Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 8 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2[edit]

Bagian 1[edit]

—Kota Kouen, puing-puing reruntuhan.

Kota telah tertelan oleh tsunami yang terbuat dari serpihan-serpihan dalam sekejap mata. Jalan-jalan kaca berkilauan tidak lagi mempertahankan bentuk lamanya. Banyak seni di museum hilang.

Aliran magma telah mewarnai bumi menjadi merah tua.

Para warga yang telah mempersiapkan diri membawa koper mereka dan melarikan diri keluar kota menuju Gerbang bersama pejuang [Salamandra].

Angin topan yang dibuat oleh naga berkepala tiga, Aži Dakāha, memporak-porandakan apapun baik kawan maupun lawan. Ini bukan lagi masalah Permainan.

Pertarungan melawan Aliansi Raja Iblis telah diakhiri oleh pihak ketiga.

Kudou Asuka, yang bertarung di dinding luar Kota Kouen, menghindari dampaknya dengan memasuki armor Deen yang telah ia perkuat menggunakan Hadiah. Lebih tepatnya karena dia bersembunyi dengan tubuh letih, pita favoritnya terlepas, dan gaun merahnya terpotong hingga panjangnya menggoda.

Asuka menunggu anggota lain dari [No Name] bersama Pest di akhir prosesi.

"Sudah cukup lama sejak Almathea menjemput mereka. . . Mungkinkah terjadi sesuatu?"

“. . . Mana ku tahu."

Pest menjawab tenang. Dia kelelahan akibat bencana ini. Menyeka keringat yang menetes, dia menyandarkan diri pada pundak Deen.

Sudah cukup lama sejak gunung bererupsi. Meski mereka berdua berperan dalam menjaga proses evakuasi, tidak ada penyerang yang muncul. Ini membuat prosesi[1]nya berjalan lancar.

Lokasi gerbangnya dua puluh tujuh kilometer jauhnya dari kota.

Orang-orang yang melarikan diri dari kota berlindung di lembah-lembah pegunungan. Beruntung, kebanyakan penduduk Kota Kouen adalah roh atau avatar.

Beberapa berterbangan, sementara yang lain melakukan perjalanan dengan berbaris untuk mencapai wilayah lain. Berkat ini, jalanan kecil tidak ramai dan memungkinkan perjalanan menjadi lancar.

(Tapi di sisi lain, itu juga berarti ada banyak orang yang tertinggal karena tidak memiliki kekuatan untuk melarikan diri. . .)

Para pengungsi yang berjalan kebanyakan manusia atau binatang buas.

Mereka adalah orang-orang yang mengharapkan perlindungan dari Bilangan Lima [Salamandra] dan menaruh markas mereka di sini. Diundang sebagai penduduk tanpa kemampuan bertarung, mereka jelas tidak berguna dalam medan tempur.

Karena inilah, yang mampu bertarung telah terbagi ke garis depan, tengah, dan pertahanan belakang untuk melindungi penduduk yang melarikan diri.

Di garis depan, [Perseus], penjaga tengah [Salamandra], dan penjaga belakang [No Name].

"Lihat! Alma sudah kembali!"

Dari arah telunjuknya, seekor kambing berlari secepat kilat. Di atas punggungnya terdapat Kuro Usagi yang pingsan, dan Kasukabe Yō yang pucat.

Almathea yang menyadari keberadaan Asuka, melompat menuju pundak Deen dengan sekali pijakan lalu membungkuk.

{"Master, aku lega melihatmu tidak terluka. Aku khawatir jika kamu tertangkap oleh angin topan itu."}

"Eeh. Pest mendorongku ke Deen dalam waktu singkat. Itu sungguh menolongku."

Dia mengutarakan terima kasihnya pada Pest yang duduk di sampingnya. Pest mengerutkan bibirnya dan menoleh ke sisi lain.

Membenarkan tatapannya, Asuka bertanya pada Yō yang duduk di punggung kambing.

"Kasukabe, aku senang melihatmu baik-baik saja. Apa kamu tidak terluka?"

“……He'em.”

Dia menggerakkan dagunya vertikal, membuat anggukan kecil.

Itu adalah sikap sederhana, namun asuka merasakan kekhawatiran tidak menyenangkan dalam dirinya.

Yō yang tidak banyak bicara memang biasa, tapi saat ini lebih buruk dari biasanya. Ekspresi ketakutan terlihat dari wajah pucatnya.

Menyadari kerasnya keadaan, Asuka bertanya pada Almathea.

"Alma. Dimana Izayoi dan Jin? Apa mereka tidak bersamamu?"

{". . . Iya. Aku sudah mencari-cari, tapi tidak bisa menemukan Tuan Pemimpin. Sedang Tuan Izayoi. . ."}

Dia memotong ucapannya dengan penuh penyesalan. Yō juga tidak mampu berkata-kata dan hanya bisa menunduk.

Dalam keheningan mencekam, Kuro Usagi terbangun.

". . . Semua, nya. . .?"

