Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi[edit]

Prolog 1[edit]

Yuuki, yang telah mengintai, kembali di papan udara dengan kecepatan penuh menuju Benteng Ein.

“Mereka datang, mereka datang, mereka datang! Pasukan dari Kerajaan Cassandra sedang menuju ke arah sini!”

Dengan cepat turun dari papan udara, Yuuki terbang di sekitar bagian dalam benteng dengan ketinggian rendah sambil berteriak dengan suara keras. Para penyihir, baik di dalam maupun di luar, mulai berlari setelah mendengar peringatan Yuuki. Yuuki mengenakan pakaian tipis sekali, tapi kurang-lebih ada penyihir mengenakan armor. Kendati begitu, armor mereka terbuat dari kayu atau kulit yang dibuat agar tidak mempengaruhi aliran sihir mereka. Para penyihir terus berkumpul satu demi satu di dalam ruang terbuka benteng. Naga, yang sudah tiba di sana, meminta Yuuki untuk memastikan posisi musuh.

“Berapa jumlah mereka?”

“Kalau tidak salah sekitar seribu.”

“Apa mereka membawa persenjataan berat untuk pengepungan istana?”

“Kukira itu katapel. Mereka memiliki 2, dan selain itu, 1 pelantak tubruk, kurasa.”

“Ada lagi yang menonjol?”

“Tidak juga.”

“Begitu? Terima kasih atas kerja kerasmu.”

Sambil melayang di udara, Yuuki mengalihkan pandangannya dengan wajah yang sedikit memerah.

“T….Tidak, aku belum melakukan sesuatu yang khusus, seperti biasa. Itu bukan sesuatu yang harus dipuji, terutama, bukan olehmu.”

“Melakukan apa yang harus dilakukan, bukankah itu harus dipuji?”

“Ah, benar juga. Nah, jika kau benar-benar ingin memujiku, bukankah seharusnya kau melakukannya semaksimal mungkin?”

(Bukan berarti aku melakukannya dengan iseng, tapi....)

“Selagi kita melakukannya, maukah kau pergi dan mengawasi pergerakan musuh sekali lagi?”

“Itulah yang kulakukan, jadi tak usah kau mengucapkan itu padaku.”

Angin berkumpul di sekitar papan udara Yuuki sambil menciptakan pusaran. Segera setelah itu, dia melonjak ke langit seolah memantul ke tanah dengan kekuatan yang tak kasat mata. Naga melihat ke papan udara yang menjadi lebih kecil di dalam langit yang agak berawan. Akhirnya, dengan mengalihkan pandangannya ke belakang dan mengarahkannya ke arah para penyihir saat ini, ia mengeluarkan instruksi secara berurutan.

“Eliushune akan memeriksa ulang apakah semua mantel tersedia untuk digunakan.”

“Kay, ikut dengan Eliushune.”

“Ikushina, Raibaha, bawa kuda-kuda.”

“Harrigan, kita akan mempersiapkan serangan mendadak. Perintah yang lain untuk membuka gerbang.”

“Vita juga, bisakah kau bantu aku?”

“Arurukan, pergi lepaskan hewan-hewan itu.”

“Ais, kau siap melempar batu, kan?”

“Mereka yang ditugaskan di garnisun benteng ini, ambil posisi.”

Menerima perintah Naga, para penyihir terus menyebar.

Tak lama kemudian, Raibaha membawa 2 kuda dengan kekangnya.

“Naga-sama!”

“Ohh, kerja bagus.”

Naga, yang dengan mudah menaiki kudanya sendiri, mengulurkan tangannya ke arah Vita.

“Tangkap!”

“Aku bisa sendiri.”

Mengatakan hal tersebut, Vita dengan ringan mendorong dari tanah.

Setelah tubuhnya dianggap menari tinggi di udara, dia dengan lembut menempatkan dirinya di atas pelana layaknya bulu jatuh.

“Ah, benar. Aku lupa kau bisa menjadikan dirimu ringan.”

“Betul. Kalaupun kuda itu tingginya hampir tiga meter, aku masih bisa menunggangnya dengan mudah.”

“Bahkan aku pun akan punya masalah menunggangi kuda setinggi itu!”

Naga membalikkan kuda itu setelah membalasnya.

“Bagus sekali. Mereka yang siap, ikuti aku!”

Begitu Naga menendang sisi kuda dan menarik kekangnya, dia berlari menuju gerbang.

Raibaha mengikuti kuda Naga.

“Ah~, Naga-san, tolong tunggu”

Ikushina, yang berangkat agak tertunda, mengejar mereka berdua sambil mengguncang rambut panjangnya yang diikat di punggungnya.

Belajar tentang gerakan Kerajaan Cassandra dari Yuuki, Naga menunda penyelidikannya ke dalam keadaan musuh dan mulai melakukan serangan balik. Seperti yang diperkirakan Naga, Kerajaan Cassandra akan cepat atau lambat datang untuk merebut kembali benteng mereka, akan tetapi, jumlah mereka kurang dari apa yang telah diantisipasi. Orang mungkin bisa mengatakan itu adalah Cassandra terbaik yang bisa dikirimkan sekarang, karena tampaknya mereka tidak memiliki kekuatan lain. Dengan kata lain – mereka melemah. Naga, yang berlari ke luar benteng, tahu ada sekitar seribu pasukan musuh mendekat.

(Kita bisa mengusir mereka kalau sebanyak itu. Setelah kita berhasil menangani Kerajaan Caesandra, mereka seharusnya tidak punya kekuatan cadangan yang tersisa untuk menyerang kita. Mereka mencoba untuk mengulur waktu, agar tidak membiarkan kita memperkuat pertahanan benteng ini dan membangun negara penyihir.)

Namun, Naga masih belum menyadari pasukan paling elite milik Ordo Ksatria Suci Gereja Lama, Brigade 88, dimasukkan.


Jalan utama yang membentang dari ibukota Kerajaan Cassandra ke Benteng Ein persis seperti jalan yang menghubungkan daerah pegunungan dan daerah berbukit. Hanya dengan hutan pegunungan dan tanah kosong yang ada di sekitarnya, tak ada kota atau desa, atau bahkan lahan yang dibudidayakan untuk dilihat. Rupanya, jalan itu konon awalnya digunakan oleh pedagang yang melakukan perjalanan di sepanjang Sungai Schwein dari Kota Lancel, yang terletak di dekat muara sungai. Bahkan Benteng Ein dibangun untuk melindunginya, dan belakangan ini, itu telah menjadi basis garis depan untuk melawan para penyihir. Di atas bukit yang sedikit lebih tinggi yang terletak di dekat jalan, ada sebuah pondok kecil yang didirikan di tempat penggalian. Pondok itu kemungkinan besar dibangun dengan terburu-buru, karena itu kira-kira selesai dan memiliki banyak retakan. Bahkan satu tanda kehidupan pun tak dapat dirasakan dari interiornya. Di dalam ruang kosong dan terkurung itu, hanya satu, mantel tipis tersebar di atas lantai. Namun, mantel itu mulai perlahan naik. Akhirnya, kepala Eliushune menjulur keluar dari dalamnya. Terlebih lagi, ketika mantel terus naik, tubuh Elysione sepenuhnya terwujud.

“Umm…. apakah kita sudah sampai?”

Sebuah suara dari dalam mantel terdengar.

“Ya.”

Kulit telanjang Eliushune menjadi terbuka saat dia menggulung mantel. Dia tak mengenakan apa-apa selain mantel, tapi itu hanya karena sifat keterampilannya, yang hanya memungkinkan dia untuk membawa makhluk hidup. Meskipun jelas bahwa logam menghalangi sihir, bahkan sepotong kain saja mampu menghalangi keterampilan seseorang. Itu sebabnya Eliushune takkan memakai seutas kapanpun dia menggunakan sihirnya. Di kakinya, Kay merangkak keluar dengan sikap menggeliat, tapi, dia juga sepenuhnya telanjang. Selama Eliushune menggendong seseorang, mereka akan bisa melakukan teleportasi juga, akan tetapi kondisinya adalah mereka harus telanjang.

“Bisakah aku memakai sesuatu?”

“Tidak ada apapun di sini.”

“Eh......?”

“Itu karena kita harus teleport ke mantel selanjutnya, cepat atau lambat. Mengenakan pakaian di setiap pemberhentian itu buang-buang waktu.”

Kay memandang Eliushune, yang mengenakan mantelnya, dengan wajah sedih.

“Tidak…. Apa maksudmu mengatakan aku harus tetap telanjang, sedangkan, tidak masalah bagimu untuk menutupi tubuhmu dengan mantel itu?”

“Bukankah kau selalu terlihat telanjang? Dan sekarang, kau merasa malu?”

“T, Tidak. Yah, itu mungkin benar, tapi..... tapi, kendati cuma tali saja, mengenakan sesuatu terasa berbeda dari tidak memakai apa-apa?”

“Berhenti mengeluh. Aku akan meninggalkanmu seperti itu di sini.”

Melihat bagaimana kepala Eliushune mulai tenggelam, Kay panik sambil membuat keributan. Bingung tentang fakta ditinggalkan seperti itu, Kay melompat ke Eliushune.

“Ah, hei, jangan gulung mantelnya!”

Sebagai hasil dari mantel yang digulung oleh Kay, setengah bagian bawah Eliushune menjadi terbuka.

“Biarkan aku masuk, biarkan aku masuk, biarkan aku masuk.”

Kay terkapar melalui bagian mantel yang digulung.

“Hei, tempat itu, ah, jangan memaksakan wajahmu di sana!”

“Mufun. Eliushune, aku tak tahu kau menggunakan rambut ini–”

  • Bang!*

“Ah, sakit tahu!”

“Sudah kubilang jangan memaksakan wajahmu di sana!”

Kay, yang menarik kepalanya dari mantel, dengan lembut mengusap bagian belakang kepalanya yang tertekuk.

“Jujur deh, jangan pukul aku yang kuat ini ketika aku tidak mengeras....”

“Diam. Aku beneran bakal meninggalkanmu kalau kau tidak patuh. Kutebak, kau akan menikmati berjalan-jalan seperti ini.”

“Uwaaa, tolong lepaskan aku dari itu.”

Kay membungkuk dengan sikap jinak ke arah Eliushune.

“Kalau kau tidak mau itu terjadi, maka patuhlah.”

“Baik.”

Kay merangkak di bawah mantel dengan tergesa-gesa, saat Eliushune menjulurkan ujungnya.

“Baiklah, mari kita teleport ke mantel selanjutnya.”

Beberapa mantel yang mengandung sihir Eliushune ditempatkan di sepanjang jalan utama, dalam keadaan darurat. Dengan mereka, bisa saja bagi Eliushune (dan satu orang lagi) untuk bergerak di sekitar jalan utama dalam sekejap waktu. Baru saja, Eliushune sedang memeriksa fungsi mantel, sedangkan, Kay ikut serta sebagai pengawalnya. Itu adalah pemeriksaan terakhir mereka.

“Ah, omong-omong,”

Kay mengangkat suaranya dari dalam mantel.

“Eliushune, jika Naga-san bertekad untuk melakukan penyusupan dan penyelidikan, akankah kau mengikutinya?”

“Tidak, aku penasaran soal itu. Itu belum diputuskan, tapi...”

“Jika sesuatu terjadi pada Naga-san, maukah kau melarikan diri bersamanya?”

“Kukira…. begitu.”

“Dengan kata lain, kau akan melakukannya meskipun itu berarti bagimu untuk menteleportasi Naga-san yang telanjang, kan?”

“Uuuuuuh……..”

Eliushune mengerutkan wajahnya sambil sedikit mengerang. Tentu saja, Kay, yang bersembunyi di dalam mantel dan menempel di pinggang Eliushune tidak bisa melihatnya, tapi,

“Apakah itu berarti kau akan bersedia untuk membawanya ketika berteleportasi? Terlepas dari telanjang bulat dan saling menempel?!”

“Aku, aku tidak mau memikirkannya, jadi jangan sentuh topik itu lebih jauh!”

“Eh? Kau tidak suka? Kau tidak mau melakukan hal-hal itu?”

“Mana mungkin aku mau?!”

“Eh~, kau benar-benar tidak tertarik melakukan itu? Meskipun aku iri padamu.”

Eliushune mengerutkan wajahnya lagi dan bertanya balik.

“I, iri padaku? Maksudmu berpelukan dengan seorang pria sambil telanjang?”

“Bukan, ini bukan soal seorang pria, tapi Naga-san, tahu. Bahkan aku benci memiliki seorang pria sebagai partnerku.”

“Jadi kau tidak keberatan selama itu Naga-dono?”

“Kau tahu, ketika Naga-san memberiku tumpangan, entah mengapa, aku merasa sedikit nostalgia setelah menempel di punggungnya. Kau bisa mengatakan bahwa ingatan ayahku kembali kepadaku?”

Eliushune membuat wajah tercengang kali ini.

“Kau, bisa mengingat hal-hal tentang ayahmu?”

“Haruskah kau menggambarkannya sebagai mengingat? Itu hanya sekedar fragmen dari ingatanku, tapi kau tahu….”

“Begitukah?”

“Itu sebabnya aku bertanya-tanya apakah aku bisa mengingat lebih banyak tentang ayahku, apakah aku harus memeluk Naga-san?”

“Saat telanjang?”

Kay menjawab dengan acuh tak acuh.

“Ya, saat sedang telanjang.”

Eliushune melihat ke bawah kakinya dengan ekspresi tercengang.

“Kalau begitu, aku bertanya-tanya apakah kau tidak seharusnya menaruh kepercayaanmu pada Naga-dono dan berkata ‘Mohon memelukku saat telanjang’, atau mungkin, akan lebih baik untuk telanjang dan menyusup ke kamar tidur pria itu?”

“Uhyaaa” – suara histeris dibangkitkan dari dalam mantel.

“Memang benar, itu memalukan. Itu terlalu memalukan, jadi ogaaaaah.”

“Hei, jangan berontak!”

Eliushune memarahi Kay, yang menempel padanya sambil menggoyangkan tubuhnya sendiri. Saat dia melakukannya, Eliushune menghela napas.

“Senang mengetahui bahwa kau punya rasa malu.”

“Uwaaa, aku baru saja diberitahu sesuatu yang kasar.”

“Ini bukan saat yang tepat untuk berbicara omong kosong, jadi mari kita pergi ke tujuan kita selanjutnya.”

“Ya, tolong lakukan itu~”

Mereka berdua menghilang dari pondok segera setelah kepala Eliushune tenggelam, dan satu-satunya yang tersisa adalah mantel yang tersebar di lantai.


Pada saat Eliushune dan Kay menyelesaikan pekerjaan mereka dan kembali, hanya satu kelompok yang bertanggung jawab atas menjaga rumah di sana. Mereka berdua teleport ke mantel yang telah ditempatkan paling dekat dengan tempat serangan balik yang diantisipasi. Di sana, kelompok Naga tengah bersiap-siap untuk melawan. Eliushune meninggalkan Kay yang telanjang di belakang dan berjalan menuju rekan-rekannya, setelah itu dia menerima pakaian ganti dan membawanya kembali kepada Kay. Meskipun pakaian pengganti, itu pakaian yang sama, biasa, ultra tipis. Tetap saja, bagi Kay, yang bisa menggunakan sihir yang mengeras, tidak perlu mempersiapkan armor, bahkan untuk pertempuran. Memakai pakaian dalam jumlah minimum, Kay mencapai Naga dan yang lainnya.

“Ooh, apa itu kau, Kay? Terima kasih atas kerja kerasmu.”

“Ahhhh, ya, kau juga.”

Ditatap di depan, Kay mengalihkan pandangannya seolah-olah merasakan sesuatu yang buruk.

“Apa? Apa ada masalah?”

Melihat Eliushune mendekat dari belakang Kay, Naga mengalihkan pandangannya ke arahnya dan bertanya.

“Apakah sesuatu yang buruk terjadi ketika kalian berteleportasi?”

“Tidak, aku tidak berpikir begitu.”

Eliushune menjawab sambil tersenyum lebar.

“Gadis itu, Kay, dia mungkin datang ke kamar tidur Naga-dono dengan permintaan, kurasa.”

“Ha? Apa maksudmu?”

Di depan Naga yang berkedip karena terkejut, Kay melompat ke Eliushune.

“Jangan katakan ituuuuuuuu!”

“KhKhey, jangan tutup mulut olang!”

Naga04 Illus-01.jpg

Kay menutup mulut Eliushune dengan tangan kanannya seolah mencoba meregangkan tubuhnya. Dia perlahan pingsan saat mengikuti gerakan Eliushune.

“Haruskah kau menyebutkan sesuatu tentang itu, aku akan menanggalkan mantelmu itu, oke? Dan jika itu terjadi, itu akan berada di depan Naga-san, tahu?”

“Itu bakaran masarah.”

“Dengan itu, payudara besar dan selangkangan tebal Eliushune akan benar-benar terlih——”

“Uwaaaaaaaa!”

Kali ini, giliran Eliushune untuk menutup mulut Kay.

“Kaw bakar mati karau menyatakan itu.”

“Karian dua.”

Eliushune dan Kay memblokir mulut lawan mereka sambil melotot satu sama lain.

Akhirnya, mereka berdua tersenyum pada wajah mereka yang tertarik dan mengangguk.

“Aku takkan menyentuh masalah itu lagi.”

“Aku pikir kita telah mencapai kesepakatan bersama.”

“Apaan sih? Sepertinya kalian berdua sudah saling akrab. Benar juga, apa Kay akhirnya membuka dirinya untuk orang lain?”

Ais, yang sedang menonton mereka bertiga dari tempat yang agak terpisah, sedikit menekuk lehernya.

“Sepertinya agak berbeda dari akrab, tapi, yah, kurasa itu hal yang baik bagi para penyihir dari kedua klan untuk menjadi dekat satu sama lain.”

Ais bisa merasakan ini adalah hasil dari mengantarkan Naga. Bukankah penting bagi seseorang untuk bergaul dengan orang yang berbeda pandangan dan martabat? Hidup dalam satu klan dan berpegang pada keyakinan seseorang, bukankah itu berubah menjadi kelemahannya sendiri? Menerima orang luar, mengadakan percakapan dan berpikiran terbuka terhadap orang itu, baru-baru ini, Ais bertanya-tanya apakah poin-poin itu tidak penting.

(Kemudian, bukankah kita harus membentuk hubungan kekerabatan dengan orang-orang dari luar? Jika itu anakku dan Naga-san, itu pasti akan terlahir sebagai penyihir superior..... Apa, uwaaa?! Ya ampun, apa yang aku pikirkan?!)

Ais mengalihkan pandangannya dengan paksa ke tumpukan batu di dalam kandang.

(S, S, S, Sekarang kita harus memprioritaskan dan fokus pada serangan balik kita melawan Kerajaan Cassandra. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain. Tidak ada waktu sama sekali. Tenang, aku.)

Dia menghirup napas dalam-dalam. Ais telah berulang kali melakukan latihan lemparannya selama berhari-hari seperti ini. Dia telah mampu melempar batu besar pada jarak lebih jauh dari 270 meter. Belum lagi, tujuannya telah membaik juga. Tapi, Ais tidak bisa mengenakan armor karena dia harus meningkatkan tubuhnya dengan sihirnya. Karena itu, dia harus mengenakan pakaian tipisnya yang biasa dan menyuruh seseorang berdiri di sampingnya untuk menghalau anak panah. Namun sisi baiknya, Ais memiliki kemampuan ofensif yang hebat.

Kali ini, orang yang bertugas mengawasinya adalah Nonoeru. Selama dia dekat dengan air, Nonoeru bisa menjauhkan anak panah terbang dengan perisai yang dibuat dari membran air. Memegang seember air di tangannya, Nonoeru bersiaga di samping Ais. Dia juga mengenakan pakaian ultra tipis karena sifat sihirnya.

(Ketika aku mengamati penampilan mereka, entah mengapa, rasanya aku akan kehilangan minatku dalam pertempuran ini, yang merepotkan. Kendati begitu, ini adalah pemandangan yang bagus)

“Naga, kenapa lihat-lihat?”

Harrigan, yang telah selesai menyiapkan boneka-boneka kayu, mendekatinya.

“Meskipun itu sama seperti biasanya, aku masih tidak bisa setuju dengan penampilanmu, yang tidak tepat untuk pertempuran.”

