaman yang ia tempuh. Mungkin tepat di bawah gunung besar yang menjulang di belakang Istana.

Sebuah sarana dibangun di ujung ruangan dengan penyangga untuk peletakan Tanduk dari Raja Naga Lautan Bintang yang diiringi Bendera sebagai penghias.

"Setidaknya, aku di sini. Dengan ini, Yang Mulia. . . Tidak akan terbunuh."

“—Rin, terbunuh oleh siapa?"

“Kya!” Rin berseru terkejut.

Yang awalnya merasa sendirian, dia terkejut denga suara mendadak yang mencoba berbincang-bincang dengannya.

Sambil menarik belatinya, Rin menginterogasi pemilik suara.

". . . Jin, jangan-jangan kamu mengikutiku selama ini?"

"He'em, tapi cuma kebetulan. Aku menemukanmu bergerak di sekitar Sayap Kanan Kelima Istana dan membuntutimu. Aku ingin melaporkanmu. . . Tapi, percuma saja berhadapan langsung denganmu yang memiliki semacam Hadiah."

“Jadi kamu datang sendirian? Eh? Bego ya kamu?"

Nada asli suara Rin pulih saat berseru.

Jin tampak menyadarinya saat menggaruk kepalanya dengan sikap bingung sambil cengengesan.

"Tapi, satu-satunya alasanku bicara padamu karena kita hanya berdua! Yah, kalau ada yang lain, aku tidak akan memulai percakapan ini!"

". . . Percakapan?"

Niatan Jin sudah diluar perkiraannya, dan Rin yang meragukan potensi tipu muslihat dalam kata-katanya, berjalan mendekat.

"Yah, kurasa Yang Mulia pernah kau jaga hari itu. Karena hanya mendengarkanmu, kurasa ini hanyalah permintaan kecil yang bisa kukabulkan. Jadi, ingin bahas apa?"

“Mengenai tujuan Yang Mulia dan dirimu."

—Rin mendadak menghentikan langkah pelannya menuju Jin.

Menyadari tanggapannya, Jin menganggapnya sebagai isyarat bahwa dia masih bisa bernegosiasi.

"Kau pernah bilang jika dirimu dan Yang Mulia memulai aktivitas di [Ouroboros] dua tahun lalu kan? Saat itu, aku sudah memikirkan pertanyaan ini. Kamu dan Yang Mulia. . . Sebenarnya baru bergabung dengan [Ouroboros] dua tahun lalu kan?"

“. . . Kenapa kamu berpikir begitu?"

“Rahasia. Tapi ada petunjuknya. Diantara rekan-rekan kami yang telah diambil tiga tahun lalu, salah satunya memiliki kesamaan kekuatan. Dan orang itu memiliki kemiripan dengan Yang Mulia. . . Dan emblem [Ouroboros] yang terbagi menjadi tiga bagian, jika semua itu mengarah pada kosmologi yang sama, akan ada hubungan samar yang bisa terlihat. "

Jin menjawab dengan ekspresi separuh percaya diri dan sikap tidak yakin. Faktanya, bisa dikatakan jika tujuh puluh persen dugaannya meniru metode deduksi Izayoi dan menerapkan langsung di tempat, tapi tidak terlihat. Hanya punggungnya yang basah akan keringat dingin.

Dan hasil dari tindakannya adalah Rin mulai mempercayai ucapannya.

“…….”

—Mungkinkah dia sudah tahu?

Rin memegang belatinya lebih erat saat bertambah curiga.

". . . Kau itu terlalu berbelit-belit. Kenapa tidak mengatakannya langsung? Meski tidak terlihat, tapi aku sangat sibuk loh."

“He'em, ma, maaf. Kalau gitu, aku akan berterus terang. Yang Mulia sedang menjalankan tujuan yang—sangat berbeda dari Organisasi [Ouroboros]?"

“Hah—?”

"Setidaknya harus ada dua faksi besar yang hadir dan didukung oleh struktur yang dibangun di belakang mereka di organisasimu. Yang pertama adalah faksi yang menghancurkan faksiku tiga tahun lalu dan yang kedua adalah faksi yang kalian pimpin. Awalnya aku mengira ada pergantian pemimpin, tapi jika begitu malah membuat gelar "Yang Mulia" jadi aneh. Itu berarti pemimpin saat ini masih berkuasa."

“!”

"Jadi kusimpulkan jika Rin dan Maxwell, kalian adalah tentara pribadi dibawah perintah Yang Mulia dan ada organisasi lain yang lebih tinggi dalam hierarki yang memberikan perintah pada kalian."

". . . Apa hubungannya dengan prakiraanmu sebelumnya?"

