Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 8 Bab 3

From Baka-Tsuki
Revision as of 01:36, 16 November 2019 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Bab 3== ===Bagian 1=== Hutan di dekat kota terus berubah menjadi lautan pepohonan.<ref>Si author seneng banget bahas lautan :v</ref> Akar-akar pohon yang berdenyut saling...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 3[edit]

Bagian 1[edit]

Hutan di dekat kota terus berubah menjadi lautan pepohonan.[1]

Akar-akar pohon yang berdenyut saling bertautan dan membuatnya mirip suatu makhluk hidup. Naga berkepala dua yang terlahir dari pohon busuk mencoba untuk menyerap hutan dan menaklukkan wilayah. Pohon busuk yang telah dianugerahi keagungan sebagai naga berkepala kembar menyerap binatang di dalam hutan dan dengan cepat berubah menjadi Dewa wilayah.

Namun naga berkepala dua bukan Dewa yang menganugerahkan keberkahan.

Dia adalah makhluk kejam yang memakan berkah panjang umur negeri itu.

Naga berkepala dua melahap hutan beserta penghuninya. Keinginan yang dicuri dan menjadi monster pohon, pepohonan hutan menghancurkan negeri.

Air yang terkumpul selama ratusan tahun diserap semuanya oleh para akar pohon besar.

Tanah subur yang penuh nutrisi mulai berubah pucat warnanya, layaknya gurun.

—Gunung-gunung juga menjadi satu dengan naga.

Jika naga berkepala dua yang menelan gunung mulai menyerang para pengungsi, pembasmian tak terhindarkan. Dan jika tumbuh lebih besar lagi, wilayah yang jauh juga akan terkena dampaknya.

Naga berkepala dua dari pohon busuk membesar dengan tamaknya.

Sambil menyebarkan akarnya, dia menyadari jika ada wilayah yang tidak bisa ditelan.

(…………)

Meski dia monster tanpa kecerdasan, dia memiliki kebijaksanaan yang bisa digunakan dalam bertarung. Wilayah yang akarnya tidak mampu ditembus, kemungkinan besar memiliki Dewi wilayah asli.

Naga berkepala dua dari pohon busuk menggertak, menunjukkan taringnya.

Tempat yang dia kira adalah hutan kosong kebetulan memiliki Dewa penjaga. Dia berantusias ketika menemukan pesaing.

Penyerang selalu memiliki pengikut. Itu dibutuhkan. Itu adalah kenikmatan dibanding yang lain.

Demi menelan tanah, lautan pohon mulai menyerang.

(………………….?)

Mendadak, dia menghadapi permusuhan tak terduga

Sang naga telah kehilangan kendali atas pohon-pohon yang menyerang. Tidak, bukan hanya pepohonan itu, namun Dewa Penjaga juga mulai mengambil kembali tanah yang telah diserang tanpa perlawanan.

Kecepatan menyerangnya melebihi naga berkepala dua.

Sumber air yang menyusut dengan cepat kembali penuh, dan nutrisi-nutrisi kembali pada tanah tandus. Dewa Penjaga yang mendadak muncul mengambil kembali wilayah yang diserang naga berkepala dua dengan kecepatan tiga kali lipat.

“—GEEEYAAAaaa!!!!”

Naga berkepala dua mengambil keputusan cepat.

Dia memaksa memotong berkah itu dari sisa hutan yang tadi diserbunya. Bahkan jika kalah dalam kecepatan menyerang, kekuatan bertarungnya masih lebih baik.

Naga berkepala dua dari pohon busuk melesat menuju musuhnya secepat angin.

Namun lesatannya dicegat oleh dinding besi.

{“Jadi kau menampakkan diri, kloningan!"}

Berubah menjadi makhluk dengan aliran energi, Almathea menyeruduk perut naga berkepala dua dengan kecepatan kilat. Tanduknya tertancap dalam ke perutnya.

Namun, gerakan itu berbalik padanya.

Menyebarkan nektar ketimbang darah, sang naga menciptakan iblis baru dari nektar. Kebencian dalam bentuk ular mulai melilit kaki Almathea, menahannya.