"Kuro Usagi. Aku senang kamu juga baik-baik saja."

Menyadari Kuro Usagi yang tersadar, Asuka mengulurkan tangannya. Tidak mampu memahami situasi, Kuro Usagi menggelengkan kepala bingung.

Sambil memegang kepalanya, dia melihat sekitar. Mengkonfirmasi keberadaan Asuka, Yō, Almathea, dan Deen, Kuro Usagi bergumam seakan mengingat sesuatu yang mengerikan.

". . . Dimana, Izayoi? Apa dia tidak bersama kalian?"

Dia bertanya pada Yō dan Almathea dengan suara gemetar.

Menggantikan Almathea, Yō berbicara pelan.

"Izayoi. . . Tidak datang. Dia bertahan sendirian."

“Wha”

{"Ketika aku tiba, dia sudah terluka parah. Dia mungkin mengira tidak mampu kabur dengan luka-luka itu. Dia menyerahkan Nona Kuro Usagi dan Nona Kasukabe kepadaku, dan melawan Raja Iblis itu sendirian."}

Yō menggemeretakkan giginya. Menjadi seseorang yang banyak memikirkan rekan-rekannya, meninggalkan temannya adalah pilihan menyakitkan yang tidak membutuhkan ekspresi.

Sebaliknya, suara datar Almathea membuat Kuro Usagi bergetar marah lalu meraih kambing itu.

"S, setelah melakukannya. . .!! Jika kamu memang benar Binatang Bintang dari Kambing Gunung, kamu tahu jenis Raja Iblis itu kan! Dia, Aži Dakāha bukanlah Raja Iblis biasa! Raja Iblis itu telah membunuh banyak Dewa, seorang [Embrio Terakhir]! Bahkan jika Izayoi ada di sana, tidak akan ada kesempatan untuk menang! Kamu tahu itu kan, lalu kenapa?!"

{"Tentu aku tahu. Terlebih, Tuan Izayoi juga mengetahuinya. Seolah berpikir jika ini akhir riwayatnya, dia mempercayakanmu kepadaku."}

—"Bawa Kuro Usagi dan pergilah!"—

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v8 p48.jpg

Dia melepas bulunya. Mendengar ucapan Almathea, Kuro Usagi mengingat kejadian yang terkunci di belakang kepalanya.

Kuro Usagi juga mendengar suara Izayoi, karena dia ada di sana.

Dan dia juga mengingat kata-kata terakhir yang Izayoi ucapkan.

"Maaf. Sepertinya aku gak bisa nepatin janji—"

“AH……………………..Aaah……….!!”

Menjerit, Kuro Usagi memeluk lututnya berteriak. Bukan berarti dia tidak memahami semua itu. Tapi dia ingin seseorang menyangkal bagian terakhir.

Untuk berkata bahwa itu bukanlah akhir.

Dia menginginkan seseorang menyetujui bahwa jika Izayoi sekalipun, dia bisa lolos dari pertarungan itu.

". . . Maafkan aku. Aku ada di sana, tapi aku tidak bisa berbuat banyak."

Yo mencengkeram liontinnya penuh sesak. Menghadapi naga berkepala tiga, yang bisa dia lakukan hanyalah melarikan diri meninggalkan Izayoi. Penyesalan yang tak terelakkan.

Ini sama seperti ketika [Festival Kebangkitan Naga Api]. Dia berusaha mati-matian untuk bertarung bersamanya. . . Pada akhirnya, semuanya diselesaikan oleh Izayoi. Mencoba menyamai kekuatan dengan usaha, dia sangat jauh tertinggal.

“Yō…..”

{"Nona Kuro Usagi. Aku memahami rasa sakitmu. Tapi tolonglah mengerti. Dalam keadaan itu, yang bisa mengalihkan perhatian Raja Iblis itu hanya dia. Karena pertaruhan nyawa Tuan Izayoi, para penduduk mampu berkonsentrasi untuk kabur."}

Mengendurkan nadanya, Almathea menjilat pipi Kuro Usagi.

Almathea tidak berencana untuk meninggalkan Izayoi. Sebenarnya, dengan keadaan putus asa, dia berencana menghentikan Raja Iblis itu sendirian. Namun kemantapan Izayoi lebih kuat darinya. Siapapun yang mendengar ucapan terakhirnya, mereka pasti mengerti.

Seruan itu adalah pernyataannya mempertaruhkan nyawa.

". . . Alma. Apa Izayoi, meninggal?"

{"Aku tidak mengkonfirmasi dia mati. Dia bisa saja kabur, tapi. . . dengan luka-lukanya itu, pasti akan sulit."}

Almathea menghindari berterus-terang, namun Asuka bukan gadis yang berpikiran pendek. Lebih jelas dari melihat api, bahwa Izayoi bertarung dengan mati-matian. Asuka mempersiapkan diri pada hal terburuk, namun kenyataan memang lebih keras. Mereka telah banyak berjuang, namun kali ini lebih pucat.