"Kau seharusnya sudah paham kan? Lagian, kalian sudah mengikuti Yang Mulia sejak awal."

"Maaf, aku tidak paham. Bisa kau sederhanakan?"

Genggaman pada belatinya lebih erat.

Menyadari jika basa-basinya bisa mengakhiri hidupnya, Jin kalut menjelaskan:

"Y, yang Mulia! Bu, bukan jenis orang yang mengikuti orang lain. Jika ada orang dengan posisi lebih tinggi darinya, dia pasti akan bersaing dengan seluruh tenaga! Terlebih—Dia bukan type orang yang rela menyerahkan hidupnya ke tangan orang lain kan?”

—Benar kan? Jin memiringkan kepalanya.

Rin menggeleng dengan menyanggah dalam hati.

Yang Mulia memang tidak cocok bertarung dibawah kendali orang lain. Rin menyetujui bagian itu tapi bukan itu keyakinan Yang Mulia pegang. Dia hanya bertarung sambil membawa harapan mereka yang dibebankan padanya. Rin berekspresi masam saat menurunkan belatinya dan menggaruk kepalanya, bingung.

". . . Mengatakannya dengan yakin tapi seluruh spekulasi itu bukan dari gumamanku tadi kan?"

“He'em, memang. Aku membicarakannya dengan percaya diri karena ucapanmu."

Jin tersenyum ambigunya yang biasa untuk menutupinya. Itulah saat Rin akhirnya sadar.

Senyuman ini sebenarnya sebuah 'Poker Face' untuk menyembunyikan pemikiran aslinya.

". . . Aku tidak suka senyuman itu. Darimana kau mempelajarinya?"

“Dari orang yang kuhormati. Sebenarnya, orang itu sering menunjukkan senyuman sombong. . . Tapi ekspresi aslinya jauh lebih kejam dari orang lain."

“Hmph" Jin menanggapi lesu.

Namun bagi Rin, niat Jin pada percakapan ini juga bagus.

("Kandidat Asli dan [Pohon Genome]. Memiliki mereka berdua sebagai rekan akan lebih meyakinkan. Terlebih, [No Name] memiliki ikatan kuat terhadap beberapa [Master Lantai].")

Mengesampingkan [Salamandra] dan Aliansi [Onihime] sekarang, memiliki dukungan dan hubungan dengan Shiroyasha dari [Thousand Eyes] dan Kouryuu, yang saat ini menjadi anggota Tamu Kehormatan, pasti sangat bermanfaat.

Terutama karena Kouryuu berkerabat dengan [Mahaguru Penenang Surga] Raja Iblis Banteng dan [Mahaguru yang Meninggalkan Surga dalam Kekacauan] Raja Iblis Roc. Kedua tokoh besar Raja Iblis yang terlahir dengan kekuatan spiritual kelas Dewa bawaan, juga memiliki populasi yang cukup besar dari pengikut Pelayan dan Binatang Buas yang tidak bisa diabaikan.

Ketika level kekuatan dibedakan antara mililiter dan gram, mereka akan menjadi perisai terkuat jika mereka mau mengulurkan tangan.

". . . Aku ingin tanya."

“Apa?"

“Waktu itu, kami gagal dalam misi kami dan tidak bisa kembali dengan tangan hampa. Jika aku tidak mengambil warisan yang ditinggalkan oleh Raja Naga Lautan Bintang ini. . . Aku butuh pengganti."

“Kalau begitu, bawa aku."

Jawabannya terlalu mendadak sampai-sampai membuat Rin kebingungan untuk merespon dengan cepat.

Jin meletakkan tangannya ke dada sambil melangkah maju.

"[Pengontrak Jiwa]—Hadiah langka yang mampu memerintahkan Raja Iblis tanpa perlawanan. Selain itu, kamu juga akan mendapatkanku, pemimpin [No Name] yang telah mengacaukan seluruh rencanamu. . . Meski tidak sebanding dengan warisan Raja Naga Lautan Bintang, pencapaian ini bisa menghindarkanmu dari galau kan?" [2]

“Apa. . . Apa kamu serius? Kamu bisa saja terbunuh begitu berada di depan mereka loh?!"

“Iya, lahir batinku sudah siap pada kemungkinan itu."

—Jin sudah menyiapkan pikirannya sejak awal.

Jika [No Name] dalam masalah, dia akan maju untuk melindungi mereka. Inilah sumpah tulus dari hatinya.

"Anggap saja aku memohon padamu, Rin. Buat alasan untuk menahan Permainan ini sementara dan culik aku sebagai gantinya. Kita bisa atur negosiasi rahasia dengan Izayoi dan lainnya, beri mereka syarat untuk membantu rencana penggulingan sang penguasa—Yang akan mengembalikan rekan-rekanku, Bendera, juga Nama Komunitasku."