{“Pikirmu bisa berhasil!”}

Dari wolnya mengalir listrik. Ular-ular terbakar hingga hangus, berjatuhan dari kakinya.

Namun gerakan itu cukup membuat sang naga melewatinya.

Menyelinap ke belakang penjaga dari Binatang Bintang, naga berkepala dua bergerak menuju musuhnya. Merasakan keberadaan yang semakin kuat, dia berhenti.

—Lonceng yang menggema. Suara seruling yang memotong angin.

Dua suara yang berkebalikan mencapai organ sensor pendengaran naga, dan membuatnya terhenti.

“………………………..!!?”

Segera setelah dia menghentikan langkahnya, pepohonan mulai memberontak pada naga berkepala dua. Kekuatannya bahkan lebih tajam dari saat dia yang mengendalikan.

Akar-akar menjadi tombak, dan dedaunan menjadi pedang. Bumi menjadi kepalan keras dan mulai memukuli sang naga. Setiap serangannya memiliki kekuatan untuk melukai naga berkepala dua.

“GEEEYAAAaaa!!!!”

Menerima pemberontakan dari hutan, sang naga berteriak.

Naga berkepala dua dari pohon busuk akhirnya tersadar.

Kehadiran yang mengusir penyerangan yang dilancarkannya. Wilayah yang sempat jatuh, kini memiliki isyarat kesucian. Jika hanya Dewa Wilayah saja yang merampas kembali teritorinya, tidak mungkin berakhir seperti ini.


—Ini jelas bukan perbuatan Dewi Wilayah. Roh Dewa yang setara dengan Dewi Bumi, telah memberikan Keagungan pada negeri. . .!

"—Pemulihan wilayah, Penganugerahan negeri selesai. . .!! Hasilnya sangat memuaskan ketika dilakukan dengan cepat! Kamu pasti tidak akan mengeluh kan, Almathea!"

Mendengar suara Asuka, Binatang Bintang Kambing Gunung mengembik. Membuat seluruh tubuhnya menjadi kilatan petir, dia melesat ke depan naga, menghadapinya.

{"Aku bahkan tidak bisa berkata "lumayan". Kerja bagus, Master. Aku tahu tidak ada orang lain yang bisa menguasai [Kerajinan Kuil] dalam waktu sesingkat ini."}

Almathea memuji tanpa menahan diri.

Namun di waktu yang sama, dia memikirkan bakat tak ternilai tuannya.


—Terlahir dengan Hadiah berharga yang memberikan kepada lainnya Keagungan sesungguhnya, Kudou Asuka.

Di tangannya, dia memegang seruling pemotong angin yang pernah menjadi milik iblis yang bersekutu dengan [Grim Gimoire Hamelin], Ratten, dan telah dikostumisasi oleh Jack.

Awalnya, itu adalah Hadiah yang mengendalikan hati manusia dengan suaranya, namun diubah Jack menjadi Hadiah yang "dengan suara yang memotong angin, akan memberitahukan kata-kata pemegangnya pada yang lain".

Jika seseorang selain Asuka menggunakannya, hanya akan menjadi hadiah sederhana untuk berkomunikasi, namun dengan Hadiah yang memberikan Keagungan pada orang lain melalui ucapannya, efeknya berubah drastis.

Penyebaran luas Pengagungan pada negeri, menahan musuh, Hadiah benteng dan rekan-rekannya.

Seluruh pilihan bisa dilakukan dengan satu tindakan. Memasangkannya dengan perisai ghoib Almathea, menyebutnya [Benteng Kuil Suci], tidak buruk juga.

Dua hal yang jelas dibuat demi kebaikan Asuka.


(Bakat yang tak tertandingi. . .! Master tanpa perlu dipertanyakan lagi terlahir untuk menjadi pemimpin dari para Dewa.)

Namun jika memang begitu, berbagai teka-teki bermunculan.

Pertanyaan terbesarnya adalah tubuhnya.