Bagi Harrigan memindahkan boneka menggunakan sihirnya, dia juga harus mengenakan pakaian yang sangat tipis.

“Logam membatalkan sihir kami, jadi tidak dapat dihindari bahwa kami tidak bisa mengenakan armor sama sekali. Omong-omong, bukankah itu alasan yang membuatmu makin senang?”

“Yah, seperti yang kaubilang.”

“Aku sadar akhirnya kau menjadi jujur, bukan?”

Rambut hitam-kebiruan Harrigan yang melimpah melayang di udara.

“B, bukan, bukan hanya aku? Secara umum, semua pria akan senang dengan fakta itu? Benar, Raibaha?”

Raibaha, yang bersiaga di belakang Naga, menangkap sekilas Harrigan dan memalingkan pandangannya dengan tergesa-gesa.

“T...... Tolong jangan tanya aku untuk persetujuan.”

“Yah, kurasa aku akan membiarkanmu.”

Karena rambut Harrigan jatuh mengendur, mereka berdua mendesah lega.

“Omong-omong, tidak apa-apa bagi kita untuk sepenuhnya mengikuti sesuai rencana, kan, Naga?”

“Dengan situasi saat ini, kita mesti bisa menang tanpa masalah.”

(Tanpa masalah, katamu? Seperti biasa, pria ini luar biasa percaya diri.)

“Aku akan mengubah rencana dan memberi kalian instruksi baru jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, tapi untuk saat ini, kita akan menyergap mereka sebagaimana diatur. Harrigan, tolong tetapkan semua orang ke pos mereka.”

Harrigan kembali untuk menyampaikan instruksi Naga kepada para penyihir lainnya.

“Ais, kau harus bersiap-siap juga jadi…. Hei apa yang kaulakukan?”

Ais, yang menjadi bingung, menghentikan napasnya yang dalam dan mengayunkan tangan kanannya yang terbuka.

“Eh? Tidak, aku tidak melakukan apa-apa?”

“Aku mengerti kau mungkin gugup, tapi, jangan cemas. Kali ini, kita mesti bisa menang tanpa mengerahkan diri terlalu banyak.”

“A…. ya itu betul.”

Ais tidak terlalu gugup sebelum pertempuran, akan tetapi, karena sulit dan berat untuk menjelaskan alasan mengapa dia bingung, Ais tersenyum samar dan mengangguk.

“Kalau begitu, kukira aku akan pergi dan mempersiapkan posisiku juga.”

“Aku mengandalkanmu. Vita juga, tolong bersiaplah segera.”

“Umu, mengerti. Lalu, haruskah kita membuat pengaturan terakhir kita? Hei, Eliushu, ayo pergi.”

“Ya ibu.”

Melihat Vita dan Eliushune yang meninggalkan sisinya, Naga menghadap ke arah Kay.

“Kay, bersiaplah bersama boneka kayu.”

“Ah, ya, mengerti.”

Kay pergi segera setelah itu juga.

“Baiklah kalau begitu.”

Naga melihat dengan pandangan jauh di jalan utama berjalan dari utara ke selatan. Dia tidak bisa melihat dengan baik, karena jalan itu berliku-liku di antara perbukitan, tapi, Naga segera menyadari pasukan Kerajaan Cassandra muncul dalam pandangannya. Ada sekitar seribu. Di sisi lain, kelompok Naga memiliki kurang dari 20 penyihir, tapi, dia yakin dengan apa yang dia katakan sebelumnya.

(Betul. Seharusnya tidak ada masalah selama sebanyak itu. Kita harus khawatir tentang…… setelahnya.)

Pikiran Naga sudah terfokus pada pertempuran berikutnya.

Prolog 2[edit]

Itu tepat sebelum Naga dan yang lainnya mulai bersiap untuk serangan balik melawan pasukan Kerajaan Cassandra yang mencoba merebut kembali Benteng Ein.

Di ibukota Kerajaan Cassandra. Guiscard bergegas masuk ke kamar tidur tertentu yang terletak jauh di dalam istana kerajaan.

“Paman!”

“Guiscard, apa itu kau?”

Di dalam ruangan yang terang dan luas, sang raja, yang sedang berbaring di ranjang besar dekat jendela besar, mengangkat tubuhnya sambil tersenyum malu-malu, dan menyambut keponakannya.

“Ada apa denganmu, paman?”

“Dokter memberitahuku untuk tidak memaksakan diri, tapi baik....”

“Sungguh, tolong kuatkan dirimu.”

Ada saat-saat ketika Guiscard akan berpikir lebih baik membiarkan raja mati seperti itu dan........ menggantikan singgasana, tapi ada ketakutan kerajaan akan jatuh ke dalam kekacauan dan dalam kasus terburuk, bahkan runtuh. Itu sebabnya dia cukup serius dalam menyuruh Cassandra III untuk menyatukan diri.

“Sepertinya tidak ada yang salah dengan kondisiku, jadi kau tidak usah cemas tentangku. Lebih penting….”

Suara raja, yang biasanya lemah, menjadi semakin lemah. “Pernahkah kau mendengar tentang pasukan berkumpul di Granvista?”

“Aku kebetulan mendengar itu, tapi aku tidak tahu detailnya.”

“Jadi begitu? Ini adalah bagian informasi yang telah mencapaiku. Sepertinya itu akan berarti lebih banyak pekerjaan untukmu.”

“Soal pasukan itu, apa tujuan mereka berkumpul?”

“Tampaknya…. mereka membentuk pasukan untuk pemusnahan para penyihir. Utusan yang dikirim oleh Aiba mengatakan itu padaku.”

(Sekali lagi, apakah pria itu ikut campur?)

“Apa kau bermaksud mengatakan.... mereka datang ke sini untuk meminta bala bantuan?”

“Biarpun kau bilang bala bantuan, itu hanya sedikit. Itu karena mereka sudah memiliki sekitar tiga hingga empat ribu tentara.”

“Tiga hingga empat ribu?!”

Guiscard membuka lebar matanya.

Rigaya, yang berdiri di belakangnya, juga tercengang.

“Dan bukan itu saja. Sepertinya pasukan elite yang dibanggakan oleh Gereja Lama, Brigade 88, telah dipanggil juga.”

“Sungguh?”

Baik Guiscard dan Rigaya melompat kaget. Itu bukan situasi yang perlu untuk memanggil Brigade 88. Belum lagi, meski memanggil brigade, bahkan lebih aneh lagi untuk menambah tiga hingga empat ribu unit lagi.

“Aku ingin tahu apa artinya itu. Meskipun mereka dapat dengan mudah mengalahkan para penyihir dengan brigade itu sendiri, mereka masih mengumpulkan banyak tentara untuk kelompok pemusnahan mereka.”

“Aku tidak ada gagasan mengenai rencana Aiba tapi kemungkinan besar, kerajaan kita tidak akan beruntung dari itu.”

Sang raja menundukkan kepalanya tanpa daya sambil duduk di ranjangnya.

“Aku sudah sampai batasku. Aku sudah kehabisan kekuatan dan kemauan untuk mengatasi masalah kita saat ini. Guiscard… ..aku akan memberikanmu hak sebagai wakilku. Tolong jaga kerajaan ini mulai sekarang.”

(Apa?!)

Guiscard nyaris tak mampu menekan wajahnya yang menyenangkan. Tak lama setelah itu, dia membungkuk dengan sopan.

“Ya. Aku akan menerima tawaranmu dan melaksanakan pekerjaanku dengan kehati-hatian.”

“Kalau kau bisa mengatasi krisis ini dengan aman, aku akan secara resmi pensiun dan menyerahkan tahtaku kepadamu.”

Sepertinya sang raja serius mengenai ucapannya. Sudah menjadi keinginan kesayangan Guiscard untuk menjadi raja sejak kecil, tapi, ketika dia senang, dia juga merasa bingung pada saat yang sama. Berkat kematian ayah Guiscard, yang mana mantan raja, pamannya menggantikan takhta, yang membuatnya sangat percaya bahwa takhta bukanlah sesuatu yang harus direbut, tapi sesuatu yang harus diambil kembali. Dikatakan demikian, Guiscard tidak berniat untuk merebut takhta dari pamannya karena itu akan membuatnya tidak baik jika dia memerintah sambil dicap sebagai perebut kekuasaan sendiri. Menekan pemberontakan yang datang dari penduduk dan bawahan dan melenyapkan lawan-lawannya. Sudah jelas bagi Guiscard bahwa ia tidak akan memiliki kepemimpinan yang dibutuhkan untuk memandu kerajaan kalau ia merebut takhta itu sendiri.

(Aku tidak punya kapasitas untuk memimpin.)

Makanya, Guiscard terus mendapatkan lebih banyak pencapaian. Dia terus melakukannya. Lalu, dia diberkati dengan nasib baik ketika dia menduduki posisi puncak Jenderal dari Geobalk, sebagai akibat dari yang terakhir menderita kekalahan besar. Bahkan sekarang, Guiscard takkan berhenti berusaha untuk membuat pamannya mengenalinya. Begitulah rencananya untuk mendapatkan takhta. Guiscard takkan ragu untuk membalas bila raja memutuskan untuk menyingkirkannya, tapi, pada akhirnya, itu hanya balas budi. Dia tidak punya niat untuk memberontak melawan raja. Karena itu, jikapun dia memutuskan untuk mendapatkan takhta, Guiscard takkan tahu apa yang akan terjadi di masa depan untuknya. Namun sekarang setelah Kerajaan jatuh ke dalam krisis, tampaknya raja tidak mampu menanggung beban yang diletakkan di pundaknya.

(Itu karena kurangnya kebijaksanaanmu sehingga kau menjadi cemas dan mencapai batasmu. Kau bisa mengatakan kau menuai apa yang kautabur.)

Adalah apa yang dia pikirkan. Guiscard tidak menahan diri ketika dia diberitahu bahwa dia akan diberikan hak untuk mewakili raja. Namun, benar saja, dia tidak bisa memaksa dirinya untuk memegang tangannya dan mengatakan hal-hal seperti ‘Aku akan menerimanya dengan senang hati’. Sebaliknya, dia akan mengatakan ‘Tolong tetap kuat, paman. Kekuatanmu masih sangat diperlukan bagi kami.’ dengan dalih membantu Cassandra. Namun, raja menggelengkan kepala dengan senyum samar di wajahnya.

“Di satu sisi, ada penyihir sementara di sisi lain ada pasukan pemusnahan. Seorang pria tua sepertiku tidak bisa lagi memecahkan kebuntuan ini. Yang kami butuhkan, adalah darah muda sepertimu.”

Apa yang dikatakan Cassandra III terdengar hanyalah alasan untuk menghindari tanggung jawabnya, tapi bagaimanapun, Guiscard tidak merasa ingin mengkritiknya untuk itu.

“Pertama-tama, orang yang telah mengangkat kerajaan ini ke ukuran besarnya saat ini adalah ayahmu. Mungkin tidak perlu dikatakan bahwa kau adalah orang yang tepat untuk mengambil alih kerajaan ini.”

(Itu mungkin argumen yang adil, tapi tetap saja...)

“Bagaimanapun, kita harus menyelesaikan krisis ini dulu.”

“Betul. Aku akan menyampaikan informasi tentangmu menjadi wakilku kepada pejabat lainnya. Aku mengandalkanmu, Guiscard.”

Begitu dia berkata demikian, sang raja menjatuhkan dirinya di tempat tidur tanpa daya. Salah satu dokter bayaran istana yang berdiri di sudut ruangan melangkah maju.

“Baginda sudah kelelahan, jadi saya akan menyarankan...”

Dokter itu mendesak seolah mencoba menghentikan pertemuan. Merasakan bahwa itu adalah waktu yang tepat, Guiscard dan Rigaya meninggalkan kamar tidur.


Guiscard, yang telah kembali ke kantornya, mencoba menyusun rencana masa depan kendati masih cukup bingung pada pergantian peristiwa sebelumnya. Tanpa mengubah pakaian mereka yang tertutup debu, Guiscard dan Rigaya duduk di meja makan. Segera setelah mereka menerima anggur dan cangkir dari seorang maid, Guiscard memerintahkannya dan para pengawalnya untuk mundur. Setelah Rigaya selesai menuangkan anggur ke cangkir Guiscard, meminumnya kosong sekaligus.

“Akhir-akhir ini, jadi sangat sibuk, ya?”

Guiscard, yang mengosongkan cangkirnya, menghela napas.

“Atau mungkin, haruskah kukatakan........ selamat telah menjadi wakil raja?”

Bagi Rigaya yang mengatakannya dengan sedikit ragu dan kebingungan, Guiscard menjawab seolah-olah menggeram di bawah hidungnya.

“Aku tidak yakin apakah aku harus senang soal itu, tapi begitulah.”

“Kukira Anda benar. Waktunya tak bisa lebih buruk lagi.”

“Tetap saja, membentuk pasukan gabungan dari negara tetangga di semenanjung barat bukanlah sesuatu yang bisa kau rasakan.”

Mendengar kata-kata Guiscard, Rigaya meletakkan cangkirnya dengan ekspresi yang sulit.

“Jika mereka benar-benar berencana untuk memusnahkan para penyihir, maka melemparkan di Brigade 88 akan lebih dari cukup. Memang, para penyihir telah menjadi kuat, tapi kuduga, itu bukanlah sesuatu yang tidak akan bisa Brigade 88 atasi sendiri. Meskipun begitu, mengapa mereka mengalami kesulitan meminjam pasukan dari negara tetangga?”

“Itu pertanyaan sesungguhnya. Belum lagi, mereka telah mengumpulkan sejumlah besar, yang terdiri dari hingga empat ribu.”

Guiscard mengerutkan alisnya, melipat tangannya dan merenungkan sesuatu. Akhirnya, dia mulai berbicara tiba-tiba.

“Kita tidak akan mendengar rincian lebih lanjut tentang itu jika kita tidak meminta laporan lagi, tapi, bukannya kita tidak akan mencapai kesimpulan…. Pertama, kemungkinan besar kita harus menanyakan tentang niat sejati Kardinal Aiba.”

Rigaya mengerutkan alisnya sedikit dan bertanya.

“Apa Anda pikir dia akan langsung menjawab?”

“Jikapun tidak, aku akan mengerti jawabannya sampai taraf tertentu. Kita akan memilih utusan terpandai yang kita miliki di sini, yang tidak akan hanya menerima tanggapan Aiba, tetapi juga menilai sikapnya.”

“Dimengerti.”

Rigaya membungkuk dengan sopan.

“Apakah ada hal lain yang ingin Anda atur segera?”

“Hanya untuk memastikan, kita akan melanjutkan persiapan untuk menggelar kota. Terus memperkuat pertahanannya, dan mengisi ketentuan dan personel pasukan kita. Pada saat yang sama, kita harus menyelesaikan rencana kita untuk merebut kembali Benteng Ein.”

“Aku ingin tahu apakah itu akan berjalan seperti yang direncanakan.”

“Sekarang rencananya sedang bergerak, sudah terlambat untuk menghentikannya. Jika kita tidak melakukan apa-apa, kita akan memberi Aiba lebih banyak alasan untuk bertindak.”

“Dimengerti. Aku akan mengurus perintah Anda, jadi aku permisi dulu.”

Rigaya membungkuk dalam, sampai menyentuh meja dengan dahinya, dan meninggalkan ruangan. Begitu dia pergi, Guiscard hilang dalam pemikiran yang mendalam.


(Setelah memanggil Brigade 88, tidak ada keraguan bahwa Aiba serius akan memusnahkan para penyihir, tapi, aku tidak tahu mengapa dia harus mengumpulkan sebanyak empat ribu tentara dari negara tetangga.)

Kelompok-kelompok tempur, juga dikenal sebagai ‘brigade’, yang merupakan milik Gereja Lama, sangat terkenal karena keberanian mereka. Brigade 88 terkenal menjadi yang terkuat di antara mereka semua. Sebenarnya, ada rumor di mana mereka juga akan menang melawan para penyihir, bahkan sampai melenyapkan klan mereka.

(Jika kelompok elite seperti Brigade 88 muncul, maka tidak perlu lagi mengumpulkan banyak tentara ini. Bahkan satu brigade yang terdiri dari 500 orang mungkin lebih dari cukup untuk membantu kami merebut Benteng Ein. Meskipun begitu, apakah ada semacam motif tersembunyi di belakang jumlah pasukan itu?)

Benar juga, misalnya, bukankah rencana pemusnahan Aiba hanyalah sebuah kedok bagi mereka untuk menyerang Guiscard dan yang lainnya? Bukankah karena Kerajaan Cassandra jatuh ke dalam aib karena kalah dari para penyihir di lapangan dan ketika benteng mereka direnggut, Aiba tidak mau memaafkan mereka? Bukankah menyerang Cassandra akan menjadi cara untuk meningkatkan moral pasukan pemusnahan sebelum pertumpahan darah dengan para penyihir?

Jelas, apa yang dikhawatirkan Guiscard adalah kekhawatiran yang tidak perlu. Meskipun benar bahwa Aiba dapat membuang Cassandra, dia masih belum menunjukkan kecenderungan apapun terhadap gagasan itu. Namun, memang benar bahwa kerajaan ini akan menjadi milik Guiscard cepat atau lambat, kini dia telah menjadi wakil rajanya. Pandangan masa depan seperti itu membuat ramalannya menjadi tajam, atau mungkin, lebih baik dikatakan – terlalu sensitif. Perasaan takut dan keraguan mulai tumbuh di dalam Guiscard karena dia terperangkap dalam pikirannya sejenak.

(Walau dibilang pemusnahan, kenyataan bahwa negara-negara tetangga setuju untuk mengirim sejumlah besar pasukan juga aneh. Pria itu, Aiba, aku bertanya-tanya apakah dia telah berjanji untuk menyerahkan wilayah kita sebagai bentuk hadiah bagi mereka yang akan memberikan pertanggungjawaban yang baik tentang diri mereka.)

Bukannya Kerajaan Cassandra akan mampu mempertahankan diri mereka sendiri untuk diserang oleh banyak pasukan. Terlebih lagi, ada kelompok lima ratus orang dalam pasukan mereka, Brigade 88 yang terkenal. Bahkan Kerajaan Cassandra, yang berada dalam kesusahan setelah menderita dua kekalahan berturut-turut melawan para penyihir, akan menjadi pertandingan bagi mereka.

(Dengan menghasut kita untuk mengambil Benteng Ein, apakah mereka mencoba merebut ibukota ketika kita dihuni oleh para penyihir? Aku tidak akan memaafkan tindakan seperti itu.)

Lagi pula, Guiscard lebih dekat dengan mengasumsikan takhta, yang dia rindukan... untuk waktu yang sangat lama. Tidak, dia merasa dia harus mencapainya. Dan juga demi keinginan ayahnya yang tak terpenuhi, yang meninggal karena sakit. Lalu, dia harus memperkuat posisi Kerajaan Cassandra di bagian barat semenanjung. Jika memungkinkan, Guiscard ingin menumbuhkan kerajaan menjadi kuat, mampu menaklukkan negara lain. Ketika dia memegang visi membuat kerajaan, keyakinan dan prospeknya sendiri menuju masa depan yang cerah mengalir di dalam Guiscard.

(Aku tidak seperti pamanku. Aku akan mampu mengatasi krisis ini. Aku akan mengatasinya dan membuat kerajaan ini menjadi lebih besar.)

Namun, rencana konkret Guiscard tidak hanya tentang itu. Kapanpun dia berpikir tentang takhta yang menggantung di depannya, Guiscard merasa dia bisa mengatasi rintangan apapun, tidak peduli betapa merepotkannya itu.

(Aku tidak akan membiarkan kerajaanku ditaklukkan oleh Aiba dan para perampok itu. Aku akan melindungi tempat ini dengan harga berapapun, bahkan jika musuhku adalah Brigade 88.)

Sebelum orang bisa tahu, nyala api paranoid menyala di matanya. Kewajiban Guiscard untuk melindungi negerinya sendiri akan dikenali oleh para penyihir dan kelompok pemusnahan.