Kuro Usagi kehilangan kekuatannya, Jin menghilang, dan Izayoi melawan Raja Iblis sendirian.

Pasukan petarung yang tersisa adalah Asuka dan Yō, namun mereka tidak bisa berbuat apapun.

". . . Itu berarti, sekarang bukan saatnya putus asa."

Pashi! Dia menampar pipinya untuk menyadarkan diri.

Asuka kembali menatap Almathea dan bertanya lagi.

"Aku memahami situasinya. Tapi masih kekurangan informasi mengenai Naga Berkepala Tiga. Kalau kamu tahu sesuatu, Alma, bagikan pada kami. Kamu pasti tahu, kan?"

{"Iya. Jika menyangkut yang tertua di Taman Mini, tidak ada Dewa Jahat yang tak kuketahui. Master, pernahkah kamu mendengar tentang agama Zoroastrianism?"}

Belum, Asuka menggelengkan kepalanya.

Alma membicarakan faksi yang dimasuki Naga Berkepala Tiga dengan gugup.

{"Dewa kejahatan Zoroastrianism memiliki bendera Aksara [Jahat], dan telah menganggap Taman Mini sebagai musuh Dewa Kedamaian. Meski sekarang dia dianggap sebagai perwakilan Dewa, kudengar Indra pernah menjadi Raja iblis di bawah bendera Zoroastrianism."}

Indra; sebagai bangsawan Taman Mini, Kuro Usagi, menganggapnya sebagai Dewa Utama dan Dewa perang. Asuka pernah mendengar bahwa beberapa senjata Kuro Usagi adalah Hadiah yang dianugerahi oleh Indra.

Sambil melihat Kuro Usagi yang menunduk, Asuka bertanya.

"Jadi naga itu sekuat Indra?"

Jika benar begitu, dia akan menjadi hambatan yang mengerikan. Hanya dengan kekuatan bertarung alami, dia bisa dengan mudah melebihi Naga Raksasa. Tidak terlalu banyak, tapi dia bukan musuh yang bisa dikalahkan [No Name].

Namun jawaban Almathea tidak terduga.

{". . . Iya. Setidaknya, di masa lalu memang begitu."}

". . .? Apa maksudnya?"

Yō yang mendengarkan di sebelah mereka, bertanya dengan nada serius.

{"Naga Berkepala Tiga itu bukan Raja Iblis biasa. . . Tidak, bisa dikatakan sebagai Raja Iblis sesungguhnya."}

"Berarti, tidak dalam menyalahgunakan [Wewenang Master Penyelenggara]?"

{"Malah sebaliknya. Raja Iblis adalah avatar dari ujian itu sendiri. [Wewenang Master Penyelenggara] diciptakan demi melepaskan ruang dalam pengguna, dan merampok sebagian dari kekuatan Raja Iblis tua, sebagai teknik rahasia. Penyalahgunaannya adalah setelah Raja Iblis tua disegel, dan Taman Mini menjadi stabil."

Mendengar ucapan Almathea, Asuka berpikir ulang mengenai [Wewenang Master Penyelenggara].

[Jack the Monster] adalah ujian yang diaktifkan ketika pemain telah menggunakan, menyalahgunakan, atau membunuh anak di sekitarnya. Itu adalah permainan yang baik. Kegunaan asli dari [Wewenang Penyelenggara].

{"Raja Iblis sejati adalah sarana ujian yang berbeda. Tidak, itu bukanlah ujian pada awalnya. Mampu menghapuskan kemanusiaan, avatar dari ujian tertinggi; Kami menyebut mereka [Embrio Terakhir][2]."}

“. . . [Embrio Terakhir]?"

"Pernahkah kalian mendengarnya? Tentang seorang Raja Iblis yang dianggap sebagai [Bencana Alam]? Secara harfiah begitu. Bencana alam dari petir ganas dan hujan. Bencana Alam menggerakkan lapisan tektonik. Penyebaran wabah. Alasan banyaknya Dewa menjadi Avatar untuk hal-hal itu adalah agar manusia mampu meningkatkan kesadaran atas bencana yang akan datang, dan para Dewa mampu menyembuhkannya. Meski ada pengecualian seperti pergerakan tubuh matahari."}

Hmm, mengangguk, mereka berdua kemudian melirik Pest.

Penyebaran Kematian Hitam adalah salah satu contoh terbaik.

Telah membunuh sepertiga populasi dunia, bisa dihitung sebagai ujian yang berlawanan dengan kemakmuran manusia.

"Lalu Naga Berkepala Tiga itu juga Raja Iblis yang berhubungan dengan [Bencana Alam], periode waktu, atau pergerakan planet?"

{". . . Begitulah. Aži Dakāha tidak sekuat itu dulu. Dalam pengetahuan Timur Tengah, Kedua belas Dewa atau [Mahaguru Setara Surga], di pengetahuan Barat [Dewi Perang] atau [Raja Kematian] bisa setara dengannya. Namun suatu hari; termasuk Aži Dakāha, entah bagaimana seluruh Raja Iblis mendapat peningkatan luar biasa pada kekuatan mereka. Hanya satu yang mampu menahan satu juta Dewa."}

""Sa, satu juta Dewa?!""

