Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 9 Bab 5 dan 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5 - Koin Burung Stimfalia I & II[edit]

Bagian 1[edit]

“『Nama Permainan Berhadiah: “Burung Tembaga Hijau Aneh (Stimfalia) 』”-


Partisipan: Seluruh Kalangan.:

*(Namun bahaya kematian dan ketidakmampuan ada pada partisipan.)


Syarat menang: Bawakan kami bulu Stimfalia yang terbuat dari tembaga hijau.:


Kondisi kalah: Ketika partisipan tidak mampu memenuhi kondisi menang di atas.:

*(Mati termasuk kalah.)


Rincian aturan::

*Permainan berakhir begitu kuota bulu tembaga hijau terpenuhi.

*Hadiah akan disiapkan bagi mereka yang mengumpulkan bulu tembaga hijau.

*Seluruh bulu tembaga dan perak yang dikumpulkan partisipan wajib diserahkan kepada penyelenggara. (Mereka yang membawa kabur akan diberi sanksi.)

*Penyelenggara akan menganugerahkan berkah (Hadiah) berdasarkan jumlah tembaga yang dikumpulkan.

*Jika ada partisipan yang meninggal, kekuatan spiritual yang tersisa darinya akan dipercayakan kepada Dewa Yunani.


Sumpah: Dengan menghormati pernyataan di atas, [Kerykeion] berjanji menyelenggarakan Permainan Berhadiah demi Kemuliaan dan Bendera.

“『 Cap [Kerykeion] 』"

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v9 p160.png


Bagian 2[edit]

—Gerbang Luar 627246. Ngarai Deborah. Sebuah kedai di lembah.

Satu bulan sebelumnya.

Berita mengenai Permainan Berhadiah menguntungkan yang menjanjikan ribuan emas telah menyebar hingga ke ujung dunia Taman Mini. Dan akan diadakan di wilayah lembah Barat-daya.

Karena itu, para kandidat kuat yang mendengar kabarnya, berkumpul di sudut kedai. Dan digusarkan dengan ketertarikan isi Permainan yang dirumorkan, para kandidat kuat bergumam sendiri setelah membaca perkamen kulit domba yang berkilauan—[Gulungan Geass].

"Tertulis, Kerykeion. Bukankah mereka kepala Komunitas Niaga yang mengendalikan Bagian Selatan Taman Mini?"

“Dan memiliki dukungan Dewa, sepertinya akan menjadi permainan dengan hadiah yang banyak."

“Tapi, jika membicarakan tentang Stimfalia, pastinya mengarah ke burung aneh yang meludahkan racun busuk. Jenis eudemon legendaris yang memiliki bulu tembaga hijau yang mampu membelokkan pedang hanya dengan bulunya yang keras."

“Jadi, memangnya kenapa kalau kuat. [Kerykeion] tetaplah penjaga harta karun bagi Dewa Yunani. Hadiahnya pasti besar."

“Aah. Bahkan memungkinkan seseorang untuk diberi keagungan juga. Pastinya sesuai dengan mempertaruhkan nyawa kita . . .!!"

Para kandidat kuat mengangkat botol dalam antisipasi semangat dan jika dilihat seksama, mayoritas mereka bukanlah manusia. Pemilik Kekuatan, yang dimiliki berbagai komunitas termasyhur, dengan ras yang bisa diidentifikasi pada karakteristik unik mereka yang bukan manusia.

Memiliki tatapan ganas dengan gigi tajam dan telinga serigala, wakil ketua [Five Claws], Woldo Focas.

Dengan badan sebesar batang pohon, wakil ketua [Four Footed], Dork Porfoy.

Selain mereka, ada juga banyak individu bersayap dari [Two Wings], setengah binatang, peri, dan lebih banyak lagi yang berkumpul di dalam kedai.

Mereka yang merupakan bagian dari Aliansi [Draco Greif] memiliki teritori dan markas besar yang terletak di Pohon Besar [Underwood] dan ke sini untuk berpartisipasi dalam perburuan burung aneh.

Iya—Ini adalah dunia Taman Mini dengan berbagai Dewa, roh, dan Hantu Penasaran berkumpul.

Ini adalah dunia lain dimana Dewa yang memiliki kekuatan besar mutlak, akan menganugerahkan berkah mereka (Hadiah) kepada manusia, Eudemon, dan peri melalui proses permainan sihir—[Permainan Berhadiah].

Dan di dunia lain yang sangat tak biasa ini, seseorang yang memiliki kemampuan unik bawaan, warisan keturunan spesial, atau memiliki penghargaan pertarungan gagah berani, akan dipanggil dari dunia luar.

Ada juga beberapa orang yang dipanggil karena memiliki puncak bakat tertentu.

Tapi mereka yang memiliki bakat tidak akan mengikuti permainan secara teratur—

"Berita buruuuuuuukkk!!!!!"

—Brak! Kedai digemakan oleh suara bantingan pintu terbuka. Dan seorang partisipan yang bergabung dengan regu utama Permainan Berhadiah—"Burung Tembaga Hijau Aneh (Stimfalia)" menyerobot ke tengah-tengah para tamu sambil terengah-engah.

Orang yang terengah-engah yang bermandikan keringat itu menggebrak meja dalam usahanya untuk bernafas.

Kandidat lain yang berkumpul di sekitarnya penasaran dan lelaki itu kemudian menjadi pusat perhatian.

"Oi, oi. Ada apa sih?"

“Tidak mungkin jika kalian sudah menangkap seluruh target. . ."

Saat ini, orang-orang di dalam kedai adalah regu kedua yang bersiap-siap. Jika regu pertama berhasil menyelesaikan permainan, itu berarti regu ini akan kembali tanpa kemuliaan dari penghargaan apapun.

Namun dia yang telah mengembalikan nafasnya, menggeleng.

". . .Muncul. . .!!"

"Apa?"

Itu bukan seperti seseorang mengulang perkataannya, namun lelaki itu yang memulihkan nafasnya, berekspresi ketakutan—

"Ada kemunculan. . . Kemunculan dari beberapa bocah menakjubkan. . .!!"

. . .Ha? Udara di atas kepala kandidat kuat dipenuhi tanda tanya.

"Kami menemukan Stimfalia di danau dan regu utama sedang mempersiapkan diri untuk berburu. . . Lalu, ada, ada tiga bocah yang kuatnya luar biasa menyerang kami. . .!"

Partisipan lelaki dari regu utama gemetaran ketika rincian itu keluar dari mulutnya.

Setelah berdiri terpana dengan mulut setengah terbuka. . . regu kedua di kedai—

Meraung keras, tertawa bersamaan.

Dork Porfoy, wakil ketua [Four Footed], menepuk perut buncitnya, "oi, oi, kalian dengar?! Kita datang sejauh ini sampai ke ujung untuk berburu burung aneh dan. . . dan regu utama dilenyapkan beberapa bocah!"

Kedai itu dipenuhi tawa gelak lain.