(Satu-satunya yang perlu ditakuti adalah Brigade 88. Terlepas dari mereka, tidak perlu bagi kami untuk takut akan kekusutan tentara yang dibentuk oleh negara lain. Bahkan jika kekuatan mobilisasi kami telah turun menjadi 1500, selama kami memaksa warga untuk mempersenjatai diri mereka untuk siaga, maka garnisun kami harusnya mencapai 2000. Dalam hal ini, bahkan jika mereka yang 4000 menyerang kami, kota tidak akan jatuh dengan mudah. Terlebih lagi, orang bodoh itu tidak akan bisa bertahan lama. Dan akhirnya, kamp mereka tampaknya patah, seperti sisir dengan gigi yang hilang. Ketika saatnya tiba, mungkin, sebaiknya kita meminta bantuan dari Gereja Baru.)

Meminta bantuan dari Gereja Baru, boleh dikatakan, dilarang. Tidak akan ada jalan kembali jika mereka memutuskan langkah itu. Pada akhirnya, Kerajaan Cassandra ditempatkan dalam situasi di mana ia akan jatuh ke tangan orang lain atau dihancurkan. Tidak ada cara bagi Guiscard untuk dapat melihat sejauh itu di masa depan. Satu-satunya hal yang mendominasi perasaannya sekarang adalah pemikiran bahwa dia ingin melindungi kerajaan tidak peduli apapun yang terjadi. Kerajaan yang akan berhasil.

(Kalau begitu, mari tinggalkan masalah itu dan fokus pertama untuk mengambil kembali Benteng Ein. Kalau tidak, tidak ada yang akan dimulai. Namun, penurunan kekuatan mobilisasi kami...... entah bagaimana itu sungguh menyebalkan.)


Di atas tidak menyadari ide eksentrik Naga, Guiscard, yang perasaannya biasa, terjebak di antara dua musuh: kelompok pemusnahan dan para penyihir. Setelah itu, masalahnya akan membawa perkembangan baru, yang tidak bisa diprediksi oleh Aiba, Jeweljude, dan tentu saja, Naga.

Bab 1: Mata yang Membaca Aliran[edit]

Orang yang memimpin pasukan Kerajaan Cassandra melawan para penyihir untuk merebut kembali Benteng Ein adalah Rigaya, yang merupakan tangan kanan Guiscard.

Karir Guiscard terutama berfokus pada akuntansi dan manajemen dana pasukan mereka, karenanya, ia tidak memiliki pengalaman pertempuran nyata. Selain itu, jika lawan mereka adalah penyihir, Guiscard berpikir akan lebih masuk akal untuk mempercayakan Rigaya yang terampil dengan tugas itu daripada membiarkan dirinya sendiri ikut. Guiscard juga memutuskan dia akan mensuport Rigaya.

“Menakjubkan, kita akan berangkat untuk serangan mendadak.”

Atas perintah Rigaya, barisan depan pasukan mereka mulai berbaris. Gelombang ke-1 terdiri dari 300 tentara. Gelombang ke-2, yang jatuh di bawah komando langsung Rigaya, memiliki 300 tentara juga. Sedangkan gelombang ke-3, dan terakhir, terdiri dari 200 orang. 200 orang yang disebutkan di atas, yang terdiri dari utusan, tentara transportasi dan penjaga, bertindak sebagai bagian belakang Rigaya yang mendukung pasukan utamanya. Rigaya tidak melakukan kritik terhadap taktik Guiscard yang tampaknya pengecut, karena itu sangat penting untuk menjamin keselamatan Guiscard, yang merupakan jendral pasukan Cassandra. Sebuah peleton akan jatuh ke dalam keributan setelah kematian pemimpinnya. Hal yang sama berlaku untuk kompi kapten dan bataloon komandan, serta untuk jenderal dari seluruh pasukan. Karena ini adalah bagaimana pasukan berfungsi di era ini, Rigaya berpikir itu wajar bagi Guiscard untuk tetap tinggal.

(Sebaliknya, aku harus berterima kasih kepada Jenderal karena tidak mengungkapkan kesediaannya untuk melakukan serangan itu sendiri. Satu-satunya yang bermasalah, adalah para tentara di garis depan.)

Ada kalanya bahkan Rigaya, yang memiliki banyak pengalaman pertempuran di garis depan, harus berurusan dengan perintah irasional dari atasannya. Karena itu, dia memperingatkan dirinya sendiri sambil menarik kesimpulan. Meskipun begitu, musuh mereka kali ini adalah para penyihir. Karena ini adalah pertempuran pertama Rigaya yang melibatkan para penyihir, dia juga merasa sedikit gugup. Gelombang ke-2 melanjutkan keberangkatannya usai meninggalkan momen terbuka sementara gelombang ke-3 segera menyusul. Rencana Rigaya adalah membuat gelombang ke-3 sebagai pasukan cadangan, dengan gelombang pertama dan kedua adalah pasukan ofensif. Menurut para tentara yang melarikan diri dari Benteng Ein, ada kurang dari 50 penyihir. Karena itu, memiliki 600 tentara di pihak mereka, Rigaya seharusnya mampu mengatasi musuh mereka....... sebaliknya, mereka harus mengurusnya dengan segala cara.

(Aku benar-benar berharap tidak lebih dari 50. Tapi, bagi para penyihir untuk dapat merebut sebuah benteng yang dijaga oleh 300 tentara, aku ingin tahu apakah jumlah mereka benar-benar kurang dari 50. Tentu saja, aku belum pernah mendengar para penyihir yang telah tinggal di dalam hutan hitam bersatu melawan musuh mereka, tapi, sementara aku dapat percaya ada sekitar 50, aku tidak setuju dengan jumlah ini benar-benar dapat menjatuhkan benteng yang dijaga. Tidak…..)

Rigaya mengingat pertempuran terakhir mereka melawan para penyihir di Sungai Schwein. Dia tidak ada di sana saat itu, tapi dia mendengar dari orang lain yang kebetulan hadir, tampaknya itu adalah kekalahan yang menyedihkan.

(Bagi tentara kami yang terdiri dari 2.000 prajurit, menderita kekalahan total seperti itu dengan hanya 20-30 penyihir. Tidak ada ruang untuk kelalaian. Itu sebabnya, kami membawa mesin pengepungan bersama kami.)

Kali ini, rencana Kerajaan Cassandra adalah memanfaatkan ketapel dan pendobrak untuk merebut benteng. Makanya, rencana mereka untuk mengambil kembali butuh waktu sedikit lebih banyak karena persiapan yang melibatkan persenjataan berat. Rigaya merasa mereka akan sedikit berlebihan dengan serangan mereka di sebuah benteng kecil, tapi musuhnya adalah para penyihir. Dia pikir mereka harus melakukan sebanyak mungkin.

Rigaya, yang memeluk kudanya dan mengambil alih komando, menatap sekeliling. Tidak ada desa di sebelah selatan ibukota kerajaan, dan jumlah tanah yang subur nan langka. Sebaliknya, di mana Rigaya berdiri, tidak ada apapun kecuali tanah kritis dan hutan bisa terlihat muncul di kedua sisi jalan utama yang membentang dari Cassandra ke Benteng Ein. Di depan mereka, ada daerah berbukit yang dibandingkan dengan dataran, menghalangi pandangan jarak jauh mereka.

(Mungkin, kami harus mengharapkan segera serangan dari para penyihir.)

Tidak jelas bagi Rigaya kapan, jenis sihir apa, serta dalam kondisi apa para penyihir akan meluncurkan serangan terhadap mereka, yang membuatnya merasa cemas. Bahkan setelah mendengarkan mereka yang selamat dari pertempuran sebelumnya, Rigaya masih belum tahu. Dia belajar sedikit banyak tentang efek musuh dan jenis sihir, seperti sihir air, angin, dan api, tapi dia tidak bisa memahami mengapa pasukan mereka berada di bawah serangan musuh.

(Mungkinkah para penyihir telah bisa memanipulasi dan mempermainkan pasukan kita? Ini pertama kalinya bagiku mendengar tentang ini, tapi....)

Ada banyak hal yang tidak diketahui Rigaya, seperti apa sikap penyihir sebelum dan sesudah pertempuran, serta strategi mereka. Meski mengatakan demikian, mereka harusnya berjuang dan menang.

(Dengan pengetahuan terpisah yang kami peroleh, yang tersisa adalah mempercayakan keberuntungan kami ke langit.)

Rigaya hanya bisa menjadi serius.

(Selain itu, dari metode bertarung yang tidak biasa dari para penyihir, ada kemungkinan mereka akan meluncurkan serangan pendahuluan pada kami.)

Oleh karena itu, Rigaya mengirim banyak unit pengintai dari gelombang ke-2 dan ke-3, yang mengambil posisi pasukan depan, untuk mencari serangan tak terduga yang datang dari para penyihir.


“Aku kira musuh akan segera memasuki jangkauan kita.”

Naga bergumam usai melihat pasukan Cassandra dari ketinggian. Dia mampu membuat perkiraan yang hampir pasti dari jumlah dan formasi pertempuran musuh mereka berdasarkan informasi dari pengintaian Yuuki dan Mata Langit Selena.

“Semuanya berjalan sesuai rencana.”

Naga percaya pada keberhasilan strateginya. Tujuan rencananya adalah mempertahankan Benteng Ein, tapi, Naga mengira dia ingin melaksanakannya tanpa menyebabkan banyak kerusakan pada kedua pihak. Dia menyatakan niat itu sebagai salah satu prinsip perangnya, tapi menurut Yuuki,

“Semakin banyak musuh yang kita bunuh, semakin banyak keuntungan yang kita dapatkan.”

Dia mengatakannya sambil sangat tidak senang. Bukan hanya dia, banyak penyihir lain memakai ekspresi yang sama, atau lebih tepatnya, bertanya-tanya. Namun, Naga menghadapi mereka.

“Mengikuti metodemu, takkan ada keuntungan sama sekali.”

Saat ini, Naga tengah menunggu saat yang tepat untuk kelompok ke-2 dan ke-3, dipimpin oleh Raibaha, agar muncul. Apakah rencana mereka untuk membangun dunia yang damai akan berhasil atau tidak, Naga yakin itu akan sangat bergantung pada berapa banyak sekutu manusia yang bisa mereka peroleh. Mereka tidak bisa mengandalkan kekuatan mereka sendiri.

“Hanya dengan cara itu, kita bisa mendapat keuntungan.” – Namun, karena para penyihir tidak puas, Naga memiliki caranya sendiri dengan menekankan kata-katanya. Untuk membuat rencana ini berhasil, mereka harus memperlakukan Raibaha, yang bertanggung jawab atas kelompok ketiga, yah.

Raibaha mungkin tidak akan senang, dia tahu bahwa mereka mencapai kemenangan hanya karena mereka membantai pasukan Cassandra, karena banyak dari mereka adalah mantan rekannya. Karena itu, Naga ingin menghindarinya. Tapi, karena para penyihir takkan puas dengan itu, Naga berpikir lebih baik tidak menyatakan niatnya yang sebenarnya.

(Kukira kau harus selalu memulai dengan langkah pertama, atau lebih tepatnya tidak, tapi, tidak ada yang tahu, beberapa penyihir mungkin menganggap Raibaha gangguan jika mereka melihatku menunjuk dia ke posisi tanggung jawab, meskipun baru-baru ini dia tawanan……. Hm? Selalu memulai dengan yang pertama... ..Kutipan siapa lagi itu?)

Sebuah fragmen ingatannya dari prinsip-prinsip perangnya muncul kembali di pikirannya, tapi, Naga memutuskan untuk tidak menggali lebih dalam lagi. Bagaimanapun, begitulah, Naga merumuskan rencana untuk mengusir pasukan musuh sambil mengingat kebijakan fundamentalnya. Dengan itu, Naga dan para penyihir melanjutkan operasinya.


Mantel tertentu ditempatkan di dalam lubang dangkal yang terletak di dekat jalan utama. Ketika mantel mulai melayang, yang muncul dari sana adalah Eliushune.

Agar tidak ditemukan dan tertangkap oleh musuh, Eliushune menurunkan punggungnya dan mengambil posisi merunduk. Karena jalan utama membentang antara daerah perbukitan dan zona pegunungan, wajar saja bagi pasukan Caesandra untuk mencapai Benteng Ein dalam kolom. Naga meramalkan hal seperti itu akan terjadi, dan karenanya, mempertimbangkan itu dalam rencananya.

“Ibu, sedikit lagi.”

Eliushune memanggil Vita, yang berada di dalam mantel.

“Aku siap kapan saja.”

“....4, 3, 2, 1, sekarang!”

‘Zun’ – Karena tidak mampu bertahan, Eliushune merangkak begitu dia menerima kejutan mencapai perutnya.

“*Kuuuu*”

Meskipun Eliushune terbiasa dengan sihir Vita dan mempersiapkan dirinya secara mental, dia masih tidak bisa menahan efeknya, karena dia tidak dapat mengerahkan kekuatan ke anggota tubuhnya saat jatuh terjerembab. Kalaupun ada yang mencoba untuk mengumpulkan sedikit kekuatan, sepertinya mereka tidak akan bisa bergerak sedikitpun. Itu tidak terkecuali untuk Eliushune dan sebagainya, pasukan depan dari gelombang pertama Cassandra, yang terkejut, segera menekuk lutut mereka, membungkuk ke depan dan jatuh ke tanah. Rentang sihir Vita lebih dari 300 meter. 20-30 tentara, yang berjalan di depan kolom gelombang pertama, jatuh ke tanah dan berjuang saat memasuki jangkauan sihir Vita.

“A, Apa yang terjadi?!”

“Apa musuh menyerang?!”

Di antara para tentara, ada juga beberapa dari mereka yang terlibat dalam pertempuran sebelumnya di Benteng Ein.

“Ini seperti waktu itu!” – Meskipun mereka hanya sedikit berpikir demikian, mereka tidak memiliki tindakan balasan atau gagasan tentang bagaimana menghadapi situasi ini.

“Itu adalah serangan, dari para penyihir....”

Para tentara yang disebutkan itu tidak bisa berbuat apa-apa selain mengeluh dengan kata-kata itu. Mereka bahkan tidak bisa mengirim instruksi kepada sekutu mereka. Para tentara di belakang menyiapkan tombak dan busur mereka dengan cepat sambil menahan diri untuk serangan itu. Tapi, musuh tidak bisa ditemukan. Sepertinya tidak ada yang memperhatikan Eliushune dan Vita menyembunyikan diri mereka dalam posisi berjongkok, di dalam lubang gali yang terletak ratusan meter di depan mereka.

Berpikir itu adalah serangan yang dimulai oleh para penyihir, mereka yang telah menyaksikan langsung situasi abnormal ditangkap dengan rasa takut. Meskipun hanya 20-30 orang di depan gelombang pertama yang runtuh, itu sudah cukup untuk menghentikan tentara yang mengikuti di belakang.

“Apa yang terjadi?!”

“Kenapa depan tiba-tiba berhenti?!”

Tidak terpengaruh oleh sihir Vita dan sebagai tambahan, tidak melihat musuh mereka, mereka yang berada di belakang tidak memiliki sedikitpun gagasan mengapa para tentara di depan telah berhenti. Seandainya itu adalah pilar yang terbuat dari api yang meledakkan, mereka akan mampu memahami situasi bahkan dari jauh, tapi, mereka yang tidak terpengaruh oleh sihir Vita belum mengalaminya untuk menyadari kegawatan situasinya. Namun demikian, jelas bagi mereka terjadi sesuatu, oleh karena itu, para petugas komandan pasukan lain yang menyusul mengirim utusan untuk memeriksa situasi di depan.

Naga04 Illus-02.jpg

Saat itu, sesuatu terbang di udara saat memotongnya.

‘Bom!’

Benda itu jatuh ke tanah dan menciptakan debu sambil menghasilkan suara keras dari benturan pada saat yang bersamaan.

“B, Batu?”

Batuan lain mengikuti, menciptakan lebih banyak debu setiap kali mereka menyentuh tanah dengan suara keras dari benturan. Tidak seperti sebelumnya, semua orang menyadari kali ini adalah serangan. Mereka bisa mengalaminya di kulit mereka. Namun, mereka menjadi takut setelah mengetahui bahwa mereka menjadi sasaran.

Ais melempar dan membidik. Targetnya adalah mereka yang berada di luar lingkup sihir Vita. Jarak antara dia dan musuh sangat panjang, membuat sulit bagi Ais untuk membidik dengan tepat. Tapi, karena para tentara terlalu takut untuk bergerak, tidak perlu baginya untuk mencapai tujuan apapun. Itu baik-baik saja selama batu-batu itu bisa mencapai dekat tentara. Mereka yang tidak beruntung akan terkena salah satu dari batu yang memantul. Mereka akan kehilangan kesadaran begitu mereka tertabrak di helm mereka. Malah, batu akan memantul jika mereka menabrak armor mereka tergantung pada tingkat dampaknya tapi jika para tentara tertabrak berkali-kali, itu sangat mungkin armor mereka akan pecah dan tubuh mereka, ditusuk. Dalam hal kaki dan lengan mereka, mereka akan menjadi retak. Apakah situasi akan terus seperti itu, pasukan dari Cassandra tak akan mempertahankan apa-apa kecuali luka berat karena kekuatan luar biasa Ais. Dalam skenario terburuk, para tentara akan mati. Berpikir seperti itu, mungkin tubuh mereka terasa berat, tapi, mereka tidak mampu berbaring di sana. Berusaha berdiri, banyak dari mereka mulai bertarung melawan rintangan besar. Segera setelah itu, tubuh mereka berubah dengan cepat. Mereka yang memperhatikan itu melompat satu demi satu. Benar saja, mereka berlari dengan kecepatan penuh di tengah awan debu di belakang pasukan lain. Para tentara beradu dengan mereka yang mencoba maju ke depan dan sebagai hasilnya, menciptakan keributan di antara pasukan lainnya.

“Oi, apa-apaan ini?!”

“Kembali ke posisi kalian!”

“Apa terjadi sesuatu?!”

Seorang pemimpin tertentu bersama dengan orang-orangnya di belakang mencoba menahan mereka yang melarikan diri tapi yang terakhir tidak akan berhenti bergerak.

“Para penyihir sedang menyerang!”

“Jika kalian pergi sekarang, kalian tidak akan bisa bergerak!”

“Setelah tidak bisa bergerak, kalian akan ditargetkan dengan batu!”

Sebenarnya, pasukan Cassandra bukanlah sasaran tembakan. Bahkan akurasi dari tembakan itu tidak tepat. Meskipun demikian, menyaksikan batu jatuh dekat mereka saat sedang bergerak adalah apa yang membanjiri perasaan mereka dengan rasa takut. Mereka yakin bahwa batu itu pasti akan menabrak mereka jika mereka tetap berada di bawah. Untuk alasan itu juga, tidak ada yang mencoba bergerak. Teror yang sama menyebar di antara yang lain yang berdiri di belakang. Banyak dari tentara yang sekarang telah melewati pengalaman pahit di sungai Schwein, dan bahkan mereka yang bertempur melawan para penyihir saat itu di Benteng Ein. Pada saat itu, mereka tak dapat bergerak dengan cara yang sama dan kehilangan kesadaran karena tersengat listrik oleh petir. Para tentara yang merupakan bagian dari garnisun di Benteng Ein berbalik dan melarikan diri seolah-olah mencoba mengejar rekan-rekan mereka yang lain, usai mengingat peristiwa sebelumnya.

“Hei, mau kemana?!”

“Berhenti! Kembali ke pos kalian!”

Para pemimpin dari berbagai peleton berteriak putus asa, tapi, jauh dari keributan yang mereda, itu semakin meluas ke bagian belakang akhir gelombang ke-1.

‘Bang!’ – Sekali lagi, dampak yang kuat bisa dirasakan bergema di perut, tapi, kali ini para pemimpin dan bawahan mereka berbalik untuk jatuh, atau mungkin, lebih baik untuk mengatakan, jatuh secara canggung.

“Uwaaah, itu ada di sini lagi!”

Setelah jalan mereka diblokir oleh pemimpin mereka, para tentara yang berdorongan jatuh ke tanah sambil berteriak. Eliushune, yang telah melihat gelombang pertama runtuh dan tidak dapat melawan, pindah ke mantel berikutnya dan kembali mengulangi tindakan yang sama menggunakan ‘Lagu Gravitasi’ Vita.

