Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 8 Bab 4

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:10, 19 November 2019 by Ka-el (talk | contribs) (Created page with "==Bab 4== Di kejauhan, raungan menggema. Terkubur di bawah puing-puing reruntuhan, Izayoi terbangunkan oleh suara binatang buas. ". . .Ngomongin diri sendiri, aku memang ta...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 4[edit]

Di kejauhan, raungan menggema.

Terkubur di bawah puing-puing reruntuhan, Izayoi terbangunkan oleh suara binatang buas.

". . .Ngomongin diri sendiri, aku memang tahan banting."

Uhuk, dia berbatuk darah. Sudah jelas jika dia terluka di sekujur tubuhnya. Sebaliknya, kondisinya malah meminta seseorang untuk menghitung bagian tubuhnya yang tidak terluka. Indera sakitnya sudah mati rasa, dan darahnya mengucur deras.

Seluruh tulang dan otot di tubuhnya tercincang.

Fakta bahwa dia masih hidup dalam keadaan seperti ini hampir jenaka.

“. . . Aku kalah, huh."

{“Aah. Kamu kalah, manusia."}

Basaa, Aži Dakāha membentangkan sayapnya dan mendarat. Dia tidak bertarung tanpa cedera. Ujung tangan dan kakinya meneteskan darah karena dampak serangan akhir, dan dia kehilangan sejumlah besar darah mengerikan.

Perbedaan antara keadaannya dengan Izayoi adalah tak satupun lukanya yang fatal.

"Cih. . . Kampret. Kau hampir nggak cedera."

{"Tentu saja. Kekuatan kita saling membatalkan. Fakta kamu masih hidup hanya bisa dijelaskan seperti itu."}

Begitukah, dia bergumam tak tertarik.

Namun yang mengejutkan, perasaannya tidak memburuk ketika dikalahkan.

Dia kalah total, namun itu adalah pertarungan tanpa penyesalan. Dia lakukan yang dia bisa dan memilih setiap metode yang ada.

Jika dia tidak bisa menang, itu berarti dia masih ada kekurangan.

"Yah. . . Aku sudah mengulur waktu. Kalau cuma Nona Muda dan Kasukabe, mereka pasti bisa kabur. Mereka bukan tipe wanita yang bakal mati cuma gara-gara dikirimi tiga kadal."

Memeluk langit, Izayoi mendesah lesu.

Layaknya ikan yang pasrah akan takdirnya di atas talenan, dia diam-diam menyerahkan tubuhnya.

Aži Dakāha memperhatikan sikap Izayoi dan tertawa.

{"Aku mengerti. Jadi tiga belum cukup, kamu bilang. . . Fufu, itu luar biasa. Sepertinya kucuran darahku tidak akan sia-sia."}

—Apa? Izayoi mengangkat kepalanya ringan.

Izayoi yang sedang tidur telentang menghadap langit malam, akhirnya menyadari situasi yang mengelilinginya.

Akibat bentrokan mereka, setengah dari punggung bukit hilang. Tapi bukan itu masalahnya.

Banyak mata merah bersinar di kegelapan malam.

Jumlahnya tidak hanya sepuluh atau dua puluh. Hanya dengan mengangkat ringan kepalanya, Izayoi bisa melihat ratusan mata merah bersinar di malam hari.

". . . Hah. Benar-benar buruk bercandanya, brengsek. . .! Kalau makhluk-makhluk Agung ini menggila, tingkat bawah bakal musnah. . .!"

{"Memang benar. Disisi lain juga akan menghibur."}

Aži Dakāha dengan dingin berkata tanpa nada dalam suaranya.

Tapi satu kata itu menyulut amarah dalam semangat hedonistik[1] Izayoi.

"Menghibur. . . Katamu? Hah, berhenti bercanda, naga sialan. Suaramu saja nggak nyenengin, gimana bisa orang lain percaya. . .!!!"

Membenahi tubuhnya, dia menatap Aži Dakāha.

Kekuatan bertarungnya sudah terkuras.

Jadi, Izayoi menantang Aži Dakāha menggunakan kutukan.

“Aži Dakāha— Dewa Kejahatan alami. Apa tujuanmu?”

{“………..”}

"Jangan main-main kau, naga sialan. . .!!! Kalau kau mengucapkan kata terhibur, kau pasti punya tujuan atau hasrat jelas! Terus apa itu?! Kayak Raja Iblis lain yang egoislah, alasan ego logistiklah[2]; kau pasti punya tujuan! Apa aku salah?"


Dalam keadaan dimana dia bisa saja terbunuh kapanpun, Izayoi mengerahkan seluruh kekuatannya untuk bertanya.

Ini adalah kutukan akhir dari lelaki yang selalu hidup semaunya sendiri.

"Kalau. . . Kalau tujuanmu cuma menghancurkan, gak masalah. Kalau kita bandingkan hasrat kita, coba saling bunuh karena idealisme, lalu aku kalah, itu bisa kuterima. Tapi kau beda! Meski sudah bertarung sekeras ini, dan sudah banyak yang kau luluh lantakkan, kau tetep nggak puas! Kau mungkin juga nggak puas kalau membunuhku! Terus apa alasanmu, mana hasratmu. . . Mana keadilanmu!!!!"

Mengabaikan kucuran darah di tubuhnya, Izayoi berteriak dengan bebas.

Jika tidak dia lakukan, dia merasa tidak bisa beristirahat dengan tenang.

Raja Iblis ini kemungkinan besar akan menghancurkan Taman Mini agar dilupakan nantinya.

Akar dari pohon raksasa, kota yang diwarnai senja, dan distrik kota tempat markas besar [No Name] berada.