Woldo Focas, wakil ketua [Five Claws], menambahkan, "haha, itu pasti hal yang paling beruntung di antara ketidakberuntungan. Mereka yang bahkan tidak mampu menangani beberapa bocah, pastinya tidak akan bisa mengalahkan Stimfalia!"

Pemain kuat di kedai semakin tertawa.

Setelah beberapa saat ketika tawa mereka surut, mereka berdiri mempersiapkan perlengkapan.

". . . Tapi, itu jelas berita bagus. Sepertinya regu utama sudah kalah bahkan sebelum menyerang sarangnya."

“Aah. Jika mereka tidak dikejutkan kawanan, itu juga berarti tidak ada gunanya kita berburu di gunung. Oi, orang-orangku! Segera bersiap! Stimfalia akan menjadi milik kita!"

Woooooh! Para pemain berseru setelah selesai bersiap.

Di sudut lainnya, pria dari ras kucing membelai jenggotnya ringan ketika melihat mereka dengan mata terhibur.

". . . Tiga bocah kuat yang bisa mengacau, ha?"

Kucing jantan berpakaian rapi itu jelas berbanding terbalik dengan kedai kotor tempat pemain kuat berkumpul. Kelicikan yang seolah hasil dari pengalaman mirip dengan bertahan dari beberapa badai pasir bisa terlihat dari tatapannya yang dalam. Kucing tua itu memancarkan aura berbeda ketika dibandingkan dengan pemain kuat lain di sekitarnya.

Yang menemani kucing tua di sampingnya, wanita dengan jubah panjang menggamit telinga kelincinya yang tidak bisa disembunyikan secara sempurna ketika menggerutu.

"Uuh. . . Perasaanku buruk tentang ini "

“Benar. Ayo tanyakan saja padanya."

Kucing jantan tua dan wanita bertelinga kelinci berjalan menuju lelaki dari regu utama.

"Oi, kamu. Apa bocah-bocah itu. . . Tiga orang dengan seorang lelaki dan dua lainnya gadis?"

“I, iya. Ketiganya menggunakan jenis hadiah yang sangat berbeda. . . Mereka benar-benar monster. . .!!"

Aiya, si kucing tua dan wanita bertelinga kelinci menepuk jidat mereka.

Seolah mengerti, si kucing tua mempersilakan lelaki dari regu utama itu duduk di sampingnya.

"Itu jelas bencana. Yah, minumlah. Aku traktir. Silakan kalau mau pesan yang lain."

“Ha. . .? Tidak, tapi,"

“Sudah, sudah. Jangan khawatir. Lagipula ini adalah toko cabang [Six Scar]. Jadi tidak perlu membayar."

Si kucing tua yang tertawa kering sambil memasukkan segelas anggur merah—Garol Gandach.

Wanita bertelinga kelinci mengambil kesempatan ini untuk menepuk jubahnya ketika berdiri.

"Sungguh minta maaf, Tuan Garol. Dan ketika Kuro Usagi memberi instruksi "Jangan berlebihan ketika beraksi!" juga."

“Oh. Kurasa memungkinkan untuk menyusul regu mereka dengan kecepatanmu. Para pemuda di kedai ini semuanya dari keluargaku, tolong sampaikan pesan itu ke bocah-bocah menyusahkan itu untukku."

“YES! Mengerti."

Melepaskan jubah panjangnya, gadis muda bertelinga kelinci yang berlari cepat keluar dari kedai dengan meninggalkan debu—adalah Kuro Usagi.

Mengetahui bahwa yang menyerang regu utama adalah tiga bocah dari lelaki dan gadis, alasan kehancuran regu utama bisa dimaklumi jika itu adalah ulah trio yang mereka pikirkan. Tidak, bukan hanya itu. regu kedua pasti akan dikalahkan juga.

Jika seseorang ditanyai alasan untuk kesimpulan itu, pasti karena mereka adalah anggota Komunitas [No Name] yang memiliki tujuan bertarung dengan bencana yang tersebar di Taman Mini—[Raja Iblis].

Dan mereka adalah regu bocah rusuh terkuat di dunia.


Bagian 3[edit]

—Ngarai Deborah, tepi danau di kaki gunung bukit. Sarang Stimfalia.

Para Stimfalia membangun sarang mereka di dekat tepian danau dan terbiasa bergerak secara bergerombol yang tidak bergantung pada ras lain untuk bertahan hidup.

Namun di dalam sarang burung aneh, ada beberapa bayangan tidak alami yang berkumpul.

". . . Regu kedua datang. Izayoi, Asuka. Bersiap keluar."

"Siap."

“Kasukabe, berapa banyak yang datang?"

“Totalnya seratus dua puluh dan sepertinya mereka menyiapkan panah beracun untuk berburu, berhati-hatilah." Peringatan disampaikan dari nada gadis itu.

Mendengar peringatan itu, sebuah suara berseru kaget. "Apa? Mereka juga nyiapin panah beracun? Kayaknya regu kedua bakal habis-habisan berburu Stimfalia—Ha, nggak masalah sih."

Bocah lelaki itu bergetar ketika berdiri menghadap kedua gadis.

"Kalian, ambil posisi. Buat nyelesaiin <Burung tembaga hijau aneh>. . . Kita musti jaga Stimfalia dengan nyawa kita."


Bagian 4[edit]

Ketika regu kedua tiba di danau dekat sarang Stimfalia, malam sudah larut. Mendongakkan kepala untuk menyusuri langit malam, mereka berjemur di dalam cahaya terang bulan purnama.

"Dengan cahaya bulan ini, tidak akan sulit bagi kita untuk berburu."

Semuanya mengangguk setuju pada anggapan Woldo. Namun mereka tidak menurunkan penjagaan. Stimfalia adalah karnivora yang suka makan ikan, daging, dan kesalahan dalam jarak dekat pasti akan membinasakan mereka dengan tarikan nafas beracun.

Karenanya, ada tiga cara untuk menyerang.

Pertama adalah menyerang tanpa menahan diri.

Kedua, menyerang di luar jangkauan nafas beracunnya.

Dan ketiga, "meniru legenda".

Regu kedua berpencar dalam regu yang lebih kecil berdasarkan keahlian mereka sambil bergerak menuju sarang Stimfalia.

Mereka yang setengah binatang dan bisa beradaptasi pada serangan kejutan memimpin di depan untuk mengacaukan musuh.

"—Baiklah. Cepat, sembunyikan hawa keberadaan kalian."

Beberapa di antara mereka menekan keganasan sambil melangkah tanpa suara ketika berjalan di sepanjang tepian air. Dan ada yang menggunakan warna kemuflase dari serangga, merayap untuk menyembunyikan diri.

Ketika mereka menggunakan cara untuk mengendap-endap—pusaran angin tiba-tiba menyapu barisan.

"A, apa yang terjadi. . .?!"

Pusaran angin yang berputar seperti topan.

Walaupun termasuk angin kencang yang mampu menyapu manusia dengan mudah, para pemburu setengah binatang itu memanfaatkan kemampuan unik mereka untuk tetap berdiri dengan susah payah.

Tapi, gerakan itu bukan pilihan bagus.