Sama seperti yang direncanakan, Ais mengubah posisinya dan kembali memulai lemparannya. Setelah itu, Yuuki, yang menyaksikan keributan dari atas, mendarat di papan udaranya sambil salah satu anggota Sraymeyer, Lily, menaikinya. Memiliki ekspresi putus asa, Lily mungil menempel di tubuh Yuuki sambil mereka melambung ke langit. Dia melemparkan sihirnya yang menakutkan dan menyebabkan badai dengan petir. Lusinan petir menghujani dari langit sambil membidik para tentara yang bergerak dalam kebingungan. Untuk Lily juga, tidak ada kebutuhan khusus untuk menentukan tujuannya. Karena para tentara telah mengenakan armor dan memegang pedang dan tombak, mereka disambar petir satu demi satu. Keributan di antara pasukan Kerajaan Cassandra terus meningkat lagi dan lagi.

Saat itu, kerumunan boneka kayu yang mengikuti Kay mendekat. Bagi para tentara, penyihir yang setengah telanjang dengan kulitnya memancar dalam warna perak tampak seolah-olah dia memimpin kerumunan boneka. Boneka-boneka yang terbuat dari kayu gelondong pendek dan kaki yang tipis membawa busur dengan mereka sambil mengayunkan tubuh mereka ke kiri dan ke kanan tanpa suara. Itu adalah pemandangan yang agak aneh. Belum lagi, dengan batu yang tak henti-hentinya dilemparkan, ada juga petir menyinari kepala musuh. Pasukan depan dari gelombang ke-1 tentara hanya selangkah lagi dari jatuh ke dalam keadaan panik penuh.

“Uwaaaaaaaaah!”

“Ibuuuu!”

“Tolong selamatkan aku!”

Para pemimpin peleton pun menyadari kesalahan mereka sendiri dengan mencoba menghentikan mereka yang melarikan diri. Namun, itu sudah terlambat, karena tubuh mereka berubah berkali-kali lebih berat, membuat mereka tak bisa bergerak dengan mudah. Segera, tanah sekitarnya dikubur dengan tentara yang berjuang mati-matian sambil jatuh.

“Ini para penyihir!”

“Kita diserang oleh para penyihir!”

“Selamatkan aku!”

Para tentara yang melarikan diri pertama ke belakang melewati gelombang ke-1 dan berlari ke tengah gelombang ke-2. Gelombang ke-2 juga mulai kehilangan ketenangannya usai mendengar dari para tentara yang melarikan diri bahwa mereka diserang oleh para penyihir. Meskipun kapten kompi memberikan perintah untuk maju agar dapat mendukung sekutu mereka dan mengusir para penyihir, hampir setengah dari tentara kini menyaksikan pergantian peristiwa tanpa bergerak. Pada akhirnya, ada yang mencoba mengikuti perintah, mereka yang ragu-ragu bergerak dan mereka yang melarikan diri dari gelombang ke-1. Yang terakhir bercampur dengan gelombang ke-2, membuat keributan lain. Akhirnya, keributan itu terus menyebar hingga pertengahan gelombang kedua.

(Sialan. Apa yang sedang terjadi?!)

Rigaya tak tahu sedikitpun tentang apa yang sedang terjadi. Satu-satunya hal yang bisa dia pahami adalah pasukannya sudah mulai runtuh setelah bentrokan pertama dengan musuh mereka.

(Apakah ini cara para penyihir bertarung? Seolah-olah kita sedang dipermainkan oleh mereka. Aku tidak mengerti. Untuk para penyihir yang tadinya pasif, bagaimana mereka bisa bertarung seperti ini?! Bukankah rasanya ada pemimpin terkemuka yang memimpin pasukan elite?)

Itu adalah serangan pembukaan yang sangat baik, yang jauh melebihi bahkan harapan Rigaya. Rasanya dia setuju dengan alasan mengapa Jenderal Geobalk, yang telah melayani begitu lama dalam dinas militer, telah mencemarkan reputasinya dengan satu kekalahan.

(Gawat! Ini bukan waktunya untuk memikirkan itu. Kalau aku tidak mengatur ulang formasi, kita akan kalah kalau begini terus.)

Rigaya, yang berada di belakang gelombang ke-2 yang dia pimpin, menjadi putus asa dan bergerak maju. Dia berteriak pada petugas komandan lainnya dan terus memacu para tentara untuk menekan gejolak itu.


Melihat bagaimana gejolak meningkat di antara gelombang pertama, Vita melepaskan sihirnya. Ketika dia melakukannya, mereka yang menunduk dapat bergerak kembali. Pada saat yang sama, merasakan bagaimana tubuh mereka menjadi ringan, para tentara melompat dengan cepat dan berbalik.

Batu yang tanpa henti datang tidak akan berhenti. Setiap kali jatuh ke tanah, awan debu akan terus naik. Tak seorang pun dari pasukan Kerajaan Cassandra mampu berbaring di tanah selamanya karena mereka akan menembus tubuh mereka jika mereka melakukannya. Karena satu-satunya yang melempar batu-batu itu adalah Ais, tidak ada sejumlah besar seperti ketika itu adalah rentetan serangan, tetap saja, itu adalah kasus petir yang menyerang dari langit. Suntikan petir individu tidak begitu kuat, dan bahkan terkena salah satu dari mereka secara langsung tidak akan mengancam nyawa, bagaimanapun, target akan kehilangan kesadaran, dimana itu menjadi serius.

Di satu sisi, ada tentara yang mengerang dan berguling-guling di tanah karena ditabrak oleh batu sementara di sisi lain, ada orang-orang yang menderita kejang karena disambar petir. Lapangan itu sebagian besar didominasi oleh adegan-adegan tersebut. Namun, itu tidak berakhir hanya dengan mereka. Panah terbang di udara dari arah boneka-boneka kayu yang telah mendekati musuh. Kepadatan panah berhubungan dengan jumlah boneka, yang melebihi lebih dari 60 dan mirip dengan jumlah barang yang dibuang selama rentetan ledakan. Karena serangan itu dilakukan oleh boneka, tembakan mereka bukan masalah besar tapi pasukan Cassandra tidak akan tahu soal itu. Mereka akan menganggap serangan boneka setara dengan lemparan kuat yang dilakukan oleh Ais.

Merasakan mereka mempertaruhkan hidup mereka, tak seorang pun dari antara para tentara akan mencoba untuk maju atau melawan balik para penyihir. Itu hanya tindakan alami bagi para tentara untuk berbalik dan melarikan diri. Keributan itu menyebar ke seluruh gelombang pertama dan tidak mungkin lagi bagi para tentara untuk menetap dan menahan diri untuk tidak melarikan diri. Jumlah desertir akan meningkat lebih jauh setelah yang sebelumnya berteriak tentang teror sihir penyihir, seperti yang membuat tubuhmu menjadi berat. Banyak dari mereka yang belum mengalami sihir Vita mulai berpikir bahwa mereka akan menjadi mangsa sihirnya jika mereka tinggal di sana lebih lama lagi. Meskipun demikian, di antara tentara yang tidak terpengaruh, ada juga yang cukup berani untuk melakukan perlawanan terhadap para penyihir. Mereka mengarahkan busur mereka ke arah kerumunan boneka kayu dan menembak. Namun, boneka-boneka itu tidak akan berhenti bergerak hanya dengan 1 atau 2 serangan.

“Ini depan mereka! Bidik penyihir di depan! Kalau kalian menjatuhkannya, boneka-boneka itu akan berhenti bergerak!”

Atas perintah pemimpin, beberapa orang memfokuskan panah mereka pada Kay. Namun demikian, tidak peduli berapa kali anak panah menghantamnya, mereka hanya akan bangkit kembali. Musuh masih akan bisa memahami jika dia mengenakan armor tebal tapi penyihir itu setengah telanjang tidak peduli betapa mereka memandangnya. Jikapun mereka membidik kulitnya yang telanjang, panah tidak akan menembus.

-*kin kin* – suara metalik diproduksi bersama dengan panah memantul kembali.

Jika panah terbukti tidak berguna, satu-satunya yang bisa dilakukan tentara adalah mengiris musuh mereka, tapi mereka yang kebetulan tidak berani memiliki keberanian untuk mendekati boneka dan Kay di tengah hujan panah dan menerbangkan batu.

Setelah menyaksikan kekuatan sihir Vita, teror dari serangan Ais dan serangan petir Lily, semua orang dari gelombang pertama menjadi merinding dan mulai mundur satu demi satu. Namun, apa yang menunggu mereka di depan jalan mereka adalah serangan baru, yang bisa dikatakan dimaksudkan untuk menghentikan musuh.

Sekawanan serigala jatuh ke gelombang pertama Kerajaan Cassandra. Serigala, yang mengeluarkan suara menggeram nan mengancam, berlari bebas di antara kaki musuh, membuat mereka dipenuhi rasa takut. Meskipun hewan-hewan itu dikendalikan oleh Arurukan, dia tidak memberitahu mereka untuk menggigit musuh sampai mati. Gadis itu hanya memerintahkan serigala untuk berjalan di antara kaki tentara, tapi itu sendiri memiliki efek langsung. Kuda-kuda musuh bertindak keras saat merasakan bau serigala, yang paling mereka takuti. Kuda-kuda meninggalkan medan perang satu demi satu, baik mengguncang pemiliknya atau dengan mereka di belakangnya. Tiada akhir dari keributan itu.

Akhirnya, karena tidak mampu mempertahankan formasinya, gelombang pertama Cassandra mulai mundur. Karena gelombang pertama berbalik, gelombang kedua jatuh ke dalam gejolak yang lebih besar. Ada juga tentara yang mendapat gagasan yang salah mengenai rekan-rekan mereka yang terbang karena gelombang pertama yang dilenyapkan. Sebagai hasilnya, mereka akan membayangkan para penyihir yang mendekat segera setelah itu. Para tentara meninggalkan pos mereka dan mulai melarikan diri dengan cepat karena ketakutan.

“Berhenti! Tenang! Para penyihir masih belum muncul! Pertahankan formasi kalian!”

Rigaya berusaha menahan petugas staf bersama dengan tentara mereka dan maju ke depan dengan gelombang ke-2. Meskipun demikian, situasinya hanya memburuk.

“Tubuh kita menjadi berat dan kita tidak bisa bergerak!”

“Ada batu terbang ke arah kami!”

“Belum lagi, batu berukuran manusia!”

“Ada penyihir di langit yang mengirim petir ke arah kami!”

“Kerumunan boneka akan datang ke sini!”

“Seorang penyihir di depan kerumunan itu terbuat dari logam!”

“Daripada seorang penyihir, bukankah itu boneka yang dibuat sihir juga?”

“Sekawanan serigala pemakan manusia menyerang kami. Rekan-rekan kami sedang dimakan hidup-hidup!”

Kata-kata seperti itu diteriakkan dari mulut para prajurit yang mencoba melarikan diri. Namun, di samping informasi yang terpisah-pisah, ada desas-desus tak berdasar bercampur juga, membuat seluruh situasi sulit untuk dipahami. Dengan begini, itu berarti mereka yang melarikan diri melintasi pedang dengan sisi yang mencoba menahan mereka. Rigaya, yang takut akan hal itu, hanya bisa melanjutkan dengan tindakan aksi mereka. Dia harus menghindari peningkatan jumlah korban jiwa dengan segala cara, jika tidak, Kerajaan Cassandra tidak akan mampu mempertahankan struktur militer mereka. Dan begitu pasukan mereka berhenti berfungsi, keberadaan kerajaan itu akan berada dalam bahaya.

“Untuk saat ini, kita akan mundur ke Jenderal Guiscard, yang menunggu di siaga di kamp utama. Atur kembali formasi dan bawa kembali desertir dengan merebut perhatian mereka!”

Petugas staf, yang berdiri di dekat Rigaya, menyampaikan perintahnya kepada pasukan lain dengan suara keras.

(Kami diselamatkan!)

Baik tentara yang mencoba melarikan diri dan mereka yang mencoba untuk diam merasa lega setelah mendengar perintah itu. Mereka berlari menuju kamp utama sambil berjuang untuk menjadi yang pertama. Setelah Rigaya mengirim seorang utusan ke Guiscard, dia dan orang-orang kepercayaannya tetap di tempat mereka dan terus menjerit dari perintah sambil menyaksikan pasukan mereka berlari ke arah kamp utama.


Guiscard menjadi terkejut ketika mendengar isi laporan Rigaya, yang telah dia terima dari utusannya. Sang jenderal segera mengingat kembali kekalahan besar pertama Kerajaan Cassandra, yang telah menderita dari pertempuran sebelumnya di Sungai Schwein, dan bergidik.

“Berapa jumlah korban? Apa Rigaya selamat?!”

“Tingkat kerusakannya tidak dianggap serius. Rigaya-sama memutuskan untuk tetap berada di medan perang dan memimpin mundur pasukan.”

“Jadi begitu?”

Guiscard mendesah lega, tapi, dia ingat itu bukan waktu yang tepat untuk tenang.

“Kumpulkan semua prajurit yang telah mundur!”

Guiscard memberikan perintah kepada petugas staf lainnya. Melihat bagaimana petugas staf datang dengan tergesa-gesa, jenderal itu memukul bibirnya dan menggigit giginya sambil mengutuk dalam hati.

(Tetap saja, aku tidak tahu para penyihir akan sekuat ini! Apa yang sedang terjadi?! Bukankah mereka tidak melakukan apa-apa selain melindungi hutan hitam sampai sekarang?)

“Bukan itu yang dijanjikan!” – Guiscard ingin mengeluh, tapi karena dia tidak tahu kepada siapa dia harus mengarahkan kata-katanya, dia menyerah pada gagasan itu.

Jika seseorang seperti Rigaya, dengan taktik tegasnya, tidak dapat menang, maka orang hanya bisa berpikir para penyihir telah menang.

(Akankah para penyihir yang sedang menggulung kita? Haruskah kita juga mundur dari kamp utama sementara belum terlambat? Tidak, itu tidak akan berhasil. Setidaknya, kita harus menunggu sampai semua desertir berkumpul. Ada ketakutan para desertir akan menyebar di suatu tempat dan tidak pernah kembali jika mereka tidak menemukan kamp utama kita.)

Sang jenderal memiliki suatu pengertian yang tersisa untuk memberitahu pasukannya agar tidak mundur dari kamp utama. Ajudan senior Guiscard kembali ke kamp utama.

“Jenderal, sudah dikonfirmasi bahwa tidak ada kerugian besar bagi pasukan kami. Apa yang harus kami lakukan?”

Dengan kata lain, ajudan bertanya kepada Guiscard apakah mereka harus bertarung lagi setelah mereka berhasil mengumpulkan semua pasukan mereka.

“Kumpulkan para prajurit dan periksa apakah ada luka. Setelah selesai, tunggulah di sini siaga sampai Rigaya kembali.”

“Ya. Kami akan memastikan kondisi para prajurit dan menunggu kembalinya Rigaya-sama.”

“Ketika Rigaya kembali,”

Guiscard melihat sekilas di depannya. Apa yang dia lihat yakni ada tentara yang masih berlari kembali berturut-turut. Ajudan senior menunggu kata-kata Guiscard berikutnya.

“Kita akan mundur ke ibukota kerajaan.”

(Menurutku ini adalah pilihan yang paling masuk akal.)

Ajudannya membelai dadanya lega usai mendengar mereka tidak harus maju melawan penyihir sekali lagi.

(Sangat bagus memiliki Jenderal yang peka, seperti Guiscard-sama.)

Alasan mengapa Guiscard tidak keras kepala dan angkuh tentang memaksa pasukannya mungkin karena dia sebelumnya berjalan di jalur akuntan karir, yang membuat keputusannya rasional. Ajudan senior itu berterima kasih kepada Guiscard karena tidak meluncurkan serangan bunuh diri. Kemungkinan besar, jenderal itu sendiri berpikir seperti itu.

(Namun, dengan hanya membuat keputusan yang masuk akal ini, kita tidak akan dapat mengatasi krisis kita, mungkin.)

Ajudan itu juga membuat prediksi seperti itu. Meskipun begitu, hanya ada sedikit yang bisa dia lakukan. Dia, yang merupakan bawahan Rigaya, kadang, seperti saat ini, melayani sebagai ajudan Guiscard, tapi bukan sebagai seseorang yang akan mampu membuat rencana untuk memecahkan kebuntuan. Kalaupun ajudan itu mampu menjalankan perintahnya dengan penuh pengabdian dan efektif, dia tidak mampu menarik kaki atasannya dengan ide-idenya. Karena itu, baik baginya untuk hanya memenuhi tugasnya sebagai seorang prajurit. Dan kemudian melihat sang jenderal, Guiscard juga memiliki kelemahannya. Meskipun kemungkinan besar dia memiliki kemampuan untuk mengelola negara selama perdamaian, itu cukup tidak pasti apakah dia bisa melewati masa-masa sibuk.

(Aku ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yah, kukira hanya waktu yang akan memberitahu, tapi...)

Menekan perasaan putus asa yang memancar di dalam dirinya, ajudan itu memberi hormat kepada Guiscard.

“Ya. Kami akan menunggu Rigaya-sama kembali dan kemudian kembali ke ibukota kerajaan.”

“Omong-omong, bawa para prajurit kembali bersama. Jika ada di antara mereka yang mencoba untuk pergi, kau bisa mengeksekusinya.”

“Ya. Kami akan menahan para prajurit kembali bahkan jika itu berarti mengeksekusi mereka!”

“Bagus, sekarang pergi!”

Berbalik dan memindahkan pandangannya menjauh dari ajudan, Guiscard kembali memandang ke arah selatan. Guiscard sedikit terkejut pada dirinya sendiri karena bisa dengan tenang melihat bagaimana para prajurit terus membubarkan diri.

(Jadi masalah sebenarnya adalah kita tidak tahu apa yang akan dilakukan para penyihir…. Selanjutnya?)

Utusan yang dikirim oleh Rigaya mengklaim bahwa 1 atau 2 dari para penyihir telah menunjukkan diri mereka. Meskipun hanya ada 1 atau 2, sebanyak 600 tentara dicegah dan dipaksa melarikan diri.

(Jadi begitu. Jadi bukan tidak mungkin bagi Jenderal Geobalk, yang telah lama melayani dalam dinas militer, untuk dikalahkan juga.)

Guiscard juga berbagi perasaan yang sama dengan Rigaya tapi itu hanya sampai mereka menghadapi penyihir untuk pertama kalinya bahwa mereka mengerti bahwa rumor tentang Geobalk itu benar.

(Meskipun begitu, mengapa para penyihir tiba-tiba menjadi sekuat ini? Aku tidak mengerti sama sekali. Mungkinkah, bahwa seseorang yang cukup kuat untuk mengatur para penyihir telah muncul? Seperti Raja Penyihir yang dirumorkan? Jika itu benar....)

‘Tidak ada gunanya melawan para penyihir lebih jauh.’ – Apa yang dipikirkan Guiscard dengan linglung.


“Mereka kabur!”

Kay, yang berdiri di depan boneka, melompat-lompat.

“Yahoo, kita berhasil! Kita memaksa mundur musuh! Kita mampu menangkal mereka tanpa membiarkan mereka mendekati benteng!”

Saat dia melakukannya, Ais berlari menuruni bukit dari sisi kanan. Di belakang Ais, ada Ikushina yang menunggangi kudanya dan Nonoeru menempel padanya. Jika tentara musuh merespon dengan busur mereka, Nonoeru harus melindungi Ais menggunakan perisai buatannya. Pada akhirnya, tidak menerima serangan apa pun dari musuh, Ais bahkan tidak memiliki kesempatan untuk berkembang.

“Oh, Ais, terima kasih atas kerja kerasmu!”

“Kay-chan, kau melakukan pekerjaan yang hebat juga!”

“Ah tidak, aku hanya berdiri sepanjang waktu, kau tahu.”

Kay memasang senyum masam di wajahnya dan menatap tubuhnya.

“Musuh menganggap itu menakutkan, karena mereka tidak bisa menembus Kay dengan panah mereka. Karena itu, aku akan bertanya-tanya apakah Kay-chan yang menyeramkan tidak memainkan peran besar dalam rencana kita.”

“Ehh? Ais, rasanya kau tidak memujiku.”

Kay menggembungkan pipinya karena ketidakbahagiaan. Saat itu, Yuuki turun di papan udara. Lily yang mungil melompat dari papan ketika mendarat.

“Lily! Kau melakukannya dengan baik juga!”

Begitu Kay melambai dengan tangannya, Lily membalas dengan melambai.