Jika penglihatan Almathea benar, tubuhnya memanglah tubuh manusia. Jika tertiup, dia akan terbang, dan jika jatuh, dia hancur. Tubuh yang rapuh.

(Kudengar jika Master dianggap sebagai jenis fenomena Atavistik[2] oleh seorang kenalan, namun tidak akan menjelaskan apapun. Lalu kemungkinan terbesarnya adalah tubuhnya saat ini hanyalah sementara. . .)

“Alma! Mulailah fokus!"

Alma kembali dari pikiran terdalamnya. Sekarang bukan saatnya membayangkan keaslian Masternya. Sekarang adalah saatnya berkonsentrasi pada musuh di hadapannya.

Merubah seluruh tubuhnya menjadi tubuh Adamantium, dia sekarang menekan naga berkepala dua dari pohon busuk. Merubah bentuknya sekali lagi menjadi tubuh logam sepenuhnya, dia memberi isyarat masternya.

{“Master, Sekarang!”}

Asuka melemparkan kristal dengan Hadiah api, dan menggoyang seruling pemecah anginnya.

Suara mirip lonceng menggema di udara.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v8 p86.jpg

Tidak lama kemudian, kristal itu berubah menjadi konsentrasi panas besar dan membakar pohon busuk. Awalnya, itu adalah Hadiah api sederhana, namun dengan mengembangkan kekuatan spiritualnya bisa menambah daya rusak sementara yang setara dengan api neraka.

Apinya menjalar ke hutan naga, memukul tepian pegunungan, dan membuat lubang besar.

“GEEEYAAAaaa!!!!”

Dengan tubuh yang terbagi menjadi delapan, naga berkepala dua dari pohon busuk tercerai berai.

Setelah melemparkan teriakan kematian, sang naga kembali ke bumi, dan tidak bergerak lagi.

"Aku. . . Berhasil. . .!"

Terengah-engah, Asuka menyeka keringatnya yang berkilau, dan menikmati senasai kemenangan. Menang melawan pasukan utama musuh seberbahaya ini dan hampir kalah adalah pertama kali bagi Asuka.

(Jadi ini [Kerajinan Kuil]. . .Aku tidak menyangka akan berjalan sebaik ini hanya dengan Hadiah yang kumiliki. Jika aku menyertakan Deen dan Melin, aku mungkin bisa mengeluarkan kekuatan menakjubkan. . .!)

Peri panah Melin, Deen boneka Besi Suci Langka, dan Binatang Bintang Kambing Gunung, Almathea.

Jika dicocokkan, sebuah Permainan yang belum pernah dilakukan sebelumnya bisa saja terjadi.

Dari area terbakar, Almathea kembali. Menderapkan tapak kakinya, dia memuji Asuka dengan wol membara.

{"Ini kemenangan mutlak. Selamat, Master. Kamu melawan naga itu dengan sangat baik. . . Sejujurnya, aku sempat mengira Master sebagai gadis tidak berguna."}

". . . Tidak mengucapkan kata-kata itu dan tetap menyimpannya dalam hati akan membuatmu menjadi pelayan yang lebih baik."

Meletakkan tangannya ke pinggang, dia menghela nafas.

Di saat yang sama, pancaran cahaya menyelimuti punggung bukit raksasa.

Panas yang berhembus dari jauh mencapai Asuka, dan efek sinarnya menembus kelopak matanya.

Asuka menutupi mata dengan tangannya, dan melihat ke arah punggung bukit.

"Cahaya ini. . . Apakah Izayoi. . .!"

Dia baru pertama kali melihatnya, namun cahaya ini sama dengan cahaya yang membunuh Naga Raksasa. Penyebaran cahaya tak terhingga di atap Taman Mini dan menyerap cahaya bintang.

Bentrok antar dua kekuatan memudar cepat, dan hutan kembali gelap.

{". . . Aku terkejut. Demi melawan Aži Dakāha, dia masih bertarung!”}

“Izayoi……..!”

Dia masih hidup. Izayoi masih berjuang. Kenyataan itu mencerahkan wajahnya.