Asuka dan Yō mengekspresikan ketidakpercayaan keras-keras, melupakan situasi saat ini. Jika memang benar, ini bukan masalah jika dia kuat atau tidak. Dia jelas berada di tingkatan berbeda.

Kuro Usagi yang mengerang mengepalkan tinjunya dan mengkonfirmasi pernyataan.

"Seluruh kata-katanya. . . Benar. Bahkan bukan suatu kiasan. Pada zaman dulu kala, Taman Mini ini ada banyak sekali Dewa lebih dari yang ada saat ini. Tapi kebanyakan mereka telah dibunuh oleh Raja Iblis Tua."

{"Mengalahkan Raja Iblis Tua yang keberadaannya sendiri merupakan ujian, secara fisik mustahil. Itulah kenapa metode melepaskan kekuatan spiritual dalam bentuk ujian dibuat sebagai kartu as Dewa; "Wewenang Master Penyelenggara". Juga keaslian dari Permainan Berhadiah."}

Ini juga alasan sejati dari Permainan Berhadiah yang disebut juga sebagai Permainan para Dewa.

Warisan perang antara Dewa dan Raja Iblis melewati rentang waktu lama dan berevolusi dalam bentuk yang dikenal saat ini.

"Jadi. . . Memanggil seseorang yang menyalahgunakan [Wewenang Master Penyelenggara] sebagai Raja Iblis disebabkan oleh itu?"

{"Iya. Mengubah kekuatan spiritual menjadi ujian itu sendiri, pada dasarnya sama saja."}

"Tapi, tunggu! Jika cerita itu benar, jika kita memiliki seseorang yang menggunakan [Wewenang Master Penyelenggara], bisakah kita mengalahkan Naga Berkepala Tiga itu?"

Yō mengangkat tangannya dan bertanya.

Namun Almathea bergeleng masam.

{"Secara teori, bisa. Baik itu periode waktu atau bencana alam, akan menjadi perselisihan ujian. Namun demi mengalahkan Aži Dakāha, atau Master Penyelenggara yang bisa menyegelnya, kita akan membutuhkan seseorang dari Spesies Terkuat atau seseorang dengan kekuatan bertarung setara Pasukan Agung. . ."}

"Bagaimana dengan Kouryuu?"

[Mahaguru Penghancur Lautan], Raja Iblis Saurian.

Pernah bertarung bersama [Mahaguru Setara Surga], Sun Wukong, dan [Mahaguru Penenang Surga], Raja Iblis Banteng, melawan para Dewa dalam kericuhan besar, dia mungkin memiliki satu per satu juta kesempatan menang.

Tapi, ditolak oleh Asuka.

"Sangat disayangkan, tapi Kouryuu menghilang. Begitu pula Sandra, Willa, Jack, juga Master cengeng [Perseus]. Kita dalam keadaan dimana pengungsi telah diatur oleh [Salamandra]."

Yō menelan ludah. Situasinya lebih buruk dari yang ia bayangkan, dan ia kehilangan kata-kata.

—Benar-benar tidak ada pergerakan yang bisa mereka buat. Yō teringat kembali tentang betapa luluh lantaknya situasi mereka. Tidak termasuk penjaga belakang Asuka dan Pest, pasukan utama hampir musnah.

". . . Ini menyusahkan. Tanpa Izayoi, kita bahkan tidak bisa memikirkan strategi yang benar."

Tidak mampu mengontrol rasa frustasinya, Asuka mengucapkan kata-kata itu untuk mengejek dirinya sendiri.

Hingga sekarang, seluruh pertarungan melawan Raja Iblis telah dikoordinasikan dan diarahkan oleh Izayoi. Bahkan negatifnya, mereka terlalu bergantung padanya. Meski dalam arti memutar, alasan [No Name] mampu bertarung melawan para Raja Iblis adalah usaha dari Izayoi. Melampiaskan rasa frustasinya pada diri sendiri setelah tidak mampu melakukan apapun, Asuka merasa,

*Zugashu!*

Kesakitan. Bukan hatinya, tapi secara fisik, kepalanya yang sakit.

Dia mengingat sensasi rasa sakit tumpul dari sudut tak terlihat. Bergeleng sambil menggenggam palu berbentuk silang yang jatuh dari langit, Asuka berseru dengan vena menyembul di pelipisnya.

“Wi. . . WILLA IGNIS FATUUS! Kau di sana kan?! Cepat keluar!!!"

Uhh, suara pekikan terdengar, dan Willa jatuh dari langit.

Willa berekspresi menyesal, melihat kelompok itu dengan ketakutan.

"Aku, aku minta maaf."

"Kamu sengaja ya?! Aku sudah kamu pukul dengan benda tumpul dua kali! Tidak bisakah kamu menyapa secara normal?!"

"C, cukup. Tenanglah Asuka. . . Willa, kami senang kamu selamat. Kami sempat khawatir karena kamu mendadak hilang."