“Ah… aku menghajar mereka. Aku belum pernah mengeluarkan sihirku dari papan udara sebelumnya jadi sangat sulit bagiku untuk berkonsentrasi.”

“Hal yang sama berlaku untukku. Aku jarang memberi tumpangan kepada siapa pun selama ini, jadi bukan cuma kau yang lelah, tahu?”

“Ah, benar juga. Yah, bukankah kau baik-baik saja, Yuuki?”

“Kenapa aku yang baik-baik saja?! Aku harus dua kali lebih perhatian agar tidak terkena panah. Serius, jangan menganggap aku sebagai pengecualian!”

“Ah… aku mengerti, aku mengerti. Terima kasih atas kerja kerasmu!”

Kay membungkuk dengan cara minta maaf, tapi, Yuuki tidak akan berhenti menjadi sombong.

“Tidak apa-apa, selama kau bisa mengerti.”

Lily tertawa kecil. Pada saat itu, Eliushune dan Vita bergabung dengan kelompok mereka, dan akhirnya, Harrigan, Naga, Raibaha, dan yang lainnya tiba bersama.

“Apakah tidak apa-apa bagi kita..... untuk menganggap pemukulan mundur ini sukses?”

Atas pertanyaan Harrigan, Naga melipat tangan dan memandang ke depannya.

“Kukira tidak apa-apa. Kita berhasil menang melawan pasukan Caesandra tiga kali.”

“Yahoooo!”

Para penyihir mengangkat suara kegembiraan, merapatkan tangan mereka, dan mengangkat ke atas.

“Tetap saja, aku terkejut mengetahui hal itu berjalan lebih baik dari yang kita perkirakan.”

Setelah Vita mengatakannya dengan wajah kagus, Ais setuju dengannya dan melanjutkan.

“Aku pikir kita harus melubangi benteng, tapi, kita mampu menjauhi musuh dari benteng.”

“Astaga. Naga, seberapa terampil kau dalam pertempuran?”

“Tidak tidak” – Naga melambaikan tangannya di depan semua orang.

“Sejujurnya, bukannya aku sangat bagus dalam pertempuran. Alasan mengapa kita menang adalah karena aliran pertempuran sudah diputuskan, dan itu baik-baik saja bagi kita untuk mengikutinya.”

“Kau bersungguh-sungguh?”

Vita masih tidak yakin, tetapi, Naga terus berbicara dengan santai.

“Sebagai contoh, jika diantara pasukan Cassandra ada orang-orang yang telah melalui pengalaman menyakitkan selama 2 pertempuran terakhir, hanya satu serangan darimu yang cukup untuk menakut-nakuti mereka. Orang-orang ini akan segera lari. Setiap pasukan yang terdiri dari kebanyakan mereka akan menjadi rapuh. Itu sebabnya, kalau kita melakukan serangan yang mirip dengan sebelumnya, tidak, atau lebih tepatnya, itu karena serangan kita persis sama dengan yang sebelumnya, hingga kita menghasilkan hasil yang luar biasa. Meskipun tingkat kerusakan yang diderita musuh tidak besar, itu sudah cukup untuk membuat mereka kehilangan ketenangan mereka. Selama kita terus menekan mereka, pasukan mereka akan hancur dan jatuh ke dalam kekacauan.”

“Kurasa aku bisa memahami maksudmu dalam penjelasanmu itu, tapi, seluruh rencana itu bukanlah sesuatu yang bisa kau lakukan dengan mudah. Bagaimanapun, tidak mungkin bagi kami untuk melihat aliran pertempuran yang kau sebutkan. Ini mungkin alami bagimu yang unggul dalam pertempuran tapi tidak bagi kami yang masih tidak berpengalaman, kau tahu?”

Menekuk lehernya, Vita memandang Raibaha.

“Apa pendapatmu tentang itu, Raibaha?”

“Ah tidak. Aku juga berpikir bahwa Naga-sama sangat berpengalaman. Kenyataannya dia dapat melihat ‘aliran pertempuran’ yang disebutkan sebelumnya juga akan membuktikan itu, atau mungkin, kau harus menyebutnya kemampuan untuk menangkap peluang? Mampu menginstruksikan dengan tepat, bahkan jenderal dari Kerajaan Cassandra tidak akan sebanding dengan Naga-sama, biarpun mereka membentuk grup.”

“Vita, Raibaha biarpun kalian memujiku, tidak akan ada keuntungan. Kita harus fokus pada saat ini, kalian tahu.”

“‘Saat ini’? Apa maksudmu?”

Harrigan melemparkan sebuah pertanyaan dari kejauhan.

“Cepat atau lambat, kita harus memberi imbalan kepada semua orang betul-betul, itulah yang kumaksud. Tentunya, jika jumlah anggota kita akan meningkat mulai sekarang, aku harus menambahkan ketentuan, tapi….”

“Oh, begitu?”

“Yah, mari kita tinggalkan itu. Yang harus kita lakukan sekarang adalah—”

“Kami sudah tahu itu, Naga-san!”

Kay tiba-tiba mengangkat ibu jarinya pada Naga dan menjawab.

“Tentu saja, maksudmu menggelar pesta, kan?!”

“Salah!”

“Eh? Bukan itu? Jadi kita tidak akan mengadakan perjamuan lain kali ini?”

“Tidak, kita akan adakan tapi kau tahu, ini masih terlalu dini untuk itu. Apakah musuh benar-benar mundur? Bisakah kita berhenti berpikir bahwa mereka mungkin akan menyerang kita lagi? Pertama kita perlu mengonfirmasi itu dan kemudian mengadakan perjamuan.”

“Ah…. Kau bersungguh-sungguh? Kukira kau benar.”

Kay menggaruk-garuk kepalanya dengan malu-malu. Begitu dia melakukannya, Ais menyela.

“Itu tidak bisa dihindari, karena Kay-chan tidak memikirkan apa-apa selain jamuan makan sepanjang tahun.”

“Ais, itu jahat!”

Tawa meledak di antara para penyihir lainnya. Dipenuhi dengan optimisme serta lega tentang fakta bahwa mereka berhasil melindungi Benteng Ein, wajah semua orang memancar.

“Kalau begitu, Yuuki, kau sudah melakukan pekerjaan yang hebat, tapi aku ingin kau mengintai sekali lagi. Aku percaya musuh telah jatuh pada gangguan berlebih untuk menyerang kita lagi, tapi tetap saja, tolong terus mengawasi mereka.”

“Kau tidak perlu mengatakan itu padaku. Aku akan pergi sekarang.”

Begitu Yuuki selesai merapal dan melompat ke papan udara, papan perlahan terangkat di udara bersama dengan pusaran angin yang mengelilinginya. Papan udara terbang cepat ke langit dan berhenti sejenak di sana; Namun, segera mulai meluncur di udara. Dalam sekejap mata, sosok Yuuki menghilang dari pandangan semua orang.

“Selena.”

Seorang penyihir muda melangkah maju dari yang lain.

“Bisakah kau berjalan berkeliling dan memeriksa situasi saat ini menggunakan Mata Langit-mu?”

“Baik.”

“Kay, Nonoeru, dan Cu akan membantu Selena sebagai pengawalnya.”

“Baik”

“Ya.”

“Akan kulakukan.”

“Bagus. Sisanya akan pergi dan memeriksa tentara yang tertinggal. Jika ada yang terluka, berikan mereka pertolongan pertama. Jika ada yang mengalami patah tulang, sebaiknya kalian menggunakan dukungan kayu untuk melekat pada anggota badan mereka. Itu karena pasukan mereka akan datang untuk mengambilnya nanti.”

“Dimengerti.”

Naga memanggil para penyihir yang akan segera pergi.

“Ah, omong-omong, jika ada orang yang kehilangan kesadaran, terapkan pengobatan pada mereka setelah membangunkan mereka. Kita perlu memberi tahu mereka bahwa para penyihir adalah yang membantu mereka. Ini adalah hal yang penting.”

Para penyihir membalas dengan tegas, dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan tersebar untuk memeriksa setiap korban.

“Terima kasih banyak, Naga-sama.”

Raibaha, yang berdiri di sampingnya, mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan suara kecil.

“Jangan cemas. Aku melakukannya untuk mengubah citra buruk para penyihir dan meningkatkan reputasi mereka. Bukannya aku akan peduli dengan bekas sekutumu.”

Meskipun Naga berkata demikian, Raibaha masih membungkuk ringan ke arahnya.

“Itu barangkali benar, tapi tetap saja, izinkan aku mengucapkan terima kasihku.”

“Aku tidak akan menghentikanmu melakukannya, tapi terserah....”

Naga tertawa dan mengalihkan pandangannya ke arah Harrigan dan Vita, yang tetap di sana.

“Masalahnya adalah, kita masih belum tahu apa yang Cassandra rencanakan selanjutnya.”

“Akankah mereka mencoba merebut benteng ini sekali lagi?”

Harrigan bertanya.

“Aku tidak berpikir mereka memiliki kekuatan cadangan tersisa tapi mereka mungkin akan melalui kesulitan meminjam pasukan dari negara lain. Apa pendapatmu tentang itu?”

Naga melihat wajah Raibaha, Harrigan, dan Vita.

“Aku berharap. Aku pikir itu tidak mungkin terjadi.”

Harrigan, yang menjawab seperti itu, mengarahkan pandangannya ke arah Raibaha.

“Memang. Kalau dipikir-pikir, Kerajaan Cassandra jarang meminta bantuan dari negara lain, jadi sulit dibayangkan.”

Mengatakan demikian, Vita dan Naga mengalihkan pandangan mereka ke arah Raibaha. Merasa tekanan datang dari tatapan mereka, Raibaha mundur tanpa disengaja.

(Itu adalah tekanan luar biasa yang datang dari ketiganya ketika sedang menatap mereka)

“Apa maksudmu, Raibaha?”

“I, Itu benar. Aku…..aku percaya Kerajaan Cassandra ingin menghindari meminjam kekuatan apa pun dari negara lain.”

“Benarkah begitu? Jika itu benar, maka, itu akan memberi kita waktu. Haruskah kita bergerak maju dengan persiapan untuk mendirikan negara baru sekaligus dan memeriksa kondisi internal Kerajaan Cassandra?”

“Apa maksudmu infiltrasi dan pengawasan Kerajaan Cassandra yang kau sebutkan sebelumnya?”

Setelah Harrigan bertanya tentang itu, Naga mengangguk dan berkata, ‘Itu benar.’

“Sudah kuduga, penting bagi kita untuk memahami keadaan kerajaan saat ini. Kalau kita dapat melakukannya, akan lebih mudah bagi kita untuk membaca gerakan mereka pada waktu berikutnya. Meskipun demikian, mungkin lebih baik bagi kita untuk meningkatkan ukuran kelompok yang ditunjuk untuk pengawasan itu sedikit.”

“Apa yang kau pikirkan?”

“Ini hanya untuk berjaga-jaga, kau tahu. Yah, kita belum membicarakan itu, jadi untuk saat ini, ada hal lain yang harus kita lakukan.”

“Hm? Apa itu?”

“Oi oi, bukankah Kay baru saja menyebutkannya? Kita mengalami kesulitan mendorong mundur pasukan Cassandra. Kau tidak bermaksud mengatakan kita tidak akan mengadakan pesta kemenangan, bukan?”

“Jadi begitu? Kukira, kau benar. Tetap saja, aku punya perasaan bahwa kita tidak melakukan apa-apa selain jamuan makan malam baru-baru ini.”

“Jangan seperti itu, Harrigan. Perjamuan adalah bukti kemenangan kita berturut-turut, jadi bukankah seharusnya kau senang?”

“Itu…. seperti yang kau katakan Vita, tapi, haruskah kau mengatakan aku bingung, karena aku tidak terbiasa menang, atau begitu.”

“Kau menyedihkan, Harrigan. Kau harus mengikuti contoh Kay.”

“Tidak, jika aku melakukannya, klan kami tidak akan bertahan selama itu.”

“Menurutku kau baru saja mengatakan sesuatu yang kasar.”

“Lalu, bukankah seharusnya kau mendengarkan apa yang ditawarkan Eliushune?”

“Aku akan menolak gagasan itu tanpa mempertimbangkannya lebih dulu.”

Harrigan menjadi tercengang.

“Aku bertanya-tanya siapa di antara kita yang lebih kasar.”

“Yah, tidak apa-apa, kan? Hari ini, mari kita rayakan kemenangan itu sepuas hati kita.”

Atas Naga, yang tertawa sambil berkata demikian, kedua kepala klan mengangguk dalam-dalam.

“Aku tidak keberatan.”

“Sama disini.”


Akhirnya, para penyihir yang bertugas merawat tentara yang terluka menyelesaikan pekerjaan mereka dan berkumpul kembali ke tempat Naga dan sisanya menunggu Yuuki dan Selena untuk kembali. Menurut Ais, ada beberapa orang yang terluka berat. Kalau mereka dibiarkan seperti itu, mereka mungkin akan mati sebelum sekutu mereka bisa tiba.

“Itu tidak bisa ditolong. Haruskah kita menempatkan mereka di kereta dan merawat mereka ketika kita kembali ke Benteng Ein? Setelah itu, kita akan membebaskan orang-orang itu, kukira.”

“Dimengerti. Aku akan mengatur agar itu segera dilakukan.”

Saat itu, Selena, Kay, Nonoeru dan Cu kembali seolah-olah bertukar tempat mereka dengan Ais.

“Tidak ada tanda-tanda musuh dapat ditemukan di sekitarnya.”

“Selena, kau melakukannya dengan cukup baik, ya?”

Atas pujian Naga, Selena menggelengkan kepalanya dengan intens dan menjawab,

“Ah, tidak, aku belum melakukan sesuatu yang istimewa. Tidak masalah.”

‘Pujilah aku juga, pujilah aku juga!’ – Kay menunjuk dirinya seolah meminta itu.

“Betul. Kay dan Nonoeru juga bekerja keras.”

“Entah kenapa, itu terdengar setengah hati.”

“Menurutku itu setengah hati.”

“Kata-kata Naga-san sangat dangkal.”

Dikecam oleh ketiga gadis itu, Naga tersenyum masam.

“Itu tidak benar. Aku bersyukur atas apa yang kalian lakukan dari lubuk hatiku. “

“Aku penasaran soal itu.”

Kay memandang Naga dengan tatapan sinisnya, lalu menarik kepalanya kembali.

“Lebih penting lagi, sekarang musuh telah mundur, hampir saatnya untuk apa yang kau tunggu-tunggu, perjamuan kemenangan.”

“Umm, bukan? Semua orang sudah menunggu dan bukan hanya aku?”

“Kalau begitu, akan begitu saja?”

“Naga-san, kau jahat!”

Kay membungkuk ke belakang sementara Nonoeru dan Selena tertawa kecil. Pada akhirnya, Yuuki kembali. Berdasarkan informasinya, musuh mundur kembali ke ibukota kerajaan, hanya menyisakan beberapa pengintai untuk pengawasan. Setelah mengetahui hal itu, suara sukacita muncul di antara para penyihir.

“Luar biasa! Dengan ini, perjamuan yang ditunggu-tunggu Kay bisa dimulai. Semuanya, ayo kembali ke benteng!”

“Ohhhhhhhh!”

Semua penyihir membuat teriakan kemenangan, kecuali Kay.

“Itu~ kenapa~ tidak mengatakannya seperti aku satu-satunya yang menunggu.......”

Kay tidak berusaha menyembunyikan ekspresi tidak puasnya.

Bab 2: Kebetulan atau Tak Dapat Terelakkan[edit]

Hanya untuk memastikan musuh tidak menyerang, Naga meninggalkan Ikushina, Selena dan Eliushune di belakang untuk berjaga-jaga lalu kembali dengan yang lain ke Benteng Ein. Alasannya adalah karena Mata Langit Selena akan menjadi cara tercepat untuk mendeteksi musuh yang mendekat. Keterampilan menunggang kuda milik Ikushina cukup baik baginya untuk ditempatkan pertama atau kedua di antara para penyihir dalam hal menunggang kuda. Eliushune bisa berteleportasi seketika dalam keadaan darurat. Karena itu, Naga menunjuk mereka berdua untuk melindungi Selena.

Begitu mereka kembali ke rumah, para penyihir mengadakan pesta kemenangan usai menyiapkan anggur dan camilan sederhana.


Tak ada banyak anggur di dalam benteng. Terlebih lagi, Naga dan yang lainnya baru saja merebut benteng, jadi para penyihir tidak punya waktu untuk membawa wine sebanyak itu. Karena itu, tak ada orang yang mabuk berat. Namun, Naga merasa lega karena mereka mampu mencegah Ais dari kekerasan karena mabuk. Para penyihir minum, makan, dan menari dengan lincah. Karena tak ada yang bisa mabuk, tak ada penyihir yang akan menari telanjang kali ini.

Duduk di lantai kayu, di sudut ruangan yang luas di dalam bangunan tempat tinggal, Naga tengah menyantap makanan ringan dan mencicipi wine sambil menatap para penyihir menari. Di sebelahnya adalah Raibaha. Seperti biasa, para penyihir menari dengan pakaian tipis dan kecil mereka. Selain mereka yang menari, ada juga yang memainkan seruling dan drum, tapi, kenyataan bahwa mereka semua mengenakan pakaian tipis tidak akan berubah.

“Seperti biasa, ini adalah adegan yang menakjubkan.”

Kata Raibaha dengan cara berbisik.

“Bukankah mereka memakai pakaian yang lebih cabul dibanding para penari wanita dari kelompok keliling? Dengan menari dan melompat, mereka akan menjadi penari yang hebat, menurutku.”

“Yah, bagi mereka, itu biasa saja... nggak... hm?”

Naga menghadap ke arah Raibaha.

“Apa yang baru saja kau katakan?”

“Ya? Tidak, itu sebabnya aku bilang mereka memakai pakaian cabul....”

“Setelah itu.”

“Ummm.... maksudmu bahwa mereka memakai pakaian yang lebih cabul dibanding para penari wanita?”

“Itu dia!”

“Eh? Bagaimana dengan itu?”

Tidak membalas Raibaha, yang bertanya dengan curiga, Naga membalas tatapan penuh gairah pada para penyihir yang menari.

“Apa? Kenapa kau menatap mereka dengan cukup intens?”

Vita, yang memegang cangkir anggurnya, mendekati mereka dengan sedikit terhuyung. Benar saja, Harrigan ada di sampingnya juga, memegang cangkir anggurnya.

(Seperti biasa, kedua orang ini terlihat seperti orangtua dan anak ketika berdiri berdampingan.)

– Itu kesan Naga terhadap kedua orang ini. Namun demikian, dia tidak akan membiarkan mereka tahu. Naga menjawab dengan kebodohan pura-pura.

“Yah, aku baru saja menemukan sesuatu, oke.”

“Kami tidak akan membuka baju? Tidak peduli seberapa semangat kau menatap kami, kami tidak akan membuka baju, tahu?”

“Tidak ada yang bilang begitu, Harrigan.”

“Biarpun kau tidak mengatakannya, aku bisa mengerti dari matamu yang menyuruh kami untuk menanggalkan pakaian.”

“Nggak, nggak!”

“Lantas, apa yang akan kau ceritakan kepada kami?”

“Aku diberitahu oleh Raibaha bahwa pakaian kalian terlihat lebih cabul dibanding penari wanita. Lalu, aku terpana dengan sebuah ide.”

Karena Harrigan dan Vita menatap Raibaha, yang terakhir menggelengkan kepalanya dengan kuat.

“Jadi, ide apa yang muncul di benakmu?”

Harrigan, yang mengalihkan pandangannya ke belakang, bertanya pada Naga.

“Bukankah lebih baik jika kalian berdandan sebagai penari wanita ketika menginfiltrasi kota untuk mendapatkan informasi?”

“Oh?”

“Oh!”

Harrigan dan Vita membuka mata mereka lebar-lebar dan bertepuk tangan. Raibaha juga melihat Naga dengan wajah tercengang.

“Pada awalnya, aku berpikir akan lebih baik untuk membentuk karavan pedagang dan menyelinap masuk, tapi, baik kau maupun aku tidak pernah berdagang dengan siapa pun sebelumnya.”

“……Kami belum.”

“Kuduga, kita juga belum menggunakan uang belakangan ini.”