Jin diam-diam mendekat sambil mengulurkan tangannya.

Menatap langsung Rin dan memandang dengan penuh kejujuran, dia menyatakan:

"Bentuklah Aliansi dengan kami. Kemudian, kami akan menghancurkan Aliansi Raja Iblis yang asli dengan tangan kami sendiri."


Bagian 2[edit]

Izayoi mengambil sepotong puing reruntuhan Istana untuk dilempar pada Yang Mulia. Dan Yang Mulia melayangkan tinjunya untuk mengirimkan pecahan puing dan Izayoi terbang mundur lebih jauh. Namun, keduanya tidak menderita luka fatal.

Mereka berdua memiliki kekuatan yang jauh diatas kapasitas Manusia.

Pukulan mereka dipenuhi kekuatan untuk membelah lautan, menghancurkan gunung juga lembah. Meski begitu, kemenangan di antara mereka masih belum pasti. Dalam situasi ini, jika harus menyebut kandidat yang lebih unggul—Maka bisa dikatakan jika timbangan telah miring ke arah Sakamaki Izayoi.

"Jangan. . . Sombong dulu!"

Seolah sedang menunggu Yang Mulia mengikuti serangan, Izayoi terbang dan menendang kening lawan melalui lututnya. Diikuti ambruknya Yang Mulia dari serangan mendadak, rambut putihnya berangsur memerah.

Meski Yang Mulia bersandar karena tubrukan, itu ada maksud lain. Dia memanfaatkan tingginya untuk menghindari tipis tendangan susulan yang lewat depan wajahnya sebelum lompat sangat dekat dengan Izayoi untuk melayangkan tinju tangan kanannya pada perut.

Izayoi mengeluarkan batuk darah namun semangat bertarungnya tidak menurun sedikit pun.

Mengenggam tangannya lalu menjalin jari-jarinya, dia mengayunkannya ke tulang belakang kepala Yang Mulia.

“Gah……!”

Dengan tenaga yang membuat tanah tertekan, kepala Yang Mulia membentur tanah. Bukan hanya keningnya yang sakit dan setelah menerima serangan berat di tulang belakang kepalanya, dia pasti mau tidak mau terpaksa berlutut meski sekali.

Sebaliknya, Izayoi tidak terkena luka fatal hanya terengah-engah akibat bertarung. Meski kemampuan fisik pada penampilan tubuh relatif sama, namun yang pertama letih adalah Yang Mulia. Izayoi awalnya berpikir jika dia lebih unggul dalam kekuatan fisik, namun situasinya terlihat berbeda.

“……”

Menyeka tetesan darah di ujung bibirnya, Izayoi menatap terkejut Yang Mulia. Jumlah pukulannya setara dan dia tidak merasakan perbedaan pada tenaga pukulan.

Mungkinkah perbedaannya ada dalam stamina?

("Nggak. . . Rasanya nggak gitu.")

Izayoi mengatur nafasnya saat mulai merenung diam-diam.

Namun tawa Yang Mulia mengaburkan pikiran Izayoi.

"Haha. . . Sakamaki Izayoi, bukannya kamu terlalu santai? Padahal kamu bisa dengan mudah menambah serangan lain."

“……”

Izayoi tidak menjawab namun dia yang menahan diri jelas tidak wajar.

Sampai saat ini, Izayoi memiliki tiga kesempatan untuk mengalahkan Yang Mulia. Bukan dengan pukulan namun dengan kekuatan yang tertidur dalam tubuhnya, yaitu Hadiah [Unknown].

Jika itu digunakan, tiang cahaya yang mampu menghakimi Dewa dan membuat Naga Raksasa tidak sadarkan diri dalam satu serangan, Yang Mulia pasti akan kalah. Namun ketika Izayoi ingin menggunakannya disetiap kesempatan, ada kecemasan yang tak bisa dijelaskan jauh di dalam hatinya.

—Nggak papa kah pakai itu di sini?

Tekanan ancaman ini tampaknya bukan dari bocah berambut putih bermata emas. Mirip kegelisahan yang merayap di bawah kakinya dan selalu muncul dalam pikirannya sepanjang waktu yang membuat celah terbuka sesaat dalam serangannya.

"Aku mengerti. Instingmu sangat bagus. Jika kamu menggunakan kartu As, aku juga akan memakainya. Saat itu, skenario terburuknya mungkin kita akan menghancurkan segel sosok itu—Kau juga merasakannya kan? Monster yang tertidur di bawah [Kota Kouen]."

“————-!”

"Jika sosok itu bangkit, segalanya akan sia-sia. Saat ini, tanpa Shiroyasha di tingkat bawah, tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Termasuk aku dan kamu."