Asuka menggenggam seruling yang ia pegang erat, [Seruling Hamelin Pemotong Angin], dan bertanya.

". . . Alma. Aku bisa bertarung. Dengan ini kita akan pergi ke Izayoi dan membantu. . ."

{"Mustahil. Sama saja dengan bunuh diri."}

Jawaban langsung. Suara Almathea menunjukkan jika dia tidak akan bergerak dalam masalah ini.

{"Jika ada yang bisa membantunya, mereka adalah Pasukan Agung; komunitas yang terbuat dari Dewa Perang. Jika mereka mulai bergerak, Aži Dakāha akan disegel lagi. Apa yang bisa kita lakukan sekarang adalah berdoa agar Pasukan Agung segera bertindak."}

". . . Bisakah mereka dipercaya? Para Dewa di Pasukan Agung."

{"Tentu saja. Mereka ahli dalam memburu Raja Iblis Kuno yang tidak mampu ditangani [Master Lantai]. Dengan dipimpin dua belas Dewa, mereka adalah kelompok Dewa Perang yang berkumpul dari berbagai mitologi. Saat ini, seharusnya [Bangsawan Taman Mini] sudah melapor ke Indra."}


—eh? Suara terkejut muncul.

“Alma. Itu. . . Apa maksudmu?"

{"Seperti yang kubilang. Hak untuk menggerakkan Pasukan Agung hanya menjadi milik [Bangsawan Taman Mini]. Di markas besar mereka, Kota Bayangan Bulan, di sana ada [Gerbang Astral] yang secara ekslusif digunakan oleh Pasukan Agung yang disebut [Touriten], dan dari sana—"}

"[Bangsawan Taman Mini] telah dimusnahkan dua ratus tahun lalu."

………..?


—Almathea memiringkan kepalanya.

Setelah mendengarkan kata-kata Asuka, pikirannya terhenti. Meski mereka hanya kenalan, tindakan ini pasti jarang ia lakukan, pikir Asuka.

Usai pikirannya terhenti sesaat. . . Kambing Gunung itu kembali sadar, menggigit kain Asuka dan bergegas pergi.

{"K, kenapa hal penting itu tidak kau katakan sejak awal!"}

"Tapi sudah dua ratus tahun berlalu! Kupikir kamu sudah mengetahuinya!"

{"Tolong diamlah! Aku tertidur lebih dari seribu tahun! Bagaimana mungkin aku bisa tahu rincian itu!"}

Tentu saja. Hingga kemarin dia masihlah bulu domba. Dia tidak akan tahu apa yang terjadi di dunia secara rinci.

{"Ini buruk. . .! Ini kemungkinan skenario terburuknya, Master! Jika [Touriten] tidak bisa digunakan, itu berarti Pasukan Agung akan bergerak secara terpisah dari dua belas Dewa!"}

“Seburuk itukah?"

{"Sangat buruk! Tergantung Dewa Perang mana yang bergerak, mereka bisa saja bersifat lebih buruk dari Aži Dakāha! Jika hanya Dewa Yunani atau Dewa Nordik, aku masih punya wewenang, dan ada kesempatan penyelamatan, tapi. . . Jika Dewa Slavia atau Malaikat yang terpanggil, berakhir sudah; kita mungkin ada dilenyapkan bersama seluruh Utara. . .!"}

Wha, Asuka kehilangan kata-kata. Itu seperti meletakkan gerobak di depan kuda.

Agar bisa menghancurkan Raja Iblis, mereka akan membakar kota beserta Raja Iblis.

"Apa-apaan. . . Mereka pasti tidak waras!"

{"Begitulah adanya. Beberapa Dewa Perang dan para Malaikat pada dasarnya adalah mesin perang tanpa hasrat. Bertarung dan menang, melakukan keduanya dan segalanya akan baik-baik saja. Itulah keberadaan mereka. . .!"}

"Bahkan jika mereka melakukan itu semua, mereka tidak mampu mengalahkan naga berkepala tiga, kan?"

