Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 8 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1[edit]

Bagian 1[edit]

Puncak gunung berapi, [Gulungan Geass] tak bertanda berjatuhan dari langit.

Tanpa ringkasan ujian.

Tanpa nama spesifik partisipan.

Bahkan pernyataan penyelenggara juga tidak tercantum.

Satu-satunya yang tersimpan di perkamen adalah Bendera dari [ 恶 ].

Gulungan geass tidak ditujukan pada siapapun, atau ditulis seseorang.

Untuk menyebarkan kontrak di dunia ini, hal-hal sepele itu tidak perlu.

Kontrak-kontrak itu telah ada bahkan sejak dunia terpisah. Menghapuskan kebutuhan untuk merekam segala ringkasan ujian. Penduduk dunia ini selalu mewaspadai rincian itu.

—Dari gunung berapi aktif, angin panas berhembus.

Muncul dari kawah neraka, Raja Iblis berkedudukan tertinggi yang "tidak akan hidup di bawah langit sama dengan musuhnya".

Engkau yang berdoa untuk menjadi monster yang "berubah jahat", tiga pasang mata merah delima bersinar dibarengi gema lonceng, pertarungan dimulai.


『Berikan semua yang kalian punya, Wahai Pahlawan yang terlahir setelah penantian ratusan tahun!


Kerahkan seluruh kekuatanmu!


Kumpulkan semua akalmu!


Tunjukkan kecerobohanmu—Jadilah pedang mulia yang menusuk dadaku!"』


" !? "

Sabit kematian melintasi kepalanya dengan jarak hanya beberapa milimeter saja.

Sungguh ajaib Sakamaki Izayoi mampu menghindarinya, atau mungkin hasil dari refleks tubuhnya. Cakar putih murni ganas yang mengandung kekuatan yang sangat merusak untuk membunuh dapat dirasakan Izayoi bahkan dengan mata telanjang. Efeknya bahkan mampu meledakkan reruntuhan istana dan membelah tanah.

Area yang terbelah membuat retakan pada bumi dan menciptakan jurang yang membuat orang-orang membayangkannya sebagai jalan menuju neraka. Lahar mengalir dari puncak gunung dan memenuhi retakan. Bahkan membuat permukaannya cocok disebut tempat pembakaran neraka.

(Sial, bukan saatnya nyerah sekarang[1].)

Izayoi memotivasi diri. Pertarungan penghabisan baru saja dimulai.

Izayoi menggunakan tendangan untuk menjaga jarak. Menyiapkan kuda-kuda untuk melompat dengan kuat, hasilnya membuat darah mengalir di perutnya dan darahnya naik ke tenggorokan.

Berlutut di atas tanah sambil mendongak ke arah naga berkepala tiga yang sekaligus Raja Iblis, Izayoi menelan kembali darahnya sambil melihat dengan tulang belakang merinding.

(Raja Iblis Aži Dakāha . . . Benar-benar spesies terkuat. . .!!!)

Dengan kuat memegang tangan remuknya, dia gemetar di hadapan kekuatan musuh. Jika sesuai dengan teori Izayoi, musuh kali ini benar-benar [Raja Iblis] pesaing Dewa.

—[Zoroatrianism[2]]. Untuk menjelaskan penalaran Magianisme[3], memiliki faksi kosmologi spesifik terhadap Dewa. Seorang [Raja Iblis] ada dalam posisi perjanjian kuno Yahudi dan Buddha, namun kekuatan roh naga berkepala tiga ini bahkan lebih tinggi dari dua spesifikasi itu.

Kemudian dikatakan jika [Raja Iblis] itu telah menyiapkan posisi permusuhan terhadap Dewa. Karena itu, keinginan dan tujuan dasarnya adalah kejahatan. Contoh signifikannya seperti pertentangan antara Dewa dan iblis dalam Alkitab. Inti dari pertentangan antara Dewa dan Setan adalah anti-kelembagaan, kejahatan yang dimiliki manusia, dan kejahatan sosial.

Namun, bagi Raja Iblis [Zoroastrianism], menjadi jahat bukanlah akar dari tujuannya.

Kejahatan dan tujuannya, menjadi berbeda dari keputusan akhir Raja Iblis.

Naga berkepala tiga yang merupakan Raja Iblis [Zoroastrianism]—Kejahatan yang terlahir dari keinginannya menjadikannya sebagai Raja Iblis zalim.


(Jauh berbeda dari perkumpulan Pest, Raja Iblis Saurian, dan Aliansi Raja Iblis. Dia ada bukannya karena merosot jadi Raja Iblis. Karena nggak pernah melakukan dosa—orang ini, bakal menguasai sebagai Raja Iblis. . .!!!)