Yō menghentikan Asuka dengan senyum masam. Willa hampir menangis karena dimarahi. Setelah menyeka air matanya dengan lengan baju, dia meminta maaf sekali lagi.

"Aku, benar-benar minta maaf. . . Ketika naga itu datang, akulah yang pertama kali kabur. . . Aku merasa bersalah bergabung denganmu."

"Aku masih penasaran alasanmu memukul orang dengan benda tumpul."

Dengan tambahan kata-kata pahit Asuka, Willa menurunkan bahunya.

Almathea menghentakkan tapak kakinya dan menarik perhatian yang lain.

{"Bagaimanapun, ini adalah situasi mengerikan dengan ketidakhadiran sang Pemimpin dan Taktisi. Aku dan Master akan mewakili Komunitas dan memperingatkan [Salamandra], kemudian menuju garis depan. Apa ada yang keberatan?"}

“Eh He'em. Aku setuju. Pest?”

“. . . Tidak keberatan!"

{“Baiklah. Silakan naik.”}

Menghentakkan tapak kakinya, meminta Asuka menunggangi punggungnya. Asuka yang sempat ragu kemudian naik ke punggungnya sambil meraih kendali. Melompat dari bahu Deen, Almathea berlari melewati jalanan bukit menuju anggota [Salamandra] yang sedang berjaga dalam proses evakuasi. Kebanyakan pengungsi tidak membawa koper, dan berekspresi kelam sambil berjalan dalam barisan. Bukan hanya Raja Iblis telah datang, namun kota yang telah lama mereka tinggali juga hilang. Ada beberapa yang melihat kembali ke Kota Kouen yang telah tenggelam oleh lahar cair sambil menahan air mata.

Asuka yang merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya, melihat ke belakang.

Punggung bukit raksasa telah diselimuti oleh lelehan batu dan memancarkan cahaya mengerikan. Memikirkan orang itu bertarung di suatu tempat di puncak itu, dia menggemeretakkan giginya malu.

Berpegangan pada Almathea yang berlari, ekspresi Asuka berubah menjadi masam.

". . . Alma. Bisakah Izayoi menang melawan dia?"

("Tidak bisa. Tidak ada yang bisa mengalahkannya. Melawan monster yang bahkan membutuhkan Pasukan Agung untuk menyegelnya, mustahil seorang manusia saja bisa menang."}

Dia bicara dengan terus terang. Itulah caranya menjadi baik. Jika tidak dia katakan, Alma tahu jika Asuka pasti akan pergi untuk membantunya.

Asuka mempertimbangkan perasaannya dan hanya menatap punggung bukit.

". . . Tetap saja, Izayoi akan baik-baik saja. Kita harus melakukan yang kita bisa."

{“Benar. Terima kasih telah mau mengerti.”}

Gemuruh menggema saat Almathea menambah kecepatan, berubah menjadi petir.

—Segera, perubahan terjadi.

{“Master, berpegangan yang erat!”}

Eh? Segera setelah dia membuat suara itu, Almathea meluncur ke udara.

Awalnya Asuka tidak mengerti apa yang terjadi, namun memahami situasi dari panasnya udara yang menyikat pipinya. Ketika melihat ke bawah, mereka bisa melihat jalanan yang mereka lewati tadi telah meleleh oleh api merah gelap.

{“Ada musuh! Dan bukan musuh sembarangan!”}

Segera setelah Almathea berseru, kayu di dekat jalanan menembakkan bola api, terlempar mengarah mereka. Memijak udara layaknya pijakan batu, Almathea menghindari bola-bola api yang bergerak cepat sambil mencari pelaku penyerangan. Saat melihat ke arah kayu, bayangan raksasa menyelimuti mereka berdua.

“Alma, di atas!!”

Seketika, Almathea mendongak ke langit.

Merasa teralihkan, Almathea menatap musuhnya dan terkejut dua kali.

—Seekor naga besar dengan dua kepala, tubuhnya terbuat dari marmer putih. Satu-satunya daging adalah mata merahnya, berkilau dengan sinar mengerikan sambil menatap mangsanya.

Mata-mata itu tidak memiliki perasaan. Makhluk ini tidak memiliki emosi. Satu-satunya motivasi bergeraknya adalah untuk memburu musuh.

“GEEEYAAAAaaaa!!!”

Meraung, Naga Berkepala Dua mengangkat taringnya dan menyerang.

Menyadari bahwa dia tidak bisa kabur dari serangan ganas itu, Almathea mengabaikan bentuknya sebagai Kambing Gunung dan menjadi besi cair. Menggunakan tubuhnya yang terbuat dari Adamantium, dia membungkus Asuka dan berfokus untuk melindunginya.

Menerima pukulan langsung, bola besi itu mengenai kayu di samping jalanan. Meski tubuhnya sudah terlindungi, Asuka masih merasakan dampaknya.

Mengerutkan dahi pada rasa sakit yang dideritanya, Asuka bertanya:

"Alma. . . itu?"