Terhadap tanggapan Asuka, Alma mengangguk lesu.

{". . . Benar. Bahkan jika mereka mengorbankan satu wilayah negara, yang mereka lakukan hanyalah menyegelnya."}

"Sungguh hina. Keyakinanku pada Dewa menurun."

Dia mengucapkannya dengan sedingin mungkin. Ada segunung hal lain yang ia ingin ungkapkan, tapi bukan saatnya untuk itu. Jika ucapan Alma benar, mereka harus mundur dari Utara segera.

(Tapi. . . bagaimana dengan, Izayoi. . .!)

Dia masih bertarung di punggung bukit raksasa itu.

Dia masih hidup.

Namun sebagai rekannya, dia bahkan tidak bisa menolongnya. . .!!

{"Perasaan master sangat bisa dimengerti! Namun tolong hanya pikirkan pelarian saat ini! Jika Pasukan Agung yang bergerak adalah rekanku dari Olympus, mereka pasti akan menyelamatkannya. . .!"}

“……………………..”

Dengan putus asa, malu, dan penyesalan, Asuka merasa seolah menggila.

Meski begitu, dia memaksakan diri untuk yakin.

Setidaknya, inilah yang bisa dia lakukan dengan kekuatannya.


Bagian 2[edit]

—Pertarungan Kasukabe Yō dari awal hingga akhir berat sebelah.

Dia bertarung melawan dua nanga kloning, namun kuku musuhnya sama sekali belum mengenainya.

Hati, kemampuan, tubuh, menyerang, bertahan, kecepatan, dan Hadiah yang Yō miliki.

Dalam segala aspek, Yō sungguh-sungguh melampaui kedua naga berkepala dua, dan melenyapkan musuh-musuhnya tidak lebih dari satu menit.

Melihat kekuatannya yang melimpah, para pengungsi menatap Yō seolah-olah melihat kekejian.

“Wow…..”

“Manusia itu, sungguh mengalahkan naga-naga itu. . .!"

"Itu. . . Apa itu benar-benar kekuatan manusia?"

Pasukan Naga Api beserta Mandra yang mendapat laporan mengejutkan, tercengang dengan kekuatan Garuda yang dimanfaatkan Yō.

Namun manusia yang dimaksud, Yō, tidak terlihat memperhatikan hal-hal itu.

“Gu, sakit…….!”

Menahan rasa sakitnya, nafasnya memburu. Namun tidak ada luka yang didapatkan dari lawannya.

Pelepasan api dari Garuda Hebat menahan serangan fisik serta nafas neraka yang dilepaskan oleh kedua naga. Yang melemahkan kekuatannya bukanlah cedera yang didapat dari serangan musuh.

Api Garuda yang dia rilis, menguras tenaganya.

"Y, Yō. Itu terlalu nekat. . .!"

Apinya tidak hanya membakar musuh, tapi juga dagingnya sendiri.

Kukit putihnya menjadi hitam terbakar, dan jari-jarinya mengejang karena sakit. Jelas terlihat bahwa kekuatan yang melebihi batas tubuhnya sedang menggerogoti kekuatannya.

"Tapi. . . Kalau hanya segini, bukan masalah. Luka bisa disembuhkan, dan rasa sakitnya bisa kutahan. . .!!"

Tapi; Jika seseorang mati, hidupnya berakhir sudah.

Setelah bercakap-cakap dengan binatang, dan bahkan tinggal bersama mereka selama beberapa waktu, Yo mengetahui kejamnya dunia.

Binatang di peternakan tahu mereka dibesarkan untuk dimakan. Mereka tahu alasan mereka diberi makanan karena daging mereka akan menjadi makanan manusia.

Bagi manusia yang hidup setelah tahun dua ribuan, mengetahui cara berbicara dengan binatang bukanlah kemampuan yang beruntung. Lebih tepatnya, orang normal akan jadi gila.

Yang lemah adalah daging bagi mereka yang kuat. Baik keinginan dan kehidupan adalah pengorbanan.