Tiga pasang mata, enam pupil yang mengkilat dengan cahaya ganas. Ketika meninjau ulang, Izayoi belum pernah bertarung dengan spesies terkuat.

Algol sekelas bintang diperbudak dalam bentuk tidak lengkap.

Naga raksasa yang lari terbirit-birit tidak memiliki kecerdasan.

Bagi Sakamaki Izayoi, ini kali pertama pertarungan mautnya melawan salah satu spesies terkuat.

(Gimana ya?! Gimana harus bertarung?! Tangan kananku beneran kacau dan tangan kiriku bakal bernasib sama kalau kubuat memukul dia. . .)

Setelah bertarung melawan Yang Mulia, tubuhnya sudah mencapai batas. Bukan hanya tangan kanannya, seluruh tubuhnya seakan berteriak. Izayoi memikirkan strategi kemenangan dalam kecepatan tinggi saat darahnya terus mengucur.

Tapi musuhnya tidak memberinya banyak waktu.

Berlari melintasi puing-puing reruntuhan, naga berkepala tiga membuat bunyi gemeretak. Menatap Izayoi dengan mata merah delima, dia membentangkan sayapnya dan melesat ke langit.

"—GYEEEEEEEEEEYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaEEEEEEEEEEEEEYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaa!!!"

Teriakannya membuat lahar tersingkir.

Menghadapi tidak ada kemungkinan untuk menang, Izayoi merasa malu. Tapi dia tetap pergi ke arah sebaliknya dari arah lari Almathea yang berusaha kabur untuk mengalihkan perhatian naga berkepala tiga.

"Berhenti ngeremehin manusia. . . Kadal!"

Dia berlari lurus menuju puncak gunung berapi karena otot-otot kakinya yang tidak mau mengakui kekalahan,

Dengan kakinya yang seolah tenggelam dalam aliran lahar setiap kali melompat, dia menjaga jaraknya dari naga berkepala tiga. Hanya inilah strategi terbaik untuk menang, namun naga berkepala tiga tersenyum licik dan mendengus.

—Naga berkepala tiga mengangkat tangan kanannya untuk merobeknya.

Dalam sekejap, rasa sakit tak tertahankan datang dari belakang Izayoi. Rasanya seolah ada pisau tajam menebas pundak hingga pinggangnya.

"Gaa......!?"

Yang sebenarnya terjadi, itu jelas bukan pukulan kognitif.

Melihat ke belakang, naga berkepala tiga masih ada di reruntuhan istana. Berjarak sangat jauh dari Izayoi yang telah berlari cepat menuju puncak gunung. Jika itu hasil dari cakar ganas tadi, seharusnya ada jejak di tanah, tapi sama sekali tidak ada.

Dan luka di punggungnya tidak dangkal. Meski keletihan Izayoi membuatnya jatuh terduduk, keringat membanjirinya saat menatap naga berkepala tiga.

(Apa. . . jenis hadiah yang dipakainya. . .?!)

Pikirannya terus melintasi acuan pada legenda yang berhubungan dengan Aži Dakāha, namun tetap tidak menemukan petunjuk.

Legenda mengenai Raja Iblis yang memainkan ribuan jenis sihir, namun tidak ada catatan rinci di dalam buku. Bahkan Izayoi yang berpengetahuan tidak mampu berbuat apapun pada hal yang tidak tercatat.

Namun, demi berfokus pada kecerdasannya, Izayoi memaksakan diri menekan bahunya yang terluka.

Luka yang terkoyak mirip dengan luka tebasan tadi. Hampir mendapatkan [Sesuatu] dari insiden tebasan di ujung pikirannya, Izayoi pun berdiri.

『…………』

Naga berkepala tiga menunjuk ke area kosong, sebelum membuat serangan horisontal.

Mendadak, sayap yang ada di punggung naga berkepala tiga berubah bentuk. Atau mungkin sejak awal itu bukanlah sayap. Dengan bebas merubah bentuk tepian hitam. Izayoi menyadari kebenaran dibalik tebasan sambil gemetar.

(Bayangan naga itu mirip Leticia. . .!! Jadi begitu ya!)

Membandingkan kecepatan dan akurasi bayangan naga dengan yang sudah akrab oleh Izayoi, jelas sangat berbeda.

Tepat ketika Izayoi mewaspadai pedang bayangan, benda itu sudah berada tepat di depan mata. Meski Izayoi secara refleks menghindar ke belakang, pedang itu masih bisa menggores pipinya.

Dua, tiga kali pedang itu mengejar Izayoi tanpa henti, mencoba membunuhnya.