{"Iya, itu adalah kloning Aži Dakāha! Itu bukan monster biasa! Tolong anggap masing-masing mereka sekuat setelah mendapat anugerah!"}

Mengembalikan bentuknya menjadi Kambing Gunung, Alma menaruh Asuka di atas tanah.

Teriakan para pengungsi yang diserang oleh Naga Berkepala Dua terdengar. Jika tingkat kekuatan naga itu setara dengan yang diberi keagungan, yang bisa bertarung dengannya terbatas. Ingin bergegas menuju dia, Asuka menunggangi punggung Alma, namun pohon-pohon berjatuhan di depan mereka, mencegah keberangkatan.

"Ada satu lagi. . .?!"

{"Master, tolong segera beri aku anugerah. Musuh kali ini tidak bisa dihadapi dengan Hadiah biasa. Pertarungan dengan penentuan cepat akan jadi yang terbaik."}

Menyakiti tapak kakinya pada tanah, dia berkonsentrasi untuk mencari tahu lokasi musuh. Meski musuhnya tak terlihat, keberadaan yang menyelimuti kayu sangat kuat. Pohon-pohon berdenyut bersamaan, membuat mereka seolah satu jenis makhluk hidup.

Saat Almathea bicara, menyembunyikan kekuatan mereka sama sekali tak berguna. Asuka membuat keputusan, mengeluarkan Kartu Hadiah merah anggurnya, lalu memanggil empat permata dan seruling angin.

Ketika mereka bersiap bertarung, teriakan keras terdengar.

“Gyyyaaaaaaaaaa!!!”

“Naga! Seekor Naga Berkepala Dua muncul!”

“Pasukan Naga Api, segera membuat garis pertahanan! Pasukan Naga Kecil, percepat laju pengungsi!"

Diantara seruan dan jeritan, bising ledakan terdengar. Bahkan dari jarak jauh tiang api bisa terlihat berdiri dalam gelombang kepanikan.

Sambil merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya, Asuka berbalik menatap ujung prosesi.

(Kasukabe. . . Pest, Deen. Kuserahkan sisanya pada kalian.)

Mendoakan rekan-rekannya, dia memberikan Almathea permata yang meniru keagungan. Merasakan peningkatan kekuatan spiritualnya, Almathea secepat kilat menuju Naga di dalam hutan.


Bagian 2[edit]

Kasukabe Yō memasuki mode bertarung sebelum Almathea diserang oleh marmer Naga Berkepala Dua.

“Asuka……….!”

Seketika, dia mengaktifkan [Pohon Genome]. Sayap di kakinya bukan milik Pegasus. Peralatan baru dengan cakar tajam di ujung kakinya didasari oleh Eudemon yang lebih jahat.

Peringkat ketiga puluh dalam tujuh puluh dua tiang Solomon, Binatang Iblis [Marchosias].

Dengan sayap gryphon dan berekor ular, Eudemon Generasi Ketiga jenis serigala.

"Bertahanlah, aku akan menyelamatkanmu. . .!"

Dia memancarakan angin berkilauan dari Gryphon dan Pegasus, dan juga melepaskan api neraka dari serigala iblis.


—[Marchosias] adalah serigala iblis dengan urutan tertinggi di antara Eudemon Generasi Ketiga. Disamping keturunan naga, yang mampu mengalahkannya juga terbatas. Meski di barisan terendah, itu adalah Eudemon yang pernah mencapai tingkatan Raja Iblis.

Meski itu adalah binatang buas yang mampu melepaskan api neraka dari mulutnya, kelayakan sejatinya tidak dalam kemampuan bertarung.

Bagian kekuatan itu menyelamatkan Yō dan Kuro Usagi sekejap kemudian.

". . .! Kuro Usagi! Pegangan!"

“Heh? Y, yes!”

Kuro Usagi sempat kebingungan, namun dipaksa bergerak oleh hasutan Yō dan memegang tangannya. Sambil memeluknya, Yō melompat ke sisi Deen.

Sesaat kemudian, sejumlah besar peluru api menembaki mereka berdua dari jejak binatang.

Yō melepas angin berkilauan dan kecamuk api di sekitar untuk melindungi mereka berdua. Dengan Hadiah Eudemon Generasi Ketiga urutan tertinggi, badai api tidak goyah sedikitpun meski menerima rentetan serangan api.

“Yō! Belakangmu!!”

Kuro Usagi berseru. Naga berkepala dua yang memukul keras Asuka merubah mangsanya dengan menatap Yō.

Tapi Yō dengan tenang memutar badan dan mengambil pedang mematikan dengan tendangan kiri. Pada waktu yang sempurna, sebelum dia kewalahan, dia melesat ke dadanya.

Marmer Naga Berkepala Dua dengan berani menerima serangan Yō dan menegangkan tubuhnya. Lebih tepatnya, seperti tidak mengira akan ada serangan balik saat itu.

Setelah meluncur ke dadanya dan berputar di udara, Yō menembak keduanya dari rahang bawah naga berkepala dua.