"—Jadi, tingkat serangan ini tidak cukup untuk membuat kalian mundur? Aku mengerti."

“Woah, Siapa di sana?" Berjalan ke depan, Woldo meremangkan telinganya sambil meraung pada suara yang mirip gadis muda.

Menjadi pemain dengan ratusan pengalaman bertarung, dia mewaspadai penampilan musuh yang mengalahkan regu utama. Tapi dia tidak mempercayai bahwa lawannya adalah gadis kecil dan mempertimbangkan bahwa itu adalah Hadiah ilusi atau pencuci-otak yang menggambarkan lawannya sebagai gadis kecil.

(Seorang pemain yang menghalangi pemain lainnya? Benar-benar pemain menjijikkan. . . Lihatlah bagaimana aku menghancurkan penyamaranmu.)

Membungkuk, dia mengarahkan belati di depannya dalam posisi bertarung. Lonjakan seperti lengkukan fisiknya pastilah seperti binatang buas.

Posisi itu jelas menandakan selesainya kesiapan Woldo.

Namun, ketika melihat kemunculan gadis muda yang diikuti pusaran angin, Woldo tercengang sesaat.

"Maaf, aku tidak akan membiarkan kalian menyerang Stimfalia."

Seolah berjalan di udara, gadis itu turun dari langit dengan mencambuk pusaran angin. Dan yang mengejutkannya adalah sumber kekuatan itu jelas berasal dari gadis muda di depannya. Fakta yang sulit dicerna dalam waktu singkat.

Terlihat seperti berusia empat atau lima belas tahun, gadis muda berambut pendek mengumumkan namanya tanpa mengubah intonasi suara sementara mantel tanpa lengannya berkibar karena angin.

"Aku Kasukabe Yō dari [No Name]. . . Jika kalian dikalahkan olehku, kuharap kalian pergi dari sini dengan patuh tanpa niatan untuk menyerang sarang lagi."

“—……”

Lelaki setengah binatang menyipitkan tatapan tajamnya sebelum—membuang belatinya ke air untuk menatap bulan purnama.

"Sungguh mengejutkan. Aku tidak menduga adanya tantangan langsung. Dan aku sempat berpikir bahwa dia hanyalah pemain menjijikkan lainnya yang ingin mengganggu."

“……”

"Aku Woldo Focas, wakil ketua [Five Claws].—Tantangan ini, kuterima, Nona Muda!!!" Mengakhiri kata-katanya dengan seruan, penampilan Woldo Focas mulai mengalami transformasi intens. Dengan matanya mengarah ke bulan, dia menyerap tetesan cahaya bulan yang turun dari atas.

Kulitnya mulai menumbuhkan lapisan bulu abu-abu dengan cakar tajam menggantikan jari-jarinya yang tampak mampu memecah batu besar.

Menangkap pemandangan transformasi di depannya, Yō bergumam untuk mengonfirmasi diri.

"Manusia serigala. . . Mengejutkan. Jadi dia bukan setengah binatang biasa."

“Ooh! Ini adalah kekuatan spiritual yang telah diwariskan lebih dari tujuh generasi, bahkan tidak mendekati kekuatan nenek moyang—!!"

Setelah kepalanya selesai bertransformasi menjadi serigala, Woldo mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menyerang Yō secara langsung.

Dan Yō tidak terbang ke langit, melainkan menerima serangan langsung itu.

Ketika percikan api terpancar dari kedua sisi—ratapan kesedihan datang dari regu yang melanjutkan perjalanan mereka menuju sarang.


Bagian 5[edit]

Regu yang memanjat langkan yang lebih tinggi untuk memberi mereka pandangan jelas menuju danau, tiba-tiba dilemparkan ke dalam kekacauan ketika mereka mendapati serangan tak terduga.

Tapi itu bisa diperkirakan.

Arah menuju langkan tinggi itu memiliki bayangan besar yang mampu menutupi cahaya bulan dan raksasa besi tangan satu berbaju merah, meraung menakutkan saat berdiri menunggu mereka.

“—DEEEEeeeEEEEN!!”

“WUaaaaaaahhhhhh!!?” Para operatif dari regu kedua mengeluarkan rangkaian teriakan ketika mundur dari sesuatu yang tidak mereka ketahui.

Itu juga bisa dimengerti karena tidak ada tanda-tanda dari kemunculan mendadak sang raksasa besi setinggi tiga puluh kaki. Dan akan sulit untuk mengira mereka bisa tenang.

Dengan anggun duduk di bahu raksasa besi, gadis muda berambut hitam—Kudou Asuka menatap ke bawah ke arah kerumunan ketika bergumam tidak puas.

"Kenapa mereka berlarian? Aku belum melakukan apapun. . . Sungguh tidak menyenangkan." Asuka menghela nafas sambil menopang wajahnya dengan tangan.

“Hanya boneka besi rendahan, bukankah kamu terlalu sombong berlaku seperti itu!"

Asuka mendongakkan kepalanya tajam untuk melihat batu besar terbang ke arahnya.

Asuka mengangkat tangannya dan memberi perintah pada Deen, "Deen, tahan!"

“—DEEEEeeeEEEEN!!”

Meraung, Deen menggunakan tangan kanannya untuk memecah batu itu. Walaupun Asuka tidak langsung mengerti situasinya, dia segera mendapatkan informasi yang dia butuhkan dari penampilan orang yang melemparkan benda itu.

Kecerobohannya menghilang, dia menatap musuhnya yang berdiri di depan matanya.

"Raksasa. . .!! Dari mana dia datang. . .?"

“Haha—!! Teknik therianthropy[1] tidak hanya terbatas pada Eudemon dan setengah binatang! Itu juga keterampilan yang dibutuhkan seseorang sebesar aku untuk bisa hidup di kota manusia!!"

*Dum!* Dork Porfoy dari ras raksasa menepuk dada dengan tinju ketika menjelaskan. Memiliki tinggi setara Deen, tangan berotot yang sebesar pohon itu nampaknya menjanjikan sejumlah besar kekuatan yang sebanding.

Memanggil kapak besar dari Kartu Hadiahnya, lelaki Raksasa menyebutkan namanya dengan suara lantang, "Aku Dork Porfoy, wakil ketua [Four Footed]. Meski aku tidak tahu niatanmu berdiri di langkan tinggi ini. . . Tapi, akan menyusahkan kami jika kamu tidak membiarkan kami lewat."

"Wah, kalau begitu tidak masalah. Kami memang berniat menyusahkan kalian dengan berdiri di sini sejak awal."

Hmmhmm, Asuka membelai rambutnya ringan ketika tertawa.

"Begitu. Berdiri di sana untuk menyusahkan kami, ya? Sepertinya bukan masalah untuk Nona Muda. . . Tapi itu masalah serius bagi kami."

Kilatan pejuang bisa terlihat dalam tatapan Dork dan Asuka menerima tatapan langsung itu dengan senyuman tipis.

"Cukup basa-basinya. Kita punya tujuan berbeda, merampas dan bertarung satu sama lain di dunia ini bisa dimaklumi dalam situasi itu."