Layaknya hujan, pedang itu menyerang seperti badai. Dengan setiap serangannya membawa kekuatan langsung membunuh. Jika dia menghindar kurang dari beberapa milidetik saja, pemenggalan kepala dipastikan terjadi.

Mencambuk tubuhnya yang terluka parah, dengan terus berguling-guling untuk melarikan diri.

Bumi terpanaskan oleh lahar yang berwarna merah seperti lelehan besi. Meski dia terus menerima luka bakar kecil dan luka akibat berguling, mata Izayoi tetap tidak mau mundur.

『……Ck.』

Menerima tatapan keras kepalanya, naga berkepala tiga mendengus. Memutar leher panjangnya dengan tiga pasang mata terkunci pada Izayoi, naga berkepala tiga bergegas mendekat.

Dengan ukuran tubuh dua kali lebih besar dari Izayoi, dia menggunakan kekuatan yang lebih cepat dari Izayoi untuk menutup jarak.

"......!?"

Tubuh besarnya mendadak muncul di luar jangkauan penglihatannya. Meski Izayoi terluka fatal, lawannya memang lebih cepat darinya.

(Sial. . . Terlalu menjengkelkan. . .!)

Dia tahu sosok itu memang kuat. Tapi Izayoi tidak mengira jika kekuatannya akan sebesar itu.

Menghadap Izayoi dengan mata merah delima, seolah mengkonfirmasi keadaan, naga berkepala tiga bergumam.

『. . . Memang. Sebelum bertarung denganku, tubuhmu memang sudah sekarat. Jika saja kamu tidak terluka, kamu pasti mampu melarikan diri.』

"Ap, apa katamu barusan. . .!!!"

Rasa kasihan ada dalam suaranya. Kata-kata yang terucapkan oleh naga berkepala tiga sepenuhnya menyedihkan. Namun dalam sekejap memahami maksud sebenarnya dari kata-kata itu, Izayoi menggertakkan giginya terhina.

—Jika saja kamu tidak terluka, kamu pasti mampu melarikan diri.

Artinya —tidak bisa menyamainya bahkan dengan potensi penuh— begitu.

Sejak awal, naga berkepala tiga tidak meragukan kemenangannya, kekalahan tidak pernah terlintas di pikirannya. Itulah kesombongan yang Izayoi bawa ketika tiba di Taman Mini, selalu merasa kasihan pada sekelilingnya.

Yang kuat akan selalu kuat. Dan yang lemah akan selalu tak berdaya.

Penilaian dan filosofi yang mirip, tapi sekarang Raja Iblis itu dengan keras menginjak-injak dirinya di bawah kaki.

(Ha. . . Begitu ya. Ini beneran, ngeselin. . .!!!)

Karena malu, Izayoi bergetar. Tidak mampu menahan amarah yang belum pernah ia rasakan selama tujuh belas tahun terakhir, dia mendadak berdiri, melupakan rasa sakit di lukanya.

Kehidupannya dipenuhi simpati, kurang belas kasihan. Tidak pernah menyangka jika dia akan merasakan sekarat meski sekali.

Dengan perasaan negatif yang belum pernah ia rasakan, Izayoi tersenyum sambil memegang tangan kanannya yang hancur.

"Trims atas belas kasihanmu. . . Berkatmu, kurasa aku masih bisa berjuang sedikit lebih lama. . .!"

Mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk berdiri, dia menatap tajam pada mata merah delima itu.

Namun, ini adalah perlawanan terakhirnya.

Darah yang mengucur dari pinggul dan punggungnya mulai memaksanya memasuki alam bawah sadar.

Membiarkan Izayoi berdiri, dengan semangat juang yang tak mau menyerah.

Naga berkepala tiga dengan ketiga pasang mata merah delimanya menatap Izayoi—mendadak senyuman bengis terlihat di mulutnya.

『Aku mengerti. Semangat perjuanganmu patut dipuji. Seolah-olah kekerasan tidak akan menundukkanmu—Jadi, bagaimana perasaanmu tentang keputusasaan ini?』

Mengangkat cakar-cakar putihnya, naga berkepala tiga merobek bahunya.

Sejumlah besar darah menyemprot, mewarnai merah bagian atas tubuh naga berkepala tiga. Darahnya menetes ke tanah, sebelum mulai bergerak aneh seolah memperoleh kehidupan.

Bumi, lahar, bahkan kayu mati mulai berubah bentuk menjadi naga berkepala dua setelah bermandikan darah Aži Dakāha.