“Meskipun begitu, bukankah mustahil bagi kita untuk mengunjungi tempat itu hanya sebagai pengelana kelompok selama masa sibuk ini?”

“Tentu saja, itu bukan jenis tempat yang bisa kalian kunjungi tanpa alasan.”

“Tetap saja, bukankah itu akan berhasil jika kita adalah sekelompok penghibur keliling dari jauh? Tidaklah aneh bagi kita untuk mengatakan kita datang ke sana untuk membuat nama untuk diri kita sendiri, karena kita tidak tahu tentang tempatnya dan penduduk setempat. Belum lagi, akan ada alasan mengapa kalian berpakaian sebagai penari wanita. Selain menjadi kelompok wanita muda cantik, kalian juga akan menari dan terlihat seperti penari wanita. Dari apa yang bisa kulihat, bukankah kalian cukup mahir dalam menari dan bermain instrumen?”

“Biar kupikir-pikir, sekelompok wanita cantik? Tentu, Naga adalah orang yang jujur.”

(Ibu bersemangat tinggi.)

(Selama dia bisa meringankan dirinya dengan sihir itu, bahkan naik tinggi adalah hal yang mudah baginya, kannn?)

Segera setelah Dora dan Lily menyatukan kepala mereka dan saling berbisik,

“Apakah ada sesuatu yang ingin kaukatakan? Dora? Lily? Bagaimana kalau kalian memberitahuku?”

“Tidak ada apa-apa?”

“Tidak ada sama sekaliiii.”

“Yah, entah kita semua masih muda atau tidak, mari kita tinggalkan itu.”

Begitu Harrigan mengatakannya, Vita mengarahkan tatapan tegas padanya. Namun, sebelum Vita bisa mengatakan apa-apa, Kay memotongnya.

“Kurasa Harri-nee juga sensitif ketika membicarakan soal usia.”

‘Kyahaha’ – Yuuki bertepuk tangan dan tertawa sementara Vita mengangguk sambil berkata. ‘Betul, betul’.

“Hei, jangan tertawa! Dan kau juga, jangan setuju!”

Harrigan, yang telah membentak, menunjuk pada Vita dan Yuuki sambil membalas. Lalu, Ais ikut menyundul sambil tertawa.

“Itu benar, Kay-chan. Tidak baik jika kau membicarakan Ane-sama seolah-olah dia seorang wanita setengah baya.”

(((Uwa, Ais menjadi yang paling kejam di sini.)))

Para penyihir di latar belakang menarik kepala mereka ke belakang.

“Heh? Kay, jadi begini caramu memikirkan aku?”

“T-T-T-tidak? Omong-omong, aku belum menyebutkan hal seperti itu, kan?”

Menekuk kakinya sambil menggigil, Kay meletakkan tangannya di depan Harrigan.

“Mau coba dan lihat apakah kau bisa menghentikan rambutku?”

Rambut hitam kebiruan Harrigan yang melimpah melayang di udara dan berubah menjadi palu besar.

“Jika aku menerima pukulan Harri-nee, bagian dalamku bakal hancur. Aku, kalaupun aku bisa mengeraskan kulitku, bukan berarti perutku akan tetap utuh, jadi...”

“Tak apa-apa. Kau akan mampu menahan seranganku.”

Rambut berbentuk palu Harrigan mulai berayun di atas kepala Kay.

“Bentaaaaaaaar, kumohon, seseorang tolong selamatkan aku!”

“Kay, lakukan yang terbaik, oke?”

“Ini adalah apa yang kau dapatkan ketika memasuki masalah orang lain!”

“Lakukan yang terbaik, Kay. Jangan kalah, Kay!”

“Yuuki, jangan menghiburku!”

Kay mencari-cari bantuan, tapi,

“Lela?! Nonoeru?! Cu?! Mengapa kalian menghindar?! Arurukan, jangan mengatakan hal-hal seperti ‘pergi’!”

(Ah... astaga. Seperti biasa, itu takkan berhenti setelah pembicaraan kami keluar dari topik)

‘Mau bagaimana lagi.’ – Naga berpikir begitu dan berdiri.

“Ini seharusnya cukup untuk pertikaian keluargamu. Harrigan, mari kita bergegas dengan pembicaraan progresif.”

“Y….Ya?”

Begitu Harrigan kembali ke tersadar, rambutnya, yang melayang di atas kepalanya, menggantung dengan lembut.

“Apa itu pembicaraan progresif?”

“Itu sebabnya, aku bilang kita harus menyusup ke ibukota kerajaan dan memperoleh informasi mengenai keadaan Kerajaan Cassandra. Ada banyak hal yang perlu kita putuskan, terlebih dahulu, seperti siapa yang harus kita pilih untuk perjalanan ini, dari mana kita harus masuk dan tarian apa yang harus kita putuskan. Mungkin ada banyak, tapi, masa depan kita akan bergantung pada aksi musuh mulai sekarang, jadi kau bisa mengatakan peran kita kali ini sangat penting. Entah bagaimana, kita perlu mencari tahu lebih banyak mengenai mereka.”

“Um... ..Aku kira kau benar. Dipahami….”

“Lalu, kita akan membahas lebih detail soal kelompok kita yang akan berangkat setelah perjamuan mereda.”

Harrigan menghela napas dan melihat ke sekeliling pada semua orang.

“Apakah kita akan mengakhiri perjamuan segera dan mulai dengan pembicaraan kita?”

‘Itu benar.’ – Ais mengangguk.

“Belum lagi, kita sudah kehabisan anggur dan camilan, jadi semakin banyak alasannya.”

“Kau bertaruh. Ini bukan waktunya untuk pertarungan minum ketika kita lebih cemas soal pasukan Cassandra mungkin menyerang lagi.”

(Tetap saja, kau bisa minum dengan santai, bukan?)

“Ada yang ingin kau beri tahu kami, Naga? Coba bicaralah?”

“Tidak, bukannya ada sesuatu yang khusus.”

Saat Naga membantah sambil mengalihkan pandangannya, dia melihat sekeliling pada semua yang hadir.

“Lalu, haruskah kita mengadakan pertemuan strategis?”

Mengikuti kata-katanya, para penyihir mengeluarkan bangku lipat.

Naga duduk di bangku lipatnya dengan punggung bersandar ke dinding, sedangkan, para penyihir dan Raibaha mengambil posisi mereka seolah-olah mengelilingi Naga dalam setengah lingkaran.


“Pertama, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, Raibaha, tapi...”

Naga memulai percakapan mereka.

“Penghibur keliling tidak jarang di sini, kan?”

“Aku pikir begitu. Tergantung pada ukuran mereka, ada kelompok besar dan kecil, tapi, mereka sering datang ke kota. Kelompok-kelompok itu tidak hanya akan mengeluarkan penari wanita mereka, tetapi juga melakukan aksi dan akrobatik. Ada juga contoh di mana mereka akan menampilkan ilmu pedang dan panahan mereka.”

“Apakah kau perlu semacam izin untuk itu?”

“Jika kita akan melakukan pertunjukan berskala besar, maka ya, tapi aku rasa kita tidak perlu melakukan tarian di sudut jalan.”

“Pertunjukan udara terbuka juga termasuk, kan?”

“Sebaliknya, mereka akan jauh lebih masuk akal dalam kasus kita. Hanya grup besar yang harus mendirikan tenda sirkus dan tamu rumah.”

Naga menunjukkan sedikit sikap merenung terhadap balasan Raibaha tapi kemudian dengan cepat mengembalikan wajahnya ke normal.

“Dengan kata lain, mungkin bagi kita untuk membentuk kelompok seperti itu, pergi ke kota seolah-olah bukan siapa-siapa, kumpulkan penonton di tempat yang tepat dan lakukan…. tariannya?”

“Aku yakin itu sangat mungkin. Karena semua penyihir cantik, tak ada keraguan bahwa para penonton akan berkumpul. Dan tidak, aku tidak menyanjung kalian sama sekali.”

“Begitukah, begitu? Raibaha, aku mengira kau seorang pria dengan poin yang patut dicatat, tapi, sepertinya kau tidak mengacau untukku.”

Vita tertawa seolah tengah dalam suasana hati yang baik.

(Ibu, seberapa mudah kau bisa menggerakkan?)

Dora dan Lily membuat wajah sedih.

“Apa yang seharusnya menjadi ruang lingkup yang tepat untuk grup kami?”

Raibaha merintih usai diminta oleh Naga.

“Betul. Dengan Naga-sama menjadi pemimpin rombongan kami, itu akan menjadi lima hingga enam penari wanita dan tiga atau empat musisi. Juga, penari dan musisi dapat bergeser satu sama lain ketika waktunya tepat. Bukankah grup kami akan lengkap dengan sepuluh orang? Grup empat hingga lima orang terlalu kecil, yang mungkin tidak cukup untuk meyakinkan orang lain soal kita yang datang dari jauh, dan sebaliknya jika grup itu terlalu besar maka akan menonjol.”

“Aku mengerti, jadi itu sepuluh, kan? Asalkan jumlahnya sudah final, hal berikutnya adalah…. Lela.”

“Y~a? Apa ya?”

“Bisakah kau memikirkan asal untuk kelompok kita dan rute yang akan dilaluinya?”

“……Betul. Aku ingin tahu apakah tidak apa-apa memberitahu mereka kita berasal dari tengah benua, karena Naga-san terlihat seperti orang asing. Untuk asal dan rute, aku sudah memikirkan sesuatu, tapi, bagaimana kita menjelaskan kepada mereka bahwa kita dapat memasuki peninsula ba~rat?”


Naga mengingat peta lingkungan, yang telah ditunjukkan sebelumnya.

“Kalau ingatanku benar, semenanjung itu hanya dapat diakses dari pintu masuknya. Benar, kita harus memasuki ibukota kerajaan dari suatu tempat di utara, kalau tidak, bukankah mereka akan curiga pada kita? *Tch* Ini memang merepotkan.”

“Ah, aku pikir seharusnya tidak ada kekhawatiran tentang itu.”

Dengan suara Raibaha, semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arahnya sekaligus.

“Ummm, Lela-san, apa kau masih punya peta?”

“Aku akan membawan~ya.”

Lela, yang berdiri, berlari keluar dari ruangan dan segera kembali.

“Aku sudah membawa pet-a. Apakah ini ben~ar?”

Segera setelah Lela membentangkan selembar kain besar, di mana peta itu digambar di atas lantai, semua orang membungkuk ke depan.

“Sini. Jika ingatanku benar, bukankah seharusnya ada kota pelabuhan Lancel yang terletak di titik ini?”

Raibaha, yang melangkah maju dan menekuk kakinya, menekankan jarinya pada titik tertentu di peta.

“Kalau kita menyeberangi bagian barat laut pedalaman dan tiba di kota pelabuhan Lancel, kita dapat bergegas dari satu tempat ke tempat lain tanpa perlu berhenti di kota-kota di sepanjang jalan. Jika kita ditanya soal rute yang telah kita lalui, kita dapat dengan mudah menipu orang-orang di Cassandra dengan memberi tahu mereka ada jalan di sepanjang Sungai Schwein yang mengalir dari kota Lancel, dan kita tiba di Kerajaan dari selatan. Jalan sudah tua, dan karena tidak banyak orang yang menggunakannya belakangan ini, itu menjadi kasar, tapi....”

Naga mengikuti jari Raibaha dengan matanya. Begitu jarinya mengetuk ibukota di peta, Naga mengangkat kepalanya sambil mengatakan ‘begitu rupanya’.

“Dengan rute itu, kita bisa melewati lingkungan benteng ini tanpa peduli. Jika itu masalahnya, aku kira alasan ini mungkin berguna ketika dibutuhkan. Luar biasa. Lalu, haruskah kita pergi dengan mengikuti itu?”

“Naga-sa~n. Aku pikir itu ide bagus untuk mencapai ibukota Kerajaan Cassandra melalui Kota Lancel, akan terlihat tidak alami kalau kita tidak membawa kereta dan tenda berkemah bersama kita, karena kita akan menjadi rombongan penghibur. Apa yang harus kita lakukan?”

“Tidak bisakah kita mempersiapkan hal-hal itu begitu kita kembali ke hutan hitam?”

Naga mengarahkan pandangannya ke Harrigan dan menanyakan pertanyaan itu.

“Kita entah bagaimana bisa mengurus tenda, tapi, keretanya mustahil, kurasa.”

“Yah, begitukah?”

“Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan setelah kita sampai di Kota Lancel?”

Semua orang mengalihkan perhatian mereka ke suara tanya Raibaha.

“Apakah tidak apa-apa bagi kita untuk menyiapkan hal-hal yang diperlukan dan mendandani diri kita di sana? Aku pikir itu ide bagus untuk mencapai kota itu dengan berjalan kaki, menyusuri sungai Schwein, dan kemudian menuju ibukota. Jika kebetulan, mereka bertanya kepada kita tentang rutenya, kita hanya dapat menjawab mereka, kita datang dengan berjalan kaki.”

“Oh, itu dia!”

Naga bertepuk tangan bersama.

“Ah, tapi ...”

“Apa ada yang salah, Lela?”

“Kita butuh uang untuk menyiapkan diri dengan hal yang diperlu~kan.”

“A….Ah, jadi ini tentang uang?”

Naga memandang Harrigan dan Vita secara bergantian.

“Ummm, bagaimana dengan itu? Harrigan? Vita?”

Harrigan dan Vita menjulurkan dada ekstra besar dan datar mereka masing-masing, dan menyatakan,

“Kami tidak punya uang, tahu.”

“Tidak sedikitpun.”

“Itu tidak akan berhasil, meskipun kau menjulurkan dada dan merasa besar.”

Naga menjatuhkan bahunya dengan sedih.

“Umm, Ane-sama...”

“Ada apa, Ais?”

“Bagaimana kalau kita menjual perhiasan, ornamen, dan alat-alat kecil di gudang kita?”

“Ah, itu? Tetap saja, kita tidak tahu seberapa berharganya barang-barang itu, dan tidak seorangpun dari kita punya pengetahuan soal uang manusia. Mungkin juga barang-barang itu dijual murah jika kita coba menjualnya.”

“Kurasa tidak semurah itu, tapi, bagaimana kalau kita bawa ke sini dan minta Raibaha-san melihatnya? Mungkin, kita bisa kurang-lebih memahami harganya?”

“Kau benar. Kita tidak dapat menilai barangnya, tapi, setidaknya…. kita harus bisa mengatakan perkiraan harganya.”

“Fumu, kurasa kau benar. Lalu haruskah kita melakukannya? Yuuki, aku mungkin merepotkanmu, tapi bisakah kau kembali ke benteng di dalam hutan hitam bersama dengan Lela? Kami ingin kau memilih dan membawa barang-barang berharga di antara barang bekas di dalam gudang.”

“Tidak apa-apa, tapi, bukankah lebih cepat bagiku untuk terbang ke sana sendirian?”

“Jika hanya kau, ada risiko kau tidak akan membawa apa-apa selain sampah yang tidak berguna.”

Yuuki membungkuk mundur dengan sekuat tenaga.

“Harri-nee, kau sangat kejammm!”

(Dia benar soal Yuuki.)

(Dia benar, dia benar.)

Karena Kay dan Nonoeru mengangguk setuju, Yuuki menahan matanya dan menatap mereka berdua. Mereka berdua dengan cepat mengalihkan pandangan mereka.

“Jika ada barang yang tidak bisa kau bawa, serahkan pada Ikushina. Seharusnya tidak apa-apa baginya untuk mengangkutnya menggunakan kuda. Selain itu, kau akan berangkat pada waktu fajar, besok.”

“Ya, Ane-sa~ma.”

Lela mengangguk lugas, tapi, Yuuki memiliki ekspresi ketidakpuasan.

“Meskipun aku bisa melakukannya sendiri.”

Yuuki terus mengeluh seperti itu.

“Setelah itu, kita akan memanggil kembali Ikushina dan mengirimnya sebagai pengganti.”

“Dengan ini, hal berikutnya yang harus kita lakukan adalah pakaian penari wanita kita dan menyelinap ke ibukota kerajaan, kurasa.”

Segera setelah Naga berkata demikian, Kay mengangkat tangannya duluan.

“Aku, aku! Aku akan melakukannya, aku akan melakukannya!”

“Kay?”

“Areee? Apa arti dibalik mata meragukanmu itu, Naga-san?”

“Tidak, bukankah tidak berarti bagimu untuk menari? Toh, akan ada penonton yang datang dan menontonmu? Itulah maksudku.”

“Aku baru saja diberitahu sesuatu yang kasar!”

“Benarkah? Dengan Kay, mustahil bagi kita mengumpulkan penonton. Mau gimana lagi. Kalau begitu, haruskah aku yang menanggalkan pakaian?”

“Aku tidak mengerti sama sekali apa yang kaubicarakan, Vita-san.”

“Haaah? Apa yang ingin kaukatakan, Kay?”

“N…….Tidak, tidak ada ….”

“Mungkin, hanya mereka yang memiliki preferensi khusus akan berkumpul di sekitar Kay, Vita, dan Nonoeru. Benar saja, itu tidak akan berhasil selama itu bukan seseorang, seperti Ais, Cu atau diriku sendiri, kan?”

Mengatakan itu, Harrigan menyandarkan tubuh bagian atasnya ke depan.

“Uwaa, jika itu melawan ketiga orang itu, maka itu tidak akan ada pertentangan.”

Mata Kay menjadi berair seolah-olah karena kekesalan.

“Omong-omong, aku juga dimasukkan ke dalam grup yang sama denganmu, Kay?”

Nonoeru membungkuk sedikit ke belakang.

“Eh? Aku tidak berencana untuk berada di grup yang sama denganmu, Nonoeru.”

“…… ..*UUUU*…….”

Nonoeru menjatuhkan bahunya dengan sedih.

Sepertinya diskusi mereka memasuki topik yang seharusnya tidak disentuh. “Mari kita tinggalkan itu.” — Tidak merasa seperti dia bisa mengalihkan pandangannya lagi, Naga buru-buru mengarahkan topik kembali ke jalur yang benar.

“Lalu, kita akan merekrut sukarelawan. Mereka, yang ingin bergabung sebagai penari wanita, angkat tangan.”

““““Aku, Aku, Aku!””””

“Semua orang kecuali Yuuki adalah sukarelawan?”

“Kukira itu sudah bisa diduga.”

“Benar?”

Para penyihir saling memandang wajah mereka dan mengangguk.

“Aku benar-benar ingin mencoba mengunjungi kota manusia.”

Kay mengangkat tangannya sekali lagi.

“Benar. Aku juga belum berjalan di sekitar kota manusia untuk waktu yang lama.”

“Jujur, ibu sudah pernah ke sana sebelumnya, jadi beri kami kesempatan kali ini.”

Begitu Lily berkata demikian, Vita mendengus dengan tawa.

“Sepertinya Lily akan mundur, Naga.”

“Itu jahaaatt. Aku juga mau pergi ke sana~”

“.....Jadi, apakah semua orang, menginginkan hal yang sama?”

Semua orang mengangguk sekaligus.

  • Sigh* — Naga menarik napas dan mendongak.

“Jika itu yang terjadi, kita hanya bisa memutuskan dengan undian untuk menghindari ketidakadilan.”

“Oh, benarrrrr!”

Kay mengangkat tangannya ke atas.

“Aku cukup percaya diri ketika harus mengundi!”

“Fuun. Sama seperti Kay, aku tidak akan kalah.”

Harrigan berdiri sambil merasa santai. Vita juga bangkit dengan semangat yang gigih.

“Akan kutunjukkan padamu, kekuatan hasil undianku yang diberkati oleh dewi keberuntungan.”

(Begitu?)

Begitu Lily mengalihkan pandangannya ke sampingnya, ada Dora yang menggelengkan kepala.

(Itu hanya pepatah, pepatah.)

“Aku akan mengatakan ini, tapi, meski Harrigan dan Vita berhasil memenangkan undian, aku masih akan buat salah satu dari kalian tinggal di sini.”

“Apa?!”

“Kenapa?!”

(Sejujurnya, gadis-gadis ini ....)

“Selama aku tidak ada, jadi salah satu dari kalian harus tinggal dan menjaga benteng ini...”

“.....Dan bagaimana jika kau yang tinggal, Naga?”

Segera setelah Harrigan mengatakannya dengan wajah masam, Vita bertepuk tangan bersama.

“Ohh! Ide bagus!”