“Aku Kudou Asuka dari [No Name]. Ini adalah rekanku, Deen. Kami akan menahan kalian yang mencoba menaiki wilayah ini. Jadi, jika kalian bersiap melakukannya, silakan maju kapanpun!" Mengepalkan tangan kanannya, Asuka memberitahu namanya pada Dork.

“Ha, tidak masalah bagiku!!!"

Sambil memanggul kapaknya, Dork maju dengan suara bumi bergetar. Deen mengayunkan tangan kanannya hingga membuat kepala kapaknya melayang.

Bentrokan pemain berkelas super berat dan tinggi mengguncang bumi, menyebabkan partisipan lain bergidik ngeri.

Lubang besar tercipta di podium atas dan beberapa pemain bahkan jatuh di retakan lubang.

Ketika raksasa besi bertangan satu dan prajurit Raksasa bertarung, bentrokannya menyebabkan permukaan air danau berguncang dan pantulan bulan berdesir.

Walaupun pertarungannya hanya berlangsung beberapa menit, pertarungannya mampu mengambil hati dan pikiran para partisipan.

Dan mereka segera mengingat siapa yang menyebabkan kelompok pertama mundur.


Bagian 6[edit]

— Ini hanyalah informasi tambahan.

Yang dikenal sebagai Stimfalia adalah burung aneh yang tercatat dalam mitologi Yunani. Monster keenam yang harus dihadapi Heracles sang Pahlawan Yunani dalam "Sepuluh Tugas" adalah Stimfalia yang memiliki bulu tembaga hijau.

Menghadapi burung aneh tembaga hijau yang memiliki nafas beracun kuat, Heracles juga menyadarinya sebagai situasi rumit. Tapi pada akhirnya, Heracles mendapat strategi luar biasa untuk menghadapi mereka.

Strategi luar biasa itu adalah "membunyikan gong perak untuk menciptakan kehebohan yang membuyarkan kelompok burung aneh dan melumpuhkan mereka dengan panah beracun".

Dengan kata lain, akan jadi seperti "racun melawan racun". Ini adalah cara ketiga untuk menyerang Stimfalia.

Dan pasukan yang bertugas memindah gong perak dan panah beracun ke lokasi adalah rekan-rekan komunitas bersayap [Two Wings] yang mengkhususkan diri dalam tugas pengangkutan.

Sepeninggal pemimpin mereka akhir-akhir ini, mereka melewati hari-hari yang memalukan ketika hidup berdampingan dengan Komunitas lain dalam Aliansi. Tetapi, keinginan mereka untuk menjadi pemenang dalam Permainan Berhadiah yang bisa menganugerahkan Hadiah berkelas tinggi, tidak serendah Komunitas lainnya.

Demi mengembalikan kekuatan mereka dan demi menarik bakat yang bisa mencukupi materi menjadi pemimpin baru, mereka melaju dengan tekad untuk menyelesaikan Permainan Berhadiah dan menantangnya meski harus meremuk tulang mereka hingga berkeping-keping.

—Setidaknya,

Sampai Sakamaki Izayoi tiba-tiba menghalangi jalan mereka.

“Eeek…..!?”

Boom!! Diikuti tubrukan dua hingga tiga kali lagi, suara ledakan menggema ke seluruh kaki gunung Ngarai Deborah.

Tubrukannya lebih cepat dari angin Griffin dan lebih berat dari kepalan Raksasa.

Rekan-rekan [Two Wings] yang membawa panah beracun dipaksa menghindar ke segala arah dalam sekejap sambil menunggu si penyerang muncul.

"Siapa, siapa di sana? Jika kamu ke sini untuk menantang kami, setidaknya jaga sikapmu dengan menyebut asal komunitasmu sambil memegang benderamu. Tunjukkan diri dan sebutkan namamu!" Seorang lelaki dari jenis manusia bersayap mencemooh musuhnya dengan nada mengancam dan ledakannya mulai reda setelahnya.

Dan muncul sosok dalam cahaya bulan yang disamarkan oleh naiknya uap dari ledakan.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v9 p180.png

“……Ha, bikin kaget. Nggak nyangka lawan keduaku bakal anggota [Two Wings]. Kayaknya, kita punya takdir misterius yang sama, ya."

*Hahaha* Bocah lelaki itu tertawa keras dengan berdiri di samping tepian air sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Bocah lelaki itu terlihat berusia tujuh belas tahunan.

Namun, melihat puing-puing baja yang berserakan di sekitar bocah itu dan beberapa partisipan yang terjatuh karena benturan, sudah cukup memberikan gambaran menyimpang pada diri bocah itu.

[Two Wings] bisa dikatakan terkenal sebagai kaum elit dalam Aliansi [Draco Greif], namun saat ini mereka menciut oleh tekanan aneh yang terpancar dari bocah itu.

". . . Mungkinkah dia yang mengalahkan regu pertama?"

"Hati-hati. Kita tidak tahu jenis Hadiah apa yang dia sembunyikan."

“Siapkan panah beracun. Walaupun sayang untuk digunakan pada hal selain mangsa kita, akan lebih baik untuk menyelamatkan diri."

Para anggota [Two Wings] menarik tali busur ketika memasuki kuda-kuda bertarung sambil memperhatikan pergerakan Izayoi.

Namun, Izayoi hanya mengendus terhadap mereka. "Hufth. Kayaknya kalian dari [Two Wings], semuanya pecundang, eh?"

“Apa katamu?!"

"Pake panah beracun, benda kayak gitu buat berburu, terus terlalu takut buat pakenya pas situasinya datang. . . Ha, Griffith jauh lebih baik. Mereka bakal segera ngelepasin panahnya."

Izayoi mengendalikan dorongan tawanya ketika mengeluarkan tawa pendek yang terdengar seperti *HngHng*. Tapi itu tidak bertahan lama saat dia tiba-tiba menghapus senyuman di wajahnya saat menatap tajam pada anggota [Two Wings].

"—Peringatan pertama dan terakhir. Segera pergi dari hadapanku, atau bakal kubuat kalian berbaring di sini diam-diam."

“Grr— Semuanya, lepas anak panah!"

Para anggota [Two Wings] menarik tali busur dan melepaskan anak panah yang diolesi racun bersamaan.

Hujan panah mendesing turun ke kepala Izayoi. Dan Izayoi yang menghadapi pemandangan serangan satu sisi yang nampak seperti gelombang layanan pemakaman, menyeringai dan melancarkan serangan dadakan.

"Ha, jangan sok dulu!"

Diikuti raungan kemarahan, dia mengayunkan tinjunya dengan kekuatan yang mampu mengguncang bumi dan langit, atau malah meluluhlantakkan gunung dan sungai. Tekanan dari pukulan itu membuat getaran di atmosfer kelihatan nyata saat membalik arah anak panah beracun.

Dan itu tidak berhenti di sana.

Tekanan pukulannya juga menciptakan gelombang yang menyusuri kerumunan [Two Wings] yang telah menarik busurnya dan membuat mereka melayang.

"Itu, mustahil?!"