Menyaksikan pergerakan ini, Izayoi mulai gelisah dibanding gemetar. Pemandangan itu jelas di atas normal. Menelan bumi, naga berkepala dua mulai bermunculan—mereka semua, memancarkan kekerasan yang menyaingi Dewa.

(Orang ini. . . Avatar[4] dari Kelas Agung?! Yang pernah dikalahin Shiroyasha!)

Ketika [No Name] sedang bertarung di [Underwood], lima naga menyerang distrik timur. Izayoi diberi tahu jika mereka adalah tiruan Aži Dakāha.


Setelah mendapatkan suatu kepribadian, naga berkepala dua mengeluarkan sikap yang bahkan lebih tidak menyenangkan.

Kepala kanan dari naga berkepala tiga memberikan perintah.

『Seekor kambing, dua wanita melarikan diri. Bunuh mereka.』

"Apa!?"

Kata-kata yang tidak diharapkan, menyebabkan Izayoi mengambil sikap bertahan. Namun, Izayoi yang tubuhnya penuh luka menganga tidak mampu menahan kepergian naga berkepala dua. Layaknya panah api, tiga naga terbang menuruni gunung.

Menahan Izayoi yang berpikir untuk mengejar mereka, naga berkepala tiga menunjukkan Bendera di punggungnya sambil meraung.

『Baiklah, apa yang akan kamu lakukan, manusia? Mengulur-ulur waktu akan sia-sia. Jika ingin menyelamatkan rekan-rekanmu, satu-satunya cara adalah menghancurkanku.』

"—Berhenti bercanda, dasar kadal darat!!!"

Izayoi tak bisa menahan teriakannya. Saat ini bukan waktunya membicarakan luka. Menaikkan situasi ketika dia melangkah menuju kematian, Izayoi melompat ke naga berkepala tiga.

Sambil menahan rasa ingin muntah darah, dia menggunakan tangan kirinya untuk memukul perut si raksasa. Memukuli lebih cepat dari sebelumnya, dia tidak peduli meski kepalan tangannya hancur.

Memberi pukulan yang setara dengan pedang bermata dua, dia memaksakan diri memberikan pukulan yang dalam pada tubuh raksasa itu.

『……!?』

Suara getir sedikit keluar dari naga berkepala tiga.

Namun, Izayoi mengesampingkan dampak akibat memaksakan diri.

Memukul lebih dalam lagi ke perutnya, Izayoi menemukan suatu rahasia tersembunyi di dalam tubuh naga berkepala tiga.

(Berat banget......! Seharusnya tubuh setinggi tiga meter nggak begini. . .!!!)

Pukulan Izayoi yang seharusnya setara dengan pergerakan kerak planet bahkan tidak bisa sedikit menggetarkannya.

Meski tidak diketahui jenis Hadiahnya, namun, naga berkepala tiga memiliki kualitas satu benua atau sesuatu yang serupa dengan satu benua yang berkonsentrasi di tubuh tiga meternya. Tentu saja kepalan tangannya yang menjadi remuk sudah tak terelakkan.

Tetesan darah mengucur dari tinjunya yang hancur. Rasa sakit hebat yang timbul, ditekan oleh hasrat kuat dan jiwa lelakinya.

"Gaahhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!"

Pukulan gigih yang terus menyerang disertai cipratan darah.

Atmosfer yang dipengaruhi oleh badai ratusan pukulan di bawah satu detik dapat terlihat, bahkan gelombang lahar berbalik arah. Pijakan Izayoi tidak mampu menahan kekuatannya dan mulai tenggelam. Meski sudah gencar dipukuli Izayoi, naga berkepala tiga hanya menggeleng kecil.

Tidak mampu memastikan kualitas naga berkepala tiga, bahkan pukulan Izayoi yang mampu menggoncangkan bintang tidak mampu membuatnya bergerak. Pukulan dengan kecepatan kosmik ketiga terus menghantam perut naga berkepala tiga.

『Nuu.....!!!』

Satu langkah, naga berkepala tiga memundurkan satu kaki kanannya.

Izayoi tidak menyia-nyiakan pergerakan halusnya.

Target pukulan berganti dari perut menjadi kepala kiri, setelah pukulan ketiga, lalu memaksa memutar lehernya ke bawah. Meski tidak seperti merobohkan, tapi mampu merusak keseimbangannya kemudian melimpahkannya pada waktu yang tepat.

Menduduki naga berkepala tiga, inilah pertunjukan akhir Izayoi.

(Saat ini—Kalau aku gagal, aku nggak bakal bisa menang. . .!!!)

Tangan kanannya yang hancur memegang sebuah aurora

Menunjukkan sesuatu untuk menghancurkan sang naga, Hadiah yang mampu membelah dunia mati.

