Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 1 Prolog 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog 1[edit]

Di langkan besar yang membentang dari batuan dasar, ada seorang pria muda berdiri di tepian.

Dia tampak tidak lebih dari 16 atau 17 tahun, dia memiliki rambut hitam longgar dan kusut dan mengenakan pakaian yang aneh. Sebuah hakama dengan manset diikat dengan sabuk tebal dan mantel berwarna mencolok. Tak satu pun tampak dari dunia ini.

Dia berdiri di atas tebing batu halus dan vertikal tanpa pijakan, 300 atau 400 meter di atas tanah, pandangan yang membentang di atas cakrawala sangat menakjubkan. Orang normal akan merasa pusing dengan hanya berdiri di sana tanpa melihat ke bawah.

Walaupun begitu, pria muda itu berdiri dengan tenang di tepi langkan saat menatap tempat tersebut.

Dalam bidang pandangannya yang luas, tanah bergelombang menyebar saat pola bintik-bintik hijau muda dan coklat kemerahan berjalin bersamaan. Bagian hijau gelap yang tampaknya hutan dapat dilihat dari berbagai tempat. Bila dia mengangkat kepalanya dan menatap ke atas, di atas tebing vertikal ke dataran tinggi di dalam tanah, dia bisa melihat puncak-puncak tinggi pada pegunungan dan kaki gunung.

Sebuah hutan lebat yang menutupi dataran tinggi. Berkat kepadatan tinggi pepohonan dan daun hijau gelap, bila ada yang menunduk ke hutan dari langit, mungkin itu tampak seperti tanah hitam menyebar di atas tanah.

Pria muda yang menatap itu mengangkat kepalanya secara perlahan.

Walaupun itu samar dan kabur, dia mampu memiliki pandangan yang baik dari puncak tertutup salju di kejauhan. Punggung bukit itu memotong kaki langit, memisahkan bumi putih dan langit biru.

Pria muda itu menoleh karena beberapa bayangan muncul di sudut matanya, melihat apa yang tampaknya sejenis naga bersayap yang kecil terbang di langit yang cerah.

“Memang terlambat untuk mengatakan ini, tapi ini sungguh dunia yang aneh.”

Dia masih menatap langit, mengikuti bayangan hitam itu pergi.

“Walaupun aku mengatakan itu...Aku masih tak bisa mengingat apapun dari duniaku sendiri, tapi aku tahu bahwa setidaknya tak ada makhluk begitu terbang di langit.”

Pada saat itu.

Seorang wanita mendekati punggung si pemuda.

Wanita itu tampaknya berusia awal dua puluhan. Dia memiliki rambut panjang hitam-kebiruan tersebar di punggungnya sampai pinggang. Dia mengenakan gaun hitam panjang yang menutupi tubuhnya sampai mata kaki. Gaun panjang memiliki celah yang ditunjukkan dari kedua sisi rok, satunya dapat melihat paha wanita seksi itu.

Wanita itu berhenti di depan punggung pria itu dan memanggilnya usai melirik punggungnya.

“Apa yang kaulihat, [NagaDragon King]-sama?”

“Aku hanya...tunggu, aku bilang berhentilah memanggilku Naga-sama. Memangnya kaupikir siapa aku?”

“Selain itu Naga-sama, bagaimana lagi aku harus memanggilmu dengan gelar [Dragon King]??”

Meskipun senyum muncul di wajah wanita itu, tampaknya tak ada cemoohan di dalamnya.

Tapi di sisi lain, wajah pemuda itu tersenyum sinis.

“Ini terlalu muluk. Toh, aku tak tahu bahwa namaku memiliki makna berlebihan seperti [Dragon King].”

“Kau bilang begitu tapi, kau tak mau menyatukan dunia ini? Bersatu dan membawa tatanan baru? Lalu aku percaya bahwa yang disebut [NagaDragon King] sangat sesuai untukmu.”

“Itu niatku, tapi, aku belum merebut satu kastil pun. Kalau aku mulai mengklaim diri sebagai Dragon King, maka bagaimana aku harus menyebut diriku ketika aku mengambil alih dunia?”

“Kau bisa menyebut diri apapun yang kaumau, seperti Penakluk NagaDragon Conqueror atau Kaisar Naga SuciHoly Dragon Emperor?”

“Uhahaha! Mengagumkan.”

Walaupun pria muda itu tertawa gembira, wajah wanita itu sedikit heran.