Para anggota yang telah dibuat melayang segera mengepakkan sayap untuk mengatur posisi berdiri di udara. Manusia bersayap dan eudemon pada dasarnya memiliki kemampuan terbang meskipun dalam keadaan thereanthropy mereka. Melayangkan mereka saja tidak akan mampu melukai mereka secara fatal.

Izayoi juga segera menyadari titik itu ketika dia meninjau ulang rencananya.

". . . Baiklah, kayaknya begini lebih baik. Ayo main tembak-tembakan yang sudah lama ditunggu-tunggu!"

"A, apa?"

“Bukan apa-apa sih. Cuma, pemburu bakal jadi yang diburu, ini tuh epitomidaigo-mi[2] dari perburuan. Kayaknya, ini waktunya kalian ngerasain hal itu juga."

Mengatakan hal itu, Izayoi segera mencabut sebuah pohon di sampingnya hingga ke akar. Kerumunan [Two Wings] terpaku atas pemandangan tidak masuk akal dari kekuatan anehnya saat perasaan buruk mengisi otak mereka.

"Mungkin, mungkinkah dia ingin. . .?!"

Izayoi tersenyum nakal saat memanggul pohon itu ke bahu, "kalian semua, diam di sana dan menurut saja pas aku bikin kalian melayang, Ooooooreeeaaaaahhhhhhh!!!!”

—Saat dia melemparnya dalam kecepatan kosmik ketiga.

"Itu. . . Sudah tidak logis sama sekali, dasar bazeeeengggg!!!"

Merasakan ancamannya, orang itu sudah ketakutan, dia meratap penuh keputusasaan. Sangat berbeda dari tekanan pukulan yang ditunjukkan sebelumnya, tubrukan tak biasa menggetarkan atmosfer.

Hal ini bisa diduga.

Bahkan dengan kepakan sayap mereka, pohon-pohon itu segera mengenai mereka dalam kecepatan kosmik ketiga.

Dan pohon-pohon itu bahkan menyalakan api saat terbakar akibat pergeseran dalam kecepatan tinggi dan serpihan massa api menciptakan jenis peluru yang mengunci banyak target. Menciptakan situasi seperti itu, sangat tidak mungkin bagi makhluk bersayap untuk menghindari semuanya.

Izayoi sangat yakin akan kemenangannya saat dari kejauhan, mengonfirmasi sosok-sosok yang berjatuhan layaknya nyamuk yang dipukul. Dia mengalihkan tatapannya ke arah kedua rekannya.

". . . Waahh. Aku penasaran apa Kasukabe dan Nona Muda juga berjalan lancar."


Bagian 7[edit]

Melompati area depan danau di tebing gunung, pertarungan Yō dan Woldo merupakan salah satu yang bergantung dalam kecepatan dan berbagai gerakan horizontal dan vertikal mereka menyebabkan permukaan air berdesir.

"Kecepatanmu tidak memalukan juga, ya?! Sayang sekali kaki-kaki itu menjadi milik manusia!"

“. . . Terima kasih atas pujiannya." Yō menjawab datar. Keduanya yang mencipratkan air saat berlari di tepian air, meningkatkan kecepatan mereka saat bertarung dalam jarak dekat.

Biasanya, seharusnya kemenangan menjadi milik Yō Kasukabe yang memiliki kekuatan manusia super.

Namun, malam ini ceritanya berbeda.

Menyerap cahaya dari bulan purnama, manusia serigala secara perlahan meningkatkan kekuatannya.

"Hari ini bukan hari yang baik untukmu! Jika bukan karena bulan purnama, Nona Muda akan memiliki kesempatan untuk menang, bukan?"

“Uu!!”

Woldo meraung keras dan otot-otot dari gluteus maximus hingga lututnya mulai mengembang.

Saat Woldo berlari lagi, bagian itulah yang akan meningkatkan kecepatan maksimal sebelumnya. menyadari pertanda itu, Yō memegang kalung di dadanya saat merapal.

“[Pohon Genom]—Bentuk Pegasus.”

Sekilas, kalung kayu berukir itu mulai dibalut cahaya terang menyilaukan dan bahan-bahan yang mengalir dari dahan berukir mulai mengeras saat membungkus di sekitar kaki Yō. Sisa-sisa cahaya kemudian mengalir untuk menciptakan konsentrasi partikel cahaya pada kaki Yō. . . dimana armor kaki putih keperakan memancarkan cahayanya sendiri telah muncul.

Partikel cahaya yang seolah memberi ilusi kepakan sayap dari kaki, membantu Yō untuk melayang saat dia meluncur ke arah Woldo.

Setelah menyiapkan sayapnya untuk berlari di udara, Yō dengan berani menghadapi lawannya dalam jarak dekat sekali lagi.

"Haha, serangan langsung?! Nona Muda, intensitas ini sangat kusukai! Kalau begitu, aku juga akan mengerahkan segalanya. . .!!!"

Kemudian, suara bumi berderik terdengar. Woldo melompat dari lokasinya dengan kekuatan yang mampu menghancurkan pijakannya, dan sekarang mendekati Yō dengan kecepatan yang cukup untuk membuat afterimage.

Yō menatap langsung lawannya yang bergerak ke arahnya seperti peluru dan menangkap gerakannya dengan mata—

"Kena. . .!"

Menggunakan kaki kanannya untuk menendang ke bawah pada serangan melengkung dari cakar tajam Woldo, Yō menyiapkan angin kemilaunya dari sepatu Pegasus untuk mendaratkan tendangan berputar secara tepat ke arah dada Woldo.

“Gah……!”

Woldo yang terhempas oleh serangan di dadanya melompati permukaan air dan darah menyembur dari mulutnya.

Mengonfirmasi bahwa lawannya tidak mampu berdiri lagi, Yō mengangkat tangan kanannya dengan kedua jarinya membentuk "V".

“. . .Victory,” Yō mendeklarasikan kemenangannya.


Bagian 8[edit]

Melanjutkan pertarungan di langkan atas, intensitas sosoknya sudah cukup membuat seseorang khawatir tentang kehancuran panggung dari dampak akibat pertukaran bentrokan.

Deen secara tidak terduga mampu dengan tangkas menangkis kapak hanya dengan satu tangan, dan Dork rupanya tanggap dengan pergerakan kapak yang seolah memberi tahu penguasaannya dalam memanfaatkan kapaknya.

(Ck. . . Memiliki kekuatan seperti itu di pergelangan tangannya ketika rusak. Seberapa kuat boneka besi ini, Ck!)

Deen hanya menggunakan satu tangan untuk menangkis kapak yang dipegang dengan kedua tangan lawan. Jika Deen baik-baik saja, kemenangan pasti akan ditentukan dalam sejekap.

“Aah, sial! Siapa kalian?! Apa kalian sungguh [No Name]?!"

"Ara, kasar sekali. Jika kami ingin berbohong kepada kalian, kami pasti akan memakai nama komunitas yang terkenal, kan?"

“Iya, memang benar!"