Hal-hal yang Izayoi jaga dengan sepenuh hati tanpa diminta, naga itu akan menghancurkan segalanya tanpa pandang bulu.

—Dia sangat malu karena tidak bisa melindungi semuanya.

Jika lawannya adalah penghancur tanpa hati nurani, dia bisa saja menyerah.

Layaknya badai, tsunami, hujan petir, jika naga itu akan menimpa segalanya di dunia ini secara merata, ia bisa menerimanya.

Namun Aži Dakāha berbeda.

Bahkan setelah menghancurkan apapun, dia masih memiliki tujuan dan hati nurani.

"Aku Sakamaki Izayoi. . . Dengan penyelidikan terakhir dalam hidupnya. Jawab, Raja Iblis Aži Dakāha. Apa maksud [Jahat] yang kau bawa di punggungmu. . .!!!!"

Raja Iblis Kematian Hitam ingin balas dendam pada matahari.

Raja Iblis Vampir ingin membersihkan klannya.

Dia menanyai naga yang dikenal sebagai iblis dari seluruh Raja Iblis tentang hasrat juga alasannya.

{"Jadi kamu mempertanyakan Keadilanku. . . Eh!"}

Kamu manusia yang menghiburku hingga akhir, Aži Dakāha tertawa. Demi menjawab penyelidikan itu, dia mengumpulkan energi pada kepalannya.

Sang kepala tiga dan enam mata melihat ke arah berbeda dan memeluk langit.[3]

Mata merahnya terpantul di balik awan nebula[4], dan menunjukkan ketenangan.

Ketika sosok ini tidak diragukan lagi adalah monster, dia terlihat sangat serius.

"Tubuh ini telah merusak apapun yang ada di depan mata sejak lahir. Kehidupan, kota, budaya. Perhimpunan, prestasi, perintah, kejahatan, kejahatan publik, membanggakan keadilan, dan kebobrokan mengerikan. Layaknya badai, tsunami, hujan petir, tubuh ini telah memamerkan taringnya pada apapun yang ada dengan setara. Tapi aku. . . bukanlah [Bencana Alam]. Aku menjadi makhluk yang memanfaatkan kehancuran dengan bencana alam yang bisa kutanggung, dengan satu keinginan, dan menghancurkan apapun secara impulsif<rwf>Impulsif=menuruti dorongan hati.</ref>. Itu tidak lagi bisa disebut bencana alam. Keberadaanku yang tak terelakkan, satu kata [Jahat] yang kubawa, menjadi tujuan akhir untuk dilewati seluruh pahlawan. . .!"

Mata Aži Dakāha’s bersinar cerah.

Bendera merah yang bertuliskan [Jahat] berkibar kasar.

Membawa kata yang tak tertandingi di punggungnya, Raja Iblis itu membuka keenam matanya dan membuat pernyataan.

"Bangkitlah. . . Keadilanku ada setelah melewati jasadku. . .!!!!"

Layaknya seseorang yang mengambil pedang cahaya untuk mengalahkan Raja Iblis.

Dengan kematiannya sendiri, bisa dinyatakan sebagai "keadilan kemenangan".

Dualisme baik dan jahat menjadi ujian pertama yang harus dihadapi manusia, Aži Dakāha berdiri melawan dunia.

“. . . Jadi, gitu ya."

Jadi itu tujuan bertarungnya. Izayoi dengan lesu menatap langit.

Di mata dengan limpahan bintang, sudah tidak ada lagi semangat bertarung yang tersisa. Penyelidikan yang mempertaruhkan nyawanya dijawab dengan tekad yang tak tergoyahkan.

—Menggunakan kehidupannya untuk menunjukkan kejahatan, dan menggunakan kematiannya untuk membuka jalan kebaikan.

Dualisme yang berlawanan dan berbenturan, dibuktikan dengan kehidupannya.

Kata [Jahat] yang dibawanya di punggung adalah simbol tekadnya untuk bertarung hingga janjinya berakhir. Itu tidak lebih dari bukti yang tidak akan lari dari kebajikan aktif dan kejahatan dosa. Melaksanakan ideologi yang dibuat tanpa ragu, punggung monster itu menunjukkan cahaya inspirasi mengagumkan, sama seperti orang suci yang membawa ajaran mereka.

"Hah. . . Aku nyerah. Nyerah. Akulah yang semestinya mengutuk tapi malah dikutuk. Bangsat, bahkan kalah di adu mulut; betapa lemahnya diriku ini?"

Tapi tidak masalah. Dia mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Dan menemukan apa yang ia cari.

Harta karun terbaik yang terus menerus ia cari sejak tiba di Taman Mini.

Mengkonsentrasikan seluruh sisa energi yang bisa menghilang kapanpun pada kepalannya, Izayoi dengan senang hati mulai berlari.

“Jadi. . . Kau adalah Raja Iblis, Aži Dakāha!!!!!!!!!”

Dia tidak memiliki taktik juga rasa takut. Yang dia punya adalah ketertarikan yang melambung di hatinya.

Pemuda yang telah berlari mengelilingi Taman Mini tanpa kenal menyerah, memfokuskan seluruh sisa energinya pada kepalan tangannya dan berlari menuju ujian akhir yang berdiri di hadapannya.

Translator's Notes[edit]

  1. Hedonistik berarti sifat dengan pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Sumber: KBBI.
  2. Ego logistik menyangkut Yang Mulia, yang mengerahkan segala yang dia punya demi impian orang-orang yang mempercayainya sebagai ganti keinginan pribadi.
  3. Memeluk langit kali ini mungkin tangannya menengadah lebar?
  4. Awan nebula atau awan di angkasa luar dari sekelompok bintang yang tampak seperti kabut atau gas pijar bercahaya. Sumber: KBBI.
Kembali Ke Halaman Utama