". . . Oh? Bisa merendahkan hati ternyata."

Izayoi tertawa saat mengejek lawannya tapi dalam hatinya sangat memahami.

Sejak awal pertarungan, ada dendam tak terkira yang bergelora dari dalam tanah. Dan menurut insting Izayoi, bisa dikatakan jika dendam itu mengarah langsung padanya dan Yang Mulia.

"Yah, kurasa kita hanya bisa saling pukul. Tampaknya kekuatan kita setara. . . Tidak, meski mengecewakan. . . Namun Sakamaki Izayoi saat ini lebih kuat dariku."

"Yoi, kalau diterusin, delapan puluh sembilan puluh persennya aku yang bakal menang."

Izayoi sedikit mengangguk ketika dia mengkonfirmasi deduksinya dengan kenyataan.

Meskin pertarungan masih bisa berlangsung beberapa jam lagi, tirai kemenangan sudah pasti dimenangkan oleh Izayoi.

Yang Mulia juga memahami faktanya namun dia mengangkat bahu tenang sambil menggeleng kepala pelan.

"Namun sungguh menyedihkan bahwa akhir telah ditetapkan. . . Kau dengar kan? Suara dari Dinding Luar, yang melindungi Kota ini, telah roboh."

Dua, tiga lokasi Dinding Luar telah hancur dari rangkaian serangan berbagai wilayah.

Gelombang Raksasa Demonifikasi telah menyapu Naga Api dan Naga Kecil yang kelelahan saat berhamburan ke Istana menuju tempat dia berdiri. Dan dia tidak yakin jika Asuka, Yō, dan lainnya mampu menahan pertempuran yang berlarut-larut.

Hanya waktu saja yang akan membuat keseimbangan kekuatan hancur.

"Ayolah, akan lebih baik jika mengalahkanku lebih cepat kan? Aku siap melawanmu beberapa jam. Dan skenario terburuknya, aku bisa saja kabur ke wilayah kota juga. Lagipula, selama itu, teman-temanmu pasti akan lenyap, kan?"

"Cih, berisik banget nih Hakuhatsuki!"

Izayoi menghancurkan tanah pijakannya saat maju menyerang. Yang Mulia juga menyiapkan kuda-kuda sebagai tanggapan.

Namun hasil akhir sudah jelas bagi Yang Mulia.

("Mengejutkan, aku tidak menyangka dia punya kelemahan.")

Setiap kali bertukar tinju, Yang Mulia semakin mengerti kepribadian Izayoi. Memahami perkembangan dan pengalaman yang mengarah pada karakter ini tidak membutuhkan banyak waktu.

Sakamaki Izayoi, orang ini—tampaknya selalu menyelesaikan masalah dengan kekuatannya sendiri. Selama masih dalam ranah kekuatannya, dia pasti akan melindungi semua yang dia bisa dan membasmi musuh dengan sekuat tenaga.

Tetapi justru karena itu, yang membuatnya gelisah karena tidak bisa dia kendalikan.

Alasannya adalah bahwa dia terang-terangan memanjakan orang-orang di sekitarnya.

("Singkatnya, dia bisa jadi yang berharga bagi rekannya, tapi orang ini tidak seperti itu. Kecemasan yang dia rasakan bukan karena memperhatikan rekannya. Orang ini, Sakamaki Izayoi—")

—Tidak mempercayai rekan-rekannya.

Tidak peduli banyaknya kelembutan yang bisa menggambarkan karakter ini, sifat dasar orang ini adalah tidak mampu mempercayai rekan-rekannya.

("Kelemahan ini. . . bisa dimanipulasi. Jika digunakan secara tepat, akan mudah untuk merobohkannya!")

Ujung bibir Yang Mulia melengkung naik saat bersiap bertarung sekali lagi.

Dia sudah bisa melihat jalan keluar dari keadaan ini namun masalah setelahnya adalah tindakan selanjutnya terhadap Permainan. Terlebih bidak caturnya terbatas dan tidak mencukupi.

Maka yang bisa ia lakukan saat ini adalah mengikuti alur sambil bertekad untuk mengayunkan pukulan berikutnya.



Translator's Notes[edit]

  1. seputar info[magrefnotes: Naga Tiongkok Kuno memiliki kumis seperti ini di moncong mereka, yang disebut peraba, konon dalam cerita Tao, itu karena mereka adalah ikan koi sebelum mereka melompat melintasi gerbang naga untuk berubah menjadi naga. Itu juga mengapa magikarp berevolusi menjadi gyrados.]
  2. gallows=tiang gantungan, sedikit improvisasi :)


Kembali Ke Halaman Utama