Setelah hujan kilatan cahaya intens berhamburan di udara, keduanya mundur mengambil jarak. Dork yang saat ini melihat Deen sebagai lawan yang tangguh, menunjukkan ekspresi pahit dalam sekejap. . . Sebelum menyiapkan tekadnya untuk mengayunkan kapak besarnya lagi dari Kartu Berhadiah.

"Meski aku sungguh tidak ingin mengakuinya, pertarungan kekuatan tangan tidak akan menguntungkan bagiku. Jadi, izinkan aku menggunakan kedua tanganku untuk menyerang. . . Lalu apa keputusanmu? Kalau ingin mundur, sekaranglah saatnya."

Dork meningkatkan tatapan tajamnya pada lawan saat menyerukan peringatan. Karena aslinya adalah pemegang dua senjata, serangan dengan kedua tangannya akan lebih cepat dan kuat. Dan itu adalah pengetahuan umum. Terlebih, menggunakan dua senjata tidak akan efektif melawan armor kukuh Deen.

Berdasarkan situasi ini, ada keuntungan dalam menyibukkan tangan lain Deen dalam sekejap dan menyerang Asuka sebagai pengendalinya.

Jika Asuka terkena serangan dari kapak, hal itu tidak bisa ditertawakan, dan satu serangan itu pasti akan membelah dan mencincangnya hingga berkeping-keping. Dan itulah prediksinya yang membuatnya memberi peringatan.

Memahami dasar peringatan itu, Asuka menunduk sopan dan berkata, "aku berterima kasih atas saran baikmu. Kedua kapak itu memang mengancam bagiku."

"Lalu,"

“Tapi, itu hanya jika kita terus bertarung dalam ukuran kita saat ini. —Deen, ayo naik."

Dengan satu kali jentikan jari, tubuh Deen mulai meningkatkan ukurannya, dalam waktu singkat mencapai ukuran yang cukup untuk menutupi bulan purnama.

Ketinggian yang mencapai kurang lebih sembilan puluh kaki dan dua kali lebih besar dari sebelumnya, dia menatap ke bawah ke Raksasa Dork.

"Ini. . . Ini apa. . .?!"

Bahkan Raksasa seperti dia harus mendongak untuk melihat puncak dari lawan besarnya yang menjulang melebihi dirinya. Dan dari pandangan Dork, ini pasti pengalaman yang mirip seperti melihat petir di siang bolong.

Lagipula, dia yang ukuran tubuhnya mampu membuatnya menunduk untuk menatap ras lain, kali ini ditatap ke bawah oleh raksasa besi yang ukurannya tiga kali lipat dari ukurannya.

Asuka menyeringai santai saat mencemooh Dork yang berdiri jauh di bawahnya.

"Baiklah, Tuan Dork. Aku harus mengembalikan kata-kata sama yang kamu tawarkan padaku sebelumnya. —Lalu apa keputusanmu? Kalau ingin mundur, sekaranglah saatnya." Asuka mengembalikan kata-kata itu dengan nakal.

Setelah tatapannya beralih dari kapak di tangannya pada boneka besi di depannya beberapa kali, Dork tersenyum pahit—dan mengangkat bahu tanda menyerah.

"Maaf, aku akan memilih untuk mundur. Jelas sekali aku tidak akan menang hari ini."

“Bagus. Itu penilaian bijak."

Asuka terkekeh dan menunduk dari atas Deen ke dua lokasi lain sebelum turun untuk berdiri di depan Dork.

"Apakah Anda pemimpin regu di belakang?"

“Benar."

“Aku ingin memintamu menjadi perwakilan dan datang bersama kami sebentar."

“. . . Ah? Ke mana?"

Dork bertanya kaget.

Dan Asuka dengan santai menunjuk ke belakangnya—"Ke sarang Stimfalia tentunya."


Bagian 9[edit]

—Bukit kaki gunung di danau Ngarai Deborah. Ceruk terdalam sarang Stimfalia.

Satu jam seperempat telah lewat sejak berakhirnya pertarungan dari ketiga tim.

Garol dan bawahannya tertangkap dalam regu kedua dan bergabung dengan Izayoi dan lainnya.

"Aiya, aku minta maaf, sungguh minta maaf karenanya! Mereka tidak bergabung dalam pertarungan [Underwood] dan kerena itu tidak mengenali kalian."

"Kupikir juga gitu. Kalau mereka kenal kami, komunikasi kita bakal jadi berbeda, " Izayoi mengangkat bahu sambil bilang "Yare Yare" dan menghela nafas.

Tuan Garol tertawa gelak.

Di sisi lain, Woldo dan Dork berekspresi muram dan kompleks saat mendengarkan percakapan antara Izayoi dan Garol.

". . . Sangat kasar bagi kami karena tidak mengetahui wajah-wajah pahlawan yang menyelamatkan [Underwood]."

“Kami hanya mendengar penjelasan singkat dari situasi bahwa "ada kelompok yang kuat luar biasa hingga tidak masuk akal, [No Name] yang menggusur seorang Raja Iblis". Tidak pernah kami kira bahwa mereka adalah kalian. Dunia memang luas tapi pasti tempatnya sempit, kurasa."

Dork tertawa kering sementara Woldo meniru aksinya. Yang melawan mereka, Asuka dan Yō tersenyum masam.

"Mah, nggak kasih tau alasan juga kesalahan kami."

“Mhm. Kita sama-sama salah."

"Baguslah kalau kita sama-sama setuju. Kalau dipikir-pikir, kenapa kalian melakukan hal itu?"

“Itu. . . Permintaan khusus dari Tuan Garol,"

“Semuanya—! Mulai menetas!"

Sebelum Yō bisa menyelesaikan kata-katanya, suara Kuro Usagi dari ceruk terdalam sarang memecah percakapan.

Tanpa mengetahui maksud kata-kata itu, Woldo dan Dork bertukar pandang ketika Izayoi dan lainnya mendorong mereka untuk bergerak lebih cepat.

"Tanah inkubasinya ada di dalam gua air. Kami akan menjelaskannya dari sini."

Si trio mengisyaratkan yang lainnya agar mempercepat langkah.

Gua di depan danau terbuka menuju gua yang segaris dengan bulu yang tidak mengeras menjadi tembaga dan berfungsi sebagai penyekat ruang hangat. Dan ada banyak bulu tembaga hijau indah milik burung aneh yang bertengger di sarang mereka saat mengikubasi telur-telur mereka.

Yō maju satu langkah saat menunjuk ke arah mereka.

"Saat ini adalah masa inkubasi dan menetas mereka. Permainan Berhadiah bisa dilanjut setelah ini."

“Lagian, ini adalah masa-masa yang bikin mereka gampang ditarget orang." Tambah Izayoi.

Dan tujuan kelompok itu adalah sarang dari burung aneh terbesar yang bertengger di tengah gua inkubasi.

Mengonfirmasi bahwa yang datang adalah Izayoi dan lainnya, burung aneh itu menjulurkan lehernya untuk menatap ke arah Yō.