Cara hidup seperti ini masih ada meski sudah menyeberang batasan dunia.

Karena dia tahu semua ini, Yō dengan cepat beradaptasi di Taman Mini.

Karena dia tahu hal-hal ktu, dia juga tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.

(Cahaya barusan. . . Itu dari Hadiah Izayoi. . . Kalau begitu, aku masih bisa. . .!)

Dia mencengkeram kedua tangannya yang terbakar. Rasa sakit hebat bisa diatasi dengan ikatan dan kekuatan keinginan.

Namun, ada dinding yang tidak bisa dilewati dua hal itu.

“Eh…….?”

Tanpa ada aba-aba, [Pohon Genome] yang bertranformasi berubah ke bentuk asal menjadi liontin. Tidak mampu terbang, Yō terjatuh. Willa, di udara—

“Wahpu!”

—Tidak mampu menangkapnya. Terlepas dari tangannya, Yō jatuh dari belahan dada Willa. Dalam situasi berbahaya, dia diselamatkan oleh Deen yang berhasil menangkapnya.

“Yō. apa kau baik-baik saja?"

“U, He'em. Trims. Tapi kenapa tiba-tiba. . ."

Dia berhenti tidak wajar. Willa menatapnya khawatir.

Yō menatap tubuh bawahnya, terguncang. Dia menatapnya seolah tidak mempercayai apa yang terjadi, dan juga mulai menatap kebenaran dingin dibalik hasil yang ia peroleh.

". . . Kakiku, gak bisa gerak."

“Eh?”

"K, kakiku gak bisa digerakkan. . .! Bahkan gak bisa mengejang! Kenapa di saat sekarang?!"

Dia memekikkan suara serangan panik. Situasi ini jauh lebih buruk dari tangannya yang terbakar.

Mendadak, menyadari sesuatu, dia berhenti. Mencoba menolak teorinya sendiri, dia mencoba mendengarkan sekelilingnya.

Mengkonsentrasikan kelima inderanya, dia mencoba mengamati sekeliling, namun dia hanya bisa mengumpulkan sejumlah informasi yang bisa didapatkan manusia biasa.

"Hadiah. . . Kekuatannya, hilang. . .?!"

Wajah Yō mendadak pucat. Ini bukan hanya disebabkan perubahan fisiologi.

Tubuhnya mulai kehilangan kekuatannya.

(Tidak. . .! Aku sudah siap pada resiko lainnya, tapi jangan yang ini. . .!)

Terbatuk, dia jatuh. Dari matanya, air mata putus asa menetes.

Dari ucapan Graiya, Yō berpikir jika resiko [Pohon Genome] akan mengubahnya menjadi monster. Namun kenyataannya malah sebaliknya. Harga dari kekuatan berlebih dari yang bisa ia tangani adalah menghilangnya Hadiah dan ikatan.

"Kalau begini, aku tidak bisa membantu Izayoi. . . Dengan menghilangnya teman-temanku. . . . . .Aku, aku. . . . . .!"

Hal-hal yang ia capai, remuk tanpa suara.

Kaki yang diberi ayahnya.

Persahabatan antar spesies.

Ikatan yang dipeliharanya melintasi dunia, semua kembali ke kehampaan.

“—Ku, Ha, Hahahahahahahahaha!!! Wah wah, itu adalah situasi yang tidak pernah kupikirkan! Sepertinya harga dari kekuatan itu lebih besar dari yang diduga!"

Ah, Yō dan Willa mendongak. Mereka berdua mengingat sura dari tawa yang bercampur sindiran tajam.

Saat itu juga, Raja Iblis Maxwell muncul sambil memancarkan udara panas dan dingin.

"Ketika kamu mewujudkan senjata dari kekuatan Garuda Hebat, sungguh membuatku ketakutan, tapi . . . Kuku. Aku tidak mengira akan ada harga yang harus dibayar. Sepertinya Surga bersorak atas romansaku. ”

Memegang wajahnya dengan tangan kanan, wajah Maxwell membawa senyuman gelap.