“Enak saja!? Apa yang akan dilakukan rombongan ini tanpa aku?!”

“T….Tidak, aku hanya membuat asumsi.”

“J... Jangan pedulikan itu.”

“Aku peduli? Omong-omong, bukankah rasanya kau ingin pergi kesana hanya untuk bersenang-senang? Infiltrasi ini sangat penting untuk pengawasan kita, tahu?”

“I, Itu sebabnya, kami memberitahumu bahwa kami mengerti. Benarkan, Harrigan?”

“K, Keras dan jelas.”

Naga menatap mereka dengan mata mencela.

“H, Hei, Naga, bukankah kita mau melakukan undian cepat-cepat?”

“Yah, boleh saja. Lalu Raibaha, bisakah kau mempersiapkan undiannya? Juga, sudah diputuskan bahwa kau akan ikut dengan kami.”

“Aku?”

“Kau satu-satunya yang familier dengan masyarakat manusia. Kami tidak akan bisa menjual barang-barang kami jika kau tidak bersama kami.”

“Kau benar.”

“Yah, tapi tetap saja, kau akan bertindak sebagai penjaga rombongan kami. Hanya untuk memastikan, aku pikir lebih baik untuk mengganti pakaianmu ketika kita memasuki kota.”

“……Betul. Ya, mengerti. Meski aku tidak berbicara langsung dengan siapa pun, ada kemungkinan identitasku terungkap.”

“Dan kemudian, berdasarkan kantor seseorang, Linne dan Linna akan bergabung dengan kita juga.”

Ada alasan untuk itu. Berkat sihir mereka, Linne dan Linna bisa meningkatkan kepekaan mereka terhadap lingkungan. Dengan kata lain, jika mereka meningkatkan kemampuan pendengaran mereka, mereka dapat mengumpulkan informasi bahkan dari gosip penumpang.

“Ya.”

“Benar, kan?”

Kembar bersaudari bertepuk tangan dan melompat kegirangan.

“Mu...”

Para penyihir yang tersisa memandang mereka dengan mata yang iri dan sinis.

“Baiklah, kalau begitu, aku akan membuat banyak. Apakah kau memiliki kain yang tidak dipakai?”

Raibaha, yang menerima kain tua, merobeknya menjadi potongan-potongan yang masuk akal dan menambahkan tanda.

“Kalau begitu, aku kira ... seharusnya tidak masalah bagi kita untuk pergi dengan sepuluh orang sebagai penari wanita dan pemain?”

“Ya, itu jumlah yang pas. Akan ada total sepuluh penari dan pemain wanita, kecuali Linne dan Linna, yang akan bertindak secara terpisah sebagai pengumpul informasi…. Tidak, tunggu. Dalam hal ini, kita harus menyiapkan setidaknya dua kereta. Aku akan menyuruh Raibaha mengoperasikan salah satunya, dan Ikushina, yang lain.”

Seperti kata Naga, saat ini, Ikushina adalah satu-satunya yang unggul dalam berkuda di antara semua penyihir.

“Dengan itu, Ikushina akan ikut bersama kami juga. 9 sisanya akan ditentukan oleh undian.”

“Sial. Seharusnya aku berlatih lebih banyak menunggang kuda!”

Kay memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, tetapi sekarang sudah terlambat.

“Omong-omong, tidak ada orang di sini yang bisa menggunakan sihir untuk mengintip melalui kain, kan?”

Raibaha mengarahkan pertanyaan itu ke Harrigan, tetapi dia menolaknya dengan melambaikan tangannya.

“Tidak ada, jadi jangan khawatir.”

“Dalam hal ini, silakan pilih undian kalian.”

Raibaha membariskan potongan kain robek di lantai. Ketika dia melakukannya, para penyihir mengulurkan tangan mereka dan menyambar undian mereka.

“Aku berhasil!”

“Gyaaa, gagal!”

“Yaaa!”

“Ugyaaa!”

Teriakan dan suara sukacita bercampur satu sama lain di dalam ruangan.

Pada akhirnya, mereka yang beruntung adalah:

Kay, Vita, Ais, Lela, Cu, Arurukan, Nonoeru, Lily, Dora

Bersama dengan Ikushina, jumlah penari akan menjadi sepuluh. Selain itu, Linne dan Linna akan bertindak sebagai grup terpisah.

Dengan Naga menjadi pemimpin dan Raibaha, pengawalnya, barisannya telah diputuskan.


“Luar biasa. Sekarang grup ini sudah ditentukan, kita akan membahas rencana untuk terakhir kalinya.”

Seperti yang Naga nyatakan, para penyihir kembali ke tempat duduk mereka. Beberapa dari mereka ceria, yang lain, enggan, dan satu lagi, menjatuhkan bahu mereka, jelas kecewa.

“Kita akan mengikuti saran Raibaha dan berangkat ke kota pelabuhan Lancel. Setelah kita selesai berdandan di sana sebagai sekelompok penghibur keliling, tujuan kita selanjutnya adalah Kerajaan Cassandra. Alasan kita melewati Lancel adalah karena kota ini bertindak sebagai titik transit bagi para pedagang dan penghibur keliling yang datang dari jauh. Setelah itu, bahkan orang asing seperti aku tidak akan menonjol, karena seharusnya masuk akal untuk mengatakan bahwa kita datang dari timur jauh.”

Naga memotong kata-katanya pada saat itu dan menghadapi Raibaha.

“Ini harus berhasil, kan?”

“Ya, seharusnya tidak apa-apa.”

“Memikirkan asal dan rute kita, aku akan menyerahkan pekerjaan itu kepada Lela. Apa kau baik-baik saja dengan itu, Lela?”

“Pah~am.”

Lela menjawab dengan mengangkat tangan kanannya dengan ringan.

“Mereka mungkin berpikir kita curiga akan kesulitan datang ke Kerajaan Cassandra, meskipun mereka sedang berkonflik dengan para penyihir, tapi, kita akan melanjutkan dengan mengatakan kita datang dari jauh dan kita tidak menyadari situasi mereka saat ini. Lalu,”

Naga menunjuk ke lokasi tertentu di peta.

“Kita akan kembali ke Sungai Schwein dari Lancel dan pergi ke utara di sepanjang sungai menuju wilayah Kerajaan Cassandra. Haruskah kita juga memberitahu mereka bahwa kita mencoba melakukan pertunjukan di Benteng Ein, tapi akhirnya diusir oleh para penyihir? Jika pasukan Cassandra belajar informasi semacam itu, kita mungkin ditanyai tentang situasi di benteng. Sebaliknya, kita akan dapat meminta rincian lebih lanjut tentang keadaan mereka saat ini. Kalau kita ditanyai, aku akan menjadi orang yang menjawab pertanyaan mereka, tapi, aku ingin semua orang di sini mengingat asal dan rute kita, yang akan dibuat oleh Lela. Paham?”

“Ya, kami akan melakukan yang terbaik.”

Masing-masing penyihir mengangkat tangan mereka dan mengangguk penuh semangat.

“Hal berikutnya adalah memastikan kembali program kita dan daftar pesertanya. Jadi, mereka yang bertugas menari dan bermain adalah Vita, Ais, Kay, Lela, Cu, Arurukan, Nonoeru, Lily dan Dora. Ikushina, yang tidak hadir di sini bersama kita sekarang, akan bergabung juga. Linne dan Linna akan mengumpulkan informasi sebagai kelompok terpisah, sedangkan, aku akan menjadi pemimpin rombongan ini, dan Raibaha, penjaga kita yang juga akan bertanggung jawab atas pekerjaan sampingan. Pada dasarnya, programnya adalah tentang kalian para gadis yang menari tapi memutuskan antara satu sama lain siapa yang akan tampil selama lagu apa.”

“““Paham!”””

“Yah, pada akhirnya, program ini hanyalah formalitas. Kalian harus mampu menarik dan memuaskan audiens bahkan dengan anggota tubuh kalian yang terbuka dan pakaian kalian yang angkuh dan sombong.”

Seperti kata Naga, Ais keberatan dengan ekspresi yang tampaknya jengkel.

“Umm, Naga-san, kami tidak terlalu bangga dengan pakaian kami yang cabul, tahu? Tidak masalah untuk mengatakan kami mengenakan pakaian yang sangat tipis, hanya karena nyaman ketika menggunakan sihir kami. Bukan berarti kami pamer padamu, atau ingin kau melihat kami, paham?”

Segera setelah Ais tersenyum, Naga buru-buru melambaikan tangannya di depan tubuhnya dengan penuh semangat.

“Ah, aku mengerti. Tentu saja, aku mengerti.”

“Aku benar-benar ingin tahu tentang itu.”

Kay memandang Naga dengan mata ragu.

“Mari kita singkirkan masalah itu. Namun, tidak ada keraguan bahwa laki-laki manusia akan senang melihat penampilanmu, sehingga audiens harus berkumpul. Setelah mereka berkumpul, kemungkinan besar kita dapat mendengar berbagai rumor. Pertama, mari lakukan beberapa latihan ketika kita tiba di Lancel. Jika memungkinkan, aku ingin berlatih metode yang akan memungkinkan kita untuk mengambil informasi yang berharga saja. Linne, Linna, aku akan serahkan itu pada kalian.”

‘Kami akan melakukan yang terbaik’ — kedua saudari angkat tangan dan menjawab dengan suara-suara persetujuan.

Linne dan Linna paling cocok untuk pekerjaan itu, karena mereka bisa mendengar bisikan dalam jarak hampir 300 meter, berkat sihir mereka meningkatkan kemampuan pendengaran mereka.

“Kita juga perlu menjual dan mengganti perhiasan dan barang bekas menjadi uang saat memasuki Lancel, tapi, aku akan mempercayakan Raibaha dengan tugas itu. Itu karena tidak ada orang selain dia yang bisa melakukan negosiasi.”

“Dimengerti. Aku akan menegosiasikan harga barang dan menjualnya semurah mungkin.”

“Meski begitu, kita tidak bisa memastikan jika barang-barang di gudang bisa dijual dengan banyak.”

Harrigan berkata demikian sambil mengangkat bahunya.

“Dalam kasus terburuk, kita hanya akan bisa mempersiapkan diri dengan berapa banyak yang kita dapatkan dari penjualan.”

Membalas demikian, Naga melihat ke arah para penyihir sekali lagi.

“Sampai saat ini, apakah ada yang masih memiliki pertanyaan?”

Namun, tidak ada seorang pun yang melempar pertanyaan secara khusus.

“Ah, aku akan lupa, tapi, selama perjalanan kita ke Lancel, kalian akan mengenakan pakaian yang berbeda dari yang biasanya. Kalau tidak, itu tidak akan berhasil, kalian dengar.”

“Baju manusia itu berat, tebal dan panas di dalam sehingga aku benar-benar tidak menyukainya.”

Arurukan menggerakkan rambutnya, yang tampak seperti telinga hewan, dan mengeluh.

“Itu tidak bisa ditolong. Karena ada risiko kau akan dicurigai sebagai penyihir sedari awal, aku hanya bisa membuat kalian semua menanggung itu. Bukankah begitu, Raibaha?”

Melihat para penyihir dengan pandangan sekilas, Raibaha mengangguk kecil.

“Ya. Terlebih lagi, tidak ada gadis yang biasanya berdandan seperti itu.”

“Kau tidak harus memakai pakaian ketat, ekstra, selama menutup bagian atas. Bahkan sesuatu yang mirip dengan mantel Eliushune saja sudah cukup. Setelah itu, mungkin aku harus mewarnai rambut kita, atau menutupi wajah kita dengan pigmen, agar tercampur di antara orang lain.”

“Bukankah itu juga merepotkan?”

“Lebih penting lagi, Arurukan, apa kau akan baik-baik saja dengan matamu itu? Sepertinya masing-masing warnanya berbeda, tapi...”

“Ah~, warna akan memudar jika aku membatalkan sihirku, jadi aku harus bisa mengaturnya.”

Walau diberi tahu begitu, Naga masih ragu-ragu. Saat dia menundukkan kepalanya, Harrigan melemparkannya sekoci.

“Sihir Arurukan itu aneh, kau tahu. Dia akan menggunakan sihirnya sebagian besar waktu untuk berkomunikasi dengan hewan. Sama sepertiku, dia tidak perlu membaca mantra sama sekali. Selama kita memahaminya ketika menggunakan sihirnya dalam keadaan normal, itu mungkin mudah. Omong-omong, kapanpun dia mengaktifkan sihirnya, mata kanan dan kirinya akan menjadi berbeda.”

“Begitu ya. Lalu, apakah itu berarti dia tidak bisa berkomunikasi dengan hewan ketika sihirnya mati?”

“Itu yang aku maksud.”

Naga merenung sejenak, namun, dia segera mengangkat wajahnya.

“.....kau tidak akan bisa berbicara dengan hewan ketika menari di depan orang-orang, jadi apa kau baik-baik saja dengan itu? “

“Ini akan baik-baik saja, kukira.”

“Apa kau tidak cukup senang?”

Naga menatap Arurukan yang tampak meluap, tapi kemudian, dia dengan cepat melunakkan pandangannya dan mengarahkan pandangannya ke arah Harrigan dan Vita.

“Bukankah ini tipe musim dimana hujan biasanya berlanjut selama beberapa hari?”

“Kalau musim ini, aku pikir tidak perlu khawatir mengenai hujannya, tapi...”

Setelah Harrigan menjawab seperti itu, Vita, yang membungkukkan kepalanya yang kecil, melemparkan sebuah pertanyaan dalam keraguan.

“Apa ada hubungannya dengan perjalanan kita?”

“Ada. Jika jalan menjadi licin, gerobak kita tertahan, membuat tujuan kita jauh dari tercapai. Selain itu, jika hujan terus turun bahkan setelah kita memasuki kota, itu akan mempengaruhi penampilan.”

“Begitukah? Lalu, seperti kata Harrigan, menurutku takkan hujan di musim ini. Meskipun ada, cuma ada gerimis. Selain itu, kalau tidak ada angin kencang, kita setidaknya bisa menari. Sebaliknya, bukankah penonton akan lebih senang melihat pakaian kita menjadi transparan karena basah kuyup?”

“Ohhh, beneran? Begitu ya. Memang, itu mungkin sesuatu yang dinantikan! “

Begitu Naga menepuk kedua tangannya tanpa sadar, Vita tiba-tiba membalasnya.

“Jangan senang!”

Tak lama setelah itu, para penyihir lainnya,

“““Jangan senang!”””

“B, Bukannya aku senang atau apa.”

Naga membuat alasan seperti itu. Menatap Naga dengan wajah tercengang lagi, Raibaha sekali lagi merasa kagum padanya.

(Menerima para penyihir yang menakutkan ini sebagai lawannya dan masih bisa bertindak secara alami, itu benar-benar menakjubkan. Hebat, apa karena Naga-sama itu orang asing? Atau mungkin, apakah karena dia utusan asli Dragon King? Terlebih lagi, dia mampu mempertimbangkan banyak situasi ketika merencanakan rencana tandingan sebelumnya. Haruskah orang mengatakan dia cerdas, atau mungkin waspada? Apapun itu, dia bukan orang biasa.)

Raibaha merenungkan kembali seolah-olah untuk memastikan dia tidak membuat kesalahan ketika dia memilih untuk melayani Naga.

“Kalau begitu, ayo cepat bergerak maju dengan persiapan dimulai dari malam ini. Waktu keberangkatan kita juga akan tergantung pada bagaimana Kerajaan Cassandra akan bertindak, tapi, haruskah kita berangkat setelah 3 hari jika tidak ada perubahan?”

Mengikuti perkataan Naga, pengaturan awal mereka dimulai.

Sejak itu, 2 hari telah berlalu dan para penyihir terus mempersiapkan dengan terburu-buru untuk keberangkatan sambil dikhususkan untuk latihan tarian mereka.


Kemudian, menurut Yuuki, tidak ada tanda-tanda pasukan Cassandra, berusaha merebut Benteng Ein lagi. Ada beberapa lusin tentara yang berjalan di dekat benteng tapi karena mereka tidak akan mendekat lebih dekat dari jarak yang tetap, mereka hanya dianggap sebagai kelompok pengintai.

Menganggap tidak perlu khawatir tentang musuh mereka menyerang kembali untuk saat ini, Naga memutuskan untuk membentuk dan mendandani rombongannya, setelah itu, mereka akan memulai rencana mereka menyelinap ke Kerajaan Cassandra.

Pertama, mereka harus berangkat ke Lancel, berdandan di sana sebagai penghibur, dan melakukan latihan di depan orang-orang lokal di sana. Setelah itu, mereka akan kembali ke Sungai Schwein dan pergi ke utara sepanjang menuju wilayah Kerajaan Cassandra.

Agar tidak menonjol, Naga dan rombongannya keluar dari Benteng Ein, menerobos gunung, dan berangkat ke tepi kiri Sungai Schwein. Dari sana, mereka mengikuti sungai dan menuju Lancel.


Sementara itu, di kota benteng Granvista.

Di ruangan tertentu yang terletak di dalam katedral, Kardinal Aiba menerima laporan dari salah satu bawahan Gereja Lama yang bekerja sebagai agen intelijen mereka.

Mereka yang terlibat dalam kegiatan intelijen untuk Gereja Lama yang dikenal sebagai ‘orang-orang mendengar suara massa’ dan kebanyakan disebut sebagai OMSM.

Aiba, yang mendengar salah satu OMSM itu, mengerutkan alisnya dengan ekspresi yang tampaknya tidak senang.

“Kerajaan Cassandra telah menderita kekalahan lain?”

“Ya. Pasukan mereka, yang telah dikirim untuk merebut kembali Benteng Ein, dipukul mundur oleh para penyihir ke ibukota Kerajaan Cassandra.”

Aiba menjawab seolah ingin muntah.

“Astaga, mereka semua menggonggong dan tidak menggigit. Tak kusangka mereka akan kalah satu demi satu pertempuran melawan 30-40 penyihir saja.”

(Benar saja, aku membuat kesalahan besar dengan menempatkan kepercayaanku di negara itu. Aku benar-benar tepat untuk memanggil Brigade 88 dan meminta pasukan dari negara-negara tetangga.)

Aiba, yang merupakan seorang uskup agung dan kardinal dari Gereja Lama, sangat tertarik untuk memusnahkan para penyihir. Orang dapat memahami dengan baik betapa kerasnya Aiba tentang hal itu, karena dia sendiri ingin diangkat di tempat ini. Baginya, para penyihir yang bersarang di dalam Hutan Hitam adalah makhluk yang harus diusir secepat mungkin. Para penyihir adalah musuh manusia, anak-anak Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada kehadiran para penyihir yang bisa diakui di area ini. Tidak, umumnya, keberadaan mereka menyangkal mereka di dunia ini. Seperti itulah keyakinan Aiba. Karena itu, rasional baginya untuk berpikir bahwa mereka yang kalah dari para penyihir seharusnya tidak berada dalam posisi menerima rahmat Tuhan.

(Aku tidak bisa lagi mengharapkan sesuatu dari negara itu, tapi, mereka harus menebus kerugian mereka dengan mengurangi kekuatan para penyihir, meskipun itu hanya sedikit. Jika tidak….)

“Apakah ada hal lain yang ingin Anda ketahui, Tuan?”

Pria yang melaporkan berlutut dengan kepala diturunkan. Aiba mengarahkan matanya ke atas kepala pria itu dan bertanya.

“Apa yang terjadi, pada pasukan Cassandra? Mungkinkah mereka dihancurkan selama pertempuran melawan para penyihir?”

“Tidak, tampaknya pasukan mereka tidak mengalami kerugian besar.”

“Kalau begitu, aku akan minta mereka membentuk pasukan baru dan bergabung denganku sekali lagi dalam serangan mendadak melawan para penyihir.”

“Mengenai itu….”

“Hm? Apa terjadi sesuatu?”

“Dari apa yang bisa kami lihat, sepertinya pasukan Kerajaan Cassandra sedang mempersiapkan diri untuk bersembunyi di ibukota mereka.”

Tanda keraguan muncul di wajah Aiba.

“Berdiam di ibukota mereka? Mungkinkah para penyihir menyerang mereka?”

“Tidak, para penyihir tidak akan meninggalkan Benteng Ein.”

“Dan meski begitu, mereka mencoba mengunci diri?”

“Beginilah yang terlihat oleh kami.”