{"Yō, kamu yang bawa mereka?"}

"H'em. Ini adalah Paman Garol dari [Six Scars], Tuan Woldo yang menjadi wakil ketua [Five Claws], dan Tuan Dork yang menjadi wakil ketua [Four Footed]. Dan mereka juga anggota dari [Two Wings] yang kami bawa dari luar."

{"Begitu ya? Anggota [Two Wings] juga. . ."}

Burung aneh itu memejamkan mata perlahan, terlihat nyaman.

Tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Woldo dan Dork bertanya pada Izayoi dan lainnya karena bingung.

"Ada apa ini?"

“Ini bukan hal yang ngeribetin kok. Coba pikir begini, kami telah mengejar pemimpin [Two Wings], Griffith dan faksinya, kan? Terus Paman Garol meminta kami nemuin ras baru buat inti pasukan mereka untuk ningkatin tingkatan [Two Wings]."

Kedua wakil ketua mendadak terdiam oleh pengakuan itu.

"Apa. . . Kamu ingin Stimfalia bergabung ke Aliansi [Draco Greif]?!"

“Tuan Garol, apa Anda yakin?!"

“Aah, aku sungguh-sungguh. Aku memang sempat ketakutan ketika mendengar tawarannya, tapi tetap melanjutkan negosiasi dengan pemimpin mereka. Sebenarnya, kalau dipikir hati-hati, mereka adalah ras eudemon dengan tingkat kisaran tertinggi dalam kekuatan spiritual. Apa yang tidak memuaskan dari itu?!"

“Tapi, mereka adalah burung aneh yang mana para Dewa Yunani rencanakan untuk dilenyapkan, loh?!"

Izayoi menatap kedua orang panik itu dengan tatapan tajam.

"Kalian salah. Permainan ini 'mengumpulkan sejumlah besar koin hijau dari tubuh Stimfalia'. Kalau kalian mampu nyelesaiin masalahnya damai-damai, begini yang terbaik."

“Itu, tafsiranmu saja, kan?! Bukankah normal membacanya sebagai pemusnahan burung aneh,"

—*Bang* Izayoi melemparkan koin perak dan tembaga ke arah mereka.

Kemudian dia lemparkan segenggam penuh bulu tembaga hijau dan bulu perak ke udara sambil menambahkan.

"Itu semua adalah cetakan koin emas dan perak dari faksi di dalam Dewa Yunani, dikenal sebagai [Kerykeion]. Di koin pasti ada gambar Stimfalia terukir di atasnya, kan?"

“A, apa?!"

“Apa yang terjadi? Oi!"

Kedua wakil ketua berseru kaget.

Izayoi berbalik dan mengisyaratkan mereka untuk diam saat dia mulai menarasikan alasannya.

"[Kerykeion] membuat permainan ini demi bahan-bahan buat cetakan koin baru buat diri mereka sendiri dan nggak ada alasan lain."

“Itu, itu. . . Tapi, kenapa mereka butuh bulu Stimfalia?"

“Entahlah? Selanjutnya cuma spekulasiku. Pembersihan burung Stimfalia cukup terkenal di mitologi Yunani. Karenanya, Para Dewa Yunani memutuskan memakai ukiran Stimfalia di koin mereka buat memamerkan pencapaian itu."

“Lalu, jika koin tembaga dibuat dari bahan [bulu tembaga hijau] dari Stimfalia,"

“Koin perak juga dikombinasi dari [bulu tembaga hijau]."

Izayoi, Asuka, dan Yō menyelesaikan baris itu untuknya.

Kedua wakil ketua mencerna informasi baru yang mereka dapatkan di dalam pikiran mereka sambil mendapat kesimpulan ringkas.

"Berarti bisa dibilang permainan ini bukan untuk melenyapkan burung aneh. . .?"

“Hanya menyerahkan bulu burung aneh akan cukup? Semuanya demi mencetak koin baru?"

“Iya, benar. Cuma nyerahin bulu tembaga hijau terus [Kerykeion] nggak bakal peduli cara yang dipake partisipan."

“H'em. Jadi, kami mencari pemimpin Stimfalia demi negosiasi dan ini yang dia katakan: {"Jika ini terus berlanjut, permainan yang diselenggarakan [Kerykeion] akan menghapus ras kami. Kenapa tidak membentuk kontrak dimana kami mampu membayar bulu tembaga hijau demi mengangsur pada Komunitas sambil mendapatkan perlindungan sebagai rekan baru dari [Two Wings]."}".

Mendengar tambahan narasi akhir Yō, keduanya akhirnya mengerti poin asal mereka dan alasan seluruh kejadian.

"Aku mengerti. Ini adalah sesuatu yang bisa kami bantu."

“Itu benar. Walaupun sebelumnya aku berkata seperti itu, tapi kami selalu menyambut rekan yang kuat. Lagipula, kami dari Aliansi [Draco Greif] akan segera menjadi [Master Lantai] dan untuk eudemon sekuat kalian, kami tidak akan menolak."

Kedua wakil ketua tertawa sungguh-sungguh ketika membuat janji.

Dengan Yō sebagai penerjemah, pemimpin kawanan, ibu burung menundukkan kepala penuh syukur.

{"Terima kasih. Kami yang telah ditakuti sebagai burung aneh dengan ini bersumpah untuk melindungi kedamaian sebagai yang mempertahankan wilayah dan bertarung bersama kalian di bawah Bendera yang sama."}

". . . Baiklah, jadi Tuan Garol, itu adalah akhir dari permintaan, kan?"

"Ahh, segalanya sempurna. Aliansi [Draco Greif] juga akan menyambut zaman yang lebih makmur setelah hari ini!"

Garol tertawa gelak yang tidak kurang jika dibandingkan dengan kedua wakil ketua saat bertepuk tangan.

"Oi, panggil orang-orang yang menunggu di luar! Bilang pada mereka bahwa kita akan mengadakan pesta untuk menyambut pasukan utama baru Aliansi!" Garol mengeluarkan Kartu Hadiah untuk mengeluarkan sebotol rum yang dia tempatkan di sarang.

"Baik!"

Setelah menerima perintah, para bawahannya segera menginformasikan ke anggota [Two Wings] yang menunggu di luar.

Izayoi, Asuka, dan Yō bertukar pandang saat mereka tertawa—

"Caranya emang beda sih. . . Tapi dengan kontrak angsuran dari bulu Stimfalia, permainan <<Tembaga hijau burung aneh>> bisa dibilang selesai, kan?"

“Yap. Selanjutnya adalah negosiasi dengan Tuan Garol tentang mendapatkan tujuh puluh persen hadiahnya."

“H'em. Kita memang berhak membuat tuntutan itu."

*Plak!* Mereka menepuk tangan tinggi satu sama lain untuk kemenangan yang mereka raih.

Setelah menyelesaikan permintaan Garol untuk <<Tembaga hijau burung aneh>>, si trio tersenyum nakal saat berjalan menuju perjamuan.


Bagian 10[edit]

—Diberkahi oleh sinar dari bulan purnama, anak-anak burung Stimfalia satu demi satu menetas dari cangkangnya.