Dengan aurora yang muncul di tangan kanannya yang mampu menghapuskan bintang di langit malam, berubah menjadi tiang besar yang mencapai langit.

Mampu menembus langit Taman Mini, iblis berpengetahuan yang bahkan menyebut Hadiah itu sebagai [Tidak diketahui], seluruh mata naga berkepala tiga bergetar saking terkejutnya.

"—,!!?"

Salah. Bukan hanya mata merah delimanya yang bergetar.

Dengan naga berkepala tiga sebagai pusatnya, bumi dan atmosfer bergemuruh keras. Naga berkepala tiga berkonsentrasi pada pusaran air di telapak tangannya untuk membuat bola panas.

『[Avesta][5] aktif—saingan kembali, [Cosmologi Lain]. . .!!!』

Panasnya lebih hebat dari aliran lahar gunung.

Berdiri didepan panas yang cukup untuk membakar kulitnya, Izayoi menghirup udara dingin.

(Apa. . . Jenis hadiah terbakar itu. . .?)

Tidak pedulikan kekuatan penghancurnya, itu bukan sesuatu yang perlu ditakuti. [Tiang Aurora] di tangan Izayoi tidak mampu ditahan oleh benda apapun di dunia.

Seakan menarik pegangan dari cahaya itu, Izayoi mengayunkannya tepat ke jantung naga berkepala tiga.

Memegang bola dipadatkan di tangannya yang seterang siang hari, naga berkepala tiga menerima pukulan.

Awalnya sempat mengira jika bolanya akan menghilang begitu terkena aurora, namun aurora dan bola itu malah terjalin untuk melepaskan panas yang lebih hebat.

"—Sialan, ini bisa buat begini juga, bazeng....!!!"

Memasukkan seluruh kekuatannya pada tombak di tangan kanannya lalu menekannya.

Namun bola terbakar yang dibuat oleh naga berkepala tiga menyebabkan momentum yang lebih hebat, bersinar dengan lebih terang.

Gaya tolak kuat yang dilepaskan oleh dua bola yang terbakar perlahan berubah menjadi bola cahaya, merubah cahaya di sekitarnya dengan kekuatan putarannya.

Aurora yang sepanas gelombang lahar panas terlempar, akibatnya malah menghancurkan puncak gunung berapi. Pusaran dengan kekuatan yang bahkan bisa disetarakan dengan tabrakan antara bintang menghancurkan semua ciptaan sekaligus.

Puing-puing yang mengelilingi mereka hancur berkeping-keping hingga sekecil atom.

Dalam pandangan buram, Izayoi melihat senyum jahat Raja Iblis.

『Sudah berakhir, putra agung zaman baru. Denganmu——belum cukup untuk mengalahkan Bendera [ 恶 ].』

Tiang aurora dan bintang terbakar hancur bersamaan.

Melihat akibatnya, Izayoi melayang di udara layaknya debu. . .


Translator's Notes[edit]

  1. this is not the time to be seeing revolving lanterns yang berarti bukan saatnya melihat lentera berputar. Kata translatornya itu berhubungan dengan sesuatu yang dilihat saat akan mati(?) Yah, silakan kalau ingin merubahnya ^^.
  2. Atau bisa disebut juga Majusi adalah suatu agama dan filosofi yang didasari oleh Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Merupakan agama yang berasal dari daerah Persia kuno (kini Iran) yang juga dikenal sebagai Mazdayasna atau kepercayaan menyembah Ahura Mazda atau Tuhan yang Bijaksana.
  3. pengajaran dan studi tentang kasta keimaman di Media dan Persia kuno yang kepercayaannya terhadap kedatangan penyelamat melibatkan mereka dalam penelitian astrologi intensif, termasuk mengikuti bintang ke Betlehem.
  4. Avatar yang dalam bahasa Hindu berarti inkarnasi dari Roh Divinity(Agung) yang datang ke bumi untuk menegakkan kebenaran.
  5. Avesta, buku suci dari Zoroastrianism(Majusi), sastra paling kuno di Iran. Karya besar pada zaman itu adalah buku, meski sulit dipastikan, setidaknya jejaknya mengarah pada sepuluh abad yang lalu. Penggambaran kecil pada kuno klasik ini adalah leluhur yang patut dimuliakan pada kepahlawanan, keberanian, kemurnian, kejujuran, toleransi, dan sifat optimistis, memandang dunia dengan cara bijaksana, dan menunjukkan kemakmuran dunia juga kebahagiaan hidup sambil melawan antusiasme
Kembali Ke Halaman Utama