“Kau yang mengagumkan. Untuk menyatukan negara-negara yang dibagi seperti ini, untuk menyatukan terkamnya dunia ini, bukanlah sesuatu yang orang normal akan pikirkan. Setiap negara hanya melindungi wilayah mereka sendiri, dan demi melindungi negara mereka, mereka menyerang wilayah tetangga. Hal yang sama bagi manusia dan witchpenyihir, untuk melindungi diri, manusia mencoba untuk menghancurkan penyihir, dan untuk melindungi diri kita, penyihir menyerang balik mereka. Kita telah menjaga siklus perang tak berujung selama ratusan tahun. Sudah terlambat untuk hidup berdampingan satu sama lain...Itulah yang semua orang pikirkan.”

“Makanya itu tidak berguna. Kalau satu-satunya hal yang mereka lakukan adalah melindungi negara, baik negara maupun rakyatnya akan maju ke depan. Kalau seseorang tidak menerima tantangan, dunia takkan berubah. Kalau tidak ada yang menyampaikan tantangan...”

Pria itu berbalik menghadap wanita itu dan tersenyum dengan berani.

“Lalu aku akan merebutnya.”

“Aku sangat terkejut oleh cara berpikirmu. Bagaimana seorang pria muda sepertimu mendapatkan ide begini?”

“Aku tidak tahu tapi, aku merasa bahwa itu sesuatu yang harus kulakukan. Walau aku tidak akan mengatakan itu adalah...obsesi, itu seperti suara yang menyetuh di suatu tempat di hatiku, mengatakan bahwa dunia yang robek harus bersatu.”

“Aku ingin tahu apakah itu rahasia tersembunyi dalam ingatanmu yang hilang.”

“Mungkin saja.”

Sekali lagi, pria itu menatap pada pemandangan misterius di hadapannya.

Dunia luas.

Alam terjal.

Banyak negara.

Manusia yang beragam.

Penyihir.

Konflik panjang antara manusia dan penyihir.

Serta konflik berkelanjutan antara manusia.

Bisakah pria ini menyatukan dunia ini?

Bisakah dia menghentikan konflik panjang antara manusia dan penyihir yang telah terjadi selama berabad-abad?

Untuk mengakhiri perebutan kekuasaan rakyat yang berlangsung selama ratusan tahun?

“Akan kulakukan.”

Pria muda itu tertawa berani.

“Tidak peduli seberapa baiknya dunia di luar sana, aku lahir untuk menyatukan dunia.”

Pria muda itu berhenti tersenyum dan menatap wajah wanita itu dengan ekspresi serius.

“Jadi Harrigan Halliway Haindora, penyihir hitam pekat dari Hutan Hitam, akankah kau dan penyihir lainnya berjuang bersamaku?”

“Itu niat kami. Walau kelompok kami tidak punya kekuatan, kami siap untuk memberikan semua kekuatan kami untuk membantu ambisimu. Apapun itu, itu adalah cahaya harapan yang bersinar pada masa depan kami saat di jatuhkan di lereng menghadapi kepunahan. Kalau kami mewujudkan ambisimu, kami bisa mengamankan masa depan kami.”

“Aku harap begitu.”

“Pertama-tama, kau menyelamatkan hidup kami, sehingga kami harus melunasi utang itu. Bukankah kaubilang sebelumnya [Untuk pastikan membayar utang menginap malam dan makan]? Sekarang giliran kami untuk melunasinya.”

“Untuk seorang penyihir kau terlalu terhormat.”

“Aku terhormat karena aku penyihir. Bagaimanapun juga, kaulah yang mempertaruhkan nyawamu di pertempuran demi kami karena [Utang makanan dan tidur]. Akan terlalu terhormat.”

Pemuda itu, ingat apa yang dia lakukan, hanya tertawa bahagia.

Pria muda itu terus tertawa sejenak, dan segera memutar tubuhnya.

“Nah, mari kita pergi Harrigan. Sudah semakin dingin di sini, kita akan kedinginan kalau kita tinggal terlalu lama.”

Pria muda dan penyihir itu berangkat dan segera menghilang ke pintu masuk gua.

Embusan angin bertiup di atas langkan batu yang ditinggalkan, membuat suara melankolis yang menyerupai angin musim dingin yang bersiul melalui pagar.

Ini adalah negara-negara berperang.

Sebuah dunia di mana perang tak pernah berakhir.

Sebuah dunia yang tercakup dalam huru-hara perang.

Sebuah dunia ditutupi oleh awan perang.

Di mana kerusakan akibat perang tak pernah berhenti.

Di mana genderang perang tak pernah berhenti.

Di mana medan perang tersebar di dunia.

Di mana apa yang menanti di jalan seorang pria bisa menjadi kemenangan atau kekalahan, dan juga hidup atau mati.

Bisakah pria ini sungguh menyelamatkan penyihir yang berada di ambang kepunahan?