Perjamuan yang juga diadakan dalam keberkahan atas masuknya rekan baru mereka juga dipenuhi canda tawa.

Dan di antara suara berisik itu, ada suara ratapan kesedihan ketika di sana, seorang gadis bertelinga kelinci sedang dipatuki anak-anak burung yang baru menetas—Kuro Usagi.

"Tidak boleh! Ada banyak pemabuk dan orang dewasa yang terbuang sedang mabuk di luar! Membiarkan kalian yang baru menetas untuk keluar sangat tidak boleh!"

{"Nggak peduli~! Semuanya mau keluar, dasar Tetek Kelinci~!}

{“Kalau kamu nggak mau membiarkan aku pergi keluar, aku akan meludah racun, loh! Akan kukutuk dirimu dengan suara lantang, dengar?!"}[3]

{"Kalau kamu nggak membiarkan kita lewat, setidaknya, beri kami susu, Gu heh heh."}

"Tunggu sebentar, meludah racun yang itu?! Dan siapa bocah yang membuat komentar tidak pantas itu?!"

*Uwaa!!* Telinga kelinci Kuro Usagi berdiri dalam kemarahan. Namun, anak-anak burung yang sangat tidak mau patuh itu tidak berniat untuk tenang.

Bahkan jika dia adalah [Kelinci Bulan]—dinyanyikan oleh penyair sebagai yang tidak berdosa, romantis, bersifat baik, dan jujur, dan ras yang disimbolkan dengan tanpa pamrih, masih ada batasan dalam kesabarannya.

Kuro Usagi dipermainkan layaknya guru pembimbing dan butuh banyak usaha untuk membuat anak-anak burung itu tidur.

Akhirnya, ketika anak-anak burung itu tertidur, Kuro Usagi menurunkan telinga kelincinya karena lelah.

"A, Akhirnya mereka tertidur. Ketika dibandingkan dengan anak-anak burung itu, Izayoi dan lainnya masih lebih baik untuk ditangani. . ."

“Ho? Kata-kata itu, nggak bisa dibiarin gitu aja."

*Eiya*?! Telinga kelinci Kuro Usagi melompat karena terkejut dan saat dia berbalik ke belakang, dia dihadapkan dengan si trio bocah yang mengeluarkan aura jahat saat mereka menatap langsung kepadanya dengan senyum cemerlang.

Atau mungkin bisa dikatakan sebagai melotot.

"Kek gitu? Kurasa kejahilan kita nggak beda sama bocah-bocah baru lahir itu, ha?"

“. . . Kalau begitu, mulai hari ini dan seterusnya, kita harus kerja keras untuk mengasah kemampuan kita dalam menjahili."

“Tidak, tidak usah. Sangat tidak diperlukan!!!"

Kuro Usagi mengeluarkan kipas lipat untuk memukul kepala mereka.

Sementara itu, hari-hari saat rambut di telinga kelinci itu jatuh terkulai mungkin akan datang karena perih kelaparan yang dia rasakan.

Mempermainkan Kuro Usagi sampai tingkatan yang bisa diterima, si trio saling berpandangan sebelum mempersembahkan makanan yang mereka bawa dari perjamuan.

"Nih, hadiah buat usahamu."

“Kita akan pulang besok, jadi makanlah sekarang."

“Tapi, kalau tidak mau makan, aku bisa. . ."

“Kasukabe, tolong tahan diri."

Asuka dengan cepat mengekor kata-kata Yō.

Mata Kuro Usagi berkilauan saat dia berlari ke arah mereka untuk makanannya.

(Seperti yang Kuro Usagi duga, mereka lebih lembut daripada anak-anak burung itu.)

Kuro Usagi melambaikan telinga kelinci gembira saat meminum sup yang hangat dan beruap.

Izayoi yang duduk di sampingnya mengunyah daging, tertegun saat menatap langit.

Melihat cerahnya bulan purnama, dia bergumam, seolah tersesat dalam kenangan.

". . .Nama kita terus-terusan menyebar. Kayaknya sudah saatnya ningkatin usaha propaganda."

“Hehe, benar. Aku juga merasa bahwa inilah saatnya melakukan aktivitas sebagai komunitas secara resmi."

“H'em. Dengan begitu. . . Kita pasti akan menemukan jalan untuk memulihkan [Bendera] dan [Nama] komunitas kita yang hilang."

Si trio saling berpandangan dan mengangguk setuju. Dan mata Kuro Usagi bercahaya dengan berderai air mata saat menatap rekannya yang bisa diandalkan.

(Mengadili Raja Iblis dan mendapatkan kembali kemuliaan kita. . . Selama semuanya di sini, pasti bisa.)

Menempatkan tangannya ke dada, dia memeluk kehangatan yang diberikan rekan-rekannya terhadap dirinya.

Seolah terdorong oleh kehangatan itu, Kuro Usagi berdiri dengan antusias.

"Baiklah, semua orang sudah menyelesaikan permainan dengan sukses! Meski mungkin melewati ikatan, mohon biarkan Kuro Usagi memimpin tos!"

“ “ “Aiye—” ” ”

"Baik, lalu ayo. . . Oi, tidak bisakah Kuro Usagi yang melakukan kehormatan itu?!"

Kuro Usagi menundukkan telinga kelincinya seolah tersakiti oleh reaksi mereka.

Namun si trio segera bertukar pandang saat mereka tertawa dari reaksi itu.

"Mah, Kuro Usagi nggak banyak aksi kali ini. Kayaknya mending kamu saja yang ngelakuin."

"Yap, hal seperti ini lebih baik kamu saja."

Let’s go, Kuro Usagi.””

Berikutnya, si trio mengangkat gelas mereka memberi isyarat. Kuro Usagi segera mengangkat telinga kelincinya dan mengangkat gelasnya untuk mempertemukan gelas dengan yang lain.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v9 p198.png

"Lalu, mari tos demi kemakmuran kita atas [No Name]—"

“ “ “KanPai!" " "

"Kanpai. . . Waahh, kalian masih tidak membiarkan Kuro Usagi mengatakannya hingga akhir!!!"

Kuro Usagi bercucuran air mata saat bergabung dengan trio bocah rusuh saat mereka mempertemukan gelas mereka.

Bermandikan kilauan cahaya bulan purnama.

Kemenangan penuh harap telah berkumpul untuk pesta perayaan yang berlanjut hingga tengah malam saat mereka berdoa demi cahaya masa depan.



Translator's Notes[edit]

  1. FYI→[magrefnotes: therianthropy adalah kemampuan berubah dari manusia ke binatang atau sebaliknya.]
  2. FYI→[magrefnotes: 醍醐味,daigo-mi digunakan dalam Bahasa Jepang sebagai ungkapan kiasan untuk yang terbaik/epitomi, seperti yang diklarifikasi dan saran dari jorgelotr. :)]
  3. FYI→[magrefnotes: Note from author: makna meludah racun dan mengutuk seseorang adalah permainan kata-kata. Meski secara harfiah meludah racun juga bisa berarti seseorang akan berbicara kotor. ]


Kembali Ke Halaman Utama