Willa gemetar memandangi senyuman mengerikan itu, namun sekarang bukan saatnya untuk takut. Memegangi kedua kakinya yang gemetar, Willa berdiri di antara Maxwell dan Yō.

“Maxwell, kali ini aku tidak akan kalah. . .!"

“Ooh, tolong jangan salah paham dulu, pengantinku. Aku datang bukan untuk bertarung. Di dalam situasi kritismu, aku hanya ingin mengawalmu."

“Jijik!”

“Haha, aku senang kamu bahagia!"

Willa menjawab langsung. Maxwell tidak mendengarkan.

Namun tida peduli seberapa mabuknya pada nafsu, keberadaan Raja Iblis ini masih berbahaya. Hari ini khususnya, matanya bersinar dalam kegilaan.

"Willa. Aku sudah mengaca pada perilaku masa laluku. Memang benar aku telah terlalu banyak memberimu hadiah. Dan hasilnya, kamu secara alami tidak mau datang ke sisiku dengan jujur. Kurasa aku sudah cukup meningkat untuk memahaminya."

“Jijik!!”

"Jadi aku mulai berpikir sungguh-sungguh. Memikirkan bagaimana kamu mau kembali ke sisiku tanpa canggung. . . Iya, sampai sekarang, ada banyak alasan kamu tidak bisa datang padaku. Jadi aku berpikir mundur."

Dia mengangkat tangan kanannya setinggi bahu.

Melihat tindakannya, Willa dan Yō membuat resolusi.

—Tapi, tindakan jahat Maxwell melebihi ekspektasi mereka.

"Dengan kata lain, situasi yang akan memaksamu datang ke sisiku. Aku hanya perlu membuat situasi itu!"

Snap! Dia menjentikkan jari. Saat itu juga, satu tiang api melambung di kejauhan.

Jaraknya tidak terlalu jauh dari jalanan. Mungkin di suatu tempat dekat ujung jalan.

Memahami tanda ini, darah kedua gadis itu mengalir dingin.

"Di ujung jalan. . . Tidak, mustahil!!"

“Kau hancurkan [Gerbang Astral]?"

“Haha, tepat sekali! [Gerbang Astral] selanjutnya. . . Berapa ribu kilometer ya jauhnya?"

Maxwell tertawa gelak. Biasanya, meski seseorang itu Raja Iblis, dia akan menghindari untuk menghancurkan [Gerbang Astral]. Menghancurkan sebuah gerbang pada dasarnya sama dengan membuang sebidang tanah ke luar angkasa.

Namun alasan ini tidak berlaku bagi Raja Iblis Maxwell.

Karena mampu berteleportasi, dia tidak membutuhkan keberadaan [Gerbang Astral] sedari awal.

"Fufu. . . Lalu, ayo bernegosiasi, Willa. Kalau kamu bilang akan menjadi pengantinku, dengan kekuatanku, akan kuselamatkan para pengungsi dan teman-temanmu."

“!"

Jadi itulah tawarannya, pikir mereka berdua sambil menggertakkan gigi.

Di situasi ini, para pengungsi dan [No Name] sudah di ujung tanduk. Agar bisa berevakuasi, satu-satunya pilihan adalah mendengarkan ucapan Maxwell.

(Sial. . . Dari seluruh kemungkinan yang ada, inilah yang terburuk. . .!)

Dan di waktu yang sangat mengerikan.

Yō kehilangan kekuatannya, dan tidak ada yang tahu kapan Aži Dakāha akan datang. Jika mereka membuat sangkaan menolak tawarannya, Maxwell pasti akan menelantarkan semua orang di kota.

Lagipula, Willa yang mampu berteleport, bisa dengan mudah melarikan diri.

(Apa yang harus kulakukan. . .?! Apa yang bisa kulakukan?!)


Translator's Notes[edit]

  1. Si author seneng banget bahas lautan :v
  2. Atavistik berarti pemunculan kembali ciri-ciri/sifat-sifat pada seseorang yang sudah lama tidak muncul pada generasi sebelumnya
Kembali Ke Halaman Utama