(Apa artinya ini, para sekumpulan Kerajaan Cassandra?)

Menekan keinginannya untuk memukul bibirnya, Aiba membombardir OMSM dengan pertanyaan.

“Apa mereka mempersiapkan modal mereka melawan para penyihir? Walau mereka tidak menderita korban? Apa mereka menjadi lemah?”

“Tentu saja, pasukan Cassandra telah berkurang kekuatannya, tapi sikap mereka kali ini tampaknya sedikit berbeda dari apa yang bisa kami lihat sebagai berdampingan melawan para penyihir. Juga, bagian selatan ibukota tampaknya tidak diperkuat.”

(......Apa artinya ini?)

Aiba, yang wajahnya ingin mengungkapkan keraguan, merenungkan makna di balik laporan bawahan tadi.

(Lalu, melawan siapa yang mereka lawan? Jika musuh mereka bukan penyihir......Mungkinkah?!)

Aiba terpaku bisu menyadari kemungkinan tertentu.

“Mungkinkah, mereka bersembunyi melawan Pasukan Pembasmi Penyihir?”

OMSM tidak akan mengkonfirmasi atau menyangkal kata-kata Aiba, yang bisa dianggap sebagai monolog atau pertanyaan yang ditujukan kepada lelaki itu. Bertanya di luar kemampuan pria itu akan sama dengan menumpuk tebakan satu demi satu.

“Aku tidak bisa mengatakan dengan pasti, tapi, hampir pasti bahwa Cassandra sedang mempersiapkan melindungi kota. Kami tidak bisa mengatakan siapa musuh mereka, bagaimanapun juga, seperti yang kami nyatakan sebelumnya, ada beberapa poin yang hilang dengan asumsi bahwa penyihir bisa menjadi musuh mereka.”

Berhenti di mana dia menyatakan fakta, pria itu meninggalkan spekulasi dan menarik kesimpulan ke Aiba.

Wajah Aiba berubah dari wajah Tuhan yang lembut dan penuh kebaikan menjadi wajah marah yang diungkapkan oleh para prajurit Tuhan yang mencari pemusnahan musuh-musuh mereka. Menilai dari laporan OMSM, Aiba tidak bisa memikirkan apapun selain fakta bahwa Cassandra sedang mencoba untuk melubangi.

“Jika musuh mereka bukan penyihir, maka aku hanya bisa membayangkan itu adalah pasukan pemusnahan. Sebenarnya apa yang raja pikirkan...tidak.”

(Betul. Sudah ada laporan tentang raja Cassandra jatuh sakit dan keponakannya, Guiscard, memindahkan kewenangannya. Dengan kata lain, apakah dia yang bertanggung jawab untuk ini? Namun, entah itu raja atau Guiscard, tindakan mereka masih tidak masuk akal. Mengapa mereka menahan kota, bukannya melawan para penyihir?)

Jenderal Guiscard, yang merupakan pemilik sah dari hak raja, telah bercita-cita untuk dijadikan sebagai raja. Baginya, kerajaan itu paling-paling — kadang, bahkan lebih kuat dari kehendak— kepentingan Tuhan. Namun bagi Aiba, yang adalah seorang yang beriman kepada Tuhan, pikiran praktis Guiscard dan rasa nilainya berada di luar lingkup penalarannya. Aiba mendapatkan kembali ekspresinya yang tenang dan memanggil OMSM dengan suara tenang.

“Silakan lanjutkan pengamatanmu pada gerakan Cassandra. Demi kehendak Tuhan kita.”

“Demi kehendak Tuhan kita.”

Membungkuk dalam-dalam, pria itu berdiri perlahan dan tenang hanya untuk membungkuk lagi, setelah itu dia akan mundur.

Aiba melihat OMSM sampai dia menghilang dari pintu masuk ruangan. Tidak lama setelah dia memanggil seorang pendeta yang telah bersiaga di ruangan sebelah.

“Apa yang Anda cari dariku, Aiba-sama?”

“Aku sudah tahu apa yang ingin kudiskusikan dengan mendesak. Tolong bawa Jeweljude-dono, pemimpin Brigade 88, kepadaku segera.”

Begitu sang pendeta muda memberi hormat kepada Aiba, dia segera mundur dari ruangan.


“Apa Anda yang memanggilku, Aiba-dono?

Raksasa itu, yang bersikap seolah melihat ke arah Aiba, memasuki kantornya dengan cara yang kikuk. Jeweljude tidak memakai helmnya, tetapi, armor logam, sarung tangan, dan sepatu bot kulitnya, yang memperkuat tubuhnya, memberinya postur untuk siap bertarung kapan saja.

“Terima kasih sudah datang. Bagaimana persiapan untuk serangan mendadaknya?”

Hal pertama yang dilakukan Aiba, setelah Jeweljude masuk, mengajukan pertanyaan seperti itu dengan sikap yang tidak berbahaya dan tidak menyinggung.

“Aku kira, belum cukup.”

Pada tanggapannya, Aiba meringis.

“Tidak peduli apa yang kami lakukan, butuh waktu untuk mempersiapkan, karena kami mengumpulkan pasukan dari masing-masing negara. Dan ketika menerapkan strategi bersama, setiap pasukan pasti akan menjalani pelatihan yang sesuai. Belum lagi, kami masih perlu memutuskan bagaimana cara mengirim kurir, bagaimana mengisyaratkan gerakan kami, dan formasi apa yang harus kami ambil. Kami juga perlu belajar lebih banyak tentang metode penyihir. Setidaknya, jika kami tidak memiliki pengetahuan umum tentang ini, pasukan kami akan jatuh ke dalam kekacauan cepat atau lambat selama pertempuran.”

Memotong kata-katanya, jarang Jeweljude menghela napas.

“Sungguh, ini adalah masalah yang mengganggu. Sudah bisa berkali-kali lebih cepat dan nyaman untuk memobilisasi hanya kami, Brigade 88, tapi yah...”

Aiba mengangguk dengan ekspresi tenang, atau lebih tepatnya, berkepala dingin.

“Aku mengerti. Namun, ini akan menjadi pelajaran bagi kami untuk waktu berikutnya. Para penyihir adalah makhluk yang menentang kehendak Tuhan, dan karenanya, mereka harus diberantas tanpa kecuali. Kami perlu menunjukkan itu, kebenaran tentang para penyihir, dan juga bagaimana mereka sepenuhnya dimusnahkan ke masyarakat, dan dunia. Untuk itu, kami perlu negara tetangga lainnya bergabung dengan kami.”

“Yah, aku mengerti maksudmu tapi, terserah. Lalu, satu-satunya alasan Anda memanggilku adalah untuk memeriksa persiapannya?”

“Bukan, aku menerima laporan tentang itu setiap hari, jadi aku tidak akan mengalami kesulitan memanggilmu ke sini karena itu.”

(Kalau begitu, kenapa kau memanggilku selama waktu yang sibuk ini?)

Adalah apa yang dipikirkan Jeweljude. Namun, dia tahu Aiba tidak akan memanggilnya tanpa alasan. Diperjelas sampai mati oleh persiapan, pasti ada alasan penting di balik Jeweljude yang dipanggil. Memikirkan kembali, dia menunggu kata-kata Aiba selanjutnya.

“Kerajaan Cassandra telah menunjukkan sedikit sikap aneh, kau tahu.”

“Sikap aneh?”

Kardinal itu dengan singkat dan cepat menjelaskan situasinya kepada Jeweljude, yang memutar lehernya kebingungan mendengar perkataan Aiba. Jeweljude, yang telah selesai mendengarkan, memutar lehernya lagi.

“Jadi Kerajaan Cassandra sedang menyendiri? Belum lagi, tidak melawan para penyihir? Aku tidak bisa memahami alasan mereka.”

“Aku juga tidak bisa memahami motif mereka.”

Membalas dengan cara itu, Aiba dengan ringan mengangkat bahunya.

“Tetap saja,”

Kardinal mengarahkan pandangannya ke arah peta yang dilipat di atas meja kantornya dan mengulurkan tangannya.

“Saat ini, hanya ada dua kekuatan militer yang ada di wilayah Kerajaan Cassandra. Salah satunya adalah para penyihir, yang tidak perlu dikatakan, tapi,”

Aiba mengetuk daerah dekat Benteng Ein dengan ujung jari telunjuknya lagi dan lagi.

“Mungkinkah?!”

Jeweljude membuka matanya lebar-lebar, setelah itu dia melihat ekspresi Aiba.

“Ya, betul. Satu-satunya kekuatan lain selain para penyihir di sini adalah pasukan pemusnahan.”

“Begitu ya. Tidak….M, Mohon tunggu sebentar.”

Menggunakan telapak tangan kanannya yang kasar dan tebal, Jeweljude mengusap dahinya.

“Apa Anda bermaksud mengatakan bahwa pasukan Kerajaan Cassandra bersembunyi melawan kita? Kenapa mereka harus melakukan itu?”

Aiba dengan sengaja menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak tahu. Gagasan sekecil apapun mengapa mereka melakukannya.”

“... ..Apakah ada argumen yang mendukung dugaan Anda bahwa mereka tidak menjaga diri terhadap para penyihir?”

“Bagian selatan kerajaan, dengan kata lain, arah dari mana Benteng Ein berada, tampaknya jauh lebih lemah daripada bagian utara.”

“Yang diarahkan ke utara..... Laporan itu, seberapa kredibelnya itu?”

“Kami menggunakan layanan OMSM yang dimiliki oleh Gereja Lama.”

(OMSM dari Gereja Lama, kan? Dalam hal itu, tidak mungkin salah.)

Jeweljude, yang merupakan pemimpin kelompok tempur, yang disebut ‘brigade’, terlalu sering menggunakan penggunaan OMSM. Dia tahu betul dia bisa mengandalkan informasi mereka.

(Apakah itu benar-benar berarti, orang-orang dari Kerajaan Cassandra berencana untuk bertahan melawan kami? Kenapa mereka melakukan ini?)

Sistem nilai dan penalaran pragmatis Guiscard, yang merupakan motif di balik tindakannya, adalah hal-hal yang sebagian besar diprioritaskan di zaman ini. Namun, bagi Jeweljude, seperti halnya Aiba, modus operandi itu berada di luar ruang lingkup pemikiran mereka.

“...Fumu.”

Jeweljude berkata seolah-olah mengerang ringan.

“Apapun alasannya, jika memang benar mereka bertahan melawan kami .... tindakan mereka mungkin menghalangi upaya kami dalam menghancurkan para penyihir. Ada kemungkinan bahwa pasukan yang dikirim oleh sekutu kami akan merasa tidak nyaman karena mereka mungkin ditusuk oleh Cassandra dari belakang. Terlebih lagi, ada juga masalah ketentuan pasukan. Jika Cassandra menolak untuk berbagi ketentuan mereka dengan kami, kami akan dipaksa untuk membawa ketentuan kami sendiri dari sini. Ini akan menjadi cerita yang berbeda jika itu hanya kami, tapi, membawa makanan untuk pasukan 3500 akan membutuhkan tenaga kerja yang besar. Apa yang harus kita lakukan?”

Aiba menatap Jeweljude dengan mata tajam.

“Pertama, kami akan mengirim utusan ke Cassandra untuk mempertanyakan motif nyata mereka. Namun….”

Jeweljude, yang matanya dipenuhi sarkasme, bertanya balik.

“Apa mereka akan memberi kami jawaban langsung?”

(Sebaliknya, tidak mungkin bagi mereka untuk memberi kami jawaban yang jujur.)

Jeweljude, prajurit Tuhan dari Gereja Lama, tidak membutuhkan hal-hal seperti diplomasi atau tawar-menawar, karena penguasa dari dunia ini sering menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk memanfaatkannya. Jeweljude akan ditipu dan dimanipulasi oleh bangsawan dan diberi gelar bangsawan berkali-kali, dan bahkan dibuat untuk menutupi tindakan mereka sendiri. Oleh karena itu, dia belajar melalui pengalamannya tentang bagaimana otoritas yang tidak jujur. Namun demikian, sepertinya sarkasmenya tidak melewati Aiba. Kardinal membuat ekspresi yang sulit dan menjawab dengan nada berat.

“Kami tidak bisa yakin tentang apapun. Tetap saja, tergantung pada jawaban mereka, kita mungkin harus menggunakan tindakan yang sulit.”

Jeweljude sekali lagi membuka matanya lebar-lebar dan mengalihkan pandangannya ke arah kardinal.

“Aiba-dono, Anda tidak bermaksud mengatakannya?!”

“Mereka yang tidak menunjukkan keinginan untuk menyerang para penyihir, atau jauh dari itu, berusaha menghalangi kami, juga dianggap sebagai sekutu para penyihir. Itu bisa dikatakan, musuh Tuhan.”

Aiba, yang matanya dipenuhi cahaya tak menyenangkan, balas menatap Jeweljude.

“Musuh-musuh Tuhan hanya bisa dimusnahkan, terlepas dari apakah mereka penyihir atau manusia. Bukankah begitu, Jeweljude-dono?”

“Ya, itu....”

Walau Jeweljude membuat anggukan samar, dia tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. Tentu saja, dia tidak bertempur melawan musuh-musuh Tuhan sampai sekarang. Di antara musuh-musuhnya ada penyihir juga, namun, mayoritas dari mereka adalah manusia. Itu sebabnya, jika Kerajaan Cassandra memilih untuk melawan kehendak Tuhan, Jeweljude tidak akan ragu untuk menghapusnya.

(Walau begitu, mengapa sekarang?)

Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dia pahami. Serangan besar-besaran Kerajaan Cassandra terhadap para penyihir dipukul balik. Belum lagi, salah satu benteng mereka yang dicuri oleh para penyihir. Dan kemudian, sekali lagi mereka menderita kekalahan lain ketika mencoba merebut kembali benteng tersebut.

Para penyihir sedang menunjukkan kekuatan yang tak terduga. Selain itu, mereka juga membebaskan banyak tawanan. Para penyihir itu berhati lembut, toleran, dan murah hati dalam melakukannya, dan mereka tidak akan mengeksekusi tahanan mereka sebagai bentuk peringatan. Perang melawan para penyihir menunjukkan wajah barunya dan berbeda dari apa yang telah terjadi sampai sekarang. Jeweljude, yang bisa merasakan perubahan pada kulitnya, menjadi lebih bingung.

(Jadi, apakah itu berarti Kerajaan Cassandra telah mulai melubangi diri sendiri melawan orang lain selain para penyihir? Mengapa mereka memutuskan tindakan gila seperti itu sekarang, ketika aku dan Brigade 88 akan tiba? Apakah ini hanya kebetulan? Atau mungkin, itu karena intervensi seseorang yang melampaui manusia?)

Ketika berbicara tentang seseorang yang melampaui umat manusia, orang akan berpikir tentang orang itu sebagai makhluk yang dekat dengan Tuhan; namun demikian, Jeweljude segera menyangkal kemungkinan seperti itu.

(Memang benar bahwa Tuhan sendiri pun kadang-kadang menguji kita, tapi, aku tidak percaya dia akan melakukan hal-hal seperti ini dengan kehendak. Jika demikian, apakah niat buruk seseorang ini? Atau mungkin, manifestasi dari kecerdasan orang itu? Dalam hal ini, siapa itu? Mungkinkah seseorang memprovokasi Cassandra dan jenderalnya dalam melakukan ini?)

Namun, Jeweljude sendiri menyangkal perasaan ragu itu di dalam hatinya.

(Seharusnya tidak ada orang seperti itu. Jika ada, Aiba akan segera memperhatikan. Tak disangka bahwa seseorang, seperti Aiba, bisa bingung dengan pergantian peristiwa semacam itu. Walau kita berasumsi bahwa para penyihir adalah orang yang menghasut Kerajaan Cassandra, seharusnya tidak ada jalan bagi yang terakhir untuk menyerah. Aku juga tidak mengerti mengapa para penyihir menjadi lebih tegas dalam tindakan mereka. Mungkinkah ada hubungan antara dua peristiwa ini?)

Ketika Jeweljude merenung, Aiba menginterupsi dengan kata-katanya.

“Bisakah aku mengandalkanmu, Jeweljude-dono?”

Jeweljude perlahan mengangkat wajahnya dan bertanya dengan suara yang kuat.

“Apakah tidak apa-apa bagiku untuk memahami itu... berarti dengan paksa menyingkirkan Kerajaan Cassandra jika mereka mencoba menghalangi pergerakan pasukan kita?”

“Aku berharap kau memahami perkataanku seperti itu. Jika mereka mencoba menunjukkan perlawanan, aku tidak akan keberatan walau kau menghancurkan ibukota mereka. Mungkin, mereka yang bergabung dengan kami dalam menghancurkan para penyihir akan menjadi lebih termotivasi usai mendengar mereka akan membagikan bagian dari wilayah Kerajaan Cassandra.”

“Itu mungkin benar... tapi,”

(Benar saja, Aiba mau sejauh itu?)

Rasa was-was itu menggenang di dalam Jeweljude. Namun, dia dengan cepat menjadi serius dengan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia harus bergegas dengan persiapan.

“Apapun yang Kerajaan Cassandra putuskan, aku harus bergegas dengan persiapan untuk serangan mendadak. Namun demikian, aku ingin memintamu informasi yang sedikit lebih akurat, tidak hanya mengenai Kerajaan Cassandra, tetapi juga mengenai sikap penyihir.”

Atas permintaan Jeweljude, Aiba mengangguk dengan serius.

“Aku akan melemparkan semua anggota intelijen yang kupunya dan meminta mereka menyelidiki hal-hal itu.”

“Asalkan serangan terhadap Kerajaan Cassandra akan dipertimbangkan dalam rencana ktia, kita harus menyiapkan senjata pengepungan sebagai tambahan. Sekali lagi, ini akan membawa kita lebih banyak waktu yang tidak perlu untuk—”

Jeweljude menyatakan pendapatnya dengan wajah pahit, tetapi, Aiba sepertinya tidak terlalu peduli.

“Kau tidak perlu khawatir tentang waktu. Itu karena tidak akan ada bala bantuan yang datang ke penyihir atau Cassandra, walau beberapa waktu berlalu. Masalah terbesarnya adalah membawa perbekalan dan mempertahankan tentara, tapi, untuk saat ini, aku akan memiliki ketentuan yang disimpan di Granvista.”

(Orang ini membuat keputusan yang tepat. Namun, ada kekhawatiran bahwa beberapa sekutu akan memutuskan untuk keluar dari pasukan pemusnahan.)

Jeweljude berpikir demikian, tapi meskipun dia mengatakannya, Aiba mungkin tidak akan memperhatikan pendapatnya.

(Lebih penting lagi, mengapa Kerajaan Cassandra dan para penyihir ikut campur sekarang? Mungkinkah ini hasil dari banyak kebetulan? Atau mungkin, tak terelakkan... ..?)

Sebuah keraguan kecil, yang tampaknya sesuatu yang harus diabaikan, terasa seperti kegelisahan pada saat yang bersamaan. Meskipun itu hanya keraguan kecil, apa yang membuat Jeweljude jengkel adalah rasa ketidaknyamanan yang berlebihan yang dihasilkan dari itu. Kegelisahan yang dia rasakan adalah seolah-olah seseorang yang tidak terlihat sedang mencoba membawa keributan baru. Namun, Jeweljude menyebarkan perasaan itu melawan kehendaknya sendiri.

(Meskipun aku memikirkannya, tidak akan ada yang memulai. Para penyihir, musuh Tuhan, harus dimusnahkan. Adalah tugas kita, para prajurit Tuhan, untuk melaksanakan tugas ini. Baik itu sebuah kecerdasan atau kehendak seseorang, kita hanya akan menghancurkannya!)

Ekspresi Jeweljude kembali kepada seorang prajurit Tuhan, dan suara kasarnya yang terangkat bisa dirasakan bergema di dalam perut seseorang.

“Baiklah, aku akan mempercepat persiapanku.”

“Tolong teruskan pertolonganmu terhadap kami.”

Jeweljude meninggalkan kantor Aiba sambil membuat langkah kaki seolah-olah mengguncang ruangan. Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 4 Bab 3 Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 4 Bab 4 Ochitekita Ryuuou to Horobiyuku Majo no Kuni (Indonesia):Jilid 4 Bab 5

Mundur ke Jilid 3 Kembali ke Laman Utama Lanjut ke Jilid 5