“Gya…..!”

“L, luar biasa!"

Kuro Usagi mengucapkan teriakan kekaguman sambil dipegangi Yō.

Menilai hanya dari serangan dan bertahan, kekuatan fisik Yō tidak membuat Kuro Usagi memucat.

Jika fakta bahwa dia bisa berakselerasi di udara juga dihitung, bisa dikatakan jika dia telah melewati si kelinci. Lebih mendekati gaya bertarung binatang ketimbang seni bela diri, namun caranya menggunakan hadiah dengan benar membuat gaya bertarungnya bersinar lebih terang.

(Aku tahu dia berbakat, tapi kecepatannya berkembang jauh lebih cepat dari yang diharapkan. . .!)

Naga berkepala dua yang rahangnya berlubang jatuh saat darahnya menghujani tubuhnya. Itu bukanlah luka fatal, namun sepertinya cukup untuk membuatnya pingsan sesaat.

Setelah melihatnya jatuh, tatapan Yō tepat mengarah ke kayu di tikungan jalan.

Mengkonsentrasikan api ke kaki kanannya, dia membuat badai api dan membakar hutan.

“H, hey Yō?”

Menerima kecamuk udara panas, Kuro Usagi menjerit.

Sementara itu, badai api bergerak saat membakar hutan. Bahkan para pengungsi juga berteriak, namun mereka telah terlindungi dari panas oleh tubuh raksasa Deen yang membuat panas dari api itu mundur.

Itu adalah strategi yang tidak diharapkan dari Yō, hembusan yang berani juga berskala besar.

Namun di mata Yō, tidak ada cahaya kemenangan, dan menunjukkan peningkatan pencegahan.

Naga berkepala dua tertelan oleh badai, namun tetap tidak terluka meski duduk di tengah badai.

Mendadak meluncur turun, Yō mendekati Willa dan menyerahkan Kuro Usagi padanya.

"Willa. Tolong kawal para pengungsi dan Kuro Usagi. Yang bisa melindungi mereka adalah kamu."

“Aku? Terus, apa yang akan kamu lakukan?"

“Akan kuhentikan mereka. . . Tidak."

Dia menghentikan ucapannya sendiri. Ini jarang bagi Yō yang cukup terang-terangan.

Menatap angin topan berapi-api yang telah dia lepaskan, dia berkata dengan nada yakin.

"Dua naga itu. . . Akan kukalahkan. Jadi Willa, tolong jaga Kuro usagi. . .!"

Meningkatkan semangat bertarung dan angin berkilauan, dia melesat.

Seketika, angin topan berapi-api terbelah menjadi dua oleh naga berkepala dua.

“Willa! Deen! Pest! Kuserahkan sisanya pada kalian!"

“P, paham!"

“DEeEN!”

“…………..,”

Willa berteleportasi menuju pasukan utama [Salamandra]. Deen berdiri paling belakang, menaruh yang terluka dan berjalan pelan ke pundaknya lalu meningkatkan lajunya. Pest membuka mulutnya seolah ingin mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya tidak berkata apapun saat melepaskan angin hitam ke sisi prosesi untuk merapatkan pertahanan.

Yō melepaskan aura kekuatan tajam, dan berdiri di depan naga berkepala dua.

Yang keluar dari angin topan adalah naga merah gelap yang terbuat dari lahar cair. Menggantikan darahnya, lahar mengalir dan berdenyut, memberinya kesan mewakili monster.

Namun meski menghadapi sosok langka, perasaan Yō tetap tenang.

Atau lebih tepatnya, sangat dingin.

". . . Lawanmu, adalah aku."

Tanpa berpikir, kata-kata itu keluar.

Bahkan mengejutkan dia sendiri, jelas ada suara kemarahan di dalamnya. Menyadari sumber perasaannya ada di depannya, dia meningkatkan suaranya dan berseru pada dua naga berkepala dua.

"Karena kalian. . . Izayoi secara tidak adil mempertaruhkan nyawanya. Aku bertarung melawan Raja Iblis Maxwell, dan akhirnya akan bertarung dengan saling bahu membahu."

Kata-kata terakhir Izayoi adalah Bawa Kuro Usagi dan Pergilah!

Namun yang sesungguhnya ia ingin dengar itu sederhana.

Bertarunglah denganku melawan Raja Iblis. Namun kata-kata itu tidak pernah terdengar hingga akhir.

Yō tahu jika tingkat kekuatan mereka sangat jauh berbeda.

Namun akhirnya, dia melihat punggung kekuatan yang ingin dia raih. Dia akan bertarung bahu membahu bersamanya, dan hidup bersama dalam suka dan menyenangkan.

Namun punggung itu menghilang sekali lagi.

Mungkin, terlalu jauh hingga tangannya tidak mampu meraihnya.

"Akan kulindungi Kuro Usagi. Itulah janjiku pada Izayoi. Itulah kenapa, akan kulihat Kuro Usagi menuju [Gerbang Astral]. . . Setelah itu, aku bebas memilih."

Kemarahannya meluap, namun tidak terarah.

Itu jelas mengarah pada musuhnya, namun juga ketidakmampuan dirinya sendiri. Dia sangat ingin tinggal bersama Izayoi untuk membantu, namun tidak mampu memaafkan dirinya sendiri karena tidak mampu melakukannya.

—Demi kedua alasan dan keuntungan, dia mengabaikan rekannya.

Demi mendapatkan kembali apa yang telah dia abaikan, tidak dibutuhkan bukti.

Bukti bahwa dia bisa mendapatkannya kembali, bahkan jika dia harus mengatasi tumpukan reruntuhan, dan membelah neraka.</ref>Masih curhat tentang Izayoi, Yō mikir seolah Izayoi terkubur dalam reruntuhan atau sudah tewas.</ref>

Menggenggam [Pohon Genome], untuk membuktikan diri, bibir Yō berucap nama Eudemon baru.

"Pohon Genome. . . Terbentuklah, [Vinama Garda][3]. . .!!!"

Sekejap, angin emas mengelilingi Kasukabe Yō.

Bentuk [Marchosias] meleleh, beralih ke kain rami yang melingkar di sekitar yō. Kain tanpa lengan berubah menjadi pakaian ritual pelindung, dan di kepalanya ada [katsyusha][4] dihiasai bulu di atasnya.

Cahaya penerang yang bersinar seolah mencerahkan malam yang gelap.

Setara dengan cahaya matahari.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v8 p66.jpg

Merasakan kemegahan angin emas, para naga berkepala dua mundur.

—Takut, keluarga Dewa Jahat.

Kemilau ini adalah Hadiah emas yang membakar seluruh kotoran. Dalam pengetahuan India, dia telah menghapuskan Mara, dan berjanji untuk menang melawan Dewa Perang, manusia setengah burung pembunuh Dewa Jahat.

"G. . . Garuda yang Hebat? Spesies yang sama kuatnya dengan Raja Iblis Roc?!"

Tapi, tidak mungkin! Mustahil! Apakah [Pohon Genome] memiliki kekuatan untuk mewujudkan spesies itu?"

Keheranan Kuro Usagi bisa dimaklumi.

[Pohon Genome] yang mewujudkan makhluk legendaris seperti Kirin, Pegasus, dan Marchosias, namun Eudemon ini terpisah dari dunia.

Tidak, seekor Garuda tidak bisa dikategorikan sebagai Eudemon.

(Api dari Sayap Emas memang asli. . . Tapi tidak mungkin dia bisa menggunakan kekuatan dari Spesies Terkuat tanpa resiko! Yō pasti harus membayarnya dengan sesuatu agar bisa menggunakan kekuatan melebihi kemampuannya. . .?!)

Melihat cahaya yang Yō kenakan, Kuro Usagi tidak mampu menahan kekhawatirannya.

Namun perasaannya sama dengan Yō.

Graiya Grief, yang juga menggunakan [Pohon Genome], pernah menyatakan adanya suatu resiko. Hadiah ini tidak diragukan lagi ada biaya tersembunyi.

(Sampai sekarang, aku takut akan adanya resiko. Itulah alasanku membatasi Eudemon yang kugunakan. Namun ketakutan itu. . . Membuat Izayoi bertarung sendirian. . .!!!)

Kekuatan besar yang tinggal di dalam tubuhnya. Jika dia mampu menghasilkan kekuatan seperti itu, dia tidak akan diperlakukan sebagai seseorang yang menghalangi jalan. Jika dia menggunakan kekuatan itu, Izayoi pasti akan mengatakannya.

Dia akan berkata: "Bertarunglah bersamaku melawan Raja Iblis".

"Aku tidak akan merenung lagi. Aku akan mengalahkanmu. . . Dan pergi membantu Izayoi. . .!!!"

“GEEYAAAAaaa!!!”

Naga berkepala dua dan Garuda yang Hebat bentrok dalam serangan depan.

Keduanya dengan alasan masing-masing di dalam hati, pertarungan semakin intensif.


Translator's Notes[edit]

  1. Prosesi=semacam arak-arakan yang biasa untuk pawai, namun di sini untuk menjaga jalannya proses evakuasi
  2. Ujian terakhir kemanusiaan
  3. sekilas penvetahuan dari [Edenhall] —>> Vinama adalah plesetan dari kata Vimana, kereta terbang atau kuil terbang di buku Sansekerta. Garda adalah plesetan lain dari kata Garuda. Namun, perwakilan modern Vimana berarti pesawat. Dengan kata lain, dalam permaian kata-kata, Yō tidak sengaja menjadi Pesawat Garuda Indonesia <<— Membacanya, hariku mendadak cerah :v
  4. Mengacu pada penutup kepala yang dibuat untuk menurunkan rambut. Dikutip dari [Edenhall], katanya cuma orang-orang Jepang yang nyebut ikat kepalanya begitu.
Kembali Ke Halaman Utama